• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Dasar Bendung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Dasar Bendung"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BANGUNAN UTAMA ( BENDUNG )

BAB I

1. 1. PENGERTIAN BANGUNAN UTAMA (BENDUNG)

Bangunan Utama dapat didifinisikan sebagai : “ Semua bangunan yang dibangun di sepanjang Sungai atau aliran air yang merupakan bagian–bagian dari Bangunan utama yang menjadi sata kesatuan untuk meninggikan dan membelokkan air ke dalam jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi dan biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sediment yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur air yang masuk” Pengertian Bangunan Utama (Bendung) harus dibedakan dengan pengertian waduk (Bendungan) yang bersifat menampung air, maka kalau bendung , bersifat manampung dan meninggikan muka air, ini berarti bahwa air boleh mengalir terus melimpas ambang bendung.

1.2. BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN UTAMA DAN FUNGSINYA Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian bangunan sebagai berikut :

 Bangunan pengelak ( Tubuh bendung dan Ruang olak)

 Bangunan pengambilan ( Intik )

 Bangunan pembilas (Penguras)

 Kantong Lumpur

 Pekerjaan sungai

 Bangunan-bangunan pelengkap

Tata letak bagian-bagian bagian bangunan utama bisa dilihat pada : Gambar 2.1

(2)

1.2.1 Bangunan Pengelak

Bangunan pengelak adalah bagian dari Bangunan utama yang benar-benar dibangun didalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokannya air sungai kejaringan irigasi, dengan jalan menaikan muka air di sungai atau pengambilan air didasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah ( Bottom rack weir)

Bangunan-bangunan tersebut digunakan untuk mengatur elevasi air disungai dan membelokan ke saluran Induk untuk keperluan Irigasi.

Berdasarkan tipe strukturnya Bendung dapat dibedakan yaitu sebagai bereikut :

 Bendung Pelimpah

 Bendung Gerak (barrage)

 Bendung Saringan Bawah

1.2.1.1 Bendung Pelimpah (Bendung Tetap)

Adalah bendung yang bisa meninggikan muka air disungai sesuai dengan elevasi yang dibutuhkan, sehingga memudahkan bangunan pengambilan untuk menyalurkan air untuk keperluan Jaringan Irigasi

Letak mercu bendung (Tubuh bendung) diusahakan tegak lurus arah aliran sungai, agar aliran air yang melimpah pada mercu bendung terbagi rata.

Bendung pelimpah merupakan penghalang selama tejadi banjir dan dapat menyebabkan genangan genangan luas di daerah-daerah hulu (udik) bendung tersebut. Seperti pada gamb..2.1 1.2.1.2 Bendung Gerak (Barrage)

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar, masyalah yang ditimbulkan selama banjir relatif kecil.

Bendung Gerak dapat mengatur elevasi muka air sungai sesuai, sehingga pengambilan air untuk kebutuhan Irigasi sesuai dengan dibutuhkan selalu terpenuhi . Jika air sungai banjir maka pintu-pintu tersebut dibuka dan tingginya bukaan diatur disesuaikan dengan kebutuhan. Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksplotasi karena pintunya harus tetap dijaga dan dioprasikan dengan baik dalam keadaan papapun, contoh sketsa seperti pada gambar.2.2

(3)

1.2.1.3 Bendung Saringan Bawah

Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan) berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit pengambilan, maka bongkah batu-batuan-batu-batuan harus hanyut kebagian hilir sungai.Bangunan ini dibangun disungai yang mempunyai karakteristik hanya mengangkut batu-batuan yang berukuran sangat besar.

Untuk keperluan irigasi, bukanlah selalu merupakan keharusan untuk meninggikan muka air di sungai . Jika muka air Sungai cukup tinggi, dapat dipertimbangkan pembuatan pengambilan bebas, yang dapat mengambil air dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi, tanpa membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai. Contoh skestsa seperti pada Gambar2.3

Gambar 2.3 (Denah Bendung SaringanBawah) Pintu Pengambila n Saluran Primer Pintu Darur at Bangunan Pembilas Saluran dengan baja batangan di bagian atas A POT. A-A A

(4)

1.2.2 Bangunan Pengambilan

Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air yang berfungsi untuk mengatur masuknya air dari bendung kesaluran irigasi jumlah pintu dan ukurannya dihitung berdasarkan kebutuhan, seperti pada (Gambar 2.4 )

1.2.3 Bangunan pembilas

Lokasi bangunan pembilas Pada tubuh bendung pada umumnya dekat dengan bangunan pengambilan (lihat gambar 2.4) , gunanya untuk mencegah masuknya bahan sediment kasar ke Intik ( Banunan pengambilan)/ kedalam jaringan saluran irigasi.

Bangunan pembilas ada beberapa tipe :

(1) Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan (2) Pembilas bawah (undersluice)

(3) Shunt undersluice (pembilas samping) (4) Pembilas bawah tipe boks

Tipe (1) tipe tradisional tergantung dari kwalitas air sungai Tipe (2) yang umum dipakai sekarang (seperti gambar.2.4)

Tipe (3) dibuat diluar lebar bersih tubuh bendung (seperti gambar 2.7)

Tipe (4) digabung dengan bangunan pengambilan dalam satu bidang atas dan bawah

B A Tinggi Tanggul AS. Bendung A B aliran ke pengambilan aliran ke melalui pembilas bawah

Denah El. x

(5)

Gambar 2.4 (Bangunan Pengambilan dan Pembilas) 1.2.4 Kantong Lumpur

Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sediment yang lebih besar antara (0.06 – 0.07) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir pengambilan dan sebelum masuk kesaluran induk. Sedidimen yang halus yang tidak bisa diendapkan dalam kantong Lumpur adalah sangat dibutuhkan untuk pupuk padi yang dibawa oleh aliran air ke sawah-sawah. Sedimen yang mengendap didalam kantong lumpur kemudian dikuras secara berkala. Pengurasan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan arus air yang deras untuk menghanyutkan endapan tersebut kembali kesungai. Dalam hal-hal tertentu pemberesihan ini perlu dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan cara dikeruk dengan menggunakan tenaga manusia. Lokasi kantong lumpur bisa dilihat seperti pada (Gambar . 2.1)

Potongan A -A (1) Pembilas bawah

satu pintu bilas sponing untuk skat balok

atap pelindung pintu atap pelindung pintu

plat beton (onder spooyer)

0,10 s/d 0,50 Lantai muka

Pintu Intik

mercu bendung

Pembilas bawah

dua pintu bilas sistim terbuka

lorong bilas bawah plat beton (onder spooyer) pintu pembilas keadaan terbuka

pintu pembilas keadaan tertup

(6)

1.2.5 Pekerjaan Sungai

Pembuatan bangunan-bangunan khusus di sekitar bangunan utama untuk menjaga agar bangunan utama berfungsi dengan baik, terdiri dari :

(1) Pekerjaan pengaturan sungai guna melindungi banunan utama terhadap kerusakan akibat pengerusan dan sedimentasi. Pekerjaan ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan dinding pengarah

(2) Anggul banjir untuk melindungi lahan agar tidak tergenang

(3) Saringan bongkah batu untuk melindungi pengambilan/pembilas bawah agar bongkah batu tidak menyumbat selama terjadi banjir

(4) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai sungai lama atau bila bangunan pengelak (Bendung) dibangun di kopur, untuk mengelihkan aliran sungai ke bangunan tersebut Jenis pekerjaan Sungai bisa dilihat pada ( Gambar. 2.17 & 2.18)

1.2.6 Pekerjaan pelengkap

Pekerjaan-pekerjaan ini terdiri dari bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan utama dan disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain:

(1) Pengukuran debit dan muka air disungai maupun disaluran (2) Pengoprasian pintu

(3) Perlatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenga eksplotasi, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan eksplotasi dan pemeliharaan

(4) Jembatan diatas bendung, agar seluruh bangunan utama mudah dijangkau, atau untuk keperluan lalulintas umum

1.3 JENIS BENDUNG

Pada dasarnya jenis bendung dapat dibedakan kedalam dua ( 2 ) kategori antara lain : (1) Bendung Gerak

(2) Bendung Tetap ( Pelimpah ) 1.3.1 Bendung Gerak

Bendung gerak adalah Bendung yang dibuat dari konstruksi Pintu, yang dibangun dengan maksud agar tinggi muka air Sungai dapat di atur dengan cara membuka dan menutup Pintu Bendung, tinggi rendahnya pengempangan bisa disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjaga keamanan daerah disekitar luapan air pengempangan. Bendung ini biasanya terdiri dari konstruksi pintu sorong (Lifting Gate) atau pintu busur (Radial Gate). Didaerah-daerah alluvial yang datar dimana meningginya muka air disungai mumpunyai konsekwensi yang luas (Tanggul banjir yamg panjang dan tinggi), maka pemakaian Bendung Gerak dibenarkan. Karena menggunakan bagian-bagian yang bergerak, seperti pintu dengan peralatan angkatnya, Bendung Tipe ini menjadi konstruksi yang mahal dan membutuhkan Ekploitasi yang lebih teliti.

Penggunaan Bendung Gerak dapat dipertimbangkan jika :  Kemiringan dasar sungai kecil/relative datar

 Peninggian dasar sungai akibat konstruksi Bendung tetap tidak dapat di bangun karena ini akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada akibat meningginya muka air.

(7)

 Pondasi buat pilar untuk dudukan pintu penguras Bendung tetap tidak bisa di buat, sehingga terjadi penurunan tanah yang akan menyebabkan pintu penguras tidak dapat dioperasikan.

1.3.2 Bendung Tetap ( Pelimpah )

Bendung Tetap adalah konstruksinya permanent dan disebut juga Bendung Pelimpah karena fungsinya selain meninggikan muka air juga melimpahkan air.

Hal yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah bendung yang paling banyak di bangun di Indonesia yaitu Bendung Tetap ( Permanen), seperti gambar photo dibawah ini.

Pelimpah bendung

Lebar efektip bendung

( 3 bh) lorong bilas Pilar pembilas Pangkal bendung Intik( Pengambilan Kolam olak Pangkal bendung

(8)

BAB II

2. TYPE BENDUNG TETAP

2.1 Type Vlugter ( gb.Type A )

Dipakai pada tanah dasar aluvial dengan karakter yang tidak banyak membawa batu-batu besar. Type ini adalah type yang banyak digunakan di Indonesia dan ternyata dari beberapa konstruksi yang telah dibangun menunjukan hasil yang baik.

Gambar Type A

2.2 Type Schoklitsch (gb.type A’)

Type ini adalah sama sifatnya dengan Type Vlugter dan dipakai apabila pada keadaan tertentu dengan tipe vlugter kurang ekonomis karena penggalian untuk lantai ruang olak beserta koperannya terlalu dalam maka dipakailah type Schoklitsch.

Gambar Type A’

(9)

2.3 Type B

Ini digunakan pada tanah dasar lebih baik dari pada tanah alluvial dengan karakteristik sungai yang membawa batu-batu besar. Agar tidak cepat tergerus, maka koperannya harus masuk kedalam tanah dasar, biasanya minimum 4,00 m.

Gambar Type B

2.4 Type C

Ini biasanya digunakan pada waduk-waduk sebagai spillway.

Gambar Type C

2.5. BAGIAN-BAGIAN BENDUNG DAN FUNGSINYA 1. Bagian Tubuh Bendung

2. Bagian Lantai Muka 3. Bagian Ruang Olak 4. Bagian Pengambilan ( Intik )

5. Bagian pembilas 6. Bagian pangkal bendun

(10)

Bagian-bagian bendung bisa dlihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 (Bagian-bagian Bendung )

(11)

Potongan gambar 2.5

Potongan gambar 2.5 2.5.1. Tubuh Bendung

Adalah bagian utama dari konstruksi bendung yang disebut juga type bendung, fungsinya untuk meninggikan muka air di sungai. Tubuh bendung mempunyai elevasi mercu sehingga tinggi bendung biasa ditetapkan. Tinggi bendung adalah tingginya mercu diukur dari dasar sungai (lantai muka).Untuk tinggi ideal bendung ditinjau dari segi keamanan stabilitas, dianjurkan tingginya tidak lebih dari 4,5 m, dilihat pada Gambar 2.5 (pot.C-C)

2.5.2 Lantai muka

Adalah lantai yang ada didepan tubuh bendung, fungsinya untuk memperbesar / memperpanjang hambatan resapan air (Creep Line) yang akan melalui dasar bendung. Panjang lantai muka ditentukan oleh tingginya tekanan air pada Bendung, agar tekanan air pada ujung lantai ruang olak menjadi nol sehingga resapan air yang akan melalui dasar bendung tidak terjadi dan dasar bendung akan aman dari kikisan air, lihat pada Gambar 2.5 (pot A-A)

2.5.3 Bagian Ruang olak (Kolam olak)

Adalah konstruksi bagian belakang bendung dan berfungsi untuk menenangkan atau meredam arus air yang terjun dari mercu bendung.

Panjang ruang olak dihitung dengan rumus tertentu berdasarkan type masing-masing dan pemilihan tipe ditentukan oleh karakteristik sungai pada waktu banjir seperti:

Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar cocok dengan tipe bak tenggelam/submerged (Buket ), seperti pada (Gambar 2.10 )

Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar tapi sungai itu mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan terhadap gerusan maka cocok menggunakan kolam loncat air tanpa penghalang atau tipe bak tenggelam/peredam energi, seperti pada (Gambar Type B hal.16)

(12)

 Mengangkut (menghanyutkan) bahan-bahan sediment halus cocok dengan Menggunakan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan blok blok penghalang . Seperti pada (Gambar 2.11& 2.12)

2.5.4 Bagian Intik ( pengambilan )

Berfungsi untuk mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan pada saat banjir pintu intik ditutup supaya benda-benda padat tidak masuk pada saluran. Pengambilan (intik) sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung guna memperkecil masuknya sediment.Bila pengambilan dibutuhkan untuk kiri dan kanan maka ada 2 (dua) cara penempatan :

(1) Di tempatkan disebelah kiri dan kanan dari Bendung

(2) Di tempatkan dua-duanya diselah kiri atau disebelah kanan saja, dimana yang salah satu intik dibuat dibuat pada pilar pembilas dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh bendung.

Add.(1). Biaya konstruksi, operasi dan pemeliharaan lebih mahal, karena harus membuat dua buah bangunan penguras.

Add.(2).Biaya relative lebih murah tapi terbatas hanya untuk dimensi pengambilan yang relative kecil.

Kadang-kadang tata letak akan dipengaruhi oleh kebutuhan harus adanya jembatan diatas bendung, sehingga dalam hal ini kita terpaksa harus menyimpang dari kreteria yang telah ditetapkan .

Ukuran pintu intik ditentukan oleh besarnya kebutuhan debit air, ukuran maksimum lebar satu pintu 2,5 m karena disesuaikan dengan kemampuan tenaga manusia untuk mengangkatnya. Elevasi ambang bangunan pengambilan direncanakan/ditentukan dari dari elavasi dasar sungai atau dari dasar elevasi plat onderspuer (plat penutup pembilas bawah) sebagai berikut :

(1) Jika tidak ada lorong bilas (onderspuer), elevasi ambang diambil dari elevasi dasar sungai yaitu :

- 0.50 m jika sungai hanya mengangkut lanau - 1.00 m jika sungai mengangkut pasir dan krikil - 1.50 m jika sungai mengangkut batu-batu bongkah

(2) Jika ada lorong bilas elevasi ambang pengambilan (intik) diambil berkisar antara 0,10 s/d 0,50 m tergantung dari volume butiran pasir halus yang terkandung pada air sungai tersebut.,( lihat gambar 2.4)

2.5.5 Bagian Pembilas

Bangunan Pembilas berfungsi untuk menguras Lumpur yang mengendap di muka bendung dekat dengan pintu pengambilan. Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar didepan pengambilan, sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di depan Bangunan Pengembilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas

 Lebar pembilas ditambah tebal pilar sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10 dari lebar bersih Bendung ( Lebar efektip ) untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100m

 Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-pilarnya.

Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris, dalam hal ini sudut a pada sebaiknya diambil sekitar 60o sampai 70o

.

(Gambar 2.6)

(13)

Lebar satu pintu bilas untuk pengoperasian secara manual maksimal 2.5 m disesuaikan dengan daya angkat manusia. Bagian depan penguras untuk meningkatkan daya kuras dibuat onderspuer (lorong kuras) dengan memasang plat beton selebar pintu penguras yang diletakan mendatar dan bertumpu pada dinding pangkal bendung dan pilar. Ukuran lorong bilas( lebar kali tinggi ) harus sedemikin rupa sehingga kecepatan pengurasan minimum V = 1,50 m/dt,ukuran tinggi minimum = 1,00 m. Disamping itu onderspuer berfungsi juga untuk menahan sediment pasir yang kasar tidak masuk ke intik. Elevasi plat onderspuer diletakan berkisar 0,10 s/d 0,50 m dibawah ambang intik agar butiran pasir halus masih bisa masuk bisa bermanfaat sebagai pupuk padi, bisa dilihat pada ,(gambar 2.4)

Pintu Pembilas ada 2 Sistim ( Sistim terbuka dan Sistim tertutup ):

1. Sistim terbuka digunakan apabila sungai pada waktu banjir tidak menghanyutkan benda-benda terapung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada Setang pengangkat Pintu .dan bisa juga untuk memperbesar lebar Bendung Efektif. ( Gambar 2.16 b) 2. Sistim tertutup apabila Sungai mmenghanyutkan benda-benda terapung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada Setang pengangkat Pintu. ( Lihat gambar 2.16 a)

Konstruksi pintu dengan bagian depan terbuka memeliki keuntungan-keuntungan berikut:

 Dapat mengatur kapasitas debit bendung, dengan mengatur naik/turun pintu karena air dapat melimpah diatas pintu-pintu yang ditutup selama banjir

 Pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila puntu dibuat dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan, lihat (Gambar 2.16 c)

a = 60o – 70o

(14)

Kelemahan-kelemahannya:

 Sedimen akan terangkut kepembilas selama banjir, hal ini bisa menimbulkan masalah, apabila kalau sungai mengangkut banyak bongkah-bongkah batu ini akan menumpuk di depan pembilas dan sulit untuk disingkirkan

 Benda-benda hanyut bisa merusak pintu

Sekarang kebanyakan Pembilas dibuat dengan bagian depan terbuka, dan jika pada saat banjir banyak menghanyutkan batu-batu besar, maka letak bangunan pembilas dibuat disamping tubuh bendung, disebut pembilas samping ( shunt sluice) dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir, karena panjang bersih bentang bendung tidak terganggu oleh bangunan pembilas.,lihat (Gambar.2.7)

2.5.6 Bagian Pilar-pilar

Pilar-pilar yang terdapat pada bendung : Pilar pintu penguras untuk dudukan pintu penguras dan kemungkinan Pilar jembatan bila diperlukan jembatan di- atas bendung, tebal Pilar jembatan ditentukan oleh beban yang akan ditanggungnya, sebagai pegangan dapat diambil 2 m

Pintu pengambilan

Tubuh Bendung

Alat ukur Saluran primer

Pintu penguras

(15)

sampai 3 m untuk pasangan batu kali dan antara 1 m sampai 2 m untuk pasangan dari beton dan panjang pilar disesuaikan dengan kebutuhan.

Tebal Pilar untuk Pintu bilas tergantung ada atau tidak adanya pengambilan lewat tubuh Bendung dan tergantung dari lebar Pintu bilas (penguras) serta tinginya Pylar itu sendiri. Jika ada pengambilan lewat tubuh Bendung , maka tentu harus ada pintu dan skot balok pada pylar tersebut sehingga pylar harus tebal ( Lihat gambar 2.13)

2.5.7 Pangkal dan sayap Bendung (abutment)

Panjangnya dari ujung sayap depan sampai ujung akhir sayap ruang olak dan menghubungkan ambang Bendung dengan tanggul-tanggul sungai dan tanggul-tanggul banjir. Pangkal bendung harus mengarahkan aliran air dengan tenang dan disepanjang permukaannya tidak menimbulkan turbulensi, pondasi pangkal bendung berfungsi juga sebagai dinding penahan rembesan kesamping. Elevasi pangkal Bendung disisi hulu Bendung harus lebih tinggi dari tinggi air banjir rencana ( design flood ) yang melimpas diatas mercu bendung. Tinggi jagaan pada umumnya antara 0,75 s/d 1,50 m, tergantung kepada kurve debit. Dimensi-dimensi yang dianjurkan untuk pangkal Bendung dan peralihan bisa dilihat pada (Lamp. gambar 2.7).

Gambar 2.8 Dimensi pangkal Bendung h 2 h 1 h maks h 3 Q 100 Q 100 L1 ≥ 2 h maks L2 ≥ 2 h 1 L3 ≥ 4 h 3 a R = 1.5 a mak s 1:1 R 3 ≥ 1m R 2 ≥ 0.5 h2 R 1 ≥ h1 a = 30 -45 o 0.50 m

(16)

2.6. KONSTRUKSI BENDUNG DAN BAGIAN-BAGIANYA 2.6.1 Konstruksi tubuh bendung

2.6.1.1. Perlindungan gerusan bagian luar

Konstruksi tubuh Bendung dari pasang batu kali dan bagian luar dari tubuh bendung untuk melindungi bangunan dari gerusan ada tiga tipe yang bisa dipakai yaitu :

1) Batu candi,yaitu pasangan batu keras alamiah yang dibuat bentuk balok-balok segi empat atau persegi yang dipasang rapat-rapat dan untuk bagian mercu bendung atau bagian muka yang lengkung batu Cadi, dibuat bentuk kubus-trapesiumseperti pada (gambar 2.8). Pasangan batu tipe ini telah terbukti sangat tahan terhadap abrasi keras yang diakibatkan sediment batu-batuan yang hanyut pada waktu sungai banjir. Pemasangan batu candi seperti pada( gambar 2.8 a) 2) Beton yang direncana dengan baik dan dipakai ditempat yang benar, merupakan

bahan pelindung yang baik pula. Beton yang dipakai untuk melindungi permukaan sebaiknya bergradasi baik dan berkekuatan tinggi.

3) Baja, kadang-kadang dipakai ditempat yang kena hempasan berat oleh air yang mengandung sediment batu-batuan.Pada kolam olak tipe tenggelam, kadang-kadang dipakai rel baja guna melindungi terhadap benturan batu-batu bongkah berdiameter lebih dari 20cm.

(17)
(18)

Gambar 2.9 a (pasangan batu candi)

Pasangan batu Candi Gorong2 pengambilan

(19)

2.6.2 Perlindungan terhadap erosi bawah tanah

Untuk melindungi bangunan dari bahaya erosi bawah tanah, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, kebanyakan menggunakan kombinasi beberapa konstruksi lindung.

Pertimbangan utama dalam membuat lindungan terhadap erosi bawah tanah adalah mengurangi kehilangan beda tinggi energi persatuan panjang pada jalur rembesan sehingga rembesan tidak terjadi.

Dalam pemilihan konstruksi lindung berikut dapat dipakai sendiri-sendiri atau dikombinasikan dengan ;

 Pembuatan Lantai hulu (lantai muka)  Pembuataan dinding halang

 Pilter pembuangan

Perlu disadari bahwa erosi bawah tanah adalah masalah tiga dimensi jadi semua konstruksi lindung harus bekerja ke semua arah, oleh sebab itu pangkal bendung (abutment) dan bangunan pengambilan harus dibuat konstruksi lindung seperti pada (Gambar 2.10)

2.6.3 Dinding penahan

Dindin penahan gravitasi setinggi lebih dari 3m bisa dibuat dengan potongan empiris seperti diberikan pada (Gambar 2.10 a), dengan ;

b = 0,260 h B = 0,425 h h = 0,230 h B = 0,460 h

Untuk dinding dengan bagian depan vertikal

Untuk dinding dengan bagian depan kurang dari 1: 11/ 13 B = 0.425 h h 0,30 0,30 B = 0.260 h

Gambar 2.10 a ( dinding penahan gravitasi dari pasangan batu) B = 0.230 h 0,30

0,30

1/13 l

(20)

B ( le ba r be nd un g) W Tinggi Tanggul El. x El. x El. x Tinggi Tanggul AS. Bendung

plat pancang (baja,beton bertulang) plat pancang (baja beton)

plat pancang (baja,beton bertulang atau kayu )

El.y

El.y

potongan A - A

Tinggi bendung ideal 4,5 m

(21)

2.6.4 Kontruksi lantai hulu /muka

Persyaratan terpenting dari konstruksinya adalah bahwa lantai ini harus kedap air,demikian juga sambungannya dengan tubuh Bendung. Sifat kedap air ini dapat dicapai dengan foil plastic atau lempung kedap air dibawah lantai dan sekat karet yang menghubungkan lantai dan tubuh Bendung.

Contoh sambungan yang dianjurkan antara lantai muka dan tubuh Bendung diberikan pada (gambar 2.11)

L = Panjang lantai muka ( hasil perhiyungan)

Gambar : 2.11 (Sambungan lantai hulu/muka dan tubuh bendung) Salah satu penyebab utama runtuhnya konstruksi ini adalah bahaya penurunan tidan merata (diferensial) antara lantai dan tubuh bendung. Oleh kerena itu sambungan harus dilaksanakan dengan amat hati-hati

Lantai itu sendiri dapat dibuat dari beton bertulang dengan tebal 0,10 m atau pasangan batu setebal 0,20 – 0,25 cm, kemudian sambungnya menggunakan skat karet yang tidak akan rusak akibat adanya penurunan yang tidak merata.

Keuntungan dari pembuatan lantai muka adalah biayanya lebih murah dibandingkan dengan dinding halang vertikal yang dalam karena memerlukan pengeringan dan penggalian

2.6.5 Konstruksi lantai ruang olakan

Panjang ruang olak dihitung dengan rumus tertentu berdasarkan type masing-masing dan pemilihan tipe ditentukan oleh karakteristik sungai pada waktu banjir seperti:

 Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar cocok dengan tipe bak tenggelam/submerged (Buket )

 Mengangkut (menghanyutkan) bongkah batu-batu besar tapi sungai itu mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan terhadap gerusan maka cocok menggunakan kolam loncat air tanpa penghalang atau tipe bak tenggelam/peredam energi. Seperti pada gambar Type

 Mengangkut (menghanyutkan) bahan - bahan sediment harus cocok dengan menggunakan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan blok-blok penghalang . Contoh konstruksi kolam olak seperti pada gambar 2.11 , 2.12

Gambar 2.10 Perlindungan terhadap rembesan melibatkan pangkal bendung

Lantai Muka dari Beton Tebal: 0,10 – 0,15 cm

Lapisan lempung

Sekat air dari karet

(22)

Gambar. 2.11 Kolam olak USBR Tipe III

Gambar 2.12 Kolam olak Blok-blok Halang dan Blok-blok Muka

Untuk pasangan dari batu Candi agar tahan terhadap gerusan bagian atas lantai kolam olak dianjurkan dengan bahan yang sama seperti bahan yang dianjurkan untuk bangunan

Blok muka Ambang ujung ≥ 2 yu miring 50 1. 25 yu jarak fraksi W=lebar maks gerigi = y

u Jarak = 2.5 w ambang ujung boleh ada boleh tidak L 2 1 0.375 n3 0.75 n3 0.75 n3 yu (18+Fru ) 8 n = n3 yu (18+Fru ) 8 n 3 = Blok halang y u y u 0.5yu Blok muka Ambang ujung y u 1 1 2.7 y 2 0.82 y 2 0.2 n 3 2 1 Potongan U

(23)

pelimpah ( Tubuh Bendung ) , konstruksinya bisa dilihat pada : Gambar dilampiran Bendung

2.6.6 Konstruksi pilar pintu penguras

Konstruksi dari pas batu kali dan pada sponing pintu dengan pasangan beton bertulang, ukuran tebal pilar berkisar 1 m s/d 3 m. Baik tebal maupun panjangnya ditentukan oleh kebutuhan terutama jika digunakan untuk tumpuan jembatan dan pengambilan air lewat tubuh bendung.

Contoh tebal Pylar jika ada pengambilan lewat tubuh bendung : Gambar 2.13

Gambar.2.13 2.6.7 Konstruksi plat onderspuer

Konstruksi dari beton bertulang yang bergradasi dan berkekuatan tinggi K175

2.6.8 Dinding pangkal Bendung dan Sayap

Kontruksinya dari pas batu kali campuran: 1 : 3 Untuk lebih Jelasnya seluruh konstruksi bisa dilihat pada : (Lampiran gambar 2)

2.6.9 Konstruksi Pintu

Pintu yang dipakai untuk pengambilan dan pembilas dibuat dari kayu dengan kerangka mounting) baja, atau dibuat dari pelat baja yang diperkuat dengan gelegar baja.Pelat pelat perunggu dipasang pada pintu untuk mengurangi gesekan diantara pintu dengan sponengnya. Pintu berukuran kecil jarang memakai rol lihat Gambar 2.14,2.15

2.6.10 Pintu Pengambilan

Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana lihat Gambar.2.14 Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal , maka dapat dipakai baja.

Jika air didepan pintu sangat dalam, maka exsploitasi pintu sorong akan sulit. Kalau demikian halnya, pintu radial akan lebih baik. lihat Gambar.2.15

t

t’

Jika

t’

= lebar coakan maka

t

≥ 2

t’

(24)

G

ambar :2.14 Tipe-tipe Pintu Pengambilan

(Pintu Sorong kayu dan baja)

Gambar : 2.15 Pintu Pengambilan Tipe Radial

Keterangan:

I. Pintu kayu dengan sekat samping dan atas (perunggu)

II.Pintu baja dengan sekat samping dan dasar ( kayu keras )

A B Pot.A-A D C Pot.C-C Pot.D-D Pot.B-B

I

II

Rantai atau kabel pengangkat

MAN

(25)

2.6.11 Pintu Pembilas .

Ada bermacam- macam tipe pintu pembilas yang biasa digunakan antara lain :

Satu pintu tanpa pelimpah ( Sistim tertutup,lihat Gambar.2.16 a )

Satu pintu dengan pelimpah( Sistim terbuka, lihat Gambar.2.16b )

Dua pintu biasanya dengan pelimpah ( Sistim terbuka, lihat Gambar .2.16 c )

 Pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung lihat pada: (Gambar 2.16 d )

Gambar : 2.16 Tipe-tipe Pintu Bilas

a

Pembilas bawah

Pembilas Sistim Tertutup Dengan satu Pintu kayu

Air banjir tidak melimpas diatas ambang Pintu

b

Pembilas bawah

Pembilas Sistim Tebuka Dengan satu Pintu kayu

Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu

Pintu atas dapat diturunkan untuk Menghanyutkan benda-beda hanyut Pintu bawah dapat diangkat untuk pembilasan

Pembilas Sistim Terbuka Dengan dua Pintu kayu

c

Pembilas bawah

Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu

Bagian atas dapat digerakan guna menghanyutkan benda-benda hanyut

Pembilas sistim terbuka dengan Pintu Radial

d

Air banjir dapat melimpas diatas ambang Pintu

(26)

BAB III 3. Bendung Karet

a) Pertimbangan Perencanaan

Pertimbangan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T-09-2004-A adalah sebagai berikut :

- Alternatif penerapan bendung jenis lain yang lebih murah tanpa mengabaikan efektifitasnya bagi tujuan dibangunnya bendung;

- Bendung karet hanya diterapkan pada kondisi yang apabila digunakan bendung tetap akan menimbulkan peningkatan ancaman banjir yang sulit diatasi;

- Alternatif bendung karet dipilih apabila bendung gerak jenis lain tidak bisa menjamin kepastian pembukaan bendung pada saat banjir datang, mengingat daerah yang harus diamankan terhadap ancaman banjir datang, mengingat daerah yang harus diamankan terhadap ancaman banjri merupakan kawasan penting.

b) Persyaratan Perencanaan

Persyaratan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T-09-2004-A adalah sebagai berikut :

 Kondisi alur sungai, meliputi :

- kondisi aliran sub-kritis pada sungai muara

- tidak terjadi sedimentasi yang sedemikian berat sehingga mengganggu mekanisme kembang-kempisnya tabung karet

- tidak mengangkut sedimen kasar

- aliran sungai tidak mengangkut sampah yang besar dan keras

- air sungai tidak mengandung limbah kimia yang bisa bereaksi dengan karet  Bahan, harus memenuhi persyaratan :

- tabung karet terbuat dari bahan yang elastis, kuat, kedap udara, tidak mudah terabrasi dan tahan lama

- perencanaan bahan karet baik jenis, kekuatan maupun dimensi hendaknya disesuaikan dengan kemampuan produsen untuk menyediakannya

 Operasi dan Pemeliharaan

- Radiasi sinar ultraviolet terhadap karet tubuh bendung harus dikurangi semaksimal mungkin

- Bendung karet harus diamankan dari gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab.

c) Persyaratan Kemanan Bangunan

Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan SNI 03-1724-1989, yang meliputi :

(1) Kemanan hidraulik

(27)

- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;

- bahaya kavitasi;

- bahaya akibat perubahan perilaku sungai. (2) Kemanan Struktural

Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi :

- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.

(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan

 keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;

 pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu :

- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik;

- pembilasan penangkap pasir secara periodik.

- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap d) Desain Hidraulik

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut :

(1) Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi :

(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu :

 data topografi berupa :

- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 : 50.000 atau yang lebih detail;

- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000

 data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal;

 data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai;

 data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar;

(28)

 data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;

 data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi

 data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi;

 data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan;

 data lingkungan dan ekologi

(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul;

(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;

(d) penentuan debit desain mencakup :

 debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;

 debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi

 debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir

(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi (a) elevasi mercu bendung

Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan untuk pelayanan muka air pengambilan, atau didasarkan pada perhitungan bagi penyediaan volume tampungan air di hulu bendung.

(b) pembendungan

Tinggi bendung harus dibatasi untuk menghindari terjadinya :  ancaman banjir di daerah hulu;

 peningkatan energi terjunan yang berlebihan;  vibrasi yang akan merusak tabung karet

Tinggi pembendungan maksimum ditetapkan tidak melebihi 0,3 H, dengan H adalah tinggi bendung. Pembendungan maksimum ini menentukan elevasi muka air pengempisan yang merupakan batas muka air tertinggi karena bendung karet harus sudah dikempiskan Pd T-09-2004-A. Untuk mengurangi besarnya vibrasi, pada tubuh bendung bisa diberi sirip yang letaknya di sebelah hilir mercu, atau jika pada kondisi mengempis, sirip berada pada ujung hilir lipatan.

(29)

(c) Penampungan dan pelepasan

Ketika bendung karet mengembang, di hulu bendung akan terjadi penampungan air. Pada alur sungai yang relatif lebar dan landai, volume tampungan cukup berarti sebagai penyediaan air tawar di daerah pantai. Pada bendung dengan volume tampungan yang besar sedangkan debit aliran relatif kecil, pengisian tampungan untuk mencapai muka air normal memerlukan waktu yang lama. Untuk menghindari pelepasan volume tampungan pada operasi pengempisan, bisa digunakan sistem panelisasi bendung Pd T-09-2004-A. (d) peredaman energi

 energi terjunan

Energi terjunan diperhitungkan untuk kemungkinan yang paling membahayakan yaitu pada kondisi dengan asumsi sebagai berikut :

- muka air hulu setinggi muka air pengempisan;

- terjadi v-notch hingga mencapai dasar tubuh bendung;  kolam peredam energi

Jenis dan dimensi kolam peredam energi direncanakan dengan metode yang berlaku, dengan prinsip :

- elevasi lantai ditentukan agar loncat air terjadi tepat pada ujung terjunan, blok pemecah arus bisa ditambahkan jika diperlukan.

- panjang lantai ditentukan hingga ujung hilir loncat air Penghitungan muka air hilir harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya degradasi dasar sungai. Struktur hidraulik kolam harus mempertimbangkan terjadinya pusaran air sebagai akibat aliran tidak merata karena timbulnya V-notch Pd T-09-2004-A.

(e) sirip (fin)

Sirip yang diletakkan di sebelah hilir/bawah mercu bendung sepanjang tabung karet berfungsi untuk menahan agar limpasan air dari atas mercu bendung tidak menempel menuruni sisi hilir tabung karet, dengan pertimbangan bahwa uliran air yang menempel tersebut tidak stabil dan akan menyebabkan terjadinya vibrasi ataupun osilasi Pd T-09-2004-A.

Prinsip penentuan lebar dan letak sirip adalah sebagai benkut :

 menghindari menempelnya aliran limpasan di hilir bendung pada posisi setinggi mungkin;

 tidak mempengaruhi aliran limpasan sempurna di atas mercu bendung

(f) bahan karet tubuh bendung

Lembaran karet terbuat dari bahan karet asli atau sintetik yang elastik, kuat, keras, dan tahan lama. Pada umumnya bahan karet yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

 kekerasan, tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran 1000 kali tidak melampaui 0,8 m3/mil

(30)

 kuat tarik, kuat tarik pada suhu normal ≥ 150 kg/cm2 kuat tarik pada suhu 100° ≥ 120 kg/cm2 Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan kekuatan tarik sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menahan gaya. Bahan dasar karet umumnya digunakan karet sintetis seperti ethylene propylene diene monomer (EPDM), chloroprene rubber (CR), dan lain-lain. Untuk mengurangi goresan oleh benda tajam/keras, permukaan luar karet bisa dilapisi dengan bahan keramik sesuai dengan Pd T-09-2004-A.

(g) perencanaan instalasi  lubang angin

Lubang angin merupakan lubang bagi pemasukan dan pengeluaran udara pada tabung karet. Jumlah lubang minimum dua lokasi, yaitu di kedua ujung tabung karet dengan memasang pipa baja dalam tabung. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjebaknya udara pada satu sisi tabung karet ketika terjadi v-notch yang bisa menutup rongga tabung karet. Lubang angin bisa dibuat lebih dari dua, yang diletakkan merata di sepanjang pipa baja dalam tabung karet sesuai dengan Pd T-09-2004-A.

 pompa dan saluran udara

Pompa udara harus disediakan untuk mengembangkan tabung karet. Pemompaan udara ke dalam tabung karet harus dilengkapi dengan instrumen pengontrol tekanan udara (manometer) sesuai dengan Pd T-09- 2004-A.

 Sistem otomatisasi

Prinsip keja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu bendung sudah mencapai muka air pengempisan yang direncanakan, akan terjadi aliran masuk ke dalam sistem, yang diatur untuk menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari tabung karet. Sistem penggerak tuas yang biasa digunakan, antara lain sebagai berikut:

- Sistem ember, aliran air ditampung dalam suatu ember yang diikatkan pada kotak otomatisasi. Dengan makin besar berat ember, posisi ember akan turun hingga memutar tuas pembuka tutup saluran udara.

- Sistem pengapungan, aliran air ditampung dalam suatu bak yang di dalamnya dipasang pelampung. Pelampung diikat dengan tali yang dihubungkan dengan kotak otomatisasi. Jika muka air naik, pelampung ikut naik dan menggerakkan tuas pembuka tutup saluran udara sesuai dengan Pd T-09-2004-A.

(31)

Gambar B.12 Denah dan potongan melintang bendung karet 3.1. Perencanaan stabilitas

a) Fondasi

Fondasi bendung karet dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fondasi langsung, yang dibangun di atas lapisan tanah yang kuat dan fondasi tidak langsung (dengan tiang pancang) yang dibangun pada lapisan lunak. Pada fondasi langsung, fondasi bendung karet yang menahan bangunan atas yang relatif ringan membutuhkan massa yang lebih besar untuk menjaga stabilitas terhadap penggulingan dan penggeseran. Untuk penghematan biaya konstruksi, fondasi dibuat dari sel-sel beton bertulang yang diisi dengan pasangan batu.

b) Stabilitas terhadap erosi bulu (piping)

Panjang lintasan garis rembesan yang aman terhadap bahaya piping bisa dihitung dengan menggunakan metode seperti Bleigh, Lane, jaring aliran (flow net), dan sebagainya. Sebagai contoh, persyaratan kemanan terhadap bahaya piping menurut teori Lane adalah :

(32)

dengan :

LH = panjang bagian horisontal permukaan dasar pondasi (m) LV = panjang bagian vertikal permukaan dasar pondasi (m) ΔH = beda tinggi muka air hlu dan hilir, diambil = H (m)

CL = koefisien Lane yang tergantung pada jenis tanah dasar pondasi c) Stabilitas pondasi

(1) Stabilitas terhadap penggulingan

Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan :

dengan :

SFR adalah faktor keamanan terhadap guling

MR adalah momen gaya-gaya penggulingan terhadap ujung hilir pondasi (Nm) MT adalah momen gaya-gaya penahan terhadap ujung hilir pondasi (Nm) (2) Stabilitas terhadap penggeseran

Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan :

R T FS F F S    dengan :

SFS adalah faktor keamanan terhadap geser FS adalah gaya-gaya penggeser (N) FT adalah gaya-gaya penahan (N) (3) Stabilitas terhadap gaya angkat

2 , 1  

U G FU F F S dengan :

SFU adalah faktor keamanan terhadap pengangkatan FU adalah gaya angkat air (N)

FG adalah gaya berat pondasi dan kekuatan tarik tiang pancang (N) (4) Stabilitas tanah dasar

Dengan asumsi menggunakan pondasi langsung, pemeriksaan stabilitas dihitung dengan rumus :

(33)

σ adalah tegangan kasimum dasar pondasi (kPa) σa adalah gaya dukung tanah yang dijinkan (kPa) Eksentrisitas gaya resultan dihitung dengan rumus :

dengan :

e adalah eksentrisitas gaya resultan (m) B adalah lebar dasar pondasi (m)

M adalah momen terhadap gaya-gaya terhadap ujung hilir pondasi (Nm) V adalah komponen gaya vertikal (N)

Jika persyaratan tersebut terpenuhi, digunakan pondasi langsung dengan dimensi seperti yang direncanakan sebelumnya. Jika persyaratan tidak terpenuhi, harus menggunakan pondasi tiang pancang. Pada kondisi ini dimensi plat pondasi harus diubah menjadi kombinasi antara

pelat penghubung dan seri tiang pancang. Pemeriksaan stabilitas terhadap penggeseran, penggulingan dan gaya angkat diulang kembali dengan memperhtiungkan juga kekuatan tiang pancang untuk menahan gaya angkat dan gaya horisontal. Perhitungan ini akan menentukan

jumlah dan dimensi tiang pancang. Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan stabilitas tanah dasar dengan struktur pondasi yang sudah ditetapkan di atas.

(5) Persyaratan angka keamanan

Angka keamanan terhadap penggulingan (SFS), eksentrisitas gaya resultan (e) pada penggulingan dan daya dukung tanah (SFB), ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel A.1 Persyaratan angka keamanan stabilitas pondasi

Kondisi Desain SFS e SFS Normal Dengan gempa Banjir pelaksanaan 1,5 1,2 1,5 1,2 <B/6 <B/3 <B/6 <B/3 3 2 3 2

3.2. Uji model hidarulik

1) Uji model hidraulik perlu dilakukan terhadap pra desain untuk : a) mendapatkan bentuk dan ukuran hidraulik yang mantap;

b) mempelajari hal-hal seperti berikut :

 gejala dan parameter aliran di sungai yang sulit diperoleh dari lapangan;gejala dan parameter aliran pada permukaan struktur;

 perubahan gejala dan parameter aliran di sungai akibat adanya bangunan dan sebaliknya;

(34)

2) jenis model hidraulik meliputi : a) model sungai;

b) model bangunan dan pelengkapnya;

c) model lengkap (sungai, bangunan dan pelengkapnya) dan model detil;

3) uji model hidraulik harus dilakukan oleh satu tim teknik hidraulik yang ahli dan berpengalaman baik dalam bidang uji model hidraulik maupun lapangan (survai, investigasi, disain dan operasi.

3.3. Desain hidraulik Desain hidraulik :

1) merupakan penyempurnaan pradesain hidraulik yang dilakukan dengan bantuan uji model hidraulik;

2) bangunan lain yang belum didesain pada pekerjaan pra desain; seperti fondasi bangunan, pintu-pintu, dilakukan pada pekerjaan desain struktur;

3) keluaran desain; berupa gambar-gambar desain, dengan skala gambar mengikuti standar yang berlaku; dan nota desain.

(35)

BAB IV 4. Bendung Tyrol

4.1. Pertimbangan Perencaanaan

Dalam pelaksanaan desain bangunan pengambil Tyrol hendaknya dilakukan evaluasi perbandingan dengan kemungkinan penyadapan air cara lain seperti bendung biasa sesuai Pd T-01-2003.

4.2. Persyaratan Perencanaan

Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus didesain berdasarkan Pd T-01-2003, harus memperhatikan persyaratan berikut :

i. berada di sungai torensial dengan angkutan sedimen yang sangat berfluktuasi dan membawa batu gelundung

ii. jenis ini dipilih jika dijumpai bahaya kerusakan bangunan akibat benturan angkutan sedimen batu gelundung dan benda padat lainnya; jika ditemui kesulitan penyadapan air sungai akibat beralihnya alur air sungai dan gejala pengendapan di sungai yang menghalangi pemasukan air ke bangunan pengambil; dan dipilih untuk menghindari gangguan keseimbangan morfologi sungai yang relatif besar akibat pembendungan atau dampak negatif lainnya karena adanya pembendungan; iii. struktur saringan dibuat sederhana, tahan benturan dan gesekan angkutan sedimen

dan benda padat lainnya, tahan vibrasi dan mudah dibersihkan;

iv. bangunan pengambil Tyrol hanya sesuai untuk dibangun pada ruas sungai dengan angkutan sedimen dominan fraksi kasar, dan prosentase muatan fraksi dengan diameter ≤ 5 mm tidak lebih dari 25 persen dari jumlah angkutan sediment total. v. bangunan pengambil Tyrol harus dilengkapi dengan penangkap pasir, sehingga

harus tersedia lahan, lokasi dan perbedaan tinggi (head) untuk fasilitas bangunan tersebut;

vi. bangunan pengambil Tyrol jangan dipilih jika diperkirakan menuntut cara-cara operasi, biaya eksploitasi, dan pemeliharaan yang sulit dan mahal.

4.3. Persyaratan Kemanan Bangunan

Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan.

4.3.1. Kemanan hidraulik

Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap :

- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;

- bahaya kavitasi;

(36)

4.3.2. Kemanan Struktural

Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi :

- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.

4.3.3. Keamanan Operasi dan Pemeliharaan

 keamanan operasi : bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;

 pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu :

- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak;

- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sediment secara hidraulik;

- pembilasan penangkap pasir secara periodik.

- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap 4.4. Desain Hidraulik

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut :

4.4.1. Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi :

4.4.1.1. Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu :

 data topografi berupa :

- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala 1 : 50.000;

- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000

 idata morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal;

 idata geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai;

 idata angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar;

 data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;

(37)

 data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi

 data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi;

 data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan;

 data lingkungan dan ekologi

4.4.1.2. peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul;

4.4.1.3. penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;

4.4.1.4. penentuan debit desain mencakup :

i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;

ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi

iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir

4.4.2. Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan

Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung tyrol sesuai dengan Pd. T-01- 2003-A adalah sebagai berikut :

4.4.2.1. panjang mercu

i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang cukup;

ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil;

iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan tanah aus (batu candi)

4.4.2.2. panjang saringan

Ditentukan berdasarkan debit desain kebutuhan dan debit untuk membilas sedimen di gorong-gorong pengumpul dan penangkap sedimen terpenuhi;

4.4.2.3. tinggi mercu

Untuk penempatan saringan ditentukan sedikit lebih tinggi dari dasar sungai dengan maksud;

(38)

i. untuk kebutuhan tinggi energi bagi pembilasan dan kebutuhan pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya timbunan sedimen dan sampah di atas saringan;

ii. tinggi mercu maksimal 0,5 m dari dasar tanah

(d) saringan didesain sederhana, kuat, mudah pelaksanaannya dengan :

i. jenis : ditentukan seperti bentuk pagar tidur; plat baja berlubang-lubang dan atau susunan saringan yang dibagi atas beberapa bagian atau kompartemen;

ii. bentuk batang saringan : ditentukan dengan bentuk bulat; bentuk profil T dan bentuk kepala rel kereta api;

iii. penempatan saringan : ditempatkan di atas mercu atau sedikit lebih ke hilir mercu dengan posisi datar atau dengan kemiringan tertentu yang mempertimbangkan ; faktor debit yang disadap; diameter butir angkutan sedimen yang tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul;

iv. celah dan kemiringan saringan : ditentukan dengan pertimbangan debit yang harus disadap dan diameter butir angkutan sedimen dasar yang tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul; celah saringan maksimum 30 mm;

v. panjang saringan ke arah sungai : dihitung dengan memperhatikan debit yang harus disadap; kapasitas penyadapan dengan memperhatikan parameter-parameter sebagai berikut ;

- kapasitas lewat gorong-gorong pengumpul; - bukaan pintu pengatur debit;

- muka air di dalam gorong-gorong pengumpul;

- jenis ukuran dan tata letak pemasangan batang saringan;

- kemiringan, panjang, lebar, diameter, prosentase bukaan dari saringan; - tinggi muka air di udik saringan;

- debit sungai dan panjang bentang Tyrol;

- keadaan agradasi, endapan sedimen di udik dan di atas saringan; - sumbatan pada lubang saringan;

4.4.1.5. Gorong-gorong pengumpul didesain dengan :

i. ipe; tentukan dasar gorong-gorong pengumpul seperti bentuk setengah lingkaran, lengkung dan datar;

ii. lebar; tentukan lebar gorong-gorong pengumpul dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mengalirkan debit yang di sadap; lebar gorong-gorong pengumpul yaitu jarak antara dua dinding goronggorong pengumpul;

iii. panjang; tentukan panjang gorong-gorong pengumpul dengan mempertimbangkan kemampuan menyadap debit sungai dan debit yang dibutuhkan untuk pembilasan dan kebutuhan; panjang gorong-gorong pengumpul disesuaikan dengan panjang saringan;

iv. kemiringan dasar; tentukan kemiringan dasar gorong-gorong pengumpul agar dapat menghanyutkan sedimen yang ada di dalam gorong-gorong pengumpul; untuk menghindarkan pengendapan sedimen di dasar gorong-gorong pengumpul, kemiringan minimum dasar gorong-gorong pengumpul, I0min dapat ditentukan dengan pendekatan awal berdasarkan rumus berikut :

(39)

dengan pengertian:

D = diameter butir sedimen terbesar yang mungkin lolos saringan pengambil, [m] q = debit yang disadap per unit panjang bentang saringan pengambil, [m3/det/m’] v. kapasitas gorong-gorong pengumpul; usahakan kapasitas gorong-gorong pengumpul lebih besar dari debit yang dibutuhkan untuk debit kebutuhan dan debit untuk pembilasan sedimen yang terdapat di dalam goronggorong pengumpul dan di penangkap sedimen

4.4.1.5. tubuh bangunan bagian hilir

Bentuk tubuh bangunan bagian hilir saringan dapat dibuat tegak, miring dengan kemiringan tertentu

4.4.1.6. peredam energi

Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan setempat seperti halnya pembuatan peredam energi pada bendung; peredam energi dapat dipilih antara lain tipe cekung, dengan memperhitungkan :

i. debit desain untuk bangunan peredam energi; ii. tinggi terjunan;

iii. penggerusan setempat;

iv. degradasi dasar sungai yang akan terjadi;

v. benturan dan abrasi angkutan batu gelundung; bangunan Tyrol dapat juga dibuat tanpa peredam energi, jika dibangun di atas batuan keras.

4.4.1.7. pintu pengatur debit

Lengkapi gorong-gorong pengumpul dengan pintu pengatur debit; yang ditempatkan di bagian akhir gorong-gorong pengumpul dengan dinding penghalang banjir; dan pintu pembilas serta pintu-pintu intake;

4.4.1.8. tembok pangkal

Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara:

i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;

ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi;

iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; jika miring kemiringan minimum 1 : 1

iv. material konstruksi dari pasangan batu 4.4.1.9. tembok sayap udik dan hilir

Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan : i. bentuk dan dimensi peredam energi;

(40)

iii. kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan terjadi; iv. stabilitas tebing ;

v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan; 4.4.1.10. lantai udik dan dinding tirai

Dimensinya ditentukan dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut : i. permeabilitas tanah;

ii. penggerusan setempat;

iii. pengurangan daya angkat air yang dapat melebihi kekuatan dan stabilitas bangunan;

4.4.1.11. bangunan penangkap sedimen:

Lengkapi bangunan Tyrol dengan bangunan penangkap sedimen yang bentuk dan ukurannya diperhitungkan terhadap :

i. jumlah endapan yang harus ditampung ;

ii. frekwensi pembilasan endapan secara hidraulik.

(41)

Gambar B.6 Detail penampang saringan pengambil

(42)

BAB V 5. 1. Bendung Cerucuk Sederhana

5.1.1. Pertimbangan perencanaan

Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapatdikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah sesuai Pd T-xx-200x : Tata Cara Perencanaan Bendung Cerucuk 5.1.2. Persyaratan perencanaan

persyaratanyang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai tidak lebih dari 10 meter.

5.1. 3. Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Cerucuk

Bagian-bagian dan dimensi bendung cerucuk sebagai berikut : 5.1.3.1. Tubuh bendung, adapun dimensinya adalah sebagai berikut :

- panjang tubuh bendung (B) maksimal 10,0 m; - tinggi bendung (H) maksimal 1,0 m;

- lebar mercu bendung (M) minimal 1,0 m;

- pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 1,0 m; - jarak tiang pada baris cerucuk (a) paling panjang 1,0 m; - jarak antar baris cerucuk (b) paling panjang 0,5 m;

- lebar galian pangkal bendung (L) paling pendek sebesar M + 1,0 m - material bahan tubuh bendung adalah kayu atau bambu jenis keras

Gambar B.1 Bagian-bagian bendung cerucuk

(43)

 bagian belakang sayap diperkuat dengan kayu/bambu mendatar yang diikatkan pada tiang-tiang sayap dengan tali pengikat dan diberi tiang penunjang agar sayap menjadi satu kesatuan yang kokoh; jumlah baris penguat sayap paling sedikit 2 baris dan jarak tiang-tiang penujang paling panjang 1,0 m

 panjang sayap bagian hulu yang sejajar tebing sungai dibuat sampai ke tepi hulu mulut bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya sayap dibuat miring dengan sudut ± 450

 panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring dengan sudut ± 450

5.1.3.3. lantai hilir, dimensinya ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut : - panjang lantai hilir paling minimal adalah 3,0 m;

- lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu kali

φ 15 - 30 cm anyaman bambu atau karung plastik yang diisi pasir.

Gambar B.2 Kontruksi sayap bendung cerucuk 5.2. Bendung Bronjong

5.2.1. Pertimbangan perencaaan

Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah

(44)

persyaratan persyaratan yang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya relatif stabil atau berbatu dengan lebar dasar sungai tidak lebih dari 15 meter.

5.2.3. Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Bronjong

Bagian-bagian dan dimensi bendung bronjong sebagai berikut : 5.2.3.1. tubuh bendung

- panjang tubuh bendung maksimal (B) maksimal 15,0 m; - tinggi bendung (H) maksimal 2,0 m;

- lebar mercu bendung (M) minimal 2,0 m;

- pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 2,0 m

Gambar B.3 Potongan tubuh dan lantai hilir bendung bronjong 5.2.3.2. sayap bendung

- panjang sayap bagian hulu dibuat sampai ke tepi hulu mulut bangunan pengambilan (intake)

- panjang sayap hilir dibuat paling harus lebih dari panjang dari lantai hilir 5.2.3.3. lantai hilir

panjang lantai hilir bendung minmal 3,0 m.

Gambar B.4 Sayap hulu dan hilir bendung bronjong

(45)

5.3.1. Pertimbangan Perancanaan

Dalam pelaksanaan desain bangunan bendung pelimpah dengan mercu bulat harus direncanakan dengan seksama agar aman terhadap rembesan sesuai dengan Pd Txx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung.

5.3.2. Persyaratan Perencanaan

bendung pelimpah mercu bulat di desain dengan meperhatikan persyaratan : i. lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas pelu didesain dengan mengacu pada acuan normatif

ii. bendung pelimpah biasa sesuai dibangun pada sungai yang berlokasi di pertengahan (middle)

iii. jenis ini dipilih jika material yang hanyut bersama sungai berfluktuasi dan bahan angkutannya besar

iv. dasar sungai yang tidak rawan gerusan 5.3.3. Persyaratan Keamanan Bangunan

Bangunan bendung pelimpah mercu bulat dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan.

5.3.3.1. Kemanan hidraulik

Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman terhadap : - bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir; - bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing; - bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;

- bahaya kavitasi;

- bahaya akibat perubahan perilaku sungai. 5.3.3.2. Kemanan Struktural

Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian perbagian dengan rincian meliputi :

- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya; - kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.

5.3.3.3. Keamanan Operasi dan Pemeliharaan

i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;

ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu :

- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak; - pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen secara hidraulik;

(46)

- pembilasan penangkap pasir secara periodik.

- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap 5.3.3.4. Desain Hidraulik

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah sebagai berikut :

5.3.3.4.1. Pra Desain Hidraulik Kegiatan pra desain meliputi :

(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang diperlukan yaitu :

i. data topografi berupa :

- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimal 1 : 50.000;

- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail dengan skala minimum 1 : 5000

ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun vertikal;

iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai, kemiringan dasar sungai;

iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi angkutan sedimen dasar;

v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;

vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta kegempaan di daerah calon lokasi

vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di sekitar calon lokasi;

viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan bangunan;

ix. data lingkungan dan ekologi

x.

(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan memperkirakan masalah yang akan timbul;

(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;

(d) penentuan debit desain mencakup :

i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;

(47)

ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi

iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir

5.3.4. Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan

Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung pelimpah mercu bulat sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung adalah sebagai berikut :

(a) panjang mercu

i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang cukup;

ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil;

iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan tanah aus (batu candi)

(b) bentuk dan dimensi mercu;

i. mercu dipilh bulat karena mudah dalam pelaksanaan;

ii. lebih tahan terhadap benturan batu gelundung, bongkah dan sebagainya; iii. persyaratan minimum radius mercu bendung yaitu 0,7 h < R < h;

iv. kemiringan hilir kaki pelimpah 1 : 1 dengan tujuan menghindari kavitasi (c) tinggi mercu;

didesain untuk kebutuhan tinggi energi bagi penyadapan, pembilasan dan kebutuhan pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya timbunan sedimen dan sampah;

i. tidak lebih dari 4,0 m dan minimum 0,5 H (tinggi muka air di hulu bendung); ii. jika lebih maka perlu dilakukan pengaturan peninggian elevasi dasar lantai hulu bendung.

(d) tinggi muka air di atas mercu;

i. maksimum tinggi muka air 4,0 m;

ii. jika > 4,0 m maka perlu dilakukan pelebaran bendung;

iii. jika pelebaran tidak memungkinkan lagi maka perlu dilakukan uji model. (e) bangunan pengambilan tunggal

kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :

i. perletakan berada pada tikungan luar sungai dengan sudut pengambilan 900 atau menyudut (450–600) terhadap sumbu bangunan pembilas;

ii. lubang pengambilan ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum baik untuk pemasokan maupun pembilasan di kantong lumpur;

iii. jika pengambilan menggunakan pintu yang dioperasikan secara manual maka lebar pintu maksimal 2,5 m

Gambar

Gambar 2.3 (Denah Bendung SaringanBawah)Pintu PengambilaSaluran nPrimerPintu Darurat Bangunan Pembilas Saluran dengan  baja batangan di bagian atasAPOT
Gambar Type  A’
Gambar Type C
Gambar 2.6 Giometri pembilas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1997 dilakukan penanganan perbaikan sungai di hulu bendung, dimana banjir dibagi masuk ke Banjir Kanal Dombo Sayung (atau disebut Flood Way Dombo Sayung),

¾ Mengurangi bahan-bahan angkutan yang berupa sampah yang ikut masuk kedalam aliran sungai di hulu bendung dengan memberikan penyuluhan agar jangan menebangi pohon secara

1) Perubahan profil palung Sungai Praigaga di sekitar pertambangan timah Desa Praimadita akibat penambangan dilakukan tiga titik yaitu hulu sungai mempunyai lebar

sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung sebaiknya tidak lebih dari 1.2 kali

Gambar 4.1 Grafik Prediksi Peningkatan Debit Sedimen Sungai Serayu Bagian Hulu Bendung Berdasarkan Distribusi Gumbel

Abstrak— Bendung adalah bangunan air yang dibuat melintang sungai, membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air di bagian hulu.. Konstruksi bendung menyebabkan

Suatu bendung pengendali dasar sungai akan dibangun di suatu sungai untuk mencegah terjadinya degradasi dasar sungai. Data yang ada adalah sebagai berikut.. dengan penggunaan

Skenario pemodelan ini dilakukan dengan menggunakan sistem pompa di hilir Sungai Bendung seperti pada alternatif 1 ditambah dengan sistem pompa di hulu Sungai