EIUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH
DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL
DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU
CALON GURU SEKOLAH DASAR
( Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal
di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II
PGSD FKIP Untan Pontianak)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
bagi perolehan gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
Marmawi R
NRP 9332135/S2-PU/XXV-17
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
PROF. DR. H. DJAMARI
PEMBIMBING I
DR. H.M.I. SOELAEMAN (aim)
Reran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa
dalam
era persaingan global yang berlangsung sekarang ini sangat
penting. LPTK khususnya
PGSD
sebagai
lembaga
penyiapan
calon-calon guru sekolah dasar diharapkan dapat
menghasil-kan guru yang memiliki dedikasi yang tinggi,
pantang
me-nyerah, aspek kepeloporannya yang menonjol dan
tahu
jati
dirinya.
Selain itu
seorang
guru
juga
diharapkan
agar
menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan tanpa
larut
dalam spesialisasinya, menjadi panutan bagi
peserta didik—
nya serta harus survive.
Penyiapan calon guru sekolah dasar merupakan
tang-gung jawab bersama antara LPTK (PGSD) dan lembaga
pemakai
lulusannya (SD).
Dalam pelaksanan PPL kepala
sekolah
dan
guru pamong merupakan barisan terdepan dalam rangka membe—
rikan pengalaman langsung maupun dalam mengembangkan peri—
laku yang seharusnya dimiliki mahasiswa calon guru.
Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan
oleh kepala sekolah maupun guru pamong dalam mengembangkan
perilaku mahasiswa calon guru merupakan
fokus
penelitian
ini.
Penelitian ini mengungkap hubungan interpersonal
antara kepala sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa
Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, sebagai upaya
men-cari (menemukan) pola hubungan interpersonal dalam mengem
bangkan perilaku mahasiswa calon guru
yang
berperspek.tif
Pendidikan Umum.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif
analisis.
Agar
penelitian
ini
mampu mengungkap makna
secara
kualitatif,
maka
peneliti
menjadi instrumen dalam penelitian ini. Data dikumpulkan
dengan teknik observasi,
wawancara dan
studi
dokumenter.
Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi
peneli
personal yang diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pa
mong di lingkungan SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 cenderung
bersifat demokratis dalam suasana yang penuh keakraban dan
kekeluargaan. Sedangkan hubungan interpersonal yang dicip
takan oleh kepala sekolah dan sebagian besar guru pamong
di lingkungan SDN Nomor 24 cenderung bersifat permisif
dalam suasana yang formal, dan antara atasan dengan bawah—
an. Berbagai perilaku yang dikembangkan dalam hubungan
interpersonal di SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 lebih
menga-rah pada pengembangan pribadi mahasiswa secara utuh dan
menyeluruh. Sedangkan perilaku yang dikembangkan pada ma hasiswa di lingkungan SDN Nomor 24 mengarah pada pengem bangan pribadi yang memiliki nilai tanggung jawab, keman—
dirian dan kreativitas.
Disimpulkan bahwa kepala sekolah dan guru pamong
dalam menciptakan hubungan interpersonal dengan mahasiswa
pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 yang bersifat demokratis
cenderung lebih efektif dalam mengembangkan perilaku calon
guru, dari pada hubungan interpersonal yang bersifat permi
sif yang diciptakan oleh kepala sekolah dan sebagian besar guru pamong pada SDN Nomor 24.
Akhirnya penelitian ini merekomendasikan agar para guru pamong dapat meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan
fungsi dan perannya sebagai pamong, pembimbing, penilai
dan teman sejawat, khususnya di lingkungan SDN Nomor 24,
sehingga pengembangan perilaku mahasiswa calon guru secara utuh dan menyeluruh dapat diwujudkan. Kemudian diharapkan agar kepala UPT-PPL dan ketua UPP-PGSD perlu meningkatkan
jalinan kemitraan dengan pihak sekolah dasar dalam rangka
menyiapkan calon guru yang memiliki pribadi utuh, menyelu
ruh dan berwawasan dengan dilandasi iman dan taqwa, dan nilai-nilai luhur yang tersirat dalam Pancasila.
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah Utama Penelitian 15
C. Pertanyaan Penelitian 16
D. Tujuan Penelitian 17
E. Manfaat Penelitian 17
F. Definisi Operasional 19
BAB II HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM MENGEMBANGKAN
PERILAKU CALON GURU 21
A. Teori Hubungan Sesama Manusia 22
B. Bentuk-Bentuk Hubungan Sesama Manusia 26
C. Mengembangkan Perilaku Calon Guru dalam
Perspektif Pendidikan Umum 35
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Umum .. 35
2. Perilaku Calon Guru Dalam Perspektif
Pendidikan Umum 41
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 47
A. Metode dan Pendekatan Penelitian 47
B. Sumber Data dan Sampel Peneltian 50
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 60
E. Analisis Data dan Interpretasi 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 70
A. Hasil Penelitian - 70
1. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa
di SDN Nomor 39 70
2. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa
di SDN Nomor 24 100
3. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah dan Guru Pamong dengan Mahasiswa
di SDN Nomor 6 122
4. Temuan Penelitian 142
B. Pembahasan Hasil Penelitian 143
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 171
A. Kesimpulan
171
B. Implikasi
176
C. Rekomendasi 179
DAFTAR PUSTAKA
-
184
SURAT-SURAT IZIN PENELITIAN 191
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya suatu kecenderungan terhadap spesia— lisasi ilmu pengetahuan ke dalam bidang-bidang tertentu dalam penyelenggaraan pendidikan, mengakibatkan akan ter— jadinya pengkotak—kotakan pengalaman belajar peserta didik
(mahasiswa). Peserta didik (mahasiswa) cenderung untuk
mempelajari disiplin ilmu atau spesialisasi yang diminati dan sesuai dengan bakatnya saja. Di sisi lain timbul pula kecenderungan untuk mengkotak-kotakan ranah dalam tujuan pendidikan, seperti cenderung lebih menekankan pada ranah kemampuan intelektual saja atau keterampilan tertentu saja, sementara ranah yang lebih luas berupa pengembangan
aspek moral, nilai-nilai, sikap, kematangan sosial dan
emosional kurang mendapat perhatian.
Penyelenggaraan pendidikan yang demikian itu
memungkinkan bagi peserta didik (mahasiswa) untuk memiliki
pandangan yang picik dalam memahami bidang keilmuan dan
keahlian yang ditekuninya. Mereka mungkin kurang meng— hayati "siapa" yang akan menggunakan ilmu pengetahuan dan
keahliannya itu, atau untuk "apa" pengetahuan dan keahlian
itu bagi kehidupan bermasyarakat. Kedua pernyataan ini
sia yang memiliki kepribadian yang terpadu.
Untuk menjadikan peserta didik agar memiliki kepri
badian yang terpadu, maka "Pendidikan tidak hanya menyang—
kut salah satu aspek kepribadiannya, melainkan yang me—
nyentuh keseseluruhannya, yang merata dan umum: Suatu Pen
didikan Umum" (M.I. Soelaeman, 1988:5).
Pendidikan Umum diperlukan bukan semata-mata karena
meningkatnya spesialisasi ilmu pengetahuan,
melainkan juga
karena pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat.
Paul L. Dresser dan Margareth F. Lorinter (Chester W. Har
ris, 1960:571) menyatakan, bahwa Pendidikan Umum (general
education) lahir disebabkan karena pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan industrialisasi dan
perkembangan dalam komuni—
kasi dan transformasi yang telah menimbulkan pekerjaan dan
profesi baru yang menyertai kebutuhan spesialisasinya itu.
Pertumbuhan penduduk dan idustrialisasi serta per
kembangan komunikasi dan trasformasi telah melanda kehi
dupan masyarakat Indonesia sekarang ini. Untuk
mengantisi-pasi pertumbuhan dan perkembangan tersebut, maka LPTK—LPTK
dituntut kehadirannya untuk tampil memelopori dalam me
nyiapkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas (Eng—
gartiasto, 1995:12). Upaya menyiapkan sumber daya manusia
unggul dan berkualitas ini harus dimulai dari penyeleng
LPTK dalam rangka mengantisipasi penyiapan tenaga guru
dengan kualifikasi pendidik yang mampu melaksanakan tugas
kependidikannya kelak tanpa larut dalam spesialisasinya,
adalah menyusun perencanaan dan membuat program pendidikan
secara komprehensif dan terintegrasi.
Dalam menyusun perencanaan dan membuat program pen
didikan yang komprehensif, Phenix (1964:4) menyatakan,
perlu adanya kesatuan filsafat kurikulum untuk memberikan
pandangan kurikulum (pendidikan umum) dengan menunjukkan
pertimbangan-pertimbangan scope, isi dan rangkaian studi
yang diderivasi dari konsiderasi fundamental tentang hake—
kat manusia dan pengetahuan.
Pandangan Phenix tersebut berupaya untuk menyusun
program pendidikan yang balance antara pengetahuan dan
hakekat manusia. Di satu sisi pengetahuan memang penting
bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain dipandang perlu
untuk selalu memperhatikan hakekat manusia itu sendiri.
Dalam upaya mewujudkan keseimbangan antara pengeta
huan dan hakekat manusia, maka kurikulum Pendidikan Umum
hendaknya mencakup bidang—bidang makna yang meliputi: (1)
symbolics, (2) empirics, (3) estetics, (4) synnoetics, (5)
ethics, (6) synaptics (Phenix, 1964:6).
Bidang simboliks berkenaan dengan bahasa, matemati—
dalamnya fisika, ilmu hayat, psikologi dan ilmu sosial.
Sedangkan bidang estetiks terdiri dari musik, seni visual,
puisi, novel, drama dan kesusasteraan. Kemudian bidang synnoetiks terdiri dari filsafat, psikologi, kesusasteraan dan agama dalam aspek—aspek yang berhubungan dengan eksis— tensi disiplin ilmu tersebut. Bidang etiks merupakan bidang makna yang lebih menekankan moral dengan mengutama—
kan kewajiban dari pada fakta dalam bentuk perseptual dan kesadaran dari relasi seperti moral knowledge. Selanjutnya bidang synoptiks terdiri dari sejarah, agama dan filsafat.
Hampir senada dengan Phenix, Paul L. Dresser dan M.F. Lorimer menyatakan, bahwa lingkup kurikulum Pendi
dikan Umum meliputi : (1) Communication, mencakup bahasa, menulis, membaca, bercakap-cakap dan mendengar; (2) Social Science, mencakup sosiologi, ilmu politik, ekonomi, antro—
pologi, geografi dan sejarah; (3) Science and Mathematics,
mencakup ilmu kealaman, fisika, biologi dan matematika;
(4) Humanities, mencakup sejarah, filsafat, agama, musik, melukis, tarian dan arsitektur; (5) Personal Adjusment, mencakup sosiologi, phisiologi, psikologi dan filsafat
(Chester W. Harris, 1960: 575-576).
Pada dasarnya, isi kedua lingkup kurikulum Pendi dikan Umum seperti yang dinyatakan oleh Phenix dan Paul
bah-wa lingkup kurikulum Pendidikan Umum dilandasi pada gagas—
an untuk membantu pengembangan pribadi secara menyeluruh
dan terintegrasi. Namun berbeda dalam penekanan dan penge—
lompokannya. Phenix menekankan pada hakekat Pendidikan Umum, sedangkan Dresser lebih menekankan pada fungsi Pen
didikan Umum.
Dalam kurikulum PGSD (1991) yang sekarang masih
berlaku untuk mahasiswa semester 3 dan 5 (tahun ajaran
1995/1996), isi kurikulumnya mencakup : (1) MKDU
(Pancasi-la, Agama dan Kewiraan), (2) MKDK (DDK, BK, Psikologi Pen
didikan dan Administrasi Pendidikan), (3) MKBS (PMP, BI,
Matematika, IPA, IPS, Penjaskes, Pendidikan Kesenian, Pen
didikan Keterampilan, Psikologi Perkembangan, SBM, Media Belajar, Evaluasi Pengajaran, Perencanaan Pengajaran, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, dan PPL).
Komponen mata kuliah dasar umum (MKDU) diarahkan
untuk mengembangkan sikap dan wawasan yang membentuk ni—
lai-nilai Pancasila dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Pengembangan sikap seperti ini menghendaki suatu pen— dekatan yang bukan sekedar menyajikan konsep dan fakta, melainkan harus mampu menyentuh perasaan mahasiswa dengan
cara menghadapkan dan melibatkan mereka secara aktif ke
dalam isyu-isyu yang bermakna dan memadai.
Komponen mata kuliah dasar kependidikan (MKDK)
pengembangan kemampuan profesional di dalam mengambil dan
melaksanakan keputusan pendidikan sejalan dengan perkem
bangan murid maupun tujuan pendidikan sekolah dasar.
Komponen mata kuliah bidang studi (MKBS) menggam— barkan tingkat penguasaan bahan ajaran, dalam arti kemam
puan menguasai isi bidang studi maupun dalam seleksi,
pengorganisasian dan penyajian yang mampu membelajarkan
murid sekolah dasar secara optimal.
Komponen pengalaman lapangan (PPL) merupakan kulmi—
nasi program pendidikan guru. Komponen ini menghendaki
calon guru (mahasiswa) menampilkan seluruh kecakapannya
yang telah dikembangkan melalui berbagai mata kuliah. Pe
ngalaman lapangan menghadapkan calon guru kepada kesempat—
an untuk menghayati dan melaksanakan keseluruhan tugas
profesional dan mengalami kehidupan sekolah dasar secara
utuh dan dalam konteks yang bermakna.
Dengan diberikannya komponen-komponen mata kuliah
yang terdapat dalam kurikulum PGSD kepada para mahasiswa, maka para lulusannya diharapkan memiliki pribadi yang
utuh, seimbang dan menyeluruh. Artinya, seluruh potensi
yang dimiliki oleh setiap mahasiswa, berupa potensi
fisik dan psikhis, maupun unsur kognitif, afektif dan
psikomotor akan dikembangkan secara proporsional dan
Program D—II PGSD, profil lulusannya telah digariskan
dalam Kurikulum D-II PGSD berikut ini.
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara Panca—
sila
c. Berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku bagi profesi guru
d. Mengenal tujuan pendidikan dasar serta implikasinya bagi proses pendidikan
e. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
f. Menguasai karakteristik, potensi dan kebutuhan murid SD serta implikasinya bagi proses dan pelayanan pendidikan g. Menguasai prinsip-prinsip belajar dan pemanfaatannya
dalam proses belajar mengajar
h. Menguasai cara berpikir, teori, generalisasi, konsep, prosedur dan fakta penting yang dapat digunakan untuk menguasai bahan pengajaran
i. Kompoten dalam mengembangkan tujuan instruksional
j. Menguasai kemampuan memilih dan mengembangkan bahan
pengajaran
k. Kemampuan memilih dan mengembangkan strategi mengajar yang sesuai untuk menciptakan proses belajar yang
mak-simal
1. Kemampuan memilih, membuat dan menggunakan media penga jaran yang sesuai dengan tujuan, materi dan suasana belajar
m. Kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber belajar n. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
o. Mengatur kelas untuk menciptakan suasana dan mengelola
interaksi kelas yang memberikan kemudahan belajar
p. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar murid
q. Membimbing murid yang mengalami kesulitan dalam proses
belajar
r. Membimbing murid yang berbakat khusus
s. Membina wawasan murid dalam penghargaan terhadap peker jaan di masyarakat
t. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
u. Berinteraksi dengan sejawat secara sosial dan profesio
nal
v. Berinteraksi dengan masyarakat secara profesional
w. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. (Kurikulum D-II PGSD, 1991:5).
dengan tujuan yang dikehendaki oleh Pendidikan Umum. Menurut Djamari (Faridah, 1992:19), Pendidikan Umum se bagai pendidikan yang bertujuan membentuk good zitizen
(warga negara yang baik) yang mempunyai kepribadian sesuai
dengan falsafah bangsanya. Warga negara yang baik bukan
saja cinta tanah air, tetapi juga harus mempunyai wawasan
yang luas, aktif dan ikut memecahkan masalah—masalah pern—
bangunan, mempunyai international understanding, sehingga
mampu ikut memecahkan masalah-masalah baik dalam lingkung
an kecil maupun yang lebih luas (Nu'man Sumantri dalam
Faridah, 1992:232-236).
Dilihat dari sifatnya, S. Nasution (Faridah, 1992:
19) menyatakan, bahwa pendidikan umum adalah umum bagi
semua peserta didik, berkenaan dengan kepribadian secara
keseluruhan. Sedangkan dilihat dari sasarannya, Nurid
Su-maatmadja (1993) menyatakan, bahwa pendidikan umum merupa
kan program pendidikan yang diarahkan untuk membentuk ma
nusia utuh menyeluruh yang meliputi manusia yang masih
belia sampai manusia yang sudah tua, berlaku umum bagi
siapa saja dan di mana saja secara informal, non formal
dan formal.
Persoalan yang akan dihadapi adalah baqaimana me
ngembangkan perilaku mahasiswa calon guru yang menggambar—
kan kepribadian yang utuh dan menyeluruh serta bagaimana
seca-Dalam upaya mengembangkan
perilaku yang
diharapkan
dan memberikan pengalaman yang bermakna melalui kegiatan
PPL, maka hubungan antara kepala sekolah dan guru pamong
dengan mahasiswa mutlak diperlukan. Hubungan di antara
mereka itu akan dipengaruhi oleh bagaimana kepala sekolah
dan guru pamong memandang dirinya sendiri, dan bagaimana
pandangannya terhadap mahasiswa.
Di
samping
itu
kondisi
lingkunganpun akan berpengaruh pula pada hubungan yang
diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pamong.
Pandangan terhadap diri dan orang
lain,
mengimpli-kasikan bagaimana memandang manusia pada umumnya.
Manusia
secara kodrati memiliki potensi kemanusiaan yang meliputi
kemampuan
merasa,
berkehendak,
berpikir,
berimajinasi,
berkreasi,
berkarya dan pada taraf
kehidupan
yang
lebih
kompleks, manusia memiliki kebutuhan untuk
menuju
kesem-purnaan hidup yang dalam istilah Adler disebut
perfection,
atau Iqbal menyebutnya Insan Kami I.
Kemudian yang dimaksud dengan lingkungan adalah
bukan sekedar tempat berlangsungnya hubungan sesama manu
sia,
melainkan sebagai proses
pembudayaan
perilaku
yang
diharapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan pem
budayaan makna—makna esensial pada diri
mahasiswa.
Ling
kungan sebagai proses pembudayaan kedua aspek perilaku ini
lingkungan non fisik (psikologis dan sosial).
Penataan lingkungan fisik (material) berkenaan
dengan pengaturan sarana dan prasarana yang tersedia. Se
dangkan penataan lingkungan non fisik (psikologis dan so sial ) berkenaan dengan upaya menciptakan situasi dan kon— disi yang memungkinkan terjadinya hubungan yang harmonis antar sesama manusia dengan didasari oleh sikap keterbuka— an, empati, dukungan, kepositifan dan kesamaan. Kemampuan menata lingkungan fisik dan non fisik merupakan sarana pe-nunjang untuk menciptakan terjadinya hubungan antara kepa
la sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa PPL.
Apabila dalam berhubungan dengan sesama manusia selalu memperhatikan potensi kemanusiaan dan berlangsung dalam kondisi lingkungan fisik, sosial dan psikologis yang memadai, maka akan terjadi keserasian, keharmonisan dan
kepuasan dalam bekerja, yang pada gilirannya mempermudah
proses pencapaian tujuan.
Wursanto (1985:26) menyatakan, bahwa adanya saling pengertian, kesadaran dan kepuasan psikologis merupakan dasar dalam hubungan manusiawi. Dengan demikian, hubungan yang bersifat manusiawi berarti mengerti dan menyadari potensi—potensi manusia secara kodrati serta memperlaku—
kannya sesuai dengan sifat-sifat kodrati yang dimiliki
oleh manusia.
fat manusiawi selaras dengan nilai—nilai luhur yang tersi—
rat dalam Pancasila, khususnya sila kemanusiaan yang adil
dan beradab. Manusia dalam berhubungan dengan sesamanya
haruslah berlandaskan nilai—nilai kemanusiaan, keadilan dan keberadaban. Dengan kata lain, seseorang tidak dibenarkan melakukan penindasan dan pemerkosaan terhadap
hak-hak kemanusiaan, keadilan dan keberadaban. Oleh karena
itu dalam hubungan dengan sesama manusia, perilaku dan si kap mereka dalam aktivitas sehari—hari diharapkan tidak bertindak sewenang—wenang, menganggap diri yang paling be— nar atau merendahkan harkat dan martabad orang lain.
Hubungan dengan sesama manusia dalam konteks Pendi
dikan Umum diarahkan untuk menjadikan seseorang agar memi
liki kehidupan pribadi yang baik, mempunyai hubungan ke— luarga dan masyarakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masalah—masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif (Paul L. Dressel dan Margaret F. Lorimer
dalam Chester W. Harris, 1960:570). Tujuan ini akan terca—
pai bila telah terjadi penghayatan dan perjumpaan di anta ra mereka (kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa) ten-tang peran dan kedudukannya dalam hubungan itu.
Oleh karenanya dalam hubungan dengan sesama, faktor
manusianyalah yang menjadi peran utama dalam merencanakan,
ingin dicapai. Hubungan antara kepala sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan pe rilaku calon guru sekolah dasar agar memiliki kehidupan
pribadi yang baik, mempunyai hubungan keluarga dan masya
rakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa—
lah-masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif.
Persolan lain yang berkenaan dengan pribadi calon
guru, Wiranto Arismunandar (1995:6) menegaskan, bahwa pe
ran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa dalam era per
saingan ini sangat penting. Di satu sisi dia menyatakan,
bahwa dalam era persaingan ini kita membutuhkan figur
figur guru yang memiliki dedikasi yang tinggi, pantang
menyerah, dan aspek kepeloporannya yang menonjol, di sam—
ping guru harus tahu jati dirinya. Di s i s i lain guru harus
menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan, menjadi
panutan bagi peserta didiknya, dan harus survive,
Betapa berat beban yang dipikulkan ke pundak guru,
sehingga wajar bila tugas itu diberikan kedudukan yang
lebih tinggi dari tugas—tugas lainnya. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Aslim Harmaini (1995:4) bahwa "tugas pen
didikan tetap memiliki posisi yang terhormat, yakni kon—
sisten dalam rangka memanusiakan manusia, mengangkat har—
kat kemanusiaan".
Djojonegoro (1995:30), menyatakan, bahwa :
"Sistem pendidikan nasional kita sebagai salah satu subsistem dari sistem pembangunan nasional dituntut kesiapannya untuk mampu menjawab berbagai tantangan yang sudah kita hadapi dan tantangan-tantangan baru yang akan timbul terbawa oleh arus globalisasi, era
industrial isasi, era iptek dan era. tinggal landas". Dalam konteks menjawab berbagai tantangan yang akan timbul oleh arus globalisasi, era industrialisasi,
era iptek dan era tinggal landas, maka di bidang pendidik an salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah mengalihkan tugas penyiapan guru sekolah dasar ke
pendidikan tinggi (PGSD).
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Mendikbud RI
Nomor 0854/0/1989 tentang dialihfungsikannya SPG dan SGO
ke pendidikan tinggi, maka PGSD diharapkan dapat menyiap
kan sumber daya manusia (calon—calon guru) yang dapat
mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang akan timbul
terbawa oleh arus globalisasi, era industrialisasi, era
iptek dan era tinggal landas serta sesuai dengan tuntutan
pembangunan sekarang ini.
Sumber daya manusia (calon—calon guru) yang akan
disiapkan oleh PGSD adalah pribadi-pribadi yang memiliki
karakteristik yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan
nasional, yakni manusia Indonesia seutuhnya, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, berbudi
pe-kerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan" (UU
SPN Nomor 2, 1989:4).
Bagaimana mewujudkan pribadi—pribadi calon guru
yang beriman dan bertaqwa, berbudaya, berintegritas dan
berwawasan, merupakan tanggung jawab bersama antara lem baga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan lembaga
pemakai lulusannya.
Sekolah dasar sebagai lembaga pemakai lulusan PGSD,
maka kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat berpar—
tisipasi dalam menyiapkan calon guru. Partisipasi yang
dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru adalah
meciptakan hubungan interpersonal dengan para mahasiswa
dalam rangka mengembangkan perilaku yang bermuatan iman
dan taqwa, berbudaya, berintegritas dan berwawasan, khu—
susnya dalam kegiatan PPL.
Penelitian yang berjudul Hubungan Interpersonal antara Kepala Sekolah dan Guru Pamong dengan mahasiswa
Dalam Mengembangkan Perilaku Calon Guru Sekolah Dasar
(Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Seko
lah Latihan Mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pon
tianak) perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencari (mene— mukan) pola hubungan interpersonal dalam rangka mengem
bangkan perilaku calon guru dalam perspektif Pendidikan
B. Masalah Utama Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah
adanya kesenjangan antara tuntutan pengembangan perilaku
mahasiswa calon guru lulusan PGSD dengan belum terciptanya
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah
dan guru pamong dalam kegiatan PPL. Sedangkan seperti apa hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah
dan guru pamong dalam rangka mengembangkan perilaku calon
guru dalam kegiatan PPL di sekolah latihan mahasiswa Prog
ram D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, merupakan fokus pene
litian ini.
Menilik tugas dan kesibukan dari kepala sekolah dan guru pamong sehari—hari di sekolah, seperti mengajar di
kelas, mengoreksi dan menilai hasil pekerjaan muridnya,
membimbing murid yang mengalami masalah belajar,
mengerja-kan tugas-tugas administrasi yang berkenaan dengan guru
kelas/mata pelajaran, membantu kepala sekolah dalam melak
sanakan program sekolah dan masih banyak lagi tugas lain yang harus mereka kerjakan dalam jam—jam sekolah.
Dari kesibukan mereka mengerjakan tugas tersebut, menunjukkan indikasi bahwa kepala sekolah maupun guru pa
mong kurang memiliki kesempatan untuk memberikan bimbingan
kepada para mahasiswa PPL. Kondisi tersebut merupakan hal
Kondisi kepala sekolah dan guru pamong dengan ke
sibukan mengerjakan tugas rutinnya itu, akan turut menen-tukan kualitas hubungan interpersonal dengan para maha siswa. Kualitas hubungan interpersonal antara kepala seko
lah dan guru pamong dengan mahasiswa, merupakan hal lain yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.
C. Pertanyaan Penelitian
Ada lima pertanyaan penelitian yang diajukan di
sini, yaitu :
1. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru ?
2. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong dalam mengembangkan perilaku mahasiswa ca
lon guru ?
3. Seperti apa perilaku mahasiswa calon guru yang akan dikembangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru pamong ?
4. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi hubungan in
terpersonal antara kepala sekolah dengan mahasiswa ca
lon guru ?
5. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi hubungan in
D. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini Becara umum bertujuan untuk mencari
(menemukan)
pola hubungan interpersonal antara kepala
se
kolah dan guru pamong dengan mahasiswa peserta PPL dalam
mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru sekolah dasar.
Secara khusus penelitian ini berupaya untuk memper—
oleh deskripsi tentang :
1. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala se
kolah dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon
guru.
2. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong
dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru.
3. Aspek-aspek perilaku mahasiswa calon guru
yang
dikem
bangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru
pamong.
4. Faktor-faktor
yang
melandasi
hubungan
interpersonal
antara kepala sekolah dengan mahasiswa calon guru.
5. Faktor-faktor yang melandasi hubungan interpersonal
antara guru pamong dengan mahasiswa calon guru.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berupaya mencari
(menemukan)
pola
hubungan interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon
manfaat teoritis maupun praktis.
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang bersifat teoritis tentang hubungan
interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon guru sekolah dasar, memperkaya khasanah pengetahuan di bidang pendidikan, berbagai nilai hubungan interpersonal yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan prestasi akademik
peserta didik.
Dari temuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkuliahan pendidikan umum, khususnya dalam upaya mengembangkan pribadi mahasiswa yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional yakni : manusia
Indonesia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan".
Pribadi mahasiswa yang diharapkan ini tidak hanya
beorientasi teoritik-akademik, melainkan juga yang dapat
diwujudkan dalam kesatuan kata dan perbuatan. Oleh karena—
nya dalam menyatupadukan kata dan perbuatan, dapat dikem bangkan dengan mengakrabkan para mahasiswa dengan dunia
sekolah dasar, melalui mata kuliah yang berwawasan ke-SD—
an. Dengan memahami, menghayati, dan merasakan situasi dan
akan tergugah hatinya untuk menyadari tugas dan kewajiban—
nya kelak sebagai guru.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mem
berikan manfaat kepada peneliti dalam menambah wawasan tentang esensi dan pola hubungan sesama manusia dalam
lingkungan pendidikan, terutama di sekolah dasar.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini, dengan ditemukannya pola hubungan inter—
personal dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru dapat dijadikan acuan dalam praktek kegiatan belajar
mengajar, khususnya hubungan guru-murid di sekolah dasar.
Temuan penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan
inspirasi kearah pengembangan PPL mahasiswa S-l FKIP Untan
dalam mengembangkan pribadi calon guru yang bukan sekedar
memiliki wawasan akademik, melainkan pribadi yang diharap
kan oleh pendidikan umum. Pribadi yang diharapkan dalam
pendidikan umum adalah pribadi yang beriman dan bertaqwa,
berbudaya, berintegritas dan berwawasan.
F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan mempertegas arah penelitian
ini, berikut ini dikemukakan definisi operasional (batasan
istilah) yang terdapat dalam judul penelitian.
1. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah terjadinya kontak
baha-sa, isyarat atau lambang lainnya. Hubungan interpersonal ditandai dengan adanya komunikasi antara orang yang satu
dengan yang lainnya. Komunikasi itu dapat berlangsung satu
arah dan berlawanan arah (timbal balik).
2. Kepala Sekolah dan Guru Pamong
Kepala sekolah adalah personil sekolah dasar yang
karena kedudukannya dalam kegiatan PPL di angkat oleh UPT— PPL sebagai koordinator yang bertanggung terhadap
terse-lenggaranya kegiatan PPL di sekolah yang dipimpinnya. Sedangkan guru pamong adalah personil sekolah yang ditun—
juk oleh kepala sekolah bersama—sama para guru sebagai
pamong bagi mahasiswa PPL di sekolah tersebut.
3. Mahasiswa
Adalah peserta didik di PGSD FKIP Untan Pontianak
yang akan melaksanakan PPL di sekolah dasar yang telah
ditetapkan sebagai sekolah latihan.
4. P e r i l a k u
Perilaku adalah tingkah laku, perangai, tabiat dari
seseorang sebagai manifestasi dari perbuatan, pikiran, emosi, kehendak, kemauan, perasaan, pengetahuan, skill dan tindakannya dalam menghadapi suatu situasi. Kualitas peri
laku yang ditampilkan seseorang dalam suatu situasi akan
menggambarkan kepribadiannya.
5. Calon Guru
Adalah mahasiswa yang menerima pendidikan di LPTK,
khususnya mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini
berkenaan dengan hal-hal yang sedang terjadi dalam
lingkungan pendidikan,
khususnya hal-hal
yang
menyangkut
dalam kegiatan PPL di sekolah latihan (sekolah dasar).
Oleh karena itu penelitian ini bukanlah bermaksud untuk
menguji suatu teori, akan tetapi berupaya untuk menggali
suatu fenomena guna menemukan pemahaman baru mengenai
masalah yang dihadapi. Dengan demikian, penelitian ini
lebih cocok menggunakan metode deskriptif, yakni suatu
cara yang digunakan untuk mengungkap fenomena—fenomena
yang sedang terjadi secara objektif. Oleh karena itu pen
dekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hal
ini didasari pada asumsi bahwa data yang dikumpulkan pada
umumnya bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan kata-kata lisan ataupun tertulis dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Berkenaan dengan hal ini
S. Nasution (1988:5) menyatakan, bahwa "penelitian kuali
tatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam ling
kungan,
berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami
ba—
hasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya". Sejalan
dengan hal ini Lincoln dan Guba (1985:102) mengemukakan,
bahwa peneliti
yang
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
disain penelitiannya bersifat emergent design. Hal ini
disebabkan mungkin seorang peneliti dalam tahap awal
penelitiannya belum memiliki gambaran yang
jelas
tentang
aspek-aspek masalah yang akan diteliti. Kemudian peneliti
tersebut mengembangkan pertanyaan penelitian sambil
mengumpulkan data untuk mencari pemecahannya. Dengan
demikian, disain penelitian tersebut selalu tejadi
kemungkinan perubahan atau pengembangan lebih lanjut.
Seorang peneliti kualitatif, menurut Bogdan dan
Biklen (1982:31) "berusaha untuk memahami perilaku,
pandangan, persepsi, sikap dan lain—lainnya berdasarkan
pandangan subyek yang diteliti sendiri". Dari pandangan
tersebut, seorang peneliti kualitatif dalam mengumpulkan
data yang diperlukan berusaha untuk melakukan kontak
langsung dengan subyek yang diteliti pada tempat kegiatan
berlangsung. Untuk menghindari bias dalam pelaksanaan
pengumpulan data,
maka perlu
diperhatikan
karakterisitik
penelitian kualitatif.
Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengungkapkan karak
teristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key
instrument.
2. Qualitative research is the descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with process
4. Qualitative researchers tend to analyze their
data
inductively.
5. Meaning is of essential concern to the
qualitative
approach.Karakteristik
di
atas
mengandung
maksud
bahwa
peneliti
sebagai
pengorganisasi
instrumen
mendatangi
sendiri
sumber
data
yang
diteliti.
Di
sini
peneliti
melakukan
pengamatan
secara
cermat
terhadap
fenomena
yang tampak atau terjadi di lapangan
sebagaimana
adanya.
Data yang dikumpulkan cenderung berupa kata-kata, sehingga
analisisnya dalam
bentuk
uraian.
Penelitian
kualitatif
tidak semata-mata menaruh perhatian pada hasil yang
diamati, namun aspek proses juga lebih diperhatikan.
Oleh
karena itu untuk mengungkapkan makna terhadap keadaan yang
diamati digunakan analisis induktif.
Peneliti
yang
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam melaksanakan penelitiannya, bukan
sekedar
menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipolakan sebelumnya, me
lainkan harus dapat mengungkap masalah-masalah
yang
ber
sifat esensial yang ditemukan selama penelitian. Untuk itu
perlu disiapkan cara kerja yang
sistematis
agar
hal-hal
yang esensial dapat ditemukan di lapangan. Oleh
karenanya
seorang peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan
metode,
sumber teori dan bentuk-bentuk pengetahuan yang
digunakan
dalam penelitian. Selanjutnya perlu disiapkan pula instru
men dan disain penelitian serta situasi yang
memungkinkan
diteliti.
Selama proses penelitian, peneliti senantiasa mela
kukan modifikasi terhadap konsep—konsep yang telah disusun
ketika ditemukan hal-hal yang baru. Karena itu pulalah, maka dalam penelitian kualitatif selalu terjadi
perubahan-perubahan atau pengembangan terhadap rancangan penelitian yang sudah disusun sebelum memasuki kancah peneletian yang
sebenarnya.
B. Sumber Data dan Sampel Penelitian
Sumber data adalah segala hal yang dapat memberikan informasi, karena itu sampelpun harus dapat memberikan
sumber informasi. Ada dua sumber data dalam penelitian
ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data secara langsung sebagai tangan pertama, sedangkan sumber data sukunder adalah sumber—sumber yang dapat memberikan
data atau informasi mengenai sumber pertama, sehingga
fungsinya sebagai data pelengkap.
Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa. Karena jumlah sumber data yang cukup banyak, lokasi yang berbeda serta keterbatasan kemampuan peneliti untuk menjaringnya, maka
sumber data yang ada perlu untuk dilakukan penyeleksian.
dan akhirnya sebagai responden atau informan yang berperan
menjadi sumber data primer.
Karena sampel harus dapat memberikan data atau
in
formasi sesuai dengan
keperluan,
maka
penentuan
sampel
ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive
sampling,
yaitu responden atau informan
disesuaikan
dengan
tujuan
penelitian dan dilakukan dengan cermat. Untuk itu
respon
den atau informan dipilih dari subyek yang benar-benar
memahami permasalahan.
Penelitian ini berupaya untuk menggali hubungan
manusiawi dalam
mengembangkan
perilaku
yang
diharapkan
pada
diri
mahasiswa
dalam
konteks
program
pengalaman
lapangan, maka ditetapkan responden atau informan
sebagai
sumber data primer adalah kepala sekolah dasar, tiga orang
guru pamong dan tiga mahasiswa.
Kepala
sekolah
dan
guru
pamong
yang
dimaksud
adalah
mereka
yang
bertugas
di
sekolah latihan dan sekaligus sebagai tempat Pusat
Kegiatan Guru (PKG). Sekolah sebagai Pusat
Kegiatan
Guru
dalam hal ini berperan sebagai
SD Inti. SD Inti
adalah :
"Satu SD yang dipilih di antara anggota gugus yang
mempunyai
peranan
sebagai
pusat
pengembangan
pada
tingkat
gugus
dan
secara
insitusional
memiliki
sarana-prasarana dan tenaga kependidikan yang
memadai
untuk menunjang upaya peningkatan mutu
pendidikan
di
lingkungan gugus tersebut"
(Depdikbud, 1991/1992:6).
Selanjutnya untuk menetapkan
SD Inti
digunakan kri
a. Guru dan Kepala SD tersebut mempunyai keinginan dan
semangat yang tinggi untuk menerapkan SPP—CBSA di sekolahnya.
b. SD tersebut memiliki sarana—prasarana pendidikan yang memadai, seperti gedung, perabot sekolah dan
lain—lain.
c. Letak SD tersebut strategis dan mudah dijangkau/ dikunjungi.
d. Jenjang kelas dan gurunya lengkap.
e. Memiliki sumber—sumber belajar yang memadai, se perti perpustakaan, laboratorium sekolah (IPA, Ma— tematika, dll) dan koperasi sekolah.
f. Memiliki lapangan bermain, ruang pertemuan dan lahan sekolah yang memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut.
g. BP—3, guru—guru, dan kepala sekolah aktif melaksa nakan kegiatan pendidikan, baik intra, ko dan kuri—
kuler.
h. SD tersebut berstatus negeri/swasta, keamanan ling kungan terjamin, sehat dan bersih (Depdikbud, 1991/ 1992:6).
Berdasarkan pengertian dan kriteria penetapan SD Inti
tersebut di atas, maka mahasiswa yang melaksanakan program
pengalaman lapangan (PPL) di sekolah inti ini diharapkan
dapat memperoleh pengalaman secara optimal dan bersifat
menyeluruh. Untuk itu dalam setiap SD Inti ditetapkan res
ponden penelitian yakni kepala sekolah, tiga orang guru
pamong dan tiga orang mahasiswa.
Penetapan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif
ini didasari oleh pendapat S. Nasution (1988:11), bahwa
"Sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (pur
pose) penelitian". Dengan pengambilan secara purposif,
hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus yang
ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan
dari sampel ini bukan untuk mencari generalisasi, melain
kan akan dapat diberlakukan hanya pada setting dengan
peristiwa yang serupa.
Dalam penelitian kualitatif atau biasa juga disebut
kualitatif naturalistik, Lincoln dan Guba (1985:201-202)
menyatakan, bahwa spesifikasi sampel tidak dapat ditentu
kan sebelumnya, karena sesuai dengan ciri-ciri khusus sam
pel purposif, yaitu: "(1) emergent sampling design, (2)
serial selection of sample units, (3) continuous adjusment or focusing of the sample, (4) selection to the point of
redudancy".
Hal ini dimaksudkan, bahwa penentuan sampel dalam
penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung.
Cara yang akan ditempuh, yaitu peneliti memilih guru pa
mong yang termasuk daerah penelitian dan menurut pertim
bangan peneliti (human instrument) dapat memberikan infor
masi maksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan hubungan manusiawi dalam konteks kegiatan PPL di
sekolah dasar latihan.
Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel sebelumnya, peneliti dapat menentukan unit sampel
lainnya yang diperkirakan akan memberikan data yang lebih
lengkap. Unit sampel yang dipilih makin lama, semakin ter
arah sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena itu pe
ditentukan oleh pertimbangan informasi.
S. Nasution (1988:32-33) menjelaskan, bahwa "penen tuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sam pai kepada taraf redudancy". Maksud redudancy adalah dengan menggunakan responden selanjutnya (snowbal1 sam
pling) boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan in formasi baru yang signifikan. Dengan kata lain, data yang akan dikumpulkan melalui sampel sampai kepada titik jenuh
(redudancy), yaitu bila hal yang diamati dan jawaban mere ka atas pertanyaan yang diajukan berkisar pada persoalan yang sama. Namun bila dipandang masih perlu untuk meleng—
kapi data yang diperlukan, maka pengumpulannya dilakukan
kepada sumber data sekunder.
Sumber data sekunder adalah guru pamong dan maha siswa lainnya yang bukan sumber primer, dosen pembimbing, kepala UPT-PPL, ketua pengelola dan dosen—dosen PGSD.
Selanjutnya mengenai lokasi penelitian disesuaikan
dengan sekolah yang digunakan oleh UPP PGSD FKIP Untan
Pontianak (UPP Induk, UPP I, dan UPP II), yakni di Keca-matan Pontianak Barat dan Kecamatan Pontianak Selatan Kotamadya Pontianak serta Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak. Mengenai lokasi sumber data ini dapat dilihat
Tabel 1
Sumber Data Menurut Lokasi Penelitian
No. L o k a s i Nama sekolah Kep.Sek. Pamong Mhs. 1. Kec.Ptk.Barat SDN. No.39 1 3
2. Kec.Ptk.Sel. SDN. No.24 1 •^J
3. Kec.Sui.Raya SDN. No. 6 1 3
Dijadikannya ketiga sekolah dasar ini sebagai sum
ber data penelitian, didasarkan pada pertimbangan berikut:
a. Kemudahan untuk menjangkau lokasi penelitian.
b. Kesediaan kepala sekolah dan guru pamong untuk dijadi
kan sebagai sumber data dalam penelitian ini.
c. Keterbukaan dari kepala sekolah dan guru pamong dalam
memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
d. Saran yang diberikan oleh para Penilik Sekolah Dasar
di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan
dan dari hasil pengamatan peneliti sendiri sewaktu
melakukan penjajagan atau ketika melakukan orientasi
lapangan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian kualitatif ikut diten
tukan oleh ketelitian dan kelengkapan catatan (field no
lukan teknik pengumpulan data yang akurat dan kemampuan
peneliti menggunakannya.
Berkenaan dengan hal
ini-, S.
Na—
sution (1988:56-58) menyatakan, bahwa catatan lapangan
dapat diperoleh melalui
observasi,
wawancara
dan
studi
dokumenter.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini digunakan ketika teknik
pengumpulan
data,
seperti berikut.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan salah
satu teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh in
formasi dalam konteks hal-hal yang berkaitan dengan seki—
tarnya,
sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari
in
formasi yang dikumpulkan. Berbagai manfaat observasi dalam
mengumpulkan data di lapangan sebagaimana yang dikemukakan
oleh S. Nasution (1988:59-60) adalah sebagai berikut: (1)
dengan berada di
lapangan,
peneliti lebih
mampu
mehamami
konteks data dalam keseluruhan situasi, (2) pengalaman
langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan in—
duktif, (3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang
atau tidak diamati orang lain, (4) peneliti dapat menemu
kan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh res
ponden dalam wawancara,
(5) peneliti dapat menemukan
peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan tetapi juga memperoleh kesan—kesan pribadi. Di sisi lain, ia meng— klasifikasikan intensitas partisipasi pengamat ke dalam
lima tingkatan, yakni dari partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif sampai partisipasi penuh.
Sesuai dengan keperluan data yang akan dikumpulkan, maka peneliti melakukan pengamatan sebatas partisipasi pasif, dan partisipasi sedang. Dalam situasi tertentu pe neliti hanya berperan sebagai penonton untuk mengamati
berbagai fenomena yang terjadi dalam hubungan antara kepa la sekolah dengan mahasiswa ataupun antara guru pamong dengan mahasiswa. Kemudian peneliti juga sesekali ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan kata lain, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan
dan observasi partisipan dalam batas-batas tugas yang men jadi kewajiban kepala sekolah dan guru pamong dalam kon
teks pelaksanaan program pengalaman lapangan (PPL).
Setiap data dan informasi yang diperoleh melalui
teknik-teknik observasi ini, (baik melalui partisipasi pasif atau non partisipan maupun partisipasi sedang), akan selalu dikaitkan dengan konteksnya, sehingga data dan in formasi tersebut tidak kehilangan maknanya. Kemudian dila kukan dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan. Namun tak
dapat dipungkiri, bahwa data dan informasi yang didapat
perilaku respoden. Oleh karena itu untuk mengungkap
hal-hal yang berkenaan dengan
perasaan,
pandangan,
persepsi
dan sebagainya, maka digunakan teknik wawancara.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui
bagaimana persepsi responden tentang dunia
realita,
maka
peneliti harus berkomunikasi langsung dengan responden
melalui wawancara. Berkenaan dengan hal ini S. Nasution
(1988:71) menyatakan, bahwa untuk mendapatkan data yang
bersifat emic (segi pandangan responden), maka dilakukan
wawancara langsung. Melalui wawancara yang bersifat lang
sung ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pikiran, pe
rasaan , emosi, ataupun pandangan responden mengenai ke
giatan PPL di sekolah tempat dia bertugas.
Dalam berkomunikasi dengan responden, peneliti me
lakukan wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik dengan para sum ber data. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui wa wancara tak berstruktur ini masih beraneka ragam dan ber
sifat umum. Kemudian setelah terjalin hubungan akrab dalam arti saling percaya—mempercayai, barulah dilakukan wawan cara terstruktur guna mendapatkan data dan informasi yang
3. Studi Dokumenter
Di samping data dan informasi yang dldapatkan
melalui observasi dan wawancara, juga akan dikumpulkan data dari dokumen—dokumen. Pengumpulan data dari sumber dokumen ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diper oleh dari teknik-teknik sebelumnya. Dokumen sebagai sumber
data pelengkap dalam penelitian ini berupa catatan—catatan
pribadi, surat—menyurat, buku harian, dokumen resmi lain
nya dan foto-foto (kalau ada). Kesemua sumber dokumen ini
selalu dikaitkan dengan fokus penelitian atau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan program pengalaman lapangan.
Selanjutnya dalam melaksanakan ketiga teknik pe
ngumpulan data di atas (observasi, wawancara dan studi do
kumenter), peneliti berperan sebagai instrumen (human in
strument), yakni peneliti menceburkan diri secara intensif
dalam kancah penelitian. Dengan kata lain, peneliti secara
aktif dan intensif ikut melibatkan diri dalam medan pene
litian serta melakukan penyesuaian—penyesuaian dengan
situasi dan kondisi lingkungan yang dimasuki. Oleh karena
itu, agar peneliti tetap konsisten dengan perannya sebagai
instrumen, maka dalam pelaksanaan penelitian digunakan
acuan berikut ini.
1). Melakukan penyesuaian dengan ketentuan-ketentuan umum
yang berlaku di sekolah dasar,
sehingga peneliti dapat
2). Sebagai warga sekolah akan memungkinkan bagi peneliti
untuk menghayati situasi dan kondisi sekolah secara
menyeluruh dan utuh.
3). Berusaha untuk selalu menyelami dan memahami segala
aktivitas yang dilakukan oleh responden (kepala seko
lah, guru pamong maupun para mahasiswa) dalam konteks
pelaksanaan program pengalaman lapangan. Dengan
demi—
kian akan memungkinkan peneliti untuk memahami dan me—
maknai perilaku yang diperlihatkan mereka atau makna
yang terkandung di balik aktivitas tersebut.
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, maka dalam
penelitian ini digunakan tahap-tahap pelaksanaan pengum
pulan data seperti berikut.
1. Tahap Orientasi
Pertama—tama peneliti mengurus izin penelitian dari
Rektor Untan Pontianak sehubungan dengan surat Permohonan Izin dari Pembantu Rektor I IKIP Bandung dengan Nomor : 3006/PT25.H1/N/1995 tertanggal 23 Mel 1995. Kemudian oleh Rektor Untan dikeluarkanlah surat Izin Mengadakan Peneli
tian dengan Nomor : 3586/PT29.H/N/1995 tertanggal 7
Agus-tus 1995. Atas dasar ini selanjutnya peneliti menghubungi
PGSD FKIP Untan untuk melaporkan kegiatan pengumpulan data
tentang pelaksanaan PPL mahasiswa D-II PGSD FKIP Untan di
sekolah dasar. Selain itu, peneliti juga meminta
penjelas-an dpenjelas-an meminta informasi yang berkenaan dengan kegiatan
PPL mahasiswa D-II PGSD ini. Kemudian peneliti juga meng-hubungi Penilik Sekolah Dasar di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan. Hal ini dilakukan dengan
maksud, di samping melapor dan meminta izin, juga meminta
penjelasan tentang situasi dan kondisi sekolah dasar yang
digunakan dalam kegiatan PPL mahasiswa D-II PGSD. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan faktor pendukung dan
peng-hambat, sehingga dapat diperhitungkan pelaksanaan peneli
tian secara cermat.
Berdasarkan penjelasan dan saran dari Penilik SD
yang bersangkutan, maka peneliti mengadakan penjajagan ke
lapangan. Dari hasil penjajagan, penjelasan dan saran dari
Penilik Sekolah, maka ditetapkanlah sekolah dasar yang di jadikan sebagai sumber data penelitian ini. Adapun sekolah
dasar yang dimaksud terdiri dari SDN Nomor 39 Kecamatan
Pontianak Barat, SDN Nomor 24 Kecamatan Pontianak Selatan.
Kedua SD ini berlokasi di Kotamadya Pontianak, sedangkan
SDN Nomor 6 Kecamatan Sungai Raya berlokasi di Kabupaten Daerah Tingkat II Pontianak.
Selanjutnya dengan dasar surat Izin Pengumpulan
PT29.H15.P6SD/Q/1995 tertanggal 14 Agustus 1995, peneliti
mengadakan pendekatan dengan kepala sekolah dan guru-guru
SDN Nomor 6, SDN Nomor 24 dan SDN Nomor 39. Dalam
kesem-patan tersebut dibicarakan tentang tujuan kedatangan pene
liti, berdialog dengan mereka dan menyatakan guru pamong
yang akan dimintai informasinya.
Dalam hal
ini,
peneliti
telah menetapkan guru pamong sebagai sumber data primer
dan sumber data sekunder (ditentukan ketika proses penja
jagan sebelumnya). Kemudian menjalin hubungan baik dengan
responden, sehingga terjadi saling pengertian dan keperca—
yaan. Selanjutnya, barulah peneliti memusyawarahkan waktu
dan tempat wawancara serta meminta kesediaan responden
agar dapat mengikutsertakan peneliti dalam proses bimbing—
an pada mahasiswa PPL.
Dengan ditemukannya kesepakatan antara peneliti
dengan responden penelitian, maka langkah berikutnya ada
lah menyusun strategi dan mekanisme pengumpulan data.
2. Tahap Eksplorasi
Dalam tahap ini peneliti terjun secara langsung
dalam kancah penelitian dan melakukan pengumpulan data
secara intensif. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan pada tahap eksplorasi ini adalah :
a. Menggali data dan informasi yang diperlukan.
c. Menyusun pedoman umum yang berkenaan dengan pengumpulan data baik melalui observasi, wawancara maupun studi do
kumen ter.
d. Berupaya untuk mendapatkan data dan informasi sesuai dengan fokus penelitian.
e. Menghimpun dan mendokumentasikan data dan informasi dalam bentuk catatan lapangan, laporan lapangan dan buku harian lapangan.
Catatan lapangan dimaksudkan adalah kegiatan men— catat data dan informasi ketika peneliti berada di
lapangan. Fungsinya untuk memudahkan peneliti ketika diperlukan dalam membuat laporan. Kemudian catatan la pangan dapat pula dilakukan dengan alat bantu lainnya
seperti tape recorder, sehingga membantu daya ingat pe neliti dan setiap saat dapat digunakan (sepanjang diperlukan). Sedangkan laporan lapangan dimaksudkan sebagai manuskrip dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumenter. Laporan lapangan dibuat setiap
sele-sai dari lapangan. Hal ini berguna untuk mengetahui data dan informasi yang telah dikumpulkan. Kemudian buku harian lapangan dimaksudkan untuk mencatat kesan— kesan selama berada di lapagan baik mengenai kesulitan, pertimbangan—pertimbangan, gagasan—gagasan maupun kepu—
3. Tahap Member Check
Member check dimaksudkan untuk mengecek kebenaran
data dan informasi yang telah dikumpulkan, agar hasil pe
nelitian lebih dapat dipercaya. Oleh karena itu data dan
informasi yang terkumpul hendaknya dilakukan
pengujian-pengujian secara kritis.
Dalam pengujian ini dapat dilakukan dengan cara
mengkonfirmasikan kembali data yang terkumpul kepada sum
ber data untuk dikoreksi kesesuaiannya. Untuk ini data dan
informasi yang terkumpul telah dianalisis dan dituangkan
dalam bentuk laporan. Kemudian diperbanyak untuk dibagikan
kepada responden yang
memberikan
informasi (sumber data)
untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya dengan informasi
yang telah diberikan sebelumnya. Oleh karena itu perlu
dikembangkan hubungan baik dan saling mempercayai antara
peneliti dengan sumber data, seperti meyakinkan para sum
ber data untuk tetap menjaga nama baik dan kerahasiaannya,
sehingga tidak perlu mencantumkan identitas secara jelas,
cukup dengan kode inisialnya saja. Cara lain yang dapat
ditempuh adalah melakukan koreksi dan melengkapi hal-hal
yang dinilai masih kurang sesuai atau kurang lengkap.
Tujuan pengujian secara kritis terhadap data dan
informasi agar diperoleh kredibilitas hasil penelitian.
Berkenaan dengan hal ini S.Nasution (1988:112) menyatakan,
sumber informasi dan selain itu harus dibenarkan oleh sum
ber atau informan lainnya, sehingga dapat dicapai kredibi—
litas hasil penelitian. Oleh karena itu, data yang terkum
pul masih perlu untuk dilakukan pengujian—pengujian.
4. Tahap Triangulasi
Triangulasi merupakan proses pengujian terhadap kebanaran data, sehingga dapat mempertinggi validitas dan
kredibilitas hasil penelitian. Oleh karena itu triangulasi bertujuan untuk menchek kebenaran data tertentu dengan
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber
lain, pada waktu yang berlainan dan melalui teknik yang
berlainan pula.
Dalam penelitian ini digunakan berbagai cara untuk
mendapatkan validitas dan kredibiltas data penelitian
seperti berikut :
a. Menchek kebenaran data yang diperoleh melalui observasi
dengan cara membandingkannya dengan hasil yang diper
oleh melalui wawancara dan studi dokumenter.
b. Menchek kebenaran data hasil wawancara yang dilakukan
secara empat mata dengan wawancara yang dilakukan
ketika ada orang lain.
c. Membandingkan data yang diperoleh dari sumber data yang
sama dengan teknik yang sama pula dalam waktu yang
d. Menilai perbedaan informasi (kalau ditemukan) untuk di
jadikan pemikiran lebih lanjut, yakni akan melengkapi
informasi yang ada atau harus dieliminir.
e. Menyelidiki validitas tafsiran peneliti tentang data
tertentu dengan meminta pendapat atau pandangan orang
lain (nara sumber).
5. Tahap Audit Trail
Tahap ini merupakan tahap pemantapan data, yaitu
data yang terkumpul dicatat dan didokumentasikan untuk di
nilai kebenarannya sebelum dituangkan dalam laporan pene
litian. Karena itu, setiap data yang disajikan disertai
dengan menunjukkan sumbernya. Namun
sesuai
dengan
etika
penelitian,
maka sumber
data
yang
dicantumkan
dibatasi
pada identitas inisialnya saja atau menurut kode yang
dibuat oleh peneliti.
E. Analisis Data dan Interpretasi
1. Analisis Data
Pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik ob
servasi, wawancara dan studi dokumenter masih merupakan
tumpukan data mentah yang masih perlu dianalisis agar
da
pat meberikan makna tertentu. Oleh
karena
itu
pekerjaan
pengelaborasian untuk keperluan analisis dalam mencapai tujuan penelitian.
Untuk keperluan analisis data digunakan langkah— langkah berikut ini.
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lokasi penelitian, ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang
terinci. Laporan-laporan itu kemudian direduksi, dirangkum. dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola atau temanya. Dengan demikian data mentah yang ada telah disingkat, direduksi dan disusun
secara sistematis sehingga mudah dikendalikan.
Melalui reduksi data akan diperoleh gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah
pencarian data ketika akan diperlukan. Selain itu reduksi data akan mempermudah pekerjaan analisis data, karena dapat dilakukan sejak awal penelitian.
b. Display Data
Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian—bagian tertentu dari data peneli tian. Untuk itu data yang ada dapat disajikan dalam bentuk matriks, grafiks, networks dan charts, sehingga data itu
[image:47.595.76.490.169.556.2]mempermudah dalam melakukan kegiatan analisis.
c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang terkumpul sejak awal penelitian akan se
lalu dicari maknanya, karena itu dilakukan upaya untuk
mencari pola, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering
timbul, ataupun membuat hipotesis-hipotesis. Melalui upaya
ini, kemudian dirumuskan kesimpulan yang masih bersifat
tentatif.
Untuk mencapai kesimpulan yang lebih "grounded",
maka kesimpulan itu senantiasa dilakukan verifikasi. Veri
fikasi dapat dilakukan dengan cara melengkapi data yang
kurang dengan mencari data baru dari lapangan ataupun
dengan mendiskusikannya kepada nara sumber yang menguasai
persoalan tersebut.
Ketiga macam kegiatan analisis data di atas (reduk si, display dan mengambil kesimpulan dan verifikasi data)
merupakan kegiatan yang simultan dan dilakukan selama pe nelitian berlangsung. Dengan kata lain analisis data dila
kukan secara kontinu dari awal sampai akhir penelitian dengan menggunakan ketiga langkah tersebut di atas.
2. Interpretasi
Interpretasi data merupakan kegiatan yang bersifat
reformatif dan transformatif. Kegiatan ini bukan sekedar
nya,
akan
tetapi
merupakan
proses
pemaknaan
terhadap
segala macam fenomena yang diperoleh dari
lokasi peneliti
an. Pemaknaan terhadap fenomena ini dilandasi pada pan
dangan yang bersifat
etic
dan yang bersifat
emic.
Interpretasi yang berlandaskan pandangan
emic
ber—
maksud bahwa peneliti berbicara atas dasar perspektif res
ponden (deskriptif dan informatif), sedangkan
dalam
pan
dangan
etic
dimaksudkan
bahwa
peneliti
berbicara
dalam
perspektif keilmuan.
Temuan-temuan yang diperoleh
melalui
penelitian,
menuntut kemampuan peneliti untuk menafsirkan,
memaknai,
mencari keterkaitan dengan konsep yang ada,
ke
mudian mengkomunikasikannya dalam
bahasa
ilmiah
sebagai
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Berdasarkan data penelitian, interpretasi dan pem
bahasan hasil
penelitian
yang
telah
diungkap
pada
bab
sebelumnya, berikut dirumuskan kesimpulan, implikasi dan
rekomendasi dari penelitian ini.
A. Kesimpulan
Sesuai dengan sifat penelitian ini berupa studi
eksplorasi,
penarikan
kesimpulan
bukan
bermaksud
untuk
membuat suatu generalisasi yang berlaku dalam berbagai
situasi, melainkan merupakan upaya untuk memperoleh
suatu
pemahaman baru tentang permasalahan yang diteliti.
Dari deskripsi hasil penelitian, adanya indikasi
bahwa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala
sekolah dan guru pamong pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor
6
dalam mengembangkan perilaku calon guru lebih efektif dari
pada yang diciptakan
oleh
kepala
sekolah
dan
sebagian
besar guru pamong pada SDN Nomor 24.
Kepala sekolah dan guru pamong pada
SDN
Nomor
39
dan SDN Nomor 6 dalam hubungan interpersonal yang bersikap
demokratis dalam mengembangkan perilaku calon guru
ber-implikasi pada pengembangan pribadi secara utuh dan menye
luruh.
Sedangkan kepala sekolah dan
sebagian
besar
guru
pamong pada SDN Nomor 24 dalam hubungan interpersonal yang
bersikap permisif dalam mengembangkan perilaku calon
guru
berimplikasi pada pengembangan pribadi yang
belum
secara
utuh dan menyeluruh.
Hubungan interpersonal antara
kepala
sekolah
dan
guru pamong dengan mahasiswa dalam mengembangkan
perilaku
calon guru sebagai berikut.
1. Kepala SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 menciptakan hubung
an interpersonal
dalam
mengembangkan
perilaku
calon
guru adalah dengan mengajak mahasiswa
untuk
mengikuti
kegiatan sekolah, seperti mengatur dan mengawasi pelak
sanaan senam pagi, menjaga
dan
memelihara
kebersihan
kelas dan halaman sekolah,
mengawasi
pakaian
seragam
murid dan memberikan tindak lanjut, membuat dan mengisi
administrasi
sekolah.
Sebelum
melaksanakan
kegiatan
sekolah tersebut, terlebih dahulu
mahasiswa
diberikan
pengarahan, meminta masukan mahasiswa,
memusyawarahkan
pendapat yang berbeda, memberi contoh dengan memulainya
pada diri sendiri, memberi tugas dan
bersama-sama
me
laksanakan kegiatan sekolah. Sedangkan kepala
SDN
No
mor 24 menciptakan hubungan interpersonal dalam mengem
bangkan perilaku calon guru
adalah
dengan
memberikan
menentukan sikapnya untuk mengikuti atau
tidak
mengi
kuti kegiatan sekolah dan memberikan informasi secukup
nya bila diperlukan mahasiswa.
2. Kepala SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 dalam hubungan
in
terpersonal dalam
mengembangkan
perilaku
calon
guru
ikut menentukan aktivitas mahasiswa, namun keputusan
diserahkan kepada mahasiswa menurut pemikirannya. Meni
lai kegiatan yang dilakukan
mahasiswa
dan
memberikan
dukungan atau kritik terhadap hasil yang dicapai
maha
siswa.
Sedangkan kepala SDN
Nomor
24
dalam
hubungan
interpersonal tidak ikut menentukan aktivitas mahasiswa
dan tidak. memberikan dukungan atau kritik terhadap ak
tivitas yang dilakukan oleh mahasiswa.
3. Guru pamong SDN Nomor 39 dan SDN
Nomor
6
menciptakan
hubungan
interpersonal
dalam
mengembangkan
perilaku
calon
guru
adalah
dengan
mengajak
mahasiswa
untuk
mengikuti kegiatan sekolah,
yakni mengatur
dan
menga
wasi pelaksanaan senam
pagi,
menjaga
dan
memelihara
kebersihan kelas dan halaman sekolah, mengawasi pakaian
seragam murid dan memberikan tindak lanjut, membuat dan
mengisi administrasi kelas,
membantu tugas guru di per
pustakaan, koperasi,
UKS, melatih petugas upcara bende
ra dan paramuka. Sebelum melaksanakan kegiatan
sekolah
pengarah-an, meminta masukan mahasiswa, memusyawarahkan pendapat
yang berbeda, memberi
contoh
dengan
memulainya
pada
diri sendiri, memberi tugas dan bersama-sama melaksana
kan kegiatan sekolah. Sedangkan guru pamong (sebagian
besar)
pada SDN Nomor 24 menciptakan hubungan interper
sonal dalam mengembangkan perilaku
ca