• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Protein Concentration of B ovine Antig en Excretory -S ecretory Fss ciola gigantica from Local Cattle in Sigi District, Central Sulawesi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Protein Concentration of B ovine Antig en Excretory -S ecretory Fss ciola gigantica from Local Cattle in Sigi District, Central Sulawesi)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

furnal Vektor Penyakit, Vol. VII No. 1, 2013 : 30 - 35

Kons

entrasi Protein Antigen Ekskretori

-S

ekreto

ri

Fa s

cio

la

G ig

antica

AsaI

Sapi

Lokal Kabupaten

Sigi,

Sulawesi Tengah

(Protein Concentration

of

B

ovine

Antig

en

Excretory

-S

ecretory

Fss

ciola

gigantica

from

Local Cattle

in

Sigi

District,

Central

Sulawesi)

Samarang*

Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementeriqn Kesehatan RI

INFOARTIKEL

ABSTRACT/ABSTRAK

Keywords:

Fasciolosis,

Excretory-secretory anti gen, Fasciola gigantica

Fasciolosis is a parasitic disease thatcausedby liver fluke wormfrom Trematode class and Fasciola genus with two important species, Fasciola hepatica and Fasciola gigantica (F.gigantica). Early diagnosis offasciolosis can be detected by ELISA method to recognize antibody used antigen capture or known ds coproafitigen. Concentrations test on protein antigen (Ag) exretory-secretary (ES) ofF. giganticawas conducted in September 20L0. Antigen ES used in this test, is an AgES which had been produced in previous research. ES

antigens can be used as a materialfor producing antibodies and as an ingredientin the

ELISA test. The purpose ofthis study was to determine the protein concentration ofbovine

AgESFg taken from local cattle in Sigi district. The study was qn observationat study with

a cross-sectional study design. samples of infected cattle liverwere randomly takenfrom the sigi Biromaru abattoir (slaughterhouse). ESFg antigens produced by collecting worms E gigantica from sigi local cattle and then isolated and incubated using RpMI culture medium for four hours at i70c. ESFg antigens charocterized using Bradford method. Characterization produced AgES from three times collections of worms E gigantica with obtained concentration were a430, 0459, 0699 mg/ml within dn average of 0.18 mg/worm. Therefore, it can be concluded that the protein concentration were 0,430- 0,699 mg/ml AgESFg taken from local cattle in Sigi district can be used as a

materialfor producing antibodies and as an ingredientinthe EL\SAtest.

Kata kunci

:

Fasciolosis adalah salah satu penyakit parasit yang disebabkan oleh infeksi cacing hati

Fasciolosis,

dari kelas Trematoda

g"nri

Frr.ioli d"rgm dua spesies penting yaitu Fasciola AntigenEkkretori-sekretoti, hepatica (F,hepatica) d,in Fasciola gigantii (E gigantica). Diagnosis dini penderita

Fasciola

gigantica

faiciolosis dapat ditemukan denfan *urggu.rrkrn meiode

iusa

gnzime

linked Imunosorband assay) yang menggunakan antigen untuk mendeteksi antibodi atau menggunakan antibodi untuk mendeteksi coproantigen. Uji konsentrasi protein antigen [AgJ ekskretori-sekretori (ES) E gigantica dilakukan pada bulan september 2010. Antigen ES yang digunakan dalam uji ini, adalah AgES y,ang telah dihasilkan pada

penelitian sebelumnya. Antigen ES

ini

dapat digunakan sebagai bahan untuk memproduksi antibodi dan sebagal bahan dalam uji ELISA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi protein AgESFg asal sapi lokal kabupaten sigi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sampel hati sapi yang terinfeksi diambil secara acak dari rumah potong hewan (RpHJ

Sigi Biromaru. Antigen ESFg diproduksi dengan cara mengoleksi cacing F. gigantica asal

sapi lokal Kabupaten sigi, cacing E gigantica diisolasi, dan diinkubasi menggunakan media kultur RPMI selama empat jam pada suhu 370C. Antigen ESFg dikarakterisasi dengan menggunakan metode Bradford. Hasil karakterisasi AgES, dari tiga kali koleksi

cacing E giganffca diperoleh konsentrasi 0.430, 0.459, 0.699 mg/ml dengan rata-rata 0,18 mg/ekor cacing. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi protein antigen ES E gigantica asal sapi lokal Kabupaten sigi yang diperoleh, berkisar 0,430-0,699 mg/ml memiliki konsentrasi cukup sebagai antigen yang baik untuk

mempoduksi antibodi dan dapat digunakan sebagai bahan uii dalam metode ELISA. O 2013 |urnal Vektor Penyakit. All rights reserved *Alamat Koresponden si : email : may ang arul @y ah o o. com

(2)

PENDAHULUAN

Fasciolosis merupakan

salah

satu

penyakit parasit yang menyebabkan masalah

serius

di

bidang kesehatan'.

Fasciolosis

disebabkan

oleh infeksi

cacing

hati

(liver

lluke).

Cacing

hati

ini

merupakan salah satu

jenis

cacing

parasit dari kelas

Trematoda family Fasciolidae genus Fasciola. Dua spesies

penting

dari

genus

tersebut

yaitt

Fasciola hepatica (Ehepatica) dan Fasciola gigantica (E

gigantica), yang menimbulkan

kerugian

ekonomis pada

ternak

dan

manusia'''.

Morfologi

dari E

gigantica

secara anatomi

Di

Indonesia fasciolosis

pada

hewan mengakibatkan kerugian ekonomi mencapai

Rp.S13,6 milyar per tahun dengan prevalensi

antara

60-90o/os. Fasciola yang menginfeksi manusia dan menyebabkan zoonosis dikenal

dengan nama Human

Fasciolosis'.

Pada

manusia diperkirakan

2,4

hingga

L7

juta

orang

di

berbagai belahan dunia menderita

fasciolosis termasuk

Asia'.

Upaya menekan

kerugian

ekonomis

dan

angka

kesakitan akibat kecacingan hanya akan berhasil melalui

program

pengendalian kecacingan

yang

di

dasarkan pada diagnosis

dini

infeksi cacing.

Diagnosis fasciolosis umumnya dengan cara

konvensional didasarkan

pada

penemuan

telur

cacing

yang dikeluarkan

oleh

cacing

dewasa bersama feses. Kelemahan metode

ini

adalah

ketidakmampuannya untuk

mendeteksi infeksi pada masa prepaten [B-10

minggu masa

infeksi) serta

rendahnya

sensitifitas karena produksi telur yang

relatif

rendah setelah memasuki masa patensi'. Pada

manusia

kesalahan diagnosis

fascioliasis

terjadi

karena

telur

cacing terkadang tidak ditemukan dalam

tinja

selama pemeriksaan. Pemeriksaan

dini

penderita fasciolosis dapat

ditemukan dengan menggunakan

uji

serologi

dengan

metode

ELISA.

Metode ini

menggunakan

antigen

untuk

mendeteksi

berbentuk

pipih

dorsoventral. Cacing ini

memiliki

dua

batil

hisap berukuran hampir

sama besar,

yaitu

batil

isap

ventral

(acetabulum) sejajar dengan bahu, dan batil

isap oral (oral sucker) juga berfungsi sebagai

mulut.

Ukuran panlang

tubuh

3.5-7.5

cm

dengan

lebar

0.65-1.2 cm, berwarna coklat keabu-abuan. Fasciola

gigantica

dengan E hepatica berbeda, cacing

E

hepatica dewasa

lebih

pendek, kerucut kepala

lebih

panjang

alat reproduksi terletak lebih posterior; batil

isap perut lebih kecil'.

antibodi

atau menggunakan

antibodi

untuk

mendeteksi coproantigen.

Konsentrasi

antigen yang baik digunakan dalam

uji

ELISA

yaitu

antigen yang mengandung konsentrasi

protein

0,5-5

Vg/ml'.

Produksi

antibodi

antigen

merupakan

bahan dasar

sebagai

imunogen

spesifik, dimana

konsentrasi

protein dari

antigen yang digunakan perlu

diketahui. Konsentasi protein antigen sebagai

immunogen

yang

baik untuk

menstimulan

antibodi

yaitu

antigen yang

memiliki

konsentrasi

protein

50-1000 g/mlu. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmemproduksi

dan

melakukan karakterisasi

antigen

ES F.

gigantica yang

telah

diproduksi

sebagai

langkah

untuk

mengetahui

tingkat

konsentrasi

protein

yang terkandung dalam AgESFg,

untuk

dapat digunakan

sebagai imunogen dalam memproduksi antibodi, dan digunakan sebagaibahan dalam uji ELISA.

BAHAN DAN METODE

fenis penelitian

ini

merupakan

penelitian

observasional dengan disain cross-sectional.

ProduksiAntigen.

Antigen ES F.

gigantica

berasal

dari

cacing dewasa yang masih hidup dikoleksi dari hati

(3)

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VII No. 1, 2013 : 30 - 35

sapi yang diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Hati

sapi yang berdasarkan hasil pemeriksaan post

mortem terinfeksi dikoleksi, selanjutnya hati

tersebut dipotong menjadi

bagian-bagian

kecil untuk

memudahkan mengumpulkan

cacing. Cacing

F.

gigantica

dewasa yang

terkumpul dibilas

hingga bersih

menggunakan Natrium chloride 0,85% untuk

menghiiangkan sisa-sisa darah dan organ hati yang melekat pada cacing. Cacing yang telah

bersih

selanjutnya

dibilas

dengan

pBS

(Phosphate

buffer

saline),

kemudian

diinkubasi dalam

medium

RPMI 1640 yang

telah

dihangatkan suhu

370C.

Cacing

E

gigantica yang telah bersih diinkubasi pada suhu 37oC selama

4

iam,

yaifi

2 ekor cacing dalam 5 ml media

kultur

flarutan RPMI 1640

dengan

100

U

penicillin

dan 100

gram

streptomycin

per ml).

Supernatan dikoleksi

dan dihitung volume

akhir

dengan

menggunakan

mikropipet

setelah inkubasi,

dan

disimpan pada suhu -200C

hingga digunakan'.

Karakterisasi

Dengan Metode

Bradfordl',

Konsentrasi

protein

antigen

ES diukur

dengan

menggunakan

metode

Bradford

dengan spektrofotometer pada

panjang

gelombang 595 nm. Pertama dibuat larutan

Bradford

untuk

digunakan sebagai larutan

standar, pembuatan

larutan

dilakukan

sebanyak dua kali pengenceran.

a)

Pengenceran I;

l

volume Bradford stock:

4

volume aquabides (1:4).

b)

Pengenceran

II;

larutan

Bradford

pada pengenceran I : 9 kali aquabides [1:9).

Larutan

protein standar

dengan

menggunakan BSA (Bovine Serum Albumin)

Sigma@

10 pg

[BSA)

+

10

ml

(aquabides),

dilarutkan

hingga homogen, Sebelas tabung

reaksi

steril

disiapkan, nomeri,

lalu

larutan

BSA dimasukkan

mulai dari

tabung

kedua sebanyak 100 ;.r1. Tabung pertama dibiarkan

kosong selanjutnya tabung ketiga 200 pl dan seterusnya volume

larutan

ditambah 100 pl

hingga

tabung

ke 11

akan

berisi

1000

pl.

Aquabides ditambahkan pada tabung reaksi tadi secara berlawan. Tabung nomer 11

tidak

diisi aquabideq, selanjutnya tabung nomer 9 sebanyak 200 11, dan seterusnya hingga pada tabung nomer 1 akan berisi 1000 pl aquabides (Tabung

A).

Tabung

reaksi

baru

disiapkan

ftabung

BJ

sebanyak

11

buah

tempatkan sejajar dengan tabung A. Larutan BSA diambil

dari setiap tabung A sebanyak L00 pl, diisikan

pada tabung B sehingga setiap tabung B berisi

100

pl

larutan

BSA

kemudian,

larutan

Bradford

dimasukkan [pengenceran kedua

1:9)

5 ml

pada

setiap

tabung B. Larutan

dihomogenkan dengan

vortex,

sebelum tabung B

diukur nilai

absorbansinya sampel disiapkan. Tabungreaksi baru diisikan sampel

sebanyak

100

pl,

lalu

larutan

Bradford sebanyak

5

ml

ditambahkan pada

setiap tabungyang berisi sampel. Selanjutnya

diukur

dengan spektrofotometer seperti halnya pada larutan standar.

Data dianalisis secara

deskriptif

analitik menggunakan

uji

korelasi

untuk

melihat

hubungan antara jumlah cacingyang diisolasi

dengan AgES yang dihasilkan.

HASIL

Koleksi

Cacing

Hati dari

Sapi

di

RpH

KabupatenSigi

Sebanyak 12 ekor sapi yang disembelih di RpH

Kabupaten

Sigi

selama masa

pengamatan

didapatkan

7

ekor sapi [58,33

%)

terinfeksi

cacing

hati.

Berdasarkan hasil pemeriksaan

morfologis cacing

hati

yang ditemukan dari

sapi

lokal

Kabupaten Sigi

tergolong

dalam

spesies Fas ciol a g ig antica.

Konsentrasi Protein Antigen ES Eg ig

antica

Karakterisasi antigen ES F.gigantica asal

sapi

lokal

Kabupaten

Sigi,

menggunakan

metode Bradford

untuk

mengukur

konsentrasi

protein

dari

antigen

yang dihasilkan. Konsentrasi

protein

antigen

ES yang dihasilkan seperti yang dipaparkan pada

(4)

Tabel 1. Konsentrasi Protein Antigen ES Cacing Fasciola gigantica

Pada Sapi Lokal Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Tahun 2010

Uraian

Konsentrasi

VoIume

fumlah

Lama

Inkubasi

(mglml)

ES

(ml)

cacing

(iam)

Antigen

0,699

520

27

23

52

ES

0,430

0,459

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi protein antigen ES F.gigantica tertinggi yang dihasilkan, yaitu 0,699 mg/ml, yang diinkubasi selama 4 jam pada suhu 3 7oC.

Konsentrasi antigen ES F. gigantica per ekor setiap kali koleksi dari tiga kali koleksi seperti

pada gambar

l

berikut.

0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0

Gambar 1. fumlah konsentrasi antigen ES yang dihasilkan F. gigantica per ekor

4

4

4

m o b E

SE

k o

Berdasarkan konsentrasi dari AgES yang

dihasilkan pada setiap koleksi

dari tiga

kali

koleksi cacing diperoleh konsentrasi rata-rata

per ekor cacingadalah berkisar 0.18 mg/ekor.

PEMBAHASAN

Cacing yang dikoleksi

dari hati

sapi asal

Kabupaten

Sigi, mampu

menghasilkan ES

dengan

konsentrasi

protein antara

0,430-0,699

mg/ml.

Konsentrasi

protein

ES

E

gigantica asal sapi yang dihasilkan memiliki

konsentrasi

cukup

sebagai

antigen.

Persyaratan sebuah antigen yang

baik

agar dapat menginduksi antibodi berkisar antara 50-1000 g/ml, dengan ciri pokokantigenisitas suatu bahan

atau

senyawa

ditentukan

dari

limitasi

fisikokimiawi serta

derajat

keasinganu.

Limitasi fisikokimiawi

berupa

ukuran

molekul

yaitu

besa4, kaku,

struktur

kimia kompleks, sedangkan derajat keasingan adalah derajat suseptibilitas antigen di dalam

tubuh".

Antigen

ES yang dihasilkan

dari

setiap

isolasi

cacing

F.

gigantica

memiliki

konsentrasi

berbeda-beda,

hal

ini

terjadi

karena adanya perbedaan jumlah cacing yang

diinkubasi. Cekaman yang diperoleh diduga mempengaruhi parasit dewasa menghasilkan

ES

yang

mengandung

suatu enzim

untuk

bertahan. fumlah antigen

ES

yang

dieksresikan berbanding lurus dengan jumlah

cacing yang diisolasi, Semakin banyak cacing yang disolasi, semakin banyak menghasilkan

volume

protein

ES. Antigen ES yang dihasil dalam penelitian ini yaitu 2 ml, 5 ml dan 23 ml dari7 ekor cacing, 20 ekor cacing dan 52 ekor

cacing. Diketahui protein esensial menempati

jumlah terbanyak dalam ekskretori

dan

sekretori

Fasciola

sp". fumlah

konsentrasi

antigen

ES

yang dihasilkan oleh

tiap

ekor

cacing

F.gigantica

asal

sapi seperti

yang disajikan pada gambar

l

yaitu memiliki

rata-rata

konsentrasi antigen ES

perekor

cacing

(5)

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VII No. 1, 2013 : 30 - 35

dihasilkan

selain

dari

faktor jumlah

juga

dipengaruhi

oleh kondisi

fisik

cacing yaitu

utuh

atau cacat (tersayat) karena perlakuan

saat koleksi, dan

kematangan

cacing

itu

sendiri

yaitu

dewasa

atau masih

mudal'.

Cacing dewasa dapat dilihat dari bentuk

fisik

yaitu lebar lebih dari 0.5 cm dan panjang dapat mencapai lebih dari satu inchi.l Hasil analisis

statistjk

menunjukkan

faktor jumlah

cacing

yang diisolasi berpengaruh terhadap rata-rata

konsentrasi ES yang dihasilkan dengan p<0,05

[0,04), dan

model

yang

digunakan sudah cukup baikkarena dapatmenjelaskan 980/o

[R-sq) keragaman model.

Substansi antigenik yang dihasilkan pada

umumnya merupakan senyawa enzim. ES E hepatica telah diketahui mengandung enzim enolase, leucine aminopeptidase

[LAP)

dan

p h o s p ho en olpy ruv ate carb oxykinase [PEP CK)

sebagai antigen yang bersifat

imunodominant'. Selain

Fasciola hepatica, PEPCK merupakan

imunogen utama

yang diperoleh dari ES telur Schlsto soma mansoni'n.

Enzim

cathepsin

L1

merupakan imunogen

dominan pada

ES

E

gigantica yang

telah

dimanfaatkan sebagai

kit

diagnostik untuk mendeteksi

antibodi

[gG)

akibat

fasciolosis

pada manusia".

Glutathione S-Transferase

IGSTs) merupakan enzim yang terkandung

baik

dalam

ES

maupun ekstrak

somatik

Fasciola spp dari kutikula dan tegumen yang

berperan dalam detoksifikasi anthelmentih

bersifat antigenik atau

imunogenik

yang dihasilkan oleh cacing parasitikyang memicu

kehadiran

antibodi dalam

tubuh

inang'.

Konsentrasi

protein

antigen ES E gigontica

asal sapi yang diperoleh dalam penelitian ini,

hampir

sama

dengan

laporan

sebelumnya

pada

tahun 2009

yaitu

0,501"

mgfml'.

Perbedaan

konsentrasi

protein

dapat

disebabkan

oleh

perbedaan spesies cacing

dari inang yang sama, dan dari spesies cacing

yang sama inang berbeda selain

itu

adanya

perbedaan geografis'*'".

Perbedaan fraksi

protein

dari

sudut

pandang

taksonomik

tergantung

pada

tipe

protein

yang

dipisahkanlu.

Konsentrasi

antigen

yang

diproduksi

dalam penelitian ini, adalah ES F.gigantica asal

sapi dengan konsentrasi 0,430-0,699

mg/ml,

sehingga bila akan digunakan sebagai bahan

dalam

Uji

ELISA

maka

diperlukan

pengenceran

terlebih

dahulu.

Hal

ini

disebabkan oleh karena konsentrasi antigen yang dapat terdeteksi dengan baik dalam

uji

ELISA adalah 0,5-5 pg/ ml' .

KESIMPULAN

Konsentrasi

protein

antigen

ES

F. gigantica asal sapi lokal Kabupaten Sigi yang

diperoleh,

berkisar

0,430-0,699 mg/ml

memiliki

konsentrasi cukup sebagai antigen

yang

baik untuk

mempoduksi

antibodi

dan

dapat

digunakan sebagai

bahan

uji

dalam metode ELISA.

SARAN

Perlu

dilakukan penelitian

lanjutan

terhadap konsentrasi antigen

dari

berbagai inang sebagai bahan dasar untuk mendeteksi

antibodi

penderita fascialosis,

pada

masyarakat yang

tinggal

di

wilayah dimana

diketahui

banyak

ternak yang terinfeksi

E gigantica.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan

terima

kasih penulis sampaikan kepada Bapak drh. Fadjar Satrija, M.Sc, ph.D.

dan

lbu

Dr. drh. Sri

Murtini,

M.Si yang telah

memberikan dukungan

teknis

dan material laboratorium, sehingga

penelitian

ini

dapat dilaksanakan.

DAFTARPUSTAKA

1.

Garcia

L.S.,

Bruckner

D.A., Diagnostik

Parasitologi Kedokteran.

penerbit

buku

kedokteran. EGC.

Editor

,

Dr.

Lesmana

Padmasutra .; 2 4 4-252. 2009.

2.

Velusamy

R,

Singh BP, Ghosh S, Chandra D, Raina

SC,

Gupta

AK,

]ayraw

OK,

2006. Fasciola gigantica Prepatent detection of

infection in beef

calves

using

metacercarial antigen. Indian Journal Biology

of Exp erimental 20 0 6; 4 4: 7 49 -7 53.

3.

World Health Organization [WHO), position

Paper On Food Borne Trematode Infections

And Taeniasis/Cysticercosis. Vientiane, Lao People's Democratic Republic. October 2009; 12-76.

(6)

5. t2. 13. 6. L5. 76.

Protozoa

of

Domesticqted Animals. English Language Book Society 7: 40-55. 1982.

Estuningsih S.E, Diagnosis

of

Fasciola gigantica infection

In

Cattle Using Capture-ELISA Assay for Detecting Antigen in Faeses Journal ITV 2006; 17(3):229-234.

Estuningsih S.E. Spithill

I

Raadsma H, Law R,

Adiwinata G, Meeusen

L,

Piedrafitall D. Development

And

Application

Of

A

fecal

Antigen Diagnostic Sandwich ELISA For Estimating Prevalence of Fasciola gigantica in Cattle In Central Java, Indonesia. fournal Of Parasitology 2009 ; 95(2):45 0-455.

Kemeny DM.

.4

Prqctical Guide

to

ELISA. Pergamon Press Oxford: 115, 1991.

Tizzard

l.

An

Introduction

to

Veterinary

Immunology 7'n Ed. Elsevier

:

Philadelphia

Kuby,2004.

Satrija R Murtini S, Retnani EB, Ridwan Y.

Pengembangan kit diagnostika koproantigen

untuk mendeteksi infeksi cacing hati pada

ternak

ruminansia. Laporan Pelaksanaan Hibah Kompetensi IPB. 2009.

Bradford MM. A Rapid and Sensitive Method

for The Quatitation of Microgram Quantities of

Protein Utilizing The Principle of Protein Dye Binding.,4na I Bio chem. 797 6; 7 2: 248-254.

Kuby C. Immunology 6'n Ed. New York: W.H Freeman Company,2007.

Ridi ER, Salah M, Wagih A, William H, Tallima

H,

El-Shafie MH,

et

al.

Fasciola gigantica

exretory sekretory products

for

immunodiagnosis and prevention

of

sheep fasciolosis. Veterinary Parasitology 2007 ; 1.49 :

219-228.

Wongkham C, Tautrawatpan C, Pewpan M,l,

Maleewong W, Wongkham S, Nakashima

K

Evaluation

of

Immunoglobulin

G

Subclass

Antibodies Against recombinant Fasciola

gigantica Cathepsin L1 in An Enzyme Linked

Immunosorbent Assay

for

serodiagnosis of Human Fasciolosis. Journal Clin Diagn Lab"

I mm u n o l. 2005 ; Y.L2-70.

Karimi

G, Abdiqoudarzi

M,

Valizadeh M, Miranzadeh

H.

Comparison

of

excretory-secretory and

somatic antigens

of

Ornithobilharziq turkestqnicum

in

agar gel diffusion test. Iraniqn Journal Parasitol. 2O0B; 3(4):19-22.

Meshgi

B,

Eslami

A,

Hemmatzadeh F.

Determination

of

somatic

and

excretory-secretory antigen

of

Fasciola hepatica and Fasciola gigantica using SDS-PAGE. lranian

J o urnal of Veterinary Research 20 08; 9 (1) : Z Z

-79.

Boynukara B, Karkoca H, Senier NG, Gulhan T

Atalan E. The characterization

of

protein

profiles

of the

isolated aeromonas sabria

strains

from

animal faeces

by

SDS-pAGE.

I ndian Vet, 200 4: 8L 245 -249. L4. B. 9. 10. 11.

Gambar

Tabel  1.  Konsentrasi Protein Antigen  ES  Cacing  Fasciola  gigantica Pada Sapi  Lokal Kabupaten  Sigi  Sulawesi  Tengah  Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi

data Jumlah Uang Beredar M1, Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Inflasi 41... yang ada di Indonesia untuk

Sehingga, juga diperlukan perubahan dalam penggunaan teknologi pengelolaan sumber daya laut dengan menggunakan teknologi yang lebih modern tetapi ramah lingkungan.. Secara umum,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi hara makro yang diberikan menyebabkan semakin cepatnya waktu yang dibutuhkan eksplan untuk membentuk

Perbedaannya adalah (1) kepentingan pribadi didasarkan pada kecintaannya terhadap materi yang dianggapnya satu-satunya pemuas kehidupan, (2) egoisme yang didasarkan

Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas ridhaNya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis Pascasarjana

Peningkatan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang dilatih fungsi pengarahan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan

Forum seminar LEMHI, tak hanya menjadi forum ilmiah bagi mahasis- wa, namun juga turut dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Desa, Kementerian Hukum dan HAM,