DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1
1.. TTUUJJUUAANN 2
2.. LILINNGKGKUP UP PEPEKKEERRJAJAAANN 3
3.. RREEFFEERREENNSSII 4
4.. SSAAFFEETTYY 5.
5. MEMETOTODA DA SOSOIL IL ININVEVESTSTIGIGASASII 5.1
5.1 METOMETODOLODOLOGI PENYGI PENYELIDELIDIKAN TAIKAN TANAH LAPNAH LAPANGANGANAN 5.1
5.1.1.1 PePembmboraoran Daln Dalamam 5.1.2
5.1.2 PengaPengambilan mbilan ContoContoh Tanah Tanah Tidah Tidak Tergk Tergangguanggu 5.1.
5.1.33 SPT (SPT (StaStandandardrd PenPenetretratiation Ton Testest)) 5.1.4
5.1.4 DCPT (DDCPT (Dutch Cutch Cone Peone Penetranetration Ttion Test)/Sest)/Sondirondir 5.2
5.2 METOMETODOLODOLOGI PENYEGI PENYELIDILIDIKAN TANKAN TANAH LABORAH LABORATORATORIUMIUM 5.2.
5.2.11 SpeSpecificific c GraGravitvityy 5.2.2
5.2.2 Water Water ConteContent / nt / MoistMoisture ure ConteContentnt 5.2.3
5.2.3 AnalisAnalisis Sis Saringaaringan dn dan Han Hidromeidrometerter 5.2.
5.2.44 AttAtterberbergerg’s ’s LimLimitit 5.2
5.2.5.5 TrTriaiaxixial-al-UUUU 5.2
5.2.6.6 TrTriaiaxixial-al-CUCU 5.2.
5.2.77 ConConsolsolidaidation tion TesTestt 5.3
5.3 METOMETODOLODOLOGIGI PELAPELAKSANKSANAAN PAAN PEKEREKERJAAJAAN DI LN DI LAPANAPANGANGAN 6
1. TUJUAN
Memberikan gambaran kepada lapangan secara spesifik untuk metoda pelaksanaan pekerjaan soil investigasi.
2. LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk pekerjaan soil investigasi sebagai acuan oleh pelaksana lapangan, yang erat kaitannya dengan Prosedur Kerja Aman.
3. REFERENSI
• RKS TP-10-SP-01-001 Rev. 7 • Gambar Shop Drawing
4. SAFETY
• Semua pekerjaan mematuhi semua persyaratan Health, Safety, and Environment (HSE) yang
terkait
• Semua pekerjaan harus dihentikan selama cuaca buruk dan badai
• Semua peralatan, alat-alat listrik harus dioperasikan oleh operator yang kompeten • Semua kegiatan pekerjaan harus memakai Alat Pelindung Diri (APD)
5. METODA SOIL INVESTIGASI
5.1 METODOLOGI PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN
Penyelidikan tanah dilakukan sesuai dengan American Standard for Testing Material (ASTM). Penyelidikan tanah ditujukan untuk memahami struktur tanah dan sifat mekanika tanah di wilayah proyek. Metodologi pekerjaan penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi:
Hasil pekerjaan pemboran ini dilaporkan dalam bentuk bore-log yang memuat informasi-informasi berikut ini:
Lokasi dan nomor kode titik bor.
Koordinat titik bor dan elevasinya terhadap datum referensi.
Nama proyek, daerah/wilayah kerja Pemerintah (Kabupaten/Propinsi). Metoda pemboran.
Orientasi/arah pemboran vertikal.
Tinggi/kedalaman muka air tanah (ground water level).
Persentase contoh inti terambil yang disajikan dalam angka dalam bentuk grafik.
Deskripsi (nama jenis, warna visual, ukuran butiran, strength, derajat pelapukan) tanah tanah/batuan contoh inti bor.
5.1.1 Pemboran Dalam
Pemboran dihentikan jika telah mencapai kedalaman 50 m atau jika telah dijumpai nilai N-SPT > 60 terlebih dahulu untuk tiga interval berturut-turut. Selama pengeboran, dilakukan pengamatan secara visual terhadap perlapisan tanah. Pada kedalaman tertentu dilakukan pengambilan contoh tanah (disturbed sample dan undisturbed sample) dan Standard Penetration Test (SPT).
Prosedur pelaksanaan dan peralatan pemboran dalam mengacu pada ASTM D 1452-80, “Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger Borings”, ASTM D 420 - 93, “Standard Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock”, ASTM D 2488 - 93, “Standard Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure)” dan ASTM D 2113 – 83, “Standard Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation”.
Data hasil pemboran dalam disajikan dalam field logs (Bore - Logs) yang didalamnya tercakup: identifikasi proyek, nomor boring, lokasi, orientasi, tanggal mulai pemboran, tanggal akhir pemboran, dan nama operator, elevasi koordinat bagian atas bore hole, klasifikasi/deskripsi tanah (kekerasan, warna, derajat pelapukan, dan identifikasi lainnya yang masih berhubungan), deskripsi litologi, kondisi air tanah, pengambilan contoh tanah, in situ test di bore hole, dst.
Gambar 0-1 Rotary drilling machine 5.1.2 Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu
Undisturbed samples yang dilaksanakan adalah untuk keperluan uji laboratorium. Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tidak terganggu mengacu pada ASTM D 1587-94 “Standard Practice
for Thin-Walled Tube Geotechnical Sampling of Soils”. Contoh tanah undisturbed diambil dari kedalaman tertentu dengan menggunakan Shelby tube sampler (thin walled tube sampler). Kemudian contoh tanah dilindungi dari goncangan, getaran dan perubahan kadar air, yang bertujuan untuk menjaga struktur tanah dan komposisi fisiknya tetap seperti kondisi aslinya, sampai contoh tersebut dikeluarkan untuk kemudian diuji di laboratorium. Kedalaman bagian atas contoh dan panjang sampler dicatat di boring log.
Gambar 0-2 Tabung shelby
5.1.3 SPT (Standard Penetration Test)
SPT (Standard Penetration Test) dilakukan dengan interval kedalaman lebih kurang setiap 2 m. Prosedur pelaksanaan dan peralatan Standard Penetration Test mengacu pada ASTM D 1586 – 84, "Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils". Hammer yang digunakan seberat 140 lbs (63 kg) dengan tinggi jatuh 30” (76.2 cm). Jumlah total tumbukan yang dibutuhkan untuk penetrasi tanah 3 ×15 cm dicatat. Nilai SPT, dinyatakan dengan nilai N,
Gambar 0-3 Split spoon sampler
5.1.4 DCPT (Dutch Cone Penetration Test)/Sondir
Prosedur pelaksanaan Dutch Cone Penetration Test (DCPT) dilakukan berdasarkan standar ASTM D 3441-86, “Method for Deep Quasi-Static, Cone and Friction Cone Penetration Tests of Soil”. Nilai tahanan ujung konus, qc, dan friksi lokal atau friksi selimut, f s, diukur untuk setiap
5.2 METODOLOGI PENYELIDIKAN TANAH LABORATORIUM Uji laboratorium yang dilaksanakan adalah:
Index properties Grainsize analysis Triaxial UU
Triaxial CU Consolidation Test Kadar Abu
Metoda pelaksanaan uji laboratorium mengikuti standar-standar berikut ini:
5.2.1 Specific Gravity
Specific gravity dari tanah, Gs, didefinisikan sebagai perbandingan massa volume partikel tanah di udara dengan massa volume yang sebanding dengan gas free distilled water di udara pada suhu kamar (umumnya 68° F {20° C}). Specific gravity ditentukan berdasarkan jumlah dari pycnometer yang sudah dikalibrasi, dimana massa dan suhu dari contoh tanah de-aerasi/air distilasi diukur.
Test dilakukan berdasarkan ASTM D 854-92, ”Standard Test Method for Specific Gravity of Soils”. Metoda ini digunakan pada contoh tanah dengan komposisi ukuran partikel lebih kecil daripada saringan No. 4 (4.75 mm). Untuk partikel dengan ukuran lebih besar dari saringan tersebut, prosedur pelaksanaan mengacu pada ”Test Method Specific Gravity and Absorption of Coarse Aggregate (ASTM C 127-88)”. Specific gravity dari tanah diperlukan untuk menentukan hubungan antara berat dan volume tanah, dan digunakan untuk perhitungan test laboratorium lainnya.
5.2.2 Water Content / Moisture Content
Moisture content, w, didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air di dalam contoh tanah dengan berat partikel solid. Contoh basah mula-mula ditimbang, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 230° F (110° C) hingga mencapai berat konstan. Berat contoh setelah dikeringkan adalah berat partikel solid. Perubahan berat yang terjadi selama proses pengeringan setara dengan berat air. Untuk tanah organik, terkadang disarankan untuk menurunkan suhu pengeringan hingga mencapai 140° F (60° C).
Test dilakukan mengacu pada ASTM D 2216-92, ”Test Method for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock”. Moisture content diperlukan untuk menentukan properties tanah dan dapat dikorelasikan dengan parameter-parameter lainnya.
5.2.3 Analisis Saringan dan Hidrometer
Test ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu: analisis saringan untuk tanah berbutir kasar (pasir, kerikil), dan analisis hidrometer untuk tanah berbutir halus (lempung, lanau). Tanah yang mengandung butiran kasar dan butiran halus di uji secara berurutan. Material dengan ukuran lebih kecil dari saringan No. 200 (0.075 mm atau lebih kecil) dianalisis dengan menggunakan hidrometer.
Analisis saringan memberikan pengukuran secara langsung terhadap distribusi ukuran partikel tanah dengan cara melewatkan contoh pada sejumlah wire screens, dari ukuran yang terbesar hingga terkecil. Jumlah material yang tertahan di tiap-tiap saringan kemudian ditimbang. Prosedur pelaksanaan pengujian ini mengacu pada ASTM C 136-95a, ”Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates”.
Pelaksanaan uji hidrometer mengacu pada Hukum Stokes. Diameter partikel tanah didefinisikan sebagai diameter bola yang memiliki unit massa dan kecepatan jatuh yang sama dengan partikel tanah. Jadi distribusi ukuran partikel didapatkan dengan menggunakan sebuah hydrometer untuk mengukur perubahan specific gravity, suspensi tanah-air seperti partikel tanah mengendap.
Hasil analisis dicatat dalam combined grain size distribution plot sebagai persentase contoh yang lebih kecil beratnya versus log diameter partikel. Data ini diperlukan di dalam klasifikasi tanah. Kurva tersebut juga dapat menunjukkan parameter-parameter lainnya, seperti diameter efektif (D10) dan koefisien uniformity (Cu). Test dilakukan berdasarkan ASTM D 422-63 ”Method for Particle Size Analysis of Soils”, dan ASTM D 1140 – 92 ”Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No.200 (75-μm) Sieve”.
5.2.4 Atterberg’s Limit
Liquid limit dilakukan dengan cara meletakkan pasta tanah dalam mangkuk kuningan kemudian digores tepat ditengahnya dengan alat penggores standar. Dengan menjalankan alat pemutar, mangkuk kemudian dinaikturunkan dari ketinggian 0.4 inci (10 mm) dengan kecepatan 2 drop/detik. Liquid limit dinyatakan sebagai moisture content dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5 inci (13 mm) sepanjang dasar contoh tanah dalam mangkuk sesudah 25 pukulan. Pengujian dilakukan menurut ASTM D 4318.
Plastic limit ditentukan dengan mengetahui secara pasti moisture content terkecil, dimana material dapat digulung hingga diameter 0.125 inches (3.2 mm) tanpa mengalami keretakan. Pengujian dilakukan sesuai dengan ASTM D 4318-95, ”Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index of Soils”.
Shrinkage limit (SL) didefinisikan sebagai water content maksimum dimana pengurangan water content tidak akan menurunkan volume dari massa tanah. Pengujian dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 427-93, ”Test Method for Shrinkage Factors of Soils”.
Nilai-nilai ini digunakan didalam klasifikasi tanah dan dapat dikorelasikan dengan parameter-parameter lainnya.
5.2.5 Triaxial-UU
Tujuan test ini adalah untuk memperoleh parameter kekuatan tanah dalam kondisi undrained. Pada uji ini contoh yang diuji tidak diperkenankan untuk mengalami konsolidasi akibat tekanan confining dan selama geser berlangsung tidak diperkenankan adanya aliran (undrained). Dibutuhkan minimal tiga buah pengujian dengan tekanan confining yang berbeda-beda untuk mendapatkan parameter tegangan total. Jika selama pengujian tekanan air pori diukur, maka parameter tegangan efektif juga dapat diukur. Pengujian dilakukan menurut ASTM D 2850-95, “Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression”.
5.2.6 Triaxial-CU
Tujuan test ini adalah untuk memperoleh parameter kekuatan tanah baik dalam kondisi undrained maupun drained. Pada uji ini contoh yang diuji diperkenankan untuk mengalami konsolidasi akibat tekanan confining, namun selama geser berlangsung tidak diperkenankan adanya aliran (undrained). Dibutuhkan minimal tiga buah pengujian dengan tekanan confining yang berbeda-beda untuk mendapatkan parameter tegangan total dan parameter tegangan efektif. Pengujian dilakukan menurut ASTM D 4767-88, “Test Method for Consolidated – Undrained Triaxial Compression Test on Cohesive Soils”.
5.2.7 Consolidation Test
Test ini bertujuan untuk memperoleh nilai koefisien konsolidasi Cc dan Cv yang selanjutnya dipergunakan untuk memprediksi lamanya konsolidasi dan besarnya settlement. Metode yang digunakan dalam pengujian konsolidasi adalah pengujian konsolidasi satu dimensi. Pada uji ini spesimen diletakkan pada konsolidometer (oedometer) diantara dua batu pori sehingga memungkinkan terjadinya drainase. Berbagai prosedur pembebanan dapat digunakan selama pengujian. Pengujian dengan peningkatan pembebanan adalah yang paling umum digunakan. Pada prosedur ini, spesimen diberikan beban yang semakin bertambah. Biasanya beban awal yang digunakan besarnya 1/16 tsf (5 kPa) dan ditambah menjadi dua kalinya hingga mencapai 16 tsf (1600 kPa). Setelah pemberian beban, perubahan tingga sampel dimonitor umumnya selama 24 jam. Untuk mengevaluasi parameter rekompresi, siklus pembebanan unload/reload dapat dilakukan selama pembebanan. Agar diperoleh hasil pengamatan parameter rekompresi yang lebih baik untuk lempung terkonsolidasi berlebih (over consolidated clay), siklus unload/reload dilakukan setelah tekanan pra konsolidasi terdefinisikan. Setelah beban maksimum tercapai, beban dikurangi secara bertahap. Pengujian dilakukan menurut ASTM D 2435-90, ”Test Method for One Dimensional Consolidation Properties of Soils”.
Data dari uji konsolidasi biasanya ditampilkan dalam grafik e-log p dengan plot angka pori (e) sebagai fungsi dari logaritma tekanan (p) atau dalam grafik ε-log p dimana ε adalah regangan
dalam %. Parameter-parameter yang diperlukan untuk perhitungan penurunan dapat diperoleh dari kurva ini adalah: indeks kompresi (Cc), indeks rekompresi (Cr), tekanan pra konsolidasi (Po atau Pc) dan angka pori awal (eo).
5.3 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN Tahapan pekerjaan
Persiapan
o Mobilisasi Alat
o Menentukan Koordinat Titik Bor
Gambar 0-4 Menentukan Koordinat Titik Bor
o Setting Bagan Bor
Gambar 0-5 Pemboran dalam
o Setting Alat Bor di bagan
Pelaksanaan pekerjaan
Gambar 0-6 Pemboran dalam
o Pengambilan Sample Tanah
Gambar 0-7 Pengambilan Sample Tanah
o SPT (Standard Penetration Test)
o DCPT (Dutch Cone Penetration Test)/Sondir
6. JOB SAFETY ANALYSIS
Dalam pekerjaan soil investigasi ini, tahapan pelaksanaan pada tiap item di masukkan kedalam tabel job safety analysis yang berfungsi sebagai pemantau keselamatan kerja saat pelaksanaan.
Gambar. 0-8 Table Job Safety Analysis
JOB TITLE Breakwater DATE
SUPERITENDENT LOCATION
TEAM LIST
Task Work Steps Hazards Identified Hazzard Effect Safety Meassures & Prevention
Activities Basic Steps & Tools Used
How can people get injured or Property
Damage
Type of Injury Worst
Case P HE RF Action To Mitigate Risk Responsible person RF
1 Bagan
Fabrikasi bambu Terkena pecahan bambu Luka ringan
H L M7 Menggunkana pengaman saat bekerja ( sarung tangan)
L Handling bambu kejatuhan bambu Luka berat M M M8 Kontrol alat kerja L
I nstal l bambu j atuh ke l aut Luka
berat/meninggal
M H H12 Menggunakan pelampung
L Terkena bambu H H H15 Menggunakan life jacket L
2 Pengeboran Bor Jatuh ke laut Luka
berat/meninggal
H H H15 Menggunakan life jacket
L
Luka karena alat bor Luka ringan
H M M7 Menggunakan pengaman saat bekerja ( sarung tangan)
L PT. PP (PERSERO) TBK - PORT OF TANJUNG PRIOK
JOB SAFETY ANALYSIS
NO