• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PENYADARAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA WARGA BELAJAR KEAKSARAAN : Studi dilakukan pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PENYADARAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA WARGA BELAJAR KEAKSARAAN : Studi dilakukan pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………... LEMBAR PERNYATAAN ………... ABSTRAK ………... KATA PENGANTAR ……… UCAPAN TERIMAKASIH ………... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ………..

i ii iii iv v viii xii xii

BAB I PENDAHULUAN………... A. LatarBelakangMasalah ……… B. IdentifikasiMasalah ……….. C. Perumusan Masalah ………...……... D. BatasanMasalah ………... E. TujuanPenelitian ……….. F. ManfaatPenelitian………... G. KerangkaPemikiran……….. H. Hipotesis ……….………….. I. PenjelasanIstilah ………..

1 1 6 7 8 8 9 10 17 17 BAB II KAJIAN TEORITIS……….

A. Konsep PendidikanKeaksaraan……… 1. Konsep Keaksaraan Fungsional ……… 2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Keaksaraan………...

(2)

ix

b. Desain Lokal ………... c. Proses Partisipatif... d. Fungsionalisasi Hasil belajar ……….. B. Metode Penyadaran ………... 1. Fase Pertama Kampanye Kemampuan Baca Tulis ………..

a. Tahap ke-1 Kajian Konteks………. b. Tahap ke-2 Pemilihan Kata-kata dari Perbendaharaan Kata Yang

Ditemukan………... c. Tahap ke-3 Proses Pelatihan Kemampuan Baca Tulis ………. 2. Fase Kedua Kampanye Pasca Kemampuan Baca Tulis………

a. Tahap ke-1 Investigasi Tema ………. b. Tahap ke-2 Kodifikasi Tema ……….. c. Tahap ke-3 Pendidikan Pasca Kemampuan Baca Tulis ………... C. Konsep Minat baca ………

1. Pengertian Minat Baca ………. 2. Jenis- jenis Minat ………. 3. Indikator- indikator Minat ………... 4. Pengukuran Minat ………….………... D. Konsep Pendidikan Orang Dewasa ………... 1. Perkembangan Teori Belajar Andragogi ……….. 2. Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi ………... 3. Pengaruh Penurunan Faktor Fisik Dalam Belajar ………... 4. Langkah-langkah Pokok Dalam Andragogi ………...

(3)

x

BAB III OBJEK DAN METODEPENELITIAN……… A. ObjekPenelitiandanLokasiPenelitian ………. B. PendekatandanMetodePenelitian ……… C. PopulasidanSampel……….

1. Populasi……… 2. Sampel ………. D. Operasional Variabel ……… E. Sumber DataPenelitian ………

1. SumberData Primer ……… 2. Sumber Data Sekunder……… F. TeknikPengumpulan Data ……….. 1. Angket ………. 2. Wawancara ……….. 3. StudiDokumentasi ……….. G. Langkah-langkah Pengolahan Data ……….

1. Uji Coba Instrumen ………. 2. UjiValiditas ………. 3. Analisis Validitas Instrumen Penelitian ……….. 4. UjiReliabilitasAngket ………. H. ProsedurAnalisis Data ……….. I. TeknikPengolahandanAnalisis Data ………..

(4)

xi

BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN……….. A. Gambaran Umum Objek penelitian... B. HasilPenelitian………..

1. DeskripsiMetodePenyadaran……….……… 2. DeskripsiMinat Baca ……….. C. AnalisisPengaruhMetodePenyadaranTerhadapMeningkatnyaMinat Baca

WargaBelajarKeaksaraan……… 1. DeskripsiMetodePenyadaran………. 2. DeskripsiMinat Baca……….. 3. UjiNormalitas……….….... 4. UjiRegresi……….. 5. UjiLinearitasRegresi.………….……….. 6. UjiHipotesis………... 7. UjiSignifikansi………….……….. 8. UjiKoefisienRelasi……… 9. UjiHitungDeterminasi………..

80 80 81 81 98 101 102 103 104 105 105 106 106 107 108 D. KelebihandanKelemahanMetodePenyadarandalamMeningkatkanMinat BacaWargaBelajar Keaksaraan…... E. PembahasanHasilPenelitian………

1. Langkah-langkahMetodePenyadarandalamMeningkatkanMinat BacaWargaBelajarKeaksaraan………... 2. PengaruhMetodePenyadaranTerhadapMeningkatnyaMinat Baca

WargaBelajarKeaksaraan……….

109 111

111

(5)

xii

3. KelebihandanKelemahanMetodePenyadarandalamMeningkatkanMinat Baca WargaBelajarKeaksaraan………... 137 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A. Kesimpulan... 1. Deskripsi langkah-langkah metode penyadaran

dalamMeningkatkanMinat BacaWargaBelajarKeaksaraan minat baca warga belajar keaksaraan

………... 2. PengaruhMetode Penyadaran Terhadap MeningkatnyaMinat Baca

Warga Belajar Keaksaraan……….. 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penyadaran

dalamMeningkatkanMinat BacaWargaBelajarKeaksaraan Minat Baca Warga Belajar Keaksaraaan

……….

B. Rekomendasi ... 142 142

142

143

144 146

DAFTAR PUSTAKA ………. 147

(6)

xiii

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL Hal

3.1 Penarikan Sampel ……… 63

3.2 Operasionalisasi Variabel Metode Penyadaran……….. 64

3.3 Operasionalisasi Variabel Minatbaca ……… 66

3.4 Jumlah item angket untuk uji coba ………. 70

3.5 Jumlah Item angket hasil uji coba ……….. 71

4.1 Pemetaan Identifikasi Awal dan Akhir Warga Belajar……….. 86

4.2 Analisis Hasil Statistik Deskriptif ……….. 114

4.3 Daerah Kontinum Variabel X ………. 115

4.4 Daerah Kontinum Variabel Y………. 116

4.5 Tabel Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas ……….. 118

4.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi………. 121

4.7 Kelebihan dan Kelemahan Langkah-Langkah Metode Penyadaran …….. 124 4.8 AnalisisKelebihan dan Kelemahan Langkah-Langkah Metode

(7)

xiv

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR Hal

1.1KerangkaFikirPenelitian ……… 11 4.1 AlurLangkah-langkahMetodePenyadaran……… 85 4.2 PolaKerjasamaOrganisasiKeluargadanPemerintahDalamMeningkatkan

Minat Baca ……… 106

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan pendidikan dapat ditempuh melalui tiga jalur pendidikan yaitu formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jalur pendidikan nonformal lebih dikenal dengan sebutan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Pendidikan Luar Sekolah ini diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat diperuntukkan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 di antaranya berisi bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan berhak mendapat kesempatan mendapatkan pendidikan sepanjang hayat. Hal ini menuntut konsekuensi logis dalam menyiapkan dan mewujudkan manusia pembangunan yang handal dan kompetitif untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Rusli Lutan (1994) mengemukakan bahwa “Pendidikan pada hakikatnya

tetap sebagai proses pembangkitan kekuatan dan harga diri dari rasa

ketidakmampuan, ketidakberdayaan, keserbakekurangan”. Dipertegas lagi oleh

(9)

131) tentang modal itu ada dalam dirinya sendiri yang tersirat dalam “Human

Capital Theory” bahwa manusia merupakan sumber daya utama dan berperan

sebagai subjek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam

melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya. Menurut teori ini, konsep-konsep

pendidikan harus dirasakan atas dasar bahwa modal yang dimiliki manusia itu

meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan, dan aspirasi. Dengan demikian, modal

utama bagi kemajuan manusia itu tidak hanya berada di luar dirinya melainkan

juga ada dalam dirinya dan modal itu sendiri adalah pendidikan”.

Tujuan pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab II pasal

3 bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab. Lebih lanjut, dijelaskan dalam UU Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri

atas jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling

melengkapi dan memperkaya (2004: 23).

Selanjutnya, definisi dan fungsi pendidikan nonformal sebagaimana

tercantum dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 sebagai berikut.

(10)

Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk

berbuat dan berusaha menepati komitmennya. Persoalan mendasar berkenaan dengan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, menjadi perhatian utama terutama diyakini bahwa salah satu persoalan yang menjadi pemicunya adalah ketidaktersentuhan pendidikan (uneducated). Persoalan pendidikan yang paling sulit diatasi terutama mengenai unliteracy atau buta aksara. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah diselenggarakannya program pemberantasan buta aksara, seperti Pendidikan Keaksaraan (PK).

Program Pendidikan Keaksaraan masih dianggap strategis dan harus menjadi gerakan nasional yang perlu disosialisasikan secara menyeluruh dengan beberapa alasan aktual yakni: 1) merupakan salah satu unsur utama yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia; 2) masih adanya kelompok masyarakat yang buta aksara; 3) adanya kelompok masyarakat yang telah melek huruf namun menjadi buta kembali; 4) kemelekhurufan merupakan dasar pengetahuan bagi seluruh manusia the essential learning needs. Banyak para ahli mengungkapkan betapa pentingnya pemberantasan buta aksara bagi masyarakat. Coombs (1973) mengungkapkan bahwa pendidikan keaksaraan merupakan kebutuhan dasar yang memiliki daya ungkit bagi pembangunan masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang.

(11)

penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang belum terjamah oleh informasi yang dihasilkan media cetak. Statistik Word Press Trends mencatat satu surat kabar di Indonesia dibaca oleh 41,53 orang penduduk. Hal ini menunjukkan rendahnya minat baca rakyat Indonesia bila dibandingkan dengan Negara-negara lain. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat memegang andil besar dalam memupuk minat dan sikap gemar membaca warga belajar keaksaraan. Sayangnya, kedua lingkungan tersebut belum berhasil menjadi lahan subur untuk menumbuhkan minat dan gemar membaca di kalangan warga belajar. Upaya meningkatkan minat dan gemar membaca warga belajar, harus dimulai dengan menciptakan kondisi lingkungan warga belajar yang kondusif dan dapat merangsang tumbuh serta berkembangnya minat membaca. Lingkungan yang utama dan pertama yang harus ditata dalam menumbuhkan minat dan gemar membaca warga belajar adalah lingkungan keluarga.

(12)

kelelahan. Laki-laki yang sehat akan menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas yang dianggap membutuhkan tenaga sedangkan perempuan yang berfisik lemah kegiatannya cenderung akan terbatas. Selain itu, lingkungan seseorang di mana ia tinggal akan sangat berpengaruh pula pada dirinya, salah satu perbedaannya dapat dicontohkan seperti orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan orang yang tinggal di daerah pedesaan.

Beberapa hasil Penelitian menunjukkan semakin tingginya minat membaca buku warga belajar sehingga diharapkan produktivitas program kegiatan belajar semakin tinggi pula. Hal ini bertujuan untuk mencapai keberhasilan. Begitu pun sebaliknya. Dari hasil Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu program kegiatan belajar yang ditunjukkan pada orang dewasa akan berhasil bila program tersebut dapat mengakomodasi minat membaca warga belajar untuk membaca buku sehingga dapat memberikan rasa kepuasan terhadap kebutuhan belajar mereka.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan wadah yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian warga belajar. Salah satu program di PKBM adalah program pendidikan keaksaran. Penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan dalam pembelajaran dirancang dengan beberapa komponen, di antaranya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tutor, warga belajar, sarana pembelajaran, dan waktu pembelajaran.

(13)

orang baik di lingkungan tidak baik. Sesungguhnya, hal ini mengindikasikan bahwa ada ketidakmauan masyarakat untuk mengubah dan menyesuaikan keadaan (sistem) yang ada. Hal ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Paulo Freire, paedagog kritis asal Brazil telah menggagas pentingnya pendidikan kritis melalui proses konsientisasi. Konsientisasi atau proses penyadaran adalah upaya penyadaran terhadap sistem pendidikan yang menindas yang menjadikan masyarakat mengalami dehumanisasi. Pendidikan diharapkan mampu mendekonstruksi kenyataan sosial, ekonomi, dan politik dan merekonstruksi untuk menyelesaikan problem masyarakat. Dengan demikian, pendidikan akan menjadi problem solver, tidak menjadi part of problem.

Lima PKBM yang berlokasi di kecamatan Cimahi Selatan, kota Cimahi mencoba mengimplementasikan metode penyadaran dalam penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. Sesuai dengan permasalahan di atas, Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan mengetahui sejauhmana pengaruh metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, teridentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut.

(14)

dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran mengarah kepada penyadaran diri warga belajar.

2. Program pendidikan keaksaraan telah dilaksanakan dalam berbagai tingkatan keaksaraan. Pertanyaannya adalah apakah tutor mampu menerapkan langkah–langkah metode penyadaran terhadap minat baca warga belajar? dan sejauhmana metode itu mampu memberikan efek pada pembelajaran?

3. Pada program pendidikan keaksaraan apakah tutor bersama-sama dengan warga belajar mampu melakukan refleksi terhadap efek metode penyadaran yang telah dilaksanakan dan dapat berpengaruh terhadap minat baca warga belajar?

4. Perlu adanya pola penyadaran terhadap kegiatan dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan.

5. Masih kurangnya jalinan koordinasi dan sinergitas dengan pihak-pihak yang memiliki keterlibatan kuat dengan dinamisasi kehidupan masyarakat. C. Perumusan Masalah

Masalah dalam Penelitian ini secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi?

(15)

3. Bagaimana keunggulan dan kelemahan metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi?

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam Penelitian ini sebagai berikut.

1. Penerapan langkah-langkah metode penyadaran pada program pendidikan

keaksaraan.

2. Pengaruh metode penyadaran terhadap meningkatnya minat baca warga

belajar.

3. Kelebihan dan kelemahan metode penyadaran.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan Penelitian ini adalah memperoleh gambaran yang

jelas tentang pengaruh metode penyadaran terhadap meningkatnya minat baca warga belajar keaksaraan di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi sedangkan secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dari Penelitian ini sebagai

berikut.

1. Mendeskripsikan langkah-langkah metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar pendidikan keaksaraan di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi?

(16)

3. Mengetahui keunggulan dan kelemahan metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar pendidikan keaksaraan di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi?

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil Penelitian ini, Peneliti berharap dapat memberikan manfaat

sebagai berikut.

1. Secara Teoritik

Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi penyusun konsep belajar

membelajarkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia

Indonesia, memperkaya, dan menunjang pengembangan keilmuan Pendidikan

Luar Sekolah.

2. Secara praktis

Bagi penyelenggara program, temuan ini dapat dijadikan umpan balik

untuk pengembangan lebih lanjut yang berhubungan dengan metode penyadaran

dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan di antaranya:

a. sebagai bahan kajian atau bahan pertimbangan bagi pihak terkait untuk

pengembangan peningkatan minat baca, dan

b. sebagai bahan kajian bagi pihak yang berminat untuk meneliti lebih lanjut

terhadap aspek yang sama dengan kajian yang berbeda.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran sebagai asumsi dasar yang akan dikemukaan dalam

Penelitian ini adalah pengaruh metode penyadaran dalam meningkatkan minat

(17)

kristalisasi atau pembulatan dari konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung

Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti. Penerapaan metode penyadaran pada

program pendidikan keaksaraan disinyalir dapat meningkatkan minat baca warga

belajar keaksaraan. Di bawah ini adalah kerangka berpikir dari Penelitian yang

(18)

Gambar 1.2

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Analisis Peneliti, 2011

V

a

ri

a

b

el

Y

M

in

a

t

B

a

ca

V

a

ri

a

b

el

X

M

et

o

d

e

P

en

y

a

d

a

ra

n

a. Kampanye Kemampuan Baca Tulis : 1) Kajian konteks

2) Pemilihan kata-kata dari perbendaharaan kata yang ditemukan. 3) Proses pelatihan kemampuan baca tulis b. Kampanye Pasca Kemampuan Baca Tulis

1) Investigasi tema 2) Kodifikasi tema

3) Pendidikan pasca kemampuan baca tulis

a. Perasaan dan emosi b. Kesadaran akan

manfaat membaca c. Usaha yang dilakukan d. Frekuensi membaca Input Program :

1.Warga belajar 2.Tutor 3. Pengelola 4. Kurikulum 5.Kondisi lingkungan warga belajar keaksaraan Kelebihan dan kelemahan metode penyadaran

Out Put :

1. Senang membaca tanpa dibatasi frekuensi membaca

2. Keingintahuan informasi melalui membaca

3. Memanfaatkan bahan bacaan sebagai salah satu alat pemecahan masalah.

(19)

1. Metode Penyadaran

Penggunaan metode penyadaran sangat berguna karena metode Freire mempunyai implikasi pada berbagai tipe pendidikan untuk orang dewasa yaitu pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan. Salah satu diantara pendidikan dasar adalah kemampuan baca tulis. Berikut ini langkah-langkah penerapan metode penyadaran dalam pelaksanaan kemampuan baca tulis.

a. Fase Pertama Sosialisasi Kemampuan Baca Tulis Tahap I. Studi tentang konteks

Suatu tim tutor di mana konteks kehidupan warga belajar untuk menentukan permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi oleh warga belajar di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Pada level ini diharapkan jumlah tim tutor program pendidikan keaksaraan dapat maksimal agar partisipasi dan permasalahan hasil identifikasi dari warga belajar dibahas melalui pembahasan informal.

Tahap II Menyeleksi kata yang belum ada dalam kamus dan memilih kata-kata yang berkaitan dengan eksistensi berdasarkan makna yang berhubungan bagi warga belajar.

Tahap III Proses aktual tentang pelatih literasi/tutor. 1). Sesi motivasi

(20)

2). Mengembangkan bahan-bahan pengajaran

Tim tutor mengembangkan bahan-bahan yang tepat untuk setiap situasi, bahan tersebut ada 2 tipe. 1) Terbuat dari slide yang menunjukkan bagian kata-kata yang terpisah. 2). Susunan kartu yang menggambarkan situasi yang berhubungan dengan kata-kata dan merancang beberapa gambar untuk diungkapkan pada warga belajar

3). Pad setiap sesi pembelajran tutor mengembangkan tema dengan kata-kata dan gambar.

b.. Fase Kedua Sosialisasi Pasca Kemampuan Baca Tulis

Pada fase kedua Freire menggunakan bagian metodenya, diantaranya yaitu Tahapan ke-1: Investigasi Tema

Tim tutor menyelidiki tema-tema yang lazim terdapat dalam kehidupan warga belajar. Tema-tema ini dapat ditemukan di rekaman kaset dan catatan-catatan proses pengembangan kemampuan baca tulis. Tema-tema generatif mengindikasikan aspirasi masyarakat. Masyarakat sendiri terlibat dalam proses seleksi dan pengembangan tema-tema ini. Freire mengemukakan bahwa berbagai tema yang ada bisa diklasifikasikan menurut berbagai macam ilmu sosial. Maka, tema perkembangan bisa dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosiologi, agama, dan antropologi.

Tahapan ke-2: Kodifikasi Tema

(21)

Kodifikasi harus merepresentasikan situasi-situasi yang sudah tidak asing lagi bagi warga belajar, seperti kata-kata generatif. Kodifikasi tidak boleh terlalu jelas tetapi tidak boleh pula terlalu penuh dengan teka-teki. Kodifikasi harus disusun layaknya sebuah kipas. Beberapa tema tertentu harus membuka jalan bagi tema-tema lain. Tema-tema-tema harus disajikan agar warga belajar bisa melihat kontradiksi dalam kehidupan mereka.

Setelah tim tersebut mengembangkan sejumlah kodifikasi dari berbagai macam tema, mereka kembali kepada kelompok yang memulai dialog dengan warga belajar berkenaan dengan tema-tema ini. Materi-materi ini direkam untuk kajian yang lebih mendalam. Tutor mendengarkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok belajar. Dialog yang sejati terjadi antara tutor dan warga belajar.

Setelah dialog tahap awal, tim membuat sebuah kajian interdisipliner tentang temuan dari kegunaan kodifikasi dan tema permulaan ini. Tema-tema kemudian dipecah menjadi berbagai macam bagian. Beberapa tema bisa saja ditambahkan oleh tim, yakni tema tempelan untuk memperjelas hubungan antara dua tema atau lebih. Tutor dan warga belajar bisa bebas untuk menambahkan tema tempelan dalam diskusi. Kodifikasi kemudian dipilih untuk digunakan dalam program pasca kemampuan baca tulis.

Tahapan ke-3: Pendidikan Pasca Kemampuan Baca Tulis

(22)

dan pengajaran manual, tetapi penekanannya tetap pada dialog dan diskusi yang sedang berlangsung. Warga belajar harus merasa bahwa mereka sedang didengarkan dan gagasan-gagasan mereka pun sangat penting.

2. Minat Baca

Membaca merupakan kecakapan dasar yang seharusnya dimiliki setiap individu untuk dapat menyerap berbagai informasi sehingga dapat menguasai berbagai kacakapan hidup (life skill). Dengan membaca diharapkan seseorang selain dapat mengatasi permasalahannya juga menjadi manusia yang berbudaya baca dan berilmu pengetahuan (reading and knowledge based society). Untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah, seseorang membutuhkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman, informasi, dan pengembangan logika berpikir yang kesemuanya itu dapat diperoleh melalui membaca.

(23)

Dogless dalam Cox (1988) memberikan definisi membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat membaca mengembangkan suatu kesadaran sedangkan Lilawati (1988) mengartikan minat baca sebagai suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh seseorang. Indikator untuk mengukur minat baca warga belajar sebagai berikut.

a. Perasaan dan emosi

Suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.

b. Kesadaran akan manfaat membaca

Warga belajar sadar akan manfaat dari membaca yaitu menambah ilmu dan wawasan.

c. Usaha yang dilakukan

Warga belajar mencari bahan bacaan yaitu dengan cara membeli dan meminjam bahan bacaan dari taman bacaaan masyarakat atau perpustakaan. d. Frekuensi membaca

(24)

H. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh antara metode penyadaran terhadap meningkatnya minat baca warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi” I. Penjelasan Istilah

Untuk memperoleh pemahaman yang jelas dan tepat serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, diperlukan penjelasan beberapa istilah yang berkenaan dengan judul dan fokus permasalahan dalam penelitian sebagai berikut.

1. Metode Penyadaran adalah cara yang dilakukan dalam proses penyelenggaraan pendidikan keaksaraan melalui fase pertama sosialisasi kemampuan baca tulis dan fase kedua sosialisasi pasca kemampuan baca tulis.

2. Minat menurut bahasa (etimologi) adalah usaha dan kemauan untuk mempelajari (learning) dan mencari sesuatu sedangkan secara terminologi, minat adalah keinginan, kesukaan, dan kemauan terhadap sesuatu hal. Selanjutnya, Andi Maprare (1988: 62) mengatakan bahwa pengertian minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri atas suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.

(25)

4. Minat baca adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu ke suatu pikiran tertentu dengan cara mambaca. Minat baca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah antusias dan keinginan warga belajar pendidikan keaksaraan di PKBM

se-Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi dalam kegiatan membaca.

5. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan bakat warga belajar.

(26)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Objek penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan penting dalam suatu penelitian karena di dalam objek penelitian ini terdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti.

Penerapan metode penyadaran pada program pendidikan keaksaraan dilaksanakan pada lembaga PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional dilaksanakan di masing-masing PKBM yang berada di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penerapan metode penyadaran dalam progam pendidikan keaksaraan dan pengaruhnya terhadap minat baca warga belajar keaksaraan fungsional.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

(27)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2007: 11) penelitian deskriptif adalah :

“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan untuk menghubungkan dengan variabel lain” sedangkan menurut Traveri (1978) yang dikutif oleh Husein Umar (2000: 47):“Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat Penelitian dilakukan oleh memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.”

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif untuk menganalisis dan menggambarkan atau menjelaskan metode penyadaran dan minat baca. Dengan metode kuantitatif, peneliti mencoba untuk menguji besarnya pengaruh metode penyadaran terhadap minat baca warga belajar keaksaraan dengan menggunakan statistik deskriptif.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008: 61) pengertian populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.“

(28)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008: 62), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sugiyono (2008: 62), mengatakan bahwa “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel” sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 143), jika ukuran anggota populasi yang menjadi objek penelitian lebih dari 100, persentase pengambilan sampel harus berada pada rentang 15–25 % atau lebih dari jumlah ini”. Karena jumlah anggota populasi dalam penelitian ini lebih dari 100, yakni sebanyak 200 orang, peneliti mengambil persentase sampel sebesar 30%.

Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan oleh peneliti adalah random atau acak yakni pengambilan sampel dilakukan secara acak. Operasional teknisnya adalah semua anggota populasi yang dijadikan responden dalam penelitian diberikan kode dan penamaan untuk memudahkan pengambilannya dengan cara diundi. Setiap peluang yang keluar sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan metode pengambilan sampel kemudian ditarik menjadi responden. S = ) 1 ( ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 P xP N d P NP x − + − − Keterangan :

S = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi P = proporsi dalam populasi d = ketelitian error

(29)

Secara lebih rinci, teknik pengambilan sampelnya adalah jumlah lembaga PKBM yang ada di kecamatan Cimahi Selatan adalah 9 (Sembilan) unit lembaga, dari 9 (Sembilan) lembaga hanya 5 (lima) lembaga yang menerapkan langkah-langkah metode penyadaran menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional. Karena dalam penelitian ini, objek penelitian yang akan dijadikan dari variabel metode penyadaran dan variabel minat baca adalah warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional, populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional yang ada pada 5 lembaga PKBM di kecamatan Cimahi Selatan, yakni 1). Lembaga PKBM Asy-Syifa sebanyak : 43 warga belajar 2). Lembaga PKBM Munggaran sebanyak 42 orang warga belajar, 3). Lembaga PKBM Darul Pikri sebanyak 30 orang warga belajar, 4). Lembaga PKBM Mitra Mandiri sebanyak 14 orang warga belajar, 5). Lembaga PKBM Attajdid sebanyak 71 orang warga belajar. Jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional.

Berikut adalah tabel sebaran populasi yang diambil menjadi sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Penarikan Sampel

N0 Nama PKBM Persen (%) Ni N n n untuk Ni

1 Munggaran 30 100 42 200 60 12.6 13 2 Asy-Syifa 30 100 43 200 60 12.9 13

3 Darul Pikri 30 100 30 200 60 9 9

(30)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 60 orang warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional dari 5 lembaga PKBM yang tersebar di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.

D. Operasional Variabel

Kajian dalam penelitian ini adalah menguji dua variabel yakni metode penyadaran sebagai variabel independen atau variabel bebas dan variabel minat baca sebagai variabel dependen atau variabel terikat. Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran pada istilah-istilah yang dimaksudkan dalam penelitian ini, Peneliti memberikan definisi istilah khususnya pada kedua variabel yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

1. Operasionalisasi Variabel Metode Penyadaran.

Metode ini secara ekstensif digunakan karena dapat memberikan suatu hubungan yang jelas antara prinsip-prinsip filosofis dan pelaksanaan pendidikan. Penggunaan metode ini juga sangat berguna karena metode Freire mempunyai implikasi pada berbagai tipe pendidikan untuk orang dewasa, salah satunya pendidikan kemampuan baca tulis. Filosofi pendidikan dan metode Paulo Freire muncul dalam keadaan sejarah yang pasti. Filosofi dan metode Freire bertujuan untuk membuat masyarakat yang tertindas melek huruf dan mengetahui tentang politik.

(31)
[image:31.595.113.514.173.621.2]

belajar keaksaraan fungsional yang ada pada lembaga PKBM di Kecamatan Cimahi Selatan.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Metode Penyadaran

Variabel Indikator Ukuran Skala

Metode Penyadaran

Sosialisasi

Kemampuan Baca Tulis

Kajian Konteks

Pemilihan Kata-Kata dari Perbendaharaan Kata Yang Ditemukan

Proses Pelatihan Kemampuan Baca Tulis

Ordinal

Sosialisasi Pasca Kemampuan Baca Tulis

Investigasi Tema Kodifikasi Tema

Pendidikan Pasca Kemampuan Baca Tulis

Ordinal

Sumber:William A. Smits (1976)

2. Operasionalisasi Variabel Minat Baca

(32)

membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh seseorang. Hal senada juga ditambahkan Sinambela (1993) bahwa minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterkaitan dalam diri seseorang terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.

[image:32.595.113.513.249.747.2]

Minat baca yang dimaksud dalam penelitian adalah antusias, keinginan kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca warga belajar pada program pendidikan keaksaraan di PKBM se-kecamatan Cimahi Selatan kota Cimahi dalam kegiatan membaca.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Minat Baca

Variabel Indikator Ukuran Skala

Minat Baca

1. Perasaaan dan Emosi

1. Rasa senang membaca 2. Membaca merupakan

hiburan

3. Membaca semua buku 4. Membaca diwaktu senggang

Ordinal

2. Kesadaran akan manfaat

membaca

1. Membaca adalah menambah ilmu

2. Membaca untuk menambah wawasan

Ordinal

3. Usaha yang dilakukan

1. Mencari bahan bacaan 2. Membeli atau meminjam

buku bacaan

3. Memiliki motivasi untuk belajar tambahan

Ordinal

4. Frekuensi membaca

1. Menyelesaikan bahan bacaaan dalam 1 minggu 2. Membaca berulang-ulang jika

belum memahami isi bacaan buku.

3. Mengabaikan buku yang dibaca.

Ordinal

(33)

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian merupakan data yang diperlukan untuk penelitian ini yang dapat diperoleh baik secara langsung dari objek penelitian yakni warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional pada lembaga PKBM maupun yang didapatkan dari pihak terkait yang berhubungan dengan kegiatan penelitian ini. 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data primernya adalah warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional pada Lembaga PKBM di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

2. Sumber Data Sekunder

Pengumpulan data skunder ini merupakan karakteristik data yang relevan dengan masalah penelitian. Data ini diperoleh dari referensi dan literatur-literatur baik yang terdapat di lembaga PKBM maupun di perpustakaan yang dianggap memberikan penguatan terhadap kebenaran penelitan ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari objek penelitian secara langsung yakni dari warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional pada lembaga PKBM dan secara tidak langsung dari pihak-pihak terkait lainnya, salah satunya dari pengelola dan tutor PKBM di Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.

(34)

1. Angket

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang telah disediakan beberapa pilihan dengan menggunakan skala pengukuran 1-5 atau yang disebut dengan skala likert. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dan diberikan penafsiran untuk mendapatkan gambaran daftar kegiatan penelitian.

Item pernyataan dalam angket ini merupakan penjabaran dari indikator-indikator yang akan dijadikan pernyataan. Pedoman penyusunan angket tersebut sebagai berikut.

a. Penyusunan kisi-kisi yang akan dijadikan pedoman dalam pembuatan angket. b. Membuat daftar pernyataan yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket

(terlampir), disusun secara singkat, jelas, dan sederhana untuk memudahkan responden memberikan jawaban yang sesuai dengan pernyataan yang telah disediakan.

c. Membuat alternatif jawaban yang terdiri dari lima alternatif pilihan.

d. Membuat petujuk pengisian angket yaitu untuk menghindari kesalahan dalam pengisian angket.

(35)

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini secara lisan yaitu dengan tanya jawab dengan responden, tutor, dan pengelola lembaga PKBM untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan dalam menunjang teknik pengumpulan data. Studi dokumentasi ini bersumber dari dokumen yang dimiliki lembaga PKBM yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang berhubungan dengan data yang memberikan informasi terkait dengan variabel yang diteliti pada kegiatan penelitian ini.

G. Langkah-langkah pengolahan Data 1. Uji Coba Instrumen

(36)

Pemantapan angket dilakukan dengan melakukan uji coba angket terhadap 30 orang responden. Data angket yang terkumpul, kemudian secara statistik dihitung validitas dan reliabilitasnya.

[image:36.595.111.514.244.660.2]

Sesuai dengan variabel yang akan diteliti, angket yang diujicobakan terdiri atas angket untuk mengukur variabel metode penyadaran dan minat baca. Penyebaran jumlah item angket pada masing-masing variabel tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Jumlah item angket untuk uji coba

No Variabel Jumlah Item Angket

1 Metode penyadaran 21

2 Minat baca 24

Total 45

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah item angket yang akan diujicobakan sebanyak 45 item.

2. Uji Validitas

Formula yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini adalah product moment coefficient dari Karl Pearson.

( )( )

( )

( )

[

2 2

]

[

( )

2

( )

2

]

− − − = y y n x x n y x xy n rxy
(37)

Tabel 3.5

Jumlah Item angket hasil uji coba

No Variabel

Jumlah Item Angket Sebelum

Uji Coba

Tidak

Valid Valid

1 Metode penyadaran 21 1 20

2 Minat baca 24 4 20

Total 45 5 40

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 45 item angket yang diujicobakan, 5 item angket tidak valid, dan 40 item angket valid. Dengan demikian, jumlah item angket yang digunakan untuk mengumpulkan data Penelitian sebanyak 40 item.

3. Analisis Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono, (2001: 96) perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian dapat disebut valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti.

Dari perhitungan harga t hitung, selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan ketentuan bila harga t hitung lebih besar dari t tabel, butir item dianggap signifikan/valid, dan bila harga t hitung lebih kecil dari t tabel, butir item dinyatakan tidak valid.

[image:37.595.108.518.138.618.2]
(38)

rxy =

(

) ( )( )

( )

{

2 2

}

{

2 2

}

) ( . . . . Y Y n X X n Y X XY n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

(Suharsimi, 2006: 170) Keterangan:

rxy = Korelasi antara variabel X dan Y

X = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba

Y = Jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden uji coba N = Jumlah responden uji coba

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka menguji validitas instrumen angket sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data dari hasil uji coba.

b. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

c. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.

d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan/ pengolahan data selanjutnya.

e. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. f. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap butir/item

angket dari data observasi yang diperoleh.

(39)

i. Kriteria kesimpulan: Jika nilai hitung rxy lebih besar dari nilai tabel rxy, maka

item angket dinyatakan valid.

Jika instrumen itu valid, dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Sumber : Suharsimi (2005: 170) 4. Uji Reliabilitas Angket

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Oleh karena itu, instrumen yang dirancang tidak menggunakan pembobotan skala dikotomi (1 dan 0) maka teknik pengujiannya pun menggunakan teknik Alpha Cronbach sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi (1998: 164) bahwa: “Teknik alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal dengan bentuk uraian”.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data ordinal. Data ini diubah terlebih dahulu menjadi data interval. Untuk menghitung uji reliabilitas dengan menggunakan teknik alpha dengan rumus sebagai berikut:

      Σ −       − = 2 t 2 b 11 Σ 1 1 k k r σ σ

(Suharsimi Arikunto, 1998: 165) Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

(40)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen K = Banyaknya bulir soal

2

b

σ = Jumlah varians bulir

αt

2

= Varians total

Untuk mencari harga varians maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

N N

x x

b

2 2

2 

   ∑ − ∑ =

σ

Keterangan:

σ = varians

x = jumlah skor

N = jumlah peserta

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka menguji reliabilitas instrumen angket sebagai berikut.

a. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan/ pengolahan data selanjutnya.

b. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. c. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing

responden.

(41)

e. Menghitung jumlah kuadrat skor masing-masing item yang diperoleh. f. Menghitung varians masing-masing item.

g. Menghitung varians total. h. Menghitung nilai koefisien alfa.

i. Membandingkan nilai koefisien alfa dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.

j. Membuat kesimpulan.

k. Kriteria kesimpulan: jika nilai hitung r11 lebih besar dari nilai tabel rxy, item

angket dinyatakan reliabel. H. Prosedur Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan dan analisis data penelitian, secara garis besarnya dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan verifikasi data, yakni mengecek jawaban responden.

2. Pemberian skor adalah memberikan skor pada setiap jawaban responden untuk setiap item.

3. Tabulasi data, yakni mentabulasikan data sesuai dengan variabel penelitian. 4. Menghitung ukuran-ukuran statistik berdasarkan variabel penelitian seperti uji

normalitas, analisis regresi linier, analisis korelasi sederhana, uji signifikansi, dan uji koefisien determinasi.

5. Analisis data, yakni menganalis data yang telah dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian sesuai dengan masalah yang akan dibahas dan hipotesis yang diajukan sehingga mengarah pada pengambilan kesimpulan.

(42)

7. Pengujian hipotesis, yaitu menelaah kembali hipotesis yang akan diajukan dan diuji menurut perhitungan statistik relevan.

8. Penafsiran hasil analisis dan pengujian hipotesis yaitu menafsirkan data yang telah diolah, dianalisis dan disajikan, kemudian dikaitkan dengan hipotesis yang diajukan.

9. Penyimpulan dan pembahasan, yaitu menyimpulkan hasil penelitian kemudian dikaitkan dengan pendapat-pendapat dan teori-teori serta pengalaman empirik. I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, tujuannya untuk memperoleh data yang lebih bermakna. Agar data mempunyai arti dan implikasi maka, harus disajikan dalam bentuk kesimpulan.

Dalam penelitian ini, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode deskriptif analitik sedangkan analisis data yang dimaksud adalah menguji data yang hubungannya dengan pengujian hipotesis penelitian.

Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah dan mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif analitik sedangkan untuk pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan data terhadap populasi digunakan statistik inferensial. Langkah-langkah pengolahan data berdasarkan rumus-rumus pengujian sebagai berikut:

1. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor

(43)

terhadap setiap variabel Penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang dihitung dengan skor idealnya

2. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui secaran data, apakah data berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji Sampel Kolmogorov Smirnov Tes. Uji kolmogorov smirnov adalah satu uji lain untuk menggantikan uji kuadrat chi untuk dua sampel yang independen.

Uji kolmogorov smirnov berkehendak untuk menguji hipotesa bahwa tidak ada perbedaan antara dua buah distribusi atau untuk menemukan apakah distribusi dua populasi mempunyai bentuk yang serupa. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. mengurutkan data X dan Y,

b. mencari nilai Z dengan rumus Z = Xi- / s, Xi = Data X dan Y

= Rata-rata s = Standar Deviasi

c. mencari nilai luas daerah Z, d. mencari peluang harapan (1/N),

e. mencari selisih (luas kurva Z dengan peluang harapan) harga mutlak,

(44)

Perumusan Hipotesis

H0: ZS Hitung ≤ ZS Tabel; data berdistribusi normal HI: ZS Hitung >ZS Tabel; data tidak berdistribusi normal Dengan ketentuan

H0 : p-value ≥ 0,05; data berdistribusi normal HI : p-value < 0,05; data tidak berdistribusi normal 3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel-variabel penelitian. Analisis regresi ingin mengetahui bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen. Analisis regresi yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen dinamakan analisis regresi sederhana.

a. Analisis Varians (ANAVA)

Untuk menguji apakah model regresi linier yang diambil itu betul-betul cocok dengan keadaannya atau tidak. Dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menyusun tabel pengelompokan data untuk variabel X dan pasangannya. 2) Pengujian kelinieran dan keberartian regresi yang menggunakan rumus

sebagai berikut:

JK total = JK (T) = ΣY²

JK regresi = JK (a) =

( )

n

Y 2

Σ

JK residu = JKr = JK(T)-JK(a)-JK(b/a)

( )( )

   

 Σ Σ

− Σ =

(45)

3) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK) dari masing-masing sumber variansi, yaitu dengan menggunakan rumus:

RJK (T) = JK (T) RJK (a) = JK (a)

RJK (b/a) = S ²reg = JK (b/a) RJK (res) = S ²res

RJK (kk) = S ²a

= JK kk : (n-k)

4) Semua besaran yang diperoleh disusun dalam sebuah daftar varians (Anava), sebagai berikut:

5) Kriteria Pengujian Hipotesis (a) Uji Kelinieran

F = S ² TC : S² a

Tolak hipotesis jika F < F (1-α) (k-2 n-2) atau F hitung < F tabel. (b) Uji Keberartian

F = S ² reg : s ² res

Tolak hipotesis jika F > F (1- α) (1.n-2) atau F hitung > F tabel. Ketentuan uji independensi ialah variabel Y bersifat independen (tidak tergantung) terhadap X jika F hitung > F tabel, tetapi bersifat dependen

(tergantung) apabila sebaliknya.

b. Analisis Korelasi

(46)

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y

N X X

N

Y X XY N rXY

Σ − Σ Σ

− Σ

Σ Σ − Σ =

c. Analisis Koefisien Determinasi

Uji ini untuk mengetahui besarnya kontribusi (pengaruh) variabel bebas terhadap variabel terikat ditafsirkan dari rumus koefisien determinasi.

Sebagai bahan untuk interpretasi atas hasil pengujian korelasi, ditentukan dengan tolak ukur sebagai berikut:

r < 0,20 Hubungan Sangat Longgar 0,20 < r < 0,40 Hubungan Longgar

0,40 < r < 0,70 Hubungan Moderat 0,70 < r < 0,90 Hubungan Erat

0,90 < r < 1,00 Hubungan Sangat Erat (Guliford dalam Sardin, 2000:10).

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada warga belajar, tutor dan pengelola dianggap punya kontribusi dalam program keaksaraan fungsional di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, dan dari hasil pembahasan tentang metode penyadaran dalam meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan fungsional maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Deskripsi langkah-langkah metode penyadaran terhadap minat baca warga belajar keaksaraan

Langkah-langkah metode penyadaran yang dilakukan oleh tim pelaksana keaksaraan pada lembaga PKBM se-Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, sebagai berikut:

a. Fase I Kampanye Kemampuan Baca Tulis 1. Pada tahap I

Setelah penjajakan di lapangan terhadap warga belajar tim tutor melaksanakan langkah-langkah metode penyadaran diawali dengan tim tutor berdiskusi menentukan permasalahan-permasalahan umum yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari karena sebagian responden bekerja sebagai ibu rumah tangga.

(48)

berkaitan dengan kebutuhan dasar, keluarga, serta daya beli warga belajar keaksaraan.

2. Pada tahap II

Tim tutor menyeleksi dan memilih kata-kata yang berkaitan dengan eksistensi berdasarkan makna yang berhubungan dengan warga belajar di antaranya tim tutor bersama-sama menyusun tema pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan warga belajar, menyusun kata-kata secara bersama-sama ke dalam bahasa sehari-hari warga belajar, dan bersama-sama mempelajari huruf dan bunyi yang sederhana sampai dengan yang sulit.

3. Pada tahap III

Proses aktual tentang tutor, diantaranya yaitu motivasi warga belajar, mengembangkan bahan-bahan pengajaran, mengembangkan kata-kata dan gambar

b. Fase II Kampanye Pasca Kemampuan Baca Tulis

1) Tahap I Investigasi Tema

2) Tahap II Kodifikasi Tema

3) Tahap III Pendidikan Pasca Kemampuan Baca Tulis

2. Pengaruh Metode Penyadaran Terhadap Meningkatnya Minat Baca Warga Belajar Keaksaraan

Berdasarkan uji regresi diperoleh persamaan regresi yaitu

X

Y 35,568 0,489

^

+

[image:48.595.115.513.239.666.2]
(49)

yang menunjukan berapa besar sumbangan atau kontribusi variabel metode penyadaran terhadap variabel minat baca warga belajar keaksaraan diperoleh sebesar 47%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi minat baca warga belajar keaksaraan yaitu sebesar 53% yang dalam hal ini tidak diteliti oleh peneliti. Setelah dilakukan uji signifikansi, perhitungan koefisien F diperoleh Fhitung sebesar 18,20 sedangkan Ftabel sebesar

4,00, artinya Fhitung > Ftabel yaitu 18,20 > 4,00, maka Ho yang menyatakan tidak

ada pengaruhnya ditolak dan Ha yang menyatakan ada pengaruh diterima.

dengan demikian hipotesis yang yang diajukan peneliti dapat diterima.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penyadaran Terhadap Minat Baca Warga Belajar Keaksaraaan

Dari hasil deskripsi langkah-langkah metode penyadaran terhadap minta baca warga belajar keaksaraan maka di bawah ini peneliti membuat kelebihan dan kelemahan dari langkah-langkah metode penyadaran yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan dari metode penyadaran sebagai berikut :

1) Metode penyadaran mampu membangkitkan minat membaca melalui pendekatan personal warga belajar yang lebih intensif.

2) Tenaga pendidik berasal dari lingkungan terdekat warga belajar, yang lebih mengenal karakteristik lingkungan dan personal warga belajar. 3) Penjabaran kurikulum diperoleh dari lingkungan sosial warga belajar,

(50)

4) Berbasis sumberdaya lokal dan lokal wisdom (kearifan local)

5) Penggunaan metode “belajar lewat pengalaman” sehingga kosakata berasal dari warga belajar

6) Pembelajaran dapat dilaksanakan di mana saja

7) Orientasi penilaian terhadap nilai kemandirian dan nilai individu. b. Kelemahan dari metode penyadaran sebagai berikut :

1) Metode penyadaran membutuhkan pendekatan personal yang lebih intensif, tentunya dalam hal ini membutuhkan waktu yang banyak untuk warga belajar yang banyak.

2) Kaya akan kebutuhan warga belajar yang disusun ke dalam kurikulum, sehingga diperlukan kecermatan tutor dalam mengklasifikasikan tema. 3) Kurang tepat dilaksanakan pada sasaran buta aksara yang terpencar dan

tersebar karena geografis dan sasaran buta aksara kurang dari 3 (tiga) kelompok

4) Lebih banyak berdiskusi/komunikasi dari pada kegiatan menulis dan berhitung.

5) Minimnya kontroling tutor (tatap muka) sehingga perkembangan warga belajar tidak teramati langsung.

6) Minimnya sarana pembelajaran yang hanya mengoptimalkan lingkungan yang ada

(51)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh maka ada beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat baca warga belajar keaksaraan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pengelola PKBM :

a) Pihak pengelola dan tutor PKBM berkoordinasi dengan pemegang kebijakan untuk mensosialisasikan kepada seluruh lembaga PKBM mengenai metode penyadaran dalam pelaksanaan program keaksaraan fungsional

b) Perlu adanya penguatan orientasi mengenai metode penyadaran untuk para tutor keaksaraan fungsional.

2. Bagi Tutor Keaksaraan :

a. Tutor harus memahami kedudukannya sebagai pendidik dan memahami kedudukan warga belajar sebagai subjek pembelajaran.

b. Perlunya kerjasama antara tutor dan warga belajar dalam perencanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan warga belajar.

3. Bagi Pendidikan Nonformal :

(52)

145

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak,I., (2000), Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa, Bandung : Andira.

Admuddipura, E dan Atmaja,SB. (1986). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Karunika.

Ali, M., (1995), Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa.

Anwar, (2006), Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung : Alfabeta Arikunto, S. (1998), Prosedur Penelitian, Jakarta:Rineka Cipta.

Baderi, Athaillah (2003),GerakanNasionalMembaca ;

SuatuPemikiranKeArahAkuntabilitasPemerintah, Jakarta :

PerpustakaanNasional. RI

Bambang dan Lina. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Coombs, P.H and Manzoor, Ahmed (1978).Attacking Rural Goverty How Non Formal Education Can Help. Baltimore : The John Hopkins Press.

Delly, H.Dadang (2005) StrategiDinasPendidikan, DalamMeningkatkanBudaya Baca Masyarakat, Bandung : IkatanPustakawan Indonesia (IPI) Daerah

Jawa Barat.

Jalal, Fasli., (2005), Pendidikan Keaksaraan : Filosofi, Strategi, dan Implementasi, Jakarta:Dirjen PLS Direktorat Pendidikan Masyarakat

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1998). Jakarta : Balai Pustaka. Knowles,Malcolm (1970). The Adult Learner, A Neglected.

Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi, dan Implementasi. Jakarta: Dirjen PLS, Depdiknas.

(53)

146

:IkatanPustakawan Indonesia (IPI) Daerah Jawa Barat.

Smits,William A.(1976). The meaning of Consciousness: The Goal Of Paulo Freire’s Pedagogy. Center For International Education School Of Education University of Massachusetts, Amhers

Sudjana, Djudju. (1991). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan Falsafah dan Fakta Pendukung Azas. Bandung Nusantara Press.

Sudjana, D.(2004), Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Production.

Sudjana, D. (1996), Metode Statistika, Bandung:Tarsindo. Sugiyono, (2009), StatistikUntukPenelitian, Bandung:Alfabeta. Surakhmad, W. (1998), Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung:Tarsito Surya, Muhamad (1981). Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Yogyakarta Surya, Muhamad (1981). Pengantar Psikologi Pendidikan, FIP IKIP Bandung Tillaar, H.A. R (1999),Beberapa Agenda ReformasiPendidikanNasional ;

DalamPrespektif Abad 21,Magelang : Indonesia Tera

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas.

Sumber lain:

HarianKompas1996.Buktitentangtelahdigunakannyabahasatulis

Herlina, (2006), Studi Tentang Proses Pembelajaran Program Keaksaraan Fungsional Di Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta Kota Bandung, Bandug : Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Lilawati.(1988). HubunganAntara Tingkat Pendidikan Orang Tua,

StimulasiMembacadari Orang

TuadanInteligensidenganMinatMembacaPadaAnakKelas V

SekolahDasar.Skripsi.Yogyakarta

(54)

147 MonograpiKecamatanCimahi Selatan tahun 2010 ProfiltiapPKBM di KecamatanCimahi Selatan

www.geoarround.com/2011/04/profil-kota-cimahi.html

Posted by ayiolim on February 23, 2011 in Perencanaan PLSFIP UPI

Purba, Aprilia (1997). Tigafaktor yang mempengaruhiseseorangmembaca.HarianKompas;

Resmiati,Mia. (2009).Proses

PembelajaranPendidikanKeaksaraanBerbasisKeluarga (StudiKasus di

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka Pikir Penelitian
gambar tanpa kata-kata dengan tujuan untuk memunculkan debat dan diskusi
gambar.  b.. Fase Kedua Sosialisasi Pasca Kemampuan Baca Tulis
Tabel 3.1 Penarikan Sampel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian penulis dapatkan sebagai berikut, sistem manajemen pengawasan diBUMDES desa rempak didapakan hasil persentase sudah cukup baik, dimana

Penelitian deskriptif pada 39 pasien yang terdaftar di IKADAR(Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja) selama September – Oktober 2007 di Departemen

Strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh produk gadai emas bank syariah mandiri adalah strategi pemasaran dengan konsep bauran pemasaran atau mareketing mix

Adakah Pengaruh Prestasi Belajar Aqidah Akhlak terhadap Perilaku Saling Menghargai Siswa Kelas VI di MI Negeri Bugangin Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal Tahun

Berdasarkan analisis rasio keuangan, strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan penjualan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu berhasil dibuat sistem manajemen request lagu pada radio internet yang dikombinasikan dengan radio broadcast (radio

Salah satu kota yang biasa dikunjungi untuk berwisata maupun backpacker ke Jepang adalah Osaka, kota yang terletak didaerah Kansai ini terkenal dengan beberapa tempat

Dari penelitian ini didapat bahwa penyerapan logam berat yang tertinggi oleh Chlorella sp berturut-turut adalah Cr yaitu sebesar 33% , Cu sebesar 29 %, Cd sebesar 15% dan