• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Dasar Busana Dan Perkembangan Mode Busana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bentuk Dasar Busana Dan Perkembangan Mode Busana"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bentuk Dasar Busana Dan Perkembangan Mode Busana

Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yaitu kutang, pakaian bungkus, poncho, kaftan dan celana. Untuk lebih jelasnya, bentuk dasar busana akan diuraikan satu persatu.

1. Pakaian Bungkus

Bentuk pakaian bungkus merupakan pakaian yang berbentuk segi empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan atau dibungkus ke badan mulai dari dada, atau dari pinggang sampai panjang yang diinginkan seperti celemek panggul. Pakaian bungkus ini tidak dijahit. Pemakaian pakaian bungkus ini dengan cara dililitkan ke tubuh seperti yang ada di India yang dinamakan sari, toga dan palla di Roma, chiton dan peplos di zaman Yunani kuno, kain panjang dan selendang di Indonesia.

Pada perkembangannya, pakaian bungkus berbeda-beda dalam cara pemakaiannya untuk tiap daerah, sehingga muncul pakaian bungkus yang namanya berbeda-beda diantaranya:

a. Himation, yaitu bentuk busana bungkus yang biasa di pakai oleh ahli filosof atau orang terkemuka di Yunani Kuno. Himation ini panjangnya 12 atau 15 kaki yang terbuat dari bahan wol atau lenan putih yang seluruh bidangnya di sulam. Busana ini dapat dipakai diatas chiton atau dengan mantel. Bentuk busana yang hampir menyerupai himation ini yaitu pallium yang biasa dipakai diatas toga oleh kaum pria di Roma pada abad kedua.

(2)

2 Gambar 5. Himation

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

b. Chlamys, yaitu busana yang menyerupai himation, yang berbentuk longgar. Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani Kuno.

Gambar 6. Chlamys

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

c. Mantel/shawl, yaitu busana yang berbentuk segi empat panjang yang dalam pemakaiannya disampirkan pada satu bahu atau kedua bahu. Pada bagian dada

(3)

3

diberi peniti sehingga muncul lipit-lipit dan pada kedua ujungnya diberi jumbai-jumbai.

Gambar .7 Mantel/shawl Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

d. Toga, merupakan bentuk pakaian resmi yang dipakai sebagai tanda kehormatan dizaman republik dan kerajaan di Roma. Ada beberapa jenis toga diantaranya yaitu, toga palla yaitu toga yang dipakai saat berkabung dan toga trabea yang dibuat menyerupai cape bayi.

(4)

4 Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

e. Palla, yaitu busana wanita Roma dizaman republik dan keraja-an, dipakai di atas tunika atau stola. Pemakaiannya hampir sama dengan shawl yang disemat dengan peniti. Warna palla pada umumnya warna biru, hijau dan warna keemasan.

Gambar .9 Palla

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

f. Paludamentum, sagum dan abolla, yaitu sejenis pakaian jas militer dizaman prasejarah.

(5)

5 Gambar. 10 Paludamentum, sagum dan abolla

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

g. Chiton, yaitu busana pria Yunani Kuno yang mirip dengan tunik di Asia. Bahan chiton biasanya terbuat dari bahan wol, lenan dan rami yang diberi sulaman dengan benang berwarna dan benang emas sebagai pengaruh tenunan Persia.

Gambar . 11 Chiton

(6)

6

h. Peplos dan haenos, yaitu busana wanita Yunani Kuno yang bentuk dasarnya sama dengan chiton, ada yang dibuat panjang dan ada yang pendek. Pada bagian bahu ada lipit-lipit yang ditahan dengan peniti dan ada kalanya pada pinggang juga dibuat lipit-lipit sehingga terlihat seperti blus.

Gambar. 12 Peplos

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

i. Cape atau cope, yaitu busana paling luar pada pakaian pria di Byzantium yang berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau leher dan diberi hiasan bros.

Gambar.13. Cape atau cope Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

(7)

7

2. Poncho

Poncho terbuat dari kulit binatang, kulit pohon kayu dan daun-daunan yang diberi lubang pada bagian tengahnya agar kepala bisa masuk, sedangkan bagian sisi dibiarkan tidak dijahit. Poncho yang dimaksud disini adalah suatu bentuk dasar pakaian yang berasal dari penduduk asli Amerika, yaitu bangsa Mexico dan Peru-Indian, yang pada waktu sekarang sudah hampir hilang di negeri asalnya. Bentuk aslinya dipergunakan sebagai penutup badan bagian atas, terdiri dari selembar kain yang dilipat melebar ditengah-tengahnya. Pada lipatan ini dicari tengah-tengahnya, dibuatkan lubang untuk lubang leher. Ciri khas bentuk dasar ini bahwa tengah muka tidak mempunyai belahan seperti gambar berikut.

Gambar 14. Poncho

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana yang dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul terlihat pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke badan mulai dari pinggang ke panggul. Berdasarkan bentuknya, poncho dapat dibedakan :

a. Poncho bahu Poncho bahu yaitu poncho yang menutup bahu dan badan bagian atas. Panjang poncho bahu ada yang sampai batas lutut dan ada yang sampai betis. Poncho bahu biasanya dipakai oleh suku Indian penduduk asli Amerika, Peru, Mexico dan Tiongkok. Disamping itu juga dipakai sebagai mantel oleh suku Teutonic, Trank dan Sexon. Poncho bahu diberi lobang sehingga kepala bisa

(8)

8

masuk. Poncho bahu ada yang hanya menutupi bahu saja seperti poncho bahu di Tiongkok, sementara poncho dari Mexico dibuat dari bulu binatang yang panjangnya sampai lutut dan ada juga yang sampai betis.

Gambar 15. Beberapa contoh poncho bahu Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

b. Poncho panggul Poncho panggul ditemukan pada gambar seorang laki-laki di istana raja zaman Yunani Kuno. Poncho panggul yaitu poncho yang menutupi bagian panggul sampai panjang yang diinginkan dan pada badan bagian atas terbuka. Poncho panggul ada yang hanya menutupi panggul saja dan ada juga yang dibuat sampai menutupi mata kaki.

Gambar 16. Beberapa contoh poncho panggul Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

(9)

9

Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana yang dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul terlihat pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke badan mulai dari pinggang ke panggul.

3. Kutang

Bentuk dasar kutang menyerupai silinder atau pipa tabung yang berasal dari kulit kayu yang dipukul-pukul sedemikian rupa sehingga kulit tersebut terlepas dari batangnya dan dipakai untuk menutupi tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan. Pada zaman dahulu penduduk asli Amerika yaitu suku Indian sudah mengenal pohon kutang yang kulitnya dipakai sebagai penutup tubuh. Negeri asal kutang yaitu Asia, lalu dibawa ke Iran, Asia kecil, Mesir dan Roma di Eropa. Di Asia dan Afrika bentuk pakaian ini menjadi bentuk utama pakaian walaupun berbeda ukuran panjang dan bentuknya.

Ada beberapa jenis pakaian kutang yang dikenal yaitu: a. Tunik

Tunik atau disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk busana kutang yang dikenal pada zaman prasejarah. Pemakaiannya dari bawah buah dada sampai mata kaki yang diberi dua buah tali / ban ke bahu. Bentuk pakaian ini sering dipakai oleh wanita dan pria Mesir zaman purbakala. Pada perkembangannya bentuk tunik dan cara pemakaiannya disesuaikan dengan tingkat dan golongan pemakai; seperti tunik talaris dipakai oleh para consul, tunik dengan ukuran pendek (sebatas lutut), longgar dan memakai lengan panjang hanya boleh dipakai oleh orang-orang istana.

Perkembangannya sampai abad ke 5 sesudah masehi panjangnya sampai pertengahan betis. Dengan masuknya agama islam di Aceh maka terbawa pulalah setelan celana dengan tunik yang datang dari Pakistan yang selanjutnya disebut dengan baju kurung.

(10)

10 Gambar 1. Tunik

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

b. Kandys

Kandys merupakan busana yang berasal dari bentuk kutang yang dipakai oleh pria Hebren di Asia Kecil pada zaman prasejarah. Busana ini longgar dengan lipit-lipit pada sisi sebelah kanan dan lengannya berbentuk sayap.

Gambar 2. Kandys

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

c. Kalasiris

Kalasiris yaitu busana wanita Mesir zaman prasejarah. Kalasiris berbentuk dasar kutang, panjangnya sampai mata kaki, longgar dan lurus, adakalanya

(11)

11

memakai ikat pinggang dan lengan setali. Kalasiris kadang-kadang dipakai bersama mantel dan cape yang berbentuk syaal sebagai tambahan.

Gambar 3. Kalasiris Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

4.

Bentuk Kaftan

Bentuk kaftan merupakan perkembangan dari bentuk dasar kutang atau tunika yang dipotong bagian tengah muka sehingga terdapat belahan pada bagian depan pakaian. Orang-orang Babylonia telah lama menggunakanya sebagai penutup badan bagian atas. Bentuk kaftan yang asli masih dipakai oleh petani di Mesir. Di Indonesia dikenal dengan nama kebaya, di Jepang dikenal dengan kimono dan di Negara-negara Timur Tengah dikenal dengan jubah. Busana kaftan berbentuk baju panjang yang longgar, sisi lurus, berlengan panjang dan ada belahan pada tengah muka. Dengan kata lain bentuk kaftan memiliki ciri khas, mempunyai belahan disepanjang tengah muka dan memakai lengan. Belahan ini ada kalanya disemat dengan peniti dan ada juga yang dibiarkan lepas (tidak disemat) seperti gambar berikut.

(12)

12 Gambar 19. Kaftan

Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

5.

Celana

Celana merupakan bagian busana yang berfungsi untuk menutupi tubuh bagian bawah, mulai dari pinggang, pinggul dan kedua kaki. Bentuk dasar celana dibuat dari bahan berbentuk segi empat yang dilipat dua mengikuti panjang kain dan bagian lipatan tersebut digunting dan dijahit pada kedua sisinya. Untuk lobang kaki sampai paha dibuat guntingan pada bagian tengahnya yang kemudian dijahit, sehingga ada lobang untuk kaki. Pada bagian pinggang dibuat lajur untuk memasukkan tali sebagai penahan celana pada pinggang. Celana seperti ini masih banyak ditemui dan dipakai oleh wanita di Aceh.

Gambar 17. Bentuk Dasar Busana Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

Bentuk ini muncul untuk melengkapi pakaian kaftan yang biasanya dibuat menutupi seluruh tubuh, sehingga timbul ide untuk memisahkan busana bawah dan atas. Busana atas disebut tunik dan bawah dikenal dengan rok. Dari rok inilah dirubah menjadi bentuk celana yang diberi lobang untuk memasukkan kaki. Celana biasa

(13)

13

dipakai oleh wanita dan laki-laki seperti di Albania, Persia, Tiongkok, Tunisia, dan Arab Saudi. Bentuk celana bermacam-macam, ada yang longgar seperti celana perempuan Turki dan ada yang sempit seperti celana kuli di Jepang. Pada abad ke 18 muncul celana yang panjangnya sampai lutut yang dikenal dengan culotte. Pada akhir abad ke 18 perkembangan bentuk celana dipengaruhi oleh budaya barat sehingga muncul celana pantaloons, yaitu celana panjang yang sampai mata kaki.

Gambar 18. Macam-macam bentuk celana Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)

Berdasarkan bentuk dasar busana di atas maka berkem-banglah bentuk-bentuk busana yang kita kenal sekarang, yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pada awalnya busana berfungsi hanya untuk melindungi tubuh baik dari sinar matahari, cuaca ataupun dari gigitan serangga. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hal tersebut juga mempengaruhi fungsi dari busana itu

(14)

14

sendiri. Fungsi busana dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain aspek biologis, psikologis dan sosial. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Busana Sebagai Alat Pelindung

Mempertahankan diri dari berbagai tantangan alam, misalnya dari angin, panas, hujan, sengatan binatang dan sebagainya. Salah satu yang dapat dijadikan alat untuk dapat melindungi badan agar tetap sehat yaitu busana, apabila bahan, model, warna sesuai dengan iklim atau cuaca, kondisi lingkungan di mana busana itu dipergunakan. Dapat dicontohkan untuk daerah yang beriklim panas, kita harus dapat memilih bahan, warna, model yang tidak menyebabkan kita lebih kepanasan, misalnya dipilih bahan dari katun (batik, poplin, voile), model dengan kerah yang tidak menutup leher, lengan pendek dan warna yang muda. Dari segi keamanan diri, manusia melindungi dirinya dengan pakaian besi (di zaman Yunani dan Romawi), pakaian rompi anti peluru (digunakan oleh para kepala negara/pemerintahan dan para detektif), topi baja (helm baja) dipergunakan oleh para serdadu di medan perang.

Busana yang dapat menunjang agar seseorang tetap sehat, yaitu :

1. Bahan harus dipilih sesuai dengan iklim di mana busana itu dipakai, karena bahan pakaian mempunyai sifat yang berbeda.

2. Model busana pun harus disesuaikan dengan iklim yaitu misalnya model-model busana yang berlengan panjang, dengan kerah tegak menutup leher akan lebih sesuai untuk dipergunakan di iklim yang dingin. Untuk daerah yang iklim panas sebaiknya dipilih model yang tidak menambah kepanasan bagi tubuh kita.

3. Warna yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan iklim dan waktu pemakaian.

4. Selanjutnya, yang sangat perlu diperhatikan adalah pemeliharaannya. Bagaimanapun serasinya, bagus atau indahnya busana, apalagi yang dipergunakan sehari-hari kalau kurang terpelihara dapat menimbulkan sakit.

5. Waktu perlu diperhatikan dalam pemilihan, mempergunakan busana, karena kadang-kadang ada model-model busana yang sesuai dipergunakan hanya untuk siang atau malam hari.

(15)

15

b. Busana Sebagai Alat Penunjang Komunikasi

Seperti kita ketahui dalam komunikasi terdapat pernyataan antarmanusia. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (message) dari komunikator (communicator) kepada komunikan (communicant). Pada umumnya, salah satuyang dipakai pada waktu berkomunikasi itu adalah busana. Dengan demikian, busana dapat dikatakan sebagai salah satu alat penunjang yang dipergunakan dalam berkomunikasi. Agar busana dapat menjadi alat penunjang yang memadai dalam berkomunikasi, maka perlu diperhatikan beberapa hal:

1. Kebersihan dan Kerapihan

Dengan busana yang rapi dan bersih, masyarakat disekeliling di manabusana dipakai akan mudah menerimanya karena busananya tidak berbau yang tidak enak, serasi dipandang, sehingga tidak mengganggu dalam pergaulan.

2. Kesopanan, Kesusilaan, atau Peradaban

Hal tersebut perlu diperhatikan, karena dengan berbusana yang sopan, memenuhi kesusilaan, sesuai dengan peradaban, norma agama, sesuai dengan lingkungan setempat, sesuai dengan harapan masyarakat, sehingga cenderung akan dapat memudahkan seseorang untuk berkomunikasi.

3. Keseragaman Busana

Berbusana yang sesuai dengan tata tertib setempat, misalnya berbusana Seragam akan dapat memudahkan berkomunikasi karena dia merasa tidak ada ganjalan dalam dirinya misalnya merasa takut dimarahi, malu tidak sama busananya dengan yang lain, takut dihukum, takut diketahui sebagai siswa yang melanggar tata tertib atau ada perasaan tidak percaya diri. Hal tersebut dapat mengganggu kelancaran berkomunikasi.

4. Keserasian

Keserasian akan menimbulkan rasa kagum, enak bagi yang melihatnya dan dapat menunjukkan status sosial seseorang serta dapat memperlancar dalam berkomunikasi. Dapat dikemukakan contoh, bahwa orang akan lebih mudah diterima

(16)

16

oleh seseorang atau lingkungan jika busananya serasi dari pada berbusana kumal, berbusana asal, tanpa memperhatikan keserasian model, warna dengan dirinya.

Jadi keserasian dalam berbusana sebagai salah satu yang harus diperhatikan agar dapat memperlancar seseorang untuk ber-komunikasi.

c. Busana Sebagai Alat Memperindah

Pada dasarnya bahwa manusia adalah mahluk yang senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah. Dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan sesuatu yang indah atau senang melihat yang indah. Sebelum manusia mempergunakan bahan tekstil, manusia melumuri badannya dengan lumpur berwarna, menghias badannya dengan tattoo atau menutup badannya dengan rantai dari kerang, manik-manik, daun-daunan, kulit kayu yang dipukul-pukul. Selain dari pada itu mereka melubangi telinga atau hidungnya untuk meng-gantungkan perhiasan, menata rambut, kuku dan bermake up. Semuanya itu bermaksud supaya lebih baik, cantik atau indah. Setelah lebih berkembang pemikirannya, manusia mulai belajar menenun sehingga dapat menghasilkan bahan pakaian yang dinamakan tekstil. Dengan makin meningkatnya produksi tekstil pada setiap waktu, setiap orang dapat mempergunakannya dengan leluasa. Sebagai orang yang belajar Ilmu Kesejahteraan Keluarga khususnya dan mempergunakan bahan umumnya diharapkan dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin, sehingga bahan tekstil atau busana ini dapat betul-betul berfungsi untuk dirinya. Supaya busana ini dapat berfungsi untuk keindahan kalau seseorang terampil memilih warna, corak, dan model yang disesuaikan dengan pemakai, sehingga dengan busana itu dapat:

1. Menutupi Kekurangan Pada Tubuh Seseorang

Busana dapat berfungsi untuk menutupi kekurangan pada tubuhnya seperti orang yang gemuk agar tampak langsing perlu memilih model atau corak yang banyak menggunakan garis vertikal. Misalnya contoh gambar berikut ini.

Contoh lain bahu yang terlalu miring, dapat diperbaiki melalui busana yaitu dengan memakai bantalan bahu; pinggang yang terlalu atas (badan atas terlalu pendek)

(17)

17

pilihlah model bebe tanpa sambungan pinggang tetapi bebe dengan model bawah pinggang; panggul yang terlalu besar, pilihlah model rok yang tidak berkerut, lipit yang tidak terlalu banyak dan dijahit sampai di panggul, misalnya rok lipit hadap, rok lipit sungkup, rok suai.

2. Membuat Seseorang Lebih Cantik, Tampan.

Dengan pemilihan warna/corak, model yang sesuai dengan pemakai, juga perlengkapan busana yang sesuai dengan busananya, kesempatan pemakaian akan menambah seseorang lebih menarik, cantik atau tampan. Orang yang tadinya tidak tahu berbusana yang rapi, serasi kemudian dia sekarang punya pengetahuan dan mau mengaplikasikannya pada dirinya, maka seseorang itu dapat kelihatan lebih menarik cara berbusananya atau penampilannya dari pada biasanya.

Pengertian Mode Busana

Istilah mode ini berasal dari bahasa Belanda yang sama artinya dengan la mode dalam bahasa Perancis, dan fashion dalam bahasa Inggris. Pengertian mode yang dikemukakan Van Hoeve dalam Kamus Belanda-Indonesia bahwa mode yaitu ragam/cara/gaya pada suatu masa tertentu yang berganti-ganti dan diikuti oleh orang banyak dalam berbagai-bagai bidang terutama dalam pakaian. Berarti mode bukan hanya bergerak dalam bidang busana, tetapi juga dalam bidang lainnya. Pengertian mode secara luas dapat dikatakan sebagai suatu gaya hidup, penampilan atau gaya (style) yang sedang menjadi modus pada waktu dan tempat tertentu. Dikaitkan dengan busana atau cara berbusana dapat diartikan bahwa mode adalah gaya, penampilan atau gaya berbusana, busana yang sedang menjadi modus pada suatu waktu dan tempat tertentu.

Pesatnya Perkembangan Mode Busana

Perkembangan Mode Busana

(18)

18

Sebagai ciri utama mode yaitu dengan adanya perkembangan, sebab suatu model akan dapat dikatakan mode apabila model tersebut sedang mengalami perhatian masyarakat sebagai sesuatu yang sedang disenanginya dan digandrung dipergunakannya. Apabila laju perkem-bangan dari suatu model itu sudah mencapai puncaknya dan telah men-jadi tradisi dalam masa yang tidak ada batasnya, model busana itu sudah tidak dapat lagi dikatakan suatu mode. Contohnya, celana panjang dan kemeja untuk pria, bebe, dan rok untuk wanita di Indonesia sudah menjadi 1 model busana sehari-hari sedangkan aslinya bangsa Indonesia masa lalu, yaitu pria mempergunakan sarung dan baju kampret, wanita mempergunakan pakaian daerahnya masing-masing atau sarung/kain dan kebaya.

Busana Barat pada mulanya dapat dikatakan mode, yaitu dengan adanya pengaruh para penjajah saat itu. Model busana asli ini mulai kurang dipergunakan karena sudah diperkenalkan busana model barat sebagai busana yang lebih praktis dipergunakan untuk melakukan kegiatan. Akhirnya mode celana, kemeja, rok dan blus atau bebe/gaun menjadi model busana yang biasa dipakai sehari-hari baik di rumah ataupun bepergian, yang kemudian hanya mengalami perkembangan pada modelnya saja. Seperti kita ketahui bahwa mode ini sudah ada sejak manusia mengenal busana, hanya pada abad ke-20 an perkembangannya semakin pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Perkembangan yang semakin menonjol itu dapat kita pahami yaitu karena perkembangan: (a) produksi dan pemasaran tekstil, (b) mesin-mesin dan alat-alat pembuat busana, (c) kuantitas dan kualitas para disainer mode busana, (d) media massa, (e) kemampuan daya beli dari masyarakat, serta (f) meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang busana.

Perkembangan busana selalu berubah dan berputar dari tahun ke tahun. Perubahan itu hanya pada variasinya saja, sedangkan bentuk dasarnya tidak mengalami perubahan, contohnya rok dan blus adalah busana yang terdiri dari busana bagian atas dan bagian bawah yang terpisah. Itu adalah dasar dan perubahan variasi itu terdapat pada siluet, model kerah, model lengan, garis hias, macam-macam lipit pada rok, ukuran panjang rok.

(19)

19

Berikut akan diuraikan perkembangan mode busana secara umum mulai dari periode Roman, Abad 10 – Abad ke 20

Periode Roman Abad 10-12

Bangsa Romawi menggunakan busana dengan potongan sederhana. Wanita Romawi menggunakan syal di dalam ruangan dan di luar ruangan mereka menggunakan Palla. Palla merupakan selendang persegi panjang yang besar, biasanya terbuat dari wol dan dipakai dengan cara dililitkan di badan. Wanita romawi tidak menggunakan topi namun menghias rambutnya dengan indah.

Mereka juga menyukai perhiasan seperti bros, cincin, liontin, kalung, gelang dan anting. Mereka menggunakan busana dasar yang disebut “bliaut”

Perhatikan contoh gambar Busana Periode Roman berikut:

(20)

20

Fashion abad 15 Eropa ditandai dengan perubahan ekstrim pada struktur busananya. Wanita menggunakan gaun yang tebal, menyapu lantai dan memakai topi. Pada masa ini terjadi “pregnancy look”, yaitu semacam mode yang terlihat seperti ibu hamil. Mereka mengenakan bantal di bawah gaun untuk menciptakan efek hamil tersebut. Para lelaki menggunakan sepatu runcing yang sangat panjang. Sepatu tersebut di dalamnya diisi dengan jerami.

Renaissance Abad 16-17

Renaissance adalah sebuah gerakan budaya di Eropa yang terjadi pada abad 16 – 17. Busana pada masa ini mencerminkan status sosial seseorang. Mereka menunjukkan kekayaannya melalui busana yang mereka kenakan. Para bangsawan menggunakan pakaian dengan warna cerah dihiasi dengan bordir benang emas, bulu dan pernak-pernik yang lain serta model yang rumit.

(21)

21

Baroque adalah periode dalam sejarah seni Barat kasar bertepatan dengan abad ke-17. Periode ini juga ditandai munculnya rambut palsu sebagai item penting dari fashion pria. Periode ini ditandai dengan hilangnya renda dan kerah lebar yang digantikan dengan garis pinggang tinggi serta menggunakan topi tinggi.

(22)

22

Periode Rococo Abad 18

Kata Rococo dipandang sebagai kombinasi dari Rocaille Perancis, atau shell, dan brococo Italia, atau gaya Baroque. Fashion pada periode ini ditandai dengan pelebaran siluet pada pria dan wanita. Pria tetap memakai wig namun lebih sering warna putih.

Tata Rambut Rococo

Periode Abad 19

Fashion berkembang pada abad ke 19, dimana kain bertumpuk-tumpuk dan warna terang mulai ditinggalkan. Wanita pada jaman tersebut akan dikatakan cantik apabila mereka memiliki image rapuh. Maka tumbuhlah fashion yang menggambarkan kerapuhan wanita. Dengan pemilihan kain tipis yang mudah rusak beserta warna-warna pucat, benar-benar menggambarkan kerapuhan wanita yang sesungguh-nya. Ditambah lagi belahan dada yang sangat rendah yang membuat wanita gampang sekali terserang flu pada saat musim dingin.

(23)

23

Periode Awal Abad 20

Sekitar tahun 1830-an munculah fashion yang bermaksud hendak melindungi wanita dari cuaca, maka lahirlah korset pada masa itu. Korset sebagai pakaian yang berfungsi sebagai pakaian dalam wanita memang dapat melindungi wanita dari cuaca, tapi dampaknya, si pemakai akan sangat tersiksa dengan ketatnya korset yang mereka pakai. Korset pun sebenarnya memiliki perkembangannya sendiri, di mulai dari korset yang memiliki penyangga dari besi, hingga kemudian berubah menjadi tulang ikan hiu, namun kesemuanya adalah bahan-bahan yang tidak benar-benar membuat wanita merasa nyaman.

Wanita cantik pada masa ini masih digambarkan wanita yang lemah dan tidak berdaya, wanita dengan perut yang sangat langsing dengan korset yang menekan, dan wanita yang mudah pingsan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Hal ini juga yang digambarkan

(24)

24

Margaret Mitchell pada novel-nya Gone with the Wind. Yang mana sosok wanita cantik dan menarik perhatian adalah wanita yang lemah dan tidak berdaya.

Namun sebenarnya tidak semuanya, itu hanya penggambaran sosok wanita Amerika awal abad ke-20 yang tinggal di Amerika bagian Selatan. Sementara untuk para wanita Amerika yang tinggal pada Amerika bagian Utara tidak memiliki streotipe seperti demikian. Hal ini dikarenakan kultur Amerika Utara yang mana masyarakatnya adalah masyarakat pekerja, begitu pula dengan para wanitanya. Hal ini terlihat pada penggambaran karakter pada novel Little House on the Prairie, karya Laura Ingalls Wilder. Di sini digambarkan bahwa para wanitanya cukup mengenakan baju kerja seadanya dan hanya menggunakan baju-baju indah yang dirasa perlu hanya pada saat moment-moment tertentu.

Masa-masa ini adalah masa pada awal abad ke-20, wanita sudah mulai mengeksplosasi dan membebaskan gaya berpakaian mereka, tapi korset masih belum bisa ditinggalkan. Masa ini disebut masa “Belle Epoque” (atau yang biasa disebut gaya ala perancis), menitik beratkan pada siluet S-bend atau menonjolkan dada dan pinggulnya, dan masih dihiasi payet-payet serta renda-renda di sekitarnnya, sehingga masih terkesan nampak boros dan tidak paktis.

Memasuki tahun 1920-an, fashion sudah memihak pada wanita, korset-korset mulai ditinggalkan, sementara potongan baju sudah berubah menjadi di longgar dan tidak menyiksa, celana panjang pun mulai dikenakan yang diawali dengan yang berbentuk kulot. Wanita tidak perlu lagi merasa tersiksa dengan baju yang ketat dan berat.

(25)

25

Perkembangan mode busana laju dengan pesat, dan perkemba-ngannya tersebut dari berbagai bagian dari busana seperti bentuk leher, kerah, lengan, rok, dekorasi pada bagian tertentu dan sebagai-nya, yang membuat orang tertarik pada model-model busana yang ditampilkan sehingga menjadi mode.

Mode ini mempunyai sifat-sifat berikut.

a. Mempunyai pengaruh penampilan yang kuat, sehingga masyarakat tertarik kepada model-model baru yang ditampilkan, karena model-model-model-model yang ditampilkan disesuaikan dengan selera masyarakat, tingkatan sosial ekonomi masyarakat, tingkatan umur, lingkungan/kondisi masyarakat.

b. Mode mempunyai sifat komersial, berarti dapat menguntungkan atau merugikan.

c. Mode bukan sesuatu penemuan baru atau selalu baru, akan tetapi dengan dasar-dasar yang telah ada muncul kembali dengan gaya yang baru.

d. Mode ada hubungannya dengan produksi tekstil, perlengkapan busana milineris dan aksesoris.

(26)

26

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati. 2008.Tata Busana untuk SMK Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Yusmerita dan Ernawati. 2000. Desain Busana. Surabaya: Jurusan

Soekarno & Lanawati Basuki. 2004. Panduan Membuat Desain Ilustrasi Busana. Tangerang: PT. Kawan Pustaka

Gambar

Gambar .7 Mantel/shawl  Sumber: Ernawati dkk (Tata Busana)
Gambar .9  Palla
Gambar . 11 Chiton
Gambar 14. Poncho
+6

Referensi

Dokumen terkait