97
HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TINGKAT TUTUR DAN SIKAP
EKSTROVERT DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA ALUS
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Joko Sukoyo, Sumarlam, Sarwiji Suwandi
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Minat Utama Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa Program PASCASARJANA UNS
[email protected]
ABSTRACT
The objectives of this research are find (1) the relationship between the mastery of level
speech and the mastery of krama alus speaking skill, (2) the relationship between extrovert
manner and the mastery of krama alus speaking skill, (3) the relationship between the mastery of
level speech and extrovert manner with the krama alus speaking skill.
The method of this research is descriptive correlation. The population is the entire
students of Language Education and Java Letter in Semarang State University. The sample of the
research is 30 students which are choosed randomly. The methodology of collecting data uses
questionaire and test. The analysis used are correlation and regression.
The result of this research shows (1) there is a positive and significant relationship
between the mastery of level speech and krama alus speaking skill with coefficient correlation
0.823. (2) there is a positive and significant relationship between extrovert manner and krama
alus speaking skill with coefficient correlation 0.784. (3) there is a positive and significant
relationship between the mastery of level speech, extrovert manner, and the krama alus speaking
skill with coefficient correlation 0.867, while the coefficient determination is 0.751. It means that
the contribution which is given by the mastery of level speech and extrovert manner to the krama
alus speaking skill is 75.1 percent. The other variables that are not analyzed shows 24. 9 percent.
Key Word: extrovert manner, mastery of level speech, krama alus speaking skill.
PENDAHULUAN
Pengajaran bahasa khususnya bahasa Jawa, masih menjadi bahan pembicaraan yang menarik oleh guru bahasa, akademisi, maupun pakar bahasa dalam forum pertemuan ilmiah. Banyak yang mengatakan, walaupun pembelajaran bahasa Jawa sudah
dilaksanakan selama bertahun-tahun tetapi belum dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Berhubungan dengan bahasa lisan, siswa belum mampu menyampaikan gagasan dengan jalan pikiran yang logis dan sistematis sesuai dengan tataran unggah-ungguh bahasa
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
98
Jawa yang benar. Kesulitan yang dialami siswa khususnya berbicara krama alus di antaranya adalah kesulitan menggunakan kaidah tata bahasa, pemilihan kosakata, dan penyusunan kalimat efektif.Tidak hanya siswa yang mengalami kesulitan dalam berbicara krama alus. mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang pun sering mengalami kesulitan ketika harus mengungkapkan ide dan gagasannya dalam bahasa lisan. Padahal keterampilan berbicara merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi mahasiswa yang nantinya akan menjadi guru bahasa Jawa. Sebagai calon guru kemampuan berbicara ini lebih dituntut terutama dalam pelaksanaan praktik keguruan. Tidak dapat disangkal sebagian besar proses belajar mengajar dilaksanakan melalui komunikasi lisan, baik dalam bentuk ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas dan sebagainya. Terlebih lagi mengingat sistem pengajaran di Indonesia yang masih bersifat klasikal, keterampilan berbicara seorang guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun nonfisik.
Faktor fisik menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ bicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor nonfisik menyangkut kepribadian, karakter, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Jadi keterampilan berbicara krama
alus mahasiswa juga tergantung pada
mahasiswa itu sendiri sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Faktor dalam diri mahasiswa diduga berperan meningkatkan hasil belajar, seperti sikap ekstrovert mahasiswa. Sikap ektrovert adalah sikap seseorang yang membuka diri dalam kontak dengan orang-orang, peristiwa-peristiwa dan benda-benda di sekitarnya. Lawan dari sikap ekstrovert adalah sikap introvert. Introvert adalah seseorang yang menarik diri dan tenggelam dalam
pengalaman-pengalaman batinnya sendiri (Herlambang, 2011: 50-51). Banyak siswa yang sesungguhnya berpotensi untuk terampil berbicara tetapi karena dia introvert maka potensi yang ada dalam dirinya berkurang.
Selain pribadi yang ekstrovert, penguasaan tingkat tutur mahasiswa diduga juga ikut mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus. Tingkat tutur adalah variasi bahasa yang perbedaan antara satu dan lainnya ditentukan oleh perbedaan sikap santun
99
yang ada pada diri pembicara (O1) terhadap lawan bicara (O2) (Poedjasoedarma, 1979:3). Mahasiswa yang menguasai tingkat tutur dengan baik ada kecenderung dapat berbicara kramaalus dengan baik, karena dia memiliki
pengetahuan dalam memilih kata yang paling tepat untuk mengungkapkan ujarannya dalam bahasa krama alus.
Mengacu beberapa perkiraan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan ada tidaknya keterkaitan antara variabel penguasaan tingkat tutur, sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus. Dengan mengetahui hubungan antara variabel-variabel tadi, maka akan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka penyusunan teori maupun konsep-konsep baru terutama tentang hubungan antara penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert dengan keterampilan berbicara krama alus. Selain itu Kajian-kajian teori yang dikembangkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu rujukan dalam pengembangan pembelajaran keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara.
Jadi penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa penguasaan tingkat tutur berpengaruh terhadap keterampilan berbicara krama alus. Selain itu sikap ekstrovert juga dianggap berpengaruh terhadap keterampilan berbicara krama
alus sehingga diperkirakan antara
penguasaan tingkat tutur, sikap
ekstrovert dan keterampilan berbicara
krama alus saling berhubungan dan
mempengaruhi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hubungan antara penguasaan tingkat tutur dengan keterampilan berbicara krama alus. 2) Hubungan antara sikap ekstrovert dengan keterampilan berbicara krama alus. 3) Hubungan antara penguasaan
tingkat tutur dan sikap ekstrovert dengan keterampilan berbicara krama alus.
Teori yang digunakan adalah teori tentang berbicara yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2008), Maidar Arsjad dan Mukti (1991). Teori tentang Tingkat tutur bahasa Jawa yang dikemukakan oleh Haryana Harjawiyana dan Supriya (2001), Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2004). Teori tentang ekstrovert dan introvert yang dikemukakan oleh Susatyo Herlambang (2011), Hariwijaya (2010).
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara
krama alus. 2) Terdapat hubungan positif
antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus. 3) Terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara krama alus.
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
100
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Sampel untuk penelitian sebanyak 30 mahasiswa yang dipilih secara acak.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes (angket). Tes digunakan untuk mengumpulkan data penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara krama alus sedangkan angket digunakan untuk mengumpulkan data sikap ekstrovert Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penelitian diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi dan regresi. Ada dua langkah pokok yang dilakukan dalam analisis data penelitian, yaitu: 1) Uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas, dan uji linieritas. 2) analisis data penelitian yang meliputi analisis deskriptif, dan analisis inferensial. Analisis deskriptif untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di lapangan. Data yang
disajikan berupa data mentah yang diolah menggunakan teknik statistik deskriptif. Deskripsi data yang disajikan antara lain tendensi sentral dan dispersi. Analisis inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis, meliputi pengujian hipotesis I, II dan III. Pengujian hipotesis I dan II menggunakan teknik analisis korelasi sederhana, sedangkan pengujian hipotesis III menggunakan teknik analisis regresi berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian untuk variabel bebas
penguasaan tingkat tutur yang dijaring melalui tes objektif, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 35 butir instrumen mempunyai skor menyebar dari skor terendah 19 sampai skor tertinggi 31, jumlah skor 746, mean 24,87, simpangan baku 3,89, modus 30, median 25, dan varian 15,15.Hasil penelitian untuk variabel bebas yaitu sikap ekstrovert yang dijaring melalui angket, dengan jumlah pernyataan sebanyak 35 butir instrumen mempunyai skor menyebar dari skor terendah 76 sampai skor tertinggi 98, dengan jumlah skor 2591, mean 86,37, simpangan baku 5,76, modus 87, median 87, dan varian 33,14.
Hasil penelitian untuk variabel terikat yaitu keterampilan berbicara krama alus
101
yang dijaring melalui tes lisan, dengan jumlah responden sebanyak 30 mempunyai skor menyebar dari skor terendah 40 sampai skor tertinggi 51 , jumlah skor 1381 , mean 46, simpangan baku 3,5 modus 49, median 46, dan varian 12,2.Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara
krama alus. Hipotesis pertama yang
diajukan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana. Perhitungan statistik dibantu dengan program SPSS versi 17 diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Korelasi X1 dan Y Correlations Penguasaan Tingkat Tutur Berbicara Krama Alus Penguasaan Tingkat Tutur Pearson Correlation 1 .823 ** Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 Keterampilan Berbicara Krama Alus Pearson Correlation .823 ** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30
Berdasarkan output korelasi diketahui bahwa korelasi antara variabel penguasaan tingkat tutur (X1) dan keterampilan berbicara krama alus didapatkan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,823. Angka positif pada koefisien korelasi mempunyai arti jika
variabel penguasaan tingkat tutur meningkat maka keterampilan berbicara
krama alus juga akan meningkat.
Besar kecilnya koefisien korelasi yang telah dihitung tidak berarti apa-apa sebelum dilakukan pengujian keberartian hubungan tersebut. Untuk mengetahui keberartian (signifikansi korelasi) melalui prosedur pengujian yang dikutip dari pendapat Priyatno (2012: 45) sebagai berikut. 1) menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif. H0 : artinya tidak ada hubungan antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus. Ha
: artinya ada hubungan sikap ekstrovert dan
keterampilan berbicara krama alus. 2) menentukan signifikansi yaitu 0,05. 3) pengambilan keputusan, apabila signifikansi > 0,05 jadi H0 diterima, apabila signifikansi < 0,05 jadi H0 ditolak.
Berdasarkan output korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,00 (0,00 < 0,05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara krama
alus.
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus. Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
102
ini diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana. Perhitungan statistik dibantu dengan program SPSS versi 17 diperoleh hasil sebagai berikut.Tabel 2. Hasil Korelasi X2 dan Y
Berdasarkan output korelasi diketahui bahwa korelasi antara variabel sikap ekstrovert (X2) dan keterampilan berbicara krama alus didapatkan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,784. Angka positif pada koefisien korelasi mempunyai arti jika variabel sikap ekstrovert meningkat maka keterampilan berbicara krama alus juga akan
meningkat.
Berdasarkan output korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,00 (0,00 < 0,05) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus.
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara krama
alus. Hipotesis ketiga yang diajukan
dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi ganda. Perhitungan statistik dibantu dengan program SPSS versi 17 diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Korelasi X1,X2 dan Y
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 .867a .751 .733 1.80947
Hasil analisis dan pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan ini mengandung makna bahwa secara umum bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang ada hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur, dan sikap ekstrovert dengan keterampilan berbicara
krama alus, baik sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama.
Temuan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara krama alus. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan koefisien korelasi sebesar 0, 823.
Sifat hubungan variabel X1 dan Y, dapat dilihat dari bentuk garis regresi yang bersifat linier. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
Correlations Sikap Ekstrovert Keterampian Berbicara KramaAlus Sikap
Ekstrovert Pearson Correlation 1 .784
** Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 Keterampilan Berbicara Krama Alus Pearson Correlation .784 ** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30
103
program spss versi 17 diperoleh persamaan Y = a + bX, Y = 27,636 + 0,74X1. Maksud dari persamaan regresi tersebut adalah a = konstantan sebesar 27,636. Artinya jika penguasaan tingkat tutur nol, maka keterampilan berbicarakrama alus adalah 27,636, b = koefisien
regresi sebesar 0,740. Artinya bahwa setiap tambahan satu satuan penguasaan tingkat tutur maka keterampilan berbicara krama alus akan meningkat sebesar 0,740
Terdapatnya hubungan positif antara kedua variabel tersebut mengandung arti bahwa semakin baik penguasaan tingkat tutur mahasiswa, maka akan semakin baik pula keterampilan berbicara krama alus mahasiswa tersebut. Hal ini dapat disadari karena pada hakikatnya
berbicara krama alus merupakan kegiatan seseorang untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan menggunakan salah satu ragam tingkat tutur dalam bahasa Jawa. Sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan penguasaan tingkat tutur yang baik, maka akan dapat berbicara krama alus yang baik pula.
Terdapat hubungan yang positif antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus dengan koefisien korelasi 0,784. dan persamaan regresi variabel tersebut setelah dihitung dengan program spss versi 17, dapat dinyatakan dengan rumus persamaan regresi Y= = a +
bX, jadi Y = 4,904 + 0,476X2 . Maksud persamaan regresi tersebut adalah nilai a = konstantan sebesar 4,904. Artinya jika sikap ekstrovert nol, maka keterampilan berbicara krama alus adalah 4,904, nilai b = koefisien regresi sebesar 0,476. Artinya bahwa setiap tambahan satu satuan sikap ekstrovert maka keterampilan berbicara
krama alus akan meningkat sebesar
0,476.
Hasil analisis yang berkaitan dengan sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi sikap ekstrovert mahasiswa, semakin baik pula keterampilan berbicara krama alus mereka. Mahasiswa yang memiliki sikap ekstrovertlah yang memiliki banyak frekuensi untuk berbicara. Orang ekstrovert akan cenderung berinteraksi dengan orang lain, baik itu teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa. Ketika mereka berinteraksi dengan orang yang lebih tua, maka mereka akan menggunakan bahasa krama alus. Sehingga mahasiswa ekstrovert yang memiliki keterampilan berbicara krama
alus yang lebih baik.
Diterimanya hipotesis penelitian yang menyatakan Terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara krama
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
104
kedua variabel bebas tersebut sebagai prediktor varians skor keterampilan berbicara krama alus tidak diragukan lagi.Kekuatan hubungan sebesar 0,867 dan sumbangan efektif sebesar, 0,751 maka kontribusi yang diberikan oleh penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert secara bersama-sama terhadap keterampilan berbicara krama alus adalah sebesar 75,1% sisanya sebesar 24,9% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Apabila dibandingkan antar kedua variabel bebas tersebut, maka kontribusi lebih besar diberikan oleh variabel penguasaan tingkat tutur daripada variabel sikap ekstrovert. Hal ini memang masuk akal, karena penguasaan tingkat tutur merupakan merupakan modal dasar dalam berbicara krama alus. Dengan memiliki penguasaan tingkat tutur yang baik, akan dapat mengutarakan ide dan gagasan dalam ragam bahasa krama alus yang baik juga.
Selain faktor penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert, masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang. Faktor tersebut diantaranya faktor dari keluarga, faktor lingkungan, faktor kebiasaan berbicara krama alus dan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian
melalui penelitian ini dapat dikatakan dari semua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus, faktor penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert merupakan faktor yang telah terbukti secara signifikan berhubungan dengan keterampilan berbicara krama
alus.
SIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini dikemukakan beberapa simpulan pokok yang berkenaan dengan permasalahan penelitian dan temuan-temuan penelitian. Simpulan-simpulan dinyatakan dalam butir-butir berikut.
1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara krama
alus mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang dengan koefisien korelasi sebesar 0,823. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan keterampilan berbicara krama alus” telah teruji kebenarannya. Keduanya berjalan seiring, artinya semakin tinggi penguasaan tingkat tuturnya, semakin tinggi juga keterampilan berbicara krama
alus mereka. 2) Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara
krama alus mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang dengan koefisien korelasi 0,784. Dengan demikian
105
hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan positif antara sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus” telah teruji kebenarannya. Kedua variabel tersebut berjalan seiring (hubungan positif), artinya semakin tinggi sikap ekstrovertnya, semakin tinggi pula keterampilan berbicara krama alus mereka. 3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan tingkat tutur, sikap ekstrovert dan keterampilan berbicara krama alus mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang dengan koefisien korelasi 0,867 dan koefisien determinasi 0,751. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan positif antara penguasaan tingkat tutur dan sikap ekstrovert secara bersama-sama dengan keterampilan berbicara krama alus” telah teruji kebenarannya. Kedua variabel bebas tersebut berjalan seiring dengan variabel terikatnya. Artinya memiliki hubungan positif yang ditunjukkan dengan semakin tingginya penguasaan tingkat tutur, dan sikap ekstrovert maka akan semakin tinggi pula keterampilan berbicara kramaalus mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diusulkan saran-saran sebagai berikut. 1) Dosen. Berdasarkan hasil penelitian sudah diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara penguasaan tingkat tutur, dan keterampilan berbicara krama alus, maka diharapkan para dosen dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan tingkat tutur mahasiswa. Selain itu, dosen perlu juga untuk memberikan perhatian serius bagi mahasiswa yang mempunyai sikap introvert misalnya dengan memberikan kesempatan berbicara yang lebih banyak untuk mereka sehingga keterampilan berbicaranya akan semakin meningkat. 2) Mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-tara keterampilan berbicara mahasiswa Program Studi Pendikan Bahasa dan Satra Jawa berada pada kategori sedang, sehingga perlu ditingkatkan lagi sampai pada kategori baik. Hal tersebut penting karena mahasiswa-mahasiswa tersebut adalah calon guru bahasa Jawa, sehingga perlu memiliki kompetensi yang baik dalam hal keterampilan berbicara. Cara yang dapat dilakukan adalah menambah pengetahuan tentang penguasan tingkat tutur dengan banyak membaca dan berlatih berbicara krama alus. 3) Instansi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan tingkat tutur, dan keterampilan berbicara krama
alus, maka diharapkan instansi dalam hal
ini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang dapat menjadikan hasil penelitian
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
106
tersebut sebagai salah satu dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kampus agar pembelajaran berjalan dengan efektif, efisien dan menarik. Selain itu Program Studi perlu juga untuk mengadakan berbagai perlombaan yang dapat meningkatkanketerampilan berbicara krama alus, misalnya lomba pidato berbahasa Jawa
krama. Penyelenggaraan lomba berpidato
ini dapat dipakai sebagai momentum untuk meningkatkan keterampilan berbicara krama alus mahasiswa. 4) Peneliti lain. Hasil penelitian ini masih
memiliki keterbatasan, Banyak faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus. Misalnya faktor tempat tinggal, kebiasaan berbicara dan lain sebagainya. Kepada peneliti lain untuk melakukan peneliti lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara krama alus. Selain itu juga dapat memperdalam kajian tentang keterkaitan keterampilan berbicara krama
alus dengan penguasaan tingkat tutur dan
sikap ekstrovert dengan objek dan setting tempat yang berbeda.