• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU CALON GURU SEKOLAH DASAR : Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU CALON GURU SEKOLAH DASAR : Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan P"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

EIUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH

DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL

DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU

CALON GURU SEKOLAH DASAR

( Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal

di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II

PGSD FKIP Untan Pontianak)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

bagi perolehan gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh

Marmawi R

NRP 9332135/S2-PU/XXV-17

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

PROF. DR. H. DJAMARI

PEMBIMBING I

DR. H.M.I. SOELAEMAN (aim)

(3)

Reran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa

dalam

era persaingan global yang berlangsung sekarang ini sangat

penting. LPTK khususnya

PGSD

sebagai

lembaga

penyiapan

calon-calon guru sekolah dasar diharapkan dapat

menghasil-kan guru yang memiliki dedikasi yang tinggi,

pantang

me-nyerah, aspek kepeloporannya yang menonjol dan

tahu

jati

dirinya.

Selain itu

seorang

guru

juga

diharapkan

agar

menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan tanpa

larut

dalam spesialisasinya, menjadi panutan bagi

peserta didik—

nya serta harus survive.

Penyiapan calon guru sekolah dasar merupakan

tang-gung jawab bersama antara LPTK (PGSD) dan lembaga

pemakai

lulusannya (SD).

Dalam pelaksanan PPL kepala

sekolah

dan

guru pamong merupakan barisan terdepan dalam rangka membe—

rikan pengalaman langsung maupun dalam mengembangkan peri—

laku yang seharusnya dimiliki mahasiswa calon guru.

Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan

oleh kepala sekolah maupun guru pamong dalam mengembangkan

perilaku mahasiswa calon guru merupakan

fokus

penelitian

ini.

Penelitian ini mengungkap hubungan interpersonal

antara kepala sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa

Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, sebagai upaya

men-cari (menemukan) pola hubungan interpersonal dalam mengem

bangkan perilaku mahasiswa calon guru

yang

berperspek.tif

Pendidikan Umum.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode deskriptif

analisis.

Agar

penelitian

ini

mampu mengungkap makna

secara

kualitatif,

maka

peneliti

menjadi instrumen dalam penelitian ini. Data dikumpulkan

dengan teknik observasi,

wawancara dan

studi

dokumenter.

Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi

peneli

(4)

personal yang diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pa

mong di lingkungan SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 cenderung

bersifat demokratis dalam suasana yang penuh keakraban dan

kekeluargaan. Sedangkan hubungan interpersonal yang dicip

takan oleh kepala sekolah dan sebagian besar guru pamong

di lingkungan SDN Nomor 24 cenderung bersifat permisif

dalam suasana yang formal, dan antara atasan dengan bawah—

an. Berbagai perilaku yang dikembangkan dalam hubungan

interpersonal di SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 lebih

menga-rah pada pengembangan pribadi mahasiswa secara utuh dan

menyeluruh. Sedangkan perilaku yang dikembangkan pada ma hasiswa di lingkungan SDN Nomor 24 mengarah pada pengem bangan pribadi yang memiliki nilai tanggung jawab, keman—

dirian dan kreativitas.

Disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru pamong

dalam menciptakan hubungan interpersonal dengan mahasiswa

pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 yang bersifat demokratis

cenderung lebih efektif dalam mengembangkan perilaku calon

guru, dari pada hubungan interpersonal yang bersifat permi

sif yang diciptakan oleh kepala sekolah dan sebagian besar guru pamong pada SDN Nomor 24.

Akhirnya penelitian ini merekomendasikan agar para guru pamong dapat meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan

fungsi dan perannya sebagai pamong, pembimbing, penilai

dan teman sejawat, khususnya di lingkungan SDN Nomor 24,

sehingga pengembangan perilaku mahasiswa calon guru secara utuh dan menyeluruh dapat diwujudkan. Kemudian diharapkan agar kepala UPT-PPL dan ketua UPP-PGSD perlu meningkatkan

jalinan kemitraan dengan pihak sekolah dasar dalam rangka

menyiapkan calon guru yang memiliki pribadi utuh, menyelu

ruh dan berwawasan dengan dilandasi iman dan taqwa, dan nilai-nilai luhur yang tersirat dalam Pancasila.

(5)

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Masalah Utama Penelitian 15

C. Pertanyaan Penelitian 16

D. Tujuan Penelitian 17

E. Manfaat Penelitian 17

F. Definisi Operasional 19

BAB II HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM MENGEMBANGKAN

PERILAKU CALON GURU 21

A. Teori Hubungan Sesama Manusia 22

B. Bentuk-Bentuk Hubungan Sesama Manusia 26

C. Mengembangkan Perilaku Calon Guru dalam

Perspektif Pendidikan Umum 35

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Umum .. 35

2. Perilaku Calon Guru Dalam Perspektif

Pendidikan Umum 41

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 47

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 47

B. Sumber Data dan Sampel Peneltian 50

(6)

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 60

E. Analisis Data dan Interpretasi 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 70

A. Hasil Penelitian - 70

1. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se

kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa

di SDN Nomor 39 70

2. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se

kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa

di SDN Nomor 24 100

3. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se

kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa

di SDN Nomor 6 122

4. Temuan Penelitian 142

B. Pembahasan Hasil Penelitian 143

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 171

A. Kesimpulan

171

B. Implikasi

176

C. Rekomendasi 179

DAFTAR PUSTAKA

-

184

SURAT-SURAT IZIN PENELITIAN 191

(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya suatu kecenderungan terhadap spesia— lisasi ilmu pengetahuan ke dalam bidang-bidang tertentu dalam penyelenggaraan pendidikan, mengakibatkan akan ter— jadinya pengkotak—kotakan pengalaman belajar peserta didik

(mahasiswa). Peserta didik (mahasiswa) cenderung untuk

mempelajari disiplin ilmu atau spesialisasi yang diminati dan sesuai dengan bakatnya saja. Di sisi lain timbul pula kecenderungan untuk mengkotak-kotakan ranah dalam tujuan pendidikan, seperti cenderung lebih menekankan pada ranah kemampuan intelektual saja atau keterampilan tertentu saja, sementara ranah yang lebih luas berupa pengembangan

aspek moral, nilai-nilai, sikap, kematangan sosial dan

emosional kurang mendapat perhatian.

Penyelenggaraan pendidikan yang demikian itu

memungkinkan bagi peserta didik (mahasiswa) untuk memiliki

pandangan yang picik dalam memahami bidang keilmuan dan

keahlian yang ditekuninya. Mereka mungkin kurang meng— hayati "siapa" yang akan menggunakan ilmu pengetahuan dan

keahliannya itu, atau untuk "apa" pengetahuan dan keahlian

itu bagi kehidupan bermasyarakat. Kedua pernyataan ini

(8)

sia yang memiliki kepribadian yang terpadu.

Untuk menjadikan peserta didik agar memiliki kepri

badian yang terpadu, maka "Pendidikan tidak hanya menyang—

kut salah satu aspek kepribadiannya, melainkan yang me—

nyentuh keseseluruhannya, yang merata dan umum: Suatu Pen

didikan Umum" (M.I. Soelaeman, 1988:5).

Pendidikan Umum diperlukan bukan semata-mata karena

meningkatnya spesialisasi ilmu pengetahuan,

melainkan juga

karena pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat.

Paul L. Dresser dan Margareth F. Lorinter (Chester W. Har

ris, 1960:571) menyatakan, bahwa Pendidikan Umum (general

education) lahir disebabkan karena pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan industrialisasi dan

perkembangan dalam komuni—

kasi dan transformasi yang telah menimbulkan pekerjaan dan

profesi baru yang menyertai kebutuhan spesialisasinya itu.

Pertumbuhan penduduk dan idustrialisasi serta per

kembangan komunikasi dan trasformasi telah melanda kehi

dupan masyarakat Indonesia sekarang ini. Untuk

mengantisi-pasi pertumbuhan dan perkembangan tersebut, maka LPTK—LPTK

dituntut kehadirannya untuk tampil memelopori dalam me

nyiapkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas (Eng—

gartiasto, 1995:12). Upaya menyiapkan sumber daya manusia

unggul dan berkualitas ini harus dimulai dari penyeleng

(9)

LPTK dalam rangka mengantisipasi penyiapan tenaga guru

dengan kualifikasi pendidik yang mampu melaksanakan tugas

kependidikannya kelak tanpa larut dalam spesialisasinya,

adalah menyusun perencanaan dan membuat program pendidikan

secara komprehensif dan terintegrasi.

Dalam menyusun perencanaan dan membuat program pen

didikan yang komprehensif, Phenix (1964:4) menyatakan,

perlu adanya kesatuan filsafat kurikulum untuk memberikan

pandangan kurikulum (pendidikan umum) dengan menunjukkan

pertimbangan-pertimbangan scope, isi dan rangkaian studi

yang diderivasi dari konsiderasi fundamental tentang hake—

kat manusia dan pengetahuan.

Pandangan Phenix tersebut berupaya untuk menyusun

program pendidikan yang balance antara pengetahuan dan

hakekat manusia. Di satu sisi pengetahuan memang penting

bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain dipandang perlu

untuk selalu memperhatikan hakekat manusia itu sendiri.

Dalam upaya mewujudkan keseimbangan antara pengeta

huan dan hakekat manusia, maka kurikulum Pendidikan Umum

hendaknya mencakup bidang—bidang makna yang meliputi: (1)

symbolics, (2) empirics, (3) estetics, (4) synnoetics, (5)

ethics, (6) synaptics (Phenix, 1964:6).

Bidang simboliks berkenaan dengan bahasa, matemati—

(10)

dalamnya fisika, ilmu hayat, psikologi dan ilmu sosial.

Sedangkan bidang estetiks terdiri dari musik, seni visual,

puisi, novel, drama dan kesusasteraan. Kemudian bidang synnoetiks terdiri dari filsafat, psikologi, kesusasteraan dan agama dalam aspek—aspek yang berhubungan dengan eksis— tensi disiplin ilmu tersebut. Bidang etiks merupakan bidang makna yang lebih menekankan moral dengan mengutama—

kan kewajiban dari pada fakta dalam bentuk perseptual dan kesadaran dari relasi seperti moral knowledge. Selanjutnya bidang synoptiks terdiri dari sejarah, agama dan filsafat.

Hampir senada dengan Phenix, Paul L. Dresser dan M.F. Lorimer menyatakan, bahwa lingkup kurikulum Pendi

dikan Umum meliputi : (1) Communication, mencakup bahasa, menulis, membaca, bercakap-cakap dan mendengar; (2) Social Science, mencakup sosiologi, ilmu politik, ekonomi, antro—

pologi, geografi dan sejarah; (3) Science and Mathematics,

mencakup ilmu kealaman, fisika, biologi dan matematika;

(4) Humanities, mencakup sejarah, filsafat, agama, musik, melukis, tarian dan arsitektur; (5) Personal Adjusment, mencakup sosiologi, phisiologi, psikologi dan filsafat

(Chester W. Harris, 1960: 575-576).

Pada dasarnya, isi kedua lingkup kurikulum Pendi dikan Umum seperti yang dinyatakan oleh Phenix dan Paul

(11)

bah-wa lingkup kurikulum Pendidikan Umum dilandasi pada gagas—

an untuk membantu pengembangan pribadi secara menyeluruh

dan terintegrasi. Namun berbeda dalam penekanan dan penge—

lompokannya. Phenix menekankan pada hakekat Pendidikan Umum, sedangkan Dresser lebih menekankan pada fungsi Pen

didikan Umum.

Dalam kurikulum PGSD (1991) yang sekarang masih

berlaku untuk mahasiswa semester 3 dan 5 (tahun ajaran

1995/1996), isi kurikulumnya mencakup : (1) MKDU

(Pancasi-la, Agama dan Kewiraan), (2) MKDK (DDK, BK, Psikologi Pen

didikan dan Administrasi Pendidikan), (3) MKBS (PMP, BI,

Matematika, IPA, IPS, Penjaskes, Pendidikan Kesenian, Pen

didikan Keterampilan, Psikologi Perkembangan, SBM, Media Belajar, Evaluasi Pengajaran, Perencanaan Pengajaran, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, dan PPL).

Komponen mata kuliah dasar umum (MKDU) diarahkan

untuk mengembangkan sikap dan wawasan yang membentuk ni—

lai-nilai Pancasila dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Pengembangan sikap seperti ini menghendaki suatu pen— dekatan yang bukan sekedar menyajikan konsep dan fakta, melainkan harus mampu menyentuh perasaan mahasiswa dengan

cara menghadapkan dan melibatkan mereka secara aktif ke

dalam isyu-isyu yang bermakna dan memadai.

Komponen mata kuliah dasar kependidikan (MKDK)

(12)

pengembangan kemampuan profesional di dalam mengambil dan

melaksanakan keputusan pendidikan sejalan dengan perkem

bangan murid maupun tujuan pendidikan sekolah dasar.

Komponen mata kuliah bidang studi (MKBS) menggam— barkan tingkat penguasaan bahan ajaran, dalam arti kemam

puan menguasai isi bidang studi maupun dalam seleksi,

pengorganisasian dan penyajian yang mampu membelajarkan

murid sekolah dasar secara optimal.

Komponen pengalaman lapangan (PPL) merupakan kulmi—

nasi program pendidikan guru. Komponen ini menghendaki

calon guru (mahasiswa) menampilkan seluruh kecakapannya

yang telah dikembangkan melalui berbagai mata kuliah. Pe

ngalaman lapangan menghadapkan calon guru kepada kesempat—

an untuk menghayati dan melaksanakan keseluruhan tugas

profesional dan mengalami kehidupan sekolah dasar secara

utuh dan dalam konteks yang bermakna.

Dengan diberikannya komponen-komponen mata kuliah

yang terdapat dalam kurikulum PGSD kepada para mahasiswa, maka para lulusannya diharapkan memiliki pribadi yang

utuh, seimbang dan menyeluruh. Artinya, seluruh potensi

yang dimiliki oleh setiap mahasiswa, berupa potensi

fisik dan psikhis, maupun unsur kognitif, afektif dan

psikomotor akan dikembangkan secara proporsional dan

(13)

Program D—II PGSD, profil lulusannya telah digariskan

dalam Kurikulum D-II PGSD berikut ini.

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara Panca—

sila

c. Berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku bagi profesi guru

d. Mengenal tujuan pendidikan dasar serta implikasinya bagi proses pendidikan

e. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

f. Menguasai karakteristik, potensi dan kebutuhan murid SD serta implikasinya bagi proses dan pelayanan pendidikan g. Menguasai prinsip-prinsip belajar dan pemanfaatannya

dalam proses belajar mengajar

h. Menguasai cara berpikir, teori, generalisasi, konsep, prosedur dan fakta penting yang dapat digunakan untuk menguasai bahan pengajaran

i. Kompoten dalam mengembangkan tujuan instruksional

j. Menguasai kemampuan memilih dan mengembangkan bahan

pengajaran

k. Kemampuan memilih dan mengembangkan strategi mengajar yang sesuai untuk menciptakan proses belajar yang

mak-simal

1. Kemampuan memilih, membuat dan menggunakan media penga jaran yang sesuai dengan tujuan, materi dan suasana belajar

m. Kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber belajar n. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

o. Mengatur kelas untuk menciptakan suasana dan mengelola

interaksi kelas yang memberikan kemudahan belajar

p. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar murid

q. Membimbing murid yang mengalami kesulitan dalam proses

belajar

r. Membimbing murid yang berbakat khusus

s. Membina wawasan murid dalam penghargaan terhadap peker jaan di masyarakat

t. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah

u. Berinteraksi dengan sejawat secara sosial dan profesio

nal

v. Berinteraksi dengan masyarakat secara profesional

w. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. (Kurikulum D-II PGSD, 1991:5).

(14)

dengan tujuan yang dikehendaki oleh Pendidikan Umum. Menurut Djamari (Faridah, 1992:19), Pendidikan Umum se bagai pendidikan yang bertujuan membentuk good zitizen

(warga negara yang baik) yang mempunyai kepribadian sesuai

dengan falsafah bangsanya. Warga negara yang baik bukan

saja cinta tanah air, tetapi juga harus mempunyai wawasan

yang luas, aktif dan ikut memecahkan masalah—masalah pern—

bangunan, mempunyai international understanding, sehingga

mampu ikut memecahkan masalah-masalah baik dalam lingkung

an kecil maupun yang lebih luas (Nu'man Sumantri dalam

Faridah, 1992:232-236).

Dilihat dari sifatnya, S. Nasution (Faridah, 1992:

19) menyatakan, bahwa pendidikan umum adalah umum bagi

semua peserta didik, berkenaan dengan kepribadian secara

keseluruhan. Sedangkan dilihat dari sasarannya, Nurid

Su-maatmadja (1993) menyatakan, bahwa pendidikan umum merupa

kan program pendidikan yang diarahkan untuk membentuk ma

nusia utuh menyeluruh yang meliputi manusia yang masih

belia sampai manusia yang sudah tua, berlaku umum bagi

siapa saja dan di mana saja secara informal, non formal

dan formal.

Persoalan yang akan dihadapi adalah baqaimana me

ngembangkan perilaku mahasiswa calon guru yang menggambar—

kan kepribadian yang utuh dan menyeluruh serta bagaimana

(15)

seca-Dalam upaya mengembangkan

perilaku yang

diharapkan

dan memberikan pengalaman yang bermakna melalui kegiatan

PPL, maka hubungan antara kepala sekolah dan guru pamong

dengan mahasiswa mutlak diperlukan. Hubungan di antara

mereka itu akan dipengaruhi oleh bagaimana kepala sekolah

dan guru pamong memandang dirinya sendiri, dan bagaimana

pandangannya terhadap mahasiswa.

Di

samping

itu

kondisi

lingkunganpun akan berpengaruh pula pada hubungan yang

diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pamong.

Pandangan terhadap diri dan orang

lain,

mengimpli-kasikan bagaimana memandang manusia pada umumnya.

Manusia

secara kodrati memiliki potensi kemanusiaan yang meliputi

kemampuan

merasa,

berkehendak,

berpikir,

berimajinasi,

berkreasi,

berkarya dan pada taraf

kehidupan

yang

lebih

kompleks, manusia memiliki kebutuhan untuk

menuju

kesem-purnaan hidup yang dalam istilah Adler disebut

perfection,

atau Iqbal menyebutnya Insan Kami I.

Kemudian yang dimaksud dengan lingkungan adalah

bukan sekedar tempat berlangsungnya hubungan sesama manu

sia,

melainkan sebagai proses

pembudayaan

perilaku

yang

diharapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan pem

budayaan makna—makna esensial pada diri

mahasiswa.

Ling

kungan sebagai proses pembudayaan kedua aspek perilaku ini

(16)

lingkungan non fisik (psikologis dan sosial).

Penataan lingkungan fisik (material) berkenaan

dengan pengaturan sarana dan prasarana yang tersedia. Se

dangkan penataan lingkungan non fisik (psikologis dan so sial ) berkenaan dengan upaya menciptakan situasi dan kon— disi yang memungkinkan terjadinya hubungan yang harmonis antar sesama manusia dengan didasari oleh sikap keterbuka— an, empati, dukungan, kepositifan dan kesamaan. Kemampuan menata lingkungan fisik dan non fisik merupakan sarana pe-nunjang untuk menciptakan terjadinya hubungan antara kepa

la sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa PPL.

Apabila dalam berhubungan dengan sesama manusia selalu memperhatikan potensi kemanusiaan dan berlangsung dalam kondisi lingkungan fisik, sosial dan psikologis yang memadai, maka akan terjadi keserasian, keharmonisan dan

kepuasan dalam bekerja, yang pada gilirannya mempermudah

proses pencapaian tujuan.

Wursanto (1985:26) menyatakan, bahwa adanya saling pengertian, kesadaran dan kepuasan psikologis merupakan dasar dalam hubungan manusiawi. Dengan demikian, hubungan yang bersifat manusiawi berarti mengerti dan menyadari potensi—potensi manusia secara kodrati serta memperlaku—

kannya sesuai dengan sifat-sifat kodrati yang dimiliki

oleh manusia.

(17)

fat manusiawi selaras dengan nilai—nilai luhur yang tersi—

rat dalam Pancasila, khususnya sila kemanusiaan yang adil

dan beradab. Manusia dalam berhubungan dengan sesamanya

haruslah berlandaskan nilai—nilai kemanusiaan, keadilan dan keberadaban. Dengan kata lain, seseorang tidak dibenarkan melakukan penindasan dan pemerkosaan terhadap

hak-hak kemanusiaan, keadilan dan keberadaban. Oleh karena

itu dalam hubungan dengan sesama manusia, perilaku dan si kap mereka dalam aktivitas sehari—hari diharapkan tidak bertindak sewenang—wenang, menganggap diri yang paling be— nar atau merendahkan harkat dan martabad orang lain.

Hubungan dengan sesama manusia dalam konteks Pendi

dikan Umum diarahkan untuk menjadikan seseorang agar memi

liki kehidupan pribadi yang baik, mempunyai hubungan ke— luarga dan masyarakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masalah—masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif (Paul L. Dressel dan Margaret F. Lorimer

dalam Chester W. Harris, 1960:570). Tujuan ini akan terca—

pai bila telah terjadi penghayatan dan perjumpaan di anta ra mereka (kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa) ten-tang peran dan kedudukannya dalam hubungan itu.

Oleh karenanya dalam hubungan dengan sesama, faktor

manusianyalah yang menjadi peran utama dalam merencanakan,

(18)

ingin dicapai. Hubungan antara kepala sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan pe rilaku calon guru sekolah dasar agar memiliki kehidupan

pribadi yang baik, mempunyai hubungan keluarga dan masya

rakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa—

lah-masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif.

Persolan lain yang berkenaan dengan pribadi calon

guru, Wiranto Arismunandar (1995:6) menegaskan, bahwa pe

ran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa dalam era per

saingan ini sangat penting. Di satu sisi dia menyatakan,

bahwa dalam era persaingan ini kita membutuhkan figur

figur guru yang memiliki dedikasi yang tinggi, pantang

menyerah, dan aspek kepeloporannya yang menonjol, di sam—

ping guru harus tahu jati dirinya. Di s i s i lain guru harus

menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan, menjadi

panutan bagi peserta didiknya, dan harus survive,

Betapa berat beban yang dipikulkan ke pundak guru,

sehingga wajar bila tugas itu diberikan kedudukan yang

lebih tinggi dari tugas—tugas lainnya. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Aslim Harmaini (1995:4) bahwa "tugas pen

didikan tetap memiliki posisi yang terhormat, yakni kon—

sisten dalam rangka memanusiakan manusia, mengangkat har—

kat kemanusiaan".

(19)

Djojonegoro (1995:30), menyatakan, bahwa :

"Sistem pendidikan nasional kita sebagai salah satu subsistem dari sistem pembangunan nasional dituntut kesiapannya untuk mampu menjawab berbagai tantangan yang sudah kita hadapi dan tantangan-tantangan baru yang akan timbul terbawa oleh arus globalisasi, era

industrial isasi, era iptek dan era. tinggal landas". Dalam konteks menjawab berbagai tantangan yang akan timbul oleh arus globalisasi, era industrialisasi,

era iptek dan era tinggal landas, maka di bidang pendidik an salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah mengalihkan tugas penyiapan guru sekolah dasar ke

pendidikan tinggi (PGSD).

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Mendikbud RI

Nomor 0854/0/1989 tentang dialihfungsikannya SPG dan SGO

ke pendidikan tinggi, maka PGSD diharapkan dapat menyiap

kan sumber daya manusia (calon—calon guru) yang dapat

mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang akan timbul

terbawa oleh arus globalisasi, era industrialisasi, era

iptek dan era tinggal landas serta sesuai dengan tuntutan

pembangunan sekarang ini.

Sumber daya manusia (calon—calon guru) yang akan

disiapkan oleh PGSD adalah pribadi-pribadi yang memiliki

karakteristik yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan

nasional, yakni manusia Indonesia seutuhnya, beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, berbudi

pe-kerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat

(20)

serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan" (UU

SPN Nomor 2, 1989:4).

Bagaimana mewujudkan pribadi—pribadi calon guru

yang beriman dan bertaqwa, berbudaya, berintegritas dan

berwawasan, merupakan tanggung jawab bersama antara lem baga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan lembaga

pemakai lulusannya.

Sekolah dasar sebagai lembaga pemakai lulusan PGSD,

maka kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat berpar—

tisipasi dalam menyiapkan calon guru. Partisipasi yang

dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru adalah

meciptakan hubungan interpersonal dengan para mahasiswa

dalam rangka mengembangkan perilaku yang bermuatan iman

dan taqwa, berbudaya, berintegritas dan berwawasan, khu—

susnya dalam kegiatan PPL.

Penelitian yang berjudul Hubungan Interpersonal antara Kepala Sekolah dan Guru Pamong dengan mahasiswa

Dalam Mengembangkan Perilaku Calon Guru Sekolah Dasar

(Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Seko

lah Latihan Mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pon

tianak) perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencari (mene— mukan) pola hubungan interpersonal dalam rangka mengem

bangkan perilaku calon guru dalam perspektif Pendidikan

(21)

B. Masalah Utama Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah

adanya kesenjangan antara tuntutan pengembangan perilaku

mahasiswa calon guru lulusan PGSD dengan belum terciptanya

hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah

dan guru pamong dalam kegiatan PPL. Sedangkan seperti apa hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah

dan guru pamong dalam rangka mengembangkan perilaku calon

guru dalam kegiatan PPL di sekolah latihan mahasiswa Prog

ram D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, merupakan fokus pene

litian ini.

Menilik tugas dan kesibukan dari kepala sekolah dan guru pamong sehari—hari di sekolah, seperti mengajar di

kelas, mengoreksi dan menilai hasil pekerjaan muridnya,

membimbing murid yang mengalami masalah belajar,

mengerja-kan tugas-tugas administrasi yang berkenaan dengan guru

kelas/mata pelajaran, membantu kepala sekolah dalam melak

sanakan program sekolah dan masih banyak lagi tugas lain yang harus mereka kerjakan dalam jam—jam sekolah.

Dari kesibukan mereka mengerjakan tugas tersebut, menunjukkan indikasi bahwa kepala sekolah maupun guru pa

mong kurang memiliki kesempatan untuk memberikan bimbingan

kepada para mahasiswa PPL. Kondisi tersebut merupakan hal

(22)

Kondisi kepala sekolah dan guru pamong dengan ke

sibukan mengerjakan tugas rutinnya itu, akan turut menen-tukan kualitas hubungan interpersonal dengan para maha siswa. Kualitas hubungan interpersonal antara kepala seko

lah dan guru pamong dengan mahasiswa, merupakan hal lain yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.

C. Pertanyaan Penelitian

Ada lima pertanyaan penelitian yang diajukan di

sini, yaitu :

1. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru ?

2. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong dalam mengembangkan perilaku mahasiswa ca

lon guru ?

3. Seperti apa perilaku mahasiswa calon guru yang akan dikembangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru pamong ?

4. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi hubungan in

terpersonal antara kepala sekolah dengan mahasiswa ca

lon guru ?

5. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi hubungan in

(23)

D. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini Becara umum bertujuan untuk mencari

(menemukan)

pola hubungan interpersonal antara kepala

se

kolah dan guru pamong dengan mahasiswa peserta PPL dalam

mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru sekolah dasar.

Secara khusus penelitian ini berupaya untuk memper—

oleh deskripsi tentang :

1. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala se

kolah dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon

guru.

2. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong

dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru.

3. Aspek-aspek perilaku mahasiswa calon guru

yang

dikem

bangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru

pamong.

4. Faktor-faktor

yang

melandasi

hubungan

interpersonal

antara kepala sekolah dengan mahasiswa calon guru.

5. Faktor-faktor yang melandasi hubungan interpersonal

antara guru pamong dengan mahasiswa calon guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berupaya mencari

(menemukan)

pola

hubungan interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon

(24)

manfaat teoritis maupun praktis.

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang bersifat teoritis tentang hubungan

interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon guru sekolah dasar, memperkaya khasanah pengetahuan di bidang pendidikan, berbagai nilai hubungan interpersonal yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan prestasi akademik

peserta didik.

Dari temuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkuliahan pendidikan umum, khususnya dalam upaya mengembangkan pribadi mahasiswa yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional yakni : manusia

Indonesia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, cerdas, berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan".

Pribadi mahasiswa yang diharapkan ini tidak hanya

beorientasi teoritik-akademik, melainkan juga yang dapat

diwujudkan dalam kesatuan kata dan perbuatan. Oleh karena—

nya dalam menyatupadukan kata dan perbuatan, dapat dikem bangkan dengan mengakrabkan para mahasiswa dengan dunia

sekolah dasar, melalui mata kuliah yang berwawasan ke-SD—

an. Dengan memahami, menghayati, dan merasakan situasi dan

(25)

akan tergugah hatinya untuk menyadari tugas dan kewajiban—

nya kelak sebagai guru.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mem

berikan manfaat kepada peneliti dalam menambah wawasan tentang esensi dan pola hubungan sesama manusia dalam

lingkungan pendidikan, terutama di sekolah dasar.

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini, dengan ditemukannya pola hubungan inter—

personal dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru dapat dijadikan acuan dalam praktek kegiatan belajar

mengajar, khususnya hubungan guru-murid di sekolah dasar.

Temuan penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan

inspirasi kearah pengembangan PPL mahasiswa S-l FKIP Untan

dalam mengembangkan pribadi calon guru yang bukan sekedar

memiliki wawasan akademik, melainkan pribadi yang diharap

kan oleh pendidikan umum. Pribadi yang diharapkan dalam

pendidikan umum adalah pribadi yang beriman dan bertaqwa,

berbudaya, berintegritas dan berwawasan.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan mempertegas arah penelitian

ini, berikut ini dikemukakan definisi operasional (batasan

istilah) yang terdapat dalam judul penelitian.

1. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah terjadinya kontak

(26)

baha-sa, isyarat atau lambang lainnya. Hubungan interpersonal ditandai dengan adanya komunikasi antara orang yang satu

dengan yang lainnya. Komunikasi itu dapat berlangsung satu

arah dan berlawanan arah (timbal balik).

2. Kepala Sekolah dan Guru Pamong

Kepala sekolah adalah personil sekolah dasar yang

karena kedudukannya dalam kegiatan PPL di angkat oleh UPT— PPL sebagai koordinator yang bertanggung terhadap

terse-lenggaranya kegiatan PPL di sekolah yang dipimpinnya. Sedangkan guru pamong adalah personil sekolah yang ditun—

juk oleh kepala sekolah bersama—sama para guru sebagai

pamong bagi mahasiswa PPL di sekolah tersebut.

3. Mahasiswa

Adalah peserta didik di PGSD FKIP Untan Pontianak

yang akan melaksanakan PPL di sekolah dasar yang telah

ditetapkan sebagai sekolah latihan.

4. P e r i l a k u

Perilaku adalah tingkah laku, perangai, tabiat dari

seseorang sebagai manifestasi dari perbuatan, pikiran, emosi, kehendak, kemauan, perasaan, pengetahuan, skill dan tindakannya dalam menghadapi suatu situasi. Kualitas peri

laku yang ditampilkan seseorang dalam suatu situasi akan

menggambarkan kepribadiannya.

5. Calon Guru

Adalah mahasiswa yang menerima pendidikan di LPTK,

khususnya mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak

(27)

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini

berkenaan dengan hal-hal yang sedang terjadi dalam

lingkungan pendidikan,

khususnya hal-hal

yang

menyangkut

dalam kegiatan PPL di sekolah latihan (sekolah dasar).

Oleh karena itu penelitian ini bukanlah bermaksud untuk

menguji suatu teori, akan tetapi berupaya untuk menggali

suatu fenomena guna menemukan pemahaman baru mengenai

masalah yang dihadapi. Dengan demikian, penelitian ini

lebih cocok menggunakan metode deskriptif, yakni suatu

cara yang digunakan untuk mengungkap fenomena—fenomena

yang sedang terjadi secara objektif. Oleh karena itu pen

dekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hal

ini didasari pada asumsi bahwa data yang dikumpulkan pada

umumnya bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan kata-kata lisan ataupun tertulis dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Berkenaan dengan hal ini

S. Nasution (1988:5) menyatakan, bahwa "penelitian kuali

tatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam ling

kungan,

berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami

ba—

hasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya". Sejalan

(28)

dengan hal ini Lincoln dan Guba (1985:102) mengemukakan,

bahwa peneliti

yang

menggunakan

pendekatan

kualitatif,

disain penelitiannya bersifat emergent design. Hal ini

disebabkan mungkin seorang peneliti dalam tahap awal

penelitiannya belum memiliki gambaran yang

jelas

tentang

aspek-aspek masalah yang akan diteliti. Kemudian peneliti

tersebut mengembangkan pertanyaan penelitian sambil

mengumpulkan data untuk mencari pemecahannya. Dengan

demikian, disain penelitian tersebut selalu tejadi

kemungkinan perubahan atau pengembangan lebih lanjut.

Seorang peneliti kualitatif, menurut Bogdan dan

Biklen (1982:31) "berusaha untuk memahami perilaku,

pandangan, persepsi, sikap dan lain—lainnya berdasarkan

pandangan subyek yang diteliti sendiri". Dari pandangan

tersebut, seorang peneliti kualitatif dalam mengumpulkan

data yang diperlukan berusaha untuk melakukan kontak

langsung dengan subyek yang diteliti pada tempat kegiatan

berlangsung. Untuk menghindari bias dalam pelaksanaan

pengumpulan data,

maka perlu

diperhatikan

karakterisitik

penelitian kualitatif.

Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengungkapkan karak

teristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key

instrument.

2. Qualitative research is the descriptive.

3. Qualitative researchers are concerned with process

(29)

4. Qualitative researchers tend to analyze their

data

inductively.

5. Meaning is of essential concern to the

qualitative

approach.

Karakteristik

di

atas

mengandung

maksud

bahwa

peneliti

sebagai

pengorganisasi

instrumen

mendatangi

sendiri

sumber

data

yang

diteliti.

Di

sini

peneliti

melakukan

pengamatan

secara

cermat

terhadap

fenomena

yang tampak atau terjadi di lapangan

sebagaimana

adanya.

Data yang dikumpulkan cenderung berupa kata-kata, sehingga

analisisnya dalam

bentuk

uraian.

Penelitian

kualitatif

tidak semata-mata menaruh perhatian pada hasil yang

diamati, namun aspek proses juga lebih diperhatikan.

Oleh

karena itu untuk mengungkapkan makna terhadap keadaan yang

diamati digunakan analisis induktif.

Peneliti

yang

menggunakan

pendekatan

kualitatif

dalam melaksanakan penelitiannya, bukan

sekedar

menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang telah dipolakan sebelumnya, me

lainkan harus dapat mengungkap masalah-masalah

yang

ber

sifat esensial yang ditemukan selama penelitian. Untuk itu

perlu disiapkan cara kerja yang

sistematis

agar

hal-hal

yang esensial dapat ditemukan di lapangan. Oleh

karenanya

seorang peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan

metode,

sumber teori dan bentuk-bentuk pengetahuan yang

digunakan

dalam penelitian. Selanjutnya perlu disiapkan pula instru

men dan disain penelitian serta situasi yang

memungkinkan

(30)

diteliti.

Selama proses penelitian, peneliti senantiasa mela

kukan modifikasi terhadap konsep—konsep yang telah disusun

ketika ditemukan hal-hal yang baru. Karena itu pulalah, maka dalam penelitian kualitatif selalu terjadi

perubahan-perubahan atau pengembangan terhadap rancangan penelitian yang sudah disusun sebelum memasuki kancah peneletian yang

sebenarnya.

B. Sumber Data dan Sampel Penelitian

Sumber data adalah segala hal yang dapat memberikan informasi, karena itu sampelpun harus dapat memberikan

sumber informasi. Ada dua sumber data dalam penelitian

ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data secara langsung sebagai tangan pertama, sedangkan sumber data sukunder adalah sumber—sumber yang dapat memberikan

data atau informasi mengenai sumber pertama, sehingga

fungsinya sebagai data pelengkap.

Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa. Karena jumlah sumber data yang cukup banyak, lokasi yang berbeda serta keterbatasan kemampuan peneliti untuk menjaringnya, maka

sumber data yang ada perlu untuk dilakukan penyeleksian.

(31)

dan akhirnya sebagai responden atau informan yang berperan

menjadi sumber data primer.

Karena sampel harus dapat memberikan data atau

in

formasi sesuai dengan

keperluan,

maka

penentuan

sampel

ditentukan dengan menggunakan teknik

purposive

sampling,

yaitu responden atau informan

disesuaikan

dengan

tujuan

penelitian dan dilakukan dengan cermat. Untuk itu

respon

den atau informan dipilih dari subyek yang benar-benar

memahami permasalahan.

Penelitian ini berupaya untuk menggali hubungan

manusiawi dalam

mengembangkan

perilaku

yang

diharapkan

pada

diri

mahasiswa

dalam

konteks

program

pengalaman

lapangan, maka ditetapkan responden atau informan

sebagai

sumber data primer adalah kepala sekolah dasar, tiga orang

guru pamong dan tiga mahasiswa.

Kepala

sekolah

dan

guru

pamong

yang

dimaksud

adalah

mereka

yang

bertugas

di

sekolah latihan dan sekaligus sebagai tempat Pusat

Kegiatan Guru (PKG). Sekolah sebagai Pusat

Kegiatan

Guru

dalam hal ini berperan sebagai

SD Inti. SD Inti

adalah :

"Satu SD yang dipilih di antara anggota gugus yang

mempunyai

peranan

sebagai

pusat

pengembangan

pada

tingkat

gugus

dan

secara

insitusional

memiliki

sarana-prasarana dan tenaga kependidikan yang

memadai

untuk menunjang upaya peningkatan mutu

pendidikan

di

lingkungan gugus tersebut"

(Depdikbud, 1991/1992:6).

Selanjutnya untuk menetapkan

SD Inti

digunakan kri

(32)

a. Guru dan Kepala SD tersebut mempunyai keinginan dan

semangat yang tinggi untuk menerapkan SPP—CBSA di sekolahnya.

b. SD tersebut memiliki sarana—prasarana pendidikan yang memadai, seperti gedung, perabot sekolah dan

lain—lain.

c. Letak SD tersebut strategis dan mudah dijangkau/ dikunjungi.

d. Jenjang kelas dan gurunya lengkap.

e. Memiliki sumber—sumber belajar yang memadai, se perti perpustakaan, laboratorium sekolah (IPA, Ma— tematika, dll) dan koperasi sekolah.

f. Memiliki lapangan bermain, ruang pertemuan dan lahan sekolah yang memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut.

g. BP—3, guru—guru, dan kepala sekolah aktif melaksa nakan kegiatan pendidikan, baik intra, ko dan kuri—

kuler.

h. SD tersebut berstatus negeri/swasta, keamanan ling kungan terjamin, sehat dan bersih (Depdikbud, 1991/ 1992:6).

Berdasarkan pengertian dan kriteria penetapan SD Inti

tersebut di atas, maka mahasiswa yang melaksanakan program

pengalaman lapangan (PPL) di sekolah inti ini diharapkan

dapat memperoleh pengalaman secara optimal dan bersifat

menyeluruh. Untuk itu dalam setiap SD Inti ditetapkan res

ponden penelitian yakni kepala sekolah, tiga orang guru

pamong dan tiga orang mahasiswa.

Penetapan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif

ini didasari oleh pendapat S. Nasution (1988:11), bahwa

"Sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (pur

pose) penelitian". Dengan pengambilan secara purposif,

hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus yang

ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan

(33)

dari sampel ini bukan untuk mencari generalisasi, melain

kan akan dapat diberlakukan hanya pada setting dengan

peristiwa yang serupa.

Dalam penelitian kualitatif atau biasa juga disebut

kualitatif naturalistik, Lincoln dan Guba (1985:201-202)

menyatakan, bahwa spesifikasi sampel tidak dapat ditentu

kan sebelumnya, karena sesuai dengan ciri-ciri khusus sam

pel purposif, yaitu: "(1) emergent sampling design, (2)

serial selection of sample units, (3) continuous adjusment or focusing of the sample, (4) selection to the point of

redudancy".

Hal ini dimaksudkan, bahwa penentuan sampel dalam

penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung.

Cara yang akan ditempuh, yaitu peneliti memilih guru pa

mong yang termasuk daerah penelitian dan menurut pertim

bangan peneliti (human instrument) dapat memberikan infor

masi maksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan

dengan hubungan manusiawi dalam konteks kegiatan PPL di

sekolah dasar latihan.

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari

sampel sebelumnya, peneliti dapat menentukan unit sampel

lainnya yang diperkirakan akan memberikan data yang lebih

lengkap. Unit sampel yang dipilih makin lama, semakin ter

arah sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena itu pe

(34)

ditentukan oleh pertimbangan informasi.

S. Nasution (1988:32-33) menjelaskan, bahwa "penen tuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sam pai kepada taraf redudancy". Maksud redudancy adalah dengan menggunakan responden selanjutnya (snowbal1 sam

pling) boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan in formasi baru yang signifikan. Dengan kata lain, data yang akan dikumpulkan melalui sampel sampai kepada titik jenuh

(redudancy), yaitu bila hal yang diamati dan jawaban mere ka atas pertanyaan yang diajukan berkisar pada persoalan yang sama. Namun bila dipandang masih perlu untuk meleng—

kapi data yang diperlukan, maka pengumpulannya dilakukan

kepada sumber data sekunder.

Sumber data sekunder adalah guru pamong dan maha siswa lainnya yang bukan sumber primer, dosen pembimbing, kepala UPT-PPL, ketua pengelola dan dosen—dosen PGSD.

Selanjutnya mengenai lokasi penelitian disesuaikan

dengan sekolah yang digunakan oleh UPP PGSD FKIP Untan

Pontianak (UPP Induk, UPP I, dan UPP II), yakni di Keca-matan Pontianak Barat dan Kecamatan Pontianak Selatan Kotamadya Pontianak serta Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak. Mengenai lokasi sumber data ini dapat dilihat

(35)

Tabel 1

Sumber Data Menurut Lokasi Penelitian

No. L o k a s i Nama sekolah Kep.Sek. Pamong Mhs. 1. Kec.Ptk.Barat SDN. No.39 1 3

2. Kec.Ptk.Sel. SDN. No.24 1 •^J

3. Kec.Sui.Raya SDN. No. 6 1 3

Dijadikannya ketiga sekolah dasar ini sebagai sum

ber data penelitian, didasarkan pada pertimbangan berikut:

a. Kemudahan untuk menjangkau lokasi penelitian.

b. Kesediaan kepala sekolah dan guru pamong untuk dijadi

kan sebagai sumber data dalam penelitian ini.

c. Keterbukaan dari kepala sekolah dan guru pamong dalam

memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

d. Saran yang diberikan oleh para Penilik Sekolah Dasar

di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan

dan dari hasil pengamatan peneliti sendiri sewaktu

melakukan penjajagan atau ketika melakukan orientasi

lapangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian kualitatif ikut diten

tukan oleh ketelitian dan kelengkapan catatan (field no

(36)

lukan teknik pengumpulan data yang akurat dan kemampuan

peneliti menggunakannya.

Berkenaan dengan hal

ini-, S.

Na—

sution (1988:56-58) menyatakan, bahwa catatan lapangan

dapat diperoleh melalui

observasi,

wawancara

dan

studi

dokumenter.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam

penelitian ini digunakan ketika teknik

pengumpulan

data,

seperti berikut.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan salah

satu teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh in

formasi dalam konteks hal-hal yang berkaitan dengan seki—

tarnya,

sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari

in

formasi yang dikumpulkan. Berbagai manfaat observasi dalam

mengumpulkan data di lapangan sebagaimana yang dikemukakan

oleh S. Nasution (1988:59-60) adalah sebagai berikut: (1)

dengan berada di

lapangan,

peneliti lebih

mampu

mehamami

konteks data dalam keseluruhan situasi, (2) pengalaman

langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan in—

duktif, (3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang

atau tidak diamati orang lain, (4) peneliti dapat menemu

kan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh res

ponden dalam wawancara,

(5) peneliti dapat menemukan

(37)

peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan tetapi juga memperoleh kesan—kesan pribadi. Di sisi lain, ia meng— klasifikasikan intensitas partisipasi pengamat ke dalam

lima tingkatan, yakni dari partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif sampai partisipasi penuh.

Sesuai dengan keperluan data yang akan dikumpulkan, maka peneliti melakukan pengamatan sebatas partisipasi pasif, dan partisipasi sedang. Dalam situasi tertentu pe neliti hanya berperan sebagai penonton untuk mengamati

berbagai fenomena yang terjadi dalam hubungan antara kepa la sekolah dengan mahasiswa ataupun antara guru pamong dengan mahasiswa. Kemudian peneliti juga sesekali ikut

serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan kata lain, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan

dan observasi partisipan dalam batas-batas tugas yang men jadi kewajiban kepala sekolah dan guru pamong dalam kon

teks pelaksanaan program pengalaman lapangan (PPL).

Setiap data dan informasi yang diperoleh melalui

teknik-teknik observasi ini, (baik melalui partisipasi pasif atau non partisipan maupun partisipasi sedang), akan selalu dikaitkan dengan konteksnya, sehingga data dan in formasi tersebut tidak kehilangan maknanya. Kemudian dila kukan dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan. Namun tak

dapat dipungkiri, bahwa data dan informasi yang didapat

(38)

perilaku respoden. Oleh karena itu untuk mengungkap

hal-hal yang berkenaan dengan

perasaan,

pandangan,

persepsi

dan sebagainya, maka digunakan teknik wawancara.

2. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui

bagaimana persepsi responden tentang dunia

realita,

maka

peneliti harus berkomunikasi langsung dengan responden

melalui wawancara. Berkenaan dengan hal ini S. Nasution

(1988:71) menyatakan, bahwa untuk mendapatkan data yang

bersifat emic (segi pandangan responden), maka dilakukan

wawancara langsung. Melalui wawancara yang bersifat lang

sung ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pikiran, pe

rasaan , emosi, ataupun pandangan responden mengenai ke

giatan PPL di sekolah tempat dia bertugas.

Dalam berkomunikasi dengan responden, peneliti me

lakukan wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik dengan para sum ber data. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui wa wancara tak berstruktur ini masih beraneka ragam dan ber

sifat umum. Kemudian setelah terjalin hubungan akrab dalam arti saling percaya—mempercayai, barulah dilakukan wawan cara terstruktur guna mendapatkan data dan informasi yang

(39)

3. Studi Dokumenter

Di samping data dan informasi yang dldapatkan

melalui observasi dan wawancara, juga akan dikumpulkan data dari dokumen—dokumen. Pengumpulan data dari sumber dokumen ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diper oleh dari teknik-teknik sebelumnya. Dokumen sebagai sumber

data pelengkap dalam penelitian ini berupa catatan—catatan

pribadi, surat—menyurat, buku harian, dokumen resmi lain

nya dan foto-foto (kalau ada). Kesemua sumber dokumen ini

selalu dikaitkan dengan fokus penelitian atau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan program pengalaman lapangan.

Selanjutnya dalam melaksanakan ketiga teknik pe

ngumpulan data di atas (observasi, wawancara dan studi do

kumenter), peneliti berperan sebagai instrumen (human in

strument), yakni peneliti menceburkan diri secara intensif

dalam kancah penelitian. Dengan kata lain, peneliti secara

aktif dan intensif ikut melibatkan diri dalam medan pene

litian serta melakukan penyesuaian—penyesuaian dengan

situasi dan kondisi lingkungan yang dimasuki. Oleh karena

itu, agar peneliti tetap konsisten dengan perannya sebagai

instrumen, maka dalam pelaksanaan penelitian digunakan

acuan berikut ini.

1). Melakukan penyesuaian dengan ketentuan-ketentuan umum

yang berlaku di sekolah dasar,

sehingga peneliti dapat

(40)

2). Sebagai warga sekolah akan memungkinkan bagi peneliti

untuk menghayati situasi dan kondisi sekolah secara

menyeluruh dan utuh.

3). Berusaha untuk selalu menyelami dan memahami segala

aktivitas yang dilakukan oleh responden (kepala seko

lah, guru pamong maupun para mahasiswa) dalam konteks

pelaksanaan program pengalaman lapangan. Dengan

demi—

kian akan memungkinkan peneliti untuk memahami dan me—

maknai perilaku yang diperlihatkan mereka atau makna

yang terkandung di balik aktivitas tersebut.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, maka dalam

penelitian ini digunakan tahap-tahap pelaksanaan pengum

pulan data seperti berikut.

1. Tahap Orientasi

Pertama—tama peneliti mengurus izin penelitian dari

Rektor Untan Pontianak sehubungan dengan surat Permohonan Izin dari Pembantu Rektor I IKIP Bandung dengan Nomor : 3006/PT25.H1/N/1995 tertanggal 23 Mel 1995. Kemudian oleh Rektor Untan dikeluarkanlah surat Izin Mengadakan Peneli

tian dengan Nomor : 3586/PT29.H/N/1995 tertanggal 7

Agus-tus 1995. Atas dasar ini selanjutnya peneliti menghubungi

(41)

PGSD FKIP Untan untuk melaporkan kegiatan pengumpulan data

tentang pelaksanaan PPL mahasiswa D-II PGSD FKIP Untan di

sekolah dasar. Selain itu, peneliti juga meminta

penjelas-an dpenjelas-an meminta informasi yang berkenaan dengan kegiatan

PPL mahasiswa D-II PGSD ini. Kemudian peneliti juga meng-hubungi Penilik Sekolah Dasar di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan. Hal ini dilakukan dengan

maksud, di samping melapor dan meminta izin, juga meminta

penjelasan tentang situasi dan kondisi sekolah dasar yang

digunakan dalam kegiatan PPL mahasiswa D-II PGSD. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan faktor pendukung dan

peng-hambat, sehingga dapat diperhitungkan pelaksanaan peneli

tian secara cermat.

Berdasarkan penjelasan dan saran dari Penilik SD

yang bersangkutan, maka peneliti mengadakan penjajagan ke

lapangan. Dari hasil penjajagan, penjelasan dan saran dari

Penilik Sekolah, maka ditetapkanlah sekolah dasar yang di jadikan sebagai sumber data penelitian ini. Adapun sekolah

dasar yang dimaksud terdiri dari SDN Nomor 39 Kecamatan

Pontianak Barat, SDN Nomor 24 Kecamatan Pontianak Selatan.

Kedua SD ini berlokasi di Kotamadya Pontianak, sedangkan

SDN Nomor 6 Kecamatan Sungai Raya berlokasi di Kabupaten Daerah Tingkat II Pontianak.

Selanjutnya dengan dasar surat Izin Pengumpulan

(42)

PT29.H15.P6SD/Q/1995 tertanggal 14 Agustus 1995, peneliti

mengadakan pendekatan dengan kepala sekolah dan guru-guru

SDN Nomor 6, SDN Nomor 24 dan SDN Nomor 39. Dalam

kesem-patan tersebut dibicarakan tentang tujuan kedatangan pene

liti, berdialog dengan mereka dan menyatakan guru pamong

yang akan dimintai informasinya.

Dalam hal

ini,

peneliti

telah menetapkan guru pamong sebagai sumber data primer

dan sumber data sekunder (ditentukan ketika proses penja

jagan sebelumnya). Kemudian menjalin hubungan baik dengan

responden, sehingga terjadi saling pengertian dan keperca—

yaan. Selanjutnya, barulah peneliti memusyawarahkan waktu

dan tempat wawancara serta meminta kesediaan responden

agar dapat mengikutsertakan peneliti dalam proses bimbing—

an pada mahasiswa PPL.

Dengan ditemukannya kesepakatan antara peneliti

dengan responden penelitian, maka langkah berikutnya ada

lah menyusun strategi dan mekanisme pengumpulan data.

2. Tahap Eksplorasi

Dalam tahap ini peneliti terjun secara langsung

dalam kancah penelitian dan melakukan pengumpulan data

secara intensif. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan pada tahap eksplorasi ini adalah :

a. Menggali data dan informasi yang diperlukan.

(43)

c. Menyusun pedoman umum yang berkenaan dengan pengumpulan data baik melalui observasi, wawancara maupun studi do

kumen ter.

d. Berupaya untuk mendapatkan data dan informasi sesuai dengan fokus penelitian.

e. Menghimpun dan mendokumentasikan data dan informasi dalam bentuk catatan lapangan, laporan lapangan dan buku harian lapangan.

Catatan lapangan dimaksudkan adalah kegiatan men— catat data dan informasi ketika peneliti berada di

lapangan. Fungsinya untuk memudahkan peneliti ketika diperlukan dalam membuat laporan. Kemudian catatan la pangan dapat pula dilakukan dengan alat bantu lainnya

seperti tape recorder, sehingga membantu daya ingat pe neliti dan setiap saat dapat digunakan (sepanjang diperlukan). Sedangkan laporan lapangan dimaksudkan sebagai manuskrip dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumenter. Laporan lapangan dibuat setiap

sele-sai dari lapangan. Hal ini berguna untuk mengetahui data dan informasi yang telah dikumpulkan. Kemudian buku harian lapangan dimaksudkan untuk mencatat kesan— kesan selama berada di lapagan baik mengenai kesulitan, pertimbangan—pertimbangan, gagasan—gagasan maupun kepu—

(44)

3. Tahap Member Check

Member check dimaksudkan untuk mengecek kebenaran

data dan informasi yang telah dikumpulkan, agar hasil pe

nelitian lebih dapat dipercaya. Oleh karena itu data dan

informasi yang terkumpul hendaknya dilakukan

pengujian-pengujian secara kritis.

Dalam pengujian ini dapat dilakukan dengan cara

mengkonfirmasikan kembali data yang terkumpul kepada sum

ber data untuk dikoreksi kesesuaiannya. Untuk ini data dan

informasi yang terkumpul telah dianalisis dan dituangkan

dalam bentuk laporan. Kemudian diperbanyak untuk dibagikan

kepada responden yang

memberikan

informasi (sumber data)

untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya dengan informasi

yang telah diberikan sebelumnya. Oleh karena itu perlu

dikembangkan hubungan baik dan saling mempercayai antara

peneliti dengan sumber data, seperti meyakinkan para sum

ber data untuk tetap menjaga nama baik dan kerahasiaannya,

sehingga tidak perlu mencantumkan identitas secara jelas,

cukup dengan kode inisialnya saja. Cara lain yang dapat

ditempuh adalah melakukan koreksi dan melengkapi hal-hal

yang dinilai masih kurang sesuai atau kurang lengkap.

Tujuan pengujian secara kritis terhadap data dan

informasi agar diperoleh kredibilitas hasil penelitian.

Berkenaan dengan hal ini S.Nasution (1988:112) menyatakan,

(45)

sumber informasi dan selain itu harus dibenarkan oleh sum

ber atau informan lainnya, sehingga dapat dicapai kredibi—

litas hasil penelitian. Oleh karena itu, data yang terkum

pul masih perlu untuk dilakukan pengujian—pengujian.

4. Tahap Triangulasi

Triangulasi merupakan proses pengujian terhadap kebanaran data, sehingga dapat mempertinggi validitas dan

kredibilitas hasil penelitian. Oleh karena itu triangulasi bertujuan untuk menchek kebenaran data tertentu dengan

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber

lain, pada waktu yang berlainan dan melalui teknik yang

berlainan pula.

Dalam penelitian ini digunakan berbagai cara untuk

mendapatkan validitas dan kredibiltas data penelitian

seperti berikut :

a. Menchek kebenaran data yang diperoleh melalui observasi

dengan cara membandingkannya dengan hasil yang diper

oleh melalui wawancara dan studi dokumenter.

b. Menchek kebenaran data hasil wawancara yang dilakukan

secara empat mata dengan wawancara yang dilakukan

ketika ada orang lain.

c. Membandingkan data yang diperoleh dari sumber data yang

sama dengan teknik yang sama pula dalam waktu yang

(46)

d. Menilai perbedaan informasi (kalau ditemukan) untuk di

jadikan pemikiran lebih lanjut, yakni akan melengkapi

informasi yang ada atau harus dieliminir.

e. Menyelidiki validitas tafsiran peneliti tentang data

tertentu dengan meminta pendapat atau pandangan orang

lain (nara sumber).

5. Tahap Audit Trail

Tahap ini merupakan tahap pemantapan data, yaitu

data yang terkumpul dicatat dan didokumentasikan untuk di

nilai kebenarannya sebelum dituangkan dalam laporan pene

litian. Karena itu, setiap data yang disajikan disertai

dengan menunjukkan sumbernya. Namun

sesuai

dengan

etika

penelitian,

maka sumber

data

yang

dicantumkan

dibatasi

pada identitas inisialnya saja atau menurut kode yang

dibuat oleh peneliti.

E. Analisis Data dan Interpretasi

1. Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik ob

servasi, wawancara dan studi dokumenter masih merupakan

tumpukan data mentah yang masih perlu dianalisis agar

da

pat meberikan makna tertentu. Oleh

karena

itu

pekerjaan

(47)

pengelaborasian untuk keperluan analisis dalam mencapai tujuan penelitian.

Untuk keperluan analisis data digunakan langkah— langkah berikut ini.

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian, ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang

terinci. Laporan-laporan itu kemudian direduksi, dirangkum. dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola atau temanya. Dengan demikian data mentah yang ada telah disingkat, direduksi dan disusun

secara sistematis sehingga mudah dikendalikan.

Melalui reduksi data akan diperoleh gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah

pencarian data ketika akan diperlukan. Selain itu reduksi data akan mempermudah pekerjaan analisis data, karena dapat dilakukan sejak awal penelitian.

b. Display Data

Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian—bagian tertentu dari data peneli tian. Untuk itu data yang ada dapat disajikan dalam bentuk matriks, grafiks, networks dan charts, sehingga data itu

[image:47.595.76.490.169.556.2]
(48)

mempermudah dalam melakukan kegiatan analisis.

c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang terkumpul sejak awal penelitian akan se

lalu dicari maknanya, karena itu dilakukan upaya untuk

mencari pola, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering

timbul, ataupun membuat hipotesis-hipotesis. Melalui upaya

ini, kemudian dirumuskan kesimpulan yang masih bersifat

tentatif.

Untuk mencapai kesimpulan yang lebih "grounded",

maka kesimpulan itu senantiasa dilakukan verifikasi. Veri

fikasi dapat dilakukan dengan cara melengkapi data yang

kurang dengan mencari data baru dari lapangan ataupun

dengan mendiskusikannya kepada nara sumber yang menguasai

persoalan tersebut.

Ketiga macam kegiatan analisis data di atas (reduk si, display dan mengambil kesimpulan dan verifikasi data)

merupakan kegiatan yang simultan dan dilakukan selama pe nelitian berlangsung. Dengan kata lain analisis data dila

kukan secara kontinu dari awal sampai akhir penelitian dengan menggunakan ketiga langkah tersebut di atas.

2. Interpretasi

Interpretasi data merupakan kegiatan yang bersifat

reformatif dan transformatif. Kegiatan ini bukan sekedar

(49)

nya,

akan

tetapi

merupakan

proses

pemaknaan

terhadap

segala macam fenomena yang diperoleh dari

lokasi peneliti

an. Pemaknaan terhadap fenomena ini dilandasi pada pan

dangan yang bersifat

etic

dan yang bersifat

emic.

Interpretasi yang berlandaskan pandangan

emic

ber—

maksud bahwa peneliti berbicara atas dasar perspektif res

ponden (deskriptif dan informatif), sedangkan

dalam

pan

dangan

etic

dimaksudkan

bahwa

peneliti

berbicara

dalam

perspektif keilmuan.

Temuan-temuan yang diperoleh

melalui

penelitian,

menuntut kemampuan peneliti untuk menafsirkan,

memaknai,

mencari keterkaitan dengan konsep yang ada,

ke

mudian mengkomunikasikannya dalam

bahasa

ilmiah

sebagai

(50)

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Berdasarkan data penelitian, interpretasi dan pem

bahasan hasil

penelitian

yang

telah

diungkap

pada

bab

sebelumnya, berikut dirumuskan kesimpulan, implikasi dan

rekomendasi dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

Sesuai dengan sifat penelitian ini berupa studi

eksplorasi,

penarikan

kesimpulan

bukan

bermaksud

untuk

membuat suatu generalisasi yang berlaku dalam berbagai

situasi, melainkan merupakan upaya untuk memperoleh

suatu

pemahaman baru tentang permasalahan yang diteliti.

Dari deskripsi hasil penelitian, adanya indikasi

bahwa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala

sekolah dan guru pamong pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor

6

dalam mengembangkan perilaku calon guru lebih efektif dari

pada yang diciptakan

oleh

kepala

sekolah

dan

sebagian

besar guru pamong pada SDN Nomor 24.

Kepala sekolah dan guru pamong pada

SDN

Nomor

39

dan SDN Nomor 6 dalam hubungan interpersonal yang bersikap

demokratis dalam mengembangkan perilaku calon guru

ber-implikasi pada pengembangan pribadi secara utuh dan menye

luruh.

Sedangkan kepala sekolah dan

sebagian

besar

guru

(51)

pamong pada SDN Nomor 24 dalam hubungan interpersonal yang

bersikap permisif dalam mengembangkan perilaku calon

guru

berimplikasi pada pengembangan pribadi yang

belum

secara

utuh dan menyeluruh.

Hubungan interpersonal antara

kepala

sekolah

dan

guru pamong dengan mahasiswa dalam mengembangkan

perilaku

calon guru sebagai berikut.

1. Kepala SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 menciptakan hubung

an interpersonal

dalam

mengembangkan

perilaku

calon

guru adalah dengan mengajak mahasiswa

untuk

mengikuti

kegiatan sekolah, seperti mengatur dan mengawasi pelak

sanaan senam pagi, menjaga

dan

memelihara

kebersihan

kelas dan halaman sekolah,

mengawasi

pakaian

seragam

murid dan memberikan tindak lanjut, membuat dan mengisi

administrasi

sekolah.

Sebelum

melaksanakan

kegiatan

sekolah tersebut, terlebih dahulu

mahasiswa

diberikan

pengarahan, meminta masukan mahasiswa,

memusyawarahkan

pendapat yang berbeda, memberi contoh dengan memulainya

pada diri sendiri, memberi tugas dan

bersama-sama

me

laksanakan kegiatan sekolah. Sedangkan kepala

SDN

No

mor 24 menciptakan hubungan interpersonal dalam mengem

bangkan perilaku calon guru

adalah

dengan

memberikan

(52)

menentukan sikapnya untuk mengikuti atau

tidak

mengi

kuti kegiatan sekolah dan memberikan informasi secukup

nya bila diperlukan mahasiswa.

2. Kepala SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 dalam hubungan

in

terpersonal dalam

mengembangkan

perilaku

calon

guru

ikut menentukan aktivitas mahasiswa, namun keputusan

diserahkan kepada mahasiswa menurut pemikirannya. Meni

lai kegiatan yang dilakukan

mahasiswa

dan

memberikan

dukungan atau kritik terhadap hasil yang dicapai

maha

siswa.

Sedangkan kepala SDN

Nomor

24

dalam

hubungan

interpersonal tidak ikut menentukan aktivitas mahasiswa

dan tidak. memberikan dukungan atau kritik terhadap ak

tivitas yang dilakukan oleh mahasiswa.

3. Guru pamong SDN Nomor 39 dan SDN

Nomor

6

menciptakan

hubungan

interpersonal

dalam

mengembangkan

perilaku

calon

guru

adalah

dengan

mengajak

mahasiswa

untuk

mengikuti kegiatan sekolah,

yakni mengatur

dan

menga

wasi pelaksanaan senam

pagi,

menjaga

dan

memelihara

kebersihan kelas dan halaman sekolah, mengawasi pakaian

seragam murid dan memberikan tindak lanjut, membuat dan

mengisi administrasi kelas,

membantu tugas guru di per

pustakaan, koperasi,

UKS, melatih petugas upcara bende

ra dan paramuka. Sebelum melaksanakan kegiatan

sekolah

(53)

pengarah-an, meminta masukan mahasiswa, memusyawarahkan pendapat

yang berbeda, memberi

contoh

dengan

memulainya

pada

diri sendiri, memberi tugas dan bersama-sama melaksana

kan kegiatan sekolah. Sedangkan guru pamong (sebagian

besar)

pada SDN Nomor 24 menciptakan hubungan interper

sonal dalam mengembangkan perilaku

ca

Gambar

gambaranyang

Referensi

Dokumen terkait

LULUS BERDASARKAN RANGKING PASSING GRADE, PERMENPAN NO.36 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA PENETAPAN KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PELAKSANAAN SELEKSI CALON PEGAWAI NEGERI

Observasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui kegiatan pengamatan untuk mencari informasi langsung mengenai setting yang diamati, yaitu perilaku dan kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian bauran pemasaran dan ekuitas merek pada benih merek Cap Kapal Terbang diperoleh kesimpulan bahwa hanya faktor promosi dan faktor

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 18 Tahun 1981 tentang Pemeriksaan dan Pemasangan Label Pada Alat

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sediaan gel lidah buaya (Aloe vera L.) dalam penelitian terbukti lebih baik dalam mempercepat proses penyembuhan luka

Angga Verdicha Septiyandi, Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Keputusan Memilih Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Kejadian seperti tidak menghadirkan diri akan berulangan ( Keith, 2002c ). Jika dilihat dalam konteks WILSP adalah penting untuk menyediakan satu "