BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
Kota Palangkaraya merupakan ibu Kota Provinsi Kalimantan
Tengah. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun
2010, Kota Palangkaraya dikenal dengan Palangkaraja
(1957-1972). Kota ini memiliki luas wilayah 2.400 km² dan berpenduduk
sebanyak 220.962 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata
92.067 jiwa tiap km²). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001,
Kota Palangkaraya hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu Pahandut
dan Bukit Batu. Kini secara administratif, Kota Palangkaraya terdiri
atas 5 kecamatan, yakni Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu,
Sebangau, dan Rakumpi (T.T Suan, 2013).
Berdasarkan UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan
Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, Kota ini dibangun
pada tahun 1957 dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa
Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangkaraya merupakan Kota
dengan luas wilayah terbesar di Indonesia. Kota Palangkaraya
tidak kalah dengan gaya hidup Ibu Kota Jakarta maupun kota besar
lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini membuat masyakarakat
berlomba-lomba untuk saling memamerkan harta dan kekayaan
yang dimiliki.
Kota Palangkaraya dikenal sebagai penduduk Kota yang
selalu mengikuti gaya hidup trend masa kini. Hal ini mempengaruhi
pola pikir dan pergaulan yang terjadi pada remaja ingin mengikuti
trend masa kini yang tidak sesuai dengan pendapatan orang tua. Para remaja kemudian memilih bekerja sebagai Pekerja Seks
Komersial hanya untuk membeli handphone keluaran terbaru, baju serta barang apaupun yang mereka inginkan.
Sayangnya sejauh penelusuran peneliti, tidak ada data
sistematis baik dari Dinkes (Dinas kesehatan), puskesmas
setempat ataupun data statistik daerah Kota Palangkaraya secara
menyeluruh mengenai jumlah remaja yang bekerja sebagai PSK di
Kota Palangkaraya. Hal ini dikarenakan remaja PSK tidak hanya
berada di tempat lokalisasi, banyak remaja PSK yang berstatus
pelajar dan mahasiswa. Hanya ada data dari partisipan yang
mengatakan jumlah PSK yang berasal dari mucikari tempat dimana
4.2 Proses Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Persiapan Penelitian
Pada tanggal 22 Juni 2015, peneliti melakukan survey pada
partisipan. Peneliti mendatangai SMP X dan kemudian mencari
informasi kepada guru-guru sekitar. Peneliti melakukan wawancara
dengan guru yang menangani kasus Pekerja Seks Komersial di
SMP X, guru tersebut lalu memberikan biodata calon partisipan
kepada peneliti. Peneliti pun segera menghubungi calon partisipan.
Pada tanggal 23 Juni 2015 peneliti menghubungi an.E
sebagai riset partisipan yang pertama. Saat bertemu pertama kali
an.E tampak pemalu dan tidak banyak bicara ketika peneliti
berusaha mendekatinya. Di hari berikutnya peneliti bertemu kembali
dengan an.E untuk meminta kesediaan an.E terlibat menjadi riset
partisipan dengan tidak ada unsur paksaan. Kemudian peneliti
mencoba mencari informasi tentang remaja yang berprofesi sama
melalui an.E. an.E memberikan 2 nomor Handphone kontak
temannya yang bisa dihubungi sebagai calon partisipan.
Pada tanggal 25 Juni 2015, peneliti bertemu dengan an.E
yang membawa kedua temannya setelah sebelumnya membuat
janji dengan peneliti. An.E sudah menjelaskan kepada temannya
tentang maksud peneliti untuk mewawancarai sebagai riset
beberapa hal mengenai kerahasiaan identitas mereka dalam
penelitian ini. Peneliti pun menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian (Informed Consent). An.T dan an.A pun setuju menjadi
riset partisipan dan sudah masuk kritreria partisipan. Peneliti pun
melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) kepada ketiga
partisipan tersebut dan sering bertemu hingga pada akhirnya
melakukan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28
Juni 2015-15 Juli 2015.
4.2.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Partisipan 01
Pada tanggal 28 juni 2015 pukul 09.00 WIB peneliti
melakukan wawancara dengan partisipan 1 yaitu an.E di rumahnya.
Peneliti sebelumnya sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan
Saling Percaya) terhadap RP01. Peneliti dan RP01 sering bertemu,
jalan-jalan bahkan RP01 sering datang bertamu di rumah peneliti.
RP01 awalnya pemalu tetapi setelah banyak mengobrol, RP01 pun
terbuka dengan peneliti dan sering curhat. Sejak teman-temannya
di sekolah tahu bahwa RP01 adalah PSK, RP01 tidak mempunyai
teman. RP01 pun sering bertemu dengan peneliti dan menganggap
peneliti seperti temannya sendiri. Selama BHSP peneliti
menjelaskan tentang tujuan peneliti melakukan wawancara pada
Pada awalnya RP01 tidak mengerti dan bingung dengan
tujuan penelitian yang dilakukan peneliti, namun setelah dijelaskan
secara rinci RP01 pun mengerti dan menandatangani informed consent yang telah peneliti berikan. Peneliti membuat janji pada an.E untuk melakukan wawancara. Wawancara dilakukan pada
saat libur semester sekolah dan orang tua dari RP01 sedang pergi
bekerja, hanya ada adik laki-laki yang baru berusia 3 tahun.
Wawancara dilakukan selama 35 menit.
2. Partisipan 02
Pada tanggal 02 Juli 2015 pukul 15.30 WIB, peneliti
melakukan wawancara dengan partisipan 02. Sebelumnya peneliti
sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) terhadap
RP02, peneliti sering bertemu dengan RP02 karena rumah RP02
hanya beda beberapa gang dengan peneliti. Pada awalnya
memang sulit melakukan BHSP pada RP02 dikarenakan RP02
memiliki sifat pendiam dan tidak banyak bicara, namun setelah
peneliti terus mendekati RP02, mengajak RP02 jalan dan bertemu
dengan teman-teman peneliti, akhirnya RP02 pun merasa nyaman
dan banyak bicara. RP02 awalnya banyak bertanya tentang
penelitian, peneliti pun menjelaskan secara rinci dan RP02 pun
Pada saat itu orang tua RP02 sedang pergi menjenguk
nenek RP02 yang sedang dirawat di rumah sakit, hanya ada RP02
bersama pembantunya. Wawancara dilakukan di kamar RP02
selama 40 menit.
3. Partisipan 3
Pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 20.00 WIB, peneliti
melakukan wawancara dengan partisipan 03, sebelumnya peneliti
sudah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) terhadap
RP03, tidak sulit melakukan BHSP terhadap RP03, RP03 anak
yang ramah dan banyak bicara. RP03 selalu bercerita kepada
peneliti tentang bagaimana kegiatan dia di sekolah, pacar hingga
teman-temannya. RP03 adalah anak yang rajin, ketika peneliti
menjemput ke rumahnya, RP03 sedang mengerjakan pekerjaan
seperti menyapu dan mencuci piring.
Pada saat wawancara dilakukan, bibi dan kedua sepupu
RP03 sedang berada di rumah. Ketika peneliti datang, bibi RP03
menyapa dengan baik dan mempersilahkan peneliti masuk ke
dalam rumah. Wawancara pun dilakukan di kamar RP03. RP03 pun
4.3 Gambaran umum partisipan
4.3.1 Partisipan 01
Nama : An. E/ RP01
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun.
RP01 lahir di Desa Tumbang Rahuyan, pada tanggal 09
September 2000. RP01 terdaftar di salah satu SMP di Kota
Palangkaraya. RP01 merupakan anak kedua dari 3 bersudara. Dia
mempunyai kakak laki-laki berumur 17 tahun dan adik yang masih
berumur 3 tahun. RP01 tinggal bersama orangtua dan saudaranya.
Ayah RP01 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kota
Palangkaraya sedangkan Ibunya bekerja sebagai pedagang kain di
pasar Blauran di Kota Palangkaraya.
RP01 mengatakan bahwa ayah dan ibunya sangat perhatian
kepadanya. Apapun yang RP01 inginkan kedua orang tuanya
berusaha memberikan apa yang dia inginkan, RP01 sangat dekat
dengan ayahnya. Jika ayahnya akan pergi dinas di luar Kota, RP01
selalu menangis dan ingin ikut dengan ayahnya. Kakak dari RP01
pun tidak terlalu dekat dengan RP01 karena sibuk ikut kegiatan
sekolah dan pulang di sore hari. Pada malam hari kakak RP01
sering diam di dalam kamar karena teman-teman sering datang ke
ayahnya untuk belajar di kamar, dan ibu RP01 mengurus adik RP01
yang masih berusia 3 tahun. Orang tua RP01 melarang dirinya
keluar malam dan RP01 pada malam hari selalu berada di rumah
dengan orang tuanya.
Pertama kali kenapa RP01 memilih untuk menjadi PSK
adalah RP01 sudah melakukan hubungan seksual bersama
pacarnya sendiri saat ia berada di bangku kelas 1 SMP di usia 12
tahun. Pada saat itu RP01 masih perawan dan benar-benar tidak
memahami apa yang dia lakukan. Namun RP01 merasa senang
melakukan hal tersebut. Orang tua RP01 tentu tidak mengetahui
apa yang dia lakukan selama ini karena dia bekerja sebagai PSK
hanya untuk mendapatkan uang demi membeli apa yang dia
inginkan. RP01 mengatakan bahwa orang tuanya sangat perhatian
padanya tetapi tidak pernah memberikan pengetahuan seks kepada
dirinya. Terkadang RP01 melakukan pekerjaannya saat pulang
sekolah bahkan harus bolos sekolah, karena pelanggan RP01
berasal dari kalangan SMA dan orang dewasa. RP01 mendapat
pelanggan dari Facebook atau pun via telepon dan sms. RP01 mengatakan bahwa banyak orang sudah mengetahui pekerjannya,
sehingga dia tidak perlu khawatir jika sepi pelanggan. Sampai saat
ini dia masih melakukan pekerjaannya.
4.3.2 Partisipan 02
Nama : An. T/ RP02
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 tahun.
RP02 lahir di Kota Palangkaraya, pada tanggal 3 Januari
1999. RP02 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. RP02
mempunyai adik yang berumur 7 tahun dan sekarang duduk di
kelas 1 SD. Ayah RP02 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
Ibu RP02 merupakan dokter gigi di salah satu Puskesmas di Kota
Palangkaraya. Hubungan antar anggota keluarga RP02 sangat
dekat. Bentuk perhatian yang diberikan misalnya, setiap pagi
ibunya memasak bekal untuk dibawa ke sekolah dan ayah RP02
setiap pagi selalu mengantar RP02 pergi ke sekolah. RP02
mengatakan dirinya sangat dekat dengan adiknya, setiap pagi
sebelum berangkat sekolah RP02 selalu memandikan adiknya.
RP02 sangat dekat dengan ibunya, ibunya selalu bertanya
tiap hari apa yang dilakukan RP02 di sekolah, bagaimana guru dan
teman-temannya. RP02 juga dekat dengan ayahnya, ayahnya
selalu mengajak keluarga pergi piknik setiap hari libur.
RP02 mengatakan pertama kali melakukan hubungan
seksual bersama pacarnya, pada saat itu RP02 masih duduk di
an.T masih dalam keadaan perawan. Hal inilah yang membuat an.T
mulai tertarik bekerja sebagai PSK dikarenakan menurutnya
pekerjaan ini mudah dan menghasilkan uang. Orang tua RP02 tidak
mengetahui pekerjaan RP02.
4.3.3 Partisipan 03
Nama : An. A/ RP03
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun.
RP03 lahir di Kota Palangkaraya pada tanggal 03 Juni 1998,
RP03 tinggal bersama bibinya yang bekerja sebagai guru di salah
satu SD di Kota Palangkaraya, RP.03 mengatakan sejak kecil
dirinya dibesarkan oleh bibinya dan tinggal bersama 2 saudara
sepupunya. Kakak sepupu RP03 yang pertama adalah perempuan
berumur 21 tahun dan kakak yang kedua adalah perempuan
berumur 19 tahun. Suami bibi RP03 sudah meninggal 2 tahun yang
lalu dan orang tua RP03 pun sudah meninggal saat RP03 masih
bayi, RP03 tentu mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari
bibinya, tetapi an.A mengatakan bibinya tidak terlalu banyak
memberinya uang jajan. Bibinya juga tidak terlalu banyak bicara
dan dekat dengan dirinya, setelah pulang kerja bibinya memasak
dan selalu masuk dalam kamar, kadang bibinya hanya
dibenarkan pada saat peneliti sering ke rumah RP03, bibinya tidak
banyak bicara dan suka mengurung diri di kamar.
RP03 mengerti dengan keadaan bahwa bibinya harus
membiayai kakaknya yang juga bersekolah dan butuh biaya. Kedua
kakak RP03 sangat baik padanya, mereka selalu hidup rukun walau
terkadang ada pertengkaran kecil yang bisa diselesaikan. RP03
sangat menyayangi kakak-kakaknya walaupun mereka bukan
kakak kandungnya, setiap malam mereka selalu mengobrol dan
kadang bahkan tidur bersama. RP03 merasa kasihan pada bibinya,
inilah alasan kenapa RP03 akhirnya bekerja sebagai PSK, agar
RP03 tidak terlalu banyak meminta uang pada bibinya. Bibi RP03
tentu tidak tahu pekerjaan RP03. RP03 pertama kali melakukan
hubungan seksual pada saat dirinya kelas 1 SMP di usia 15 tahun
dengan pacarnya. Saat itu an.A masih perawan dan dia merasa
4.4 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian, peneliti menganalisa data dan
membuat pengkategorian yang diambil dari hasil verbatim.
Kemudian dari pengkategorian tersebut dibuat sub tema dan dari
sub tema itulah didapatkan tema yang akan diuraikan.
4.4.1 Analisa data gambaran pengetahuan seks pada remaja
pekerja seks komersial
Pengetahuan seks bebas pada remaja.
Pengetahuan seks yang dimiliki RP01, hanya berdasarkan
pengalaman pribadi dan pergaulan saja. RP01 memiliki gambaran
sederhana mengenai seks dan terutama pengetahuan tentang
seks bebas. Lingkungan sekitar, menjadi faktor RP01 mendapatkan
pengetahuan dari teman sebayanya. Sehingga, RP01 paham dan
tahu apa yang dimaksud seks dan seks bebas. Hal ini dinyatakan
pada kutipan wawancara berikut :
Kapan lahh.. hmm.. pas kelas 1 SMP ka.. itu pun aku mendengarnya dari teman, dengar berita, itu aja sih ka setau aku.. (45)
Teman-teman kak, (60)
Kaya hubungan suami istri tu nah ka.. (105)
Seks bebas ya kak? Seks bebas itu ya orang yang melakukan hubungan badan berganti-ganti pasangan kaya aku sih ka.(150)
RP02, juga tidak memiliki pemahaman yang benar tentang
pengetahuan seks. RP02, mendapatkan pengetahuan seks dari
sumber media yang tidak edukatif bagi partisipan. Secara alami
rasa emosional remaja untuk ingin tahu pun menjadi meningkat
tanpa mempertimbangkan apa yang akan terjadi selanjutnya :
Teman, awalnya teman yang ngajarin.. (690)
Awalnya teman ngajakin nonton film bokep tu kaa.Terus ya aku jadi tau kalo itu namanya seks, terus aku penasaran ka. (700)
Iyaa sih ka mau . Hehe (701)
Yaa.. berhubungan badan sama lawan jenis..(750)
Seks bebas ka? Seks bebas itu orang yang melakukan hubungan badan buat senang senang aja kaaa.. sama siapa aja melakukan hubungan sama kaya yang aku bilang tadi, sama lawan jenis.(825)
Hehehe.. pasti sih ka, berhubungan badan kan pas sudah menikah aaja tapi aku sih gak mikirin itu kak. Boleh boleh aja menurut ku. (830)
Kalo hubungan seks sebelum nikah kan melakukan nya diam-diam, rame, asik gitu sih kak, setelah nikah kan mencari keturunan sih gak diam-diam lagi sih kak.. (855)
Ketiga partisipan mempunyai pemahaman seks bebas yang
sama. Ketiga partisipan mengetahui pengertian seks bebas, tetapi
tidak bisa menjelaskan secara rinci dan detail yang dimaksudkan
dengan pengetahuan seks dan seks bebas. Berikut pernyataan dari
RP03 :
Tau ja kak aku seks itu apa, tapi. Anunya tuu.. pengertiannya tu aku gak tau..(1245)
Seks itu adalah pergaulan bebas, yang dilakukan berhubungan badan. (1265)
Seks bebas? Itu yaaa.. orang yang melakukan hubungan seks atau berhubungan badan kayaitu kaa.. diluar nikah melakukannya dan sama siapa aja..(1345)
Hhmm.. iya ka , sama berganti pasangan berarti itu seks bebas ya ka. Hahaa (1355)
Lingkungan dan media menjadi sumber informasi yang
diperoleh remaja mengenai pengetahuan seks bebas pada remaja.
Remaja cenderung hanya mendengar dan merekam di otaknya
atas apa yang dilihat dan didengarnya.
Dampak seks bebas.
RP01 mendapatkan sumber informasi yang berasal dari
koran, tanpa adanya informasi secara terstruktur dan formal.
Hal ini memungkinkan partisipan kurang dapat memahami
dan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya. Berikut
pernyataan RP01 :
Gak pernah mun segala pemberitahuan gitu di sekolah kami ka. Paling cuman ada kegiatan lomba aja sih ka.. lomba nari daerah dan lain-lain. Tapi kalo segala pendidikan atau pemberitahuan yang kata kaka tu gak pernah.(140)
Penyakit yang menular karna berhubungan badan kah jar kaka tu?(170)
Nah yang aku tau itu sih ka AIDS sama apa yaa ohh kanker servik ya kak.. itu aja sih. (190)
Aku suka baca-baca Koran kak.. (320)
Koran aja sih kaa. Itu juga gak sengaja baca. (330)
Berbeda dengan RP01 yang menyatakan tidak pernah
mendapatkan pendidikan seks, RP02 dan RP03 menyatakan
pernah mendapatkan pendidikan seks secara formal. Tetapi, RP02
dan RP03 pun sama-sama kurang memahami dan memanfaatkan
pengetahuan yang diperolehnya:
Eeh kalo itu pernah ka, waktu aku MOS itu ada dari kepolisian kaya pendidikan tentang HIV dan narkoba ka.. (P02) (790)
HIV kan penyakit yang apalah kaa. Penyakit yang bahaya kaytu nah ka itu tu sebabnya oleh berhubungan badan ganti ganti kalo ka (P02) (800)
Kalo negatifnya bisa kena raja singa, kena HIV (875)
Takut sih ada ka, tapi seingat aku kalo HIV kalo pakai kondom ya gak kena ka.. jadi makanya aku ni kawa santai-santai ka. (P02)(815)
HIV?? Tau sih kak kemaren ada kakak-kakak kuliahan kaya buhan kakak tu kaya kasih pelajaran tentang HIV tu kaya kenapa bisa kena penyakit HIV segala.(P03)(1325)
Tau lah kak, karena seks bebas, jarum suntik bekas terus apa yaa.. lupa ka (P03)(1335)
Kalo positifnya menurutku sih gada kak.. tapi kalo negatifnya yang pasti kena penyakit, penyakit apakah kelamin gitu nah ka.(P03) (1425)
Apa lah ka, lupa aku.heheh.. HIV sih yg emang ku tau (P03) (1345)
Oleh berhubungan badan tu ka.. oleh ganti pasangan. (P03) (1445)
Dari pernyataan ketiga partisipan, ketiga partisipan tahu dan
dampak seks bebas adalah terkena penyakit menular seksual,
HIV/AIDS, kanker serviks, dan kehamilan. Adanya pencegahan
berupa alat kontrasepsi yang membuat mereka berfikir dampak
seks bebas dapat dihindari.
Faktor yang mempengaruhi seks bebas.
Faktor yang mempengaruhi seks bebas yang dinyatakan
partisipan 1, 2 dan 3, merupakan faktor yang mereka ketahui
berdasarkan pengalaman pribadi. Tidak ada pendidikan maupun
sumber informasi khusus yang didapatkan ketiga partisipan terkait
faktor yang mempengaruhi seks bebas
Penyebabnya ikut-ikutan teman aja sih kak.. terus bisa menghasilkan uang kak. (P01)(360)
Yaa karna dulu juga pernah waktu sama pacar sih kak. (P01)(370)
Iya senang kak, dapat uang bisa jalan jalan dan beli apa yang aku suka. (P01)(655)
Hmm oleh ikut-ikutan ka, coba-coba, oleh cari uang sih kak, ya gitulah jadinya cari uang tu lewat main kak.. (P02)(915)
Oleh cari uang yaaa kak (P02)(1155)
Ya gak lah kak. Kalo itu sih karna sayang(P02) (1095)
Yang pertama tu ka, karena uang, pergaulan, lingkungan, makanya jadi keikut kak.. olehkan duit juga kak.. serba kekurangan kak.. mau beli ini itu.. (P03) (1480)
Iaaa kak, oleh kan kalo sama pacar gak dapat duit kak.
(P03)(1670)
Uang lah kak.. masalah uang.. kan orangtua ku udah ga da kak..
Ketiga partisipan menyatakan, faktor yang mempengaruhi
seks bebas yaitu pernah melakukan hubungan seksual bersama
kekasih. Hubungan seksual sebagai bukti kasih sayang yang dapat
diberikan remaja kepada pasangan. Selain itu, remaja cenderung
meniru dan mencoba sesuatu yang baru dengan lingkungan
sekitarnya.
Faktor ekonomi pun dikaitkan dengan seks bebas, demi
barang dan imbalan berupa uang, remaja mau melakukan perilaku
seks bebas dengan perasaan senang.
Tabel 4.1 Berikut ini adalah tabel ringkasan dari verbatim yang
sudah diuraikan, berupa daftar tema, sub tema dan kategori
pengetahuan seks pada remaja PSK.
Tema Sub Tema Kategori
Pengetahuan Seks
Pada Remaja
Pekerja Seks
Komersial.
Seks bebas. Seks diartikan
dengan orang
yang
berhubungan
badan layaknya
suami istri.
Seks bebas
[image:17.516.85.461.173.636.2]sebagai orang
yang
melakukan seks
tanpa batas
dengan
berganti-ganti
pasangan.
Dampak seks
bebas.
Remaja tahu
dan paham
tentang
dampak seks
bebas.
Dampak seks
bebas yang
diketahui
remaja
adalah dapat
menyebabkan
kehamilan,
terkena PMS
(penyakit
sekseual),
tertular
HIV/AIDS,
dan terserang
kanker
serviks.
Faktor yang
mempengaruhi
seks bebas.
Remaja melakukan
seks karena
ingin
coba-coba,
mengikuti
teman-temannya,
bukti kasih
sayang
terhadap
kekasih,
menghasilkan
keuntungan
finansial
seperti uang,
serta tidak
takut terkena
4.4.2 Analisa data gambaran perilaku seksual pada remaja
pekerja seks komersial.
Perilaku seksual berfantasi.
Ketiga partisipan menyatakan, pernah membayangkan atau
berimajinasi aktivitas seksual sebelum tidur maupun setelah
menoton film porno:
Bayangin aku sama pacarku ka, lagi kaya gitu (P01)(465)
Iyaalah ka, pasti aku langsung bayangin aku kaya yang di film itu sama orang. (P02) (720)
Pernah aja sih ka, kadang sebelum tidur. Jorok memang fikiran ni. Hahaha.. (P03)(1615)
Perilaku seksual pegangan tangan.
Pegangan tangan, adalah perilaku fisik yang sering
dilakukan partisipan 1, 2 dan 3. Remaja beranggapan bahwa
pegangan tangan adalah perilaku fisik yang biasanya dilakukan di
depan umum bersama kekasih :
Pernah ka, sering malahan.hehe (P01) (455)
Yaaa pegangan tiap ketemu lah kaa, kalo lagi jalan-jalan dimana gitu sama pacar. (P02)(965)
Iyalah ka.. kalo jalan kan pasti dipeluk sama pegangan tangan
Perilaku seksual cium kering dan basah.
Ketiga partisipan mengakui sering melakukan perilaku
seksual yaitu ciuman, yang dibagi dengan 2 kategori yaitu cium
kering dan basah. Hal ini biasa dilakukan bersama kekasihnya :
Iya kaa.. ciuman pipi,bibir. Ka (P01) (485)
Iyaaalah ka, ciuman bibir.. apalagi pipi sering ka (P02)(985)
Iyaa lah ka pasti bibir dan pipi tu kaa. Nyata dah (P03)(1545)
Perilaku seksual meraba
Aktivitas seksual meraba bagian sensitif, sering dilakukan
ketiga partispan sebelum melakukan hubungan seksual. Meraba
bagian sensitif merangsang partisipan untuk melakukan hubungan
seksual. :
Senang kak, enak ka ..hehe.. kalo disentuh rasanya pengen kaya gitu aja kak.. ya melakukan (P01)(415)
Iyaa kak.. yaa pegang pegang itu kak leher, paha (P02)(1005)
Rasanya tu yaaa senang kak..trus pas dia pegang segala susuku mau berhubungan badan ja rasanya.. oleh yang sudah gak kuat lagi rasanya ka.. (P02)(1065)
Hmm yaaa kayaitu ka, beciuman , meraba, yaaa main ka (P03)(1505)
Perilaku seksual berpelukan
Sama seperti halnya perilaku seksual berpegangan tangan dan
berciuman, berpelukan pun menjadi aktivitas seksual yang sering
dilakukan oleh ketiga partisipan:
Pernah ka, sering malahan.hehe (P01)(455)
Main, ciuman, pelukan, berhubungan badan. (P02)(955)
Ciuman, pelukan, meraba-raba, terus berhubungan badan sih ka (P03)(1505)
Perilaku seksual Masturbasi
Pernyataan ketiga partisipan tentang perilaku seksual
masturbasi memiliki variasi :
Yaa kalo itu pernah aja ka tapi jarang sih, soalnya aneh aja aku mun kayaitu. (P01)(550)
Yaa.. gak lah ka, aku gak pernah kayagitu. Paling ya kalo mau. Tapi kalo gak bisa ya aku diam aja. (P02) (730)
Hahaha.. masturbasi ka? Kada suah ka ai.. mun aku mau mending panggil pacar aku ja . kalo gak ya sama pelanggan. (P03)(1605)
Partisipan 1 menyatakan pernah melakukan
masturbasi, berbeda dengan partisipan 2 dan 3 yang
mengatakan tidak pernah melakukan masturbasi.
Ketiga pertisipan, mengatakan pernah melakukan oral seks
bersama kekasih dan pelanggan mereka. Aktivitas seksual ini
dilakukan pada saat sebelum melakukan hubungan badan.
Hah? Oral seks itu yang kayagimana ya ka? (P01)(495)
Ohh hehe, kalo itu sih iya ka.. kan kalo sama pelanggan tuh minta gitu pang ka biasanya. Sama pacar aku juga dulu pernah (P01)(505)
Oral seks? Sering lah ka. Sebelum gituan kan pasti gitu ka.
Hehehee.. (P02)(1045)
Oral? Kaya pernah dengar. Yang kalo bahas gaulnya blowjob kah
ka. Ya pernah dong ka.(P03)(1590)
Perilaku seksual petting
Seperti perlakuan seksual lainnya ketiga partisipan pun
mengatakan pernah bahkan sering melakukan aktivitas seksual
seperti petting. Partisipan kurang memahami beberapa istilah
perilaku seksual :
Nah, petting tu apalagi kak? (P01)(520)
Ohh itu namanya petting ya kak.. kalo itu sih biasanya iya kak sebelum kami berhubungan badan tu kayagitu ka (P01)(530)
Apaa petting tu kak? (P02)(1025)
Ohh itu ka.. sering lah dulu ka, saking sayang nya aku sama dia aku tu nurut nurut aja apa yang suruh ka.. (P02)(1035)
Petting? Gak kaaa apa tu? Putting? (P03)(1565)
Perilaku seksual Intercourse (senggama)
Pada penelitian ini partisipan 1, 2 dan 3 melakukan perilaku
seks (bersenggama) dalam usia yang dini. Perilaku seksual
dilakukan pertama kali bersama kekasih tanpa ada paksaan dan
didasari atas suka sama suka:
Pertama kali tu kelas 1 SMP ka.. dengan pacar ku.. awalnya tu pacar ku Tanya “kamu sayang gak sama aku” yaa.. aku jawab aja kak.. “sayang sekali” terus aku dipeluknya ka, terus diciumnya , di raba-raba, sampai hilang kesadaranku.. ternyata aku udah gak pakai baju kak.. (P01)(585)
Pas kelas 3 SMP pang kaa.. ceritanya tu awalnya dibawanya aku kebarak,habis tu kami dua bolos, terus disitu kami ciuman, dia pegang susuku, terus diajak nya aku nonton bokep, terus kalo gitu yaaa main aja lagi kak (P02)(1105)
awalnya tu aku sama pacarku, aku dibawanya ketempat temannya, terus tu di kos itu kami berdua pacarku ditinggal temannya sisa kami berdua, nah disitu ka mulai cium-ciuman, terus tu langsung ja, dia meraba susu ku dan aku dipaksa megang punya dia, terus langsung ja disuruh lepas baju. Langsung ja kami berhubungan badan.. (P03)(1665)
Tabel 4.2 Berikut ini adalah tabel ringkasan dari verbatim yang
sudah diuraikan, berupa tema, subtema dan kategori perilaku seks
pada remaja.
Tema Sub Tema Kategori
Perilaku seksual
pada remaja
PSK.
Berfantasi
Pegangan tangan
Cium kering
Remaja
melakukan
[image:24.516.87.452.185.656.2] Cium basah
Meraba
Berpelukan
Mastrubasi bagi
wanita.
Oral seks
Petting
Intercourse.
yang didasarkan
oleh pengalaman
pribadi bersama
kekasih.
Remaja
melakukan
perilaku seksual
dengan semua
pelangganya.
Remaja
melakukan
perilaku seksual
secara tidak
sadar dan tidak
mengerti apa
yang
dilakukannya
dapat
membahayakan
kesehatan fisik
dan alat
reproduksi.
dan mencari
kesenangan
,menjadi faktor
utama remaja
melakukan
seluruh perilaku
seksual.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Perkembangan Remaja PSK
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan timbulnya
tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya pemasakan seksual sampai
tercapainya pertumbuhan fisik dan mental kira-kira 12-21 tahun
(Undang-Undang No.4, 2002). Pada hasil penelitian ini ditemukan
bahwa masa pubertas pada ketiga partisipan yang berusia 14-17
tahun ditandai dengan perubahan biologis, kognitif dan
sosio-emosional yang sangat erat kaitannya. Perubahan biologis pada
pasrtisipan seperti pembesaran payudara pada wanita dan
dan paha merupakan bagian sensitif apabila disentuh oleh lawan
jenis dan menimbulkan dorongan untuk melakukan hubungan
seksual seperti yang dirasakan oleh ketiga partisipan. Hal ini
ditunjukan pada ketiga partisipan yang melakukan hubungan
seksual pertama kali melalui kedekatan secara fisik dengan
pasangan seperti sentuhan, ciuman dan pelukan.
Perkembangan psikologis pada remaja yang dapat dilihat
pada ketiga partisipan pada hasil penelitian, yaitu remaja merasa
mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan menghasilkan
keuntungan, tanpa ada dukungan dari orang tua yaitu dengan
bekerja sebagai pekerja seks komersial. Perkembangan kognitif
yang nampak pada partisipan adalah cenderung untuk membuat
keputusan sebagai PSK tanpa pemikiran yang matang mengenai
dampak dari pekerjaan tersebut terhadap kesehatan melainkan
hanya dengan mempertimbangkan kesenangan bagi dirinya sendiri.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2007),
bahwa hubungan seksual pada remaja awal dipengaruhi pada saat
mengalami masa pubertas, tekanan dari teman sebaya, frekuensi
pertemuan dengan kekasih, hubungan dengan kekasih yang
semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada
memungkinkan untuk mendidik anak-anak memasuki masa remaja
dengan baik.
4.5.2 Pengetahuan seks dan perilaku seksual pada
remaja PSK
Ketiga riset partisipan remaja PSK pada penelitain ini tahu
dan paham tentang pengetahuan seks bebas. Ketiga riset
partisipan menyatakan bahwa seks bebas diartikan dengan orang
yang berhubungan badan dengan lawan jenis layaknya suami istri
dan dilakukan secara bebas dengan berganti pasangan. Hal ini
sesuai dengan teori Ghifari (2003), bahwa seks bebas adalah
hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda,
dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan.
Pernyataan ketiga riset partisipan pun sejalan dengan teori
Nanggala (2006), yang menyatakan bahwa seks bebas dapat
diartikan sebagai pola perilaku seks yang bebas tanpa batasan,
baik dalam tingkah laku seksnya maupun dengan siapa hubungan
seksual itu dilakukan. Media yang tidak edukatif seperti film porno
mengakibatkan dorongan seksual pada partisipan meningkat untuk
berkhayal dan ingin melakukan perilaku seksual. Ketiga partisipan
menyatakan pernah melakukan semua bentuk perilaku seksual
seperti, berfantasi, pegangangan tangan, berpelukan, berciuman,
seksual yang dilakukan remaja pertama dilakukan bersama kekasih
dan kemudian dilakukan pada saat bekerja sebagai PSK. Dalam
perkembangannya, perilaku seks bebas di kalangan remaja PSK ini
terjadi secara berulang. Hal ini dikarenakan adanya stimulus dari
luar. Menurut pendapat Skinner dalam Notoatmodjo (2010),
perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar melalui proses stimulus-organisme-respon
(teori SOR / Stimulus-Organisme-Respon). Remaja mulai merespon
stimulus yang ada dengan tindakan nyata. Stimulus atas perilaku
seksual remaja, salah satunya dengan menonton film porno yang
kemudian dipraktekan langsung dengan pasangannya.
Kesenangan dirasakan oleh remaja sekaligus sebagai ungkapan
kasih sayang dengan orang yang dicintainya.
Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja mempunyai
resiko yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam penelitian ini
ketiga partisipan tahu dan paham mengenai dampak seks bebas
terhadap kesehatan yaitu penularan HIV/AIDS, kanker serviks atau
menyebabkan kehamilan. Pernyataan mengenai pengetahuan
partisipan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono
(2003). Sarwono menegaskan bahwa hubungan seks pranikah
dapat mengakibatkan penularan PMS, HIV/AIDS, dan kehamilan.
Akan tetapi remaja tetap melakukan seks bebas melalui profesi
diperoleh dari lembaga formal. Pengetahuan seks diberikan setelah
partisipan sudah melakukan perilaku seksual. Setelah diberikan
pengetahuan, partisipan tetap melakukan perilaku seks bebas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tobin & Okojie (2010) di Afrika, bahwa remaja memiliki
pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang dampak seks
bebas dan aktif secara seksual. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Capuano (2009), tentang perilaku seksual di
kalangan remaja di Italia mengenai pengetahuan dan penggunaan
kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
setengah siswa dari total 630 siswa di Italia yang telah disurvey,
telah aktif secara seksual. Usia rata-rata saat pertama hubungan
seksual adalah 15 tahun dan kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah kondom. Setelah diberikan pengetahuan selama
2 bulan dan dilakukan evaluasi kembali, didapatkan hasil 70% anak
secara aktif masih melakukan hubungan seksual. Penelitian yang
dilakukan di Italia sejalan dengan hasil penelitian bahwa
pengetahuan yang diberikan kepada remaja PSK yang aktif secara
seksual, tidak mempengaruhi menurunnya kejadian seks bebas
pada remaja. Namun, remaja memproteksi diri dengan penggunaan
kontrasepsi (kondom) untuk meminimalisir dampak dari seks bebas
Ketiga partisipan merasa senang dan mendapatkan
keuntungan finansial berupa uang dari berhubungan seksual.
Fenomena kehidupan remaja PSK di kota Palangkaraya yang
mencakup pengetahuan seks dan perilaku seks di kalangan remaja
sesuai dengan temuan staf Yayasan Hotline Surabaya. Temuan
tersebut adalah remaja wanita yang bekerja sebagai PSK
dikarenakan ekonomi rendah dan dipengaruhi teman sebaya yang
mempunyai uang banyak dan barang bagus dari hasil bekerja
sebagai PSK (Hudiono, 2013). Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Aderinto (2008), tentang remaja
pekerja seks di Ibadan, Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kemiskinan, tekanan teman sebaya, sosio-ekonomi yang
buruk merupakan faktor remaja bekerja sebagai pekerja seksual.
Remaja PSK menyadari akan menghadapi berbagai jenis resiko
dalam pekerjaan seks, hanya saja mereka tidak dapat berhenti
karena sudah terlanjur melakukan hubungan seks dengan kekasih
dan kemudian dengan bekerja sebagai PSK mereka merasa
senang dan mendapatkan keuntungan secara finansial.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan dan
perilaku yang dimiliki remaja, seperti yang diungkapkan
Notoatmodjo (2005) bahwa lingkungan memberikan pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari
menunjukan bahwa partisipan tidak pernah menerima informasi
mengenai seks bebas dari orang tua sebagai lingkungan terdekat.
Remaja mendapatkan pengetahuan seks dari media yang tidak
edukatif seperti film porno dan lingkungan teman sebaya yang
mendukung partisipan untuk melakukan hubungan seks bebas.
Pada usia remaja teman sebaya sangat mudah diterima
dibandingkan orang tua, maka dari itu remaja percaya pada teman
sebayanya dan akan berperilaku sama seperti teman sebayanya.
Diharapkan orang tua menjadi sumber edukasi seks deteksi dini
pada remaja agar remaja mampu terhindar dari perilaku seks dan