• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa/periodesasi : Kolonial. Tanda alami : Jl. Erlangga Singaraja Pemilik lahan : Masyarakat Pemilik Objek : Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Masa/periodesasi : Kolonial. Tanda alami : Jl. Erlangga Singaraja Pemilik lahan : Masyarakat Pemilik Objek : Masyarakat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

131

tempat ibadah bagi umat muslim. Dari hasil survei lapangan dikabupaten ini, telah didapatkan beberapa mesjid kuno antara lain:

1. Masjid Noor

Koordinat : 08° 06ˈ 17,1" S dan 115° 05ˈ18,7"

Elevasi : 53,5 m dari muka laut

Objek : Masjid

Bahan : Bata

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : XX

Tanda alami : Jl. Erlangga Singaraja

Pemilik lahan : Masyarakat

Pemilik Objek : Masyarakat

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah

Diskripsi situs :

Merupakan bangunan masa kolonial abad 20. Bangunan tersebut terletak di, pada jarak sekitar 200 meter di sebelah Baratdaya kompleks pelabuhan Buleleng, yaitu di jalan Erlangga Kota Singaraja, dengan pintu masuk dari arah barat di sisi selatan di bagian belakang bangunan masjid, di sudut timur laurt terdapat bangunan menara berbentuk silindris.

Objek Foto :

(2)

132

Di sebelah timur terdapat bangunan ruko yang menghadap ke arah utara (jalan Erlangga) di sebelah selatan masjid terdapat rumah warga dan di sebelah barat terdapat satu jalan kampung dengan nama Gang Noor. Bangunan ini belum ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya Terdapat bangunan menara bergaya kolonial dengan tiang-tiang bulat pada bagian puncaknya bergaya Yaman Selatan.

2. Mesjid Agung Jami Singaraja,

Koordinat : 08° 06’ 21,4” S dan 115° 05’ 21,9” E

Elevasi : 53,5 m dari muka laut

Objek : Masjid

Bahan : Bata

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : XX

Tanda alami : Pemukiman di Jl. Imam Bonjol Singaraja

Pemilik lahan : Masyarakat

Pemilik Objek : Masyarakat

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah

Diskripsi situs :

Bangunan masjid telah mengalami beberapa kali perbaikan. Kekunaan yang masih tersisa adalah daun pintu gerbang masjid yang terdapat di tepi jalan Imam bonjol. Mimbar, inskripsi dan angka tahun 1210 diambang pintu ruang inti bangunan masjid dan 8 eksemplar naskah Al-Qur’an kuno tulisan tangan dan secara keseluruhan dalam kondisi tidak terawat. Tidak semua naskah lengkap tiga puluh juz tetapi ada dua naskah yang hilang satu juz (juz 1)dan hilang lebih dari satu juz Naskah ditulis diatas kertas Eropa dengan huruf dan berbahasa Arab. Bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat ibadah umat Islam dan belum ditetapkan sebagai BCB.

Arsitektur bangunan masjid bergaya colonial terutama terlihat pada bangunan menara masjid yang lama dan kolom-kolom tiangnya. Dibagian pintu bangunan terdapat prasasti yang menyebutkan pembangunan tahun 1820 M.

(3)

133

Pintu depan (gerbang) merupakan sumbangan Raja Buleleng yang diambil dari Puri buleleng

Foto 68 Al Qur’an kuno dan Masjid Jami’ Singaraja di Jl. Imam Bonjol 65 Singaraja

Menyimpan beberapa Al Quran kuno tulis tangan. Al Qur'an Kuna tulisan tangan tahun 1860-an, milik Masjid Agung Jami Singaraja - Buleleng, Bali Utara. Ada sekitar 10-an Al Qur'an Kuna tulisan tangan di masjid ini, yang menurut info pengurus mesjid, salah satu Al Qur'an tersebut ditulis oleh Kerabat Raja Buleleng I Gusti Jelantik yang telah masuk Islam (mualaf).

3. Masjid Keramat Kuna Singaraja

Koordinat : 08° 06’ 19,1” S dan 115° 05’ 26,8” E

Elevasi : 42,5 m dari muka laut

Objek : Masjid

Bahan : Bata

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : XVII

Tanda alami : Jl. Hasanudin Kampung Keramat Kota Singaraja

Pemilik lahan : Masyarakat

(4)

134

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah

Diskripsi situs :

Berdasarkan informasi yang berkembang di masyarakat Singaraja dan sekitarnya, Masjid Keramat Kuno merupakan masjid tertua di Kabupaten Buleleng, yaitu pada sekitar tahun 1639 Masehi.

Foto 69.

Mimbar peninggalan pada awal berdirinya masjid Kramat

(5)

135

Masjid tersebut telah mengalami perbaikan beberapa kali dan terakhir diperbaiki pada tahun 1950-an. Kekunaan masjid yang tertinggal adalah dua daun pintu masuk ke ruang inti bangunan masjid , satu pintu masuk ruang inti bangunan masjid di sebelah tenggara bangunan ruang inti masjid dan satu mimbar. Empat pilar yang semula berasal dari kayu pohon kelapa telah diganti dengan pilar berbahan bata dan spesi atau lepa. Saat ini bangunan ini dimanfaatkan sebagai prasarana ibadah umat Islam

Merupakan bangunan masjid yang tertua di Kota Singaraja, diperkirakan dibangun pada tahun 1654 M. Beberapa bangunan sudah dipugar dengan gaya arsitektur Kolonial seperti tiang bangunannya.

4. Makam Muslim Singaraja

Koordinat : 08° 06’ 19,1” S dan 115° 05’ 26,8” E

Elevasi : 42,5 m dari muka laut

Objek : Makam

Bahan : Bata dan batu

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : -

Tanda alami : terletak di Jalan Merak Singaraja

Pemilik lahan : Masyarakat

Pemilik Objek : Masyarakat

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah Diskripsi situs :

Luas makam sekitar 1 hektar, tetapi area tersebut terdiri dari dua kompleks, yaitu kompleks makam Arab dan kompleks makam pribumi . Di dalam kompleks makam arab maupun pribumi ada dua makam yang dicurigai sebagai makam kuno, yaitu makam dengan nisan yang terbuat dari bahan andesit berbentuk gada, baik nisan kepala dan nisan kaki (di kompleks makam pribumi) dan satu nisan di bagian kepala terbuat dari bahan batu cadas dengan bekas goresan yang diduga merupakan inskripsi pada makam (dikompleks makam Arab). Saat ini lahan ini digunakan sebagai makam muslim di Singaraja

(6)

136 Foto 70. Makam berbentuk gada di bagian nisan kepala dan nisan kaki

di kompleks makam muslim Singaraja

Foto 71. Nisan makam muslim di Jl Merak Singaraja

5. Kompleks Makam Keramat Karang Rupit

Koordinat : E = 114º 59’ 53,9” S = 08º 10’ 38,5”

Ketinggian (dpal) : 25 meter dpl

Objek (bcb) : Makam

Masa : Islam

Deskripsi objek :

Pada awalnya, makam ini dikeramatkan oleh penduduk dengan penyebutan Keramat Makam Karang Rupit dengan 6 makam berbatu nisan. Lokasi mekam tersebut dahulu merupakan tanah pribadi milik bapak H Jafar seluar 47 are, tetapi sekarang hanya tersisa 3,5 are karena dijual.

(7)

137

Sejak tahun 2009 tanah yang tinggal 3,5 are mulai dikembangkan oleh Hari Purwanto (informan) menjadi lokasi ziarah kubur, sehingga makam yang sebelumnya hanya berupa gundukan tanah dan nisan diperbaiki seperti yang terlihat sekarang dengan undakan untuk meninggikan makam utama.

Sekarang makam ini dikelola oleh Yayasan Makam Keramat Makam Karang Rupit. Hingga saat ini, makam ini sangat ramai dikunjungi peziarah dari Jawa Timur karena menganggap bahwa tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut sebagai WALI PITU (wali tujuh) yang menyebarkan Islam sejak dahulu

Seluruh makam yang ada di kompleks ini semuanya berada di dalam cungkup terbuka. Makam tokoh utama berada di bagian paling tengah. Cungkup ini merupakan bangunan baru. Atap bangunan berbentuk tumpang berjumlah 2 tingkat yang ditutup dengan genteng yang dicat dengan warna hijau. Atap cungkup makam ditopang oleh 12 tiang dari bahan cor semen. Makam yang ada seluruhnya berjumlah 9 makam dengan perincian: 2 makam ada di tengah, 4 makam ada di emperan sebelah barat, dan 3 makam ada di emperan sebelah timur. Letak kompleks makam ini persis berada di pinggir jalan raya Singaraja – Gilimanuk. Menurut penunggu makam dikatakan bahwa pada awalnya makam ini merupakan gundukan kecil. Kemudian sejak Juli 2009 pengelola makam berganti kepada pununggu yang sekarang. Lama kelamaan dengan dana sumbangan yang sedikit demi sedikit dikumpulkan akhirnya dapat membangun bangunan permanen seperti sekarang ini.

Tanda alami : Persawahan dataran rendah

Lahan : Pekarangan

Pemilik lahan : H. Muntahar

Pemilik objek : H. Muntahar

Pengelola : H. Muntahar dan Hari Purwanto

Kondisi : Sangat terawat

Pemanfaatan sekarang : Sebagai tempat berziarah dan berdoa

Lokasi administrasi : Desa Temukus, Kec. Banjar, Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Menurut cerita bahwa yang dimakamkan di sini adalah seorang penyebar agama Islam di kawasan Bali. Beliau merupakan seorang Cina Islam yang datang ke daerah ini dan meninggal di tempat ini.

(8)

138

Nama lengkapnya adalah THE KWAN LIE atau sering disebut SYEH ABDUL QODIR MUHAMMAD.

Nara sumber : Nama : Hari Purwanto

Umur : 56 tahun

Alamat : Labuhan Aji, Desa Temukus, Kec.

Banjar, Kab. Buleleng

Jabatan : Penunggu dan penjaga kompleks makam

Foto 72. Komplek makam keramat Karang Supit

6. Kampung Muslim di Pagayaman

Koordinat : 08° 10’ 23,56” S dan 115° 08’ 13,15” E

Elevasi : 409 m dari muka laut

Objek : Mesjid dan pemukiman kuno

Bahan : Bata dan tanah

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : -

Tanda alami : Masjid, makam dan pemukiman

Pemilik lahan : Masyarakat

(9)

139

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah dan hunian

Diskripsi situs :

Merupakan salah satu desa Islam yang ada di Bali. Desa ini awalnya hutan yang diberikan kepada pengawal /pawang gajah Raja Buleleng. Gajah dan pawangnya merupakan hadiah raja Surakarta untuk Raja Buleleng.

Merupakan kampung dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Kekunoan di kampung tersebut ditandai dengan bangunan masjid, makam dan naskah kuno ( al-Qur’an tulisan tangan) , nama-nama tokoh (ulama ) selain menggunakan nama arab juga menggunakan nama Bali sebagai nama depannya, seperti Wayan, Nengh, Nyoman, dan Ketut. Serta diterapkannya model pembelajaran Al-Qur’an dengan bahasa Bali.

Foto 73.

Perkampungan Muslim (perkampungan kuno) Pagayaman

7. Klenteng Tridharma/Ling Gwan Kiong

Koordinat : 08° 06’ 13,5” S dan 115° 05’ 23,0” E

Elevasi : 56 m dari muka laut

(10)

140

Bahan : Bata dan tanah

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : XIX

Tanda alami :

Pemilik lahan : Masyarakat

Pemilik Objek : Masyarakat

Kondisi : Tertata

Pemanfaan sekarang : Ibadah dan wisata Diskripsi situs :

Terletak di pelabuhan Buleleng, Singaraja. Bangunan klenteng dibangun pada tahun 1873, pernah direhab pada tahun 1970 dan 2003. Bangunan induk masih asli sesuai bangunan semula. Dewa utama yang dipuja yaitu Tan Hu Tin Jin. Atap bangunan Klenteng dan gapura berbentuk ekor walet.

Objek foto :

Foto 74. Klenteng Tridharma Ling Gwan Kiong

8. Pecinan Buleleng/ Pecinan I / Komplek Pelabuhan Buleleng

(11)

141

Elevasi : 5 m dari muka laut

Objek : Pemukiman

Bahan : Bata dan tanah

Masa/periodesasi : Kolonial

Abad : XIX

Tanda alami : Perempatan Jl Hasanudin dan Jl. Airlangga (pintu keluar Klenteng)

Pemilik lahan : Pemda

Pemilik Objek : Pemda

Kondisi : Baik

Pemanfaan sekarang : wisata

Diskripsi situs :

Bangunan Pelabuhan merupakan satu bagian komplek dengan Monumen Yudha Mandalatama, Pura Segara, Bangunan Syahbandar/Pabean, dan Klenteng Ling Gwan Kiong. Bangunan gudang lama sudah dibongkar oleh pemda Buleleng diganti dengan bangunan baru bergaya arsitektur Bali.

Foto objek :

Foto 75: Gedung Pabean dan pelabuhan Buleleng

9. Jembatan Kolonial, Sungai Buleleng, Pelabuhan Buleleng Kota Singaraja

Koordinat : 08° 06’ 13.9” S - 115° 05’ 24.6” E

Eevasi (dpl) : 3 m dpl

Objek (BCB) : Bangunan Jembatan

(12)

142

Abad/tahun : XX

Deskripsi objek : Jembatan berbentuk lengkung dengan

didukung struktur kolom yang berbentuk kotak- kotak

Tanda alami : Muara Sungai Buleleng

Pemilik lahan : Pemda Buleleng

Pemilik objek : Pemda Buleleng

Pengelola : Pemda Buleleng

Kondisi : sangat baik

Pamanfaatan sekarang :Difungsikan sebagai Cagar Budaya dan Pendukung Objek Pariwisata Pelabuhan Buleleng

Lokasi administrasi : Pelabuhan Buleleng Singaraja

Keterangan Tambahan : Jembatan ini berbentuk lengkung dan terletak di Muara Sungai Buleleng. Bangunan ini sudah tidak digunakan dan sudah direnovasi. Berdasarkan informasi, Sungai Buleleng ini dahulu dilayari kapal-kapal kecil masuk hingga kampong di dalam terutama berkaitan dengan Masjid Kuno Keramat.

(13)

143 Foto 76. Jembatan kolonial, Buleleng

10. Pelabuhan Sangsit

Koordinat : S 00˚27 39.8“ E 100˚ 36’28.7”

Elevasi (dpl) : 3 m dpl

Objek (BCB) : Bangunan belum terdaftar di BCB

Masa : Kolonial

Abad/tahun : XX

Pemilik lahan : Masyarakat

Pemilik objek : Masyarakat

Pengelola : Masyarakat

Kondisi : kurang terawat

Pamanfaatan sekarang : tempat ibadah agama Budha

Lokasi administrasi : Pelabuhan Sangsit

Deskripsi objek :

Terdapat di Desa Sangsit Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Selain terdapat bangunan Pure, yaitu pura Beji, juga terdapat pelabuhan yang dikenal

(14)

144

dengan sebutan pelabuhan Sangsit dan bangunan kuno. Pelabuhan Sangsit tersebut pernah menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal Belanda pada masa kolonial. Di sekitar pelabuhan ini ada beberapa bangunan sisa-sisa peninggalan kolonial Belanda, antara lain Gedung Syah Bandar / pabean, Runah tinggal Kapitein yang beretnis China, dan makam muslim. Wilayah ini belum dimasukkan ke dalam kategori BCB dan tidak terawat, walaupun daerah ini telah dimanfaatkan sebagai objek wisata rekreasi

11. Kantor Bupati Buleleng

Koordinat : E = 115º 05’ 34,7” S = 08º 07’ 30,8”

Ketinggian : 75 meterdpl

Objek : Bangunan Indis

Masa : Kolonial

Deskripsi objek : Kompleks kantor Bupati Buleleng secara

keruangan terbagi atas 3 bangunan. Ketiga bangunan tersebut adalah:

Bangunan I. Banguan I merupakan bangunan induk. Bangunan ini sekarang difungsikan sebagai Kantor Bupati Buleleng. Merupakan bangunan yang denahnya berbentuk seperti huruf T, yaitu makin ke belakang semakin lebar dan memanjang dengan arah utara-selatan. Bangunan ini atapnya ditutup dengan genteng. Secara umum bangunan ini telah mengalami banyak perubahan, terutama bagian depan dan samping. Bangunan bagian depan disesuaikan dengan kebutuhan sebuah kantor yaitu dibuat tanpa sekat sehingga kelihatan luas. Untuk masuk ke bagian ini dapat lewat 3 sisi: sisi barat dengan 1 pintu dan 7 anak tangga, sisi timur ada 1 pintu dengan 6 anak tangga, dan sisi utara dengan tanpa pintu dan 6 anak tangga. Bangunan bagian depan dengan atap berbentuk limasan. Sekarang lantainya memakai porselin dengan ukuran 40 x 40 cm. Bangunan di belakangnya menyatu dengan bangunan bagian depan. Bangunan di bagian belakang yang masih menunjukkan keasliannya adalah pemakaian pintu dan jendela yang berukuran sangat besar.

Bangunan II. Bangunan ini berada di sebelah barat bangunan induk dan menghadap ke arah utara / kelod / laut yaitu langsung ke pelabuhan. Merupakan bangunan yang denahnya berbentuk seperti huruf L. Bangunan ini

(15)

145

atapnya ditutup dengan genteng. Pada bagian depan terdapat emperan. Emperan ini ditopang dengan 10 tiang doria. Bagian depan memakai 2 pintu dan 6 jendela yang semuanya berukuran cukup besar. Masing-masing pintu dan jendela memakai 2 daun pintu dan 2 daun jendela. Bangunan ini sekarang dipakai untuk Kantor Legium Veteran. Lantai bangunan sekarang telah diganti dengan memakai keramik berukuran 30 x 30 cm. Cara pemasangan lantai ini ada dua, yaitu di pinggir dipasang secara tegak lurus, sedangkan yang di tengah memasangnya serong menyorong atau menyudut. Sementara bangunan yang menghadap ke timur memakai 2 pintu dengan ukuran yang tidak sama (besar dan kecil) dan 3 jendela. Kedua pintu dan 3 jendela masing-masing memakai 2 daun pintu dan 2 daun jendela. Bagian emperan bangunan ditopang oleh 2 tiang penyangga. Lantai telah diganti dengan keramik warna putih berukuran 30 x 30 cm dan pemasangannya secara tegak lurus. Di bagian pojok atap terdapat tambahan yang berfungsi sebagai lubang asap.

Bangunan III. Bangunan ini adalah sebuah bangunan indis yang menghadap ke arah timur. Bangunan ini terletak persis di sebelah utara bangunan nomor II. Bangunan ini berdenah empat persegi panjang yang memanjang dengan arah utara-selatan. Atap bangunan bentuknya menyerupai bentuk huruf U yang ditutup dengan genteng. Bangunan bagian depan dilengkapi dengan 1 pintu yang diapit dengan 6 jendela, masing-masing 3 di kanan dan 3 di kiri. Sementara di sebelah utara dilengkapi dengan 1 pintu dan 1 jendela. Seluruh pintu yang ada masing-masing memakai dua daun pintu. Demikian pula keadaannya dengan 7 jendela yang ada. Pintu di sebelah utara memakai semacam kuncungan seperti yang ada pada bangunan tradisional Jawa. Lantai bangunan sekarang elah diganti dengan keramik berwarna putih dengan ukuran 30 x 30 cm. Bangunan ini sekarang digunakan untuk Kantor Administrasi Veteran dan Cadangan IX / 19 Buleleng (KODAM).

Tanda alami : Pemukiman dan perkantoran

Lahan : Pekarangan

Pemilik lahan : Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng

Pemilik objek : Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng

Pengelola : Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng

(16)

146

Pemanfaatan sekarang : Sebagai Kantor Bupati Buleleng

Lokasi : Kelurahan Banjar Tegal, Banjar Paketan, Kec.

Buleleng, Kabupaten Buleleng

Foto :

Foto 78. Komplek perkantoran Pemerintahan Daerah Tingkat II Buleleng

12. Bekas Rumah Guru MULO

Koordinat : E = 115º 05’ 30,2” S = 08º 06’ 36,9”

Ketinggian : 34 meter dari permukaan laut

Objek : Bangunan Indis

(17)

147

Deskripsi : Di sebelah timur jalan atau berseberangan

dengan SMPN 1 Singaraja terdapat rumah bangunan tradisional yang merupakan bangunan Indish dengan beberapa kekhasan bangunannya. Semua unsur bangunan masih terlihat asli dan belum ada perubahan, jika dilihat berdasarkan ukiran pada bagain depan rumah tersebut maka rumah tersebut dibangun pada tahun 1914.

Bangunan tersebut dahulu menjadi rumah tinggal guru bahasa inggris bernama Yakob (kewarganegaraan Belanda) yang mengajar di SMPN 1 Singaraja, tetapi sekarang sudah menjadi milik salah satu warga Singaraja. Sebelah utara rumah tinggal tersebut masih terdapat rumah indis dengan tipe yang sama persis dan dibangun pada tahun yang sama 1914. Rumah tersebut dahulu menjadi kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) tetapi sekarang disewa dan dijadikan kantor Project Management Unit (PMU) kerjasama antara pemda Buleleng dan Uni Eropa untuk urusan keberlangsungan urusan irigasi pertanian.

Bangunan menghadap ke arah barat dan berhadap langsung dengan Sekolah SMPN I Singaraja. Bangunan ini pada bagian depan terdapat semacam tambahan yang menjorok ke depan. Bagian ini mirip dengan “kuncungan” pada bangunan tradisional Jawa. Setelah melewati bagian ini (kuncungan) terdapat 1 pintu. Pintu ini memakai 2 daun pintu dan jumlahnya rangkap. Daun pintu bagian depan bentuknya seperti pintu pada umumnya, sedangkan daun pintu bagian dalam memakai kaca tembus pandang. Di kanan dan kiri pintu masing-masing terdapat jendela yang berukuran cukup besar. Daun jendela ini sama seperti pada pintu masuk yaitu bentuknya rangkap. Denah bangunan seperti bentuk huruf T yaitu bagian belakang lebih lebar dari pada bagian depan. Atap bangunan ditutup dengan genteng. Lantai dibuat dari tegel dan masih dalam keadaan asli, berwarna kuning dengan ukuran 20 x 20 cm. Bangunan ini merupakan bangunan induk. Di sebelah utara bangunan utama terdapat bangunan lain sebagai pendukungnya. Bangunan ini berfungsi sebagai dapur, kamar mandi, dan kamar pembantu. Bangunan ini denahnya berbentuk empat persegi panjang yang memanjang dengan arah timur-barat. Bangunan ini atapnya berbentuk limasan yang itutup dengan genteng. Antara bangunan induk dengan bangunan pendukungnya

(18)

148

dihubungkan dengan jalan yang beratap yaitu doorlop. Secara umum bangunan ini dalam keadaan rusak karena tidak ada penghuninya, sehingga tidak ada yang merawat.

Lahan : Pekarangan

Kondisi : Tidak terawat

Pemanfaatan sekarang : Kosong dan tidak dimanfaatkan

Lokasi : Jl. Gajah Mada, Singaraja, Kab. Buleleng

Foto 79. Rumah guru Mulo 13. SMPN I, Singaraja

Situs : SMPN I, Singaraja

Koordinat : E = 115º 05’ 30,4” S = 08º 06’ 38,6”

Ketinggian : 34 meter dpl

Objek : Bangunan Indis

Masa : Kolonial

Deskripsi objek : Sebagian bangunan depan yang berbahan

kayu sudah dibongkar dan beberapa tiang kayu digantikan dengan tiang beton tetapi dinding, pintu, jendela, dan ventilasi masih memperlihatkan ciri bangunan colonial.

Bangunan menghadap ke arah timur. Secara umum bangunan telah mengalami perubahan. Perubahan ini terkait erat dengan pemanfaatan dewasa ini. Dahulu bangunan ini merupakan sekolah MULO, sekarang sebagai Sekolah SMPN I, Singaraja. Perubahan tersebut terlihat pada penggantian penutup atap yang terlihat baru. Perubahan yang lain adalah penambahan bangunan baru, terutama di bagian belakang untuk menambah lokal kelas. Mengingat bahwa sekolah ini merupakan salah satu yang

(19)

149

diunggulkan di Singaraja. Pada bangunan bagian depan dilengkapi dengan 5 pintu, 10 jendela, dan 1 lorong yang menembus ke arah belakang bangunan. Masing-masing pintu dan jendela memakai 2 daun pintu dan 2 daun jendela. Untuk masuk ke kompleks harus melalui sebuah gapura baru yang berbentuk paduraksa. Setelah melalui gapura sampailah pada halaman depan yang cukup luas. Halaman ini sering digunakan untuk upacara, selain untuk olah raga footsal dan basket. Di bangunan bagian depan terdapat emperan sekolah. Emperan ini disangga oleh 16 tiang. Pada bagian tengahnya terdapat bangunan yang sedikit menjorok ke depan. Bagian ini mirip dengan “kuncungan” pada bangunan tradisional Jawa. Denah bangunan lama berbentuk seperti huruf E. Atap bangunan bentuknya seperti bertingkat, karena di bawah atap bagian atas terdapat atap lagi yang menempel pada dinding bangunan.

Lahan : Pekarangan

Pemilik lahan/objek : Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

Pengelola : Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

Kondisi : Sangat terawat

Pemanfaatan sekarang : SMPN I, Singaraja, Kabupaten Buleleng

Lokasi administrasi : Jl. Gajah Mada No. 109, Singaraja, Kabupaten Buleleng

Keterangan tambahan : Menurut informasi dari kepala sekolah diketahui bahwa sekolah ini berdiri sejak jaman Belanda. Setelah itu pernah mengalami perbaikan. Salah satu perbaikan atau perbaikan terakhir dilakukan pada tahun 2010 yang lalu. Perbaikan ini didanai langsung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali melalui Komite Sekolah.

Nara Sumber/Informan :

Nama : I Ketut Bawa

Umur : 39 tahun

Alamat : Kompleks Perumahan Indah H36, Singaraja Jabatan : Kepala Sekolah SMPN I Singaraja

(20)

150 Foto 80. SMP Negeri I Singaraja Dulu dan Sekarang). Pos jaga tetap dipertahankan

B. Budaya Lokal

Budaya lokal adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (Arnold, Matthew. 1869).

Adat dan kebudayaan yang ada pada masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan relijius masyarakat Hindu. Keduanya telah memiliki akar sejarah yang demikian panjang dan mencerminkan konfigurasi ekspresif dengan dominasi nilai dan filosofi relijius agama Hindu. Dalam konfigurasi tersebut tertuang aspek berupa esensi keagamaan, pola kehidupan, lembaga kemasyarakatan, maupun kesenian yang ada didalam masyarakat Bali.

Gambar

Foto 67. Masjid Noor di Jl Erlangga,  Singaraja, Buleleng
Foto 68  Al Qur’an kuno dan Masjid Jami’ Singaraja di Jl. Imam Bonjol 65 Singaraja
Foto 70.  Makam berbentuk gada di bagian nisan kepala dan nisan kaki                                                      di kompleks makam muslim Singaraja
Foto 72. Komplek makam keramat Karang Supit
+5

Referensi

Dokumen terkait