• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Thengkiyang Vol.1, No. 1, November 2018, ISSN:"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

98 TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

SEBAGAI UPAYA ANTISIPASI TERJADINYA PRAKTEK KORUPSI DI PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Muhammad Syahri Ramadhan1

Diana Novianti

ABSTRAK

Program CSR yang dilaksanakan oleh perusahan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seringkali disalahgunakan atau dikorupsi. Lemahnya pengawasan mulai dari penyusunan anggaran hingga laporan akhir pengelolaan dana menjadi alasan kuat dana CSR rentan untuk disalahgunakan. Adapun Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Adapun tahap – tahapan penyusunan tersebut dengan memerhatikan aspek Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian tentang need, desires, wants, dan interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam komunitas, Penyelarasan.

Kata kunci : CSR, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Korupsi. A. Pendahuluan

Pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini merupakan salah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang bidang usahanya bergerak atau berkaitan dengan lingkungan hidup. Dalam konteks hukum perusahaan, CSR ini mempunyai definisi lain yaitu Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang – Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

1 Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Kader Bangsa Palembang dan dapat dihubungi

(2)

99

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Dana CSR ini merupakan bagian dalam anggaran operasional atau hasil penyisihan dari laba Perseroan Terbatas. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam Perseroan Terbatas (PT) ini bersifat wajib dan apabila tidak dilaksanakan maka akan dikenakan sanksi. Lebih jelasnya hal ini dapat dilihat dalam Pasal 74 Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yangpelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan ini merupakan upaya untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.2 Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan.3 Setiap Korporat dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya berusaha untuk mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan sosial tentunya menjadi sasaran untuk menguatkan pendapatan finansial.4

2 Lihat penjelasan Pasal 74 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

3 Bambang Rudito dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility), Rekayasa Sains,

Bandung, hlm. 1.

(3)

100

 Salah satu perusahaan di Indonesia yang melaksanakan kegiatan CSR yaitu Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disingkat BUMN), yang juga merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. BUMN berperan serta dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. BUMN juga memiliki peran sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu usaha mengembangan usaha kecil atau koperasi. Hampir seluruh sektor perekonomian seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan, serta konstruksi dikuasai oleh BUMN. Praktek tanggungjawab sosial oleh BUMN berbeda dengan yang terjadi didalam perusahaan non-BUMN, yaitu adanya instrumen pemaksa berupa kebijakan pemerintah. Implementasi CSR merupakan kewajiban yang bersifat mandatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan-perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan swasta. Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2003 dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Kedua aturan ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya disingkat PKBL).

Permasalahan selanjutnya ialah PKBL ini hanya dijadikan sebagai kegiatan formalitas untuk menggunakan dana CSR milik perusahaan BUMN saja. ada beberapa oknum yang mengambil keuntungan dari pelaksanaan PKBL. Biasanya oknum yang mencoba mengambil keuntungan ialah antara oknum perusahaan, masyarakat bahkan hingga pemerintah. Banyak PKBL yang direalisasikan tidak jelas arah tujuannya, bahkan dana CSR yang dikeluarkan tidak berbanding lurus dengan kualitas PKBL yang dilaksanakan. Hal ini tentu saja dapat mengarah kepada kerugian kepada negara atau tepatnya ada praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR. Hal ini dikarenakan sumber dana CSR perusahaan BUMN itu sendiri bersumber dari anggaran milik

(4)

101

negara. Maka sudah sepatutnya pengelolaan dana CSR tersebut harus dipertanggung jawabkan kepada publik.

1. Rumusan Masalah

a. Apa yang menyebabkan dana CSR milik Perusahaan BUMN dapat dikorupsi ? b. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan transparansi pengelolaan

dana corporate social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek korupsi di perusahaan badan usaha milik negara ?

2. Tujuan Kajian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor penyebab dana CSR milik Perusahaan BUMN dapat dikorupsi

b. Untuk mengetahui dan menganalisis transparansi pengelolaan dana corporate

social responsibility sebagai upaya antisipasi terjadinya praktek korupsi di

perusahaan badan usaha milik negara

3. Metode Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau bisa disebut penelitian studi kepustakaan. Jenis penelitian hukum ini adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.5 Data sekunder yang dicari pada penelitian ini lebih diutamakan kepada peraturan perundang – undangan yang berkaitan Corporate Social Responsibility (CSR), Badan Usaha Milik Negara maupun Tindak Pidana Korupsi, dokumen – dokumen dan tulisan – tulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari studi dokumen dan pustaka terhadap data sekunder, baik bahan hukum primer, maupun sekunder dianalisis dengan metode kualitatif.

Istilah kualitatif mengandung arti bahwa data diuraikan secara berkualitas dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga hasil analisis tersebut mudah dipahami dan ditafsirkan.6 Dalam analisis kualitatif ini data disajikan secara deskriptif, yaitu bersifat menuturkan dan

5 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 13 – 14.

6 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.

(5)

102

menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang proses yang sedang berlangsung pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, dan pertentangan yang meruncing.7

4. Kerangka Teori a. Konsep CSR

Corporate social responsibility menjadi tuntutan tak terelakkan seiring

dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. Hal ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas.8 Korporat yang memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan phylantrophy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan eksistensi korporat.

Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori aktivitas CSR, yaitu : Promosi kegiatan sosial, pemasaran terkait kegiatan sosial, pemasaran kemasyarakatan korporat, kegiatan filantropi perusahaan, pekerja sosial kemasyarakatan secara sukarela dan praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial.9 Adapun penjelasannya secara lebih rinci ialah sebagai berikut :

1) Promosi Kegiatan Sosial

Dalam kegiatan CSR, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu.

7 Winarno Surakhmad, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, hlm. 139.

8 Reza Rahman, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan, Media

Pressindo, Yogyakarta, hlm. 5.

9 Dwi Kartini, 2009, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability

(6)

103

2) Pemasaran terkait Kegiatan Sosial

Kegiatan CSR ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini seperti program beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan usaha kecil dan menengah.

3) Pemasaran Kemasyarakatan Korporasi (Corporate Social Marketing)

Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philantropy)

Dalam kegiatan CSR ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cuma – cuma.

5) Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering) Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran, atau para pemegang franchiseagar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi – organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.

6) Praktek bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial (Social Responsible

Business Practice)

Kegiatan CSR ini dilaksanakan dalam hal mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteaan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor, organisasi – organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud kesejahteraan mencakup dalam aspek – aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan psikologis dan emosional.

(7)

104

Berdasarkan Pasal 2 Permen BUMN 5/2007, Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman pada Permen BUMN 5/2007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 6 Permen BUMN 5/2007). Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana BUMN (Pasal 1 angka 7 Permen BUMN 5/2007).10

c. Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi diartikan sebagai setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.11 Untuk konteks UU No. 20 Tahun 2001, para koruptor itu bisa juga korporasi ( lembaga yang berbadan hukum maupun lembaga yang bukan berbadan hukum ) atau siapa saja, entah itu pegawai negeri, tentara, masyarakat, pengusaha dan sebagainya asal memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam pasal ini.

B. Pembahasan

1. Penyebab Dana CSR Milik Perusahaan Bumn Dapat Dikorupsi

Setiap perusahaan yang didirikan tentunya mempunyai maksud dan tujuan untuk memperoleh keuntungan terutama keuntungan finansial (uang). Termasuk juga dengan BUMN, negara Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama,

10 Aturan-Aturan Hukum Corporate Social Responsibility,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social-responsibility Edisi Rabu 13 November 2013 diakses pada Kamis 31 Agustus 2018 Pukul 22: 27 WIB.

11 Pasal 2 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang

(8)

105

yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor – sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak – pihak tertentu.12 Menurut Pasal 2 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN menyebutkan bahwa :

(1) Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b. Mengejar keuntungan;

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;

e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa pendirian BUMN mempunyai tujuan sosial. Tujuan sosial inilah yang kemudian didefinisikan bahwa setiap perusahaan – perusahaan yang termasuk bagian dari BUMN, harus melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya atau CSR. Dalam UU BUMN, Program CSR ini termanifestasikan dalam Pasal 88 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN yang menyebutkan BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Persoalan CSR dalam perusahaan BUMN, seyogianya telah diatur secara komprehensif di dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/Mbu/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya disingkat Permen BUMN No 05/2007). Program kemitraan dan bina lingkungan yang dilaksanakan oleh persero maupun perusahaan umum (umum), sumber dana

12 Gatot Supramono, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 22 –

(9)

106

yang digunakan tentunya berasal dari harta kekayaan perusahaan. Menurut Pasal 9 ayat (1) dan (2) Permen BUMN No 05/2007 menyebutkan :

(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau

jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. (2) Dana Program BL bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.

Program pengelolaan CSR ini meskipun program sosial yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi masyarakat umum. Bukan berarti tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang menghinggapinya. Masalah tersebut terkadang datang dalam proses realisasi anggaran dana. Dalam proses realisasi anggaran dana CSR di tengah masyarakat inilah yang seringkali tidak terlaksana dengan optimal. Seperti ada contoh kasus Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya dana CSR yang disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kegiatan sosial BUMN. Diantaranya adalah dana CSR untuk biaya naik haji pegawai dan pimpinan BUMN serta kegiatan Dharma Wanita.13 Hal ini tentu saja telah melanggar dari hakekat pengelolaan dana CSR itu sendiri yaitu untuk kesejahteraan masyarakat umum terutama masyarakat miskin.

Adanya praktek korupsi di dalam pengelolaan dana CSR bukanlah sebuah hal yang tidak mungkin, mengingat perilaku korupsi merupakan tindakan memperkaya diri sendiri dan atau kelompoknya dengan cara melanggar hukum dan merugikan negara. Maka, para pegawai maupun pihak – pihak terkait perusahaan BUMN yang mempunyai sifat tamak, moral yang kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif tersebut

13 BPK Melarang Keras Dana CSR BUMN untuk Kegiatan Aneh-aneh, edisi Jumat 23 Desember 2011

diakses melalui https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1798784/bpk-melarang-keras-dana-csr-bumn-untuk-kegiatan-aneh-aneh pada Minggu, 09 September 2018 Pukul 10 : 29 WIB.

(10)

107

dapat saja memanfaatkan pengelolalan dana CSR tersebut hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok mereka saja.14

Salah satu bukti bahwa program CSR juga dapat dijadikan sebagai modus operandi terbatu dalam praktek tindak pidana korupsi ialah kasus suap yang menimpa Walikota Cilegon, Iman Ariyadi. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) menetapkan Wali Kota Cilegon Iman Ariyadi sebagai tersangka. Iman diduga menerima suap 1,5 miliar rupiah terkait izin pembangunan Transmart di Kota Cilegon. Terdapat modus baru dalam penyerahan uang dari pihak swasta kepada Iman dan Kepala Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Cilegon Ahmad Dita Prawira. Modus operandi baru yang dimanfaatkan tersebut ialah menggunakan saluran dana CSR kepada klub sepak bola di daerah.15 Kasus lainnya ialah seperti yang terjadi di Muntok, kabupaten Bangka Barat yaitu terkati korupsi penggunaan dana Corporate

Social Responsibility (CSR) dari PT Timah untuk membantu penyelenggaraan Home Stay Fair di Muntok. Dana CSR sebesar 500 juta rupiah yang diberikan pihak PT

Timah, Tbk kepada Asosiasi Homestay untuk mensukseskan penyelenggaraan event international tersebut yang diduga telah diselewengkan. Dana itu disumbangkan PT Timah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam gelaran

Homestay Fair dan Work Shop Old Town pada bulan September 2015.16

Melihat fenomena praktek korupsi dalam pengelolaan dana CSR tersebut, dapat terjadi dikarenakan beberapa sebab. Adapun faktor penyebab dana CSR dalam perusahaan BUMN dapat dikorupsi dikarenakan :

a. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR

Adanya kasus penggunaan dana CSR untuk kegiatan nonsosial seperti penyelenggaraan dana haji dan kegiatan dharma wanita bagi pegawai dan

14 Bambang Rudito dan Melia Famiola, op. cit, hlm. 357 – 358.

15 Abba Gabrillin , Modus Suap Wali Kota Cilegon, Dana CSR untuk Klub Sepak Bola, edisi 23/09/2017,

Pukul 19:32 WIB diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/19322641/modus-suap-wali-kota-cilegon-dana-csr-untuk-klub-sepak-bola pada Minggu, 09 September 2018.

16 Dana CSR PT Timah Diduga Dikorupsi, edisi 24 Maret 2016 diakses melalui

http://www.rakyatpos.com/dana-csr-pt-timah-diduga-dikorupsi.html/ pada Minggu 09 September 2018 Pukul 18 : 02 WIB.

(11)

108

pimpinan BUMN menunjukan lemahnya pengawasan dalam tahap pelaksanaaan anggaran dana CSR.

b. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai17. Perusahaan apabila belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang idembannya dan juga belum merumuskan dengan benar program CSR yang dibuat. Akibatnya, perusahaan tersebut sulit dilakukan penilaian apakah perusahaan tersebut berhasil mencapai sasarannya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi pengelolaan dana CSR tersebut, maka akan memunculkan situasi perusahaan yang kondusif untuk praktek korupsi.

c. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan18.

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah perusahaan. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai perusahaan di dalamnya. d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan19.

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam perusahaan. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk salah satunya ialah pengelolaan dana CSR.

e. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar20.

Kultur perusahaan biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Kultur perusahaan apabila tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan perusahaan. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi dalam pengelolaan dana CSR memiliki peluang untuk terjadi.

17 Diolah oleh penulis berdasarkan tulisan dari Bambang Rudito dan Melia Famiola, op .cit, hlm. 359. 18 Ibid.

19 Ibid. 20 Ibid.

(12)

109 2. Transparansi Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility Sebagai Upaya Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

Membahas transparansi pengelolaan dana CSR, erat kaitannya dengan prinsip

Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG). GCG adalah rangkaian

aturan yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi.21 Untuk mengetahui dasar hukum GCG dalam UU No.

19 Tahun 2013 tentang BUMN, prinsip – prinsip yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 6 ayat (3) UU No. 19 Tahun 2013 tentang BUMN mengenai tata kelola yang baik ada 5 (lima) macam yang harus dijalankan, yaitu meliputi22 :

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas , yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

e. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Tahap – tahap seperti

21 Gatot Supramono, op. cit, hlm. 152. 22 Ibid, hlm. 154 – 155.

(13)

110

identifikasi masalah, menyusun perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi adalah hal yang mutlak ada.23 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perusahaan BUMN dalam menyusun program CSR adalah24 :

a. Segmentasi

Para pegawai perusahaan BUMN harus memastikan penerima dana CSR tersebut dengan memerhatikan faktor demografis, yaitu segmentasi berdasarkan kependudukan; faktor psikografis, yaitu berdasarkan ketertarikan, pendapat, kepentingan, gaya dan nilai hidup; faktor geografis, yaitu penggolongan berdasarkan wilayah lokal, regional, nasional hingga internasional.

b. Skala Prioritas

Skala prioritas para penerima dana CSR ini dapat digolongkan dari kelompok primer yaitu kelompok yang menjadi sasaran utama dari aktivitas CSR, disusul kelompok sekunder yaitu kelompok yang ditafsirkan sebagai kelompok tetangga yang mempunyai relevansi dengan kelompok primer, dan kelompok tersier yaitu yang bisa jadi hanya terpaan (exposure) karena perannya kecil.

c. Penelitian tentang need, desires, wants, dan interest komunitas.

Tahapan ini merupakan langkah yang mutlak dilakukan guna mendapatkan data tentang komunitas yang nantinya digunakan sebagai dasar pertimbangan penyusunan program CSR.

d. Dialog dengan opinian leader dalam komunitas

Setiap perusahaan BUMN yang ingin mendapatkan data asli terkait masyarakat penerima dana CSR. Tentunya dapat dilakukan dengan cara adanya komunikasi dengan perwakilan atau ketua dari anggota masyarakat itu sendiri. Misalnya, pihak perwakilan perusahaan dapat berinteraksi secara langsung dengan kepala desa, ketua adat, atau pemuka agama di suatu wilayah tersebut untuk membahas program – program apa saja yang relevan dilaksanakan di desa tersebut.

23 Reza Rahman, op. cit, hlm. 62.

(14)

111

e. Penyelarasan

Sejumlah data yang dihasilkan oleh penelitian tentang komunitas merupakan pijakan dari penentuan program CSR yang pas. Sinkronisasi jenis program dengan target, pilihan pesan/isu, pemilihan media, dan metode komunikasi yang digunakan dalam CSR dilakukan guna meningkatkan efektivitas program CSR yang diselenggarakan.

Kelima tahapan di atas apabila memang dilaksanakan secara baik dan benar, maka proses pengimplementasian dana CSR tersebut akan terealisasi dengan tepat. Hal tidak kalah pentingnya ialah adanya laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat umum sebagai wujud social reporting seperti yang dikehendaki dalam reflexive law

theory.25 Laporan pelaksanaan CSR kepada masyarakat ini tentu saja dapat dilalui dengan aktivitas pengkomunikasian program CSR yang terdiri dari beberapa langkah yakni26 :

a. Pemilihan media yang tepat

b. Mengungkapkan program CSR dari perusahaan BUMN berdasarkan fakta c. Mengajak seluruh stakeholders (mulai dari masyarakat, perusahaan, aparat

penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, BPK, bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan pihak terkait lainnya) untuk terlibat, mengkritisi, ataupun menyebarluaskan informasi tentang esensi program CSR

Adanya laporan pelaksanaan dana CSR melalui tahapan pengkomunikasian program CSR di atas, masyarakat tentunya akan memberikan respon dalam bentuk reward bagi perusahaan BUMN yang berperilaku baik. Sebaliknya masyarakat akan memberikan punishment bagi perusahaan BUMN yang kaya tetapi tidak mempunyai

25 Mukti Fajar ND, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi tentang Penerapan

Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 280.

(15)

112

kepedulian sosial atau menngkorupsi dana CSR tersebut untuk kepentingan pribadi atau kelompo tertentu.27

C. Penutup

1. Kesimpulan

a. faktor penyebab dana CSR dalam perusahaan BUMN dapat dikorupsi dikarenakan :

1. Lemahnya Pengawasan dalam Pelaksanaan Anggaran Dana CSR 2. Sistem akuntabilitas yang benar di perusahaan yang kurang memadai. 3. Kelemahan sistem pengendalian manajemen perusahaan.

4. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam perusahaan. 5. Tidak adanya budaya organisasi perusahaan yang benar.

b. Transparansi dalam pengelolaan dana CSR sebagai Upaya Antisipasi Terjadinya Praktek Korupsi Di Perusahaan BUMN dapat dimulai dari penyusuan program dana CSR yang komprehensif dan tepat sasaran. Adapun tahap – tahapan penyusuna tersebut dengan memerhatikan aspek Segmentasi, Skala Prioritas, Penelitian tentang need, desires, wants, dan

interest komunitas, Dialog dengan opinian leader dalam komunitas,

Penyelarasan. 2. Saran

Perusaahaan BUMN di Indonesia harus melaksanakan secara komprehensif terkait pengelolaan dana CSR mulai dari penyusunan anggaran, pelaksanaan, hingga laporan akhir evaluasi. Hal yang tidak kalah pentingnya diperlukan hubungan sinergis yang lebih kuat antara perusahaan BUMN dan aparat penegak hukum khususnya baik dari kepolisian, kejaksaan atau pun KPK agar dana CSR tidak disalahgunakan untuk kejahatan korupsi.

(16)

113 D. Daftar Referensi

1. Buku

Muhammad,Abdulkadir 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

ND, Mukti Fajar, 2013, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia : Studi

tentang Penerapan Ketentuan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Multi Nasional, Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Negara, Cetakan II, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rahman, Reza, 2009, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan, Media Pressindo, Yogyakarta.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, 2013, CSR (Corporate Social Responsibility), Rekayasa Sains, Bandung.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.

Supramono, Gatot, 2016, BUMN Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata, Rineka Cipta, Jakarta.

Surakhmad, Winarno, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung. 2. Internet

www.detik.com

www.hukumonline.com

www.kompas.com

www.rakyatpos.com

3. Peraturan Perundang – Undangan

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tahun 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan

(17)

114

Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-08/MBU/2013 Tahun 2013 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembuatan Website Elektronik Online Dengan Menggunakan Macromedia Dreamweaver MX, PHP dan MySQL merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi mengenai penjualan

Bagi setiap petikan anda tidak boleh menyenaraikan lebih daripada jumlah kesalahan yang dinyatakan dalam arahan soalan.. Anda tidak perlu menyalin

Namun pada material Ti-DSBC terlihat ukuran partikel menjadi lebih kecil dan terdapat partikel lain berwarna putih pada pori Ti- DSBC yang diperkirakan sebagai logam

Dalam Renstra (Strategic Plan) ini termuat rumusan tentang visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan program dan kegiatan sebagai suatu rangka dari proses kinerja yang

aristocracy, including ‘Earls and Earldoms in Late Medieval Scotland, c .1310–1460’, in Essays Presented to Michael Roberts , ed. For Stringer’s studies see above, n.. of

Widyastuti, Ella, 2015, Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, dan Lingkungan Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N