• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS SAMPAH ORGANIK PADA LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP KADAR HARA NITROGEN PADA PERTANAMAN KAKAO ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JENIS SAMPAH ORGANIK PADA LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP KADAR HARA NITROGEN PADA PERTANAMAN KAKAO ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH JENIS SAMPAH ORGANIK PADA LUBANG RESAPAN BIOPORI TERHADAP KADAR HARA NITROGEN

PADA PERTANAMAN KAKAO

Sri Lanti Kabulu1, Nelson Pomalingo(2), Nurmi(3)

(1)

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128

Email: Srilantikabulu@yahoo.com (2)

Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128

(3)

Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis sampah organik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao dan Untuk mengetahui jenis sampah organik yang baik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2014, di lahan pertanaman kakao yang bertempat di Desa Polohungo, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 unit perlakuan B0 (Tanpa perlakuan), B1 (Perlakuan Sayur Kangkung), B2 (Perlakuan KulitPisan) dan B3 (Perlakuan Daun Gamal). Setiap perlakuan diulangi 3 (tiga) kali sehingga diperoleh 12 unit-unit percobaan. Parameter pengamatan meliputi kadar hara nitrogen (menggunakan metode kjeldahl), Tinggi tanaman, Diameter Batang, Luas Penutup Tajuk. Data dianalisis dengan menggunakan Anova dan di uji lanjut dengan BNT 5%. Perlakuan jenis sampah organik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao untuk pengamatan kadar hara nitrogen baik pada pengamatan 30 Hari Setelah Aplikasi (HSA) Sampah Organik dan 60 Hari Setelah Aplikasi (HSA) sampah organik berpengaruh.Jenis sampah organik yang baik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao, terdapat pada perlakuan jenis sampah organik pada perlakuan B1 (Kangkung) dengan rata-rata 2066, 67 ppm pada pengamatan 30 Hari Setelah Aplikasi (HSA) dan perlakuan B1 (kangkung) dengan rata-rata 2400.00 ppm pada pengamatan 60 HSA dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Kata Kunci :Sampah Organik, Lubang Resapan Biopori, Kadar Hara Nitrogen.

1

Sri Lanti Kabulu, 613410052, Nelson Pomalingo, Nurmi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

(3)

PENDAHULUAN

Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya) (Sutedjo dan Kartapoetra, 2010:23). Tanah merupakan media pertumbuhan bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup bagi hewan dan manusia. Produktivitas tanah untuk pertumbuhan tanaman didasarkan pada kesuburan tanah.

Kesuburan tanah di tentukan oleh jumlah, jenis, dan ketesedian senyawa atau unsur hara, atau ion-ion dalam tanah. Unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Bila jumlahnya relatif sedikit, maka tidak akan segera menunjukan gejala defisiensi. Gejala defesiensinya bisa diperbaiki dengan cara pemberian pupuk organik dan anorganik. Pemberian pupuk organik bisa dilakukan dengan memanfaatkan sampah organik seperti sampah organik yang berasal dari sayur-sayuran, kulit buah, dan sampah organik kering yang berasal dari daun-daun kering. Salah satu cara pemberian pupuk organik dapat diberi pada lubang resapan biopori yang berbentuk mulsa vertikal.

Lubang Resapan Biopori merupakan lubang berbentuk silinder yang nantinya akan diisi dengan sampah-sampah organik agar mendorong aktivitas fauna dalam tanah untuk membuat lubang-lubang kecil yang dinamakan biopori. Jadi, biopori adalah lubang/terowongan kecil yang dibentuk oleh aktivitas fauna (mikrobia) tanah dan akar tanaman.

Biopori diperkuat oleh senyawa organik yang diberasal dari organisme tanah pembentuknya sehingga tidak mudah rusak, Didalam biopori tersedia cukup banyak bahan organik, air, oksigen dan unsur hara sehingga cocok bagi perkembangan akar tanaman dan organisme tanah, termasuk mikroorganisme yang membantu dalam pelapukan (Brata dan Anne, 2008).

Prinsip kerja biopori yaitu memperbaiki kondisi ekosistem tanah. Perbaikan fungsi hidrologis ekosistem dengan cara membuat lubang resapan berdiameter 10 cm dengan kedalam 100 cm. Pada lubang tersebut dimasukkan sampah organik untuk mengaktifkan mikrobiologi yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Selain itu, air resapan yang masuk ke dalam tanah juga turut memperbaiki struktur tanah sampah organik yang telah diolah oleh mikrobiologi pada akhirnya akan menjelma menjadi kompos (Brata dan Anne, 2008).

Sampah organik merupakan sisa-sisa makanan manusia atau jenis sampah organik yang berasal dari sampah rumah tangga. Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lain lain, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006 dalam Fairus et al.,2011 :2).

(4)

Pemanfaatan sampah organik bagi tanah untuk meningkatkan daya serap unsur hara dan dapat membantu proses mikroorganisme dalam tanah. Sampah organik yang berasal dari sisa-sisa makanan manusia berupa sayur-sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nitrat yaitu nitrogen yang siap diserap oleh tanaman. Semua tanaman memerlukan nitrat namun kandungan nitrat yang tiggi terdapat pada air tanah, sayuran umbi dan sayuran berdaun hijau. Sehingga itu sampah organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk meningkatkan daya serap unsur hara bagi tanaman. Jika kadar tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang salah terjadi pada sifat kimia tanah, akibat kekuranagan unsur hara berupa unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium pada tanah.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Memiliki kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan yang terdiri dari senyawa nitrogen, senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk pembentukan asam amino yang akan diubah menjadi protein. Sedangkan untuk tanah nitrogen itu sendiri berasal dari hasil dekomposisi bahan organik baik sisa-sisa tanaman. Menurut Utami (2009 :17), nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).

Berdasarkan uraian di atas perlu di lakukan konservasi tanah melalui pemberian sampah organik pada lubang resapan biopori untuk meningkatkan kesuburan tanah. Maka di lakukan penelitian di Lahan Perkebunan Kakao Desa Polohungo, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo tentang ’Pengaruh jenis sampah organik pada lubang resapan biopori terhadap kadar hara nitrogen padaPertanaman kakao.’

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2014 di lahan perkebunan kakao yang bertempat di Desa Polohungo, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo sedangkan analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium PT. PG Tolangohula Gorontalo. Untuk pengolahan data dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.

Alat yang digunakan : Linggis, Pisau, Plastik, Timbangan, Meteran, Bor tanah Kantong plastik, Kertas label dan Kamera digital. Bahan yang digunakan: sampah organik yang diberasal dari sayur kangkung, kulit pisang dan daun gamal.

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 unit perlakuan dan masing-masing perlakuan diulangi 3 (tiga) kali sehingga diperoleh 12 unit-unit percobaan. Parameter yang diamatiyaitupada tanaman meliputimengukur tinggi tanaman dilakukan pada umur tanaman kakao 18 bulan sampai ujung tinggi tanaman tertinggi. Pengukuran dilakukan pada pengamatan 30 HSA dan 60 HAS, diameter batang diukur 10 cm dari permukaan tanah, dengan posisi pengukuran pada pengamatan 30 HSA diberi tanda, agar pada posisi pengukuran 60

(5)

HSA tetap pada posisi pengukuran pertamadan luas penutup tajukdiukur dengan mengambil 5 posisi pengukuran pada setiap sampel tanaman kakaodan pada tanah dilakukan dengan menganalisis unsur hara nitrogen yang terdapat pada berbagai jenis sampah organik dan analisis tanah di lakukan di laboratorium dengan menggunakan metode Kjeldahl.

Analisis data yang digunakan yakni Analysis of Variance (Anova) sedangkan untuk mendeteksi perbedaan signifikan dari masing-masing perlakuan maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Nitrogen (N-Total)

Data hasil analisis N-Total disajikan pada Tabel lampiran 1. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian jenis sampah organik pada lubang resapan biopori bepengaruh nyata pada N-Total untuk pengamatan 30 Hari Setelah Aplikasi (HSA) Sampah Organik dan 60 Hari Setelah Aplikasi (HSA) Sampah Organik. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis N-Total pada 30 dan 60 Hari Setelah Aplikasi(HSA)Sampah Organik

Perlakuan Kadar Hara N-Total (ppm)

30 HSA 60 HSA B0 1633.33d 1833.33bc B1 2066.67a 2400.00a B2 1933.33b 2333.33ab B3 1833.33c 2200.00b BNT(P<0,05) 99.895 116.49 KK 2.68 3.80

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa berbeda nyata untuk peningkatan kadar hara nitrogen pada lahan tanaman kakao pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA, hal ini dapat dilihat antara perlakuan B1 (2066.67 ppm) pada pengamatan 30 HSA dan perlakuan B1 (2400.00 ppm) pada pengamatan 60 HSA lebih tinggi unsur hara nitrogen, di bandingkan dengan perlakuan B2 (1933.33 ppm) pada pengamatan 30 HSA dan perlakuan B2 (2333.33 ppm) pada pengamatan 60 HSA, tidak jauh berbeda nyata dengan perlakuan B3 (1833.33 ppm) pada pengamatan 30 HSA dan perlakuan B3 (2200.00 ppm) pada pengamatan 60 HSA serta perlakuan perlakuan B0 (1633.33 ppm) pada pengamatan 30 HSA dan perlakuan B0 (1833.33 ppm) pada pengamatan 60 HSA lebih rendah di antara semua perlakuan. Tingginya penyerapan nitrogen pada perlakuan B1 (Kangkung), kerena dalam proses pengomposannya mudah terdekomposi sehingga banyak menyerap unsur hara

(6)

nitrogen. Menurut Indrian, (2002) dalam Nursyamsiyah, (2013: 7), bahan baku yang digunakan dalam pengomposan merupakan jenis sampah organik yang berupa sisa sayuran seperti kangkung, sawi, kol, bayam, daun ketela dan lain-lain. Penggunaan bahan baku dari sayuran dalam pengomposan dikarenakan didalam sayuran terkandung selulosa dan sedikit air dibandingkan dengan buah-buahan, sehingga dapat mempengaruhi laju pengomposan.

Gambar 1. Rataan kadar hara N-Total pada 30 HSA dan 60 HSA.

Peningkatan kadar hara nitrogen pada 60 HSA terhadap perlakuan sampah organik pada lubang resapan biopori pada tanaman kakao merupakan hasil dari proses penguraian sampah organik oleh mikroba tanah. Dengan hasil perombakan atau pengomposan tersebut menjadikan sampah organik melapuk dan menyuplai peningkatan nitrogen. Menurut Siboro, Erickson Sarjono(2013 :2), proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob untuk membantu mendekomposisi bahan yang dikomposkan. Sedangkan menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011 :2),pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas lahan, meskipun kandungan hara dari bahan organik umumnya lebih rendah dibanding pupuk kimia. Selain itu unsur hara nitrogen sudah tersedia dalam tanah, sehingga mampu menyuplai unsur hara nitrogen yang di butuhkan oleh tanaman. Menurut Marliani (2011: 7), penyerapan unsur hara makro terutama nitrogen sangat tergantung pada pertumbuhan organ utama tanaman dalam hal ini akar. Demikian juga dijelaskan menurut Pattiet al.,(2013 : 55), nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+dari tanah.

0 500 1000 1500 2000 2500 B0 B1 B2 B3 K ad ar Ha ra Ni tr oge n (pp m)

Perlakuan Jenis Sampah Organik

30 HSA 60 HSA

(7)

Tinggi Tanaman

Data hasil analisis statistik disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisis anova menunjukan bahwa perlakuan lubang resapan biopori akibat pemberian jenis sampah organik pada pertanaman kakao baik B0, B1, B2 dan B3 berpengaruh nyata untuk penambahan tinggi tanaman pada 30 HSAdan 60 HSA. Sebagaimana telah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis penambahan tinggi tanaman kakao pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA.

PERLAKUAN Selisih Tinggi Tanaman (cm) antara

30 HSA dan 60 HSA B0 B1 B2 B3 33.667a 29.333a 13.233b 11.000b BNT(P<0,05) 15.611 KK 35.4

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan menunjukan bahwa perlakuan berbeda nyata untuk penambahan tinggi tanaman pada 30 HSA dan 60 HSA, dimana perlakuan B0 (34.667 cm) memilik penambahan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B3 (11.000 cm), tidak berbeda nyata dengan perlakuan B2 memiliki penambahan tinggi tanaman (13.233 cm) tapi berbeda nyata pada perlakuan B1 memiliki penambahan tinggi tanaman (29,333 cm). Berpengaruhnya perameter tinggi tanaman, disebabkan tanaman kakao dapat menghasilkan sel baru. Menurut Gardner, etal., (1985) dalam Nurmi (2009:85), bahwa bagian tanamanyang menghasilkan sel baru yang mengakibatkan suatu tanaman bertambah tinggi adalah maristem pucuk sedangkan menurut Zaenudin, (2004 : 15), habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan-naungan pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, serta kelembapan tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti ini, tanaman kakao akan tumbuh tinggi. Ditambahkan menurut Hall, (1932) dalam Zaenudin, (2004 : 15), jika dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur 3 tahun mencapai 1.8 – 3.0 meter dan pada umur 12 tahun mencapai 4.50 – 7.0 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor – faktor tumbuh yang tersedia. Sebagaimana di sajikan pada gambar 2.

(8)

Gambar 2. Rataan penambahan tinggi tanaman Kakao pada pada 30 HSA dan 60 HSA.

Diameter Batang

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa lubang resapan biopori akibat berbagai jenis sampah organik pada perkebunan kakao, pada perlakuan B0, B1, B2, B3 untuk penambahan diameter batang pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA tidak berpengaruhnya. Sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis penambahan diameter batang pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA.

PERLAKUAN Selisih Diameter Batang (cm) antara 30 HSA dan 60 HSA

B0 B1 B2 B3 1.2800 1.1700 0.5000 0.3833 BNT(P<0,05) - KK 74.7

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Berdasarkan data pada table 3. Menunjukan bahwa penambahan diameter batang pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA tidak berpengaruhnya. Pada perlakuan B0 (1.2800 cm) memilki penambahan diameter batang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan B1 (1.1700 cm), B2 (0.5000 cm) dan B3 (0.3833 cm). Hal ini

0 5 10 15 20 25 30 35 B0 B1 B2 B3 Ti n gg i T an ama n (cm )

(9)

disebabkan karena pada diameter batang tanaman kakao memiliki maristem lateral yang sangat kecil. Menurut Nurmi (2009 : 84) disebabkan karena maristem lateral pada tanaman dengan diameter batang yang lebih besar akan menghasilkan sel-sel baru yang lebih banyak, sehingga pertambahan diameter batang pada tanaman tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman yang memilki diameter batang yang lebih kecil. Selain itu,hal ini disebabkan pada diameter batang pada tanaman kakao belum terbentuk biopori didalam tanah. Biopori terbentuk didalam tanah berfungsi untuk meningkatkan kelembaban tanah sehingga tanah mampu menyerap unsur hara kedalam tanah yang nantinya akan menambah lebar diameter batang tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Menurut IPB (2012) dalam Suparwata (2013 : 24) menjelaskan penambahan mulsa pada saluran dan lubang resapan memberi dampak positif terhadap ekosistem biota dan fauna tanah di area tersebut sehingga meningkatkan aktifitas pembentukan biopori di dalam tanah.

Gambar 3. Rataan penambahan diameter batang kakao pada 30 HSA dan 60 HSA.

Luas Penutup Tajuk

Hasil analisis statistik luas penutup tajuk 30 HSA dilampirkan pada Tabel 4. Hasil analisis menunjukan lubang resapan biopori dari bebagai jenis sampah organik tidak berpengaruh nyata pada penambahan luas penutup tajuk untuk pengamatan 30 HSA dan 60 HSA. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 4.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 B0 B1 B2 B3 Di ame ter Ba tang (cm)

(10)

Tabel 4. Hasil analisis penambahan luas penutup tajuk 30 HSA dan 60 HSA. PERLAKUAN Selisih Luas Penutup Tajuk (m2) antara

30 HSA dan 60 HSA B0 B1 B2 B3 0.4050 0.5163 0.3213 0.6500 BNT(P<0,05) - KK 56.1

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Pada Tabel 4. Menunjukkan perlakuan sampah organik tidak berpengaruh nyata untuk penambahan luas penutup tajuk pada pengamatan 30 HSA dan 60 HSA. Pada perlakuan B3 (0.6500 m2) memiliki rata-rata luas penutup tajuk besar dibandingkan dengan perlakuan B1 (0.5163 m2), B0 (0.4050 m2) dan B2 (0.3213m2). Hal ini disebabkan karena unsur hara yang diserap oleh tanaman dapat merangsang pertumbuhan tanaman.Menurut Lingga (1986)dalam Marliani (2011: 7), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang berguna bagi proses fotosintesis. Sedangkan Menurut Suharno et al., (2007) dalam Patti et al., (2013:55) bahwa keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil pada daun tanaman. Ditambahkan menurut Nursyamsiyah, (2013: 2),nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman menyehatkan zat hijau daun (klorofil), meningkatkan kadar protein oleh tumbuhan tanaman, meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun.

Gambar 4. Rataan penambahanluas penutup tajuk kakao pada 30 HSA dan 60 HSA. 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 B0 B1 B2 B3 Lu as Pe n u tu p T aj u k (m 2)

(11)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlakuan jenis sampah organik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao untuk pengamatan kadar hara nitrogen baik pada pengamatan 30 Hari Setelah Aplikasi (HSA) Sampah Organik dan 60 Hari Setelah Aplikasi (HSA) sampah organik berpengaruh.

2. Jenis sampah organik yang baik pada lubang resapan biopori terhadap peningkatan nitrogen pada pertanaman kakao, terdapat pada perlakuan jenis sampah organik pada perlakuan B1 (Kangkung) dengan rata-rata 2066, 67 ppm pada pengamatan 30 Hari Setelah Aplikasi (HSA) dan perlakuan B1 (kangkung) dengan rata-rata 2400.00 ppm pada pengamatan 60 HSA dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga. Jakarta Selatan.

Brata, Kamir R., Anne Nelistya. 2008. Lubang Resapan Biopori. Bogor : Penebar Swadaya.

Fairus, S, Salafudin, Lathifa Rahman dan Emma Apriani. 2011. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknonogi Nasional. Yogyakarta. Jurnal.

Marliani , Vitta Puspita. 2011.Analisis Kandungan Hara N Dan P Serta Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 Yang Ditanam Di Kebun Percobaan Pg Djatiroto, Jawa Timur. Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi.

Nurmi. 2009. Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetative dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Pada Tanaman Kakao. Insitut Pertanian Bogor. Skripsi.

Nursyamsiyah, Siti. 2013. Rasio C/N, Kandungan Nitrogen Total, Nitrogen Tersedia, Warna dan Tekstur Kompos Sampah Organik Pasar dengan Starter Kotoran Sapi dalam Berbagai Dosis.IKIP PGRI Semarang, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi. Skripsi.

Patti, E, Kaya dan Ch. Silahooy. 2013.Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam Kaitannya Dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah Di Desa Waimital,

(12)

Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura.

Siboro, Erickson Sarjano, Edu Surya, dan Netti Herlina. 2013. Pembuatan pupuk cair dan biogas dari Campuran limbah sayuran,Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Medan. Jurnal.

Suparwata, Dewa Oka. 2013. Penggunaan Mulsa Vertikal pada Lahan Kering Untuk Menekan Erosi dan Aliran Permukaan Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung. Program Studi Agroteknologi. Jurusan Agroteknologi. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi.

Sutedjo, Mulyani dan Kartasapoetra. 2010. Pengantar ilmu tanah terbentuknya tanah dan tanah pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Utami,Nur Hikmah. 2009. Kajian sifat fisik, sifat kimia dan Sifat biologi tanah paska tambang galian c pada tiga penutupan lahan. Deprtemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sikripsi.

Gambar

Gambar 1.  Rataan kadar hara  N-Total pada 30 HSA dan 60 HSA.
Tabel 3. Hasil analisis penambahan diameter batang pada pengamatan   30 HSA dan 60 HSA
Gambar 3. Rataan penambahan diameter batang kakao pada 30 HSA   dan 60 HSA.
Tabel 4. Hasil analisis penambahan luas penutup tajuk 30 HSA dan 60 HSA.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah mengenai pengisian berkas rekam medis ternyata bukan hanya di Puskesmas Arjasa, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Iradatul (2017) bahwa

Zdravstvena nega pacientk z rakom dojk, ki se zdravijo s tarčnimi zdravili, je usmerjena zlasti v zdravstvenovzgojno delo in izvajanje zdravljenja s tarčnimi zdravili.. Ključna vloga

analisis yang telah dilakukan dilihat dari hasil perbandingan tujuannya didapatkan bahwa hasil perbandingan antara tujuan dibuatnya kampus konservasi oleh UNNES

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana landasan pemikirannya dalam mengkaji sejarah Islam awal, sebagai pengantar untuk memahami pemikiran kritis Michael Cook terhadap

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zen (2013) menunjukkan ada pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kecemasan anak usia prasekolah

IOI Loders Croklaan Wormerveer M0489 PALMERAS DE PUERTO WILCHES S.A... IOI Loders Croklaan Wormerveer

Sebaliknya, pertanyaan terbuka memberikan informasi lebih dari pertanyaan tertutup, dan tidak memerlukan model ekonometrik untuk menganalisis, karena rata-rata nilai

Kehidupan adalah cirri membedakan objek yang memiliki isyarat dan proses penompang diri (organism hidup) dengan objek yang tidak memilikinya, baik karena fungsi-fungsi