• Tidak ada hasil yang ditemukan

Denpasar, Agustus 2017 Penulis. Erwin Dharmawan. vii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Denpasar, Agustus 2017 Penulis. Erwin Dharmawan. vii"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

v

(2)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR, pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti pendidikan, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. Wira Gotera, Sp.PD-KEMD, pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa PPDS I Combined Degree pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. I Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti PPDS-1 Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. dr. I Ketut Suega, Sp.PD-KHOM, selaku Kepala Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah atas kesempatan, dorongan, petunjuk, dan kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada Prof. Dr. dr. I Dewa Nyoman Wibawa, Sp.PD-KGEH, selaku Kepala Program Studi Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah atas kesempatan, dorongan, dan petunjuk, arahan, masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. I Gde Raka Widiana, Sp.PD-KGH, Dr. dr. Elysanti Martadiani, Sp.Rad, Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK yang telah memberikan masukan, motivasi, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat disempurnakan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh staf Divisi Reumatologi SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah, Prof. Dr. dr. Tjok Raka Putra, Sp.PD-KR, dr. Pande Ketut Kurniari, Sp.PD yang telah memberikan masukan, dorongan,

(3)

vii

dan bimbingan kepada penulis. Semua Kepala Divisi dan Staf SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah, atas segala bimbingan dan dorongan yang diberikan dalam menjalani program pendidikan sehari-hari, pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada yang tercinta Ayahanda almarhum Edy Hartono dan Ibunda Lentina Ganny yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan dorongan dan doa yang tiada henti sehingga penulis mencapai semua ini, serta kakak Hendry Gunawan, SE dan adik Sandra Mayasari, SE, atas dorongan dan doa yang selalu diberikan. Juga tidak lupa Ayah mertua dr. Hengky Indradjaja dan Ibu mertua Dwi Aryati Wijaya yang selalu memberikan doa dan dorongan kepada penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada istri dr. Karina Indradjaja yang tidak pernah berhenti memberikan doa dan dorongan semangat kepada penulis. Kepada anak-anak saya Daevin Wynka Dharmawan, Danell Wynka Dharmawan dan Darleen Errina Dharmawan yang selalu menjadi pemacu semangat buat penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada rekan sahabat seperjuangan dalam suka dan duka, dr. Gupita Dharma, Sp.PD, M.Biomed, dr. Prayuda, Sp.PD M.Biomed, dr. I Ketut Suardana, Sp.PD, M.Biomed, dr. Dwi Putra Yogi Pramarta, dr. Ariska Megasari, dr. Evan Pratama Ludirdja, dr. Heri Purwanto, dr. I Nyoman Adi Suparta, dr. Hendra Cipta, dr. Daniel Fobia, dr. Candra Lasmono, dan dr. I Gusti Agung Friskha Surya Putra.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Agustus 2017 Penulis

(4)

viii

ABSTRAK

PERAN ANKLE BRACHIAL INDEX DALAM DIAGNOSIS

ATEROSKLEROSIS SUBKLINIS MENGGUNAKAN CAROTID INTIMA MEDIA THICKNESS PADA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Pada pasien dengan lupus eritematosus sistemik (LES) didapatkan peningkatan kejadian aterosklerosis dan komplikasinya yang terjadi lebih cepat dibanding populasi umum. Dalam hal ini deteksi dini aterosklerosis pada LES saat ini menjadi tantangan bagi klinisi. Angiografi sebagai baku emas diagnosis aterosklerosis bersifat invasif, memiliki risiko kecacatan dan kematian sehingga dikembangkan pemeriksaan penanda pengganti yaitu pemeriksaan carotid intima media thickness (CIMT) dengan ultrasonography B-mode. Kelemahan pemeriksaan ini adalah bergantung operator dan biaya. Pemeriksaan ankle brachial index (ABI) lebih sederhana, murah dan objektif dan tersedia secara luas dan diharapkan dapat digunakan untuk diagnosis aterosklerosis subklinis.

Penelitian uji diagnostik ini dilaksanakan mulai bulan September 2016 sampai Juli 2017 di RSUP Sanglah, Denpasar. Penelitian ini melibatkan 56 subjek penelitian yaitu pasien lupus eritematosus sistemik dengan suspek aterosklerosis subklinis yang dirawat di RSUP Sanglah, dimana subjek dipilih secara acak konsekutif. Pemeriksaan ABI dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam dan pemeriksaan carotid intima media thickness (CIMT) sebagai baku emas dilakukan di praktek dokter spesialis Radiologi di Denpasar. Hasil pemeriksaan ABI dan CIMT kemudian dilakukan suatu uji diagnostik dengan menggunakan Tabel silang 2x2 untuk mengetahui nilai sensitivitas, spesifisitas, NDP dan NDN dari ABI untuk menegakkan diagnosis aterosklerosis subklinis.

Dari 56 sampel, 48 orang (85,7%) adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Hasil area under ROC curve ABI 0,708 (70,8%), p= 0,041. Pemeriksaan ABI untuk mendiagnosis aterosklerosis pada pasien dengan LES dengan nilai cut off 0,95 mempunyai nilai sensitivitas 70%, spesifisitas 76,1%, nilai duga positif 38,9%, nilai duga negatif 92,1%. Nilai cut off ABI yang dianggap terbaik untuk alat bantu diagnosis aterosklerosis subklinis adalah nilai <0,95.

Pemeriksaan ABI dapat digunakan sebagai alternatif diagnostik aterosklerosis subklinis pada pasien dengan LES bila pemeriksaan CIMT tidak tersedia. ABI cukup baik digunakan untuk pemeriksaan penapis dan konfirmasi diagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien dengan LES.

(5)

ix

ABSTRACT

ANKLE BRACHIAL INDEX FOR THE DIAGNOSIS OF SUBCLINICAL ATHEROSCLEROSIS USING CAROTID INTIMA MEDIA THICKNESS AS A GOLDEN STANDARD IN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

In patients with systemic lupus erythematosus (SLE), an increased incidence of atherosclerosis and its complications occurred more rapidly than the general population. Early detection of atherosclerosis is currently a challenge for clinicians. Angiography as a gold standard diagnosis of atherosclerosis is invasive, has a risk of morbidity and mortality, so the surrogate marker carotid intima media thickness (CIMT) examination with B-mode ultrasonography is developed. The limitation of this examination is operator dependence and higher cost. Ankle brachial index (ABI) examination is simpler, cheaper and objective and widely available and is expected to be used for the diagnosis of subclinical atherosclerosis.

This diagnostic test study was conducted from September 2016 to July 2017 at Sanglah Hospital, Denpasar. The study involved 56 subjects: SLE patients with suspected subclinical atherosclerosis treated at Sanglah Hospital. Subjects were selected randomly consecutively. ABI examination was done at Internal Medicine outpatient care and examination of carotid intima media thickness (CIMT) as gold standard was done at radiologist’s practice in Denpasar. Then we used 2x2 cross table to determine the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive values of the ABI to establish the diagnosis of subclinical atherosclerosis.

Of the 56 samples, 48 people (85.7%) were female and the rest men. The value of area under ROC curve was 0.708 (70,8%), p = 0.041. ABI examination to diagnose atherosclerosis in patients with SLE with a cutoff value of 0.95 has a sensitivity of 70%, specificity of 76.1%, 38.9% positive predictive value, and negative predictive value of 92.1%. The best cut-off value of ABI as a diagnostic tool for subclinical atherosclerosis in SLE patients is < 0.95.

Examination with ABI can be considered as an alternative diagnostic when CIMT is not available. The diagnostic value of ABI is reliable enough for screening and diagnostic confirmation of subclinical atherosclerosis in patients with SLE.

(6)

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i PRASYARAT GELAR ……… ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……… ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ………. ... viii

ABSTRACT ……… ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan masalah ... 4 1.3 Tujuan penelitian ... 4 1.3.1 Tujuan umum ... 4 1.3.2 Tujuan khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 1.4.1 Manfaat akademik ... 5 1.4.2 Manfaat praktis ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Lupus Eritematosus Sistemik ... 6

2.1.1 Definisi ... 6 2.1.2 Epidemiologi ... 6 2.1.3 Patogenesis ... 6 2.1.4 Diagnosis ... 8 2.1.5 Tatalaksana ... 10 2.2 Aterosklerosis ... 13

(7)

xi 2.2.1 Definisi ... 13 2.2.2. Epidemiologi ... 13 2.2.3 Patogenesis ... 14 2.2.4 Diagnosis... 17

2.2.5 Aterosklerosis Pada LES ... 22

BAB III KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN ... 28

3.1 Kerangka Berpikir ... 28

3.2 Kerangka Konsep ... 28

3.3 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Rancangan Penelitian ... 30

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 30

4.4 Penentuan Sumber Data ... 30

4.4.1 Populasi Target ... 30 4.4.2 Populasi Terjangkau ... 31 4.4.3 Sampel ... 31 4.4.3.1 Etika Penelitian ... 31 4.4.3.2 Kriteria Inklusi ... 31 4.4.3.3 Kriteria Eksklusi ... 31 4.4.4 Besar Sampel ... 32 4.5 Variabel Penelitian ... 32

4.5.1 Variabel Uji Baru ... 32

4.5.2 Variabel Baku Emas ... 32

4.5.3 Definisi Operasional Variabel ... 32

4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 34

4.7 Prosedur Penelitian ... 35

4.8 Alur Penelitian ... 36

4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

(8)

xii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1 Hasil ... 39

5.1.1 Karakteristik Penelitian ... 39

5.1.2 Analisis Kurva ROC dan Tabel Silang 2x2 ... 39

5.2 Pembahasan……… ... 43

5.2.1 Karakteristik Penelitian ... 43

5.2.2 Analisis Kurva ROC dan Tabel Silang 2x2 ... 44

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1 Simpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(9)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 57

Lampiran 2. Surat Kelaikan Etik ... 58

Lampiran 3. Informasi Penelitian ... 59

Lampiran 4. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan ... 61

Lampiran 5. Formulir Penelitian ... 62

Lampiran 6. MEX-SLEDAI Scoring System ... 65

(10)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Autoantibodi pada LES dan Makna Klinisnya (Buyon, 2008) ... 7 Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik LES Berdasarkan American Rheumatology

Association yang direvisi tahun 1997 ... 9 Tabel 2.3 Persentil (5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, 95th) dari Rerata CIMT pada

Wanita di Populasi Umum (Jarauta dkk, 2010)……… ... 18 Tabel 2.4 Persentil (5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, 95th) dari Rerata CIMT pada

Laki-laki di Populasi Umum (Jarauta dkk, 2010)……… ... 18 Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian……… ... 40 Tabel 5.2 Sensitivitas, Spesifisitas, NDP, NDN, Pada Beberapa Cut Off ABI Pada

Penelitian Ini………. ... 42 Tabel 5.3 Sensitivitas, Spesifisitas, NDP, NDN, Likelihood Ratio (+), Likelihood

(11)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Algoritme Penatalaksanaan LES (Ntali dkk, 2009) ... 11

Gambar 2.2 Stadium Perkembangan Lesi Aterosklerosis (Libby, 2011) ... 15

Gambar 2.3 Pemeriksaan Ultrasonography Doppler dengan B-mode pada Arteri Karotis (Smilde dkk, 2001) ... 17

Gambar 2.4 Pengukuran ABI (Khan, 2008). ... 19

Gambar 2.5 Patogenesis Aterosklerosis Dini pada LES (Skaggs, 2012) ... 23

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ... 26

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian ... 35

Gambar 5.1 Kurva ROC kemampuan ABI. ... 41

(12)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ABI: Ankle Brachial Index ACR: American College of Rheumatology AHA: American Heart Association ASE: American Society of Echography ANA: Anti Nuclear Antibody ARA: American Rheumatology Association AUC: Area Under the Curve CAC: Circulatory Angiogenic Cell CIMT: Carotid Intima Media Thickness DI: Damage Index ds-DNA: double stranded DNA EC: Endothelial Cell ECLAM: European Concensus Lupus Activity Measure EPC: Endothelial Progenitor Cell HDL: High-Density Lipoprotein HPA: Hipotalamus-Hipofise-Adrenal LDL: Low-Density Lipoprotein LES: Lupus Eritematosus Sistemik LR: Likelihood Ratio MESA: Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis NDN: Nilai Duga Negatif

(13)

xvii NDP: Nilai Duga Positif Ox-LDL: Oxidized LDL PGK: Penyakit Ginjal Kronik PJK: Penyakit Jantung Koroner piHDL: Proinflammatory HDL RKN: Rasio Kemungkinan Negatif RKP: Rasio Kemungkinan Posituf ROC: Receiver Operating Characteristic ROS: Reactive Oxygen Species RSUP: Rumah Sakit Umum Pusat SHAPE: Screening for Heart Attack Prevention and Education SPSS: Statistics Package for Social Science Th: T helper USG: Ultrasonography UV: Ultraviolet

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan banyak sistem organ dalam tubuh (Buyon 2008). Karakteristik pada penyakit ini adalah inflamasi kronis dengan periode remisi dan reaktivasi. Pada penyakit dengan dasar inflamasi kronis didapatkan peningkatan kejadian aterosklerosis dan komplikasinya yang terjadi lebih cepat dibanding populasi umum. Dalam hal ini deteksi dini aterosklerosis pada LES saat ini menjadi tantangan utama bagi klinisi sehingga komplikasi dan kerusakan organ dapat dicegah.

Manifestasi klinis dan komplikasi LES sangat bervariasi tergantung sistem organ mana yang terlibat dan dapat mengenai hampir semua organ tubuh. Komplikasi utama penyebab mortalitas pada masa lalu adalah insufisiensi renal dan infeksi, terutama pada stadium awal penyakit. Seiring meningkatnya harapan hidup, saat ini penyebab mortalitas tersering adalah akibat kelainan pada jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini vaskulopati dapat menjadi etiologi langsung yang berperan dalam patogenesis penyakit, dengan adanya manifestasi akut/subakut dari lupus. Di sisi lain, hal ini dapat berkembang sebagai komorbid yang penting atau ikut serta dalam percepatan patogenesis aterosklerosis dengan adanya inflamasi.

Pada perjalanan pasien dengan LES, didapatkan peningkatan angka kejadian kardiovaskular, yang terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan populasi umum. Peningkatan kejadian kardiovaskular ini tampaknya lebih banyak akibat penyakit jantung koroner (PJK) dengan penyebab dasar

(15)

2

aterosklerosis. Studi oleh Croca dkk. (2012) didapatkan aterosklerosis subklinis mencapai 52% dari populasi LES. Pada Framingham Offspring Study didapatkan kejadian kardiovaskular 50 kali lebih sering pada pasien LES dibanding populasi umum, pada wanita usia 35-44 tahun, yang tidak tergantung dari faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya.

Terjadinya aterosklerosis dini ini merubah paradigma lama, dimana aterosklerosis yang dulunya dipercaya diakibatkan oleh deposisi secara pasif dari lipid ke dalam dinding arteri sampai terbentuknya plak sekarang ini diketahui sebagai hasil dari akumulasi dinamik dari kolesterol yang teroksidasi dan diatur oleh aktivitas dari sistem imun (Skaggs, 2012). Hal ini yang menyebabkan prevalensi aterosklerosis yang tinggi pada berbagai penyakit autoimun termasuk LES.

Untuk mencegah progresivitas dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien LES, penelitian-penelitian yang ada saat ini berfokus pada identifikasi yang lebih dini untuk terjadinya aterosklerosis sebelum terjadinya komplikasi dan kerusakan organ. Aterosklerosis pada tahap awal ini dikenal dengan istilah aterosklerosis subklinis.

Angiografi masih merupakan baku emas untuk diagnosis aterosklerosis. Namun demikian, beberapa kendala pada prosedur adalah prosedur bersifat invasif dan memerlukan biaya yang tinggi, risiko dan efek samping penggunaan kontras dan memiliki risiko terjadinya kematian dan kecacatan, serta tidak dapat mendeteksi aterosklerosis subklinis atau lesi yang abluminal. Oleh sebab itu mulai dikembangkan pemeriksaan lain yang noninvasif sebagai penanda pengganti untuk pemeriksaan aterosklerosis pada tahap awal, tanpa risiko terjadinya kematian dan

(16)

3

komplikasi akibat prosedur pemeriksaan. Pengukuran carotid intima media thickness (CIMT) sudah diaplikasikan dalam banyak penelitian di bidang kardiovaskular dan menunjukkan hasil yang konsisten antara penebalan CIMT dengan kejadian kardiovaskular (Lorenz dkk, 2007). CIMT merupakan gambaran B-mode dari pembuluh darah arteri yang terdiri dari 2 garis paralel echogenic yang dipisahkan oleh ruang hypoechoic pada pemeriksaan ultrasonography (USG). Jarak dari kedua garis ini merefleksikan ketebalan intima media dari pembuluh darah arteri (Bots dkk, 2012). Pengukuran CIMT untuk penegakan diagnosis aterosklerosis dini telah direkomendasikan dalam panduan American Heart Association (AHA) tahun 2010.

Studi-studi untuk deteksi dini aterosklerosis subklinis terus berkembang dan saat ini pengukuran CIMT dengan USG B-mode sebagai baku emas dari aterosklerosis subklinis adalah yang paling banyak digunakan (Roman, 2007; McMahon, 2009; Saadany, 2011; Zakeri dkk, 2012). Kelemahan pemeriksaan ini masih bergantung pada keahlian operator dan peralatan serta biaya yang cukup mahal.

Diperlukan pemeriksaan diagnostik lain yang lebih sederhana untuk dilakukan, lebih murah, objektif dan tidak bergantung operator, dan tersedia secara luas dibanding pemeriksaan yang sudah ada. Pemeriksaan tersebut adalah Ankle Brachial Index (ABI) yang merupakan rasio tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki dibanding dengan tekanan darah sistolik pada lengan.

Dalam studi-studi yang ada terbukti bahwa plak karotis meningkat pada pasien-pasien LES dibanding yang bukan LES dan proses ini terjadi dengan cepat. Dibandingkan kontrol yang sehat, pasien LES memiliki defek perfusi yang menunjukkan adanya aterosklerosis subklinis (Roman, 2007; Manzi, 2007).

(17)

4

Pada studi Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) didapatkan pada pria dan wanita dengan nilai ABI yang abnormal berkaitan dengan prevalensi aterosklerosis subklinis yang lebih tinggi dibandingkan nilai ABI yang normal (McDermott dkk, 2007; Al-Rawi dkk, 2012). Hal yang berbeda didapatkan oleh Wyman dkk. (2006), dimana pada populasi dewasa yang asimptomatik, tidak didapatkan hubungan bermakna antara ABI dan CIMT atau adanya plak. Studi yang dilakukan oleh Theodoridou dkk. (2003) didapatkan hasil pada pasien dengan LES dengan usia rerata 39 tahun memiliki prevalensi yang tinggi untuk nilai ABI yang abnormal dan hasil tersebut sebanding dengan hasil pada usia lebih dari 80 tahun pada populasi normal. ABI merupakan alat sederhana yang secara klinis berguna dalam identifikasi pasien dengan risiko aterosklerosis dini (Sangle dkk, 2008).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemeriksaan ABI dapat menggantikan CIMT sebagai baku emas untuk mendiagnosis penderita dengan aterosklerosis subklinis pada populasi LES. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi parameter atau acuan pemeriksaan untuk mendiagnosis aterosklerosis subklinis disamping pemeriksaan-pemeriksaan yang sudah ada.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. Apakah pemeriksaan ABI dapat digunakan untuk mendiagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien LES di Rumah Sakit Sanglah Denpasar?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui nilai diagnostik uji ABI dalam mendiagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien LES.

(18)

5

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas ABI dalam mendiagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien LES.

2. Untuk mengetahui nilai duga positif dan nilai duga negatif uji ABI pada pasien LES.

3. Untuk mengetahui rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif uji ABI pada pasien LES.

4. Menilai kualitas uji ABI melalui uji diskriminasi dengan menentukan Receiver Operating Characteristic (ROC) dan Area Under the Curve (AUC).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik

Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan uji ABI dapat menggantikan CIMT dalam mendiagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien LES.

1.4.2 Manfaat praktis

Uji ABI dapat digunakan sebagai uji alternatif untuk diagnosis aterosklerosis subklinis pada pasien LES, karena memiliki kelebihan antara lain adalah a). pemeriksaan cara ini tidak memerlukan keahlian khusus dan bersifat non invasif b). hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu singkat dan c). harganya yang relatif murah dibandingkan dengan cara pemeriksaan penunjang lainnya. d). Objektif.

Referensi

Dokumen terkait