BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Eksistensi seseorang sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Seseorang
yang memiliki karakter baik bukan hanya mampu menjadikan dirinya sebagai
seorang yang bermartabat tetapi juga menciptakan keharmonisan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Thomas Lickona (2013) menyebutkan bahwa
karakter yang baik adalah karakter yang mencakup tiga aspek moral, yaitu
pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan
moral (moral action). Ketiga aspek karakter tersebut haruslah ada dalam diri
seseorang salah satunya dapat ditanamkan melalui pendidikan. Pendidikan karakter
sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara intensif pada
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Hasil studi pendahuluan berupa
wawancara terhadap salah satu guru SMP di Kota Bandung bahwa guru yang
bersangkutan hanya menyampaikan materi ajar sesuai kurikulum selama kegiatan
pembelajaran (Lampiran 2.3). Banyaknya beban materi yang harus disampaikan
kepada siswa dengan alokasi waktu yang relatif singkat menjadi penyebab utama
kurang terlaksananya pendidikan karakter di dalam kelas. Sebagian besar guru
beranggapan bahwa pendidikan intelektual dan pendidikan karakter adalah dua hal
yang berbeda dan tidak bisa digabungkan. Kondisi ini memberikan dampak
hormat terhadap guru (misalnya perilaku kurang sopan baik dalam ucapan maupun
tindakan), tidak mengikuti pelajaran dengan baik (misalnya bermain game di
handphone ketika pembelajaran berlangsung, mengobrol di dalam kelas, jalan-jalan
di kelas, dll), dan kebiasaan membolos atau tidak hadir tanpa keterangan. Hal ini
menandakan bahwa tujuan pendidikan ternyata belum seutuhnya tercapai.
Penyimpangan perilaku siswa di dalam kelas mengindikasikan bahwa
lingkungan dan kondisi belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang siswa harapkan.
Pengajaran yang masih bersifat konvensional dengan metode ceramah dan tugas
menulis hanya menguntungkan beberapa siswa dengan kecerdasan Linguistik dan
Logis Matematis. Padahal tidak semua siswa memiliki keunggulan secara
Linguistik dan Logis-Matematis. Banyaknya jumlah siswa di dalam satu kelas,
maka sebanyak itu pula ragam kecerdasan siswa yang harus diketahui oleh pendidik
agar pembelajaran yang dilakukan dapat diterima oleh semua siswa.
Banyak penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi yang paling
tepat dalam rangka pembenahan pendidikan yang belum seimbang.
Penelitian-penelitian yang berfokus pada pengembangan karakter dan kecerdasan telah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Taiwan,
Arab Saudi, Portugis, Pakistan, dll. Bukan hanya di luar negeri, di Indonesia juga
telah dilakukan berbagai macam penelitian yang mengarah pada pembenahan
pendidikan, mulai dari penyusunan bahan ajar yang berorientasi pada kecerdasan
majemuk (Budianto, 2015), metode pembelajaran yang sekaligus memperhatikan
penanaman karakter berdasarkan kecerdasan majemuk siswa (Liliawati, 2014),
hingga penelitian yang berfokus pada mencari hubungan antara kecerdasan dengan karakter (Tirri, Nokelainen, & Mahkonen, 2009; Narvaez, 1993; Athota, O’Connor, & Jackson, 2009).
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut melaporkan bahwa karakter memiliki
keterkaitan dengan kecerdasan. Salah satu penelitian yang menghubungkan antara
kecerdasan majemuk dengan karakter dilakukan oleh salah satu peneliti di
Indonesia, yaitu penelitian mengenai pengembangan program perkuliahan IPBA
terintegrasi yang mengakomodasi kecerdasan majemuk berorientasi penanaman
dilakukan terhadap mahasiswa tersebut berfokus pada penanaman karakter yang
mencakup kerja keras, kedisiplinan, toleransi, berpikir terbuka, kecermatan,
kepekaan, kejujuran, dan kerjasama. Karakter-karakter yang telah disebutkan
mengacu kepada grand design pendidikan karakter yang dikembangkan oleh
kemendiknas.
Mengacu pada Penelitian tersebut, penelitian pada skripsi ini merupakan
penelitian pengembangan atau penelitian tindak lanjut dari hasil penelitian Liliawati
(2014). Hal pembeda pada penelitian ini adalah dari tipe karakter yang diukur serta
karakteristik sampel yang menjadi objek penelitian. Tipe karakter yang peneliti
gunakan didasarkan pada karakter Thomas Lickona (2013) yang mencakup
kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran
moral, pengambilan keputusan, pengetahuan diri, hati nurani, harga diri, empati,
mencintai kebaikan, kontrol diri, kerendahan hati, kompetensi, dan kehendak.
Karakter-karakter tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam tiga aspek
karakter, yaitu pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling),
dan tindakan moral (moral action). Selain itu, pengambilan sampel pada penelitian
ini dilakukan terhadap siswa pada jenjang SMP.
Salah satu upaya untuk menanamkan ketiga aspek karakter tersebut, khususnya
terhadap siswa SMP, dapat dilakukan melalui pembelajaran IPA terpadu yang
memperhatikan kecerdasan dominan siswa. Armstrong (2013, hlm. 33)
menyebutkan bahwa setiap anak memiliki kedelapan jenis kecerdasan dan dapat
mengembangkan semuanya ke tingkat kompetensi yang wajar. Gardner menyebut
kedelapan kecerdasan tersebut dengan istilah kecerdasan Majemuk. Delapan
kecerdasan tersebut antara lain: Linguistik, Logis-Matematis, Musikal, Kinestetik,
Visual-Spasial, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Setiap manusia
memiliki satu atau lebih kecerdasan dominan dari kedelapan kecerdasan sejak usia
dini. Pembelajaran yang mengabaikan potensi dominan siswa hanya akan
menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa sebagai wujud
protes seperti apa mereka ingin diajar. Kondisi ini jelas bukan hanya berdampak
pada tidak terwujudnya pendidikan karakter di dalam kelas, tetapi juga
Pembelajaran yang selaras dengan apa yang siswa harapkan bukan saja mampu
meningkatkan prestasi intelektual siswa namun juga mampu menanamkan
nilai-nilai moral kehidupan yang sangat penting dimiliki siswa.
Sebagaimana telah peneliti utarakan pada paragraf sebelumnya bahwa salah
satu upaya penanaman karakter siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran IPA
terpadu. Pembelajaran IPA terpadu mencakup materi-materi yang bersifat aplikatif
yang menyajikan fenomena-fenomena yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa fenomena yang sering dialami siswa diantaranya adalah
masalah rokok dan gunung meletus.
Merebaknya isu rokok di kalangan siswa SMP sudah menjadi rahasia umum
yang meresahkan masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi kebiasaan tersebut
adalah pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok itu sendiri. Tujuan
mempelajari materi rokok di sekolah bukan hanya siswa menjadi faham secara teori
mengenai dampak negatif dari rokok, akan tetapi juga melahirkan Siswa yang
mampu menyikapi dengan benar ketika dihadapkan pada kasus rokok.
Isu lain yang sering dialami oleh siswa SMP bahkan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah isu gunung meletus. Kondisi fisik wilayah Indonesia
yang berada di jalur pertemuan lempeng menyebabkan jumlah gunung api di
Indonesia relatif banyak. Jumlah penduduk yang bermukim atau memanfaatkan
lahan gunung api cenderung semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Melihat kondisi fisik negara Indonesia yang demikian menuntut
semua kalangan masyarakat, termasuk siswa SMP untuk faham secara teori
mengenai fenomena gunung api dalam upaya untuk menanggulangi bencana alam
akibat gunung meletus. Disamping faham mengenai konsep gunung meletus, hal
yang juga tidak kelah penting dimiliki siswa adalah bagaimana siswa menyikapi
fenomena tersebut dengan baik. Untuk melahirkan karakter yang sesuai dengan
harapan masyarakat, diperlukan pembelajaran yang bukan hanya mampu
mencerdaskan siswa dari segi konsep atau teoi saja, tetapi juga mampu mencetak
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter siswa pada isu rokok dan
gunung meletus. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan arahan bagi
pendidik untuk melakukan pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua
kecerdasan majemuk siswa yang selanjutnya diharapkan mampu mempengaruhi
pengembangan karakter siswa. Dengan demikian, maka pendidikan di Indonesia
seharusnya tidak lagi memisahkan antara pembelajaran yang bersifat intelektual
dengan pendidikan karakter, karena sebetulnya keduanya dapat diintegrasikan
melalui metode pembelajaran dengan memperhatikan setiap kecerdasan yang
dimiliki siswa di dalam kelas.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan antara
Kecerdasan Majemuk dengan Karakter siswa SMP terhadap Isu Rokok dan
Gunung Meletus? Dari rumusan masalah umum tersebut dapat diuraikan menjadi
beberapa masalah khusus yang lebih rinci, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana profil kecerdasan majemuk siswa SMP?
2. Bagaimana profil karakter siswa SMP terhadap isu rokok dan gunung meletus?
3. Bagaimana hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter siswa SMP
terhadap isu rokok dan gunung meletus?
Agar penelitian ini tidak meluas maka perlu dibatasi cakupan dari variabel
penelitian. Pertama, kecerdasan yang digunakan merujuk pada kecerdasan
majemuk yang dikenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 yang mencakup
kecerdasan Linguistik, Logis-Matematis, Musikal, Kinestetik, Visual-Spasial,
Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Kedua, karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan (Muslich, 2013, hlm. 84). Thomas Lickona membagi
(Moral Knowing), Perasaan Moral (Moral Feeling), dan Tindakan Moral (Moral
Action). Ketiga, isu-isu sains yang diangkat dalam penelitian ini bertema rokok dan
gunung meletus.
Variabel yang berkaitan dalam penelitian ini yakni profil kecerdasan majemuk,
profil karakter siswa, dan hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter
siswa. Untuk memperjelas penelitian ini maka diberikan definisi operasional
sebagai berikut.
1. Profil kecerdasan majemuk siswa adalah kekuatan dominan siswa berdasarkan
hasil angket identifikasi kecerdasan majemuk yang diadopsi dari tes
kecerdasan majemuk Howard Gardner (www.pauluswinarto.com). Setiap
individu memiliki satu atau lebih kecerdasan dominan dan sebagian kecerdasan
lain berkembang hingga mencapai level tertentu. Kedelapan kecerdasan
tersebut antara lain: Linguistik, Logis-Matematis, Musikal, Kinestetik,
Visual-Spasial, Interpersonal, Intrapersonal, dan Naturalis. Profil kecerdasan
majemuk yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari berbagai aspek, yaitu
berdasarkan gender, usia, dan cluster sekolah.
2. Profil karakter siswa adalah gambaran nilai-nilai karakter siswa dalam wujud
pemikiran, perasaan, dan rencana tindakan ketika dihadapkan pada isu rokok
dan gunung meletus. Karakter siswa ditentukan melalui analisis terhadap
jawaban siswa pada Tes Dilema Moral untuk isu rokok dan gunung meletus.
Karakter yang diamati dalam penelitian ini antara lain: Pengetahuan Moral
(Moral Knowing) yang mencakup kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai
moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan
pengetahun diri; Perasaan Moral (Moral Feeling) yang mencakup hati nurani,
harga diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati; serta
Tindakan Moral (Moral Action) yang mencakup kompetensi dan kehendak.
Penilaian karakter ditinjau dari beberapa aspek yaitu berdasarkan gender, usia,
cluster sekolah, dan tema kasus yang disajikan.
3. Hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter merupakan keadaan
yang menjelaskan adanya keterkaitan antara setiap jenis kecerdasan majemuk
melihat pencapaian karakter di setiap jenis kecerdasan pada masing-masing
tema. Kecerdasan dengan persentase karakter tertinggi dimaknai memiliki
kontribusi terbesar dalam pembentukan karakter yang bersangkutan.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari keterkaitan antara
kecerdasan majemuk dengan karakter pada siswa SMP terhadap isu-isu sains.
Tujuan tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih rinci
sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kecerdasan majemuk siswa SMP.
2. Mengidentifikasi karakter siswa SMP terhadap isu rokok dan gunung meletus.
3. Menemukan hubungan antara kecerdasan majemuk dengan karakter siswa
SMP terhadap isu rokok dan gunung meletus.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Secara Teori
Secara teori, penelitian ini dapat dijadikan temuan baru bahwa setiap jenis
kecerdasan memberikan kontribusi terhadap pembentukan karakter tertentu.
Adanya keterkaitan antara kecerdasan majemuk dengan karakter memberikan suatu
referensi baru di dunia pendidikan yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Secara Kebijakan
Secara kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan
bagi pemerintah untuk meninjau kembali kurikulum yang lebih efektif dalam
rangka penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Secara praktik, tujuan pendidikan masih belum tercapai seutuhnya karena
adanya paradigma bahwa upaya mencerdaskan siswa secara intelektual dan
karakter adalah dua aspek yang dilaksanakan secara terpisah. Melalui penelitian ini
diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi para pendidik bahwa
pendidikan intelektual dan karakter adalah dua hal yang dapat diintegrasikan secara
utuh dalam pembelajaran yang dikemas dengan mempertimbangakan kecerdasan
majemuk siswa. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam
merumuskan metode pembelajaran yang efektif yang dapat diterima oleh semua
siswa, sehingga bukan hanya mencetak siswa yang berprestasi secara akademik
tetapi juga siswa yang unggul dari segi karakter.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Rincian penulisan Skripsi ini meliputi lima bab. Pertama, mengenai latar
belakang penelitian yang berisi hal yang melandasi peneliti mengambil kajian ini,
permasalahan pelaksanaan pendidikan yang masih belum sesuai dengan tujuan
pendidikan, dan permasalahan paradigma bahwa upaya mencerdaskan siswa secara
intelektual dan dari segi penanaman karakter adalah hal yang terpisah, menawarkan
solusi yaitu pembenahan paradigma dengan mencari keterkaitan antara kecerdasan
majemuk dengan karakter, tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan khusus serta
manfaat penelitian. Kedua, mengenai kajian pustaka yang berisi teori-teori yang
mendukung dalam penelitian ini, yaitu teori kecerdasan majemuk Howard Gardner
dan teori karakter Thomas Lickona, termasuk penelitian-penelitian sebelumnya
yang memiliki penelitian senada dengan penelitian ini untuk lebih menguatkan
dalam memaparkan hasil penelitian. Ketiga, Metode penelitian yang mencakup
desain penelitian, jumlah dan karakteristik partisipan, penentuan populasi dan
sampel, instrumen penelitian dan pengembangannya, prosedur penelitian, dan
analisis data. Keempat, temuan dan pembahasan yang mencakup menjabaran
tentang profil kecerdasan majemuk dan profil karakter siswa SMP berdasarkan
hasil pengolahan data, penjabaran tentang pola hubungan antara kedua aspek