• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah Sosial sudah ada sejak masyarakat ada di muka bumi ini, baik Masalah Sosial yang berdampak langsung terhadap individu, pribadi maupun kepada masyarakat secara luas. Masalah Sosial tidak saja terjadi di perkotaan, tetapi juga di pedesaan, tidak hanya terjadi pada yang berpendidikan rendah, tetapi juga terjadi pada orang, berpendidikan menengah dan tinggi, tidak hanya terjadi pada anak muda dan remaja, tapi juga terjadi pada orang dewasa yang berkeluarga.1

Maraknya perkembangan Masalah Sosial tidak terlepas dari kurangnya kontrol sosial di tengah tengah masyarakat dan upaya penegakkan hukum yang tidak maksimal. Karena permasalahan sosial ditengah tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Perbuatan perbuatan yang melanggar suatu peraturan peraturan yang merupakan sudah menjadi masalah sosial, seperti judi, minum- minuman beralkohol, naroba, sabung ayam, zina, dan masih banyak lagi, Masalah Sosial tersebut banyak terjdi di kalangan remaja bahkan sudah menular ke anak anak sekolah pun sudah mengenal perbuatan ini. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat di tetapkan oleh

1 Rusdiana, Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial Lokalisasi Bandung Raya dengan Masyaraat kelurahan Mugirejo Kota Samarinda, http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/?p=629

1

(2)

lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.

Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masalalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuat nya merasa rendah diri. Kenakalan remaja dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang.2

Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan normasosial yang berlaku. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, memang sengaja dilakukan,bukan karena sipelaku tidak mengetahui aturan, mungkin karena ingin diperhatikan, cari sensasi atau latar belakang masalah lainnya.

2 https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/171602269/masalah-sosial-definisi-dan- faktor-penyebabnya di akses tanggal 23 Mei 2022

(3)

Ketidaksesuaian antara perilaku seseorang dengan norma-norma yang ada dan dijunjung tinggi oleh masyarakat sering disebut dengan istilah Masalah Sosial (patologi sosial). Menurut B. Simandjuntak dalam bukunya yang berjudul

“Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial“ menulis patologi social adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok atau sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota dan akibatnya pengikatan sosial patah sama sekali.3 Patologi sosial mengalami berbagai fase/tahap perkembangan.

Pada fase perkembangan patologi sosial sebagai ilmu mempunyai obyek masalah sosial (pengangguran, kemiskinan dan sebagainya) fase masalah sosial.

Kemudian fase kedua mempunyai obyek disirganisasi social fase disorganisasi.

Sedangkan pada fase ketiga patologi sosial berkembang memiliki sistem yang bulat dan dalam fase ini (fase sistematik) lahir berbagai teori diataranya; teori partisipasi sosial, teori interaksi, teori sochiopatic behavior. Masing-masing teori menyusun sistemnya dengan titik tolak konsep partisipasi sosial, interaksi sosial, tingkah laku sosiopatik.4

Menurut widjaja, mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, di pandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.5

3 B. Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial (Bandung: Tatsito, 1980) hlm.263

4 Ibid, hlm. 268

5Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,( Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005), cet. Ke 1, , hal, 25

(4)

Dalam Peraturan Pemerintah Kabupaten Kerinci Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pemberantasan Masalah Sosial Bab II Klasifikasi Masalah Sosial, Pasal 2 menentukan:Masalah Sosial yang merupakan objek yang diatur dalamPeraturan Daerah ini diklasifikasikan:6

(1) Yang dilakukan oleh pelaku sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung seperti:

a) Wanita tuna susila/gigolo/homo sex/lesbian/sodomo dan lakilaki hidung belang;

b) Meminum atau menjual minuman beralkohol dan/atau minuman tradisional beralkohol;

c) Membuka warung maka dan minuman pada siang hari secara terang-terangan maupun terselurung pada bulan suci Ramadhan;

d) Menyabung ayam da yang lainnya dengan memakai taruhan;

e) Membungakan uang dengan memakai jaminan atau tidak, ataupun angsuran secara tidak resmi sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f) Berperan dan/atau menggunakan backing baik secara perorangan maupun secara berkelompok terhadap perbuatan yang melanggar hukum;

g) Memasang atau menempelkan gambar-gambar yang tidak senonoh dimuka umum yang melanggar tata krama kesopnan baik adat istiadat maupun norma-norma agama.

h) Wanita atau laki-laki yang mempertontonkan aurat di depan umum;

i) Toto gelap (Togel); dan

j) Mabuk-mabukan di muka umum.

(2) Penyalahgunaan tempat usaha untuk melakukan maksiat seperti:

a) Hotel, losmen, mess, penginapan atau sejenisnya;

b) Restoran, rumah makan, kafe serta kedai minuman dan tempat lainnya yang ada hubungannya dengan perbuatan maksiat.

c) Menjual minuman beralkohol dan/atau minuman tradisional beralkohol.

d) Rumah bilyard, diskotik, salon kecantikan, panti pijat serta tempat hiburan lainnya, dan/atau

e) Objek-objek wisata, taman-taman rekreasi dan sejenisnya.

(3)Rumah pribadi yang digunakan sebagai tempat maksiat (4) Seseorang atau kelompok orang yang menjadi perantara ataupun

6 Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Kerinci Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pemberantasan Masalah Sosial Pasal 2.

(5)

backing yang memberi peluang terjadinya hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).

Oleh karena itu, dalam menjalankan program seorang kepala desa harus bijak, karena suatu hal yang dilakuakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam kenyataan dan tidak bertentang dengan syariat islam, norma agama, norma susila, norma kesopanan7. Dalam masayrakat terdapat berbagai kepentingan dimana kepentingan bersama mengharus kan adanya ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk dapat memenuhi rasa aman, nyaman, dan tentram di perlukan suatu tata yang berwujud suatu aturan yang menjadi pedoman bagi seluruu tingkahlaku manusia dalam pergaulan hidup lazim.

Kasus Masalah Sosial di desa Kota tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci dari tahun 2020 sampai tahun 2021 dapat dilihat dari table berikut:

Tabel.1

Jumlah Jenis Masalah Sosial yang Terjadi di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau

NO Jenis Masalah Sosial Jumlah

1 Miras 29

2 Judi 27

3 Sabung Ayam 30

4 Zina 3

Sumber Data: Kantor Kepala Desa Koto Tuo Pulau Tengah

Terdapat penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ranny Innnayatul Khasanah dengan judul “Upaya Penanggulangan Masalah Sosial Di Wilayah Polres Bantul Periode Tahun 2013- 2015”. Dapat disimpulkan pengaruh Masalah Sosial yang terjadi di Kabupaten

7Abu Ridha, Karakteristik Politik Islam, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2004), hal. 26

(6)

Bantul tumbuh dan berkembang seiring berjalannyan waktu, setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan dengan faktor dimana upaya yang dilakukan Pemerintah Kab.Bantul ini memang biasa dikatakan belum maksimal. Upaya yang dilakukan yaitu dengan upaya preventif dan represif: Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama anak-anak remaja dan orang tua tentang Masalah Sosial yaitu perjudian, miras, dan pelacuran. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Melakukan operasi pekat dimana dalam melakukan operasi itu di bantu oleh anggota masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan instansi yang terkait dengan masalah pekat itu sendiri. Memberi hukuman atau menjatukan pidana terhadap pelanggaran pekat itu sendiri sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Dalam upaya penanggulangan masalah sosial ini kepolisian juga mengalami beberapa kendala atau hambatan. Hambatan tersebut adalah, kurangnya komitmen aparat hukum itu sendiri, terlalu ringannya sanksi yang di berikan sehingga tidak membuat efek jera kepada si pelaku, sering terjadi kebocoran informasi operasi yang dilakukan oleh oknum kepolisian itu sendiri.8

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Aulia Kartika,Akmal yang berjudul

“Upaya Pemerintah Kota Padang Dalam Memberantas Penyakit Masyarakat”

hasil dari penelitian ini dapat di simpulkan, faktor utama yang menyebabkan terjadinya Masalah Sosial adalah pendidikan, ekonomi dan lingkungan, berdasarakan hasil dari peneliti salah satu yang perlu di perhatikan adalah pendidikan, karena kurangnya pendidikan masyarakat dapat melakukan

8 Ranny Innnayatul Khasanah, Skripsi: “Upaya Penanggulangan Masalah Sosial (Pekat) Di Wilayah Polres Bantul Periode Tahun 2013-2015” (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017)

(7)

pelanggaran, karena kebutuhan ekonomi yang mendesak masyarakat rela melakaukan apa saja demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena kemiskinan dapat membuat seseorang nekat melakukan sesuatu yang dilarang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudaian faktor lingkungan yang menjadi pendukung perilaku menyimpang ini, sebab lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh bagi perkembangan perilaku.

Upaya yang dilakukan Pemda kota Padang, yaitu dengan memberi sanksi berupa surat teguran kepada pelaku dan ada juga yang dikirim ke dinas social guna di berikan pembinaan lebih lanjut, tak hanya itu Satpol PP juga mengawasi peredaran minuman beralkohol dengan malakukan razia diberbagai tempat terutama yang tidak memiliki izin, serta melakukan sosialisasi kepada msyarakat tentang minuman beralkohol. Kemudian kendala yang dihadapi adalah kurangnya sarana dan prasarana Satpol PP dalam melakukan patroli kurang maksimal, selanjutnya masih kurangnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah.

Kemudian terjadinya kebocoran akan adanya razia yang akan terjadi yang dilakukan beberapa oknum demi menjaga koneksinya.9

Dua penelitian sebelumnya sama sama mengkaji tentang penanggulangan Masalah Sosial. Dan yang membedakan dengan penulis adalah fokus penelitian karena penulis berfokus kepada bagaimana peran pemerintah desa dan apa saja kendala yang di hadapi pemerintah desa dalam penanggulangan Masalah Sosial.

Berdasarkan latar belakang permasalah di atas maka penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal

9 Aulia Kartika, Akmal, “Upaya Pemerintah Kota Padang Dalam Memberantas Masalah Sosial” Journal Of Civic Education Volume 3, Nomor 1, Maret 2020

(8)

tersebut. Maka penelitian ini berjudul “Peran Pemerintah Desa Dalam Membina Masyarakat Terhadap Masalah Sosial Di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci”.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam penulisan skripsi ini dan berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dilakukan perumusan masalah penelitian, antara lain:

1. Bagaimanakah peran pemerintah desa dalam membina masyarakat terhadap masalah sosial di desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau kabupaten Kerinci?

2. Kendala dalam pelaksanaan pembinaan masalah sosial di desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang di capai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pemerintah desa dalam membina masyarakat terhadap masalah sosial di desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau kabupaten Kerinci?

2. Untuk mengetahui Kendala dalam pelaksanaan pembinaan masalah sosial di desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapankan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah desa dalam pembinaan masalah sosial di desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran yang dapat para pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk dapat lebih jelas mengetahui tentang pembinaan masalah sosial.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Teori Peran

Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan.10Peran disefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial dalam organisasi.

Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat. Dalam bahasa inggris peran disebut “role” yang definisinya adalah “person’s task or duty in undertaking”.

Artinya “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”.

Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan olehseorang dalam suatu peristiwa.11

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014)

11 Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm, 86.

(10)

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang diembannya, terdapat factorpendukung dan penghambat.

Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkahlaku individu yang memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran menunjuk kepada pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuatdalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannyasesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

Landasan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan teori peranan. Menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis

(11)

kedudukan (status), apabila seseorang melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.12

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide tersebut merupakan hakekat dari penegak hukum. Apabila berbicara mengenai perwujudan ide-ide abstrak menjadi kenyataan, maka sebetulnya sudah memasuki bidangmanajamen

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu lembaga/

organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang diembannya, terdapat faktor pendukung dan penghambat.

Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkahlaku individu yang memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran menunjukan kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau

12 Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm, 86.

(12)

sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

Jenis-jenis Peran peran atau role menurut Bruce J. Cohen, juga memiliki beberapa jenis, yaitu:13

a. Peranan nyata (Anacted Role) yaitu suatu cara yang betul-betul dijalankan seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan suatu peran.

b. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) yaitu cara yang diharapkan masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.

c. Konflik peranan (Role Conflick) yaitu suatu kondisi yang dialami seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan peranan yang saling bertentangan satu sama lain.

d. Kesenjangan peranan (Role Distance) yaitu pelaksanaan peranan secara emosional.

e. Kegagalan peran (Role Failure) yaitu kegagalan seseorangan dalam mejalankan peranan tertentu.

f. Model peranan (Role Model) yaitu seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru, diikuti.

g. Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) yaitu hubungan seseorang dengan individu lainnya dalam menjalankan perannya.

Dari berbagai jenis-jenis peran di atas, penulis menggunakan jenis peran nyata (Anacted Role) yaitu satu cara yang betul-betul dijalankan seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan peran.

13 S Fahrizal, http://repository.radenintan.ac.id/2535/5/BAB%2011%20TESIS.pdf, diakses pada tanggal 17 Mei 2022 Pukul 23.13 WIB.

(13)

Dalam peran ada 3 hal yang mencakup di dalamnya:

1. Meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Ciri-ciri peran yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian dalam aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur masyarakat.

Merton dalam Raho, perana didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat yang diharapkan masyarakat dari yang menduduki status tertentu. Dengan demikian perangkat peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status status sosial khusus.

Secara lebih jelas dan detail, peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh Siagian yaitu pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan

(14)

pembangunan tertentu. Secara lebih rinci peran tersebut diuraikan sebagai berikut:14

1. Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain: kemampuan selektif yang tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif., melalui pendidikan, pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi berkesinambungan.

2. Inovator, dalam memainkan peran selaku inovator pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Jadi prakondisi yang harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Suatu pemerintahan yang tingkat keabsahannya rendah, misalnya karena “menang” dalam perebutan kekuasaan atau karena melalui pemilihan umum yang tidak jujur dan tidak adil, akan sulit menyodorkan inovasinya kepada masyarakat. Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius adalah, penerapan inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur dan metode kerja.

3. Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain: penguasan ilmu pengetahuan,

14 Siagian, Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Strateginya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000)

(15)

kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan nasional yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis, memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang diinginkan sehingga berorientasi pada masa depan.

4. Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara.

5. Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata, karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan sendiri oleh pemerintah.

Mengenai peranan ini, selanjutnya Suharto mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut: peran sebagai suatu kebijakan. 15Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan, peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalikan bahwa peran

15 Suharto, Edi, Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat. (Bandung : PT. Refika Aditama, 2006)

(16)

merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan dan

kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki kredibilitas, peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsible, peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini dalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess), peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran.16Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu ketentuan peranan, gambaran peranan dan harapan peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan

16 Tjokrowinoto, Moejiarto.Pembangunan Dilema dan Tantangan. (Yogyakarta : Pustaka pelajar,2007)

(17)

formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan, pemberdayaan, dan pengaturan masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan

1.5.2 Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam kerangka otonomi desa. Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut danmenuntut di pengadilan. Untuk itu Kepala desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hokum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.

Desa disebut memiliki otonomi asli salah satunya adalah karena desa memiliki aparatur pemerintahannya sendiri, dengan susunan dan tata cara pengangkatannya diatur sendiri sesuai dengan tradisi dan adat masing-masing desa. Untuk mendapatkan perangkat desa yang bisa melaksanakan tugas

(18)

administrasi desa yang lebih baik misalnya untuk menyusun rencana kegiatan desa, menyusun rencana anggaran, membuat laporan pertanggungjawaban dan bekerja secara teratur dengan jam kerja yang jelas, maka pemerintah perlu mengangkat tenaga tetap di setiap desa.

Dengan dasar pemikiran tersebut maka lahirlah kebijakan pengisianjabatan sekretaris desa di isi oleh Pegawai Negeri Sipil melalui Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Tata caraPengangkatan Sekretaris menjadi Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan pemerintah yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dan dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2010 tentang halyang sama.

Ada beberapa ahli yang memberikan definisi tentang Desa. BambangUtoyo mengartikan Desa sebagai “tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian dibidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan”. Sedangkan R.

Bintarto mengartikan Desa sebagai “perwujudan geografis yangditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan timbal balik dengan daerah lain.

Secara historis Desa merupakan dasar terbentuknya masyarakat politikdan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara ini terbentuk. Ini dapat dilihat bahwa desa yang terdiri dari susunan adat istiadat, tradisi dan hukumnyatelah ada jauh sebelum terbentuknya negara ini. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengisyaratkan bahwa adat istiadat diakui keberadaannya dalam system pemerintahan nasional yang berada diKabupaten/Kota sebagaimana dimaksudkan

(19)

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adat istiadat yang ada dalam desa diakui keberadaannya termasuk lembaga adat dan pemangku adat yang ikut menggerakkan masyarakat untuk lembaga adat dan pemangku adat yang ikut menggerakkan masyarakat untuk mensukseskan pembangunan, hal ini akanmampu memperdayakan masyarakat yang ada di desa.

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 (7) Pemerintah desa adalah penyelenggaran urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah desa atau yang disebut juga dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di kabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan

(20)

kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan desa, jembatan desa, pasar desa. Urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, dan adat-istiadat.

Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa ini disampaikan kepada Bupati/ Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana diatas disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.

Pemerintahan desa sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintaha Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan desa merupakan unit terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat serta patokan keberhasilan suatu program. Karena itu upaya memperkuat pemerintahan desa

(21)

merupakan langkah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah.

Seperti yang disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentukdan susunannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak- hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system pemerintahan negara Kesatuan Republik Indonesia.17 Prinsipnya untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakatnya, bisa dikatakan sebagai unsur pemerintah yang melayani masyarakatnya.

Pemerintah desa ialah unsur penyelenggara pemerintahan yang terdiri dari kepala desa atau yang disebut nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.18 Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa yang di bantu sekretaris desa dan perangkat desa yang terdiri atas kepala urusan, pelaksanaan, pelakanaan urusan, kemudian kepala dusun.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa mempunyai kewajiban salah satunya adalah memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.19

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, desa dirumuskan sebagai berikut: Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

17 Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat (2)

18 Ibid, Pasal 1 Ayat (3)

19 Ibid, Pasal 26 Ayat (4) huruf c

(22)

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Dari defenisi tersebut desa mengandung beberapa unsur penting yaitu:

a. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum;

b. Desa merupakan hak atau wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desanya sendiri;

c. Diakuinya hak asal-usul dan adat istiada desa masyarakat desa; dan d. Adanya di daerah kabupaten.20

Dengan diakuinya hak asal-usul dan adat istiadat setempat, maka berarti aparatur desa dan sumber-sumber pendapat asli desa menjadi bagian dari desa.

Maka dengan demikian, maka desa telah memenuhi persyaratan pokok suatu unit pemerintahan yang otonom, karena memiliki:

a. Aparatur sendiri, dimana kepala desa dan perangkat desa yang lain dipilih/diangkat dari kalangan warga desa oleh warga desa sendiri, dan mereka bukan menjadi bagian dari unit pemerintahan kecamatan atau kabupaten.

b. Desa secara turun temurun mempunyai urusan-urusan rumah tangga dalam kehidupan warganya sendiri dan undang-undang memberikan wewenang untuk mengelolanya berdasarkan adat istiadat yang berlaku.

c. Desa memiliki sumber pendapat sendiri yang berasal dari aset atau harta milik desa (berupa lahan yang bisa berupa tanah pertanian, tambak, hutan, danau dan lain-lain dan bangunan atau harta bergerak lainnya), maupun yang berasal dari warga desa sesuai dengan adat dan tradisi setempat

20 Mashuri Maschab, Op.Cit, hal.141

(23)

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

a. Pemerintah Desa mempunyai Tugas 1. Membina kehidupan masyarakat 2. Membina perekonomian Desa

3. Mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa

4. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan menetapkannya sebagai Peraturan Desa bersama BPD

b. Pemerintah Desa mempunyai fungsi 1. Pelaksana Pembina masyarakat

2. Pelaksana Pembina perekonomian Desa

3. Pemeliharaan ketentramam dan ketertiban masyarakat Desa

4. Pelaksana musyawarah penyelesaikan perselisihan masyarakat masyarakat Desa

5. Penyusunan dan mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan menetapkannya sebagai Peraturan Desa bersama BPD

c. Kepala Desa berkedudukan sebagai

1. Pimpinan organisasi pemerintah desa bertanggungjawab dalam penyelengaraan urasan pemerintahan desa.

2. Pimpinan masyarakat dengan memperhatikan nilai-nilai budaya setempat serta mejalin kerjasama dengan pimpinan masyarakat lain.

3. Pendamai perselisihan di desa sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

(24)

d. Kepala Desa mempunyai Tugas dan Kewajiban 1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa 2. Membina kehidupan masyarakat Desa

3. Membina Perekonomian Desa

4. Memelihara Ketentramam dan Ketertiban masyarakat Desa 5. Mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa

6. Mewakili Desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya

7. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan bersama BPD menetapkannya sebagai peraturan Desa

8. Mengajukan kelestarian adat-istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang bersangkutan

e. Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur staf pembantu Kepala Desa dan memimpin Sekretaris Desa. Dengan uraian tugas sebagai berikut;

1. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa

2. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur/kegiatan Sekretaris Desa

3. Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretaris Desa dan keadaan Desa

4. Merumuskan program kegiatan Kepala Desa

5. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan

6. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil- hasil

(25)

rapat

7. Menyusun rencana penerapan dan belanja Desa

8. Mengadakan inventarisasi (mencatat, mengawasi, memeliharan) kekayaan Desa

9. Melaksanakan Administrasi Kepegawaian Aparat Desa

10. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan kepada Kepala Desa 11. Mengadakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pecabutan

administrasi pertanahan

12. Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan

f. Kepala Urusan pemerintah dalam membantu Sekretaris Desa mempunyai tugas;

1. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk di Desa

2. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap mesyarakat dalam hal pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

3. Melaksanakan administrasi pertanahan

4. Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi Desa

5. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan termasuk kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil (HANSIP)

6. Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi peraturan desa dan keputusan Desa

7. Melakukan tugas lain yang dilakukan oleh sekretaris desa

(26)

g. Kepala urusan pembangunan dalam membantu sekretaris desa mempunyai tugas:

1. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan di Desa

2. Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan Desa

3. Menghimpun data potensi Desa menganalisa dan memelihara untuk dikembangkan

4. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan hasil guna pembuatan daftar usulan rencana proyek/daftr usulan kegiatan serta mencatat daftar isian proyek/daftar isian kegiatan

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris Desa

h. Kepala urusan umum dan membantu Sekretaris Desa mempunyai tugas:

1. Melakukan, menerima dan mengendalikan surat-surat masuk dan surat- surat keluar serta melaksanakan tata kearsipan.

2. Melaksanakan pengetikan surat-surat hasil persidangan dan rapat atau naskah lainnya.

3. Melaksanakan penyedian, penyimpaan, pendistribusian alat-alat tulis kantor serta memelihara dan perbaikan peralatan kantor

4. Menyusun jadwal atau mengikuti perkembangan pelaksanaan piket 5. Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan

bangunan lain milik desa.

6. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian aparat desa

(27)

7. Melaksanakan pengelolaan administrasi desa 8. Mencatat investasi kekayaan desa

9. Melaksanakan persiapan penyelenggaraan aparat, penerimaan tamu dinas dan kegiatan rumah tangga pada umumnya

10. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh sekretaris Desa.

i. Kepala Urusan Keuangan dam membantu Sekretaris Desa mempunyai tugas:

1. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan Kepala Desa dan perangkat desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Mengumpulkan dan menganalisa data sumber penghasilan desa baru untuk dikembangkan

3. Melakukan kegiatan administrasi pajak yang dikelola oleh Desa 4. Melakukan kegiatan administrasi kegiatan keuangan Desa

5. Merencanakan penyusunan Anggaran pendapatan dan Belanja Desa untuk dikonsultasikan dengan BPD

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa

j. Kepala Dusun mempunyai tugas menjalankan tugas kepala desa diwilayah kerjanya. Dengan fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta ketentraman dan ketertiban diwilayah kerjanya.

2. Melaksanakan keputusan Desa diwilayah kerjanya 3. Melaksanakan kebijakan kepala Desa.

(28)

1.5.3 Strategi Pemerintahan Desa

Dimensi Pelaksanaan Strategi berfokus kepada sasaran manfaat serta penerapan strategi yang dilaksanakan. Adapun strategi yang di terapkan oleh Pemerintahan desa dalam pembinaan masalah sosial sebagai berikut:

a. Patroli

Salah satu hal yang utama dilakukan oleh Pemerintahan desa dalam pembinaan masalah sosial yang masih terdapat di Desa Koto Tuo Pulau Tengah yaitu dengan melakukan kegiatan patroli. Apabila dalam patroli tersebut ditemukan gejala serius yang dapat menimbulkan adanya potensi Masalah Sosial maka akan dilakukan giat penertiban.

b. Tindakan Preventif

Tindakan preventif dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya benih Masalah Sosial di Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Tindakan preventif yang dilakukan oleh Pemerintahan desa yaitu dengan melakukan patroli atau monitoring di wilayah Desa Koto Tuo Pulau Tengah.

c. Tindakan Represif

Tindakan represif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tindakan yang bersifat menekan, mengekang, menahan atau menindas yang bersifat menyembuhkan. Tindakan represif dilakukan oleh Pemerintahan desa bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap oknum yang bersangkutan.

(29)

d. Monitoring

Monitoring Setelah dilakukan kegiatan penyitaan serta pemanggilan oknum yang bersangkutan untuk dimintai keterangan maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh Pemerintahan Desa yaitu memonitoring hasil dari pemanggilan oknum yang bersangkutan. Kegiatan monitoring dilakukan di tempat-tempat yang menjadi lokasi yang dapat memicu timbulnya penyakit masyarakat. Dari empat wilayah yang telah di data dilakukan monitoring oleh Pemerintahan Desa.

1.5.4 Masalah Sosial

Masalah sosial ialah suatu ketidak sesuaian antara unsur unsur kebudayaan atau masyarakat, yang dapat mebahayakan kehidupan bermasyarakat. Atau menghambat terpenuhinya keinginan pokok masyarakat tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.21

Masalah sosial dibedakan menjadi tiga macam yaitu.

a. Konflik dan kesenjangan, yaitu kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual, dan masalah sosial.

b. Perilaku menyimpang, yaitu kecaduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan.

c. Perkembangan seseorang, yaitu masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi), dan Kesehatan seksual.22

Masalah sosial merupakan Masalah Sosial yang dapat diartikan sebagai semua tingkah laku yang melanggar norma norma dalam masyarakat yang dia

21 Gillin dan Gillin Dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu pengantar, (Jakarta:

Rajawali Pers,2017), hlm.314

22 Paisol Burlian, “Patalogi Sosial” (Jakarta: Bumi Aksara, 2016) hlm. 17

(30)

anggap mengganggu, merugikan, serta tidak dihendaki oleh warga. Secara singkat dapat kita simpulkan bahwa masalah sosial merupakan.

1) Semua hal tingkah laku yang melanggar adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup Bersama).

2) Situasi yang dianggap dapat menggaggu, berbahaya, yang tidak dikehendaki, dan merugikan masyarakat banyak.23

Jika dicermati dari kesimpulan di atas, adat istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrolan dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Dengan demikian, tingkah laku yang dianggap tidak cocok, melanggar norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku yang umumnya dianggap sebagai masalah sosial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan Masalah Sosial yaitu sebagai berikut.

a. Faktor Keluarga

Yaitu bagaimana sosok orang tua yang mengatur dan mendidik seorang anak, perhatian orang tua terhadap anak, interaksi orang tua dengan anaknya, keadaan ekonomi keluarga, serta perthatian dan kepedulian orang tua terhadap anaknya. Karena orang tua disini sangat penting berperan dalam mendidik anak untuk menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga tidak terjerumus ke dalam Masalah Sosial.

23 Ibid, hlm. 17

(31)

b. Faktor lingkungan

Seseorang yang berada di lingkungan yang tidak baik, seperti lingkungan pemabuk, pemain judi dan lain sebagainya, cepat atau lambat akan bisa terjerumus ke dalam kumpulan orang orang yang tidak baik.

c. Faktor Pendidikan

Pendidikan sangatlah penting sebagai modal awal yang sangat di perlukan seseorang untuk menjalankan hidup dengan baik, baik itu Pendidikan formal maupun nonformal. Dengan Pendidikan, seseorang bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian bisa mengetahui mana yang harus lakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan sehingga tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan Masalah Sosial.

Kenakalan remaja, seperti perkelahian, pencurian, minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya biasanya dilakukan oleh anak yang kurang atau tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, kemudian terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dan kurangnya didikan yang mereka miliki. Anak anak yang tidak sekolah atau hanya lulus SD atau SMP, tidak bekerja dan di tinggal oleh orang tua juga rentan terjerumus ke dalam Masalah Sosial.24

24 Ibid, hlm. 18

(32)

1.6 Kerangka Pikir

Dalam penelitian yang saya lakukan ini peran pemerintahan desa sangat berpengaruh sekali, karena pemerintahan desa punya andil besar dalam

Peran Pemerintahan Desa 1. Patroli

2. Tindakatn Reprentif 3. Tindakan Represif 4. Monitoring

Indikator Peran:

1. Stabilisator 2. Inovator 3. Modernisator 4. Pelopor

5. Pelaksana Sendiri

Tindak Lanjut

1. Menciptakan Suasana Harmonis di Dalam Rumah

2. Menciptakan Lingkungan Sosial yang Sehat adanya Pengendalian Sosial 3. Mengajarkan serta Mengamalkan Norma-Norma di Sekolah

4. Mengadakan Pelatihan Kerja dan Menambah Intensitas Bursa Kerja 5. Penerapan Norma Hukum yang Jelas dan Tegas oleh Pemerintah

Peraturan Pemerintah Kabupaten Kerinci Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pemberantasan Masalah Sosial Bab II Klasifikasi Masalah Sosial, Pasal 2

Peran Pemerintahan Desa Dalam Membina Masyarakat Terhadap Masalah Sosial di Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan

keliling Danau Kabupaten Kerinci

(33)

pembinaan masalah sosial ini, seperti melakukan patroli, tindakan refrentif, tindakan represif, dan monitoring dalam mengatasi masalah sosial yang marak terjadi di desa koto tuo pulau tengah contoh, MIRAS, judi, sabung ayam dan zina.

Pembinaan masalah di atas sangat di butuhkan sekali peran pemerintahan desa dengan tetap berpedoman pada peraturan pemerintah daerah yang ada, agar kondisi masyarakat tetap aman dan tentram.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini metode penelitian yang di pakai adalah medote penelitian kualitatif. Penulis beralasan menggunakan metode kualitatif adalah untuk mengungkap masalah yang berkenaan dengan fenomena fenomena yang terjadi yang dianggap tepat untuk menggunakan metode kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara secara mendalam. Metode kualitatif dipilih dengan bebrapa pertimbangan dan diantaranya didasari pada tujuan penelitian.

Menurut Masyhuri dan Zainuddin “penelitian kualitatif adalah penelitian yang memecahkan masalahnya dengan dengan menggunakan data empiris.25 Dalam penelitian kaulitatif menurut masyhuri dan Zainuddin “peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistic, menganalisa kata kata, kemudian melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi alamiah wajar (natural setting).26

25 Masyhuri dan Zainuddin, M. Metodelogi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 20

26 Ibid, hlm. 25

(34)

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif. Tipe penelitian deskriptif adalah penelitian yang memiliki tujuan menjelaskan secara mendetail dan terperinci mengenai fenomena sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Penelitian dilakukan untuk mengungkapkan data data yang telah di himpun dari fenomena lapangan yang bersifat empiris untuk menggambarkan hasil penelitian. Studi deskriptif kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan fenomena sosial tertentu atau menggambarkan gejala gejala sosial dalam hal ini mengenai peranan pemerintahan desa dalam pembinaan masalah sosial di Desa Pulau tengah.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah desa dalam pembinaan masalah sosial yang mengganggu keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

1.7.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif di maksudkan untuk memberi batasan dalam pengumpulan data, dengan demikian peneliti dapat lebih memfokuskan penelitian terhadap masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Fokus penelitian, pada penelitian ini memfokuskan pada masalah peranan pemerintahan desa dalam pembinaan masalah sosialyang terjadi di desa pulau tengah.

(35)

1.7.4 Sumber data

Menurut Riduwan (dalam Siswanto) “data adalah bahan mentah yang diolah sehingga dapat menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta”.27 Sumber data yang didapati dalam penelitian ini yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder yang di peroleh dengan cara sebagai berikut:

a. Data primer, Menurut Siswanto adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan langsung dari sumbernya”.28 Pada penelitia ini data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari hasil wawancara beralasan agar peneliti dapat mengetahui hal hal lebih dalam mengenai fenomena atau situasi yang terjadi secara langsung oleh informan.

b. Data Sekunder, Menurut Siswanto “Data sekunder adalah data yang di terbitkan atau dibuat oleh organisasi yang bukan pengilahnya”.29 Dalam penelitian ini di peroleh dari dokumentasi yang berasal dari peraturan dan dokumen terkait masalah sosial di Desa Koto Tuo Pulau Tengah yang di perlukan untuk melengkapi informasi yang di peroleh dari data primer.

1.7.5 Teknik Penentuan Informan

Menurut Siswanto, dalam penentuan sampel ini dilakukan dengan mengambil sampel yang dimiliki ciri-ciri sehubungan dengan masalah penelitian.30 Dalam menentukan informan digunakan Teknik purposive sampling yaitu di pilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Informan yang mengalami

27 Siswanto. Victorianus Aries. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. (Yogyakarta : Graha llmu. 2012). hlm. 54

28 Ibid, hlm. 56

29 Ibid, hlm. 89

30 Ibid, hlm. 48

(36)

langsung situasi atau kejadian kemungkinan besar memperoleh informasi berhubungan dengan Masalah Sosial. Berdasarkan hal berikut adapaun informan yang akan di wawancarai yaitu:

1. Kepala Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau kabupaten Kerinci.

2. Dua orang ketua RT. Yaitu RT 05 dan RT 02 Desa Koto Tuo Pulau Tengah Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

Alasan peneliti memlih informan tersebut ialah karena informan tersebut terlibat langsung dalam permasalahan peneliti.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Teknik yang digunakan yaitu dengan cara tanya jawab langsung dengan informan secara mandalam yang di anggap mengerti mengenai permaslahan yang sedang diteliti di Desa Koto Tuo Pulau Tengah. Siswanto mengemukakan bahwa “Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada informan secara langsung.31 Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan fokus penelitian kepada informan untuk mengetahui kebenaran fakta yang terjadi dilapangan”.

31 Ibid, hlm. 58

(37)

2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian berupa arsip arsip dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. Salah satu dokumentasi pada penelitian ini yaitu berupa foto peneliti ketika melakukan wawancara dengan para narasumber di Desa Koto Tuo Pulau Tengah.

1.7.7 Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder akan dibahas secara menyeluruh berdasarkan kenyataan yang telah terjadi di daerah tempat penelitian dilaksanakan. Kemudian dibandingkan dengan konsep maupun teori teori yang mendukung pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitiaan ini, dan kemudian mengambil kesimpulan yang berlaku umum dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Redukasi Data

Reduksi data adalah memilih data atau informasi hasil pengumpulan data yang.

berkaitan dengan topik penelitian dan membuang informasi atau data yang tidak berhubungan dengan topik penelitian.32 Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum. memilih hal-hal pokok. memfokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema dan polanya.

32 Wahid, Makmun dkk. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Jambi: Universitas jambi, 2017), hlm. 18

(38)

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah memaparkan atau menampilkan data (informan) yang diperoleh dalam proses pengumpulan data.33 Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Biasanya yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisir, tersusun dalam pola hubungan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah proses analisis data atau informan yang kemudian bermuara pada kesimpulan penelitian.34 Setelah mereduksi data dan menyajikan data maka selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh atau diolah dan verifikasi data. Kesimpulan awal dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut dengan verifikasi data sehingga ditemukan kesimpulan yang kredibel.

1.7.8 Keabsahan Data / Triangulasi

Setelah menganalilsis data peneliti akan dilakukan analisis data yang telah didapatkan dengan menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi merupakan Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk membandingkan data hasil wawancara terhadap objek yang diteliti.

33 Ibid.

34 Ibid, hlm. 90

(39)

Menurut Fuad dan Kandung "Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis tringulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Triangulasi waktu pengecekan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi atau teknik lain dalam waktu yang berbedaatau dalam kurunwaktu tertentu.35

Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menggunakan Teknik triangulasi sumber dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber yaitu pengecekan data dengan menggunakan data yang diperoleh dari sumber A, sumber B, sumber C dan seterusnya dengan menggunakan Teknik wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan hasil wawancara dengan informan sebagai narasumber seperti Kepala Desa, Perangkat Desa, ketua BPD dan Tokoh Masyarakat.

Sedangkan triangulasi waktu adalah pengecekan data melalui analisis perbedaan waktu pengumpulan data misalnya hasil wawancara pagi, siang dan malam. Pada penelitian ini menggunakan hasil pra-riset dengan hasil riset yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengkonfirmasi data yang telah didapatkan untuk mendapatkan kebenaran dari informasi tersebut.

35 Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugruho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm.65-66

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang digunakan yaitu tingkat kelahiran, tingkat kematian alami, tingkat kematian karena penyakit yang disebabkan oleh rokok pada individu perokok

Skripsi adalah studi akhir yang merupakan salah satu tugas akhir yang diwajibkan pada mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri

Tujuan umum layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan adalah meningkatkan kematangan hubungan teman sebaya bagi remaja. Tujuan khusus bimbingan kelompok

Penelitian ini menjelaskan tentang kemudahan dalam menerima dan menyebarkan informasi adalah dua hal yang tidak didapat oleh generasi sebelumnya, karena kemajuan

Berdasarkan sampel dari perusahaan manufaktur dengan sub sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 sampai 2015 maka hasil regresinya menunjukkan bahwa

13 Tahun 2003, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan

Sedangkan sistem yang akan dibuat dalam penelitian ini dirancang untuk membantu civitas akademika khususnya mahasiswa agar dapat mengetahui keberadaan dan situasi

Uji efektifitas dengan melaksanakan eksperimen diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil tes kinerja untuk kelas eksperimen adalah 75.179 dengan varian 34.23 dan rata-rata