• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Infusa Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Sebagai Antidiare Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Infusa Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Sebagai Antidiare Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK INFUSA KULIT BATANG ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN

Intan M Ginting, 2009 Pembimbing Utama : Sylvia Soeng, dr., M.Kes Pembimbing Pendamping : Rosnaeni, dra., Apt. Diare merupakan salah satu penyakit endemis yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi. Penderita diare terutama yang berada di daerah biasanya mengobati diri sendiri menggunakan bahan alami, seperti rebusan kulit batang angsana. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek antidiare dari Infusa Kulit Batang Angsana (IKBA). Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Penelitianmenggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini.Hewan coba yang digunakan 25 ekor mencit yang dialokasikan secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok I, II, dan III berturut-turut diberi IKBA dosis 1,4g/kgBB, 2,8g/kgBB, dan 5,6g/kgBB, kelompok IV dan V masing-masing sebagai kontrol (CMC 1%) dan pembanding (loperamid). Data yang diukur adalah berat feses (mg), frekuensi defekasi, dan konsistensi feses. Analisis data untuk berat feses dan frekuensi defekasi dengan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Duncan, sedangkan konsistensi feses dengan uji Kruskal-Wallis (α= 0,05). Hasil penelitian berat feses - frekuensi defekasi kelompok I, II, dan III berturut-turut 91.20 mg-.66, 83.80 mg-.56, dan 69.20-.36 mg berbeda bermakna dengan kelompok IV 139.00 mg-1.16 (p<0,05), sedangkan konsistensi feses tidak memperlihatkan perbaikan. Kesimpulan IKBA berefek antidiare dengan menurunkan berat feses dan mengurangi frekuensi defekasi, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses mencit.

(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF Pterocapus indicus Willd CORTEX INFUSA AS ANTIDIARRHEA IN Swiss-Webster Strain MALE MICE

Intan M Ginting, 2009 1st tutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes 2nd tutor : Rosnaeni, dra., Apt.

Diarrhea is an endemic disease with high morbidity and mortality rate. Diarrhea patients who live in a secluded areas usually try to self healing using natural ingredients such as Pterocarpus indicus Willd cortex. This research was comparative, prospective real experimental with a complete randomized design. This research used diarrhea protection method toward oleum ricini. Twenty five mice were randomly divided into 5 groups. Groups I, II, III were given Pterocarpus indicus Willd cortex infusa dose 1,4g/kgBB, 2,8g/kgBB, and 5,6g/kgBB respectively, while group IV as control (CMC 1%) and group V as comparative group (loperamide). Data measured was the feces weights (mg), frequencies of defecation, and consistency of feces. Data of feces weight and frequency of defecation were analyzed using One way ANOVA, continued with Duncan test, while the consistency of feces were analyzed using Kruskal-Wallis test (α= 0,05). The results showed the weight of feces-defecation frequency of group I, II, III were 91.20 m- .66, 83.80 m- .56, and 69.20- .36 mg respectively, which mean there were significant difference when compared to group IV (139.00 mg– 1.16) (p<0,05), meanwhile feces consistency did not show improvement. The conclusion was Pterocarpus indicus Willd cortex infusa has an effect as an anti-diarrhea by decreasing feces weight and defecation frequencies, but not improving feces consistency.

(3)

viii DAFTAR ISI

JUDUL …….……….……….……..

LEMBAR PERSETUJUAN ………

SURAT PERNYATAAN ….………

ABSTRAK ………

ABSTRACT ………

KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………

DAFTAR TABEL ………

DAFTAR GAMBAR ………

DAFTAR LAMPIRAN ………..

BAB I PENDAHULUAN ……….....

1.1 Latar belakang ………....

1.2 Identifikasi Masalah ………... .

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………...

1.4 Manfaat Penelitian ………...………...

1.4.1 Manfaat Akademis ………...

1.4.2 Manfaat Praktis ………

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ………

1.5.1 Kerangka Pemikiran ………... 1.5.2 Hipotesis Penelitian ………... 1.6 Metode Penelitian ………..

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….……

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 2.1 Fisiologi Usus Halus ……….. 2.2 Anatomi dan Fisiologi Kolon ………...

2.2.1 Anatomi Kolon …………..………... 2.2.2 Fungsi Absorpsi Kolon ….………

(4)

ix

2.2.3 Fungsi Sekresi dan Ekskresi Kolon ……….………. 2.2.4 Mekanisme Defekasi .……….. 2.3 Diare …...………..

2.3.1 Definisi Diare ………. 2.3.2 Epidemiologi Diare ……… 2.3.3 Etiologi Diare ………. 2.3.4 Klasifikasi Diare ……… 2.3.5 Patofisiologi Diare ………. 2.3.6 Gejala Klinis Diare ………. 2.3.7 Komplikasi Diare ………...

2.3.8 Terapi diare ………

2.3.8.1 Terapi Simtomatik ………. 2.3.8.2 Terapi Suportif ………... 2.3.8.3 Obat Pembanding/Loperamid ………

2.4 Angsana ………..

2.4.1 Taksonomi ………..

2.4.2 Morfologi ………...

2.4.3 Khasiat .………..

2.4.4 Komponen ……….……….

2.4.4.1 Tanin Secara Umum ………... 2.4.4.2 Sifat Tanin ..……… 2.5 Oleum Ricini / Minyak Jarak / Minyak Kastor ………..

BAB III BAHAN/SUBEK DAN METODE PENELITIAN ……...……..

3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ……….………..………...

3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ………...……….. 3.1.2 Subjek Penelitian ……..………...………….. 3.2 Metode Penelitian ………...

3.2.1 Desain Penelitian ……….... 3.2.2 Variabel Penelitian ……….….

(5)

x

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ………

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ……….………….

3.2.4 Prosedur Kerja ………..……….

3.2.4.1 Persiapan Bahan Uji ……… 3.2.4.2 Persiapan Hewan Uji ……… 3.2.4.3 Cara Kerja ……… 3.2.4.4 Cara Pemeriksaan ………

3.2.5 Metode Analisis ………

3.2.6 Aspek Etik Penelitian ……….

BAB IV PEMBAHASAN ……….

4.1 Hasil Pengukuran Berat Feses ……… 4.2 Hasil Pengukuran Frekuensi Defekasi ………... 4.3 Hasil Penilaian Konsistensi Feses ……….. 4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...…………..

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN ………..

RIWAYAT HIDUP ………..

24 25 25 25 25 26 26 27 28

29 29 32 34 35

38 38 38

(6)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Berat Feses Setelah Diberikan Perlakuan ………... Tabel 4.2 Rerata Berat Feses Setelah Ditransformasikan ……….. Tabel 4.3 Hasil ANOVA Berat Feses Mencit ……… Tabel 4.4 Hasil Uji Duncan Rerata Berat Feses Mencit ………... Tabel 4.5 Rerata Frekuensi Defekasi Setelah Diberikan Perlakuan ……….. Tabel 4.6 Rerata Frekuensi Defekasi Setelah Ditransformasikan ………….. Tabel 4.7 Hasil ANOVA Frekuensi Defekasi Mencit ……….. Tabel 4.8 Hasil Uji Duncan Rerata Frekuensi Defekasi Mencit ….………... Tabel 4.9 Persentase Konsistensi Feses Setelah Diberikan Perlakuan …….. Tabel 4.10 Hasil Uji Kruskal-Wallis Konsistensi Feses ………...

(7)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Kolon …….……….. Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Opioid ………...

Gambar 2.3 Pohon Angsana ………...

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Dosis ………..

Lampiran 2 Alur Penelitian … ……..………....

Lampiran 3 Proses Pembuatan Sediaan ……… Lampiran 4 Hasil Analisis Statistik ……….. Lampiran 5 Karakteristik Feses Dari Waktu .………...

Lampiran 6 Persetujuan Etik ……….

(9)

41

LAMPIRAN 1

Perhitungan Dosis

Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g  2 ml x 10% = 10 g/100 ml

= 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14

Dosis 1 mencit = 0,2 g/tikus 200g = 200 mg/tikus 200g = 200 x 0,14

= 28 mg/mencit 20 g Untuk per kgBB= 1000/20 x 28

= 1400 mg/kgBB mencit = 1,4 g/kgBB

Dosis 2 mencit = 1,4 g/kgBB x 2 = 2,8 g/kgBB Dosis 3 mencit = 2,8 g/kgBB x 2 = 5,6 g/kgBB

Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana :

Dosis II : dibuat infusa 11,2%

Timbang 11,2 gram KBA + 100 ml akuades + CMC 1%, panaskan, saring saat panas hingga didapatkan 100 ml dosis II

Untuk dosis I : 5 ml dosis II + 5 ml akuades

Untuk dosis III : 40 ml dosis II diuapkan sampai tersisa 10 ml Dosis Loperamid

Sediaan Loperamid yang tersedia 2 mg

Dosis Loperamid pada manusia = 2 mg/hari Konversi manusia ke mencit = 0,026

Dosis Loperamid pada mencit = 2 mg x 0,0026 = 0,0052

(10)

42

LAMPIRAN 2

Alur Penelitian

Pemesanan 30 ekor mencit galur Swisss Webster jantan umur 8-10 minggu dari Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Mencit diadaptasikan di laboratorium selama seminggu dan diberi makan pellet serta minum akuades.

25 ekor mencit memenuhi syarat dialokasikan ke dalam 5 kelompok.

IKBA D1

IKBA D2

IKBA D3

Kontrol Pembanding

Diberi perlakuan dan diamati selama 6 jam dengan parameter berat feses, frekuensi

defekasi, dan konsistensi feses.

0,5 ml p.o

(11)

43

LAMPIRAN 3

Proses Pembuatan Sediaan

1. Sayat bagian kulit kayu yang akan diambil

2. Angkat kulit kayu sampai ke lapisan epidermis secara perlahan-lahan 3. Tarik kulit kayu, lalu potong sampai batas yang diinginkan

4. Keringkan kulit kayu yang telah dipotong

5. Masukkan simplisia kering ke dalam blender hingga menjadi cacahan 6. Blender kembali hingga menjadi serbuk

(12)

44

Lampiran 4

Hasil Analisis Statistik

Berat Feses Setelah Diinduksi

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper

Bound Minimum Maximum

IKBA Dosis 1 5 91.2000 37.50600 16.77319 44.6302 137.7698 44.00 149.00

IKBA Dosis 2 5 83.8000 39.77059 17.78595 34.4183 133.1817 26.00 137.00

IKBA Dosis 3 5 69.2000 25.07389 11.21338 38.0667 100.3333 44.00 110.00

Kontrol 5 139.0000 47.98437 21.45926 79.4195 198.5805 101.00 214.00

Pembanding 5 45.8000 30.15294 13.48481 8.3602 83.2398 .00 74.00

Total 25 85.8000 46.10224 9.22045 66.7699 104.8301 .00 214.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.621 4 20 .653

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 23694.800 4 5923.700 4.337 .011

Within Groups 27315.200 20 1365.760

(13)

45

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets Duncan

Kelompok

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

Pembanding 5 45.8000

IKBA Dosis 3 5 69.2000

IKBA Dosis 2 5 83.8000

IKBA Dosis 1 5 91.2000 91.2000

Kontrol 5 139.0000

Sig. .089 .054

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Berat Feses Setelah Ditransformasikan

Oneway

Descriptives

Log Berat Feses Rerata

95% Confidence Interval for Mean

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

Lower Bound

Upper

Bound Minimum Maximum

IKBA Dosis 1 5 .8744 .39534 .17680 .3835 1.3653 .26 1.37

IKBA Dosis 2 5 .8138 .35830 .16024 .3689 1.2587 .24 1.14

IKBA Dosis 3 5 .8736 .22309 .09977 .5966 1.1506 .63 1.12

Kontrol 5 1.3874 .29331 .13117 1.0232 1.7516 .94 1.66

Pembanding 5 .4783 .36703 .16414 .0226 .9340 .00 .85

Total 25 .8855 .42507 .08501 .7101 1.0610 .00 1.66

Test of Homogeneity of Variances

Log Berat Feses Rerata

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(14)

46

ANOVA

Log Berat Feses Rerata

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Between Groups 2.116 4 .529 4.763 .007

Within Groups 2.221 20 .111

Total 4.336 24

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Log Berat Feses Rerata

Duncan

N

Subset for alpha = .05

Kelompok Perlakuan 1 2

Pembanding 5 .4783

IKBA Dosis 2 5 .8138

IKBA Dosis 3 5 .8736

IKBA Dosis 1 5 .8744

Kontrol 5 1.3874

Sig. .099 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Frekuensi Defekasi Setelah Diinduksi

Descriptives

95% Confidence Interval for Mean

N Mean

Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper

Bound Minimum Maximum

1.00 5 .6600 .25100 .11225 .3483 .9717 .30 .90

2.00 5 .5600 .25100 .11225 .2483 .8717 .20 .90

3.00 5 .3600 .05477 .02449 .2920 .4280 .30 .40

4.00 5 1.1600 .15166 .06782 .9717 1.3483 1.00 1.40

5.00 5 .3600 .27019 .12083 .0245 .6955 .00 .70

(15)

47

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.514 4 20 .236

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.160 4 .540 12.000 .000

Within Groups .900 20 .045

Total 3.060 24

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Duncan

Kelompok

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2

3.00 5 .3600

5.00 5 .3600

2.00 5 .5600

1.00 5 .6600

4.00 5 1.1600

Sig. .052 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(16)

48

Frekuensi Defekasi Setelah Ditransformasikan Oneway

Descriptives

Log Frekuensi Menit Rerata

Test of Homogeneity of Variances

Log Frekuensi Menit Rerata

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.282 4 20 .310

ANOVA

Log Frekuensi Menit Rerata

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .091 4 .023 7.596 .001

Within Groups .060 20 .003

Total .151 24

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Log Frekuensi Menit Rerata

Duncan

Subset for alpha = .05

Kelompok Perlakuan N 1 2

Pembanding 5 .0872

IKBA Dosis 3 5 .1059

IKBA Dosis 2 5 .1410

IKBA Dosis 1 5 .1631

Kontrol 5 .2598

Sig. .056 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound

Upper Bound

IKBA Dosis 1 5 .1631 .06806 .03044 .0786 .2476 .06 .23

IKBA Dosis 2 5 .1410 .05901 .02639 .0677 .2143 .05 .21

IKBA Dosis 3 5 .1059 .01509 .00675 .0871 .1246 .09 .12

Kontrol 5 .2598 .04662 .02085 .2019 .3177 .20 .32

Pembanding 5 .0872 .06664 .02980 .0045 .1700 .00 .17

(17)

49

Konsistensi Feses

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelompok perlakuan *

konsistensi feses 97 100.0% 0 .0% 97 100.0%

kelompok perlakuan * konsistensi feses Crosstabulation

konsistensi feses

Total konsistensi 0 konsistensi 1 konsistensi 2

kelompok perlakuan

1 Count 1 3 16 20

Expected Count 4.3 3.5 12.2 20.0

% of Total 1.0% 3.1% 16.5% 20.6%

2 Count 7 0 11 18

Expected Count 3.9 3.2 10.9 18.0

% of Total 7.2% .0% 11.3% 18.6%

3 Count 7 5 5 17

Expected Count 3.7 3.0 10.3 17.0

% of Total 7.2% 5.2% 5.2% 17.5%

4 Count 0 5 26 31

Expected Count 6.7 5.4 18.9 31.0

% of Total .0% 5.2% 26.8% 32.0%

5 Count 6 4 1 11

Expected Count 2.4 1.9 6.7 11.0

% of Total 6.2% 4.1% 1.0% 11.3%

Total Count 21 17 59 97

Expected Count 21.0 17.0 59.0 97.0

(18)

50

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kelompok perlakuan 97 2.95 1.341 1 5

konsistensi feses 97 1.39 .824 0 2

Kruskal-Wallis Test

Ranks

konsistensi feses N Mean Rank kelompok perlakuan konsistensi 0 21 52.29

konsistensi 1 17 58.21 konsistensi 2 59 45.18

Total 97

Test Statisticsa,b

kelompok perlakuan

Chi-Square 3.377

df 2

Asymp. Sig. .185

a. Kruskal Wallis Test

(19)

51

LAMPIRAN 5

Karakteristik Feses dari Waktu ke Waktu

Berat Feses (mg)

Kelompok Perlakuan

30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240' 300' 360'

1 0 570 330 280 0 70 0 140 100 0

1 0 0 0 270 0 360 60 150 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 440 0

1 0 0 0 410 130 200 0 150 0 0

1 0 0 0 0 430 220 0 0 120 130

2 0 0 0 0 0 0 260 0 0 0

2 0 0 0 200 570 160 0 0 0 0

2 0 0 700 360 0 130 70 0 0 110

2 0 120 530 0 110 110 0 0 0 0

2 0 0 200 150 150 0 50 0 210 0

3 0 0 0 160 150 0 130 110 0 180

3 0 0 0 0 80 280 0 0 100 110

3 0 0 0 0 150 0 80 260 500 110

3 0 80 0 0 0 100 0 260 0 0

3 0 0 0 0 0 150 300 0 0 170

4 0 0 0 0 450 170 0 140 250 0

4 0 0 0 580 50 270 100 40 90 0

4 0 0 230 290 90 190 0 120 60 90

4 0 640 190 210 0 140 0 130 170 120

4 0 220 820 320 300 290 140 0 50 0

5 0 0 0 0 0 260 0 80 110 110

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 270 0 50

5 0 0 0 0 360 50 150 110 0 0

(20)

52

Frekuensi Defekasi

Kelompok Perlakuan

30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240' 300' 360'

1 0 2 2 2 0 1 0 1 1 0

1 0 0 0 2 0 2 1 1 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0

1 0 0 0 3 1 1 0 1 0 0

1 0 3 0 0 2 1 0 0 1 2

2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

2 0 0 0 2 2 2 0 0 0 0

2 0 0 4 2 0 1 1 0 0 1

2 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0

2 0 0 2 1 1 0 1 0 1 0

3 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0

3 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0

3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1

3 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0

3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1

4 0 0 0 0 7 2 0 1 1 0

4 0 0 0 6 1 1 1 1 1 0

4 0 0 3 3 1 1 0 2 1 1

4 0 3 1 2 0 1 0 1 1 1

4 0 1 3 3 3 2 1 0 1 0

5 0 0 0 0 0 3 0 1 2 1

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

5 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0

(21)

53

Konsistensi Feses

Kelompok Perlakuan

30' 60' 90' 120' 150' 180' 210' 240' 300' 360'

1 0 k1 k2 k2 0 k2 0 k2 k2 0

1 0 0 0 k1 0 k2 k2 k2 0 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 k0 0

1 0 0 0 k2 k2 k2 0 k2 0 0

1 0 k1 0 0 k2 k2 0 0 k2 k2

2 0 0 0 0 0 0 k0 0 0 0

2 0 0 0 k0 k0 k0 0 0 0 0

2 0 0 k2 k2 0 k2 k2 0 0 k2

2 0 k0 k2 0 k2 k2 0 0 0 0

2 0 0 k0 k0 k2 0 k2 0 k2 0

3 0 0 0 k0 k0 0 k1 k2 0 0

3 0 0 0 0 k0 k1 0 0 k2 0

3 0 0 0 0 0 0 k0 k1 k2 k2

3 0 k0 0 0 0 k1 0 k1 0 0

3 0 0 0 0 0 k0 k0 0 0 k2

4 0 0 0 0 k1 k2 0 k2 k2 0

4 0 0 0 k1 k2 k2 k2 k2 k2 0

4 0 0 k1 k2 k2 k2 0 k2 k2 k2

4 0 k1 k2 k2 0 k2 0 k2 k2 k2

4 0 k1 k2 k2 k2 k2 k2 0 k2 0

5 0 0 0 0 0 k1 0 k0 k0 k0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 k1 0 k0

5 0 0 0 0 k1 k1 k0 k0 0 0

(22)

54

LAMPIRAN 6

(23)

55

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Intan Merdekadini Ginting Tempat/Tanggal Lahir: Tanjungpinang, 17 Agustus 1987 Alamat : Jl. Brigjend Katamso no.77

Tanjungpinang 29122, Kepulauan Riau Asal Sekolah :

SD Katolik, Tanjungpinang (1993-1999) SLTP Katolik, Tanjungpinang (1999-2002) SMU Negeri 1, Tanjungpinang (2002-2005)

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit endemis yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi. Peningkatan kasus sering terjadi pada musim kemarau dan musim hujan (Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan, 2008). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare merupakan penyebab nomor 1 kematian balita di Asia Tenggara (WHO, 2004). Departemen RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/1000 penduduk, berarti meningkat dibandingkan survei tahun 1996 sebesar 280/1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Suskernas tahun 2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan balita 13,2% (Ridwan Amiruddin, 2007).

Diare akut adalah perubahan pada frekuensi buang air besar menjadi lebih sering daripada normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya, dengan berat feses lebih dari 200 gram per hari atau kandungan air pada feses lebih dari 200 cc per hari dalam waktu kurang dari 14 hari (PGI, 2009). Penderita diare terutama yang berada di daerah biasanya mengobati diri sendiri, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti seduhan daun teh, daun salam, rebusan kulit batang angsana, dan lain-lain.

(25)

2

1.2Identifikasi Masalah

1. Apakah infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan menurunkan berat feses mencit

2. Apakah infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi mencit

3. Apakah infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses mencit

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui bahan alami yang mempunyai efek sebagai antidiare.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efek antidiare dari infusa kulit batang angsana.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Menambah pengetahuan farmakologi tumbuhan obat khususnya kulit batang angsana yang berefek sebagai antidiare.

1.4.2 Manfaat praktis

(26)

3

1.5 Kerangka pemikiran dan hipotesis

1.5.1 Kerangka pemikiran

Diare akut adalah perubahan pada frekuensi buang air besar menjadi lebih sering daripada normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya dalam waktu kurang dari 14 hari (PGI, 2009). Berat tinja pada diare lebih dari 200 gram per hari atau kandungan air pada feses lebih dari 200 cc per hari (PGI, 2009).

Diare merupakan suatu keadaan dimana seseorang buang air besarnya ditandai

dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya, lazimnya 3 kali atau lebih dalam satu hari (Dinkes, 2006).

Aktivitas anti diare dapat memperlambat peristaltik usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses. Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah kemoterapeutik untuk terapi kausal, obstipansia untuk terapi simtomatis yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yaitu zat-zat penekan peristaltik, astringensia, adsorbensia, dan spasmolitika. Astringensia menciutkan selaput lendir usus, misalnya tanin dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan aluminium (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007). Kulit batang angsana mengandung tanin (Djoko Hargono, Lucie Widowati, Herly Herlinda E.D, 1998). Sifat-sifat tanin antara lain astringensia, antioksidan, penghambat enzim. Tanin dapat menyebabkan selaput lendir usus membentuk lapisan, sehingga dapat menciutkan selaput lendir usus tersebut (Bruneton,1999)

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan menurunkan berat feses mencit

(27)

4

3. Infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses mencit

1.6 Metode Penelitian

Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif.

Pengujian antidiare menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Data yang diukur yaitu berat feses (mg), frekuensi defekasi, dan konsistensi feses. Berat feses dan frekuensi defekasi dianalisis menggunakan metode ANOVA, apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan. Konsistensi feses dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis (α= 0,05).

1.7 Lokasi dan Waktu

Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

(28)

38 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan menurunkan berat feses mencit

2. Infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi mencit

3. Infusa kulit batang angsana berefek antidiare dengan tidak memperbaiki konsistensi feses mencit

5.2 Saran

Penelitian ”Efek Infusa Kulit Batang Angsana Sebagai Antidiare Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan”, merupakan penelitian pendahuluan, yang perlu dilanjutkan dengan :

1. Menggunakan sediaan galenik yang lain, seperti ekstrak air, ekstrak etanol. 2. Menggunakan hewan coba yang lain, seperti tikus, kelinci.

3. Menggunakan metode yang lain, yaitu transit intestinal. 4. Uji toksisitas dari kulit batang angsana.

(29)

39

DAFTAR PUSTAKA

Almeida, Baldisserotto, Foleto, Karnikowski. 1995. Analysis of Antidiarrhoeic Effect of Plants Used in Popular Medicine. Rev.Saude Publica vol.29 no.6

Anonim. www.situshijau.co.id/tanaman/hutan/a.htm. November 4th, 2009

Anonim. www.medicastore.com/diare/pengobatan_diare.htm. November 4th,2009 Anonim. www.plantamor.com/index.php?plant=1062. November 16th, 2009 Bruneton Jean. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants :

Flavonoids, Tannins, Alkaloids. 2nd edition. Paris : Lavoisier Publishing Inc. page 370-371, 385-388

Daniel Wibowo. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan

Dinkes. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kabupaten Kulon Progo. http://dinkes.kulonprogokab.go.id/?p=15. September 5th, 2009

Djoko Hargono., Lucie Widowati., Herly Herlinda., 1998. Uji Efek Antidiare Infus Kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Terhadap Tikus Putih Jantan. Media Litbangkes, 01(VIII): 2-7

Eka Ginanjar. 2008. Pustaka Kedokteran-Diare Akut. http://abuhamzah.multiply.com/journal/item/7 . September 23rd, 2009

Goodman & Gilman. 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th edition. USA: McGraw-Hill. P570-571,997

Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. Hal 1010-1011,1034,1049,1056-1057

Heri Dewoto. 2007. Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam Sulistia Gan Gunawan : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. Hal 221 Heyne K. 1998. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Jakarta: Yayasan Sarana

(30)

40

Herndon Christopher M.,Jackson II Kenneth C.,Hallin Pamala A. 2002. Management of Opioid-Induced Gastrointestinal Effects: Pathophysiology of Opioid-Induced Constipation. http://www.medscape.com/viewarticle/42744. November 1st, 2009

Katzung BG. 2003. Basic Clinical Pharmacology. 9th edition. USA: McGraw-Hill. P702,706

Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam: Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: DEPKES RI. Hal 19

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 12

Kumar et al. 2009. Phytochemicals Investigation on a Tropical Plant, Syzygium cumini from Kattuppalayam, Erode District, Tamil Nadu, South India. Pakistan Journal of Nutrition 8 (1): 83-85, 2009

Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan. 2008. Penyakit Diare di Indonesia. http://lkpk.org/2008/05/25/penyakit-diare-di-indonesia/. Februari 25th, 2009 Olson James. 1993. Belajar Mudah Farmakologi. L.Mandora. Jakarta:EGC. Hal

118-120

Padua Ludivina. 1996. Medicinal Plants (Philippine Plants). http://www.stuartxchange.com/Narra.html. November 16th, 2009

PGI. 2009. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut Pada Dewasa di Indonesia. Ridwan Amiruddin. 2007. Current Issue Kematian Anak Akibat Diare.

http://www.ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/10/17/current-issue-kematian-anak-karena-penyakit-diare., Oktober 11th, 2009

Tan, HT., Kirana R. 2007. Obat-Obatan Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo

Thompson Lex A.J. 2006. Pterocarpus indicus (narra). www.traditionaltree.org. May 2nd, 2009

WHO. 2004. Causes of Death In Neonates and Children Under Five. www.who.int/entity/child_adolescent_health/media/causes_death_u5_neonat es_seaero_2004., December 10th, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut juga didukung ole pendapat dari Olvan Manginsihi (2012:5) juga mengatakan hal yang sama bahwa sekurang-kurangnya ada dua unsur yang bisa menjadi faktor

Berdo’alah kepada Allah Swt: “Yā Allah Yā Qayy ū m, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri Sendiri/Mandiri, jadikanlah hidup kami tidak selalu bergantung kepada orang lain”!. • Al-Ahad

Merokok adalah masalah kesehatan utama di Indonesia dan lebih dari 200.000 orang meninggal per tahun (WHO, 2014). Tujuan: Untuk menganalisa apakah ada hubungan antara

Berdasarkan perolehan nilai rata-rata post- test pada kelas eksperimen (XI IPA 2) lebih tinggi dari rata-rata nilai post-test kelas kontrol (XI IPA 3), maka dapat

Penggunaan kata one dalam bahasa Indonesia memang lebih sering diartikan menjadi kata satu, padahal bila dilihat lebih lanjut lagi kata one bisa memiliki arti

bahwa sesuai ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Tesis bidang linguistik berjudul “Pengaruh Latar Belakang Budaya dalam Proses Pemahaman Metafora Perumpamaan Injil Matius” ini juga tidak akan dapat saya selesaikan tanpa

Fungsi Propeller Shaft Pada Kendaraan 4WD atau 2WD pada umumnya Propeller Shaft merupakan sebuah batang penghubung dari gear box transmisi menuju diferential