ABSTRAK
Pajak merupakan sumber penerimaan penting yang diperoleh pemerintah dari dalam negeri. Pajak berasal dari rakyat dan merupakan distribusi dari rakyat kepada pemerintah. Hal ini merupakan kesadaran diri sendiri dan perwujudan semangat gotong royong. Pemerintah dan wajib pajak merupakan dua pihak yang memiliki kepentingan yang bertentangan. Maka secara otomatis setiap wajib pajak harus membayar pajak yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Bila dilihat dari kondisi saat ini, seiringan dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia juga ikut meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap wajib pajak harus memperoleh Take Home Pay yang lebih besar, dan wajib pajak dapat membayar pajak kepada negara. Untuk dapat memperbesar Take Home Pay karyawan, pemerintah menetapkan PMK No.137/PMK.03/2005 yang isinya tentang penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang sudah tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/ 2004. Menyadari pentingnya masalah tersebut, penulis tertarik untuk menerapkan PMK No.137/PMK.03/2005 pada perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 dalam perusahaan dan terhadap Take Home Pay karyawan.
Penelitian yang dilakukan pada PT.X, sebuah perusahaan perorangan yang bergerak di bidang jasa angkutan darat yang berkantor pusat di Jakarta.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data finansial dan data non financial. Pengumpulan data dilakukan melalui cara penelitian lapangan, studi kepustakaan yang diakhiri dengan menetapkan periode data finansial yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode Deskriptif Analitis.
Hipotesis yang diambil adalah sebagai berikut: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap Take Home Pay karyawan sebelum dan sesudah diterapkannya PMK No.137/PMK.03/2005. Datadata yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 13 dengan analisis Two Related Samples Test.
Lampiran
a. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku saat ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/ 2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) UndangUndang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang No. 17 Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
Mengingat:
1. UndangUndang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 No. 49, TLN RI No. 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang No. 16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 126, TLN RI No. 3984);
3. Keputusan Presiden No. 20/P Tahun 2005;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan:
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK.
Pasal 1
(1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut:
a. Rp13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi;
b. Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;
d. Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2006.
Pasal 2
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 4
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Desember 2005
MENTERI KEUANGAN,
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 138/KMK.03/2005
TENTANG
DARI PEGAWAI HARIAN DAN MINGGUAN SERTA PEGAWAI TIDAK TETAP LAINNYA
YANG TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang:
a. bahwa sesuai dengan Pasal 21 ayat (4) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000, penetapan besarnya bagian penghasilan pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan, memperhatikan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
b. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak telah disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/ 2005 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;
Mengingat:
1. UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 Nomor 49, TLN RI Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 Nomor 126, TLN RI Nomor 3984);
2. UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LN RI Tahun 1983 Nomor 50, TLN RI Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 Nomor 127, TLN RI Nomor 3985);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besamya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan:
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN BAGIAN PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN DARI PEGAWAI HARIAN DAN MINGGUAN SERTA PEGAWAI TIDAK TETAP LAINNYA YANG TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN.
Pasal 1
Batas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (4) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000 sampai dengan jumlah Rp. 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.
Pasal 2
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak berlaku dalam hal penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp.1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) sebulan atau dalam hal penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan.
Pasal 3
Pasal 4
Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.03/2002 tentang Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2005 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 2005
MENTERIKEUANGAN,
ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupannya manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya dan tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelompok yang paling kecilpun, manusia hidup dan berkembang bersama keluarga dan sesamanya. Di dalam
keluarga, manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarga. Dalam lingkup kehidupannya, manusia hidup bersamasama sebagai masyarakat
dalam bentuk tatanan negara. Suatu negara membutuhkan sumber dana yang mendukung pembangunan negara. Hal tersebut dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah melalui pajak.
Pajak merupakan sumber penerimaan penting yang diperoleh pemerintah dari dalam negeri. Pajak berasal dari rakyat dan merupakan distribusi dari rakyat
kepada pemerintah. Hal ini merupakan kesadaran diri sendiri dan perwujudan semangat gotong royong. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak harus ditetapkan secara konsisten dengan berpegangan pada peraturan yang
berlaku. Peraturanperaturan tersebut dibuat oleh pemerintah dan menjadi patokan bagi wajib pajak dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya.
perusahaan berpikir sebaliknya, yaitu perusahaan ingin memperoleh laba setinggi mungkin dengan cara mengefisiensikan biaya maupun pajak serendah mungkin.
Sedangkan bila dilihat dari kondisi saat ini, seiringan dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia juga ikut meningkat. Oleh karena itu,
setiap wajib pajak menginginkan peningkatan Take Home Pay mereka dapat ditingkatkan. Salah satunya dengan cara meningkatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak setiap wajib pajaknya yang akan mengakibatkan Penghasilan Kena Pajak
setiap wajib pajak menjadi lebih kecil. Hal tersebut dapat dilakukan apabila perusahaan tempat mereka bekerja menerapkan PMK No.137/PMK.03/2005. yang
berisi tentang penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi setiap wajib pajak yang dikarenakan ketidaksesuaiannya dengan kebutuhan manusia saat ini yang terus meningkat.
Atas dasar tersebut, penulis mencoba meneliti seberapa jauh pengaruh penerapan PMK No.137/PMK.03/2005 terhadap Take Home Pay karyawan.
Adapun maksud dari peneliti tersebut dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: Pengaruh Penerapan PMK No.137/PMK.03/2005 Terhadap Take Home PayKaryawan.
1.2.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 apabila diterapkan dalam perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 terhadap Take Home Pay Karyawan?
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 apabila diterapkan dalam perusahaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 terhadap Take Home Pay karyawan.
1.4.Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Untuk dapat meningkatkan pemahaman mengenai masalah
perpajakan khususnya pengaruh PMK No.137/PMK.03/2005 terhadap Take Home Pay karyawan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh pemberlakuan
PMK No.137/PMK.03/2005 dalam rangka meningkatkan Take Home Pay karyawan mereka.
3. Bagi Pihak Lain
Memberikan bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan informasi
mengenai PMK No.137/PMK.03/2005 yang berpengaruh terhadap Take Home Pay karyawan suatu perusahaan.
1.5.Rerangka Pemikiran
Oleh karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat, para karyawan
ingin memperoleh Take Home Pay yang lebih besar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Maka perusahaan mengambil langkah supaya para
karyawan mereka tetap bekerja dan Penghasilan Tidak Kena Pajak setiap karyawan dapat meningkat.
Cara yang diambil oleh perusahaan adalah dengan menerapkan PMK
No.137/PMK.03/2005 yang memuat tentang penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak wajib pajak yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hidup yang terus
meningkat.
Pajak merupakan sumber penerimaan penting yang diperoleh pemerintah dari dalam negeri. Pajak berasal dari rakyat dan merupakan distribusi dari rakyat
kepada pemerintah. Hal ini merupakan kesadaran diri sendiri dan perwujudan semangat gotong royong. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan penerimaan
pajak harus ditetapkan secara konsisten dengan berpegangan pada peraturan yang berlaku. Peraturanperaturan tersebut dibuat oleh pemerintah dan menjadi patokan bagi wajib pajak dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya.
Cara mengumpulkan pajak adalah semua wajib pajak membayar pajaknya masingmasing. Yang dimaksud wajib pajak disini bisa:
1. Perusahaan atau badan 2. Perorangan
Wajib pajak perorangan ini dapat dikenakan pajak apabila orang pribadi
tersebut bekerja pada satu instansi. Pajak yang dikenakan terhadap orang tersebut adalah PPh pasal 21.
Karena kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, Penghasilan Tidak Kena Pajak yang dikenakan terhadap wajib pajak orang pribadi harus semakin besar. Hal tersebut dapat dilakukan berdasarkan PMK
No.137/PMK.03/2005 yang berisi tentang penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hidup saat ini. Dengan
Oleh sebab itu penulis mengambil hipotesis sebagai berikut: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap Take Home Pay karyawan sebelum dan sesudah diterapkannya PMK No.137/PMK.03/2005.
1.6.Alat Uji Hipotesis
Rumus Two Related Samples Test :
Z = W
x± 0,5 – m(N + 1) / 2
√ mn(N + 1) /12
1.7.Waktu dan Lokasi Penelitian
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilakukan pada PT.X dengan didukung oleh teoriteori yang ada, maka dapat ditarik simpulan:
1. Pengaruh penerapan PMK No.137/PMK.03/2005 terhadap perusahaan adalah kinerja perusahaan dapat terus berjalan, buktinya para karyawan yang dimiliki tetap bekerja untuk mendukung operasional perusahaan. 2. Pembayaran PPh pasal 21 kepada pemerintah ini akan mempengaruhi
besarnya Take Home Pay yaitu penghasilan yang dapat dibawa pulang oleh karyawan. Bila perusahaan menerapkan UU No.17 tahun 2000 Take Home Pay mereka sebesar Rp 684.782.000,. Jumlah tersebut akan lebih menguntungkan bila perusahaan menerapkan PMK No.137/PMK.03/2005 dimana terdapat penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, sehingga Take Home Pay yang dapat dibawa pulang sebesar Rp 704.582.000,. Kenaikan Take Home Pay ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan para karyawannya. Hasil Hipotesis yang ditunjukkan pada nilai Asymp. Sig(2tailed) 0,000 < ½a menyimpulkan
5.2.Saran
1. Perusahaan sebaiknya menerapkan PMK No.137PMK.03/2005 ini pada perusahaannya sehingga perusahaan dapat terus berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Erly Suandy. (2006),Perpajakan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Gunadi, Dr. (2002), Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Ilyas, Wirawan B., Drs., Msi. (2000). Perpajakan Indonesia. Cetakan ke2. Jakarta: Salemba Empat.
Lumbantoruan, Sophar. (1996),Akuntansi Pajak. Edisi ke2. Jakarta: Gramedia.
Meliala, Tulid S., Drs., Ak. (2000). Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Edisi ke2. Bandung: Grahitipa.
PMK No. 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.
UU Pajak Tahun 2000. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.
UU No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
Y. Sri Pudyatmoko, SH, M.Hum.Pengantar Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi.