• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KERUSAKAN KULIT TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KERUSAKAN KULIT TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KERUSAKAN KULIT TIKUS

WISTAR

AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK

SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR

LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Kedokteran

DISUSUN OLEH:

LULUK NOVITASARI

NIM: G2A005119

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KERUSAKAN KULIT TIKUSWISTARAKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR

yang disusun oleh :

LULUK NOVITASARI

NIM : G2A005119

Telah dipertahankan di depan tim penguji KTI Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 19 Agustus 2009

dan telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan.

TIM PENGUJI

Ketua Penguji, Penguji,

dr. Ika Pawitra M , M.Kes, Sp.PA dr. Udadi Sadhana , M.Kes, Sp.PA

NIP.131875465 NIP. 131967650

Pembimbing,

(3)

DAFTAR ISI

1. Halaman Judul ... i

2. Lembar Persetujuan... ii

3. Daftar Isi ... iii

4. Daftar Lampiran... v

5. Daftar Gambar ...vi

6. Daftar Tabel...vii

7. Abstrak Bahasa Indonesia... viii

8. Abstrak Bahasa Inggris... ix

9. BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Listrik... 5

2.1.1 Definisi... 5

2.1.2 Konduktivitas Listrik ... 5

2.1.3 Kelistrikan Tubuh ... 7

2.2 Histofisiologi Kulit... 9

2.2.1 Histologi Kulit …... 9

(4)

2.3 Trauma Listrik... 13

2.3.1 Definisi…... ... 13

2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Trauma Listrik…………. 14

2.3.3 Mekanisme Kerusakan Kulit Akibat Sengatan Listrik………... 20

2.3.4 Gambaran Makroskopis Kerusakan Kulit………... 22

2.3.5 Gambaran Mikroskopis Kerusakan Kulit……… 26

2.4 Kerangka Teori... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 29

2.6 Hipotesis Penelitian ... 29

11. BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30

3.2 Rancangan Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.3.2.1 Kriteria Inklusi ... 31

3.3.2.2 Jumlah Sampel ………... 31

3.3.2.3 Cara Pengambilan Sampel ... 31

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Variabel Bebas ……… .... 32

3.4.2 Variabel Tergantung ……….... 32

(5)

3.5.1 Alat ... 32

3.5.2 Bahan ...33

3.6 Cara Pengumpulan Data...33

3.7 Data yang Dikumpulkan...35

3.8 Definisi Operasional...35

3.9 Alur Kerja... 36

3.10 Analisa Data ...37

12. BAB IV HASIL PENELITIAN... 38

13. BAB V PEMBAHASAN... 42

14. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45

15. Daftar Pustaka ... 46

16. Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisa Statistik

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Histologi kulit pengecatan HE...12

Gambar 2. Box Plot setiap kelompok perlakuan...38

Gambar 3. Preparat kulit tikusWistar kontak langsung dengan listrik...40

(7)

DAFTAR TABEL

1. Hasil pemeriksaan preparat...38

2. Uji Normalitas...39

(8)

PERBEDAAN KERUSAKAN KULIT TIKUSWISTAR

AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK

SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR

Luluk Novitasari*, Gatot Suharto**

Abstrak

Latar Belakang: Kematian akibat trauma listrik dari tahun ke tahun semakin

meningkat baik karena kontak langsung maupun kontak melalui media air. Tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut

electrical ma rk. Luka listrik akibat kontak melalui air tidak selalu menunjukkan fenomena yang spesifik seperti pada luka kontak langsung.

Tujuan: Mengetahui perbedaan kerusakan kulit tikusWista r yang diberi aliran listrik secara kontak langsung dan melalui media air.

Metode: Penelitian eksperimental murni dengan rancangan The Post Test Only Group Design. Sampel 10 ekor tikus wistar dibagi dalam 2 kelompok. Tiap kelompok terdiri 5 ekor tikus wista r. Pada kelompok P1 kontak langsung dengan arus listrik sebesar 220 volt dan 100 mA selama 10 detik. Pada kelompok P2 kontak dengan besar arus listrik dan lama waktu sama tetapi arus listrik dialirkan melalui air. Kulit diambil dan kemudian dilakuan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan kulit dinilai dari banyaknya sel yang membengkak dalam satu preparat.

Hasil: uji independent-t test didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kerusakan kulit tikus Wista r akibat paparan arus listrik secara langsung dan melalui media air ( p = 0,001 ).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara kerusakan kulit tikus Wista r akibat paparan arus listrik secara kontak langsung dan melalui media air.

Kata kunci: paparan listrik secara langsung, paparan listrik melalui media air,

kerusakan sel kulit.

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

(9)

THE DIFFERENCES OF SKIN DAMAGE AT WISTAR RAT RESULTED BY EXPOSURE OF DIRECT AND WATER CONDUCTED ELECTRICAL

CURRENT

Luluk Novitasari*, Gatot Suharto**

Abstract

Background: Dea th by electrica l injury due to by direct and wa ter conducted electrica l current increases every yea rs. Special sign of electrocution is skin burns. Ma croscopic sign of skin da mage conta cts directly to low voltage electrica l current is ca lled electrica l marks. Electrica l injury caused by wa ter conducted elecrica l current is not a lwa ys show specific phenomenon a s direct conta ct electrocution.

Purpose: To find out the differences of skin da mage between Wista r ra t resulted by exposure of direct and wa ter conducted electrica l current.

Method: This study wa s pure experimenta l with post test only group design. Ten Wista r ra ts a s sa mples were divided into two groups. Ea ch groups consisted of five ra ts. The skin of a ll groups conta ct with 220 volt and 100 mA electrica l current for 10 seconds a t different type of applica tion, P1 group with direct contact and P2 group with wa ter conducted. The skin of Wistar rats were isola ted and sta ined using Hema toxylin Eosin. The skin da mage wa s mea sured from the number of swelling cell in one prepara t.

Results: Independent t-test shows a significant difference between skin da mage in Wista r ra ts resulted by exposure of direct and wa ter conducted electrica l current (p= 0,001).

Conclusion: There is a difference of skin da mage in Wista r ra ts resulted by exposure of direct and wa ter conducted electrica l current.

Keyword: direct electrica l current, wa ter conducted electrica l current, skin cell da mage.

* Undergraduate student of Medica l Fa culty Diponegoro University

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Trauma sengatan listrik adalah kerusakan yang disebabkan oleh adanya aliran

arus listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun

menyebabkan terganggunya fungsi organ.1 Beberapa faktor yang mempengaruhi berat

ringannya luka listrik antara lain kuat arus listrik (ampere), tahanan (ohm), tegangan

(Volt), lama kontak, jenis sirkuit, frekuensi, jalur arus listrik serta luas

permukaan.1,2,3,4

Kasus kematian akibat trauma listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat

karena meningkatnya penggunaan alat – alat listrik.5 Kejadian ini bisa terjadi karena

kontak langsung maupun kontak melalui media air seperti kejadian di kamar mandi

dan di kolam renang.6

Pada umumnya tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit.

Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik

bertegangan rendah disebut electrica l ma rk. Dalam studi kasus kematian, hanya

sekitar 55% yang menunjukan electrical mark.2Luka listrik biasanya dapat diamati

di titik masuk (entry point) maupun titik keluar (exit point).5,6,1

Luka listrik akibat kontak melalui air tidak selalu menunjukkan tanda

spesifik.1,2 Hal ini dikarenakan bila terkena air tahanan tubuh menjadi rendah

(11)

sampai titik lepuh.7 Selain itu aliran arus listrik dalam air akan menjadi lambat karena

air mempunyai tahanan terhadap arus listrik. Tetapi air yang dialiri arus listrik

tegangan tinggi dalam waktu cukup lama suhunya akan meningkat. Peningkatan

suhu air dalam beberapa saat dapat melukai kulit.8

Penelitian di air pernah di lakukan oleh Lestari (2008) yang meneliti

hubungan lama paparan arus listrik bolak-balik terhadap kerusakan otot. Hasilnya

terjadi kerusakan otot yang bermakna secara mikroskopis.8 Hal ini membuktikan

bahwa walaupun arus listrik melalui air masih ada kerusakan yang terjadi pada

jaringan tubuh.

Penelitian ini memilih organ kulit sebagai obyek penelitian karena kulit

adalah tahanan tubuh utama terhadap arus listrik. Kulit mempunyai tahanan yang

cukup tinggi daripada organ dalam sehingga gambaran kerusakan jaringan akibat

sengatan listrik secara kontak langsung paling mudah diamati di kulit.1,5,9

Penelitian ini tidak dapat dilakukan pada manusia sebagaimana lazimnya,

maka penelitian ini dilakukan pada hewan coba yaitu tikus karena tikus homolog

dengan manusia dan tikus dapat dimanipulasi dengan berbagai cara yang tidak pantas

dilakukan pada manusia. Tikus yang paling sering dipakai untuk penelitian laboratori

adalah tikusWista r.10

I.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan kerusakan kulit tikusWista r akibat paparan arus

(12)

I.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kerusakan kulit

tikus Wista r akibat paparan arus listrik secara kontak langsung dan melalui

media air.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menilai kerusakan kulit tikus Wista r yang diberi kuat arus listrik

sebesar 100 mA, tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz secara kontak

langsung selama 10 detik.

b. Menilai kerusakan kulit tikus Wista r yang diberi kuat arus listrik

sebesar 100 mA, tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz melalui media

penghantar air selama 10 detik.

c. Menilai perbedaan kerusakan kulit tikus Wista r yang diberi kuat arus

listrik sebesar 100 mA, tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz secara

kontak langsung dan melalui media penghantar air selama 10 detik.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi:

a. Peneliti lain mengenai perbedaan kerusakan kulit tikus Wista r karena

arus listrik bolak balik secara kontak langsung dan melalui air dengan

(13)

b. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian–penelitian selanjutnya

sehubungan dengan tanda spesifik atau tidaknya kematian akibat arus

listrik dalam ruang lingkup kedokteran forensik.

c. Sebagai tambahan informasi bagi identifikasi korban trauma sengatan

listrik dalam lingkup kedokteran forensik di Indonesia.

d. Sebagai tambahan informasi dalam mengidentifikasi kronologi

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LISTRIK 2.1.1 Definisi

Listrik merupakan aliran elektron dari satu atom ke atom lainnya. Pergerakan

elekron sama seperti air yang mengalir di sepanjang sungai.11 Arah arus listrik

mengalir dari kutub positif melalui rangkaian listrik ke kutub negatif. Pada bahan

logam, elektron bebas berpindah dari satu atom ke atom logam berikutnya.

Sedangkan pada bahan air, elektron dibawa oleh elektrolit melewati medium air.

Timbulnya gerakan elektron tersebut karena adanya beda potensial antara dua

ujung penghantar.12

2.1.2 Konduktivitas Listrik

Daya konduksi suatu unsur digambarkan sebagai kemampuan atau kekuatan

untuk memancarkan atau menghantarkan panas, listrik, atau bunyi. Satuannya

adalah Siemens per meter [S/M] di (dalam) SI dan micromhos per centimeter

[mmho/cm] di Amerika. Konduktivitas listrik adalah kemampuan untuk

menghantarkan listrik sebagai hasil perpindahan elektron antar partikel. Daya

konduksi listrik merupakan perbandingan antara kerapatan arus dan kuat medan

elektrik dan berbanding terbalik dengan daya hambat ( resistensi ).12

Pada umumnya logam merupakan konduktor yang baik karena mempunyai

(15)

Perak merupakan logam yang mempunyai daya konduksi paling tinggi dari

beberapa logam lain, daya konduksinya : 63 x 106 S/M. Kuat arus yang mengalir

melalui konduktor logam berbanding lurus dengan luas penampangnya dan

berbanding terbalik dengan panjangnya.12

Air murni merupakan konduktor yang tidak baik. Konduktivitasnya rendah

tetapi tidak sampai nol.13 Jenis-jenis konduktivitas air antara lain :air murni 5.5 x

10-6 S/m ; air minum 0.005 – 0.05 S/m ; air laut 5 S/m. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa konduktivitas air tergantung pada kadar elektrolit dalam air.

Semakin tinggi kadar elektrolitnya ( air laut ) semakin besar konduktivitasnya.12,13

Truman S. Light berdasar penelitiannya tahun 2004 menyatakan bahwa

konduktivitas air tergantung pada temperatur air tersebut. Semakin tinggi suhu zat

cair,maka akan semakin rendah kemampuannya dalam menghantarkan arus

listrik.Hal ini dipengaruhi oleh ion Hidrogen (H+) dan ion Hydroxide (OH-)

Peningkatan suhu akan mengakibatkan hambatan mobilitas ion-ion tersebut. Dari

penelitian ditemukan bahwa setiap kenaikan suhu 1°C, maka akan terjadi

penurunan hantaran listrik kurang lebih 2% (dengan batas rentang 1% - 3% ).

Selain itu dengan meningkatnya temperatur air daya hambat ( resistensi ) air akan

meningkat.13

2.1.3 Kelistrikan Tubuh

2.1.3.1 Hukum Biolistrik

Ada 2 aspek kelistrikan dan kemagnetan yang penting dalam bidang

(16)

magnet dan listrik yang digunakan pada permukaan tubuh manusia.14 Ada

beberapa hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain :

1. Hukum OHM: ” perbedaan potensia l anta ra ujung konduktor berbanding

langsung dengan a rus yang melewa ti dan berbanding terba lik dengan

tahanan konduktor”

V= I.R

R: tahanan ( )

I: kuat arus (A)

V: tegangan (Volt)

2. Hukum Joule: ” arus listrik yang melewa ti konduktor dengan perbedaan

tegangan dalam wa ktu tertentu akan menimbulkan pana s”

E = V.I.t

E: energi (Joule) I : kuat arus (A)

V: tegangan (Volt) t : waktu ( detik )

2.1.3.2 Kelistrikan Sel

Pada dasarnya di seluruh sel tubuh terdapat potensial listrik yang

melintasi membran. Untuk sel saraf dan sel otot bersifat dapat dirangsang

sehingga mampu membangkitkan sendiri impuls elektrokimia pada

membrannya. Pada beberapa keadaan, impuls ini dapat digunakan untuk

menghantarkan sinyal sepanjang membran. Sedangkan untuk sel kelenjar,

makrofag, dan sel bersilia, perubahan jenis lain pada potensial membran

(17)

Sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel, di dalam sel ini

terdapat ion Na+, K+, Cl- dan protein. Sel mempunyai kemampuan

memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang lain yang disebut aktifitas

kelistrikan sel. Ion K+ akan melakukan difusi dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah sehingga pada saat tertentu akan terjadi membran

dipole/membran dua kutub di mana larutan dengan konsentrasi yang tadinya

rendah akan kelebihan ion positif, berlawanan dengan larutan yang

konsentrasi tinggi akan berubah menjadi kekurangan ion sehingga menjadi

lebih negatif. Membran permeabel biasanya permeabel terhadap ion Na+, K+,

dan Cl- sedangkan terhadap protein besar sangat tidak permeabel.14

Pada sel tubuh terdapat potensial listrik yang melintasi membran. Pada

ekstrasel megandung lebih banyak ion Na+ dan sedikit ion K+. Pada

intraseluler sebaliknya yaitu banyak ion K+ dan sedikit ion Na+.14

Dalam keadaan biasa di dalam membran sel akan lebih negatif

dibandingkan dengan di luar sel karena ion Na+ lebih besar di luar sel

daripada di dalam sel. Pada keadaan demikian disebut potensial membran

negatif. Potensial membran sel normal dalam keadaan istirahat yang diukur

dengan galvanometer akan mencapai –90 mV.14,15

2.2 HISTOFISIOLOGI KULIT 2.2.1 Histologi Kulit16,17,18

Kulit terdiri atas dua lapisan utama, epitel permukaan disebut epidermis dan

(18)

1. Lapisan Epidermis ( kutikel )

Merupakan lapisan yang terdiri dari epitel skuamus kompleks

berkeratin. Ketebalan epidermis bervariasi dari 0,07 sampai 0,12 mm,

namun dapat mencapai ketebalan 0,8 mm pada telapak tangan dan 1,4 mm

pada telapak kaki. Epidermis terdiri dari 5 lapisan dari atas ke bawah yaitu :

a) Stratum korneum ( lapisan tanduk ) merupakan lapisan terluar dan

terdiri atas 15 – 20 lapisan sel. Keratin tersusun tidak teratur

sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit.

b) Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum. Tidak

jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen,

terang, jernih, dan afinitasnya terhadap bahan warna kecil, inti dan

batas sel tak terlihat. Lapisan ini tampak lebih jelas di telapak tangan

dan kaki dan lapisan ini terdiri dari protein eleidin.

c) Stratum Granulosum ( lapisan keratohialin ) terdiri dari 2 – 4 lapis

sel skuamus yang rapat dan berbentuk polihedral rendah atau belah

ketupat pipih, dan sejajar sumbu panjang permukaan kulit.

Sitoplasma berbutir kasar keratohialin ( skleroprotein ) dan terdapat

inti diantaranya. Kearah permukaan, inti sel – sel pecah , larut.

Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.

d) Stratum Spinosum ( stratum Malphigi ) tersusun beberapa lapis sel

di atas stratum basale. Sel lapisan ini berbentuk polihedral dengan

(19)

tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut “prickle cell /

spina “dan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat

fibril ( tono fibril ) sebagai “ intercellular Bridge “. Pada tonofibril

tidak berjalan di dalam jembatan antar sel dan berakhir pada

pertemuan protoplasma “ Desmosome “. Pada lapisan ini terjadi

mitosis dan terdapat pigmen melanin.

e) Stratum Basale ( stratum germinativum / stratum silindrikum /

stratum pigmentosum ) tersusun dari selapis sel – sel pigmen basal,

berbentuk silindris, batas kurang jelas, inti berbentuk lonjong dan

dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basale ini

terdapat sel – sel mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini

terdiri atas dua jenis sel yaitu

1. Sel – sel berbentuk kolumner dengan protoplasma basofilik inti

lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh

jembatan antar sel.

2. Sel pembentuk melanin ( melanosit ) atauclea r cell merupakan

sel – sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti

gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes ).

2. Lapisan dermis

Tebal lapisan ini sekitar 0,6 mm pada kulit tipis dan sampai 3 mm atau

lebih pada telapak tangan dan kaki sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 2

(20)

a. Stratum Papilare ( stratum Spongiosum ) merupakan bagian yang

menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

Lapisan ini terdiri atas fibroblas dan jenis sel jaringan ikat lain,

tersebar luas antara berkas – berkas serat kolagen halus terutama

kolagen tipe III.

b. Stratum Retikulare ( stratum kompaktum ) merupakan bagian yang

menonjol ke arah subkutan. Lebih tebal dibanding stratum papillare.

Lapisan ini terdiri atas serabut – serabut penunjang misalnya serabut

kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar ( matriks ) lapisan ini terdiri atas

cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini

terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,

membentuk ikatan ( bundel ) yang mengandung hidroksi prolin dan

hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur

menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen

muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan

mudah mengembang serta lebih elastis.Gambar histologi kulit tersebut

(21)

Gambar 1. Histologi kulit pengecatan HE (dikutip dari ATLAS Histologi di Fiore)

2.2.2 Fisiologi Kulit16,17

Kulit mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :

1) Fungsi Proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan

fisis atau mekanis, gangguan yang bersifat panas, dan gangguan

infeksi luar. Proses keratinisasi dari protein keratin merupakan salah

satu mekanisme ba rrier karena sel – sel mati melepaskan diri secara

teratur.

2) Fungsi Absorbsi, kemampuan absorbsi ini dipengaruhi oleh tebal

tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vesikulum.

3) Fungsi ekskresi, kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang

tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,

(22)

4) Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis.Salah satu contohnya terhadap rangsangan panas diperankan

oleh badan Ruffini di dermis dan subkutis.

5) Fungsi pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi ), kulit melakukan

peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (

otot berkontraksi ) pembuluh darah kulit.

6) Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen ( melanosit ),

terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.

7) Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis mempunyai 3 jenis sel utama

yaitu keratinosit, sel langerhans, melanosit.

8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7

dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

2.3 TRAUMA LISTRIK 2.3.1 Definisi

Trauma listrik adalah kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup yang

disebabkan oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan

membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam dan

jaringan lunak, aritmia jantung, gagal nafas, bahkan kematian.3,19,20

2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Trauma Listrik

Terjadinya luka akibat segatan listrik dipengaruhi oleh faktaor - faktor,antara lain:

(23)

Berdasarkan tipe sirkuit dapat dibagi menjadi arus listrik searah (DC) dan

arus listrik bolak-balik (AC). Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding

arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam

hitungan detik, sedangkan 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat

selamat sebab pada tegangan yang sama arus AC empat sampai enam kali

lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Hal ini terjadi karena pada arus DC

menyebabkan kontraksi tunggal pada otot sehingga korban mudah

melepaskan diri dari sumber listrik sedangkan AC menimbulkan kontraksi

otot yang berulang-ulang dan tetani yang menyebabkan korban kesulitan

melepaskan diri dari sumber listrik.1,5 Hal tersebut dapat timbul pada aliran

40-110 siklus per detik. Selain itu arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan

aritmia jantung dibanding arus searah. Arus dari AC pada 100 mA dalam

seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.

Ampere tinggi DC (di atas 4 A) dapat menyebabkan jantung aritmia kembali

pada sinus ritmik seperti pada defibrilasi medis.1,21

2. Arus (I)

Derajat kerusakan jaringan sebanding dengan jumlah listrik yang mengalir

melaluinya. Jumlah ini terlihat pada jumlah elektron per unit waktu dan

diukur dalam ‘Coulombs’, yang mana merupakan hasil dari ampere dan detik,

meski ampere biasanya diterima sebagai indeks dari aliran arus. Menurut

Hukum Ohm, arus tergantung pada tegangan, tahanan jaringan dan untuk

(24)

Dalam patologi forensik, kebanyakan kematian adalah hasil dari disritmia

jantung, pengukuran paling penting dari arus adalah yang mengakibatkan

gagal jantung akut. Arus 50-80 mA yang melewati jantung lebih dari beberapa

detik dapat menyebabkan kematian. Yang masih dapat ditoleransi adalah 30

mA pada tangan menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan. Kehilangan

kesadaran pada 40 mA dan arus yang terus menerus untuk beberapa detik

lebih besar dari 50-80 mA menyebabkan risiko kematian.1 Dampak arus

listrik yang mengalir pada tubuh menurut Cooper antara lain :

a. 1 – 2 mA sensasi geli “ tingling “

b. 3 – 5 mA Arus “Let Go” untuk anak – anak

c. 6 – 8 mA Arus “Let Go” untuk wanita

d. 7 – 9 mA Arus “Let Go” untuk laki – laki

e. 10 -20 mA Tetani otot skelet

f. 20 – 50 mA paralysis otot respirasi ( respiratory arrest )

g. 50 – 100 mA Fibrilasi Ventrikel

3. Tegangan atau voltase (V)

Kerusakan jaringan akibat sengatan listrik secara konvensional

berdasar tegangan dibagi menjadi voltase rendah ( tegangan rumah tangga )

dan voltase tinggi yang menggunakan 1000 V sebagai batas pembagian yang

paling umum.Tegangan tinggi mengakibatkan arus listrik yang lebih besar,

(25)

Kematian orang yang terkena arus listrik bertegangan rendah berbeda

dengan yang bertegangan tinggi, dimana pada yang pertama kematian

disebabkan oleh fibrilasi ventrikel, sedangkan yang kedua biasanya karena

luka bakar / panas.20Tegangan yang sangat tinggi, dapat secara paradoks lebih

aman pada beberapa situasi. Karena syok dapat mementalkan subyek dari

konduktor, sehingga mengurangi waktu kontak di bawah ambang kerusakan

jantung.1

4. Tahanan (R)

Tahanan ( resistensi ) listrik merupakan kemampuan untuk

menghalangi arus listrik. Tubuh mempunyai tahanan terhadap arus listrik

yang melaluinya dan tahanan ini berbeda – beda pada tiap bagian tubuh.

Berdasarkan besarnya resistensinya terhadap listrik tubuh dibagi menjadi tiga

bagian : 1) Tahanan rendah : saraf, darah, membran mukosa, otot ; 2) Tahanan

menengah : kulit kering, jaringan lemak, tendon ; 3) Tahanan tinggi : tulang.5

Berdasar besarnya tahanan kulit mempunyai tahanan menengah tetapi

kulit merupakan tahanan utama tubuh terhadap sengatan listrik karena

sebelum memasuki organ yang lebih dalam arus listrik harus melalui kulit

terlebih dahulu.5 Tahanan kulit bervariasi, tergantung dari tebalnya lapisan

keratin pada epidermis, dimana pada telapak kaki dan ujung jari lebih tebal

dari kulit tipis dimanapun. Tahanan rata-rata adalah antara 500-10.00 ohm

selain tangan dan telapak kaki yang memiliki tahanan 1 juta ohm ketika

(26)

Faktor yang lebih potensial adalah kekeringan atau kelembaban kulit,

yang berefek sangat besar terhadap tahanan. Ketika kulit telapak tangan

kering, memiliki tahanan 1 juta ohm, ketika basah akan turun menjadi hanya

1200 ohm. Jellinek menemukan kulit tebal dari pekerja memiliki tahanan 1

sampai 2 juta ohm, Jaffe menyatakan bahwa berkeringat dapat menurunkan

tahanan kulit dari 3000 sampai 2500 ohm.1,5

Resistensi Jaringan (ohms/cm2)

Membran mukosa 100

Lengan volar, paha bagian dalam 300 – 10,000

Kulit kering 5,000

Kulit Basah

a. kamar mandi 1,200 – 1,500

b. Berkeringat 2,500

c. Kulit lain 10,000 – 40,000

d. Telapak kaki 100,000 – 200,000

e. Hea vily ca lloused pa lm1,000,000 – 2,000,000

Makin tinggi resistensi dapat menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan

pada permukaan kulit sebagai arus bakar yang menyebabkan luka termal pada

kulit tetapi kerusakan organ internal yang minimal.

5. Frekuensi

Kematian tertinggi akibat trauma listrik terjadi pada aliran 39-150

(27)

frekuensi 50 – 60 Hz merupakan arus let go minimum. Arus AC dengan

frekuensi 50 Hz, mampu : 1) Merangsang saraf sensoris ; 2) Merangsang saraf

motoris; 3)Berefek kontraksi otot. Frekuensi listrik di bawah 10 Hz

menyebabkan aruslet goakan meningkat dan otot – otot akan terjadi relaksasi

sebagian, sedangkan di atas 100 Hz aruslet go akan meningkat juga, dan otot

– otot mengalami strenght dura tion trade off serta refrakter jaringan yang

telah mengalami eksitasi.14

6. Durasi atau waktu kontak

Nilai ambang fibrilasi semakin menurun bila waktu semakin besar.

Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik

menentukan kecepatan datangnya kematian. Semakin tinggi arus listrik maka

waktu kematian pun semakin cepat. Semakin lama terkena listrik semakin

banyak jaringan yang mengalami kerusakan.1

7. Jalur arus listrik

Jalur arus listrik menentukan resiko jaringan, jenis luka yang terlihat

dan derajat konversi energi listrik ke panas. Jika arus listrik melalui jantung

atau thorax maka dapat menyebabkan disritmia jantung dan kerusakan

miokardium secara langsung. Arus yang melalui otak dapat menyebabkan

respira tory a rrest, kejang dan paralisis. Arus yang melalui mata bisa

menyebabkan katarak. Arus yang melalui badan bisa menyebabkan kerusakan

(28)

Densitas arus listrik meningkat, kecenderungan untuk mengalir

melalui jaringan dengan resistensi rendah menjadi lemah. Akhirnya, arus

listrik akan mengalir melalui jaringan dengan tidak teratur, seolah-olah tubuh

merupakan konduktor, dengan potensi untuk menghancurkan seluruh jaringan

pada jalur arus listrik. Karena arus listrik biasanya terpusat pada sumber dan

lantai titik kontak, derajat kerusakan terbesar selalu diobservasi di sini. Akan

tetapi, destruksi ekstensif ke jaringan dalam mungkin ada antara lokasi luka

tegangan tinggi dan dengan permukaan dan selalu merupakan fenomena

“puncak gunung es”. Kerusakan organ internal bisa berupa titik-titik, dengan

area jaringan normal bersebelahan dengan jaringan terbakar dan kerusakan

terhadap struktur pada tempat jauh dari titik kontak yang jelas.11,22

8. Jenis kelamin

Tahun 1973 Dalziel melakukan penelitian tentang nilai ambang

persepsi ( arus minimum yang dapat dideteksi) dan let go current (arus yang

dapat menyebabkan tarikan tangan kembali) yang ditunjukkan oleh distribusi

Gausian yang menyatakan bahwa rata-rata nilai ambang persepsi ( threshold

of perception) untuk laki-laki 1,1 mA sedangkan untuk wanita 0,7 mA,

minimum nilai ambang persepsi adalah 500 mikro ampere. Selain itu rata-rata

let go current untuk laki-laki 16 mA, untuk wanita 10,5 mA. Minimumlet go

(29)

9. Berat Badan

Dari hasil penelitian terhadap binatang oleh Ferris (1936) dan Kiselev

(1963) menunjukkan nilai ambang fibrilasi akan meningkat dengan

meningkatnya berat badan. Hal ini diramalkan berlaku pula bagi manusia.14

2.3.3 Mekanisme Kerusakan Kulit Akibat Sengatan Listrik

Kerusakan kulit yang utama karena sengatan listrik adalah luka bakar. Ada

empat mekanisme yang menyebabkan timbulnya luka bakar pada kulit akibat listrik

yaitu 1) pemanasan electrotherma l (electrotherma l burn) merupakan pola klasik

akibat kontak langsung dengan konduktor, luka bakar terlihat pada titik masuk dan

titik keluar arus listrik, 2) Lengkung elektrik adalah suatu percikan arus listrik yang

timbul diantara dua permukaan objek yang tidak bersentuhan memiliki beda

potensial yang sangat besar, biasanya pada sumber arus tegangan tinggi dengan

ground. Karena besarnya perbedaan potensial ini, dapat timbul panas sampai

temperatur 2500°C. Panas ini dapat menimbulkan luka bakar yang sangat hebat pada

titik kontak dengan kulit, 3) Nyala api karena percikan api yang dihasilkan oleh listrik

mengenai pakaian, dan 4) Arus listrk akibat Petir.22 Dari keempat mekanisme diatas

dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan kulit adalah perubahan energi listrik menjadi

panas. Energi listrik ini berubah menjadi panas karena kulit mempunyai tahanan yang

cukup tinggi. Perubahan energi listrik menjadi energi panas ini menyebabkan luka

bakar (electrical burn) yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang berat dan

nekrosis koagulasi.8,23 Lapisan kulit yang terkena panas akan mengalami pemisahan

(30)

Sel kulit yang terkena panas akan mengalami kerusakan. Parahnya kerusakan

tergantung pada besarnya energi panas. Jika energi panas kecil maka sel kulit hanya

mengalami kerusakan sel yang reversibel. Secara potensial perubahan-perubahan

sublethal ini yang dikenal sebagai perubahan degeneratif. Dua gambaran perubahan

seluler sublethal yang umum terlihat ialah perubahan hidrofik dan perubahan lemak.

Sedangkan bila energi panas denaturasi protein termasuk protein enzim yang

akhirnya sel mengalami nekrosis koagulatifa.23Walaupun perubahan-perubahan lisis

yang terjadi dalam jaringan nekrotik dapat melibatkan sitoplasma sel, intilah yang

paling jelas menunjukkan perubahan–perubahan kematian sel. Biasanya inti sel yang

mati akan melisut, batasnya tidak teratur, dan berwarna gelap dengan zat warna yang

biasa digunakan ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosis, dan inti sel disebut

piknotik. Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan meninggalkan pecahan-pecahan

zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Akhirnya,

pada beberapa keadaan, inti sel yang mati kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan

menghilang begitu saja, proses ini disebut kariolisis.24

Di maio menyatakan bahwa luka bakar listrik terjadi pada semua kasus trauma

listrik voltase tinggi tetapi hanya sekitar 50% terjadi pada voltase rendah.6Jenis lesi

yang paling parah terjadi pada kasus dimana objek merupakan bagian dari lengkung

elektrik (electric a rc).22

2.3.4 Gambaran Makroskopis Kerusakan Kulit

Kulit merupakan resistor primer terhadap aliran arus listrik dalam tubuh.

(31)

arus 50 volt selama 6-7 detik mengakibatkan timbulnya lepuh pada area yang

resistensinya terganggu.

Gambaran makroskopis kerusakan kulit akibat sengatan listrik tergantung pada

beberapa hal antara lain :

1. Kelembaban dan luas permukaan kulit yang kontak dengan konduktor

Kelembaban kulit berkaitan dengan tahanan kulit seperti dijelaskan di

atas. Semakin lembab kulit maka tahanannya menjadi semakin kecil. Makin

tinggi tahanan dapat menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan pada

permukaan kulit sebagai panas yang menyebabkan luka bakar pada kulit

tetapi kerusakan organ internal yang minimal. Tetapi kerusakan organ

internal akan lebih parah jika konduktor kontak langsung dengan kulit yang

lembab. Jadi gambaran luka bakar lebih jelas terlihat jika konduktor kontak

langsung pada kulit dalam keadaan kering (tahanan tinggi) daripada kulit

dalam keadaan lembab (tahanan rendah).5,8

Luas Permukaan berbanding lurus dengan tahanan konduktor. Sehingga

semakin luas ( tahanan tinggi ) daerah kulit yang kontak langsung dengan

konduktor kerusakan lebih ringan dari pada luas kontak yang sempit. Di

Maio mengatakan jika arus listrik masuk melalui area yang luas di

permukaan tubuh maka luka bakar yang khas dan bisa dibedakan satu sama

(32)

2. Ketebalan kulit

Bermacam – macam histomorfologi alami kulit dengan perbedaan

ketebalan lapisan tanduk (stratum korneum) pada lapisan epidermis dan

kandungan fibroblas (pembentuk serabut kolagen) pada lapisan dermis

mempengaruhi gambaran kerusakan kulit. Gambaran kerusakan kulit

tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki karena mempunyai

lapisan tanduk yang tebal dan kandungan fibroblas yang tinggi.25 Selain itu

ketebalan kulit juga berhubungan dengan besar tahanan listrik, sedangkan

tahanan listrik juga berpengaruh pada gambaran kerusakan kulit.1,3,5

3. Tegangan konduktor listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar

akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Sesuai dengan hukum Ohm

yang menyebutkan bahwa energi panas yang dihasilkan dari listrik sama

dengan I2R. Dengan demikian maka produksi panas berbanding langsung

dengan kuadrat intensitas listrik dan resistensi listrik. Sehingga efek luka

bakar yang paling besar terjadi pada bagian tubuh yang paling besar

resistensinya ( kulit ). Selain itu yang mempengaruhi berat ringanya luka

adalah besarnya tegangan.1,5,14

Luka yang disebabkan dari listrik bertegangan rendah ( <1000 V ) dapat

berupa reaksi eritema atau dapat juga berupa daerah pucat dengan tepi agak

menonjol dengan seperti kawah di bagian tengahnya,dan di sekitarnya

(33)

disebut dengan electrical ma rk yang biasanya ditemukan pada tempat arus

listrik masuk. Hal ini terjadi karena kulit kontak erat dengan konduktor

listrik, maka aliran listrik yang melaluinya memanaskan cairan jaringan dan

menghasilkan uap. Uap tersebut dapat memisahkan lapisan epidermis atau

demo-epidermal junction dan terbentuk lepuh yang menonjol ke permukaan

kulit. Bila lepuh menjadi dingin dan kolaps maka terbentuk gambaran

seperti cincin berwarna kelabu atau putih yang tepinya meninggi dan

tengahnya cekung. Di sekeliling lepuh dikelilingi oleh daerah hiperemis,

kemudian di sebelah luar dikelilingi oleh berturut-turut daerah pucat akibat

spasme arteriol dan daerah hiperemis lagi.1,20,22

Listrik dengan tegangan tinggi ( >1000 V ) akan menyebabkan luka

bakar yang lebih berat ( derajat 3 – 4 ). Luka akibat tegangan listrik tinggi

ini disebut exogenous burn dimana selain arus listriknya juga karena energi

panas yang dikandungnya, misalnya pada listrik tegangan 330 Volt. Tubuh

korban akan hangus terbakar, tak jarang disertai dengan patah tulang.9

Klasifikasi luka bakar menurut forensik:

a) Derajat I : Eritema

Luka bakar hanya mengenai lapisan epidermis, kulit hiperemik

(eritema).

b) Derajat II : Vesikel atau bulla

Partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka bakar

(34)

dermis).Terjadi reaksi eksudasi dengan terbentuknya vesikel atau

bulla.

c) Derajat III : Nekrosis koagulatif

Full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh ketebalan kulit(

epidermis dan dermis)

d) Derajat IV : Karbonisasi

Selain itu pada listrik tegangan tinggi terjadi loncatan listrik hingga

beberapa sentimeter yang dapat menyebabkan spa rk lesion yang multipel

sehingga terlihat seperti kulit buaya yang disebut Crocodile skin effect.

Spark lesion ( lesi yang berbentuk luka api )merupakan gambaran nodul

berwarna kecoklatan yang keras. Hal ini disebabkan karena proses

pendinginan luka lepuh yang permukaanya dilapisi keratin akibat loncatan

listrik.5,26

4. Lama Kontak dengan konduktor listrik

Bila kontak dengan sumber listrik dalam waktu cukup lama akan terjadi

Joule burnatau endogenous burn, sehingga daerah yang tadinya pucat pada

electrical ma rkmenjadi hitam hangus terbakar.17

2.3.5 Gambaran Mikroskopis Kerusakan Kulit

Gambaran pada kulit berupa rongga-rongga pada lapisan epidermis, dan kadang

pada dermis. Hal ini disebabkan karena adanya ruang udara yang berasal dari

pemisahan jaringan panas dari sel-sel tersebut. Bagian terluar epidermis dapat

(35)

Pada beberapa luka trauma listrik ditemukan vakola – vakuola kecil pada

stratum korneum.Vakuola berasal dari kelenjar keringat di tempat masuk dan

keluarnya arus listrik, sebagai akibat produksi uap panas berlebih yang

mengakibatkan pelebaran kelenjar keringat tersebut, dikenal sebagai ”honeycomb

atau Swiss cheese-like apparance”.1,6

Bohm (1967) dan Sellier (1975) melaporkan bahwa pada bagian tengah

epidermis yang kontak dengan konduktor tampak kulit tertekan, tipis, membentuk

saluran terputus-putus disertai pengarangan dan robekan pada pinggir luka tersebut.

Selain itu terkadang timbul luka lepuh berisi cairan kaya protein dan leukosit. Pada

tahun 1981 Thomsen mengamati luka sengatan listrik dengan mikroskop elektron,

tampak gambaran perubahan partikel inti sel. Partikel inti sel berubah bentuk, berisi

gumpalan kromatin, homogen, dan bergranuler halus. Ditemukan pula perpanjangan

inti sel menjadi piknotik.1,25,27

Semakin besar energi panas yang dihasilkan oleh arus listrik maka semakin

luas kerusakan pada epidermis yang kontak dengan konduktor. Epidermis dapat

terlepas dari ikatannya dengan dermis. Sedangkan pada tepi luka, epidermis

mengalami penebalan, homogen, dan tampak vakuola-vakuola di dalamnya.

Gambaran ini tampak nyata jika konduktor kontak dengan telapak tangan dan telapak

kaki. Pada sel-sel basal epidermis tepi luka ditemukan pemanjangan inti sel yang

piknotik. Elongasi tiap-tiap sel tersebut dapat tersusun spira l, loop, whorls, palisade

satu sama lain. Gambaran yang sama juga ditemukan pada organ-organ kulit asesoris

(36)

Seharusnya perhatian perlu ditujukan kepada distribusi nekrosis,

pembengkakan dan perdarahan yang tidak merata di dermis di bawah epidermis yang

kontak dengan konduktor. Gambaran nekrosis akan lebih jelas terlihat di sel basal

epidermis kulit. Pemeriksaan hendaknya juga dilakukan terhadap daerah-daerah yang

berada di sekitar luka.25

Gambaran mikroskopis sengatan listrik pada kulit belum pernah ada yang

meneliti tetapi diduga gambaran kerusakan sel dengan paparan listrik yang cukup

akan timbul karena sengatan listrik dapat menghasilkan panas. Kerusakan yang

timbul diperkirakan hampir sama dengan kerusakan sel karena panas pada umumnya

yaitu timbul denaturasi protein yang akhirnya menimbulkan nekrosis sel. Hal ini

dibuktikan oleh Lestari (2008) yang menunjukan kerusakan sel otot pada sengatan

listrik di air.Gambaran kerusakan otot yang hampir sama dengan kerusakan akibat

(37)
(38)

2.5 KERANGKA KONSEP

2.6 HIPOTESIS PENELITIAN

Terdapat perbedaan antara kerusakan kulit tikusWistar akibat paparan arus listrik

Gambar

Gambar 1. Histologi kulit  pengecatan HE (dikutip dari ATLAS Histologi di Fiore)

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelian lebih lanjut mengenai pengaruh paparan arus listrik pada area-area tertentu di otak, perlu dilakukan penelitian

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh arus listrik bolak-balik di air terhadap perubahan derajat kerusakan otot jantung tikus Wistar dengan

Terdapat korelasi positif antara paparan arus listrik dosis bertingkat secara langsung dan melalui medium air dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot gastrocnemius dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara variasi besar paparan arus listrik bolak-balik terhadap waktu kejadian kematian tikus wistar.. Hasil

Pada kejadian sengatan listrik, tingkat kerusakan sel yang ditimbulkan sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain: kuat arus, jenis arus, tegangan, hambatan, lama

Pada arus AC 100mA dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel dan kematian sementara pada arus DC dapat menimbulkan efek yang sama jika arus lebih dari 4A.Oleh karena itu dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara besar arus listrik melalui medium air dengan kerusakan histopatologi otot gastroknemius tikus Wistar

terhadap tikus wistar yang diberi paparan listrik. Sampel terdiri dari 15 ekor tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol, yang hanya diberi pakan standar dan