• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Keberadaan karya sastra di tengah-tengah masyarakat adalah hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.

Damono (1979:1) mengemukakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan menyangkut hubungan antarmasyarakat, masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.

(2)

terkandung dalam pesan dan amanat karya sastra merupakan bias kualitas dan kuantitas struktur sosial.

Hal ini berlaku pula dengan latar kehidupan pengarang. Latar belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat memiliki andil yang signifikan terhadap karya sastra baik dalam segi isi maupun bentuk. Keberadaan pengarang dalam lingkungan sosial masyarakat tertentu ikut mempengaruhi karya yang dibuatnya. Dengan demikian suatu masyarakat tertentu yang ditempati pengarang akan dengan sendirinya mempengaruhi jenis sastra tertentu yang dihasilkan pengarang.

Di antara berbagai genre sastra, drama memiliki bentuk yang khas. Hal ini dikemukakan oleh Waluyo (2003:2) yang mengatakan bahwa drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa dan puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri, yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan.

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Dietrich (1953:4) menjelaskan bahwa drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton (audience).

(3)

seringkali memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan.

Ada beberapa alasan yang melandasi dipilihnya karya Arifin C. Noer sebagai bahan penelitian. Salah satu alasannya adalah bahwa naskah-naskahnya menarik minat para teaterawan dari generasi yang lebih muda sehingga karyanya banyak dipentaskan di mana-mana. Karya-karyanya telah memberi sumbangan yang besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia (Ensiklopedia Tokoh Indonesia, 2005).

Berbagai naskah drama Arifin C. Noer banyak dipentaskan oleh para teaterawan, termasuk naskah drama Aa Ii Uu. Paling tidak tercatat ada 7 kelompok teater yang pernah mementaskan naskah drama Aa Ii Uu.

1. Sanggar Samudra SMA Jakarta Raya Jakarta Timur pada tahun 2007. 2. Teater Hitam Putih Jakarta pada tahun 2008 di Teater Kecil Taman Ismail

Marzuki

3. Teater Hitam Putih Jakarta pada tahun 2009 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki

4. Teater Lakon pada tahun 2009.

5. Teater Jasmine SMPN I Jati (dalam Festival Teater Pelajar) pada tahun 2009.

6. Keluarga Rapat Sebuah Teater (KRST) pada tahun 2012. 7. Mahasiswa Psikologi UGM pada tahun 2012.

(4)

Karya-karyanya banyak diminati oleh para pelaku teater di Indonesia maupun du dunia internasional. Banyak karya Arifin yang kemudian diterjemahkan ke bahasa lain seperti Inggris, Swedia, Prancis, Belanda, Flams, dan Cina serta dipentaskan di berbagai Negara seperti Malaysia, Amerika, Australia, negara-negara Benelux, Singapura dan Swedia oleh kelompok teater setempat (http://ibnuanwar.wordpress.com).

Karya-karya tulisnya berupa naskah lakon yang kemudian disutradarainya dan dipentaskan oleh Teater Ketjil yang dipimpinnya, menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu pencetus bentuk teater modern Indonesia. Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong, stambul, boneka (marionet), wayang kulit maupun golek, dan melodi pesisir. Beberapa sastrawan berpendapat bahwa Arifin C.Noer adalah salah satu sastrawan yang berkualitas. Taufiq Ismail menyatakan bahwa Arifin C. Noer adalah pembela kaum miskin. Goenawan Mohamad berpendapat bahwa Arifin C. Noer adalah orang yang paham terhadap karya yang ia ciptakan. Bahkan ia mengatakan bahwa Arifin adalah sosok yang pandai mempermainkan sense dan nonsense, terkadang ia terlalu pintar, dan terlalu sadar. (http://teaterarifincnoer.wordpress.com/about/, 1984).

(5)

Piala Golden Haverst dari FFA. Ia adalah seorang teaterawan, penyair,penulis lakon, dan sutradara (http://ngobrolinteater.blogspot.com).

Kiprahnya sebagai sutradara kemudian membawanya pula ke dunia layar perak. Pada kurun 70-an skenarionya seperti Pemberang, Rio Anakku dan Sanrego menangguk penghargaan. Sutradara terbaik versi FFI diperolehnya melalui film Serangan Fajar dan Taksi yang mengukuhkan namanya sebagai salah satu seniman terpenting di Indonesia. Filmnya Taksi pada FFI 1990, terpilih sebagai film terbaik, meraih enam piala citra.

Karya-karyanya juga mengambil peran di berbagai festival Internasional dan Indonesia. Teater Timur yang dipahami orang barat,

seluruh bahasanya sendiri Pada tahun 1967 salah satu karyanya, Mega-Mega mendapatkan hadiah

sebagai lakon sandiwara terbaik dari Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI). Ia juga sempat menerima Anugrah Seni dari pemerintah RI (1971) dan Sea Write Award dari Kerajaan Thailand (1990) untuk bidang sastra. Ditambah sejumlah penghargaan lain dari bidang film, lengkaplah Arifin sebagai tokoh dari sejumlah bidang seni. Belum lagi sumbangannya berupa pemikiran yang dituangkan dalam tulisan-tulisan, baik yang dimuat dalam media massa maupun diperbanyak sebagai materi workshop, seminar, dan lokakarya (http://ibnuanwar.wordpress.com).

(6)

dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), dan Sandek Pemuda Pekerja

(1979). Lakon Kapai-Kapai dimainkan orang dalam bahasa Inggris dan Belanda di AS, Belgia, dan Australia. Pada 1984, ia menulis lakon Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi (http://teaterarifincnoer.wordpress.com.).

Naskah drama Aa Ii Uu muncul dalam khazanah kesusastraan Indonesia, saat hegemoni menguasai negara Indonesia. Sebuah hegemoni yang saat itu sedang kuat-kuatnya mengindoktrinasikan jargon ”kuningisasi”. Konteks sosial politik pada masa itu merupakan konteks sosial politik yang berprinsip ABS (Asal Bapak Senang).

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan atas novel A Suitable Boy karya Vikram Seth yang juga yang memotret masalah-masalah

besar dalam bidang sosial, politik, dan sejarah yang terjadi dalam masyarakat. Masalah-masalah besar dalam bidang sosial, politik, dan sejarah tersebut diwujudkan dalam novel ini terutama tentang identitas diri, agama, dan kebangsaan (Pandey, 2011:113)

Sebagai konteks sosiokultural, bukan tidak mungkin karya ini mengungkapkan isu sosial yang berkembang dalam situasi seperti itu. Dalam paradigma sosiologi sastra, fakta objektif menjadi sumber kreativitas penciptaan karya sastra. Fakta imajiner merupakan pembiasan secara kreatif dari realitas masyarakat.

(7)

Pendapat Ratna tersebut dapat diartikan bahwa suatu karya sastra merupakan suatu refleksi pengarang atas realitas pada zamannya yang diungkapkan secara imajinatif. Pandangan tersebut sejalan dengan konsep dasar dari penelitian sosiologi sastra. Menurut Glickberg (dalam Endraswara, 2011:77) dikatakan bahwa ”all literature, however fantastic or mystical in content, is animated by a profound social concern, and this is true of even the

most flagrant nihilistic work”. Pendapat tersebut merepresentasikan bahwa

seperti apa pun bentuk karya sastra, perhatian tetap besar terhadap fenomena sosial.

Menurut pandangan Wolff (dalam Faruk, 2003:3), sosiologi sastra dipandang sebagai disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut, karya sastra yang dipandang berhasil adalah karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2011:77).

Drama Aa Ii Uu mencerminkan pandangan dunia Arifin C. Noer terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu mainstream masyarakat, khususnya para orang tua, memandang bahwa

(8)

Pola pikir masyarakat yang cenderung materialistis memandang bahwa orang yang tidak mempertimbangkan untung rugi berdasarkan nilai ekonomi menjadi orang yang aneh dan tidak normal. Pola pikir bahwa semua harus dinilai dengan ekonomi sudah mendarah daging dalam pikiran orang tua pada masa itu.

Dalam konteks yang lebih luas, adanya pemaksaan kehendak dalam drama Aa Ii Uu menyimbolkan ”pemaksaan” kehendak dari penguasa pada saat itu. Bentuk pemaksaan tersebut adalah adanya penindasan terhadap mereka-mereka yang dianggap mempunyai pandangan yang berbeda dengan penguasa.

Pandangan keliru seperti inilah yang dikritisi oleh Arifin C. Noer melalui tokoh ”Uu” dalam karyanya yang dibuat pada tahun 1994 tersebut. Dalam drama yang berjudul Aa Ii Uu tersebut tokoh ”Uu” digambarkan sebagai seorang siswa SMA yang sedang menghadapi ujian dan akan melanjutkan pendidikannya di jurusan sejarah.

Pemilihan jurusan yang diambil oleh tokoh ”Uu” tentu saja ditentang oleh ayahnya yang menganggap bahwa jurusan tersebut tidak memiliki nilai komersial seperti jurusan ekonomi ataupun farmasi yang ditempuh oleh kakak-kakaknya.

(9)

mengatakan bahwa ”Uu” akan menambah angka kemiskinan dengan memilih jurusan tersebut.

Setiap pengarang memiliki karakteristik masing-masing. Arifin C. Noer termasuk salah satu pengarang yang memiliki karakteristik yang kuat. Kecerdasannya dan intuisinya dalam menuangkan gagasan ke dalam naskah tidak dimiliki semua orang. Arifin C. Noer adalah salah satu pengarang yang memiliki kecerdasan intelektual yang mengagumkan. Ia mampu menampilkan tema sederhana menjadi sebuah cerita yang bermakna. Tema dalam karya Arifin banyak menampilkan kritik. Berbagai adegan dikemas dan disampaikan dengan bahasa sederhana namun penuh kritik.

Hal tersebut senada dengan apa yang dilakukan Goethe dengan karya-karyanya yang mencoba menyampaikan kritik sosial dalam adegan-adegannya yang bersifat komedis (http:// www.nthuleen.com).

Alur cerita dalam naskah drama Aa Ii Uu ditampilkan dalam kemasan sederhana, rapi, dan tidak monoton. Pembawaan suasana yang dinamis membuat alur cerita menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Grafik alur meningkat secara bertahap, mampu membawa pengaruh emosi penikmat. Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, namun berkualitas.

Gaya bahasa yang dipilih lugas dan sederhana. Pilihan kosakatanya pun merupakan kosakata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pilihan gaya bahasa yang demikian, memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang hendak disampaikan penulis. Kelugasan kosakata juga mampu menciptakan imaji pembaca, sehingga seolah-olah melihat dan merasakan secara langsung tiap peristiwa yang ditampilkan.

(10)

dibawa ke dalam logika pertunjukkan. Hubungan antartokoh dilukiskan secara jelas, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Gagasan yang ditampilkan dalam naskah drama Aa Ii Uu menunjukkan bahwa pilihan yang sama belum tentu baik dan pilihan yang

baik adalah pilihan yang keluar dari kemauan diri sendiri, bukan karena paksaan pihak lain.

Kritik sosial yang ditampilkan Arifin C. Noer melalui karyanya tersebut sangat sesuai untuk dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra. Hal ini didukung pendapat Juhl (1980:62) yang mengatakan penafsiran terhadap karya sastra yang menafikan pengarang sebagai pemberi makna sangat berbahaya pemberian makna, karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, dan juga norma-norma yang dianut oleh pengarang. Secara gradual dapat dikatakan bahwa jika penafsiran itu menghilangkan pengarang dengan segala eksistensinya di dalam jajaran signifikan penafsiran. Objektivitas penafsiran sebuah karya sastra akan diragukan lagi karena memberi kemungkinan lebih besar terhadap campur tangan pembaca di dalam penafsiran karya sastra.

Alasan lain dalam menggunakan metode sosiologi sastra untuk membedah drama karya Arifin C. Noer adalah untuk mengungkap world-view pengarang terhadap kondisi sosial yang terjadi pada saat karya tersebut

(11)

”every literary work is regarded as "the result of a complex interaction of social and cultural factors" and the work of art itself as "a

complex cultural object." Therefore, "the literary work cannot be fully or

truly understood apart from the milieu or culture or civilization in which it

was produced." It means that literature must be studied in the widest

possible context rather than by itself.

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa setiap karya sastra merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor sosial dan budaya. Karya sastra merupakan sebuah objek budaya yang kompleks. Oleh karena itu,sebuah karya sastra tidak bisa dipahami sepenuhnya jika dipisahkan dari budaya atau peradaban di mana ia dihasilkan.

Secara garis besar, ada tiga hal yang melatarbelakangi penelitian ini . 1. Naskah drama Aa Ii Uu karya Arifin C. Noer sarat muatan kritik sosial dan

mengandung nilai edukatif yang sangat tinggi.

2. Arifin C. Noer merupakan salah satu sastrawan yang produktif , kritis, dan mempunyai kecerdasan yang luar biasa.

3. Pandangan yang kaku dan keliru dari sebuah masyarakat tentang pola pendidikan yang dipilih serta kritik sosial terhadap “penyeragaman” merupakan permasalahan yang menarik untuk dikaji.

(12)

terhadap konteks sosial pada saat karya tersebut ditulis. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial dalam Naskah Drama Aa Ii Uu: Analisis Sosiologi Sastra”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan dua permasalahan dalam penelitian ini.

1. Bagaimanakah struktur teks yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, latar, dan dialog drama Aa Ii Uu karya Arifin C. Noer?

2. Bagaimana world-view pengarang dalam drama Aa Ii Uu?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memuat dua tujuan sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

(13)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian sastra pada Program Pengkajian Bahasa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam pengkajian drama.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penggunaan sosiologi sastra untuk membedah suatu karya sastra.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dalam pengkajian sastra.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menerapkan teori dan mendapatkan gambaran serta pengalaman praktis dalam penelitian literatur mengenai kajian bahasa dan sastra Indonesia. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

Referensi

Dokumen terkait

yang berjudul “Aspek Sosial dalam Naskah Drama Nyai Ontosoroh Karya. Faiza Mardzoeki Tinjauan: Sosiologi Sastra dan

Sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang kehidupan masyarakat (Saraswati, 2003:2). Salah satu karya sastra yang mengandung banyak aspek nasionalisme adalah

“A spek Sosial dalam Naskah Drama Kidung Pinggir Lurung Karya Udyn U.Pe.We: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”.. Pendidikan

Persamaan dalam penelitian ini adalah dari segi analisis, yaitu menggunakan pendekatan sosiologi sastra Ian Watt, akan tetapi genre karya sastra yang menjadi objek

Judul Skripsi : Masalah Sosial Dan Kritik Sosial Dalam Naskah Drama Monolog Sarimin Karya Agus Noor : Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra.. Dengan ini menyatakan bahwa

Ajidarma” Hasil penelitian ini adalah berdasarkan analisis sosiologi sastra yang dilihat dari aspek sosial tentang masalah sosial pada tiga drama dalam

PENUTUP Simpulan Konflik batin yang terlihat dari aspek kepribadian tokoh dan aspek bawah sadar tokoh Jumena dalam naskah drama Sumur Tanpa Dasar ini memiliki pengaruh psikologi yang

dalam penelitain ini ditemukan bahwa teori sosiologi sastra menurut Ian Watt memiliki kaitan yang sangat erat dengan naskah drama RT NOL RW NOL karya Iwan Simatupang baik itu dalam