SMALB DI SLB BC YATIRA CIMAHI
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Feny Riany 1100502
DEPARTEMENPENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
FENY RIANY 1100502
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS
XII SMALB DI SLB BC YATIRA CIMAHI
disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I
Dr. Permanarian Somad, M.Pd NIP.195404081981032001
Pembimbing II
Dr.Iding Tarsidi, M.Pd NIP 196601041993011001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan
Pelatihan Cetak Sablon Digital Dalam Meningkatkan Produktivitas Siswa Tunarungu
Kelas XII SMALB Di SLB BC YATIRA Cimahi” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2015
Yang membuat pernyataan,
Feny Riany
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALB
DI SLB BC YATIRA CIMAHI
Oleh: Feny Riany (1100502)
Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI Bandung
Permasalahan yang diungkap adalah kurangnya program pembelajaran keterampilan vokasional yang ada di sekolah sehingga siswa tunarungu tidak memiliki keterampilan yang mumpuni dan berpengaruh pada produktivitas siswa tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran secara objektif mengenai penerapan pelatihan cetak sablon digital dalam meningkatkan produktivitas siswa tunarungu kelas XII di SLB BC Yatira Cimahi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design dengan menggunakan desain One Group Pretest-Posttest Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu di SLB BC Yatira Cimahi yang berjumlah 6 orang di kelas XII SMALB. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah yaitu tes kinerja. Hipotesis yang diajukan bahwa penerapan pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan produktivitas siswa tunarungu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan produktivitas siswa tunarungu terbukti dengan adanya peningkatan skor yang signifikan setelah siswa mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak sekolah dan guru bahwa program pelatihan keterampilan dapat menjadi acuan untuk mendapatkan keterampilan yang mumpuni dan dapat meningkatkan produktivitas siswa tunarungu.
ABSTRACT
THE APPLICATION OF DIGITAL SCREEN PRINTING TRAINING IN INCREASING PRODUCTIVITY OF
HEARING IMPAIRMENT STUDENTS CLASS XII
IN SLB BC YATIRA CIMAHI
By Feny Riany (1100502)
Department of Special Education FIP UPI Bandung
The problems revealed was the lack of vocational skills learning programs in schools so that hearing
i pai e t stude ts do ’t have a ualified skills and affected to their productivity. This study aimed to obtain information and objective overview of the application of digital screen printing training in improving the productivity of hearing impairment students in class XII SLB BC Yatira Cimahi. To achieve these objectives, the research method used is Pre-Experimental Design using one group Pretest-Posttest Design. The sample used in this study is hearing impairment students in SLB BC Yatira Cimahi totaling 6 students in the class XII SMALB. Data collection techniques used is the performance tests. The hypothesis proposed that the application of digital screen printing training can improve the productivity of hearing impairment students. Based on the results of this study concluded that the digital screen printing training can increase productivity of hearing impairment students as evidenced by the significant increase in
sco es afte the stude t t ai i g. The efo e, it’s suggested to the schools a d teache s that the skills
training program may be a reference to obtain qualified skills and increase productivity of hearing impairment students.
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Deskripsi Teori ... 9
1. Dampak Ketunarunguan Terhadap Keterampilan Vokasional ... 9
2. Keterampilan Cetak Sablon Digital ... 10
3. Pelatihan Keterampilan Cetak Sablon Digital Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Anak Tunarungu ... 12
B. Penelitian Yang Relevan ... 14
C. Kerangka Berpikir ... 14
D. Hipotesis Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. Variabel Penelitian ... 17
B. Metode Penelitian ... 19
C. Populasi dan Sampel ... 20
1. Kisi-kisi Instrumen ... 21
2. Pembuatan Butir Soal ... 22
3. Kriteria Penilaian Indtrumen ... 22
4. Validitas Instrumen ... 25
5. Reliabilitas Instrumen ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Prosedur Penelitian ... 29
1. Persiapan Penelitian ... 29
2. Pelaksanaan Penelitian ... 30
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pelatihan Cetak Sablon Digital ... 31
G. Teknik Pengolahan Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Temuan Hasil Penelitian ... 34
B. Pengolahan Data ... 41
C. Pengujian Hipotesis ... 42
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 47
A. Simpulan ... 47
B. Rekomendasi ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 50
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Subjek Penelitian ... 20
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Produktivitas ... 21
3.3 Kriteria Penilaian Instrumen Penelitian ... 22
3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 28
4.1 Skor Pre-test ... 34
4.2 Skor Post-test ... 35
4.3 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Mengenal Alat dan Bahan Untuk Mencetak Sablon Digital ... 35
4.4 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test Menggunakan Program Aplikasi Corel Draw ... 36
4.5 Peningkatan Skor Pre-test dan Post-test mencetak Sablon Digital ... 38
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Skor Pre test dan Post test Mengenal Alat dan Bahan Untuk Mencetak
Sablon Digital ... 36
4.2 Skor Pre test dan Post test Menggunakan Program Aplikasi Corel Draw 37
4.3 Skor Pre test dan Post test Mencetak Sablon Digital ... 39
4.4 Peningkatan Skor Pre-Test Dan Post-Test Produktivitas Siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa
dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada masa ini, anak tunarungu sudah
memasuki tingkat pergaulan yang lebih luas, dimana mereka hidup
bersosialisasi dalam lingkungan sosial dengan segala permasalahannya. Agar
mereka dapat menyelesaikan segala permasalahan dalam kehidupannya
diperlukan berbagai keterampilan hidup.
Depdiknas (2005, hlm. 3) mengemukakan bahwa “kecakapan
(keterampilan) hidup, ada yang bersifat generik dan spesifik”. Keterampilan
hidup generik mencakup keterampilan pribadi dan sosial, sedangkan
keterampilan hidup spesifik mencakup keterampilan akademik dan vokasional.
Salah satu keterampilan hidup yang harus dikuasai anak tunarungu adalah
keterampilan vokasional. Menurut Puskur Depdiknas (2007), keterampilan
vokasional merupakan keterampilan membuat sebuah produk yang berkaitan
dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Bekal
keterampilan vokasional seorang siswa diharapkan dapat digunakan untuk
memperoleh pekerjaan sesuai bidang yang diminatinya. Pembelajaran
keterampilan vokasional bagi siswa tunarungu perlu diselenggarakan melalui
suatu kegiatan yang berencana, bertahap dan berkelanjutan sebagai bekal untuk
menjadi manusia yang terampil, mandiri, dan bertanggung jawab dalam
kehidupannya. Salah satu tempat penyelenggara pembelajaran keterampilan
vokasional bagi anak tunarungu adalah Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu wadah yang dapat
mengoptimalkan potensi, minat, bakat anak tunarungu melalui pendidikan dan
keterampilan. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran.
2
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
umumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai kegiatan
kehidupan, salah satunya adalah bekerja. Namun pada kenyataannya dengan
kondisi anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan
berinteraksi, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap anak tunarungu masih
rendah sehingga menjadikan mereka sulit diterima dalam dunia pekerjaan
setelah lulus sekolah. Minimnya lapangan pekerjaan bagi anak tunarungu
menjadikan penyebab utama mengapa mereka dituntut untuk memiliki
keterampilan agar dapat bersaing dalam kehidupan bermasyarakat.
Fungsi dari sekolah tidak hanya mendidik siswanya menjadi manusia yang
memiliki intelektual tinggi tetapi diharapkan sosialisasi, keterampilan serta
tanggung jawab dapat terbentuk sebagai bekal untuk hidup mandiri dan mampu
berperan dalam kehidupan masyarakat. Sekolah berkewajiban dalam
memberikan pembelajaran kecakapan hidup, yang berorientasi pada
keterampilan vokasional. Kegiatan pembelajaan vokasional pada jenjang
SMALB mencakup 60% dari keseluruhan muatan isi mata pelajaran.
Berdasarkan kurikulum dalam pembelajaran keterampilan vokasional, sistem
pembelajaran terkonsentrasi pada keahlian serta kejuruan khusus. Siswa secara
langsung dapat mengembangkan keahliannya sesuai dengan minat dan
bakatnya serta kebutuhan lapangan atau pekerjaan yang diminatinya.
Dari hasil studi pendahuluan di SLB BC YATIRA Cimahi, program
pembelajaran keterampilan vokasional yang ada di sekolah dapat dikatakan
kurang karena hanya ada beberapa program pembelajaran keterampilan yang
diberikan. Pelaksanaan program pembelajaran keterampilan vokasional dapat
dikatakan belum optimal karena terdapat beberapa kendala dan kesulitan yang
dihadapi yaitu: 1) keterbatasan biaya, menyebabkan pihak sekolah sulit untuk
memfasilitasi program keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan
bakat siswa; 2) keterbatasan tenaga pendidik, masih banyak guru dalam
mengajarkan keterampilan kurang kompeten di bidangnya dan hanya
berdasarkan pengalaman yang dimiliki serta kurangnya mengikuti
pelatihan-pelatihan keterampilan; 3) kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung
proses pembelajaran keterampilan seperti ruangan, alat dan bahan yang kurang
untuk mengikuti proses pembelajaran keterampilan vokasional. Hal ini
menyebabkan siswa tunarungu tidak memiliki keterampilan yang mumpuni
bagi kehidupannya setelah lulus sekolah sehingga banyak siswa tunarungu
yang masih bergantung kepada orang tuanya dan menjadi pengangguran
setelah lulus sekolah.
Pendidikan keterampilan atau sering disebut pendidikan vokasi
(vokasional), merupakan pendidikan alternatif pembelajaran yang diyakini
mampu menjadi solusi dalam mengurangi jumlah pengangguran anak
tunarungu. Oleh sebab itu, Sekolah Luar Biasa wajib memiliki program
pembelajaran keterampilan. Pembelajaran keterampilan vokasional menjadi
sangat penting bagi siswa tunarungu karena pembelajaran vokasional dirancang
untuk mengembangkan keahlian, kemampuan, pemahaman, tingkah laku,
kebiasaan kerja dan kemandirian sehingga dapat melahirkan sumber daya
manusia yang berkualitas, trampil, memiliki disiplin tinggi, dan berjiwa
kewirausahawan. Keterbatasan sarana prasarana di sekolah seharusnya tidak
menjadi alasan mengapa sekolah tidak memberikan pembelajaran
keterampilan. Sekolah masih bisa mengoptimalkan sarana dan prasarana yang
sudah tersedia tergantung pada kreatifitas guru menggunakannya sebagai bahan
dari pembelajaran keterampilan vokasional yang akan diberikan. Jadi, salah
satu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan sarana prasaran yang telah ada
dan memprioritaskannya dalam proses pembelajaran.
Salah satu sarana prasarana yang dimiliki di setiap sekolah adalah
komputer dan printer. Dengan kedua benda tersebut sebenarnya guru dapat
memberikan program pembelajaran keterampilan vokasional yang sesuai
karena banyak jenis-jenis keterampilan vokasional yang dapat diterapkan di
sekolah dengan menggunakan kedua benda tersebut. Salah satunya adalah
keterampilan cetak sablon digital. Dengan adanya komputer, guru dapat
memberikan pembelajaran penggunaan program grafis komputer seperti Corel
Draw atau Photoshop yang memiliki fungsi untuk mendesain gambar sebagai
langkah awal dalam proses mencetak sablon digital pada kaos, sehingga sarana
prasarana yang ada dapat dioptimalkan. Pembelajaran keterampilan cetak
4
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
benda tersebut dan ditambah dengan beberapa alat dan bahan lainnya seperti
transferpaper, setrika dan gunting.
Pemberian keterampilan cetak sablon digital merupakan suatu cara
pengembangan kemampuan menyablon kaos bagi siswa tunarungu. Pada
dasarnya sablon dapat dilakukan dengan cara manual dan digital. Namun
teknik sablon digital dirasa lebih mudah diaplikasikan karena tidak
memerlukan alat yang mahal dan bahan-bahan yang diperlukan mudah didapat
serta proses pengerjaannya lebih cepat dibanding dengan menggunakan teknik
sablon manual. Pembelajaran keterampilan cetak sablon digital pada kaos ini
dirasa sangat cocok untuk diberikan kepada siswa tunarungu karena
keterampilan ini berbasis visual sehingga proses pembelajaran lebih konkrit
dan siswa tunarungu dapat mengoptimalkan indera penglihatannya dalam
proses belajar untuk memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan,
menumbuhkan minat siswa serta dapat menghasilkan produk yang lebih baik.
Selain itu keterampilan ini melatih siswa tunarungu menjadi produktif dimana
siswa mampu membuat dan menghasilkan suatu produk. Salah satu produk
yang dapat dihasilkan adalah kaos, kaos banyak digunakan oleh kalangan
remaja karena sesuai dengan usianya pemakaian kaos dirasa sangat fleksibel
dan nyaman digunakan bagi kalangan remaja yang melakukan banyak aktifitas
dan kaos memiliki berbagai macam bentuk, warna dan corak atau desain yang
unik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi pemakainya.
Dilihat dari segi ekonomi, kaos merupakan salah satu kebutuhan primer
manusia yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan fungsi sablon
untuk memberi gambar yang unik pada kaos sebagai daya tarik masyarakat
untuk membeli kaos tersebut. Hal ini menjadikan kaos dengan sablon digital
memiliki nilai jual di pasaran sehingga membuka peluang usaha yang besar.
Setelah diberikan keterampilan cetak sablon digital pada kaos diharapkan dapat
memberikan motivasi bagi siswa dalam melihat peluang usaha sehingga siswa
tunarungu dapat bekerja dalam sebuah perusahan ataupun membuka lapangan
pekerjaanya sendiri untuk menunjang kemandiriannya di masyarakat.
Produktivitas siswa tunarungu dapat digali dan ditingkatkan dengan
merupakan salah satu media bagi siswa tunarungu untuk menuangkan
kreativitasnya dalam menciptakan desain sesuai dengan keinginan yang dapat
tersalurkan melalui desain kaos. Produktivitas siswa tunarungu tidak serta
merta dimiliki dan berkembang begitu saja, akan tetapi perlu adanya
pengajaran keterampilan dalam bentuk pelatihan. Pelatihan secara umum
merupakan bagian pendidikan yang menggambarkan suatu proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan metode yang
lebih mengedepankan praktek dari pada teori. Menurut Pribadi (2014, hlm. 9) ,
“program pelatihan pada dasarnya berisi aktivitas pembelajaran yang dilakukan agar peserta mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan yang
dilatihkan”. Program pelatihan diselenggrakan untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berpengetahuan, terampil, dan memiliki sikap positif terhadap
bidang pekerjaan yang akan digeluti. Dengan menerapkan pelatihan cetak
sablon digital diharapkan dapat meningkatkan produktivitas siswa tunarungu.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana “
Penerapan Pelatihan Cetak Sablon Digital Dalam Meningkatkan Produktivitas
Siswa Tunarungu kelas XII SMALB di SLB BC YATIRA CIMAHI ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ apakah penerapan pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan produktivitas siswa tunarungu “.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan
pelatihan cetak sablon digital dalam meningkatkan produktivitas siswa
tunarungu di tingkat SMALB.
b. Tujuan khusus
6
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Produktivitas siswa tunarungu setelah diberikan pelatihan cetak
sablon digital
2) Produktivitas siswa tunarungu sebelum diberikan pelatihan cetak
sablon digital
3) Untuk mengetahui penerapan pelatihan cetak sablon digital dalam
meningkatkan produktivitas siswa tunarungu di SLB BC YATIRA
Cimahi.
D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai penerapan
pelatihan cetak sablon digital dalam meningkatkan produktivitas siswa
tunarungu.
b. Secara Praktis
1) Bagi penulis, sebagai pengalaman dan bahan kajian dalam menyatukan
pengetahuan teoritis berdasarkan hasil yang di peroleh dilapangan serta
menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman mengenai
penerapan pelatihan cetak sablon digital dalam meningkatkan
produktivitas siswa tunarungu.
2) Bagi siswa, memberikan pembelajaran untuk meningkatkan
produktivitas melalui pelatihan keterampilan cetak sablon digital dan
memotivasi siswa tunarungu agar mampu membuka lapangan
pekerjaan, untuk menunjang kehidupan mandiri.
3) Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
untuk membuat dan melaksanakan suatu program pelatihan dan
pembelajaran keterampilan vokasional bagi siswa tunarungu agar lebih
produktif.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Suatu skripsi atau karya tulis ilmiah perlu memiliki suatu sistematika
penulisan yang tepat dan benar, sehingga pembaca bisa memahami isi dari
dan penyusunan skripsi ini, berikut akan dijelaskan bagian-bagian yang
menjadi pokok bahasan :
Bab I membahas tentang latar belakang penelitian yang akan dilakukan. Latar belakang dari penelitian ini adalah produktivitas siswa tunarungu kelas
XII SMALB yang perlu ditingkatkan karena mereka dituntut untuk siap
memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Produktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui
pelatihan keterampilan. Salah satu keterampilan yang cocok diajarkan pada
siswa tunarungu adalah keterampilan mencetak sablon digital karena
keterampilan ini berbasis visual yang sesuai dengan karakteristik siswa
tunarungu. Dalam bab I ini akan dijelaskan tentang rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi.
Bab II membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang membahas tentang judul dan permasalahan pada penelitian ini.
Landasan teoritis yang akan dibahas adalah mengenai pelatihan, keterampilan
cetak sablon digital, peningkatan produktivitas anak tunarungu. Pada bab II
ini membahas pula mengenai penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka
berpikir serta hipotesis penelitian.
Bab III membahas tentang metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Preexperimental
Design. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah One-grup
pre-test-post-test design yaitu satu kelompok eksperimen yang diukur variabel
dependennya (pre-test), kemudian diberikan stimulus, dan diukur kembali
variabel dependennya (post-test), tanpa ada kelompok pembanding. Untuk
memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data
yaitu tes perbuatan. Pada bab ini juga akaan dibahas mengenai variabel
penelitian, instrument penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik
pengumpulan dan pengolahan data penelitian.
Bab IV membahas hal-hal yang penting dalam penelitian yaitu temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai
kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
8
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengolahan data, pengujian hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian
yang terkait dengan penerapan pelatihan cetak sablon digital dalam
meningkatkan produktivitas siswa tunarungu kelas XII SMALB.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Variabel Penelitian
Jika melihat judul penelitian “Penerapan Pelatihan Cetak Sablon Digital Dalam Meningkatkan Produktivitas Siswa Tunarungu Kelas XII SMALB Di
SLB BC Yatira Cimahi“, maka tedapat dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014, hlm.
39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan cetak sablon
digital. Menurut Nanang Budianas (2005) “pelatihan adalah bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori”. Sablon digital adalah proses penyablonan yang
menggunakan teknologi mesin transfer panas untuk mencetak gambar atau
tulisan pada sebuah media (Gunawan, 2013, hlm. 57). Media yang bisa
digunakan adalah kaos.
Dapat disimpulkan bahwa “pelatihan cetak sablon digital adalah
proses belajar yang lebih mengutamakan praktek untuk meningkatkan
kemampuan atau keahlian dalam proses penyablonan yang menggunakan
mesin transfer panas untuk mencetak gambar dalam waktu yang relatif
singkat”.
Adapun proses dalam program mencetak sablon digital pada kaos
yang dapat diaplikasikan adalah mengoperasikan komputer yang
didalamnya terdapat aplikasi Corel Draw. Aplikasi Corel Draw digunakan
untuk memilih dan memasukkan gambar atau membuat desain gambar.
Selain itu aplikasi Corel Draw digunakan untuk mengubah ukuran gambar
sesuai keinginan dan mensetting gambar menjadi terbalik (mirror) dengan
menggunakan tools yang terdapat didalamnya. Setelah gambar disetting
18
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunting pada setiap sisinya dengan jarak 2 mm, kemudian gambar tersebut
ditempelkan di atas kaos dan digosokan menggunakan setrika dengan suhu
maksimum secara merata selama ± 5-10 menit. Setelah itu kertas
tranferpaper dapat dilepas secara perlahan dan gambarpun berpindah ke atas
kaos.
2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014, hlm.
39).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan produktivitas.
Kata produktivitas berasal dari bahasa Inggris yakni
productivity.kata itu merupakan gabungan dari dua kata yaitu product dan
activity. Secara sederhana, kata itu diartikan sebagai kegiatan untuk
menghasilkan sesuatu, baik berupa barang maupun jasa, yang lebih tinggi
atau lebih banyak.
Produktivitas mengandung makna keinginan dan upaya manusia
untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan di segala bidang. National
Productivity Board (NPB) merumuskan produktivitas sebagai sikap
mental (Attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan
peningkatan perbaikan. Perbaikan tersebut diharapkan menghasilkan
barang atau jasa yang bermutu tinggi dan standar kehidupan yang lebih
layak.
Hasibuan (2001), mengatakan bahwa pendidikan, pelatihan dan
motivasi kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja . Pelatihan
dimaksudkan dapat mendorong produktivitas melalui peningkatan
keterampilan. Hal ini bertujuan agar setelah pelatihan seseorang memiliki
kemampuan/keahlian baru dan mampu mengemban tugas dan pekerjaan
sebaik mungkin sehingga pada akhirnya dapat mendorong kemajuan
setiap usaha guna menunjang kehidupan yang lebih layak
Dalam penelitian ini produktivitas siswa dapat terlihat dari
kemampuan yang akan dikembangkan melalui pelatihan keterampilan
a. Desain produk (desain gambar yang akan di produksi sebagai barang)
b. Bahan produksi (digunakan seefisien mungkin)
c. Produksi (kuantitas dan kualitas produk)
d. Produk (pembuatan dan pengembangan produk).
B.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2014, hlm. 72) berpendapat bahwa :
“Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
terkendalikan”. Penelitian ini menggunakan desain Pre-Experiment dengan
bentuk One Group Pretest – Posttest Design yaitu eksperimen yang dilakukan
pada satu kelompok saja tanpa ada pembanding, dengan cara memberikan tes
awal dan tes akhir terhadap sampel penelitian. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perbedaan signifikan antara hasil test awal dan test akhir pada
kelompok eksperimen. Dari hasil test awal dan tes akhir tersebut dapat
terlihat berpengaruh atau tidaknya perlakuan (treatment) yang telah
diberikan. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:(Sugiyono, 2014, hlm. 75)
Keterangan :
O1 = nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2 = nilai posttest (setelah diberi diklat)
X = diklat atau perlakuan
Adapun eksperimen ini dilakukan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2 – O1 diasumsikan merupakan
pengaruh dari eksperimen yang diberikan.
20
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 80) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SLB-BC Yatira Cimahi.
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah
menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dimana
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sugiono (2014, hlm.85)
mengemukakan hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang . Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMALB
Yatira Kota Cimahi.
Berdasarkan pada teknik sampling jenuh, maka sampel dalam
penelitian ini adalah peserta didik berjumlah 6 orang kelas XII SMALB di
SLB BC Yatira Cimahi.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian No Kode Sampel Jenis
Kelamin Usia
1 J Laki-laki 19 tahun
2 MF Laki-laki 22 tahun
3 AS Laki-laki 21 tahun
4 AH Laki-laki 19 tahun
5 MT Laki-lak 18 tahun
6 RR Laki-laki 20 tahun
D.Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati yang bertujuan untuk
sehingga lebih mudah untuk diolah. Instrumen yang digunakn dalam penelitian
ini adalah test yang dapat mengukur produktivitas siswa kelas XII SMALB
dalam ruang lingkup keterampilan cetak sablon digital.
Untuk membuat instrumen peneliti menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Membuat Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi soal dalam penelitian ini dibuat dan dikembangkan oleh
peneliti. Kisi-kisi itu sendiri merupakan sebuah indikator yang akan
diteskan dan ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan
variabel penelitian. Indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan produktivitas melalui keterampilan mencetak sablon digital
yaitu:
a. Mengenal alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak sablon digital
b. Menggunakan program aplikasi Corel Draw
c. Mencetak sablon pada kaos
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Produktivitas
Ruang
Lingkup Aspek Indikator Butir Instrumen
Keterampilan
1.1Menyebutkan nama-nama alat dan bahan
1.2Menyebutkan fungsi dari alat dan bahan
2.1Membuat desain gambar sendiri atau menggunakan desain gambar yang sudah ada 2.2Mengubah ukuran gambar 2.3Mensetting mirror gambar
yang dipilih Produksi
& Produk
3. Mencetak sablon pada kaos
3.1Mencetak gambar pada transferpaper dengan menggunakan printer
22
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gambar yang sudah tercetak di transferpaper
3.3Menempelkan gambar pada kaos
3.4Menekan dan menggosok-gosok setrika pada gambar secara merata dengan suhu maksimum
3.5Melepas kertas transferpaper secara perlahan
2. Pembuatan Butir Soal
Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi
instrumen penelitian. Jumlah soal secara keseluruhan berjumlah 10 butir
soal, terbagi ke dalam empat indikator, yaitu 1) 2 soal untuk mengetahui
kemampuat mengenai alat dan bahan untuk mencetak sablon digital; 2) 3
soal untuk mengetahui kemampuan menggunakan aplikasi Corel Draw; 4)
5 soal untuk mengetahui kemampuan mencetak sablon pada kaos.
3. Menentukan Kriteria Penilaian Instrumen
Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil
belajar, sehingga dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang
dicapai atau diperoleh oleh sampel penelitian. Kriteria penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran yang
berbentuk Rating Scale dimana data mentah diperoleh berupa angka dan
setiap angkanya dapat ditafsirkan pada setiap instrumen. Adapun kriteria
penilaiannya adalah sebagai berikut :
Table 3.3
Kriteria Penilaian Instrumen Penelitian
24
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Menekan dan
Pada suatu penelitian perlu dilakukan uji coba instrumen untuk
mengetahui tingkat validitas dari instrumen yang akan digunakan pada
penelitian ini. suatu instrumen yang valid dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur kepada sampel penelitian. Uji
validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
validitas isi berupa Judgement-Expert dengan teknik kecocokan para ahli.
Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh satu orang dosen
pendidikan khusus FIP UPI spesialisasi tunarungu dan dua orang guru di
SLB-BC Yatira Cimahi. Format yang digunakan untuk melakukan uji
26
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cocok diberi nilai 1 dan jika tidak cocok diberi nilai 0, kemudian dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P = Skor / presentase
N = Jumlah Penilai
F = Jumlah cocok
(perhitungan validitas instrument terlampir)
Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator
mencapai lebih besar dari 50% (Susetyo, 2014, hlm. 57).
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas, maka diperoleh
kesimpulan bahwa semua butir soal dinyatakan valid atau dapat dipakai
dikarenakan persentase validitas dari setiap butir soal lebih dari 50%.
Sehingga instrumen penelitian tentang produktivitas siswa tunarungu dapat
digunakan.
5. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu
alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang
kemampuan seseorang. Menurut Arikunto (2006, hlm. 178) “jika
instrumen yang dibuat dapat dipercaya atau reliabel, maka akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya pula”. Instrumen diujicobakan
pada subyek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek
penelitian, yaitu siswa tunarungu kelas XII SMALB.
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan reliabilitas
konsistensi internal. Susetyo (2014, hlm. 67) mengemukakan bahwa
reliabilitas konsistensi internal didasarkan pada sekor yang diperoleh dari
satu perangkat alat ukur dengan satu kali pengukuran pada tes . Pengujian
reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan cara internal consistency,
karena mencobakan instrument sekali saja. Pengujian reliabilitas ini
menggunakan teknik Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut: P = F
(Purwanto, 2011, hlm. 175)
Keterangan:
n = jumlah butir
� = varians butir ² = varians total
Sebelum menggunakan rumus di atas untuk mencari nilai reliabilitas,
maka harus menghitung Varians total ² dan varians item � terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus:
²
=
∑��2− ∑�� ²��
�²
=
∑��2− ∑�� ²�
� dihitung tiap butir kemudian dijumlahkan
�
²
=
²+
²+
²+
²+
²+…
N = jumlah responden
Perhitungan hasil coba instrumen adalah sebagai berikut:
diketahui: N = 4
(tabel penolong untuk uji reliabilitas instrumen dengan Alfa Cronbach
terlampir)
1) Menghitung varians total
²
=
∑��2− ∑�� ²��
²
=
− 99 ²4²
=
− ,² = 2,1875
28
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Menghitung varians item
� = ²
+
²+
²+
²+
²+
²+
²+
²+
²+
²� = 0,25 + 0 + 0,19 + 0 + 0 + 0,19 + 0 + 0+ 0,25 + 0,19
� = 1,07
3) Menghitung reliabilitas instrumen
�= �−�
–
{1-
∑ �² �²}
�=
–
{1-
,,}
�= 1,3– 0,51
�= 0,79
Setelah dihitung dan mendapatkan nilai reliabilitas maka dapat
diinterpretasikan dengan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut :
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Cukup
0,60 – 0,79 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian (hasil uji
reliabilitas terlampir), maka diperoleh harga � = 0,79. Nilai tersebut
tergolong pada koefisien reliabilitas tinggi, sehingga instrumen penelitian
mengenai produktivitas dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tes. Menururt Arikunto (2006, hlm. 150) “tes
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemamapuan/bakat yang dimiliki kelompok atau individu”.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kinerja yang
diberikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Soal-soal dibuat oleh
peneliti sendiri sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat dan dikembangkan oleh
peneliti. Tes kinerja tersebut merupakan pengukuran pemahaman dan
kemampuan siswa dalam mencetak sablon digital. Tes yang diberikan
sebelum dan setelah perlakuan merupakan soal yang sama untuk
membandingkan hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan apakah
ada perubahan atau tidak pada sampel penelitian.
F. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai
prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Informasi yang diperoleh
dapat dijadiakan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sebelum penelitian
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan dan mengetahui
gambaran secara jelas tentang subyek penelitian yang ada di lapangan.
b. Mengurus surat perizinan
1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PKh untuk pengangkatan
dosen pembimbing;
2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan
dosen pembimbing dan surat pengantar izin penelitian untuk ke
direktorat melalui Direktorat Akademik;
3) Mengurus surat penagntar izin penelitian mealalui Direktorat
Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa (KESBANG);
4) Membuat surat izin penelitian di KESBANG berdasarkan surat
pengantar dari Direktorat Akademik;
5) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan
30
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Menyusun instrumen penelitian mengenai keterampilan vokasional.
Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir
soal, pembuatan program pelatihan cetak sablon digital.
7) Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini
meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan
meminta penilaian para ahli (Expert Judgement). Para ahli tersebut
adalah satu orang dosen dan dua orang guru SLB BC Yatira Cimahi.
Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan pada empat orang
siswa tunarungu kelas XII SMALB di SLBN A Citeureup Kota
Cimahi.
2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan meliputi
persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah data. Penelitian
dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dan dilakukan di ruang
kelas. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya
adalah sebagai berikut
a) Meminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian,
mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai jadwal penelitian
dan mendiskusikan rencana program pelatihan;
b) Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar sampel
penelitian dalam mencetak sablon digital. Pre test dilakukan kepada
siswa kelas XII SMALB di SLB BC Yatira Cimahi dengan memberikan
soal dalam bentuk tes kinerja tanpa bantuan peneliti maupun guru kelas.
Hasil pre test yang di dapat murni kemampuan yang dimiliki anak.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah skor mampu yang
diperoleh sampel.
c) Melaksanakan treatment selama empat kali pertemuan, yaitu melakukan
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mencetak sablon digital.
Setiap pertemuan dilaksanakan selama 80 menit (2 jam pelajaran).
Adapun treatment yang diberikan sebagai berikut:
2) Treatment 2, membuat desain gambar
3) Treatment 3, mencetak desain gambar
4) Treatment 4, mencetak sablon pada kaos
d) Melaksanakn post test, yaitu pengukuran kembali hasil belajar dari
program pelatihan mencetak salon digital untuk mengetahui sejauh mana
treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas siswa tunarungu. Post test dilakukan kepada siswa kelas
XII SMALB di SLB BC Yatira Cimahi dengan memberikan soal yang
sama pada saat pre test yaitu soal dalam bentuk tes kinerja.
3. Langkah-langkah pelaksanaan pelatihan cetak sablon digital
Langkah – langkah pelatihan mencetak sablon digital pada kaos:
a. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa/sampel penelitian, bahwa
akan belajar mencetak sablon digital pada kaos.
b. Peneliti mengenalkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mencetak sablon digital diharapkan siswa dapat mengetahui nama dan
fungsi dari alat dan bahan yang digunakan..
c. Peneliti mencontohkan satu persatu langkah-langkah membuat kaos
sablon digital kemudian diikuti oleh siswa dengan bimbingan peneliti.
d. Pelatihan 1 mengenai langkah-langkah membuat desain kaos
menggunakan aplikasi Corel Draw X4. Peneliti memerintakhan siswa
untuk mengoperasikan komputer kemudian membuka program aplikasi
Corel Draw. Kemudian peneliti mencontohkan cara membuat desain kaos
dengan menggunakan aplikasi Corel Draw. Siswa mencoba membuat
desain kaos dan melakukannya berulang-ulang agar terbiasa
menggunakan program aplikasi Corel Draw dan mengingat
langkah-langkah membuat desain kaos.
e. Pelatihan 2 mengenai langkah-langkah membuat desain gambar
menggunakan aplikasi Corel Draw X4. Peneliti mencontohkan cara
membuat desain gambar dengan menggunakan aplikasi Corel Draw.
Siswa mencoba membuat desain gambar dan melakukannya
32
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengubah ukuran
gambar, mensetting mirror gambar, memberikan tulisan, mengubah jenis
teks dan warna teks serta dapat memberikan effect pada gambar sesuai
dengan kreativitas siswa menggunakan berbagai jenis effect yang
terdapat dalam aplikasi Corel Draw.
f. Pelatihan 3 mengenai langkah-langkah mencetak gambar. Desain gambar
yang sudah dibuat kemudian disetting mirror. Setelah itu siswa
menyiapkan printer dan kertas transfer (transferpaper). Peneliti
mencontohkan siswa cara mencetak desain gambar kemudian siswa
mencoba mencetak desain gambar pada transferpaper dengan
menggunakan printer. Setelah gambar dicetak peneliti memerintahkan
siswa menggunting sisi gambar dengan jarak 2 mm dari ujung gambar
yang sudah tercetak di transfer paper. Dalam pelatihan ini diharapkan
siswa mampu menggunakan printer untuk mencetak gambar dan mampu
membedakan posisi transferpaper ketika digunakan untuk mencetak
gambar.
g. Pelatihan 4 mengenai proses mencetak sablon pada kaos. Peneliti
mencontohkan cara mencetak sablon pada kaos. Setelah itu siswa
mencoba mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan mulai dari
menyiapkan kaos yang akan disablon dengan permukaan kaos rata dan
tidak berkerut lalu siswa meletakkan transfer paper yang telah digunting
pada permukaan kaos. Kemudian tekan (press) dengan menggunakan
setrika dengan suhu maksimum, gosok setrika pada kertas secara merata.
Setelah itu siswa melepas transfer paper secara perlahan. Proses sablon
digital selesai.
h. Peneliti memberikan kesempatan pada siswa untuk mengulangi proses
mencetak sablon digital pada kaos dari tahap awal sampai selesai dengan
bimbingan peneliti.
i. Kegitan di atas dilakukan sampai siswa memahami langkah-langkah
mencetak sablon digital pada kaos dan dapat melakukannya secara
G.Teknik Pengolahan /Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan
statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena sampel penelitiannya tidak
terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2014,
hlm. 152) “teknik uji Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal”. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian;
2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;
3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir;
4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;
5. Menyusun ranking;
6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda ( + ) untuk selisih positif
antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif
antara tes akhir dan tes awal;
7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;
8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel (T
tabel), untuk uji Wilcoxon;
9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel dan H0
diterima apabila T hitung > T tabel.
H0 = Penerapan pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan
produktivitas
H1 = Penerapan pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dapat disimpulkan
bahwa pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan produktivitas siswa
tunarungu. Terbukti dengan adanya pengingkatan skor yang signifikan setelah
siswa diberi perlakuan berupa pelatihan cetak sablon digital. Peningkatan
produktivitas siswa dapat terlihat dari kemampuan siswa mencetak sablon
digital yang terdiri dari 4 aspek yaitu
1. Desain produk
Dalam aspek ini siswa mampu membuat desain kaos dan desain
gambar yang akan di produksi sebagai barang sesuai dengan kreativitas
masing-masing siswa. Hal ini ditunjukkan dengan semua siswa
mengalami peningkatan skor pada aspek ini. Jumlah keseluruhan
peningkatan skor pada aspek ini adalah 25 skor.
2. Bahan produksi
Dalam aspek ini siswa sudah mengenal nama dan fungsi dari alat dan
bahan yang digunakan untuk mencetak sablon digital. Selain itu,
beberapa siswa sudah mampu menggunakan alat dan bahan seefisien
mungkin dengan cara menyesuaikan ukuran gambar dengan ukuran
kertas yang akan digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan semua siswa
mengalami peningkatan skor pada aspek ini. Jumlah keseluruhan
peningkatan skor pada aspek ini adalah 10 skor.
3. Produksi
Dalam aspek ini siswa mampu memproduksi barang dengan kualitas
yang baik. Hal ini terlihat dari proses bekerja siswa yang tenang, teliti
dan gesit serta hasil sablon siswa bagus dan rapi. Hal ini ditunjukkan
dengan semua siswa mengalami peningkatan skor pada aspek ini. Jumlah
48
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Produk
Setelah mengikti pelatihan dan menerapkan langkah-langkah
mencetak sablon digital dengan baik, siswa sudah mampu menghasilkan
suatu produk yang memiliki nilai jual yang dibuatnya sendiri.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
diperoleh Thitung = 0 ≤ Ttabel = 0, maka H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan pelatihan cetak sablon digital dapat meningkatkan
produktivitas siswa tunarungu kelas XII SMALB di SLB BC Yatira Cimahi.
Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberi
perlakuan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka
terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu
rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Pelatihan keterampilan cetak sablon digital dapat menjadi
pertimbangn sekolah dalam meningkatkan produktivitas siswa karena
keterampilan ini cocok dan sesuai bagi siswa tunarungu dan lebih
mengoptimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Peneliti
berharap pelatihan keterampilan ini dapat mejadi program keterampilan
yang diajarkan disekolah. Selain itu, diharapkan pihak sekolah dapat
menambahkan jadwal untuk melaksanakan program-program pelatihan
keterampilan lainnya di sekolah sehingga siswa mendapatkan banyak
keterampilan yang mumpuni bagi kehidupannya di masa yang akan
datang.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru dalam
menerapkan program pelatihan keterampilan bagi seluruh siswa dalam
meningkatkan produktivitas dan menggali potensi siswa yang dapat
dikembangkan dengan penerapan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan
disesuaikan dengan sarana prasarana di sekolah agar dapat
mengoptimalkan sarana prasarana yang sudah tersedia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Adapun rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu:
a. Melakukan penelitian pelatihan cetak sablon digital ini dengan jumlah
sampel yang lebih besar agar dapat digeneralisasikan
b. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti berbagai
program pelatihan keterampilan sehingga siswa dapat
mengembangkan potensinya.
c. Meneliti perkembangan siswa tunarungu pasca mengikuti berbagai
program pelatihan keterampilan.
d. Mengembangkan jenis-jenis pelatihan keterampilan lainnya yang
dapat diajarkan kepada siswa untuk meningkatkan produktivitas,
minat dan bakat mereka sehingga siswa memiliki bekal keterampilan
50
Feny Riany, 2015
PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Andalasclothing. (2014). Sablon Digital.[Online]. Tersedia :
http://andalasclothing.co.id/cara-sablon-kaos-digital-dengan-menggunakan-transfer-paper/ [15 Maret 2015]
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Fathurrohman,P dan Sutikno,S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama
Haenudin. (2013). PendidikanAnak Berkebutuhan Khusus Tunarungu. Jakarta: PT Luxima Metro Media
Hasibun, J.J. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kasmadi dan S.S, Nia. (2014). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
Mahendra, Gunawan. (2013). Panduan Bisnis Cetak Sablon Manual & Digital. _____ Smart Pustaka
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Pitoyo, A.J .dkk. (2013). Menjadi Produktif Di Usia Produktif. Jakarta: Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pribadi, B.A. (2014). Desan dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group
Ranzie, Heny. (2012). Keterampilan SDM .[Online]. Tersedia : http://id.scribd.com/doc/82933219/Keterampilan-SDM#scribd. [15Maret 2015]
Siagian, S.P. (2009).Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja.Jakarta: Rineka Cipta
Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik Tunarungu. Jakarta:Dirjen Dikti
Susetyo, B. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Jurusan Pendidikan Khusus
Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditaam