• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Titik Yuniarti

0902927

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH

Oleh

Titik Yuniarti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Titik Yuniarti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TITIK YUNIARTI 0902927

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dra. Effy Mulyasari, M.Pd. NIP. 1968 0118 2008 012003

Pembimbing II

Dr. Mimin Nurjhani K., M.Pd. NIP. 1965 0929 1991 012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH

Oleh Titik Yuniarti

0902927

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan kognitif siswa dalam pelajaran IPA materi konsep energi. Dari penelitian sebelumnya, peneliti lebih banyak menitik beratkan pada pengukuran hasil belajar siswa bukan pada kemampuan kognitif walaupun pada pelaksanaannya guru hanya mengukur kemampuan kognitif tanpa pengukuran terhadap kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Selain itu guru di sekolah dasar hanya mengukur kemampuan kognitif pada jenjang mengingat, memahami dan mengaplikasikan saja bukan diukur hingga enam jenjang kemampuan kognitif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran profil kemampuan kognitif siswa sekolah dasar dari jenjang terendah,yaitu mengingat hingga jenjang tertinggi yaitu membuat, 2) mengukur kemampuan penguasaan konsep siswa terhadap materi konsep energi melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dan 3) mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match. Penelitian ini berupa dekriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Buahbatu, Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2012/ 2013. Sampel pada penelitian ini adalah 27 siswa kelas III A SDN Buahbatu. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan kognitif siswa pada jenjang mengingat sebesar 55,7%, pada jenjang memahami sebesar 84%, pada jenjang mengaplikasikan atau menerapkan sebesar 71%, pada jenjang menganalisis sebesar 84,5%, pada jenjang mengevaluasi sebesar 53,28% dan pada jenjang membuat sebesar 88,8%. Sedangkan penguasaan siswa pada konsep energi dibagi kedalam empat sub-konsep, sebagai berikut: pada sub-konsep gerak, energi dan sumber energi penguasaan konsep siswa sebesar 46%, pada sub-konsep contoh gerak benda, energi dan sumber energi sebesar 85%, pada sub-konsep hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak benda sebesar 98% dan pada sub-konsep penggunaan energi sebesar 70%. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukan respon yang positif, jadi model pembelajaran ini dapat diterima oleh siswa sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa.

(5)

ABSTRACT

COGNITIVE ABILITIES OF STUDENTS IN THE MATERIAL CONCEPT OF ENERGY THROUGH COOPERATIVE LEARNING

MODEL MAKE A MATCH

By Titik Yuniarti

0902927

This research aims at determining the level of cognitive development of students in the material science energy concept. From the previous research, researcher more focus on the measurement of student learning outcomes rather than on the cognitive abilities although in practice the teacher only measure cognitive abilities without measurement of affective and psychomotor skills of students. Beside that the fact that reseacher found that teacher in elementary school only measure cognitive abilities at the level of remembering, understanding, and applying not measured up to six levels of cognitive abilities. Therefore the aim of this research, 1) was obtain a profile of the elementary school students ability to step up from the lower level, remembering up to the highest level,creating, 2) to measure students ability to master the concept of the material energy concept through cooperative learning model make a match and 3) determine students response to cooperative learning type make a match. This research is a descriptive. The population of the research was all third grade students of SDN Buahbatu, Kabupaten Bandung Barat in academic year 2012/ 2013. The sample of the research was 27 students III A grade SDN Buahbatu. The results of the research at level remember got 55,7%, at level understanding got 84%, at level applying got 71%, at level analysing got 84,5%, at level evaluating got 53,28%, and at level create got 88,8%. While the concept of student mastery of the energy is devided into four concepts, as follows: on the concept of motion, energy, and energy resources got 46%, on the concept of example motion of objects, energy and resources got 85%, on the concept of the relationship of energy sources, the energy in the motion of objects got 98% and the concept of using energy got 70%. Students response to cooperative learning type make a match showed a positive response, it proved that this learning model can be accepted by the students as an alternative learning natural science to enchance the students cognitive developments.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

BABIIIIKEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH A. Kemampuan Kognitif ... 7

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 14

C. Materi Konsep Energi ... 16

D. Tinjauan Pembelajaran Konsep Energi ... 22

E. Penelitian yang Relevan ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 25

B. Metode Penelitian ... 25

(7)

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Uji Coba Instrumen ... 29

F. Langkah Pengumpulan Data Penelitian ... 37

G. Alur Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... .. 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 SK dan Kd Materi Konsep Energi ... 22

2.2 Penelitian yang Relevan ... 23

3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa Pada Konsep Energi .... 27

3.2 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 28

3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 30

3.4 Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen ... 30

3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 32

3.6 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen ... 32

3.7 Makna Koefisien Korelasi Product Moment ... 34

3.8 Rekapitulasi Validitas Hasil Uji Coba Instrumen ... 34

3.9 Interpretasi Reliabilitas ... 35

3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif... 36

4.1 Data Kemampuan Kognitif Siswa ... 43

4.2 Kemampuan Kognitif Siswa dalam Membuat Kincir Angin ... 45

4.3 Kemampuan Mengingat Siswa ... 46

4.4 Kemampuan Memahami Siswa ... 47

4.5 Kemampuan Mengaplikasikan Siswa ... 47

4.6 Kemampuan Menganalisis Siswa ... 48

4.7 Kemampuan Mengevaluasi Siswa ... 49

4.8 Kemampuan Membuat Siswa ... 49

4.9 Data Hasil Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Konsep Energi Soal Pilihan Ganda ... 50

4.10 Data Hasil Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Konsep Energi Soal Essai ... 51

4.11 Rata-rata Penguasaan Konsep Siswa ... 52

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Taksonomi Kognitif Bloom ... 7

2.2 Jenjang Kognitif Pada Taksonomi Baru ... 8

4.1 Gambaran Umum Profil Kemampuan Kognitif Siswa ... 56

4.2 Revisi Taksonomi Bloom ... 57

4.3 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengingat ... 58

4.4 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Memahami ... 61

4.5 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengaplikasikan atau Menerapkan ... 63

4.6 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Menganalisis ... 65

4.7 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Mengevaluasi ... 66

4.8 Profil Kemampuan Kognitif Siswa Pada Jenjang Membuat ... 68

4.9 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pelajaran IPA ... 72

4.10 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 73

4.11 Hasil Angket Siswa yang Menyukai Pembelajaran Berkelompok .... 73

4.12 Hasil Angket Siswa yang Belum Pernah Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 74

4.13 Hasil Angket Siswa yang Mengalami Kesulitan Dalam Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 75

4.14 Hasil Angket Siswa yang Merasa Mudah Memahami Materi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ... 75

4.15 Hasil Angket Siswa yang Merasa Mudah dalam Mengingat ... 76

4.16 Hasil Angket Siswa yang Merasa Lebih Mudah Memahami Materi Konsep Energi ... 77

4.17 Hasil Angket Siswa yang Merasa Hasil Belajarnya Meningkat ... 77

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

A2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa ... 123

A3. Soal Kemampuan Kognitif Siswa ... 129

A4. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Kognitif ... 133

A5. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa ... 134

A6. Angket Siswa ... 135

A7. Analisis Angket Siswa ... 136

A8. Lembar Observasi Terhadap Guru ... 137

A9. Lembar Observasi Terhadap Siswa ... 140

LAMPIRAN B B1. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 143

B2. Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 145

B3. Data Hasil Uji Daya Pembeda ... 145

B4. Data Hasiol Uji Daya Pengecoh ... 146

LAMPIRAN C C1. Hasil Tes Kemampuan Kognitif ... 147

C2. Hasil Perolehan Nilai pada Soal Pilihan Ganda ... 148

C3. Hasil Perolehan Nilai pada Soal Essai ... 149

C4. Analisis Data Kemampuan Kognitif ... 150

C5. Analisis Data Perhitungan Persentase Kemampuan Kognitif ... 151

C6. Analisis Data Pemahaman Konsep Energi ... 152

LAMPIRAN D D1. Foto Penelitian ... 153

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat memberikan manfaat

bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa depan.

Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) menekankan pada pendekatan proses

bukan pada pencapaian materi semata. Menurut PERMENDIKNAS 22

tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di

SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai

oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di

setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam SK dan

KD pada Konsep Energi dan Perubahannya diharapkan siswa tidak hanya

mengetahui lalu memahami saja, melainkan siswa harus mampu

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana siswa berupaya

(12)

2

Tetapi, sangat disayangkan SK dan KD tersebut tidak sejalan

dengan penyelenggaraannya di sekolah. Hasil survei peneliti selama

melakukan praktek mengajar di salah satu SD Negeri di Kabupaten

Bandung Barat menunjukan bahwa: 1) guru kelas masih menggunakan

metode konvensional dalam setiap pembelajaran IPA, berdasarkan

penelitian yang dilakukan Institute of Computer Technology

(Mashudi,2012: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

1. tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan;

2. sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan

apa yang dipelajari;

3. pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran kritis;

4. pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama

dan tidak bersifat pribadi;

5. kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses;

6. daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

2) siswa hanya diminta membaca buku ajar yang disediakan sekolah dan

mengisi latihan soal yang terdapat dalam buku tersebut, pembelajaran

seperti ini jelas tidak sejalan dengan keterampilan proses dan pengalaman

belajar yang seharusnya didapat siswa, 3) siswa tidak paham konsep dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, 4) pengalaman belajar yang

minim dan siswa yang pasif dalam pembelajaran.

Survey ini dapat dibuktikan dari hasil belajar siswa dalam tugas

individu dan rata-rata ulangan harian yang masih di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yakni 62. Dari 27

siswa, yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa (44,45%), dan

15 siswa (55,55%) sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Lebih lanjut,

sekolah seharusnya tidak mengukur pencapaian prestasi siswa berdasarkan

nilai akhir hasil belajar siswa, namun pada proses pembelajaran siswa.

(13)

3

mencakup kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan

psikomotor siswa. Tetapi pada praktik pelaksanaannya, guru kebanyakan

tidak melibatkan ketiga aspek kemampuan tersebut. Dalam kemampuan

kognitif saja seharusnya ada enam jenjang penilaian kemampuan yang

harus dicapai dan dimiliki siswa, dan itu dapat terukur bukan hanya dari

pencapaian kompetensi dasar dan nilai semata tetapi melalui pengamatan

atau observasi juga analisis yang dilakukan oleh guru.

Kenyataan yang terjadi saat ini pembelajaran IPA di banyak daerah

di Indonesia masih didominasi oleh latihan-latihan untuk pencapaian

kompetensi dasar dan hasil belajar yang baik. Padahal Pembelajaran yang

dilaksanakan seharusnya dapat melibatkan aktivitas siswa atau peserta

didik, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/2005/pasal 19, Bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu dalam pembelajaran di

sekolah, hendaknya guru menggunakan pendekatan yang mengarah pada

aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang

menyenangkan dan memacu motivasi siswa.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match ini adalah suatu

alternative agar pembelajaran IPA dapat bermakna bagi siswa.

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini

banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

berpusat pada siswa (student oriented), (Anata Lie, 2004:16).

Pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa

baik di kelas atau sekolah (Djahiri, 2004:19). Lingkungan belajar siswa

juga membina dan mengembangkan potensi diri siswa sekaligus

memberikan pelatihan kehidupan nyata. Salah satu tipe pembelajaran yang

(14)

4

a Match ialah teknik pembelajaran dimana siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan

(Anata Lie, 2004:55). Dalam pembelajarannya tipe Make a Match

menggunakan media kartu yang tertera suatu konsep atau topik

pembelajaran. Siswa dalam pembelajarannya akan dituntut untuk

berpartisipasi aktif dan mendapati pengalaman belajar yang lebih

menyenangkan sehingga siswa dapat mengingat materi dengan baik.

Sudah banyak penelitian mengenai penerapan pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran menggunakan tipe Make a Match, namun kebanyakan

tidak diterapkan dalam pembelajaran IPA di kelas rendah. Maka penulis

pun tertarik untuk melakukan penelitian terkait permasalahan itu agar

diketahui gambaran atau profil dan selanjutnya dapat dilakukan formulasi

serta inovasi dalam mengatasi permasalahan dalam pendidikan IPA, juga

untuk selanjutnya dapat merancang pengembangan pada kemampuan

kognitif siswa dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian deskriptif dengan judul “Kemampuan

Kognitif Siswa Pada Materi Konsep Energi Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make a Match”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Kognitif

Siswa pada Materi Konsep Energi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make a Match?”

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil kemampuan kognitif siswa pada materi konsep

(15)

5

2. Bagaimanakah penguasaan materi siswa pada materi konsep energi

melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a

match pada materi konsep energi?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. memperoleh gambaran profil kemampuan kognitif siswa sekolah dasar

berupa proses berpikir, mulai dari jenjang yang terendah yaitu

pengetahuan (knowledge) sampai jenjang yang paling tinggi yaitu

membuat (create);

2. mengetahui pula penguasaan siswa terhadap materi konsep energi;

3. mengetahui respon siswa setalah melakukan pembelajaran kooperatif tipe

make a match pada materi konsep energi.

E. MANFAAT PENELITIAN

Suatu penelitian dapat dikatakan mempunyai bobot yang tinggi

apabila hasilnya mempunya manfaat dan kegunaan yang besar bagi

kehidupan masyarakat maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun

penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk

kajian lebih lanjut mengenai kemampuan kognitif siswa sekolah dasar

dalam proses pembelajaran.

b. Dapat dijadikan referensi dan informasi guru dalam penggunaan

alternatif model pembelajaran yang lebih objektif, otentik dan akurat

sehingga senantiasa memperbaiki proses belajar mengajar. Dalam hal

ini penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

(16)

6

2. Bagi siswa

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan yang

dimiliki siswa khususnya menumbuhkan keaktifan dan kemampuan

kognitif siswa dalam mengingat materi.

b. Mendapatkan pengalaman belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

3. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam

rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat

menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan

inisiatif.

b. Memberikan informasi kepada sekolah tentang profil kemampuan

kognitif siswa sekolah dasar dalam mata pelajaran IPA melalui model

pembelajaran kooperatif tipe make a match. Sehingga pihak sekolah

dapat terus meingkatkan dan menerapkan proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran koopertaif dengan tipe yang lainnya.

4. Bagi peneliti lain

a. Dapat memberikan informasi tentang kemampuan kognitif siswa

sekolah dasar SDN Buahbatu Kabupaten Bandung Barat dalam mata

pelajaran IPA materi sumber energi melalui pembelajaran kooperatif

tipe make a match.

b. Sebagai bahan rujukan untuk dapat mengembangkan penilitian dengan

ranah yang berbeda.

c. Sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang terkait

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa

dalam ranah kognitif yang diukur berdasarkan indikator kemunculannya.

Kemampuan yang diukur meliputi: kemampuan mengingat macam-macam

sumber energi, memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya

dengan energi dan sumber energi, menerapkan cara menghemat energi

dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis kegunaan energi dan contoh

penggunaan energi dalam kehidupan sehari-hari , serta mengevaluasi

perilaku manusia dalam menggunakan energi, kemampuan tersebut diukur

dengan tes berupa soal tes kemampuan yang diberikan pada akhir

pembelajaran yaitu pertemuan ketiga sedangkan untuk mengukur

kemampuan membuat kincir angin digunakan lembar kerja siswa yang

diberikan pada pertemuan kedua pembelajaran.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pembelajaran

kooperatif tipe make a match, yaitu pembelajaran mencari pasangan kartu

dengan topik energi. Model pembelajaran dimulai dengan guru membagi

siswa menjadi tiga kelompok besar, setelah itu guru menyiapkan kartu-

kartu mengenai konsep energi. Pada kelompok satu diberikan kartu berisi

soal mengenai konsep energi selanjutnya pada kelompok dua pun

diberikan kartu berisi jawaban dari soal tersebut, dan kelompok tiga

sebagai juri. Siswa diminta untuk mencari pasangan kartu antara soal

dengan jawaban yang tepat, dengan batas waktu yang ditentukan oleh

(18)

28

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa SDN Buahbatu Tahun

Ajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah

siswa kelas III. Sampel yang diambil adalah satu kelas, yaitu kelas III A

sebanyak 27 siswa. Penentuan sampel tersebut berdasarkan hasil observasi

peneliti pada saat PLP. Secara kemampuan siswa antara kelas III A dan III

B mempunyai kemampuan yang sama. Namun peneliti sudah mengenal

dengan akrab siswa-siswa kelas III A karena peneliti sudah lama mengajar

di kelas tersebut. Selain itu kelas III A memiliki ruang kelas yang lebih

luas, sehingga dapat mempermudah pada saat mengkondisikannya untuk

membuat kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu :

1. Soal Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Konsep Energi

Instrumen tes tertulis pada penelitian ini berupa soal pilihan ganda

dan essai. Instrumen ini digunakan untuk mengukur pencapaian

kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dari mulai kemampuan

mengingat macam-macam sumber energi, memahami berbagai cara gerak

benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi, menerapkan cara

menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis kegunaan

energi dan contoh penggunaan energi dalam kehidupan sehari-hari , dan

mengevaluasi perilaku manusia dalam menggunakan energi. Menurut

Bloom (Sudjana: 2011) segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Soal-soal pilihan ganda yang

diberikan sebanyak sepuluh soal dengan butir pilihan sebanyak tiga opsi

(19)

29

belajar mengajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a

match. Kisi-kisi soal kemampuan kognitif siswa dapat dilihat pada tabel

3.1.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif Siswa pada Konsep Energi

Indikator Kemampuan Kognitif

Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Menjelaskan

Angket ini berfungsi untuk menggali informasi mengenai respon

siswa terhadap pembelajaran IPA materi konsep energi melalui model

pembelajaran koopratif tipe Make a Match. Angket ini diberikan pada

(20)

30

angket tertutup yang terdiri dari beberapa pernyataan dengan pilihan

jawaban “ya” atau “tidak”. Kisi-kisi pertanyaan yang diajukan dalam angket dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A Match

model kooperative tipe make a match dalam pembelajaran

Apakah kamu menyukai pelajaran IPA?

Apakah pembelajaran

seperti ini menyenangkan? Apakah kamu menyukai

pembelajaran secara

berkelompok?

Apakah kamu merasa cara belajar ini merupakan hal yang baru?

Apakah kamu mengalami

kesulitan dengan mudah memahami materi dengan pembelajaran seperti ini?

Apakah kamu mudah dalam mengingat macam-macam sumber energi dengan pembelajaran seperti ini?

pembelajaran seperti ini kamu lebih memahami materi sumber energi?

Apakah pembelajaran

seperti ini dapat

meningkatkan hasil belajar kamu?

(21)

31

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati guru dan siswa.

Lembar observasi guru bertujuan untuk mengamati kesesuaian tahapan

pembelajaran yang dilakukan guru selama proses pembelajaran

berlangsung dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat, sedangkan lembar observasi siswa bertujuan untuk mengamati

siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada lembar

observasi ditulis “sesuai” jika guru melakukan tahapan sesuai RPP dan “tidak sesuai” untuk tahapan yang terlewat atau tidak dilakukan oleh guru pada proses belajar mengajar dilakukan.

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan sebagai soal pada kelas yang dijadikan sampel

penelitian, terlebih dahulu soal ini diujicobakan di kelas yang telah

mengalami pembelajaran mengenai konsep energi, selanjutnya data hasil

uji coba dianilisis. Uji coba soal sebelum dipakai sebagai instrument

penelitian bertujuan agar soal yang dipakai memiliki validitas dan

reliabilitas yang baik sehingga dapat benar-benar mengukur kemampuan

kognitiy yang telah dimiliki siswa. Analisis yang dilakukan meliputi uji

validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.

Adapun perhitungan hasil ujicoba soal tes kemampuan kognitif siswa

(22)

32

1. Analisis Daya Pembeda Tes

“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan

siswa yang memiliki kemampuan rendah” (Arikunto, 2007). Daya

pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

(Evaluation and Examination Service dalam, Yusinta 2012):

D = ~ fX – nXmin

N (Xmax – Xmin)

Keterangan: D = Indeks daya pembeda

fX = Hasil kali jumlah siswa yang mengisi

dengan skor tertentu dari satu soal

Xmin = Skor minimal soal

Xmax = Skor maksimal soal

n = Jumlah siswa

Nilai indeks diskriminasi data pembeda butir soal berkisar antara

0.00 - 1.00. itu menunjukan semakin tinggi indeks diskriminasinya,

semakin baik instrumen tersebut dapat membedakan siswa yang

memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan

rendah.

Tabel. 3.3.

Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria

Negatif Tidak Baik

0,00-0,20 Jelek

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

(23)

33

Data rekapitulasi daya pembeda hasil uji coba instrumen dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 3.4.

Rekapitulasi Daya Pembeda Uji Coba Instrumen

No. soal Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

1 0,2573 Cukup

2 0,1764 Jelek

3 0,1764 Jelek

4 0,5845 Baik

5 0,1176 Jelek

6 0,0588 Jelek

7 0,5238 Baik

8 0,5772 Baik

9 0,4044 Baik

10 -0,0036 Tidak Baik

11 0,3333 Cukup

12 0,2381 Cukup

13 0,3333 Cukup

14 0,4157 Baik

15 0,5867 Baik

Dari tabel 3.4 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat enam soal

memiliki daya pembeda baik, empat soal memiliki daya pembeda

cukup, dan ada juga soal yang memiliki daya pembeda jelek sebanyak

empat soal dan soal dengan daya pembeda tidak baik sebanyak satu

soal yang berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang

memiliki kemampuan tingggi dan siswa yang memiliki kemampuan

(24)

34

2. Analisis Tingkat Kesukaran Tes

Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah

soal tersebut termasuk kriteria sukar ataupun mudah. „Tingkat

kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya

sesuatu soal‟ (Arikunto, 2000 dalam Yusinta, 2012). Untuk

menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan

berikut:

p =

(Surapranata, 2006: 17)

Keterangan:

p = Proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

∑ = Jumlah skor x

Sm = Skor maksimum tiap soal

N = Jumlah peserta tes

Adapun kategori tingkat kesukaran dibedakan menjadi tiga

kategori seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p Kategori

p < 0,3 0,3 p 0,7

p > 0,7

Sukar Sedang Mudah

(Surapranata, 2006: 21)

Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasl uji coba instrumen dapat

(25)

35

Tabel 3.6.

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen

No. soal Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

1

Dari tabel 3.6 diketahui bahwa dari 15 soal yang diujkan, tiga soal

memiliki tingkat kesukaran soal sukar, delapan soal memiliki tingkat

kesukaran soal sedang, dan ada emapat soal memiliki tingkat

kesukaran mudah.

3. Analisis Validitas Tes

Sebuah tes dinyatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa

yang hendak diukur. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai

dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal

dinyatakan dalam bentuk korelasi, seingga untuk mendapatkan

(26)

36

digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah rumus Product

Moment menurut Pearson (Arikunto, 20007).

r

xy

=

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]

(Surapranata, 2006: 58)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

N = Jumlah responden

x = Jumlah skor total (seluruh item)

y = Jumlah skor item

∑ = Jumlah perkalian antara x dengan y

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

validitas butir soal dengn menggunakan kriteria pada tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Makna Koefisien Korelasi Product Moment

Angka Korelasi Makna

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat rendah

(Surapranata, 2006: 59)

Data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba instrumen dapat

(27)

37

Tabel 3.8.

Rekapitulasi Validitas Hasil Uji Coba Instrumen

No. soal Nilai Validitas Soal Kriteria Validitas Soal

1

memiliki validitas rendah yang berarti soal tersebut belum dapat mengukur

kemampuan kognitif siswa.

4. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabillitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu

sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg,

relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.

Uji reliabilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arikunto,

(28)

38

r11 =

Keterangan:

r11 = Nilai reliabilitas yang dicari

S = Standar deviasi tes

n = Banyaknya item

= Jumlah varians tiap item yang dicari = Varians total

Hasil dari perhitungan rumus tersebut dapat diinterpretasikan

sebagai berikut:

Tabel 3.9

Interpretasi Reliabilitas

Rentang Nilai Reliabilitas Kriteria

0,00-0,200 Sangat Rendah

0,200-0,400 Rendah

0,400-0,600 Cukup

0,600-0,800 Tinggi

0,800-1,00 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2007)

Dari perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan,

diperoleh nilai reliabilitas tes Kemampuan Kognitif Siswa sebesar

0,481. Hal ini menunjukan bahwa instrumen tersebut termasuk ke

dalam kategori “Cukup”.

Secara keseluruhan, hasil analisis uji coba instrumen Kemampuan

(29)

39

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Intrumen Tes Kemampuan Kognitif

Siswa

No. Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,2573 Cukup

Berdasarkan rekapitulasi hasil uji coba yang dapat dilihat pada

Tabel 3.10 didapat 13 soal yang dapat langsung dipakai sedangkan dua

soal harus dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum akhirnya dipakai

dalam soal instrumen kemampuan kognitif siswa. Revisi pada soal

dilakukan dengan cara merubah bentuk kalimat pertanyaan sehingga soal

tersebut menjadi lebih jelas dan terarah sehingga siswa dapat lebih

memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Perhitungan hasil uji coba

(30)

40

F. Langkah Pengumpulan Data Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal

(persiapan), tahap inti (pelaksanaan) dan tahap akhir (penarikan

kesimpulan). Ketiga tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap awal (persiapan)

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan telaah kompetensi mata pelajaran IPA SD

b. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat

penelitian, yaitu sekolah tempat PLP peneliti.

c. Peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui mengenai

kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut dimulai dari jadwal

pelajaran IPA, jumlah siswa, kondisi kelas, kondisi siswa, dan

metode pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru kelas.

d. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan

dalam penelitian. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti membuat tiga buah RPP yang akan digunakan

selama tiga kali pertemuan. RPP yang dibuat adalah RPP

tematik karena peneliti memakai kelas rendah yaitu kelas

tiga sebagai subjek penelitiannya. Pada RPP pertama siswa

belajar untuk memahami berbagai cara gerak benda,

hubungannya dengan energi dan sumber energi dengan

mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannya, pada

pertemuan kedua siswa diharapkan mampu menerapkan

konsep energi gerak dengan membuat kincir angin

menggunakan kertas lipat, dan pada pertemuan ketiga siswa

diharapkan mampu menerapkan cara menghemat energi

(31)

41

2) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam setiap pembelajaran peneliti memberikan LKS

kepada siswa. LKS tersebut dirancang agar peneliti dapat

mengukur kemampuan kognitif siswa. Terutama pada LKS

pertemuan kedua berisi cara kerja siswa dalam

merencanakan, menentukan dan membuat kincir angin.

3) Soal Tes Kemampuan Kognitif

Soal tes kemampuan kognitif ini diberikan pada akhir

pembelajaran. Soal tes kemampuan ini untuk menjaring

kemampuan kognitif siswa dari jenjang mengingat hingga

mengevaluasi.

4) Angket

Angket diberikan untuk mengetahui tanggapan atau respon

siswa mengenai pembelajaran kooperatif tipe make a match

pada konsep energi. Angket diberikan pada akhir

pembelajaran selesai di pertemuan ketiga.

e. Peneliti meminta pertimbangan dosen ahli terhadap instrumen

kemampuan kognitif yang telah dibuat

f. Peneliti melakukan uji coba instrumen berupa soal tes untuk

menghasilkan soal yang memiliki validitas dan reliabilitas yang

baik sehingga dapat mengukur kemampuan kognitif siswa dengan

tepat. Kemudian peneliti melakukan analisis kualitas instrumen

dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda.

2. Tahap inti (pelaksanaan)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif

tipe make a match serta pengumpulan data. Tahap pelaksanaan

dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013, pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2013 dan Pertemuan ketiga

(32)

42

dengan RPP yang telah dibuat, dapat dilihat lebih jelas dan lengkap

pada Lampiran A.

3. Tahap akhir (pengolahan data)

Pada tahap ini dilakukan analisis pada data yang telah terkumpul

dan mengacu pada pertanyaan penelitian. Pengolahan data dilakukan

secara deskriptif sedangkan pengolahan data statistik dilakukan dengan

bantuan Microsoft Excel 2007. Hasil pengolahan data penelitian

dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat secara

lengkap pada Lampiran C. Analisis data dengan uji statistik dilakukan

dengan langkah-langkah sebgai berikut:

a. Pemberian Skor Tiap Butir Soal

Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor terlebih dahulu

ditentukan standar penilaian untuk tiap butir soal sehingga

dalam pelaksanaannya unsur subjektivitas dapat dihindari atau

diminimalisir, walaupun soal berupa pilihan ganda dan essai.

Skor minimal siswa untuk soal pilihan ganda adalah 0 ini

diberikan jika siswa menjawab dengan salah atau siswa tidak

menjawab. Sedangkan untuk siswa yang menjawab dengan

benar mendapat skor 10. Pada soal essai, untuk siswa yang

menjawab pertanyaan dengan tepat dengan penjelasan yang

jelas mendapat skor 20, tetapi jika jawaban kurang tepat

mendapat skor 15, berbeda lagi jika siswa menjawab mendekati

benar hanya saja kurang lengkap, siswa hanya mendapat skor

10, berbeda dengan soal pilihan ganda untuk soal essai jika

siswa menjawab walaupun salah tetap mendapatkan skor

sesuai dengan tingkat jawaban yang diisikan siswa, skor 5

untuk contoh yang benar dan skor 1 untuk jawaban yang

benar-benar tidak sesuai. Berbeda dengan pemberian skor pada

lembar kerja siswa dalam membuat kincir angin, untuk siswa

(33)

43

tepat dan dapat berfungsi saat diuji coba akan mendapat skor

100, sedangkan untuk siswa yang mampu membuat kincir

angin tetapi kincir angin tidak berfungsi pada saat diuji akan

mendapat skor 80 karena dimungkinkan siswa tersebut

membuat kincir angin dengan langkah kerja yang kurang tepat,

begitu juga sebaliknya jika siswa mampu menguji kincir angin

dengan benar tetapi tampilan dari kincir angin kurang baik

akan mendapat skor 80.

b. Pengolahan Data Angket

Selain uji statistik, dilakukan juga penghitungan terhadap

respon siswa dari angket yang diberikan pada siswa mengenai

pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Untuk pengolahan data melalui angket, digunakan rumus

(Sudjana,2008) :

Keterangan :

P = Persentase setiap jawaban

n = Frekuensi atau jumlah siswa pada item tersebut

(34)

44

G. Alur Penelitian

Pengajuan masalah penelitian

Penyusunan proposal penelitian

Penyusunan intrumen penelitian

Judgement, revisi,uji coba instrumen

Pengkajian serta revisi instrumen penelitian

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe make a match dan

pengumpulan data

Angket Observasi

Pengolahan data

Analisis data

Pembahasan dan penarikan kesimpulan

tes

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa profil kemampuan kognitif siswa pada materi konsep energi

melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match secara khusus rumusan

kesimpulan dalam penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian diuraikan

sebagai berikut.

1) Profil kemampuan kognitif secara lebih rinci berdasarkan jenjang

kemampuan kognitif didapatkan kesimpulan, yaitu: pada kemampuan

kognitif siswa jenjang mengingat siswa sebesar 55,7%, jenjang memahami

sebesar 84%, jenjang mengaplikasikan atau menerapkan sebesar 71%,

jenjang menganalisis sebesar 84,5%, jenjang mengevaluasi sebesar

53,28%, dan pada jenjang membuat sebesar 88,8%.

2) Penguasaan siswa terhadap materi konsep energi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe make a match terbagi ke dalam empat

konsep, penguasaan konsep ini berdasarkan hasil tes kemampuan siswa

dan lembar kerja yang telah dikerjakan oleh siswa, berikut rincian

penguasaan konsep siswa dalam tiap konsep yang dipelajari. Penguasaan

siswa pada sub-konsep gerak, energi dan sumber energi sebesar 46%, pada

sub-konsep contoh gerak benda, energi dan sumber energi sebesar 85%,

pada sub-konsep hubungan sumber energi, energi dengan cara gerak

benda sebesar 98% dan pada sub-konsep penggunaan energi didapatkan

penguasaan konsep siswa sebesar 70%.

3) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe make a match

menyatakan pada umumnya merasa terbantu untuk lebih mudah

memahami materi pelajaran dan dalam mengingat materi tesebut, selain

(36)

87

dengan baik oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi

siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang telah peneliti lakukan, maka

peneliti menyarankan:

1) Sebelum mengadakan penelitian kelengkapan instrumen yang digunakan

harus di cek kelengkapannya. Sebaiknya, peneliti menambahkan lembar

observasi dan ditambahkan dengan wawancara dengan siswa yang akan

menjaring kemunculan aspek kognitif siswa lebih baik. Jadi, peneliti

bukan hanya menggunakan hasil tes kemampuan dan lembar kerja siswa

saja untuk mengukur kemampuan kognitif, semakin banyak instrumen

yang digunakan untuk menjaring kemampuan kognitif siswa akan semakin

menguatkan data yang diperoleh dari berbagai aspek.

2) Perbanyak jumlah observer untuk mengamati proses pembelajaran, dan

observer yang bertugas mengamati siswa dengan seksama ketika proses

belajar mengajar berlangsung baik secara klasikal ataupun berkelompok.

Selain itu bekali observer dengan pemahaman mengenani penelitian yang

sedang dilakukan sehingga bisa bekerjasama dalam menjaring informasi

sebanyak mungkin selama penelitian berlangsung.

3) Berikan pemahaman pada siswa terlebih dahulu tentang model

pembelajaran yang akan digunakan agar pada saat proses pembelajaran

berlangsung berjalan dengan efektif dan efisien, apalagi jika penelitian

diadakan di kelas rendah pada sekolah dasar.

4) Perbanyak referensi dan teori yang mendukung terhadap penelitian yang

sedang dilakukan agar tidak mengalami kesulitan dalam mendeskripsikan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa Fatimah, T. (2012). Perbandingan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa yang Melakukan Praktikum Virtual dan Siswa Yang Melakukan Praktikum Konvensional. FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Armstrong, T. Kajian Teori Taksonomi Bloom. [Online] Tersedia: http;\\Benjamin S. Bloom « abc.htm [12 Mei 2013].

Armstrong, T. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Kognitif Anak. [Online]. Tersedia dalam:

http://abc.kuliahgratis.net/benjamin-s-bloom/. [12 Juni 2013]

Depdiknas. (2002). Evaluasi pendidikan. Depdiknas: Bandung.

Faiq, M. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kognititf

Siswa. [Online]. Tersedia dalam:

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. [12 Juni 2013]

Hartoto. (2009). Penelitian Deskriptif. [Online] Tersedia: http;//Penelitian Deskriptif.html. [5 April2013].

Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Jeanne, E. (2008). Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta : Erlangga.

Kesuma, D., Triana, C., dan Pramana, J. (2011). Pendidikan Karakter. Kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lie, A. (2004). Cooperatife Learning. Jakarta: Grasindo.

(38)

Nurhamzah, N. (2012). Profil Kecakapan Hidup Generik dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Sistem Ekskresi Melalui Metode Diskusi dan Praktikum. FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil belajar. Pustaka Belajar: Yogyakarta.

Ramadan, S. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Cara Mudah Menghitung Validitas Item. [Online] Tersedia: http;//Evaluasi Pembelajaran Cara Mudah Menghitung Validitas Item Item Restoe Ibu.html. [28 Mei 2013].

Robert, E. Slavin. (2011). Psikologi Pendidikan. Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. UPI. Bandung.

Wahyudi, U. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. UPI Press: Bandung.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis, 4(2), 61-69)

Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”. Buletin Puspendik. 3(2), 18-29.

Gambar

Tabel 2.1 2.2
Gambar 2.1 Taksonomi Kognitif Bloom  .............................................................
Tabel 3.1
Tabel 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Since the objectives of this study are to understand what social factors influence the power on politeness as shown in the third act of the play A Doll’s House and to analyze how

Negeri 1 Jetis memiliki kedisiplinan dan kerapian yang cukup baik. Apabila siswa memiliki keperluan keluar.. sekolah dalam jam belajar siswa diharuskan meminta izin kepada

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk menentukan nilai intesitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai

Section 87 of t he Administration of the Religion of Islam (State of Selangor) Enactment 2003... Institution of zakat is one of the most important bodies in developing the

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah

The xpath attribute specifies the XML element/value from the given XML Document where the ref value specifies the mapping. Summary of change:  Enhances parameterization of

ANALISTS STRiTECI BAUNTX |(OMLnIXIA5I PEIVIASAXIX TIRPADU I'I'A HOTEL ROYAI DtrNAI BUKITTINCi:I.. Dtul,t.r s&amp;ed srotu rturydb ado

Pada mulanya multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Dalam