14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka Pertanggungjawaban Tindak Pidana memproduksi sediaan farmasi Yang Telah Dibatalkan izin
Sesuai dengan judul skripsi maupun judul Bab II di atas bagian yang pertama dari Bab ini berisi kajian Pustaka dari konsep-konsep yang terdapat di dalam pengaturan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana dalam melakukan peracikan obat keras yang telah dibatalkan izjn edarnya Berikut dibawah ini konsep-konsep dan pengertian dari konsep-konsep tersebut diuraikan satu demi satu. Uraian akan dimulai dengan Konsep pidana . Selanjutnya digambarkan Konsep Pengaturan.
Berikutnya uraian tentang konsep peracikan obat dan izin edar.
1. Konsep Tindak Pidana
Moeljatno memberikan pengertian hukum pidana sebagai bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar- dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang dan disertai ancaman pidana bagi barang siapa dan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan; Terkait perbuatan- perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut, untuk singkatnya kita namakan perbuatan pidana atau delik. Tegasnya:
mereka merugikan masyarakat, dalam arti
15
bertentangan dengan ataumenghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang baik dan adil1
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh Moeljatno maka cakupan dari hukum pidana cukup luas yakni terdiri dari hukum pidana materiil dan hukum pidana formiil. Adapun hukum pidana materiil yakni terdiri dari perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana, sedangkan dalam pidana formil dimuat cara mempertahankan pidana materiil. Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia tidak ditemukan definisi tindak pidana, oleh karena berdasarkan asas konkordansi, sistem hukum pidana Indonesia mengadopsi hukum pidana dari Belanda, maka istilah asal dari “tindak pidana” berasal dari kata “strafbaar feit”. “Strafbaar feit” adalah istilah Belanda yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan berbagai istilah.
Selanjutnya, muncullah beberapa pandangan yang bervariasi dalam bahasa Indonesia sebagai padanan dari istilah “strafbaar feit” tersebut, seperti:
“perbuatan pidana”, “peristiwa pidana” “tindak pidana”, “perbuatan yang dapat dihukum” dan lain sebagainya2.
Moeljatno mengatakan, “perbuatan pidana hanya menunjuk kepada sifat perbuatan saja, yaitu sifat dilarang dengan ancaman pidana kalau dilanggar. Sejalan dengan pandangan Moeljatno, menurut Roeslan Saleh,10 melakukan suatu tindak pidana, tidak selalu berarti pembuatnya bersalah atas hal itu. Untuk dapat mempertanggungjawabkan seseorang dalam hukum pidana diperlukan
1 Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana, cet. IX, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 1.
2 Dr.Lukman Hakim,S.H.,M.H., Buku Ajar Asas-Asas Hukum pidana, cet 1,CV.Budi Utama 2020
16
syarat-syarat untuk dapat mengenakan pidana terhadapnya, karena melakukan
Tindak pidana tersebut. Dengan demikian, selain telah melakukan tindak pidana, pertanggungjawaban pidana hanya dapat dituntut ketika tindak pidana dilakukan dengan ‘kesalahan’. Dalam memaknai ‘kesalahan’, Roeslan Saleh menyatakan, ‘Kesalahan’ adalah dapat dicelanya pembuat tindak pidana, karena dilihat dari segi masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain jika tidak ingin melakukan perbuatan tersebut3
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tindak pidana memiliki pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana.
Berkaitan dengan unsur-unsur tindak pidana, dapat dikemukakan suatu tindak pidana yang harus memenuhi unsur-unsur;
a. Aliran monistis :
1. Simons menentukan bahwa unsur-unsur tindak pidana adalah perbuatan manusia, diancam dengan pidana, melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan, oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Selanjutnya unsur-unsur ini oleh Simon dibagi dua, yaitu : unsur obyektif dan unsur subyektif. Unsur obyektif meliputi perbuatan orang, akibat yang terlihat dari perbuatannya, mungkin adanya keadaan tertentu yang menyertai. Kemudian unsur
3 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban. Op.Cit. hlm. 89.
17
subyektifnya adalah orang yang mampu bertanggungjawab dan kesalahan (kesangajaan atau kealpaan)
2. Van Hamel menentukan unsur-unsur tindak pidana adalah perbuatan manusia, melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan, patut dipidana.
3. Mezger menentukan unsur-unsur tindak pidana adalah perbuatan dalam arti luas (aktif/pasif), bersifat melawan hukum, dapat dipertanggungjawabkan pada seseorang, dan diancam pidana.
4. Van Bemmelen juga dikatagorikan sebagai penganut aliran monistis karena dicampurkannya hal dapat dipidananya perbuatan dan pembuatnya. Menurut Bemmelen seseorang yang melakukan tindak pidana sekaligus melakukan seseuatu yang dapat disebut melawan hukum4.
b. Aliran Dualistis
1. Pompe mengatakan bahwa Tindak pidana adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan dan diancam dengan pidana. Adapun unsur-unsurnya adalah : perbuatan dan ancaman pidana disatu sisi, perbuatan bersifat melawan hukum disisi yang lain dan kesalahan disisi lainnya lagi menghasilkan pidana.
2. Roeslan Saleh mengatakan pokok pikiran perbuatan pidana diletakkan semata-mata pada perbuatannya. Selanjutnya dikatakan pula pokok pikiran perbuatan pidana adalah “perbuatan”, tidak mungkin pengertian
4 Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H., M.Hum ,Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. dan rekan, Buku ajar Hukum Pidana Universitas Udayana 2016, hal 71
18
ini juga meliputi sifat-sifat dari orang yang melakukan perbuatan.
Peraturan-peraturan yang melarang perbuatan tertentu itulah yang disebut perbuatan pidana. Demikian pula dikatakan bahwa dalam peraturan tersebut ditentukan pula tentang akibat dilanggarnya perbuatan tersebut yaitu diancamnya orang yang melakukan perbuatan tersebut dengan pidana5
Pokok perbedaannya antara aliran monistis dengan dualistis adalah pada terpisah/tidaknya unsur kesalahan (pertanggung-jawaban pidana) dengan unsur-unsur yang lain. Bagi aliran monistis unsur :
1. unsur tingkah laku,
2. bersifat melawan hukum, dan 3. kesalahan
Selanjutnya menurut jenisnya , ketentuan ketentuan hokum pidana dibagi menjadi dua :
1. Ketentuan hukum pidana yang bersifat umum yang berlaku untuk seluruh lapangan hokum pidana , baik yang terdapat dalam KUHP maupun yang terdapat diluar KUHp ( Kecuali apabila diatur lain );
ketentuan tersebut dimuat dalam pasal 103 KUHp
2. Ketentuan ketentuan Khusus, yang menyebut perbuatan mana yang dapat dipidana serta ancaman pidananya. Ketentuan ini terdapat dalam buku II dan ke III dalam KUHp dan juga ada diluar KUHp ini yang disebut deliek Khusus.
5 Andi Zainal Abidin II, Op.Cit., hal..247
19
2. Konsep Pertanggung Jawaban Tindak Pidana a. Kemampuan Bertanggungjawab
Pembicaraan mengenai pertanggungjawaban pidana tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai perbuatan pidana. Orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan untuk dipidana, apabila ia tidak melakukan tindak pidana gambaran tersebut dapat dilihat :
Selanjutnya Untuk adanya pertanggungjawaban pidana diperlukan syarat bahwa pembuat mampu bertanggung jawab.
Tidaklah mungkin seseorang dapat dipertanggungjawabkan apabila ia tidak mampu bertanggung jawab. Dalam KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Yang berhubungan dengan itu ialah Pasal 44: “Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau jiwa yang terganggu karena penyakit tidak dipidana” oleh karena itu menurut Moeljatno menyimpulkan bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada:
a. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk; sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum;
b. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.
Tindak Pidana + Pertanggungjawaban = Pidana
20
Menurut van bemmelen bahwa seseorang yang dapat di pertanggungjawabkan ialah orangyang memertahankan hidu pnya dengan cara yang patut. Defenisi menurt van bemmelen singkat akan tetai juga kurang jelas 6sebab masih data diepertanyakan kapankah seseorang itu dapat dikatakan “ dapat mempertanggung jawabkan hidup nya dengan cara yang patut” ?
Adapun menurut memorie van toelichting secara negatif menyebutkan mengenai pengertian kemampuan bertanggung jawab antara lain demikian :
a. Dalam hal ia tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak berbuat mengenai aa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang
b. Dalam hal ia ada dalam suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menginsafi bahwa perbuatanya itu bertentangan dengan hukum 7
Seorang penuntut umum dalam melakukan penuntutan harus memperhatikan bagian-bagian dari tindak pidana yang diancamkan dan dicantumkan dalam surat dakwaan, dan selanjutnya harus dibuktikan.
Bilamana penuntut umum tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, maka hakim akan melepaskan terdakwa. Namun ada kalanya semua bagian dari tindak pidana sudah
6 Dr.M.Haryanto,S.M.,MHum dan Dr.Christina Maya Indah s.,S.H.,M.Hum, Buku Hukum PIdana, griya media, Salatiga bab XI, hal 121
7 Dr.M.Haryanto,S.M.,MHum dan Dr.Christina Maya Indah s.,S.H.,M.Hum, Buku Hukum PIdana, griya media, Salatiga bab XI, hal 122
21
terbukti, tapi terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum (ontslag van recht vervolging). Hal ini terjadi jika ternyata sifat melawan hukumnya suatu perbuatan yang bersifat materiil (tidak menjadi bagian tindak pidana) tidak terbukti. Hal ini di Belanda ditunjukkan melalui putusan Hoge Raad tentang veearts arrest (putusan tentang dokter hewan di kota Huizen)8 Uraian di atas menunjukkan bahwa dapat dipidananya seseorang bukan saja hanya karena telah melakukan perbuatan bersifat melawan hukum baik bersifat formil maupun materiil tetapi juga harus ada kesalahan melekat pada orang tersebut ketika perbuatan dilakukan. Jadi orang tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatnnya, atau perbuatan yang telah terjadi tersebut dapat dipertanggungjawabkan pada orang tersebut.
Dengan demikian bila seseorang tidak memiliki kesalahan maka tidak mungkin dia dipidana.
b. Istilah Kesalahan Dan Kesalahan Dalam Arti Seluas-Luasnya (Pertanggungjawaban Pidana/ Verwijbaarheid)
Kesalahan dalam arti seluas-luasnya mengandung pengertian
“Pertanggung jawaban dalam hukum pidana”. Di dalamnya terkandung makna dapat dicelanya pelaku atas perbuatnnya. Selanjutnya Kesalahan dalam arti bentuk kesalahan (schuld) dapat berupa :
a. sengaja (dolus/opzet/intention)
8 Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H., M.Hum ,Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. dan rekan, Buku ajar Hukum Pidana Universitas Udayana 2016, hal 170
22
b. kealpaan/kelalaian (culpa/nalatigheid/negligance)
Sedangkan Kesalahan dalam arti sempit dalam hal ini hanya berkaitan dengan kealpaan/culpa sama dengan angka 2b tersebut9.
Untuk adanya pemidanaan harus ada kesalahan harus ada kesalahan pada sipembuat. Asas “tiada pidana tanpa kesalahan” yang telah disebutkan di atas mempunyai sejarahnya sendiri. Dalam ilmu hukum pidana dapat dilihat pertumbuhan dari hukum pidana yang menitikberatkan kepada perbuatan orang beserta akibatnya (Tatstrafrecht atau Erfolgstrafrecht) ke arah hukum pidana yang berpijak pada orang yang melakukan tindak pidana (taterstrafrecht), tanpa meninggalkan sama sekali sifat dari Tatstrafrecht. Dengan demikian hukum pidana yang ada dewasa ini dapat disebut sebagai
”Tat-Taterstrafrecht”, ialah hukum pidana yang berpijak pada perbuatan maupun orangnya.
Selanjutnya dalam memberikan definisi tentang kesalahan, masingmasing sarjana memiliki definisi yang berbeda :
1. Mezger mengatakan,”Kesalahan adalah keseluruhan syarat yang memberi dasar untuk adanya pencelaan pribadi terhadap sipembuat tindak pidana10”.
9 Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H., M.Hum ,Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H. dan rekan, Buku ajar Hukum Pidana Universitas Udayana 2016, hal 148
10 Sudarto, Hukum Pidana Jilid IB, (Malang : Pnerbit Fakultas Hukum dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Brawijaya, 1974, hlm. 3-4.
23
2. Simon mengartikan kesalahan itu sebagai pengertian yang “social ethisch dan mengatakan, “Kesalahan sebagai dasar untuk pertanggung jawaban dalam hukum pidana; ia berupa keadaan psychisch dari sipembuat dan hubungannya terhadap perbuatannya, dan dalam arti bahwa berdasarkan keadaan psychisch (jiwa) itu perbuatannya dapat dicelakan kepada sipembuat11”.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, seseorang dapat dipertanggungjawabkan bila ada kesalahan dalam arti materiil/verwijbaarheid, yaitu meliputi tiga unsur :
1. Adanya kemampuan bertanggung jawab
2. Adanya hubungan batin antara pelaku dengan perbuatannya (dolus atau culpa)
3. Tidak adanya alasan-alasan penghapus kesalahan (schuld uitsluitingsground)
c. Istilah Turut Serta Dalam Melakukan Tindak Pidana
Secara etimologi, kata deelneming berasal dari bahasa Belanda
“deelnemen” yang berarti menyertai, dan kata “deelneming” yang dapat diartikan diartikan penyertaan Menurut Barda Nawawi Arief undang-undang tidak memberikan definisi tentang medepleger (orang yang turut serta), Memorie van Toelicting menyatakan orang yang turut serta melakukan (medepleger) ialah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu Pandangan Pompe (dalam Barda Nawawi Arief) tentang medepleger tersebut adalah turut
11 Ibid.
24
mengerjakan terjadinya sesuatu tindak pidana dengan adanya 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
(1) mereka masing-masing memenuhi semua unsur dalam rumusan delik, dua orang dengan bekerjasama melakukan pencurian di sebuah gudang beras;
(2) salah seorang memenuhi semua unsur delik, sedang yang yang tidak, misal dua orang pencopet (A dan B) saling bekerjasama, A yang menabrak orng yang menajdi sasaran, sedang B yang mengambil domper orang itu;
(3) tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur delik seluruhnya, tetapi mereka bersama-sama mewujudkan delik itu, misal dalam pencurian dengan merusak (Pasal 363 ayat 1 ke 5 KUHP) salah seorang melakukan pengangsiran, sedng kawannya masuk rumah dan mengambil barang-barang yang kemudian diterimakan kepada kawannya yang mengangsir tadi.12
Selanjutnya melihat dalam Pasal 55 dan Pasal 56 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang terbagi dalam urheber terdiri dari yang melakukan (pleger), yang menyuruh (supaya) melakukan (doen pleger), yang turut melakukan (medepleger) dan yang membujuk (supaya melakukan) yang disebut uitlokker, sedangkan dalam Pasal 56
12 Basir Rohrohmana,Jurnal Ilmu Hukum Yuridika Penerapan Ajaran Turut Serta Dalam Tindak Pidana Korupsi,Volume 32 No. 2, Mei-Agustus 2017, Universitas Airlangga hal 7-8
25
KUHP disebut mereka yang menjadi gehilfe yaitu yang membantu (medeplichtige)
Selanjutnya Jan Rummelink mengemukakan 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi pembunjukan yang dapat diancam pidana, yaitu:
1. kesengajaan untuk menggerakkan orang lain melakukan suatu tindakan yang dilarang undang-undang dngan bantuan sarana sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang;
2. keputusan untuk berkehendak pada pihak lainnya harus dibangkitkan. Syarat ini berkenan dengan kausalitas psikis;
3. orang yang tergerak (terbujuk atau terprovokasi) mewujudkan rencana yang ditanamkan oleh pembujuk atau penggerak untuk melakukan tindak pidana atau setidak-tidaknya melakukan percobaan ke arah itu. Itikad buruk penggerak saja tidaklah cukup, upayannya itu haruslah terwujud secara nyata ke dalam perbuatan;
4. orang yang terbujuk niscaya harus dapat dimintai tanggungjawab pidana, bila tidak maka tidak muncul pembujukan melainkan upaya menyuruh melakukan (doenplegen).13
d. Teori-Teori Tentang Kesengajaan
Isitilah kesengajaan dalam KUHP dapat temui dalam beberapa pasal dengan penggunaan istilah yang berbeda namun makna yang terkandung adalah sama yaitu sengaja/dolus/opzet. Beberapa contoh pasal tersebut antara lain ;
13 ibid,hal 9
26
1. Pasal 338 KUHP menggunakan istilah “dengan sengaja”
2. Pasal 164 KUHP menggunakan istilah “mengetahui tentang”
3. Pasal 362,378,263 KUHP menggunakan istilah “dengan maksud”
4. Pasal 53 KUHP menggunakan istilah “niat”
5. Pasal 340 dan 355 KUHP menggunakan istilah “dengan rencana lebih dahulu
Selanjutnya berkaitan dengan masalah “kesengajaan” didalam wacana ilmu pengetahuan hukum pidana (doktrin) dikenal adanya dua teori tentang kesengajaan, yaitu :
a. Teori “Kehendak” (wilstheorie) Menurut teori iniu, seseoranmg dianggap “sengaja” melakukan suatu perbuatan (pidana) apabila orang itu “menghendaki” dilakukannya perbuatan itu. Dengan demikian seseorang dikatakan telah dengan “sengaja” melakukan suatu perbuatan (pidana) apabila dalam diri orang itu ada “kehendak” untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-undang.
b. Teori “Pengetahuan/Membayangkan” (voorstelling-theorie) Menurut teori ini, “sengaja” berarti “membayangkan” akan timbulnya akibat perbuatannya. Dalam pandangan teori ini orang tidak bisa
“menghendaki” akibat (suatu perbuatan), tetapi hanya bisa
“membayangkan” (akibat yang akan terjadi). Terhadap perbuatan yang dilakukan si pelaku kedua teori itu tak ada menunjukkan perbedaan, kedua-duanya mengakui bahwa dalam kesengajaan 15 harus ada kehendak untuk berbuat. Dalam praktek penggunaannya, kedua teori adalah sama.
27
3. Pengertian, Penggolongan Obat Serta Izin Edar a. Pengertian obat-obatan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 1 Angka 4 memuat pengertian mengenai seidaan farmasi bahwa :
“Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika” yang selanjutnya dalam angka 8 juga dimuat pengertian obat, yaitu “ Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia
Berdasarkan pasal 2 huruf (b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi menentukan bahwa:
“Obat adalah obat yang dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan, mineral dan obat sintetis
Obat-obat modern yang ada saat ini diibaratkan sebuah pisau bedah yang apabila digunakan oleh ahli bedah akan dapat menghilangkan bagian tubuh yang sakit, tetapi bila digunakan oleh yang bukan ahli akan membunuh si sakit. Sama halnya dengan obat, apabila digunakan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh ahlinya (Apoteker/ Dokter) justru akan dapat membunuh pemakainya. Oleh karena itu, dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, penyakit apa yang diderita, berapa dosisnya serta kapan dan dimana
28
obat itu digunakan. Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadikan yang mengakibatkan seseorang menderita akibat keracunan obat, sehingga dapat dikatakan bahwa obat itu dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun14
b.Penggolongan obat
Berdasarkan pada Permenkes No. 917/MENKES/PER/1993 tentang Wajib Daftar Obat jadi bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika dan narkotika. Penggolongan tersebut ialah :
1. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat ini ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik dan bahkan juga dijual di warung- warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol, tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain 15
14 Rita Rahman, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen ObatObatan Terhadap Promosi Obat Perusahaan Farmas, Fakultas Hukum Univeritas Hasanudin 2013 , hal 25-26
15 Nuryati, S.Far., MPH, buku bahan ajar rekam medis dan informasi kesehatan, pusat pendidikan sumber daya manusia kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan edisi tahun 2017
29
(Gambar 1. Penandaan Obat Bebas)
2. Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman dikonsumsi namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Obat ini dulunya digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep dokter untuk membeli obat bebas terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam16
( Gambar 2 Penandaan Obat Bebas Terbatas )
3. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan menggunakan resep dokter. Obat ini memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit hingga menyebabkan kematian. Obat keras dulunya disebut sebagai obat daftar G. Obat keras ditandai dengan lingkaran merah tepi hitam yang ditengahnya
16 Ibid.
30
terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh: antibiotik seperti amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain17
( Gambar 3. Penandaan Obat Keras )
4. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif pada sistem syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga disimbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K”
ditengahnya. Sedangkan narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai penurunan sampai hilangnya kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan18
5. Obat paten ( = obat nama dagang) atau specialite adalah obat milik paten tersebut selalu ada tanda bulatan dengan huruf R di dalamnya, yang berarti Registered atau terdaftar. Di luar negeri merek terdaftar tersebut disebut juga “brandname”. Untukmendapatkan nama paten perusahaan harus mendaftarkannya di kantor Milik
17 ibid
18 Ibid.
31
Perindustrian Jakarta dan obat yang telah terdaftar mendapat perlindungan hukum terhadap pemalsuan atau peniruan untuk jangka waktu tertentu (10 tahun), untuk selanjutnya dapat diperpanjang lagi.Obat dengan nama generik digunakan di semua negara oleh setiap pabrik farmasi tanpa melanggar hak paten yang berlaku untuk obat yang bersangkutan19
Izin edar adalah izin yang dikeluarkan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan atau perbekalan kesehatan rumah tangga, yang akan diimpor dan/atau digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan, dan kemanfaatan 20
Selanjutnya dalam Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1120/Menkes/PER/XII/2008 tentang registrasi obat, Pasal 4 yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui percobaan hewan dan uji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih
19 ibid
20 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
32
c. .Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman d. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.
e. Kriteria lain adalah khusus untuk psikotropika harus memiliki keunggulan kemanfaatan dan kaamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia untuk indikasi yang diklaim.
f. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yang akan ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia.
4.Tinjauan Umum Terhadap Tindak Pidana Peracikan Obat Yang Telah Dibatalkan Izin Edarnya
Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, peracikan obat diatur dan dirumuskan dalam Undang – Undang Obat Keras ( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 ) pasal 1 yaitu Apoteker “ : Mereka yang sesuai dengan peraturan yang berlaku mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek peracikan obat di Indonesia sebagai seorang Apoteker sambil memimpin sebuah Apotek dan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian yaitu pada pasal 21 ; Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien. Selanjutnya dalam hal memproduksi sediaan farmasi
33
dijelaskan Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker penanggung jawab serta harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
Lebih lanjut Pengertian sediaan farmasi dalam Undang–Undang No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur dalam Pasal 1 ayat (4) yaitu, Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Mengenai pengaturan pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi diatur dalam Pasal 98 sampai Pasal 108 yaitu :
Pasal 98 :
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berakhasiat/bermanfaat bermutu, dan terjangkau
(2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berakhasiat obat.
(3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengendaraan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu 21 pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
(4) Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat 3.
Pasal 99 :
34
(1) Sumber sediaan farmasi yang berasal dari alam semesta dan sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, dan/ atau perawatan, serta pemeliharaan kesehatan tetap harus dijaga kelestariannya.
(2) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas–luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan sediaan farmasi yang dapat di pertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
(3) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan sediaan farmasi. Pasal 100 : (1) Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap dijaga kelestariannya. (2) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat tradisional.
Pasal 101 :
(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas–luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya.
(2) Ketentuan mengenai mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional diatur dengan peraturan.
Pasal 102 :
35
(1) Pengunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalah gunakan.
(2) Ketentuan mengenai narkotika dan psikotopika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 103 :
(1) Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan mengunakan narkotika, dan psikotropika, wajib memenuhi stadar dan/atau persyaratan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaan serta penggunaan narkotika dan psikotopika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.
Pasal 104 :
(1) Pengamanan sendiaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebakan oleh penggunaan seiaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.
(2) Penggunaan obat dan obat tradisioanal harus dilakukan secara rasional.
Pasal 105 :
36
(1) sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya.
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi standard dan/atau persyaratan yang di tentukan.
Pasal 106 :
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat di edarkan setelah mendapat izin edar
(2) Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan.
(3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar, dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan dimusnakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.
Pasal 107 :
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 108 :
37
(1) Pratik Kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendaliaan mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang mempunyai kealian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pratik kefarmasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan mengenai tindak pidana mengedarkan sediaan Farmasi dalam undang–undang ini diatur dalam Pasal 197 sebagai berikut : “setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana di maksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.0000.0000,00 (satu miliar lima ratus rupiah)
Selanjutnya mengenai izin edar, Izin edar adalah izin yang dikeluarkan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan atau perbekalan kesehatan rumah tangga, yang akan diimpor dan/atau digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan, dan kemanfaatan21.Pengertian Izin
21 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
38
edar menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat Dan Makanan Ke Dalam Wilayah Indonesia merupakan suatu bentuk persetujuan pendaftaran obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. lebih lanjut Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1120/Menkes/PER/XII/2008 tentang registrasi obat, Pasal 4 Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut:
a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui percobaan hewan dan uji klinis atau buktibukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu
b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih
c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman
d. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat
e. Kriteria lain adalah khusus untuk psikotropika harus memiliki keunggulan kemanfaatan dan kaamanan dibandingkan dengan obat standar dan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia untuk indikasi yang diklaim.
39
f. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan obat program lainnya yang akan ditentukan kemudian, harus dilakukan uji klinik di Indonesia pengetahuan yang bersangkutan
B. HASIL PENELITIAN
Putusan nomor : 101/Pid.Sus/2018/PN.Sk jo. Putusan PT 185/Pid.Sus/2018/PT SMG Jo. Putusan MA No. 86 K/Pid.Sus/2019
A .Dakwaan
Telah mendengarkan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang memohon agar Terdakwa dijatuhkan putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja memproduksi sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dalam dakwaan Primair Pasal 197 UURI No.36 th.2009 tentang Kesehatan jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. serta dalam dakwaan subsidiair Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 196 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana
2. Menjatuhkan pidana terhadap : Terdakwa dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun. dikurangi selama dalam masa penangkapan dan penahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan, Dan membayar denda sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) Subsider 6 (enam) bulan penjara.
3. Menyatakan barang bukti berupa
40
1.) 16 (enam belas) karung berisi bahan carisoprodol @ ± 25 Kg, seberat 92,594 gram sisa dari 94,772 gram. (sisa hasil labfor) 2.) 6 (enam) buah karung berisi tepung mikro cristalin celulosa (MCC)
produksi DFE farma @ ± 25 Kg, seberat 91,696 gram sisa dari 93,763 gram. (sisa hasil labfor);
3.) 18 (delapan belas) karung berisi SSG bubuk (penghancur tablet), seberat 92,945 gram sisa dari 97,186 gram. (sisa hasil labfor);
4.) 4 (empat) buah karung berisi magnesium stearate (MS) @ 15 Kg, seberat 59,306 gram sisa dari 62,174 gram.(Sisa hasil labfor);
5.) 6 (enam) buah drum berisi PVP K-30, seberat 95,762 gram sisa dari 98,620 gram. (sisa labfor);
6.) 3 (tiga) buah kontainer plastik besar berisi bahan jadi berbentuk tepung siap cetak,kemudian masing-masing kontainer tersebut disisihkan untuk riksa labfor, container (A) seberat 33,361 gram, container (B) seberat 33,218 gram, container (C) seberat 30,728 gram. (sisa labfor)
7.) 4 (empat) buah drum warna biru berisi bahan gagal cetak, seberat 50,639 gram. (sisa labfor);
8.) 2 (dua) buah karung berisi tepung tapioca, seberat 68,38 gram. (sisa labfor);
9.) 2 (dua) buah karung berisi tepung maizena, seberat 96,614 gram.
(sisa labfor);
10.) 2 (dua) buah kontainer sedang berisi tablet ZENITH hasil produksi, sebanyak 49 (empat puluh sembilan) butir tablet. (sisa labfor);
41
11.) 3 (tiga) buah jerigen berisi alkohol, sebanyak 580 ml. (sisa labfor);
12.) 2 (dua) buah drum berisi cairan warna kuning, sebanyak 380 ml.
(sisa labfor);
13.) 7 (tujuh) buah drum berisi Caffeine, seberat 95,984 gram. (sisa labfor);
14.) 52 (lima puluh dua) buah karung warna coklat berisi strip tablet carnophen ZENITH, sebanyak 9 (sembilan) butir tablet. (sisa labfor);
15.) 1 (satu) buah HP merk iphone 7 dengan nomor 0856996888;
16.) 1 (satu) buah HP S8 plus dengan nomor 08529296888;
17.) 2 (dua) unit mesin jahit; 18. 1 (satu) unit alat cetak tablet kecil (produksi PT Lely Metropolitan); 19. 1 (satu) unit alat cetak tablet merk JCMCO; 20. 1 (satu) unit alat cetak tablet besar; 21. 1 (satu) unit mesin penggiling tepung; 22. 1 (satu) unit mesin pengaduk bahan; 23. 1 (satu) unit mesin packing; 24. 1 (satu) set tempat pengeringan
Dirampas untuk dimusnahkan
1.) 1 (satu) unit KBM Kijang Innova dengan No. Pol AD -8686- GO Dirampas untuk negara
1.) 1 (satu) buah tabungan tahapan BCA dengan nomor rekening 7850097423 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
2.) 1 (satu) buah tabungan BRITAMA dengan nomor rekening 106301000394567;
42
3.) 1 (satu) buah tabungan MANDIRI dengan nomor rekening 1380012623323 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
4.) 1 (satu) buah ATM paspor domestik BCA dengan nomor 6019004529788422;
5.) 1 (satu) pasporATM BCA dengan nomor 6019004507211736;
6.) 1 (satu) Visa Mandiri dengan nomor 4097662463622673 7.) 1 (satu) Visa Mandiri dengan nomor 4097662856967677;
8.) 1 (satu) Visa Mandiri Gold dengan nomor 4616994182619330;
9.) 1 (satu) BRI card dengan nomor 5221841003706271;
10.) 1 (satu) ATM Britama Bisnis dengan nomor 5326595003940231;
11.) 1 (satu) ATM Panin Bank dengan nomor 5264140018116503;
12.) 1 (satu) ATM CIMB Niaga dengan nomor 5576922650232026;
13.) 1 (satu) buku tabungan BCA dengan Nomor rekening 8265046122 a.n.NIDA'UL JIHAD AL ISLAMY;
14.) 1 (satu) buku tabungan CIMB Niaga dengan Nomor Rekening 9720102862183 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
15.) 1 (satu) buku tabungan Mandiri dengan Nomor rekening1380013671362 a.n. NIDA'UL QITAL AL HAQONY;
16.) 1 (satu) buku tabungan Mandiri dengan Nomor rekening 1380013058974 a.n. NGATINI;
17.) 1 (satu) buku tabungan Panin Bank dengan Nomor rekening 30020226604 a.n. NGA
Dikembalikan kepada terdakwa
1.) 10 (sepuluh ) slip pengiriman DAKOTA Cargo penerima an ABDULAH;
43
2.) 1 (satu) slip pengiriman KALOG express, penerima a.n. ABDULLAH;
3.) 7 (tujuh) slip pengiriman DAKOTA Cargo, penerima a.n. WAHYU Tetap terlampir dalam berkas perkara.
1.) 69 (enam puluh sembilan) rol Aluminium foil;
2.) 1 (satu) buah drum warna biru berisi tablet ZENITH;
3.) 1 (satu) buah kontainer plastik warna biru putih berisi tablet ZENITH;
4.) 1 (satu) buah karung besar berisi tablet carnophen ZENITH;
5.) 50 (lima puluh) buah karung berisi Carisoprodol @ ± 25 Kg;
6.) 3 (tiga) buah drum berisi PVP K-30;
7.) 7 (tujuh) buah karung berisi bubuk SSG;
8.) 3 (tiga) buah karung yang berisi 12 (dua belas) karung kertas warna coklat berisi strip tablet carnophen ZENITH;
9.) 1 (satu) buah plastik warna hitam di dalam karung warna putih yang berisi tablet ZENITH;
10.) 2 (dua) buah kardus warna coklat yang berisi strip tablet carnophen ZENITH;
11.) 3 (tiga) buah drum berisi bahan siap aduk;
12.) 3 (tiga) pack karung kertas warna coklat;
13.) 1 (satu) Pack hologram;
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000;
(Lima ribu rupiah)
Bahwa berdasarkan hal ini terdakwa melalui penasehat hukumnya mengajukan pledoi atau pembelaan yang pada pokoknya mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa perkara ini berkenan memberikan putusan membebaskan
44
terdakwa dari segala tuntutan;. Setidak-tidaknya, menghukumnya dengan hukuman secara perjanjian, yang mempunyai “opvoedende kracht” dan berarti cukup jaminan bahwa ia tidak akan melakukan suatu tindak pidana dalam masa percobaan yang sesingkat-singkatnya dan ditiadakan hukuman denda; Secara langsung dan seketika mengembalikan seluruh barang yang tidak memiliki keterkaitan dengan perkara ini kepada pemiliknya melalui Terdakwa, termasuk dan tidak terbatas barang bukti berupa: 1 (satu) unit KBM Kijang Innova dengan No. Pol. AD 8686 GO yang terikat pada perikatan fidusia yang secara lex specialy terikat pada hukum perjanjian yang diistimewakan.
Bahwa selanjutnya Penuntut Umum dan Penasihat hukum Terdakwa telah mengajukan Replik dan Duplik secara lisan dimana masing- masing pihak tetap pada pendiriannya semula atas.
Bahwa terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut :
Bahwa, Terdakwa Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan Bersama Dengan Sri Anggono Alias Ronggo Bin Kateni, Suwardi Alias Tatang Bin Sariman, Maryanto Bin Tukino, Jaja Isworo Alias Jaja Bin Suroto, Susilo Bin Masrin, Heri Dwi Manto Bin Rebo (yang diajukan penuntutannya dalam berkas terpisah), pada bulan Juni 2017 atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih temasuk dalam tahun 2017 di rumah Kontrakan terdakwa yang beralamat di Jl. Setiabudi No.66 RT.001 Rw.004, Kel Giingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta atau
45
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta, mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan /atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) Undang –undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dengan perbuatan yang dilakukan sebagai berikut :
- Bahwa pada awalnya sekitar bulan Januari 2017 terdakwa Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan Atas Perintah Saksi Sri Anggono Alias Ronggo (diajukan penuntutan dalam berkas terpisah) mencari rumah kontrakan di Jl. Setiabudi No.66 Rt.001 Rw.004 , Kel. Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta untuk digunakan sebagai tempat untuk memproduksi obat jenis Carisso Canophen Zenith , setelah rumah kontrakan siap lalu terdakwa atas perintah SRI ANGGONO alias RONGGO menyiapkan mesin- mesin dan bahan-bahan untuk memproduksi obat tersebut, adapun di dalam memproduksi obat jenis Carisso Terdakwa mempunyai 5 karyawan yaitu Suwardi Alias Tatang Bin Sariman, Maryanto Bin Tukino, Jaja Isworo Alias Jaja Bin Suroto, Susilo Bin Masrin, Heri Dwi Manto Bin Rebo yang mempunyai tugas masing-masing yaitu Jaja Isworo bertugas sebagai operator mesin cetak, Susilo sebagai Teknisi Mesin, Heri Dwi Manto di bagian mesin packing Carisso,
46
Maryanto bekerja di bagian penyaring dan pengering sedangkan Suwardi bertugas di bagian pengaduk dan penyampur adonan - Bahwa cara terdakwa memproduksi obat carisso adalah pertama-
tama terdakwa mengambil kiriman paket berupa bahan obat yang dikirim oleh Sri Anggono Alias Ronggo lewat jasa paket/bus , kemudian bahan obat terdakwa ambil bersama dengan ARDI (belum tertangkap), selanjutnya bahan terdakwa tampung dalam rumah kontrakan terdakwa, setelah itu terdakwa mulai mengatur campuran bahan obat
- Dalam mencampur obat tersebut terdakwa menyuruh karyawan terdakwa sesuai dengan peran atau tugas masing-masing yaitu Suwardi khusus bagian menimbang dan mengaduk adonan, setelah adonan jadi kemudian diayak atau disaring yang dilakukan oleh Maryanto, selanjutnya setelah diayak obat dicetak oleh Jaja Isworo, kemudian obat dikemas oleh Heri Dan Susilo ke dalam kemasan strip. Setelah obat jadi dalam kemasan strip dimana satu strip berisi 10 tablet selanjutnya obat terdakwa masukkan ke dalam karung untuk dikirim lewat paket ke alamat sesuai dengan perintah Sri Anggono
- Bahwa terdakwa mendapat bahan baku untuk membuat jenis obat carisso seperti Cariso Prodol dari Sri Anggono alias Ronggo, sedangkan bahan lain seperti Cafeiin, MCC (mikro cristalin celulosa), SSG bubuk, magnesium stearate, PVP K-30, tepung
47
maizena terdakwa yang mencari dan membeli sendiri di toko kimia yaitu toko Agung dan toko 69 di daerah Surakarta
- Bahwa obat jenis Carnophen Zenith yang mengandung Carisoprodol termasuk jenis obat keras telah dibatalkan izin edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.04.1.35.06.13.3535 tahun 2013
- Bahwa terdakwa memproduksi, mengedarkan obat cariisso yang ada tulisannya carnophen zenith tidak ada izin dari pejabat yang berwenang di bidang Kesehatan dan Balai POM, tidak memenuhi persyaratan standart cara pembuatan obat yang baik (CPOB) , selain itu terdakwa tidak memiliki keahlian di bidang kefarmasian B. Tuntutan
Dalam tuntutan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang memohon agar Terdakwa dijatuhkan putusan sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja memproduksi sediaan farmasi yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dalam dakwaan Primair Pasal 197 UURI No.36 th.2009 tentang Kesehatan jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
2. Menjatuhkan pidana terhadap : Terdakwa WILDAN ADHYASTHA NAVIAN Bin ALAN MARHELAN dengan pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun. dikurangi selama dalam masa penangkapan dan penahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan, Dan membayar
48
denda sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) Subsider 6 (enam) bulan penjara
3. Menyatakan barang bukti berupa
1.) 16 (enam belas) karung berisi bahan carisoprodol @ ± 25 Kg, seberat 92,594 gram sisa dari 94,772 gram. (sisa hasil labfor) 2.) 6 (enam) buah karung berisi tepung mikro cristalin celulosa (MCC)
produksi DFE farma @ ± 25 Kg, seberat 91,696 gram sisa dari 93,763 gram. (sisa hasil labfor);
3.) 18 (delapan belas) karung berisi SSG bubuk (penghancur tablet), seberat 92,945 gram sisa dari 97,186 gram. (sisa hasil labfor);
4.) 4 (empat) buah karung berisi magnesium stearate (MS) @ 15 Kg, seberat 59,306 gram sisa dari 62,174 gram.(Sisa hasil labfor);
5.) 6 (enam) buah drum berisi PVP K-30, seberat 95,762 gram sisa dari 98,620 gram. (sisa labfor);
6.) 3 (tiga) buah kontainer plastik besar berisi bahan jadi berbentuk tepung siap cetak,kemudian masing-masing kontainer tersebut disisihkan untuk riksa labfor, container (A) seberat 33,361 gram, container (B) seberat 33,218 gram, container (C) seberat 30,728 gram. (sisa labfor)
7.) 4 (empat) buah drum warna biru berisi bahan gagal cetak, seberat 50,639 gram. (sisa labfor);
8.) 2 (dua) buah karung berisi tepung tapioca, seberat 68,38 gram. (sisa labfor);
49
9.) 2 (dua) buah karung berisi tepung maizena, seberat 96,614 gram.
(sisa labfor);
10.) 2 (dua) buah kontainer sedang berisi tablet ZENITH hasil produksi, sebanyak 49 (empat puluh sembilan) butir tablet. (sisa labfor);
11.) 3 (tiga) buah jerigen berisi alkohol, sebanyak 580 ml. (sisa labfor);
12.) 2 (dua) buah drum berisi cairan warna kuning, sebanyak 380 ml.
(sisa labfor);
13.) 7 (tujuh) buah drum berisi Caffeine, seberat 95,984 gram. (sisa labfor);
14.) 52 (lima puluh dua) buah karung warna coklat berisi strip tablet carnophen ZENITH, sebanyak 9 (sembilan) butir tablet. (sisa labfor);
15.) 1 (satu) buah HP merk iphone 7 dengan nomor 0856996888;
16.) 1 (satu) buah HP S8 plus dengan nomor 08529296888;
17.) 2 (dua) unit mesin jahit; 18. 1 (satu) unit alat cetak tablet kecil (produksi PT Lely Metropolitan); 19. 1 (satu) unit alat cetak tablet merk JCMCO; 20. 1 (satu) unit alat cetak tablet besar; 21. 1 (satu) unit mesin penggiling tepung; 22. 1 (satu) unit mesin pengaduk bahan; 23. 1 (satu) unit mesin packing; 24. 1 (satu) set tempat pengeringan
Dirampas untuk dimusnahkan
1.) 1 (satu) unit KBM Kijang Innova dengan No. Pol AD -8686- GO
Dirampas untuk negara
50
1.) 1 (satu) buah tabungan tahapan BCA dengan nomor rekening 7850097423 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
2.) 1 (satu) buah tabungan BRITAMA dengan nomor rekening 106301000394567;
3.) 1 (satu) buah tabungan MANDIRI dengan nomor rekening 1380012623323 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
4.) 1 (satu) buah ATM paspor domestik BCA dengan nomor 6019004529788422;
5.) 1 (satu) pasporATM BCA dengan nomor 6019004507211736;
6.) 1 (satu) Visa Mandiri dengan nomor 4097662463622673 7.) 1 (satu) Visa Mandiri dengan nomor 4097662856967677;
8.) 1 (satu) Visa Mandiri Gold dengan nomor 4616994182619330;
9.) 1 (satu) BRI card dengan nomor 5221841003706271;
10.) 1 (satu) ATM Britama Bisnis dengan nomor 5326595003940231;
11.) 1 (satu) ATM Panin Bank dengan nomor 5264140018116503;
12.) 1 (satu) ATM CIMB Niaga dengan nomor 5576922650232026;
13.) 1 (satu) buku tabungan BCA dengan Nomor rekening 8265046122 a.n.NIDA'UL JIHAD AL ISLAMY;
14.) 1 (satu) buku tabungan CIMB Niaga dengan Nomor Rekening 9720102862183 a.n. WILDAN ADHYASTHA NAVIAN;
15.) 1 (satu) buku tabungan Mandiri dengan Nomor rekening1380013671362 a.n. NIDA'UL QITAL AL HAQONY;
16.) 1 (satu) buku tabungan Mandiri dengan Nomor rekening 1380013058974 a.n. NGATINI;
51
17.) 1 (satu) buku tabungan Panin Bank dengan Nomor rekening 30020226604 a.n. NGA
Dikembalikan kepada terdakwa
1.) 10 (sepuluh ) slip pengiriman DAKOTA Cargo penerima an ABDULAH;
2.) 1 (satu) slip pengiriman KALOG express, penerima a.n. ABDULLAH;
3.) 7 (tujuh) slip pengiriman DAKOTA Cargo, penerima a.n. WAHYU Tetap terlampir dalam berkas perkara.
1.) 69 (enam puluh sembilan) rol Aluminium foil;
2.) 1 (satu) buah drum warna biru berisi tablet ZENITH;
3.) 1 (satu) buah kontainer plastik warna biru putih berisi tablet ZENITH;
4.) 1 (satu) buah karung besar berisi tablet carnophen ZENITH;
5.) 50 (lima puluh) buah karung berisi Carisoprodol @ ± 25 Kg;
6.) 3 (tiga) buah drum berisi PVP K-30;
7.) 7 (tujuh) buah karung berisi bubuk SSG;
8.) 3 (tiga) buah karung yang berisi 12 (dua belas) karung kertas warna coklat berisi strip tablet carnophen ZENITH;
9.) 1 (satu) buah plastik warna hitam di dalam karung warna putih yang berisi tablet ZENITH;
10.) 2 (dua) buah kardus warna coklat yang berisi strip tablet carnophen ZENITH;
11.) 3 (tiga) buah drum berisi bahan siap aduk;
12.) 3 (tiga) pack karung kertas warna coklat;
13.) 1 (satu) Pack hologram;
52
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000;
(Lima ribu rupiah) C. Menimbang
Menimbang bahwa guna mendukung kebenaran dakwaannya, Penuntut Umum telah mengajukan alat bukti berupa saksi-saksi yakni :
1. Saksi Karyadi S.H.
- Bahwa, peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu, tanggal 03 Desember 2017 sekitar jam 08.00 WIB., di rumah kost Terdakwa yang terletak di Perumahan Himawan Suite No. 8 JI.
Kepodang Kec.Colomadu kab karanganyar
- Bahwa yang Saksi ketahui dalam perkara ini, Saksi bersama rekan 1 tim dari Ditresnarkoba Polda Jateng Aiptu Nur Wijayadi dan rekan- rekan lain dan Petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, telah melakukan penangkapan terhadap sdr. Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan (Terdakwa) dalam tindak pidana memiliki pabrik membuat obat PCC (Paracethamol Caffeine Carisoprodol) jenis Carnophe
- Bahwa, benar orang yang Saksi tangkap waktu itu adalah itu orangnya yang sekarang menjadi Terdakwa dalam perkara ini;
- Bahwa, Saksi mengetahui kalau Terdakwa terlibat tindak pidana dalam tindak pidana memiliki pabrik membuat obat PCC (Paracethamol Caffeine Carisoprodol) jenis Carnophen Zenith yang sebelumnya ada informasi dari petugas Badan
53
Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia yang masuk dibagian Ditresnarkoba Polda Jawa Tengah yang menginformasikan bahwa ada gudang yang beralamat di JI.
Setiabudi No. 66, Rt. 001 Rw. 004, Kel. Gilingan, Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta, digunakan untuk memproduksi obat, dan menurut informasi gudang tersebut di duga menyimpan prekusor Narkotika serta sudah beroperasi sejak awal Tahun 2017, selanjutnya saya bersama rekan 1 tim dari Ditresnarkoba Polda Jawa Tengah dan petugas BNN melakukan pengamatan dan penyelidikan Iebih lanjut terhadap rumah yang mirip dengan gudang di JI. Setiabudi No. 66, Rt.
001 Rw. 004, Kel. Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta yang pagarnya tinggi selalu tertutup sehingga tidak nampak dari luar jika ada kegiatan didalamnya, setelah melakukan penyelidikan Iebih mendalam saya dan rekan 1 tim bersama dengan petugas dari BNN berhasil menangkap pemilik gudang tersebut yang bernama sdr Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan (Terdakwa) pada hari Minggu, tanggal 03 Desember 2017 sekitar jam 08.00 WIB., di rumah kostnya yang terletak di Perumahan Himawan suite No. 8 JI. Kepodang Kec. Colomadu, Kab. Karanganyar, selanjutnya Terdakwa kita bawa ke gudang tersebut yang beralamat di JI. Setiabudi No. 66 Kel. Gilingan Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, setelah dilakukan penggeledahan ternyata gudang tersebut adalah rumah yang
54
dijadikan pabrik pembuatan obat dan didalam pabrik tersebut kita temukan dan kita tangkap 5 (lima) orang karyawan yang sedang memproduksi obat tersebut yang bernama 1. sdr. Jaja Isworo, 2. sdr Susilo, 3. sdr Heri Dwimanto ,Maryanto, 4. sdr Suwardi dan 5. sdr. Maryanto (Para Terdakwa dalam berkas berbeda), selain itu kita juga menemukan dan menyita barang bukti berupa: 50 (lima puluh) buah karung berisi Carisoprodol
@ ± 25 Kg, 7 (tujuh) buah drum berisi caffeine, 3 (tiga) buah drum berisi PVP K-30, 7 (tujuh) buah karung berisi bubuk SSG, 3 (tiga) buah karung yang berisi 12 (dua belas) karung kertas - Bahwa, jenis pil tersebut adalah Carnophen Zenith;
- Bahwa, menurut keterangan Terdakwa bahwa cara mengkonsumsi pil tersebut dengan cara ditelan;
- Bahwa, menurut keterangan Terdakwa bahwa pil tersebut di konsumsi hanya untuk orang dewasa;
- Bahwa, menurut keterangan Terdakwa bahwa yang mensponsori atau mendanai produksi obat tersebut adalah sdr.Sri Anggono (Terdakwa dalam berkas yang berbeda), termasuk untuk membayar kontrakan rumah yang digunakan untuk produksi obat, mesin-mesin pembuatan obat dan bahan bakunya semuanya dari sdr.Sri Anggono
- Bahwa, Terdakwa dalam memproduksi dan mengedarkan obat tersebut tidak ada Dokument atau surat ijinnya dari pihak yang berwenang;
55
- Bahwa, setelah obat itu jadi, pil-pil tersebut oleh Terdakwa dikirim ke Semarang dan Jawa Timur atas perintah dari sdr.Sri Anggono;
- Bahwa, Terdakwa memproduksi obat tersebut sejak bulan Juni 2017 sampai Terdakwa ditangkap
2. Saksi Nur wijayadi
- Bahwa, yang saksi ketahui dalam perkara ini, Saksi bersama rekan 1 tim dari Ditresnarkoba Polda Jateng Aiptu Nur Wijayadi dan rekanrekan lain dan Petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, telah melakukan penangkapan terhadap sdr. Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan (Terdakwa) dalam tindak pidana memiliki pabrik membuat obat PCC (Paracethamol Caffeine Carisoprodol) jenis Carnophen Zenith
- Bahwa, peristiwa tersebut terjadi pada hari Minggu, tanggal 03 Desember 2017 sekitar jam 08.00 WIB., .di rumah kost Terdakwa yang terletak di Perumahan Himawan Suite No. 8 JI.
Kepodang Kec. Colomadu, Kab karanganyar.
- Bahwa, Saksi mengetahui kalau Terdakwa terlibat tindak pidana dalam tindak pidana memiliki pabrik membuat obat PCC (Paracethamol Caffeine Carisoprodol) jenis Carnophen Zenith yang sebelumnya ada informasi dari petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia yang masuk dibagian Ditresnarkoba Polda Jawa Tengah yang
56
menginformasikan bahwa ada gudang yang beralamat di JI.
Setiabudi No. 66, Rt. 001 Rw. 004, Kel. Gilingan, Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta, digunakan untuk memproduksi obat, dan menurut informasi gudang tersebut di duga menyimpan prekusor Narkotika serta sudah beroperasi sejak awal Tahun 2017, selanjutnya saya bersama rekan 1 tim dari Ditresnarkoba Polda Jawa Tengah dan petugas BNN melakukan pengamatan dan penyelidikan Iebih lanjut terhadap rumah yang mirip dengan gudang di JI. Setiabudi No. 66, Rt.
001 Rw. 004, Kel. Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta yang pagarnya tinggi selalu tertutup sehingga tidak nampak dari luar jika ada kegiatan didalamnya, setelah melakukan penyelidikan Iebih mendalam saya dan rekan 1 tim bersama dengan petugas dari BNN berhasil menangkap pemilik gudang tersebut yang bernama sdr Wildan Adhyastha Navian Bin Alan Marhelan (Terdakwa) pada hari Minggu, tanggal 03 Desember 2017 sekitar jam 08.00 WIB., di rumah kostnya yang terletak di Perumahan Himawan suite No. 8 JI. Kepodang Kec. Colomadu, Kab. Karanganyar, selanjutnya Terdakwa kita bawa ke gudang tersebut yang beralamat di JI. Setiabudi No. 66 Kel. Gilingan Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, setelah dilakukan penggeledahan ternyata gudang tersebut adalah rumah yang dijadikan pabrik pembuatan obat dan didalam pabrik tersebut kita temukan dan kita tangkap 5 (lima) orang karyawan yang
57
sedang memproduksi obat tersebut yang bernama 1. sdr. Jaja Isworo, 2. sdr Susilo, 3. sdr Heri Dwimanto ,Maryanto, 4. sdr Suwardi dan 5. sdr. Maryanto ( para terdakwa yang berbeda) - Bahwa, menurut keterangan Terdakwa bahwa yang
mensponsori atau mendanai produksi obat tersebut adalah sdr.Sri Anggono (Terdakwa dalam berkas yang berbeda), termasuk untuk membayar kontrakan rumah yang digunakan untuk produksi obat, mesin-mesin pembuatan obat dan bahan bakunya semuanya dari sdr.Sri Anggono
- Bahwa, Terdakwa dalam memproduksi dan mengedarkan obat tersebut tidak ada Dokument atau surat ijinnya dari pihak yang berwenang;
- Bahwa, setelah obat itu jadi, pil-pil tersebut oleh Terdakwa dikirim ke Semarang dan Jawa Timur atas perintah dari sdr.Sri Anggono;
- Bahwa, Terdakwa memproduksi obat tersebut sejak bulan Juni 2017 sampai Terdakwa ditangkap.
- Bahwa, menurut keterangan Terdakwa bahwa cara memproduksi obat jenis Carnophen Zenith adalah dengan langkah Iangkah pertama menimbang bahan baku seperti Cariso Prodol seberat 40 Kg, Kaffeiin seberat 7 Kg, Tepung Mazena 20 Kg, Tepung Tapioka seberat 20 Kg, PVP K- 30 Kg, MG (magnesium stearate), 1,2 Kg, SSG seberat 19 Kg, MCC seberat 12 kg, Alkohol 12 liter, setelah itu di campur di mesin
58
pengaduk selama sekitar tiga puluh menit hingga tercampur rata, kemudian di tuang di box plastik penampung, setelah itu di ayak untuk di pisahkan antara bahan yang lembut dan kasar selanjutnya di keringkan semua, dan setelah kering adonan yang lembut di cetak dengan mesin menjadi tablet, lalu di kemas dengan alat pengemas yang hingga menjadi setiap satu setrip berisi @ sepuluh tablet, sedangkan adonan yang kasar tersangka giling kembali untuk campuran memproduksi ulang, selanjutnya dalam memproduksi obat jenis Carnophen Zenith Terdakwa di bantu oleh 5 (lima) karyawan yang sudah mempunyai tugas sendiri-sendiri yang bernama sdr. Suwardi bin Sariman di bagian menimbang dan mengaduk bahan, sdr.
Maryanto bin Tukino, bertugas mengeringkan dan mengayak bahan obat setelah selesai di campur dan di aduk dan sdr.. Jaja Isworo bin Suroto, yang bekerja sebagai pencetak tablet dari bahan tepung untuk di cetak menjadi tablet, selanjunya sdr. Heri Dwimanto bin Rebo yang bekerja di bagian mesin Strip, obat dari bentuk tablet kemudian di masukkan kedalam mesin Strip untuk dibungkus setiap satu setrip berisi sepuluh tablet,dan sdr Susilo di bagian perawatan mesin produksi bertugas untuk melakukan perbaikan mesin dengan kerusakan ringan, selain itu juga membantu di bagian mesin Strip
3. Saksi Sri Anggono alias Ronggo bin kateni ( alm )
59
- Bahwa, Saksi pernah diperiksa oleh penyidik Kepolisian sehubungan dengan perkara ini;
- Bahwa, Saksi tidak ada dipaksa, keterangan tersebut Saksi berikan secara sukarela
- Bahwa, Saksi kenal dengan sdr. Wildan Adhyastha Navian (Terdakwa) di rumah teman, di Solo Baru, saat itu wildan bisnis cetakan kemasan dan ambil jamu, saya sering ambil barang dari wildan dan saya kirim ke Jakarta; - Bahwa, setelah Saksi kenal dengan Terdakwa, kemudian Saksi bikin tablet carnopen zenith dengan Wildan (Terdakwa);
- Saksi mengajak Wildan (Terdakwa) membuat obat tersebut di bulan januari 2017 dan kami tercapai kesepakatan, dan tindak lanjutnya Wildan saya minta yang mengkoordinasi pekerjaan yang ada di Solo, termasuk untuk mencari tempat usaha dan mencari orang untuk karyawannya
- Bahwa, uang yang digunakan membayar uang sewa adalah uang saya;
- Bahwa, hasil produksi atau obat itu berguna untuk relaxsasi otot dengan aturan pakai sehari antara 1 sampai dengan 2 tablet;
- Bahwa, efek penggunaan obat tersebut kalau kita konsumsi maka badan atau tubuh yang ototnya kaku-kaku atau sakit bisa lemas dan hilang sakitnya;
- Bahwa, Saksi sering makan obat tersebut dan kalau sekarang sudah tidak lagi karena sudah tidak ada stok;
60
- Bahwa, yang membiayai semua ini dari pembelian bahan sampai mesin-mesin adalah Saksi dan Saksi mendapatkan bahan-bahan baku saya peroleh dari Purwokerto;
- Bahwa, berawal dari obat pesanan yang ditunjukkan oleh pak Joni, dia bertanya, “bisa nggak buat obat seperti ini?” (sambil menunjukkan brosur obat tersebut yang didalamnya ada komposisinya) dan Saksi kemudian tanya kepada Tono, “bisa nggak mas?” dan saat itu dijawab Tono, “Bisa Pak”akhirnya kami buat itu;
- Bahwa, ada sebagaian saya yang beli bahan baku ada sebagaian kecil Wildan (Terdakwa) yang beli;
- Bahwa, ada kuntungan dengan harga jual 1000 perbutir, keuntungan perkartonnya sebesar 4 juta rupiah; - Bahwa, yang berhasi di jual dari Solo 60 karton
- Bahwa, pabrik tidak ada ijinnya, karena setahu saya itu pasti susah dapat ijin dari pemerintah karena kami tidak ada yang punya basic farmasi; - Bahwa, tidak ada ijin edarnya dari pemerintah;
- Bahwa, Saksi tahu kalau membuat dan mengedarkan obat itu harus ada ijinnya dari pemerintah; - Bahwa, Saksi tidak tahu efeknya kalau dimakan anak kecil, karena obat ini untuk dewasa
- Bahwa, dari ke 5 karyawan itu bukan saya yang pekerjakan tapi Wildan (Terdakwa) yang perintahkan mereka semua;
61
Atas keterangan saksi terdakwa membenarkan dan menyatakan tidak keberatan.
Menimbang, bahwa dari keterangan para saksi dan Terdakwa tersebut, jika dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, maka diperoleh fakta hukum dalam perkara ini yang antara lain sebagai berikut :
Bahwa terdakwa atas perintah Sri Anggono mencari rumah kontrakan di Jalan Setiabudi No. 66 untuk dihunakan sebagai tempat untuk memproduksi obat jenis Carisso Carnophen Zenith
Menimbang, bahwa Terdakwa .diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun secara subsidairitas, oleh karenanya Majelis akan mempertimbangkan dakwaan Primairnya terlebih dahulu, yakni Terdakwa didakwa melanggar Pasal 197 UU RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, yang menurut perumusan deliknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Setiap Orang
b. Dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar ;
c. Turut serta melakukan perbuatan ;
Ad. 1. Tentang Unsur pertama : “Setiap Orang” : Menimbang, bahwa kata “Setiap Orang” di sini bukanlah merupakan unsur delik melainkan unsur pasal yang menunjuk pada setiap orang subyek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban yang didakwa telah melakukan sesuatu tindak pidana yang dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan “Setiap Orang” tersebut akan selalu melekat pada setiap