• Tidak ada hasil yang ditemukan

11.Buku Pedoman Saluran Kabel Tegangan Tinggi Dan SKLT_2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "11.Buku Pedoman Saluran Kabel Tegangan Tinggi Dan SKLT_2"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

P T P L N ( P E R S E R O )

J l T r u n o j o y o B l o k M I / 1 3 5

J A K A R T A

S A L U R A N K A B E L T E G A N G A N T I N G G I

( S K T T / S K L T )

D o k u m e n n o m o r : P D M / S T T / 1 1 : 2 0 1 4

(2)

PT PLN (PERSERO)

PT PLN (Persero) No. 0520-1.K/DIR/2014

BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN

SALURAN KABEL TEGANGAN

TINGGI (SKTT/SKLT)

PT PLN (PERSERO)

JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160

(3)

Susunan Tim Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010

Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.0309.K/DIR/2013

Pengarah

: 1. Kepala Divisi Transmisi Jawa Bali

2. Kepala Divisi Transmisi Sumatera

3. Kepala Divisi Transmisi Indonesia Timur

4. Yulian Tamsir

Ketua

:

Tatang Rusdjaja

Sekretaris

:

Christi Yani

Anggota

:

Indra Tjahja

Delyuzar

Hesti Hartanti

Sumaryadi

James Munthe

Jhon H Tonapa

Kelompok Kerja Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT/SKLT)

1.

Marjono Mulyono (PLN P3BJB)

: Koordinator merangkap anggota

2.

Deni Soeparjana (PLN P3BJB)

: Anggota

3.

Muhammad Taufik (PLN P3BS)

: Anggota

4.

Veri Suta (PLN P3BS)

: Anggota

5.

Syarifuddin Sanusi (PLN Sulselrabar)

: Anggota

Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun

2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)

Tanggal 27 Mei 2014

1. Jemjem Kurnaen

2. Sugiartho

3. Yulian Tamsir

4. Eko Yudo Pramono

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... I DAFTAR GAMBAR ... III DAFTAR TABEL ... IV DAFTAR LAMPIRAN ... V PRAKATA ... VI SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) DAN SALURAN KABEL LAUT (SKLT)

... 1

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Gambaran Umum...1

1.2 Komponen dan Fungsi Sistem SKTT & SKLT Kabel Minyak ...1

1.2.1 Sub Sistem Penyalur Arus (CURRENT CARRYING)...1

1.2.1.2 Terminasi...2

1.2.1.3 Sambungan (Jointing)...2

1.2.2 Sub Sistem Isolasi ...3

1.2.2.1 Isolasi Padat ...4

1.2.3 Pelindung Mekanik (Outer Case)...5

1.2.3.1 Lead Sheat ...5

1.2.3.2 Bedding ...6

1.2.3.3 Armour Rod ...6

1.2.3.4 Black PE (Poly Ethelene) dan Inner Sheath...6

1.2.3.5 Flange Sealing End (untuk Ventilasi) ...6

1.2.3.6 Mechanical Structure Pada Sealing End...6

1.2.3.7 Outer Case ...6

1.2.3.8 Joint Box...6

1.2.3.9 Cable Duct...7

1.2.3.10 Jembatan Kabel...7

1.2.4 Sub Sistem Pelindung Elektrik...7

1.2.4.1 Electrostatic Screen...7

1.2.4.2 Sistem Pentanahan ...7

1.2.4.3 Kabel Coaxial ...12

1.2.5 Sub Sistem Pendingin ...12

1.2.5.1 Minyak ...12

1.2.5.2 Kanal Minyak/Oil Duct ...12

1.2.5.3 Tangki Minyak ...13

1.2.5.4 Pipa Minyak ...15

1.2.6 Sub Sistem Pengaman Kabel...15

1.2.6.1 Manometer ...15

1.2.6.2 Pilot Kabel ...16

1.2.6.3 SVL/ Arrester Sistem ...17

1.2.6.4 Tank Chamber...17

1.2.7 Sub Sistem Sarana Pendukung...18

1.2.7.1 Pagar...18

1.2.7.2 Patok Dan Rambu ...18

1.2.7.3 Rumah Tangki ...18

1.3 Komponen dan Fungsi Sistem SKTT & SKLT Kabel XLPE...18

(5)

1.3.3 Karakteristik Mekanis XLPE ... 19

1.3.4 Karakteristik Kimia XLPE ... 19

1.4 FMEA Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT&SKLT) Minyak ... 19

1.4.1 FMEA Sub Sistem Pembawa Arus... 20

1.4.2 FMEA Sub Sistem Isolasi... 20

1.4.3 FMEA Sub Sistem Pengaman Kabel... 21

1.4.4 FMEA Sub Sistem Pendingin ... 21

1.4.5 FMEA Sub Sistem Pelindung Mekanik... 22

1.4.6 FMEA Sub Sistem Sarana Pendukung ... 22

2 PEDOMAN PEMELIHARAAN SKTT DAN SKLT ... 23

2.1 Pemeliharan Preventive (Preventive Maintenance)... 24

2.2 Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance)... 24

2.2.1.1 In Service Visual Inspection ... 24

2.2.1.2 Shutdown Function Check ... 27

2.3 Predictive Maintenance... 28

2.3.1 In Service Measurement ... 28

2.3.1.1 Pengujian Thermovisi... 29

2.3.1.2 Detektor Infra Merah ... 30

2.3.1.3 Thermography... 31

2.3.1.4 Pengujian Korona... 31

2.3.2 Shutdown Testing Measurement... 35

2.3.2.1 Penjelasan Tentang Pengukuran Tahanan Isolasi ... 35

2.3.2.2 Penjelasan Tentang Pengukuran HV Test... 35

2.3.3 Pemeliharaan Pasca Gangguan ... 36

2.3.3.1 Kebocoran Minyak ... 37

2.3.4 Corrective Maintenance ... 40

2.3.4.1 Planned... 40

2.3.4.2 Unplanned... 40

3 EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN SKTT DAN SKLT ... 44

3.1 Metode Evaluasi Hasil Pemeliharaan SKTT dan SKLT ... 44

3.2 Standar Evaluasi Hasil Pemeliharaan SKTT dan SKLT... 45

3.2.1 Evaluasi Hasil Inspeksi Level 1 ... 45

3.2.2 Pengujian Thermovisi... 46

3.2.3 Pengujian Korona ... 47

3.2.4 Pengujian Tahanan Isolasi ... 48

3.2.4.1 Pada Material Dielektrik (SKTT Minyak/XLPE dan SKLT) ... 48

3.2.5 Pengukuran HV Test... 48

3.2.5.1 Anti Corrosion Covering (ACC) ... 48

3.2.5.2 Tujuan Pemasangan Anti Corrosion Covering (ACC) ... 48

3.2.5.3 Cable Covering Protection Unit (CCPU) ... 49

4 REKOMENDASI HASIL PEMELIHARAAN SKTT DAN SKLT ... 53

4.1 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Rutin ... 53

4.1.1 Inspeksi Inservice Visual Harian ... 53

4.2 Rekomendasi Pengukuran Thermovisi... 54

4.3 Rekomendasi Pengukuran Corona ... 55

4.4 Rekomendasi Pengujian Isolasi ... 56

4.5 Rekomendasi Pengujian HV Test... 56

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Sealing atau Cable Head (Terminal Out Door) ...2

Gambar 1-2 Representasi Kabel Sistem 3 Phasa ...8

Gambar 1-4 Sistem Crossbonding ...9

Gambar 1-5 Detail Sistem Crossbonding ...9

Gambar 1-6 Pemasangan Kabel Berinti Tunggal Dengan Konstruksi Solid bonding ...10

Gambar 1-7 Cara Pemasangan Kabel Berinti Tunggal Dengan Konstruksi sheath – cross bonding...10

Gambar 1-8 Pemasangan Kabel Inti Satu Dengan Konstruksi Transposisi Crossbonding ...11

Gambar 1-9 Pemasangan Kabel Inti Satu Dengan Konstruksi Sambung silangselubung logam...12

Gambar 1-10 Tangki Minyak...13

Gambar 1-11 Karakteristik Tangki Tekanan Rendah ...14

Gambar 1-12 Skema Tangki Tekanan Tinggi...14

Gambar 1-13 Manometer Tekanan Minyak Kabel...15

Gambar 1-14 Komponen Manometer Bourdon Lengkap...16

Gambar 1-15 Karakteristik Tegangan dan Arus SVL ...17

Gambar 2-1 Maintenance Method...23

Gambar 2-2 Electromagnetic Spectrum ...30

Gambar 2-3 Detector Infra Merah ...31

Gambar 2-4 Bushing Dengan Korona ...32

Gambar 2-5 Prinsip Kerja Peralatan Deteksi Korona ...34

Gambar 2-6 Hasil Deteksi Korona...34

Gambar 2-7 Bagan Alir Kebocoran Minyak ...37

Gambar 2-8 Bagan Alir Langkah Awal Apabila Terjadi Kebocoran Kecil Minyak Kabel....38

Gambar 2-9 Bagan Alir Langkah Apabila Terjadi Kebocoran Besar Minyak Kabel...40

Gambar 3-1 Alur Pengambilan Keputusan Evaluasi Hasil Pemeliharaan SKTT & SKLT..44

Gambar 3-2 Diagram Alir Pengambilan Keputusan...47

Gambar 3-3 Pengujian ACC ...49

Gambar 3-4 Pengukuran CCPU ...50

Gambar 3-5 Form Pengujian Tahanan Isolasi, Tahanan Pentanahan dan Tegangan Tinggi ...51

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 FMEA Sub Sistem Pembawa Arus ... 20

Tabel 1-2 FMEA Sub Sistem Isolasi ... 20

Tabel 1-3 FMEA Sus Sistem Pengaman Kabel ... 21

Tabel 1-4 FMEA Susb Sistem Pendingin... 21

Tabel 1-5 FMEA Sub Sistem Pelindung Mekanik ... 22

Tabel 1-6 FMEA Sub Sistem Sarana Pendukung ... 22

Tabel 2-1 Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT XLPE... 25

Tabel 2-2 Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT Minyak... 26

Tabel 2-3 Jadwal Inspeksi Level 1 SKLT Minyak... 27

Tabel 2-4 Jadwal Shutdown Function Check SKTT XLPE... 27

Tabel 2-5 Jadwal Shutdown Function Check SKTT Minyak... 28

Tabel 2-6 Jadwal Shutdown Function Check SKLT Minyak ... 28

Tabel 2-7 Jadwal Inspeksi Level 2 SKTT XLPE... 29

Tabel 2-8 Jadwal Inspeksi Level 2 SKTT Minyak... 29

Tabel 2-9 Jadwal Inspeksi Level 2 SKLT Minyak... 29

Tabel 2-10 Spectral Range... 30

Tabel 2-11 Jadwal Inspeksi Level 3 SKTT XLPE... 35

Tabel 2-12 Jadwal Inspeksi Level 3 SKTT Minyak... 36

Tabel 2-13 Jadwal Inspeksi Level 3 SKLT Minyak... 36

Tabel 2-14 Definisi Indikasi Penyebab Gangguan ... 36

Tabel 3-1 Evaluasi Hasil Inspeksi Level 1... 45

Tabel 3-2 Kategori Trending Thermovisi... 47

Tabel 3-3 Intensitas Corona ... 47

Tabel 4-1 Rekomendasi Inspeksi Inservice Visual Harian ... 53

Tabel 4-2 Rekomendasi Pengukuran Thermovisi ... 54

Tabel 4-3 Rekomendasi Pengukuran Corona... 55

Tabel 4-4 Rekomendasi Pengujian Isolasi... 56

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SKTT MINYAK...57

Lampiran 2 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SKLT MINYAK...64

Lampiran 3 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SKTT XLPE ...68

Lampiran 4 TABEL PERIODE PEMELIHARAAN SKTM 20 KV...72

Lampiran 5 Scematic Diagram SKTT...73

Lampiran 6 Construction Of 150 kV 1x800 SQMM Oil Filled Cable...74

Lampiran 7 Kabel Tenaga Jenis XLPE (Konstruksi kabel XLPE) ...75

Lampiran 8 Kabel Laut (Konstruksi kabel SKLT)...76

Lampiran 9 Penandaan pada penutup luar PVC ...77

Lampiran 10 Tabel Kabel Merk BICC...78

Lampiran 11 Tabel Kabel Merk PIRELLI ...79

Lampiran 12 Karakteristik Minyak (Dobana J.N Decylbenzene) ...80

Lampiran 13 Contoh Struktur Joint (1) ...81

Lampiran 14 Contoh Struktur Joint (2) ...82

Lampiran 15 Anti – Termite Protection...83

Lampiran 16 Pressure Tank...84

Lampiran 17 Gauge Panel ...85

Lampiran 18 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode Harian ...86

Lampiran 19 Cheklist Pemeliharaan SKTT Minyak Periode Harian...87

Lampiran 20 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode Harian ...88

Lampiran 21 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode Mingguan...89

Lampiran 22 Cheklist Pemeliharaan SKTT Minyak Periode Mingguan...90

Lampiran 23 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode Mingguan ...92

Lampiran 24 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode Bulanan ...93

Lampiran 25 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode Bulanan ...94

Lampiran 26 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode Bulanan ...95

Lampiran 27 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode 3 Bulanan ...96

Lampiran 28 Cheklist Pemeliharaan SKTT Minyak Periode 3 Bulanan ...97

Lampiran 29 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode 3 Bulanan ...98

Lampiran 30 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode Tahunan ...99

Lampiran 31 Cheklist Pemeliharaan SKTT Minyak Periode Tahunan ...100

Lampiran 32 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode Tahunan ...101

Lampiran 33 Cheklist Pemeliharaan SKTT XLPE Periode 2 Tahunan ...102

Lampiran 34 Cheklist Pemeliharaan SKTT Minyak Periode 2 Tahunan ...103

Lampiran 35 Cheklist Pemeliharaan SKLT Minyak Periode 2 Tahunan ...104

Lampiran 36 Hasil Pengukuran Corona Kabel SKTT ...105

(9)

PRAKATA

PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.

PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.

Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.

Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana, pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di PLN.

Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan stakeholder serta masyarakat Indonesia.

Jakarta, Oktober 2014 DIREKTUR UTAMA

(10)

SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) DAN SALURAN KABEL

LAUT (SKLT)

1

PENDAHULUAN

1.1

Gambaran Umum

Berdasarkan letaknya, Kabel Tegangan tinggi dibedakan menjadi Kabel Tanah Tegangan Tinggi dan Kabel Laut Tegangan Tinggi. Pemeliharaan dapat dilakukan dalam keadaan beroperasi maupun dalam keadaan padam tergantung kebutuhan dan kondisi sistem. Berdasar material dielektriknya, kabel tegangan tinggi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kabel Minyak

2. Kabel Kering (XLPE)

1.2

Komponen dan Fungsi Sistem SKTT & SKLT Kabel Minyak

Minyak digunakan sebagai media dielekrik pada kabel jenis ini, selain itu minyak juga merupakan material penyalur panas. Sistem SKTT dan SKLT kabel minyak dapat dibagi ke dalam sub-sub sistem sebagai berikut:

1.2.1

Sub Sistem Penyalur Arus (CURRENT CARRYING)

Fungsi dari sub sistem penyalur arus adalah sebagai media penyalur arus dalam sistem kabel tenaga. Komponen yang mendukung subsistem ini adalah sebagai berikut:

1.2.1.1.1 Konduktor

Konduktor merupakan media dimana arus mengalir. Konduktor yang digunakan yaitu tembaga atau aluminium, logam tersebut dipilih dengan pertimbangan beberapa hal yaitu arus beban dan keekonomisan.

Untuk menyalurkan energi listrik pada tegangan tinggi biasanya digunakan konduktor jenis Milliken. Konduktor tersebut umumnya dibuat “Six Stranded Segmen” dan terisolisasi antara segmen satu dengan yang lain, tersusun disekeliling kanal yang berisi spiral penyangga dan diikat bersama dengan pita Bronze. Masing – masing segmen dibentuk oleh sejumlah konduktor bulat dan terpasang kompak pada bentuk segmen yang dibutuhkan. Konstruksi harus dibuat equal, untuk mengurangi rugi-rugi akibat efek kulit, Skin efek juga dipengaruhi oleh ukuran kanal (Duct), misalnya untuk konduktor 1600 mm², jenis ‘Conci’ pada 50 Hz dan suhu 85C akan mempunyai Skin efek 24,5% jika kanal 12

(11)

Pada konduktor “Milliken”, karena masing-masing sektor secara automatik ditransposed, maka pembesaran diameter kanal dapat mengurangi pengaruh skin efek cukup banyak. Nilai rugi-rugi akibat Skin efek untuk konduktor cooper “Milliken” cukup rendah yaitu untuk diameter 2500 mm2 pada 85C dan 25 mm kanal adalah 14%. Nilai rugi-rugi akibat Skin efek yang rendah yaitu 2 s.d 4% dapat dicapai dengan konduktor yang disusun elemen terisolasi satu dengan yang lainnya menggunakan enamel.

1.2.1.2

Terminasi

Komponen terminasi merupakan sambungan kabel menuju peralatan lain (GIS, Cable Head) . Terminasi/Sealing End dilengkapi dengan seal yang tertutup rapat, dan terpisah secara fisik antara ujung konduktor dan selubung logam (sheath).

Isolasi bagian luar umumnya terbuat dari porselin yang tahan cuaca. Sealing end dirancang tahan terhadap tegangan uji kabel, tetapi harus mempunyai tegangan impulse yang tinggi. Terminasi kabel three core spliter box digunakan untuk memisahkan dari single core menjadi three core, dipasang pada sealing end. Sealing end jenis minyak didesign mampu menahan tekanan minyak yang tinggi. Susunan seperti ini untuk memudahkan saat pemeliharaan tanpa harus melepas kabel dan memudahkan pemeriksaan minyak pada boks kabel.

Gambar 1-1 Sealing atau Cable Head (Terminal Out Door)

1.2.1.3

Sambungan (Jointing)

Joint digunakan untuk menyambung 2 buah ujung kabel. Berdasakan kondisi hubungan isolasi minyak pada kedua ujung, jointing dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

a. Sambungan Lurus (Straight Joint)

Pada sambungan lurus, minyak pada kedua ujung kabel terhubung. Straight Joint yang memiliki bending area dikenal sebagai Flexible Joint.

Pada Straight joint, konduktor aluminium disambung dengan mengelas/ mengecor dan pada saat menyambung tekanan minyak dijaga pada tekanan yang rendah pada sisi ujung kabel. Masing-masing ujung kabel mempunyai boks tekanan minyak yang

(12)

mempunyai katup-katup untuk mengatur sehingga minyak dapat terus-menerus meresapi isolasi kertas pada saat pekerjaan penyambungan. Pada kabel jenis yang lain, pendingin dan isolasi menggunakan kanal minyak steel spiral yang dipasang pada kanal pusat konduktor dengan tujuan agar minyak terus mengalir menekan isolasi kertas (Impregnated paper).

b. Sambungan Henti (Stop Joint)

Pada stop joint, minyak pada kedua ujung kabel tidak terhubung, terpisah oleh insulated joint. Pada Oil Filled Cable (OFC), Stop joint digunakan untuk membagi sirkit kedalam seksi-seksi tekanan minyak yang terpisah, masing-masing dilengkapi dengan peralatan untuk ekspansi minyak. Pemisahan ini dimaksudkan untuk membatasi tekanan minyak tidak melebihi batasan keamanan tekanan (Over Pressure) dan membagi beberapa bagian panjang kabel menjadi beberapa seksi tekanan minyak untuk memudahkan pemeliharaan.

Material pada joint terdiri dari:

1. Joint/ Sleeve atau konektor 2. Pipa minyak/ oil duct

3. Isolasi kertas (Impregnated Paper) 4. Semi Conductor

5. Screen

6. Selongsong/ tube (dari Cu) 7. Insulated Joints

1.2.2

Sub Sistem Isolasi

Pada umumnya bagian-bagian konduktif dari suatu peralatan listrik haruslah aman bagi pengguna atau pemakainya, untuk itu pada bagian ini umumnya dilapisi dengan bahan isolasi. Dikarenakan bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang bertegangan, maka sifat kelistrikan dari bahan tersebut memegang peranan yang sangat penting, disamping sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia serta sifat-sifat lainnya juga perlu diperhatikan dari bahan isolasi tersebut. Pada instalasi Saluran Kabel Tegangan Tinggi dikenal dua jenis bahan isolasi, yaitu:

1. Isolasi Padat 2. Isolasi Cair

(13)

1.2.2.1

Isolasi Padat

Isolasi padat terdiri atas beberapa komponen yaitu:

a. Kertas

Isolasi kabel ini terbuat dari jenis isolasi padat terdiri dari kertas yang dilapiskan pada konduktor yang diresapi dengan Viscose Compound dan dilakukan treatment untuk membuang kelembaban serta udara.

Isolasi kabel terdiri dari “Cellulose Paper” yang dilapiskan pada konduktor yang membentuk suatu dinding isolasi uniform dan rapat (tidak mengkerut) serta tidak terjadi kerusakan selama proses pembuatan. Perlu dilakukan pengawasan saat penggelaran kabel dilapangan seperti pembengkokan, tarikan maupun kelembabannya.

Ketebalan kertas bervariasi, kertas tipis yang mempunyai dielektrik strength tinggi tetapi kekuatan mekaniknya rendah dan digunakan pada tempat yang paling dekat dengan konduktor.

Kertas yang digunakan mempunyai kemurnian dan keseragaman tinggi, dicuci menggunakan Deionize water selama pembuatannya.

Sifat kerapatan dari kertas dipilih secara hati-hati untuk mendapatkan dielektrik strength yang paling tinggi dan juga kompatibel dengan metode impregnasi yang lain. Isolasi tersebut mempunyai ketebalan bervariasi dari 3 mm untuk 30 kV dan 35 mm yang digabung dengan minyak bertekanan tinggi khususnya untuk tegangan 750 s.d 1000 kV. Untuk menjaga nilai isolasi kertas maka diberi tekanan 1 s/d 5 atm. Isolasi jenis ini digunakan untuk instalasi kabel dengan tegangan tinggi supaya menaikkan Dielektrik Strength Isolasi.

b. Bushing (Keramik / Komposit)

Untuk menjaga nilai isolasi kertas maka diberi tekanan 1 s/d 5 atm. Isolasi jenis ini digunakan untuk instalasi kabel dengan tegangan tinggi supaya menaikkan Dielektrik Strength Isolasi.

Bushing yang terbuat dari keramik/komposit merupakan bahan isolasi yang sangat penting. Bahan dasar dari porselin adalah tanah liat. Pada proses pembuatannya sebagai bahan isolasi, porselin ini diberi glazur dengan gelas/kaca. Dengan pelapisan ini arus bocor yang melalui permukaan isolator akan lebih kecil terutama pada keadaan basah. Porselin mempunyai sifat-sifat antara lain:

1. Massa jenis berkisar antara 2 ,3 hingga 2,5 g/cm3. 2. Koeffisien muai panjang 3 x 10-6 hingga 4,5 x 10-6. 3. Kekuatan tekannya 400 hingga 6000 kg/cm2.

4. Kekuatan tariknya antara 300 hingga 500 kg/cm2 (menggunakan pelapis). 200 hingga 300 kg/cm2 (tanpa pelapis).

(14)

5. Kekuatan tekuk 80 hingga 100 kg/cm2. Adapun sifat-sifat kelistrikan dari porselin antara lain:

1. Resistivitas berkisar antara 1011 hingga 1014 ohm – cm. 2. Permitivitas relatif berkisar antara 6 hingga 7.

3. Kerugian sudut dielektrik (tan) 0,015 hingga 0,02. 4. Tegangan break down antara 10 hingga 30 kV/mm.

c. Heat Shrink

Isolasi ini merupakan pengaman pada terminasi joint maupun sealing end terhadap karat atau berfungsi sebagai Anti Corrosion Protection yang menggunakan “Adhering Layer Covered” atau PVC, bergantung pada jenis kabel. Isolasi ini digunakan pada terminasi dengan cara dipanaskan (ciut panas). Dipasang pada bagian terluar kabel.

d. Compound

Merupakan suatu bahan sejenis aspal yang dipakai pada setiap tabung sambungan (joint), yang berfungsi untuk mengisolasi sambungan dengan metal case joint atau terhadap ground.

e. Minyak Isolasi Kabel

Bahan minyak isolasi kabel pada umumnya digunakan sebagai pendingin kabel dan isolasi. Karena itu persyaratan untuk bahan isolasi kabel dapat digunakan untuk isolasi yaitu mempunyai tegangan tembus dan daya serap panas yang tinggi.

1.2.3

Pelindung Mekanik (Outer Case)

Oleh karena penempatan kabel ditanam dibawah tanah/laut yang menimbulkan getaran, maka dibutuhkan perlindungan mekanik SKTT maupun SKLT dari gangguan eksternal yang bersifat memberikan stress mekanik pada kabel. Guna mengantisipasi hal tersebut, maka Kabel tenaga dilengkapi dengan beragam pelindung yang akan dijelaskan pada sub bab berikut ini:

1.2.3.1

Lead Sheat

Suatu selubung logam dari timah atau aluminium dipasang sesudah isolasi. Jika digunakan timah harus dilengkapi dengan suatu penguat untuk menahan ekspansi radial. Material ini umumnya berupa suatu tembaga tipis atau pita alloy yang sangat ketat dillitkan secara berlapis pada selubung guna membentuk suatu penutup. Fungsi selubung aluminium adalah untuk menaikkan fleksibility, dimana ketebalan selubung aluminium tergantung pada diameter dan variasi tekanan operasi yaitu dengan range 1,5 mm sampai dengan 5,5 mm.

(15)

1.2.3.2

Bedding

Pelindung ini berfungsi mencegah masuknya air kedalam permukaan Lead sheat agar terhindar dari corosive. Material bedding ini umumnya terbuat dari karet atau tape yang elastis.

1.2.3.3

Armour Rod

Terbuat dari Galvanis steel wire atau tembaga (CU) yang dipasang sesudah lead sheat dan heat srink isolasi. Armour rod suatu penguat untuk menahan ekspansi tekanan termis dari luar atau dalam. Material ini umumnya berupa suatu galvanis steel wire yang berukaran diameter 8mm sampai dengan 10 mm yang dililitkan sepanjang kabel.

1.2.3.4

Black PE (Poly Ethelene) dan Inner Sheath

Penutup kabel bagian luar adalah dari extruded black PVC dan tambahan bahan kimia lead naphtenate seperti pada anti termite, nominal ketebalannya 3,0 mm.

Penutup pengaman anti corrosion dan sebagai lapisan bedding untuk lapisan anti termite pita kuningan extruded black polyethilene compound digunakan dengan tebal nominal 2,0 mm.

1.2.3.5

Flange Sealing End (untuk Ventilasi)

Flange sealing end ini berfungsi untuk melakukan pernapasan atau pembuangan udara yang terjebak didalam top sealing end setelah dilakukan pengisian minyak isolasi.

Material flange sealing end ini terbuat dari tembaga (Cu) atau sejenis dengan material yang digunakan pada top connector.

1.2.3.6

Mechanical Structure Pada Sealing End

Mechanical structure merupakan struktur dudukan atau penyangga sealing end yang terbuat dari galvanis steel.

1.2.3.7

Outer Case

Penampung Compound pada sambungan untuk melindungi komponen joint.

1.2.3.8

Joint Box

Pada sambungan (joint) yang bersekat, selubung logam diikat (bond) dan langsung ditanahkan, namun pemasangan seperti ini instalasi tidak dapat dilakukan pengujian. Dengan alasan ini maka pada tiap sambungan, kabel penghubung crossbonding ditarik kedalam box khusus atau disebut box culvert.

(16)

1.2.3.9

Cable Duct

Sebagai media saluran kabel tanah berbentuk terowongan yang melintasi jalan raya, rel kereta atau yang melalui sungai kecil biasanya menggunakan cable duct. Cable duct terbuat dari beton atau baja yang mempunyai kekuatan mekanis untuk melindung tekanan dari beban yang melintas diatas cable duct.

1.2.3.10

Jembatan Kabel

Jembatan kabel berfungsi untuk sarana penopang kabel yang melintasi sungai atau jembatan, Jembatan kabel ini terbuat dari beton atau baja dimana pada kedua ujungnya diberi rambu-rambu pengaman.

1.2.4

Sub Sistem Pelindung Elektrik

Kabel mengalami stress elektrik yang ditimbulkan oleh tegangan induksi konduktor ke komponen logam pada kabel. Tegangan induksi ini dapat menimbulkan arus induksi yang menyebabkan panas, baik pemanasan lokal maupun rugi panas dalam proses transfer daya. Komponen-komponen yang termasuk pelindung elektrik adalah sebagai berikut:

1.2.4.1

Electrostatic Screen

Electrostatic sreen dipasang pada konduktor dan isolasi kabel minyak tegangan tinggi. Screen ini berguna untuk mendistribusikan stress electric pada kabel secara radial, hal ini untuk menghindari timbulnya stress secara longitudinal dan terkonsentrasi pada permukaan yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi.

Bahan screen untuk isolasi pita kertas pada umumnya terbuat dari pita kertas yang diapisi aluminium atau pita kertas yang terbuat dari semi conducting carbon atau carbon paper. Untuk jenis isolasi XLPE, screen terbuat dari campuran semi-conducting extruded.

Screen ini dilengkapi dengan elektroda pentanahan yang berfungsi melewatkan jalur balik untuk arus gangguan sehingga harus didesain untuk mampu dilalui sejumlah arus saat terjadi hubung singkat tanpa menyebabkan kerusakan pada isolasi.

Selubung penutup metal yang hampa sering kali diperlukan dan ini menyediakan fungsi tambahan untuk menahan tekanan pada selubung, misal untuk kabel minyak dan juga berfungsi sebagai penahan kelembaban.

1.2.4.2

Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan memiliki fungsi utama menghilangkan arus selubung logam yang diakibatkan oleh induksi pada konduktor yang dapat menimbulkan rugi panas.

Komponen – komponen pada sistem pentanahan meliputi: 1. Selubung Logam

(17)

3. Compound 4. Isolator Support 5. Arrester Pentanahan

a. Beragam Sistem Pentanahan Pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi

Pada sistem tiga fasa yang terdiri dari tiga kabel berinti tunggal akan menginduksikan tegangan pada masing–masing selubung logam dan tegangan induksi yang timbul akan bergeser 120. Apabila sistem tiga fasa tersebut seimbang maka jumlah tegangan ketiga konduktor tersebut akan sama dengan nol. Kenyataan ini bila sistem kabel tanah tersebut menggunakan sistem crosbonding.

Gambar 1-2 Representasi Kabel Sistem 3 Phasa

b. Sistem Pentanahan Dengan Penggabungan Selubung Logam Pada Kedua Ujung

Untuk mencegah tegangan induksi selubung logam yang tinggi dan berbahaya maka selubung logam harus digabung dan ditanahkan pada pada kedua ujungnya. Kabel inti tunggal dimana selubung logam diikat (bonding) pada kedua ujungnya akan bekerja seperti Trafo yang kumparan sekundernya dihubung singkat dan melalukan arus hubung singkat. Arus selubung logam akan menimbulkan rugi selubung logam dan menimbulkan panas yang harus dikompensasi dengan mengurangi arus beban pada konduktor. Hal ini berarti bahwa penggabungan selubung logam pada kedua ujungnya akan berkurang kuat hantar arusnya dibandingkan sistem yang diikat (bonding) satu ujung.

(18)

Gambar 1-3 Sistem Crossbonding

(19)

c. Konstruksi Solid Bonding

Pada pemasangan cara ini diadakan penggabungan ketat selubung logam kabel fasa pada beberapa tempat sepanjang bentangan kabel,terutama pada kedua ujungnya. Pentanahan selubung logam hanya dilakukan pada satu titik untuk tiap fasanya yaitu pada ujung atau ditengah. Gambar 1-6.

d. Cara Konstruksi Sheath – Cross Bonding

Cara pemasangan dengan konstruksi sheath - cross bonding (penggabungan menyilang lapisan selubung logam) untuk saluran bawah tanah yang memakai kabel berinti tunggal dengan lapisan selubung logam (sheath) dapat ditunjukan pada gambar 1-7.

Gambar 1-5 Pemasangan Kabel Berinti Tunggal Dengan Konstruksi Solid bonding

Gambar 1-6 Cara Pemasangan Kabel Berinti Tunggal Dengan Konstruksi sheath – cross bonding

(20)

Pada konstruksi ini digunakan peralatan sambungan khusus,untuk membentuk sambungan silang selubung logam yaitu pada sepertiga atau duapertiga panjang salurannya.

e. Konstruksi Transposisi Crosbonding

Pemasangan dengan konstruksi crossbonding untuk kabel bawah tanah yang menggunakan kabel inti tunggal seperti gambar dibawah.

Gambar 1-7 Pemasangan Kabel Inti Satu Dengan Konstruksi Transposisi Crossbonding

Kabel kabel fasa ditransposisi antara bentangan salurannya ,sehingga bentangan kabel terbagi menjadi tiga bagian sama panjang. Pada sepertiga dan duapertiga panjang bentangan dilakukan penggabungan antara selubung logam kabel fasa.

f. Sambung Silang Selubung

Kabel distribusi umumnya dipasang dengan selubung digabungkan dan ditanahkan. Guna membatasi arus sirkulasi kabel inti satu yang disebabkan oleh fluksi magnetik antara konduktor dan selubung maka pemasangan kabel harus dekat dan selubung menempel dengan posisi “trefoil”. Namun posisi seperti ini tidak baik untuk disipasi panas. Jika kabel sistem tiga fasa inti satu ini dibagi menjadi tiga bagian yang sama dan selubung itu dapat diinterkoneksikan, maka tegangan induksi ini akan saling menghilangkan. Apabila kabel-kabel inti satu ini digelar dengan posisi mendatar (flat) maka tegangan induksi pada kabel yang ditengah tidak sama dengan dua kabel yang berada diluarnya dan jumlah tegangan induksi tidak sama dengan nol. Untuk itu setiap akan memasuki sambungan (joint) kabel tenaga dilakukan penukaran fasa ( transposisi) dan hubung silang selubung logam dibuat dengan perputaran fasa berlawanan dengan transposisi, sehingga secara efektif selubung logam tersambung lurus. Apabila instalasi kabel tegangan tinggi dibuat transposisi dan sambung silang, maka rugi-rugi menjadi sama dengan nol.

(21)

Gambar 1-8 Pemasangan Kabel Inti Satu Dengan Konstruksi Sambung silangselubung logam

1.2.4.3

Kabel Coaxial

Kabel Coaxial berfungsi sebagai minor section yang terangkai menjadi major section, diperlukan kabel penghubung yang didesain khusus. Kabel penghubung ini harus mempunyai impedansi serendah mungkin. Pada kondisi normal kabel penghubung tidak dialiri arus, tetapi pada waktu terjadi gangguan akan mengalir arus selubung logam sehingga kabel penghubung tersebut harus mempunyai penampang paling tidak sama dengan kemampuan selubung logam yaitu dengan penampang 240 mm atau 300 mm dan berfungsi untuk megetahui kekuatan isolasi lead seat yang menuju joint didepan dan belakangnya.

1.2.5

Sub Sistem Pendingin

Subsistem pendingin berfungsi sebagai pendingin konduktor dalam mentransfer daya. Minyak yang bersirkulasi melalui pipa minyak, dalam hal ini digunakan sebagai media penyerap panas. Adapun komponen pendingin selengkapnya adalah sebagai berikut:

1.2.5.1

Minyak

Selain sebagai komponen dielektrik, minyak juga memiliki fungsi dalam mentransfer panas yang timbul dalam proses aliran daya. Minyak yang digunakan sama seperti minyak yang digunakan pada transformator yang memiliki daya hantar panas yang tinggi.

1.2.5.2

Kanal Minyak/Oil Duct

Pada kabel minyak dilengkapi dengan kanal minyak (oil duct) yang terbuat dari Steel Strip Spiral bulat terbuka yang menggunakan kawat konduktor stranded. Untuk jenis Segmental Self Supporting Conductor tidak perlu menggunakan Steel Spiral. Diameter kanal minyak disesuaikan dengan persyaratan sistem hidrolik, dan umumnya dengan

(22)

batas 12 s.d 25 mm. Pada sistem instalasi kabel, dilengkapi dengan tangki-tangki ekspansi baik ujung yang satu maupun ujung yang lainnya, bergantung pada sirkitnya, atau juga dapat dipasang tangki ditengah-tengah instalasi kabel.

Instalasi kabel dirancang dengan prinsip bahwa pada kondisi pelayanan yang tidak normal, tekanan minyak kabel akan lebih tinggi dari tekanan atmosfir sepanjang kabel dari sistem instalasi tersebut.

1.2.5.3

Tangki Minyak

Untuk mengantisipasi pemuaian minyak akibat panas maka dibutuhkan ruang untuk fleksibilitas perubahan volume minyak maka dibutuhkan tangki minyak. Fungsi lain tangki minyak yang sangat penting adalah untuk reservoar cadangan minyak yang dapat dipasok kedalam kabel apabila ada kebocoran pada kabel.

Gambar 1-9 Tangki Minyak

Tangki dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tangki Tekanan Rendah dan Menengah

Tangki tekanan rendah B-120 berisi 40 sel, tiap sel berisi 3 lt. Kode pada tipe mengindikasikan volume gas ketika tangki minyak kosong dari isi minyak. Ketika minyak dipompa diantara sel-sel baja kemudian sel tersebut akan menekan dan mendesak dengan gaya dari minyak.

(23)

Gambar 1-10 Karakteristik Tangki Tekanan Rendah

Pada gambar diatas memperlihatkan tipikel karakteristik sebuah tangki tekanan rendah . Tipe B-80, B-120 dan B-240 adalah tangki tekanan rendah yang berbeda ukuran dengan operating tekanan 0,2 – 1,7 bar. Dengan memberikan tekanan pada sel-sel, tekanan dapat dinaikkan sampai 0,3 – 3 bar seperti tangki A-130.

b. Tangki Tekanan Tinggi

Tangki tekanan tinggi dirancang dengan berbeda cara dibandingkan dengan tekanan rendah dan tekanan sedang dimana sel yang berisi gas terpisah dengan shell steel.

Gambar 1-11 Skema Tangki Tekanan Tinggi

Pada tangki takanan tinggi sel-sel gas terhubung melalui sebuah pipa manifol yang dapat diperluas ke katup pada sisi luar dari tangki baja. Hal ini memungkinan untuk menaikkan tekanan minyak antara sel-sel dan tank simply dengan manaikan tekanan gas. Pada awalnya untuk mengatur tekanan minyak sampai nilai 0,2 sampai 12 bar pada tangki H-100 dan H-150.

(24)

Karena tekanan dapat diset untuk harga awal antara 0,2 sampai 12 bar maka kurva tekanan tidak single volume dan tidak bisa dievaluasi volume dengan membaca tekanan dari manometer sebagai mana pada tangki tekanan rendah. Untuk mengkompensasi tangki tekanan tinggi (H-tank), tangki ini mempunyai indikator volume minyak yang ditempatkan pada flange tangki. Indikator volume adalah sebuah batang tetap keluar dari sel. Karena sel akan tertekan apabila minyak mengalir ke tangki, dan akan mengembang apabila minyak keluar dari tangki maka batang tersebut akan bergerak kedepan dan kebelakang dengan melewati suatu skala yang terbagi dalam liter. Gerakan batang ini mempunyai fungsi yang lain yaitu bekerja sebagai katup pengaman. Pada batang ada piston yang akan menutup minyak masuk ke tangki jika sel-sel tersebut tertekan dan akan menutup minyak keluar apabila sel-sel mempunyai tekanan maksimum yang diijinkan sehingga menghindari kerusakan bagian sel.

1.2.5.4

Pipa Minyak

Pipa minyak berfungsi sebagai sarana penghubung minyak dari sealing end atau stop joint menuju tangki minyak sebagai pengaman terjadinya perubahan tekanan atau volume minyak yang disebabkan oleh temperatur minyak kabel.

1.2.6

Sub Sistem Pengaman Kabel

Sub Sistem Pengaman Kabel terdiri dari rangkaian proteksi yang digabung dengan alat penunjuk tekanan minyak kabel. Selain itu, juga diindungi dengan arrester yang mengamankan dari tegangan surja.

1.2.6.1

Manometer

Manometer berfungsi sebagai alat ukur/monitor tekanan media isolasi juga sebagai back-up proteksi mekanik di luar proteksi-proteksi secara elektris yang telah ada.

Besaran-besaran dan konversi yang sering kita jumpai adalah:

1 (satu) Atmosphere (tekanan udara di sekeliling kita) = 76 cm Hg = 1,01325 bar = 1,033 kg/cm2 = 760 torr = 101,325 kPa (kilo Pascal) = 14,7 psi = 2116,22 psf.

(25)

Cara kerja Manometer:

Apabila di dalam pipa bourdon kita masukkan fluida (gas, zat cair) yang mempunyai tekanan, maka pipa yang semula berbentuk lengkung itu akan berusaha menjadi lurus, namun tidak akan pernah berhasil lurus karena gaya tekan dari fluida tersebut dibuat tidak akan mampu melewati elastisitas dari bahan dan ukuran pipa bourdon, sebaliknya apabila tekanan di dalam pipa ditiadakan, maka pipa akan kembali pada bentuk semula.

Selanjutnya oleh link-link dan susunan roda gigi gerakan mekanik tersebut akan diteruskan ke jarum penunjuk (pointer).

Setelah dikalibrasi, angka-angka skala pada dial dapat ditentukan/dibuat, dan inilah yang kemudian dapat kita baca sebagai besaran tekanan pada peralatan dimana manometer tersebut dipasangkan.

Gambar 1-13 Komponen Manometer Bourdon Lengkap

1.2.6.2

Pilot Kabel

Pada instalasi kabel tanah tegangan tinggi selain kabel power yang tertanam dibawah tanah, juga memerlukan kabel lain dalam satu saluran, yaitu kabel pilot.

Kabel pilot merupakan instalasi yang digunakan sebagai kabel-kabel pengaman yaitu: 1. Kabel 7 pair untuk mengamankan tekanan minyak baik tekanan yang

memberikan alarm maupun mentripkan kabel.

2. Kabel 19 pair merupakan kabel penghubung pengaman kabel terhadap gangguan listrik yaitu sebagai pemasok power ke proteksi diferential kabel. 3. Kabel 28 pair digunakan sebagai fasilitas untuk komunikasi data dan suara. Kabel tersebut tertanam dekat dengan kabel power sehingga memungkinkan terkena induksi, untuk itu memerlukan desain yang khusus. Desain khusus dimaksud adalah

(26)

kabel pilot dilengkapi dengan isolasi yang mampu terhadap tegangan tinggi lebih dari 15 kV.

1.2.6.3

SVL/ Arrester Sistem

Tingkat isolasi selubung logam dibuat tahan terhadap tegangan surja yang disebakan oleh adanya gangguan. Hal ini agar dapat dibatasi harga maksimum tegangan impulse yang masuk ke kabel sehingga isolasi selubung logam akan aman. Peralatan ini mempunyai tahanan tidak linier atau sela percik (Spark Gap). Kotak hubung digunakan tahanan tidak linier yang mempunyai tahanan dalam tinggi pada kondisi normal dan mengalirkan arus yang kecil. Tahanan akan menurun secara cepat pada waktu tegangan naik dan menyalurkan arus yang besar pada waktu terjadi pukulan impulse serta mencegah tegangan surja diatas tingkat isolasi selubung logam.

Jika tahanan tak linier ini terkena tekanan tegangan impulse atau tegangan surja maka akan mengalir arus yang besar sehingga dapat merusak tahanan tak linier. Untuk itu setelah terjadi gangguan yang besar maka tahanan tak linier atau SVL ini perlu dilakukan pemeriksaan dan pengukuran disamping pemeliharaan secara regular.

Gambar 1-14 Karakteristik Tegangan dan Arus SVL

1.2.6.4

Tank Chamber

Instalasi kabel tanah tegangan tinggi jenis ini menggunakan minyak dilengkapi dengan instalasi pemasok minyak yang berfungsi menjaga kondisi tekanan didalam kabel selalu positip. Pemasok minyak menggunakan tangki-tangki yang bertekanan, yang akan memberikan tekanan pada kondisi kabel bebannya rendah dan tangki juga berfungsi untuk menampung kelebihan tekanan pada waktu kabel tersebut dibebani.

(27)

Pada tangki minyak yang dipasang pada ruang bawah tanah, secara fisik tangki tersebut berada pada tempat yang lembab dan kemungkinan terendam air. Tangki minyak ini tertentu jumlahnya, bergantung pada profile kabel, makin rendah kabel tersebut ditanam, maka tangki minyak yang harus disediakan bertambah dan karakteristiknya pun berbeda. Untuk menjaga peralatan ini bekerja dengan baik dan andal serta terjaga kondisinya maka perlu dilakukan pemeliharaan, baik yang dipasang diatas maupun dibawah tanah harus selalu dilakukan pemeliharaannya, namun untuk tangki yang dipasang dibawah tanah lebih sering diperiksa khususnya pada musim hujan. Untuk melakukan pemeliharaan tangki-tangki tersebut dapat dilakukan dengan kondisi instalasi dalam keadaan bertegangan yaitu dapat dipakai tangki cadangan, untuk mengganti tangki yang dilakukan pemeliharaan.

1.2.7

Sub Sistem Sarana Pendukung

Sub sistem sarana pendukung merupakan sub sistem yang terdiri dari asesories dan sarana K3 yang mendukung Sistem Kabel Tenaga.

1.2.7.1

Pagar

Pada umumnya pagar ini terbuat dari besi, yang dipasang pada ujung-ujung saluran kabel yang melintasi sungai atau jembatan.

1.2.7.2

Patok Dan Rambu

Untuk mengetahui/menandai jalur kabel tanah biasanya digunakan Patok beton, sedangkan pada kabel laut digunakan rambu-rambu berupa pelampung.

1.2.7.3

Rumah Tangki

Berfungsi untuk menaruh/ mengamankan tangki minyak dari faktor eksternal.

1.3

Komponen dan Fungsi Sistem SKTT & SKLT Kabel XLPE

Pada kabel tenaga tipe XLPE, secara umum memiliki sub sistem dan komponen yang sama dengan kabel minyak, hanya berbeda pada Material Dielektrik (Isolasi) dimana digunakan XLPE.

Pada saat ini kabel tenaga banyak digunakan pada kota metropolitan karena kabel tenaga berada dibawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan tata kota, disamping itu kabel tanah mempunyai kekuatan dielektrik yang baik serta mudah untuk penginstalasian, pemeriksaan dan pemeliharaannya.

Kabel yang menggunakan cross-link polyethylene dengan teknik pembuatan teknologi tinggi memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Pembuatan kabel XLPE ini berkembang terus sehingga kabel minyak tegangan 275 kV akan diganti dengan kabel isolasi cross-link polyethylene.

(28)

Kabel XLPE baru-baru ini mempunyai berat yang sangat ringan, mempunyai kemampuan termal yang lebih baik dan biaya instalasinya juga lebih murah dibandingkan kabel minyak. Apabila kabel XLPE terjadi kerusakan maka perbaikannya akan lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kabel isolasi minyak.

1.3.1

Karakteristis Thermal XLPE

Oleh karena menggunakan cross-linking, kabel XLPE adalah material yang tahan panas. XLPE tidak dapat meleleh seperti polyethylene tetapi terurai, dan membentuk karbon jika terbuka pada waktu yang lama diatas suhu 300°C. Suhu konduktor yang diijinkan pada waktu terjadi hubung singkat selama 1 detik adalah 250° C, pada beban kontinyu suhunya 90° C.

1.3.2

Karakteristik Elektris XLPE

Sifat listrik yang baik dari PE adalah tidak berubah selama proses cross-linking, oleh karena itu XLPE seperti PE mempunyai dissipasi faktor yang sangat kecil dan hanya tergantung pada suhu faktor dissipasi (tan delta) dan konstanta dielektrik (ε). Oleh karena itu rugi dielektrik dari kabel XLPE lebih kecil dibandingkan dengan PVC dan kabel isi minyak. Kabel XLPE cocok untuk rute kabel yang panjang dengan tegangan tinggi dan bila rugi –rugi listrik menjadi bahan pertimbangan.

1.3.3

Karakteristik Mekanis XLPE

Polyethylene mempunyai sifat mekanik yang baik. Hal ini menarik karena pada suhu normal PE dapat menahan lokal stress lebih baik dari PVC. Dalam hal ini XLPE mempunyai keuntungan yang sama seperti PE dan pada tingkat tertentu misalnya isolasi XLPE juga tahan terhadap abrasi yang lebih baik dari pada polyethylene. Karena sifat mekaniknya yang baik, diwaktu yang akan datang kabel XLPE akan lebih banyak digunakan dari pada kabel konvensional.

1.3.4

Karakteristik Kimia XLPE

Tahanan Cross-linking dari molekul XLPE lebih baik dari pada PE, dari aspek lingkungan PVC maupun kabel minyak mempunyai kerugian yang jelas, jika kabel PVC terbakar akan memberikan gas-gas yang korosi dan kabel minyak jika bocor akan merusak suplai air. Penggunaan XLPE pada kabel tegangan rendah dapat dibuat tahan terhadap rambatan api dan kompon tidak menghasilkan halogen.

1.4

FMEA Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT&SKLT) Minyak

FMEA untuk setiap Sub Sistem pada Kabel Tenaga dengan Isolasi Minyak adalah sebagai berikut:

(29)

1.4.1

FMEA Sub Sistem Pembawa Arus

Tabel 1-1 FMEA Sub Sistem Pembawa Arus

1.4.2

FMEA Sub Sistem Isolasi

Tabel 1-2 FMEA Sub Sistem Isolasi

SUB SYSTEM SUB SUB SYSTEM FUNCTION FUNCTIONAL

FAILURE FAILURE MODE 1 FAILURE MODE 2 FAILURE MODE 3 FAILURE MODE 4 FAILURE MODE 5

overheating Overload

APPL (karena benda lain) dan

faktor alam Konduktor Reaksi dengan

komponen Sulfur

Korosi terminasi Lembab Compound tidak padat Materi joint

Kendor Cara pengepresan Sambungan putus/

bocor Kerusakan seal Pemanasan

Perbedaan distribusi

Grounding bermasalah ageing Intrusi air

Loss contact

Joint

Menyambung 2 buah ujung kabel

tenaga Fungsi penyalur

arus

Konduktor Untuk menyalurkan tenaga listrik Gagal menyalurkan tenaga listrik dalam batasan losses tertentu Konduktor rusak Terminasi Untuk sambungan kabel ke GIS/peralatan lain Menyalurkan tenaga listrik dalam losses tinggi

Panas

Lilitan kertas kurang baik

overload

partial discharge minyak terkontaminasi Kebocoran minyak kabel lead sheat retak/robek perubahan struktur penopang kabel perubahan struktur tanah Kebocoran minyak overheat Bushing sealing end

Memisahkan dua bagian berbeda tegangan

Gagal memisahkan dua bagian berbeda tegangan

Isolator pecah Terminal leleh Overheating Loss contact loss contact material yang kurang baik ageing heat shrink Heat shrink Memisahkan dua bagian berbeda tegangan

Gagal memisahkan dua bagian berbeda tegangan Overheat overheat Minyak isolasi Untuk memisahkan dua bagian berbeda tegangan dan

pendingin

Gagal memisahkan dua bagian berbeda tegangan Turunnya kekuatan isolasi minyak Minyak terkontaminasi Moisture Fungsi Isolasi Kertas impregnasi Untuk memisahkan dua bagian berbeda

tegangan

Gagal memisahkan dua bagian berbeda tegangan Turunnya kekuatan isolasi kertas Kertas rapuh Failure Mode 5

(30)

1.4.3

FMEA Sub Sistem Pengaman Kabel

Tabel 1-3 FMEA Sus Sistem Pengaman Kabel

1.4.4

FMEA Sub Sistem Pendingin

Tabel 1-4 FMEA Susb Sistem Pendingin Ageing seal Kelembaban Panas/cuaca Kaca manometer retak korosi pada jarum polusi/penggara man Turunnya kekuatan pegas penahan jarum ageing pegas Pengaman isolasi kabel Gagal mengamankan isolasi kabel Kegagalan pressure switch Korosi pada kontak

Pilot kabel Pengaman isolasi kabel

Gagal mengamankan

isolasi kabel Pilot kabel putus Korosi disambungan

Marshalling kemasukan air

Seal marshalling rusak Fatigue seal

pecah

sambungan ground line terlalu kencang overheat arus bocor tinggiresistansi

menurun kelembapan Rembes minyak

manometer Fatigue seal

Fungsi pengaman

Manometer

SVL / arrester

Pengaman isolasi kabel dari tegangan

lebih

Gagal mengamankan isolasi kabel dari

tegangan lebih Mengindikasikan

tekanan minyak secara presisi

Gagal Mengindikasikan tekanan minyak secara

presisi

Penunjukan jarum tidak presisi

Failure Mode 5 SUB SYSTEM SUB SUB SYSTEM FUNCTION Functional Failure Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4

Kanal minyak/oil duct Sirkulasi minyak pendingin

gagal mensuplai minyak isolasi merusak isolasi kertas permukaan kanal minyak tidak rata Tangki minyak Sirkulasi minyak

pendingin

gagal mensirkulasikan

minyak pendingin bocor korosi kelembapan Pipa minyak Sirkulasi minyak

pendingin

gagal mensirkulasikan

minyak pendingin bocor korosi kelembapan Fungsi

pendingin

Failure Mode 5

(31)

1.4.5

FMEA Sub Sistem Pelindung Mekanik

Tabel 1-5 FMEA Sub Sistem Pelindung Mekanik

1.4.6

FMEA Sub Sistem Sarana Pendukung

Tabel 1-6 FMEA Sub Sistem Sarana Pendukung perubahan struktur tanah Akibat pekerjaan pihak lain kena lego jangkar Black PE inner sheath Untuk pelindung mekanik gagal perlindungan

mekanik lead sheat rusak perubahan struktur lead over strength di knee waktu penggelaran material seal tidak sesuai fatigue perubahan

struktur mur baut kendor korosi kontaminasi

(lembab, garam) tutup joint box

berubah bentuk tertimpa benda lain fatigue ageing mur baut

berkarat terendam air retak tidak mampu

menahan bebanbeban berat frame joint box

korosi terendam air tidak dapat dibuka tertimbun ageing terkena pekerjaan pihak lain

korosi intrusi air kerusakan isolasi luar terkena jangkar

Jembatan Kabel

sarana penopang kabel yang melintasi

sungai atau jembatanjembatan kabel runtuh

Cable Duct

media saluran kabel tanah berbentuk terowongan yang melintasi jalan raya, rel kereta atau yang melalui sungai kecil

Cable Duct runtuh ageing lumut

Outer case Untuk pelindung mekanik gagal perlindungan mekanik pecah perubahan struktur tanah Armour Rod (SKLT) penguat untuk menahan ekspansi tekanan termis dari luar atau internal

armour rod rusak

o ring tutup stainless box

rusak

Bedding

Mencegah masuknya air ke dalam lead

sheet

air masuk ke dalam lead

sheet bedding rembes Mechanical structure Untuk pelindung

mekanik

gagal perlindungan mekanik

Joint box Untuk pelindung mekanik gagal perlindungan mekanik perubahan struktur penopang kabel

Flange sealing end Untuk pelindung mekanik

gagal perlindungan

mekanik bocor seal rusak

Fungsi pelindung

mekanik

Penguat & selubung logam (lead sheat)

Untuk pelindung mekanik gagal perlindungan mekanik lead sheat retak/robek Failure Mode 5 SUB SYSTEM SUB SUB SYSTEM FUNCTION Functional Failure Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4

Man hole Fasilitas pemeliharaan

Tidak bisa diakses untuk pemeliharaan retak

perubahan struktur tanah motor terbakar arus lebih drainase

tersumbat bencana alam ageing Tempat menaruh

beragam jenis tangki rumah tangki roboh Pompa air Pembuangan air dari

man hole

Gagal membuang air dari man hole Fungsi fasilitas

pemeliharaan

Rumah Tangki

Failure Mode 5 SUB SYSTEM SUB SUB SYSTEM FUNCTION Functional Failure Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4

(32)

2

PEDOMAN PEMELIHARAAN SKTT DAN SKLT

Pemeliharaan SKTT dan SKLT menjadi penting dalam menunjang kualitas dan kehandalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen. Kegiatan pemeliharaan ditujukan untuk menjaga agar kondisi peralatan dapat terjaga dengan baik dan tetap handal. Efektifitas dan efisiensi kegiatan pemeliharaan dapat dilihat dari:

1. Peningkatkan reliability, avaibility dan efficiency SKTT dan SKLT 2. Perpanjangan umur SKTT dan SKLT

3. Perpanjangan interval overhaul (pemeliharaan besar) pada SKTT dan SKLT 4. Pengurangan resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan pada SKTT dan

SKLT

5. Peningkatan safety

6. Pengurangan lama waktu padam 7. Waktu pemulihan yang efektif.

8. Biaya pemeliharaan yang efisien/ekonomis.

(33)

Adapun jenis-jenis pemeliharaan yang dilaksanakan meliputi:

2.1

Pemeliharan Preventive (Preventive Maintenance)

Merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja yang optimal sesuai umur teknisnya, melalui inspeksi secara periodic dan pengujian fungsi atau melakukan pengujian dan pengukuran untuk mendiagnosa kondisi peralatan.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan berpedoman kepada: 1. Instruction manual dari pabrik

2. Standar-standar yang ada ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, dll ) 3. Pengalaman serta observasi / pengamatan operasi di lapangan.

2.2

Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance)

Merupakan kegiatan pemeliharaan secara periodik/ berkala dengan melakukan inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi adanya potensi kelainan atau kegagalan pada peralatan dan mempertahankan unjuk kerjanya.

Dalam pelaksanaannya, pemeliharaan rutin pada SKTT dan SKLT terdiri dari: 1. Pemeliharaan Harian 2. Pemeliharaan Mingguan 3. Pemeliharaan Bulanan 4. Pemeliharaan 3 Bulanan 5. Pemeliharaan Tahunan 6. Pemeliharaan 2 Tahunan

Dalam melaksanakan pemeliharaan preventif yang dilakukan secara rutin dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

2.2.1.1

In Service Visual Inspection

Merupakan pekerjaan pemantauan/ pemeriksaan secara berkala/ periodik kondisi peralatan saat operasi dengan hanya memanfaatkan 5 (lima) panca indera dan alat ukur bantu sederhana sebagai pendeteksi. Tujuan In Service Visual Inspection untuk mendapatkan indikasi awal ketidaknormalan peralatan (anomali) sebagai bahan untuk melakukan Evaluasi Level 1 dan data yang dapat diolah secara statistik sebagai informasi bagi pengembangan atau tindakan pemeliharaan.

(34)

a. Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT XLPE

Tabel 2-1 Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT XLPE

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

H a ri a n M in g g u a n B u la n a n 3 B u la n a n 1 T a h u n 2 T a h u n 5 T a h u n K o n d is io n a l Keterangan 11.1 INSPECTION

11.1.1 Inspeksi Level -1 (In service Visual Inspection) 11.1.1.1 CURRENT CARYING

11.1.1.1.1 Terminasi Kabel head dan bagian yang bertegangan Periksa terminasi kabel head dari benda asing secara visual.

11.1.1.2 ISOLASI

Periksa apabila terdapat kebocoran minyak bushing, coumpond. Periksa retak pada bushing, polutan/ kondisi kebersihan bushing Periksa kondisi heat shrink apakah terkelupas, retak, berubah warna

11.1.1.3 PELINDUNG MEKANIK

11.1.1.3.1 Jembatan Kabel Periksa dari korosi, retak, patah, rusak.

11.1.1.3.2 Tutup Main Hole : Joint Box. Periksa tertimbun, Terendam, Tutup hilang, Dinding roboh, Dimanfaatkanpihak Lain.

11.1.1.4 PELINDUNG ELEKTRIK

11.1.1.4.1 Grounding Kabel di GI /GITET Periksa dari korosi, retak, patah, terlepas, hilang. 11.1.1.4.2 Arrester (Outdor) Catat Arus Bocor dan Counter.

11.1.1.4.3 Grounding Kabel di Kabel Head Catat trend Arus Bocornya. 11.1.1.7 Link Box Ground Terminasi Kabel Periksa kekencangan sambungan.

11.1.1.5 PENGAMAN KABEL

11.1.1.5.1 Boks terminal Pilot Kabel/ PCC Periksa terminal kabel, kebersihan, dan kondisi pemanas (heater) 11.1.1.5.2 LA Pelindung Pilot Kabel. Periksa kondisi korosi, flek, hangus, kotor, tidak terpasang.

11.1.1.6 ASESORIS

Periksa dari pindah lokasi, kondisi korosi, pecah, robek, rusak, hilang. Periksa kondisi fisik.

11.1.1.6.2 Kebersihan Peralatan SKTT Periksa dan lakukan pembersihan bagian bagian alat penunjang SKTT danpanel 11.1.1.6.3 Serandang Penyangga Kabel Periksa kondisi korosi, baut kendor, bengkok, dan hilang.

11.1.1.6.4 Support Kabel Head Periksa kondisi kotor, pecah, dan retak.

11.1.1.6.5 Pekerjaan Pihak Lain Apakah ada Penggalian, Pengeboran, Tiang pancang, Pembangunan Bushing Terminasi

11.1.1.2.1

Rambu rambu keselamatan kerja (Tanda jalur/patok, Rambu peringatan, Penghalang pada jembatan) 11.1.1.6.1

(35)

b. Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT Minyak

Tabel 2-2 Jadwal Inspeksi Level 1 SKTT Minyak

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

H ar ia n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu n 2 Ta hu n 5 Ta hu n Ko nd is io na l Keterangan 11.1 INSPECTION

11.1.1 Inspeksi Level -1 (In service Visual Inspection) 11.1.1.1 CURRENT CARYING

11.1.1.1.1 Terminasi Kabel head dan bagian yang bertegangan Periksa terminasi kabel head dari benda asing secara visual.

11.1.1.2 ISOLASI

Periksa apabila terdapat kebocoran minyak bushing. Periksa retak pada bushing,polutan/ kondisi kebersihan bushing. Periksa kondisi heat shrink apakah terkelupas, retak, berubah warna. Periksa dan catat tekanan Minyak pada sealing end secara visual. Periksa Kondisi Manometer dan Level Tekanan pada Manometer. Catat dan Periksa tekanan minyak pada Stop Joint

11.1.1.3 PELINDUNG MEKANIK

11.1.1.3.1 Jembatan Kabel Periksa dari korosi, retak, patah, rusak.

11.1.1.3.2 Tutup Main Hole : Stop Joint, joint Box. Periksa tertimbun, Terendam, Tutup hilang, Dinding roboh, Dimanfaatkanpihak Lain. Bersihkan ruangan, Kuras bila banjir, periksa pompa air, bagian yang korosi, rusak, patah diperbaiki.

Periksa karet seal tutup crossbonding/solidbonding. Periksa kondisi compound kabel.

Periksa karet seal di pintu panel meter minyak. Periksa rembesan minyak silicon di meter minyak kabel. Bersihkan ruangan, Kuras bila banjir.

Periksa pompa air, bagian yang korosi, rusak, patah diperbaiki.

11.1.1.4 PELINDUNG ELEKTRIK

11.1.1.4.1 Grounding Kabel di GI / GITET Periksa dari korosi, retak, patah, terlepas, hilang. 11.1.1.4.2 Link Box Ground Terminasi Kabel Periksa kekencangan sambungan.

11.1.1.4.3 Grounding pada Tangki Minyak Periksa kondisi korosi, kendor, putus, dan hilang. 11.1.1.4.4 Grounding pada Stop Joint dan Tangki Minyak Periksa kondisi korosi, kendor, putus, dan hilang.

11.1.1.5 PENDINGIN

Periksa fisik tangki minyak secara visual. Periksa kebersihan, rembes, dan korosi. Periksa bila terjadi kebocoran secara visual.

Periksa kondisi kran, nepple, dan pipa arah kabel maupun arah tangki minyak, kondisi korosif, rembes.

11.1.1.5.3 Tangki Minyak pada Stop Joint Periksa kebersihan, rembes, dan korosi.

Periksa kondisi kran, nepple, dan pipa arah kabel maupun arah tangki minyak.

Periksa kondisi korosif, rembes.

11.1.1.6 PENGAMAN KABEL

11.1.1.6.1 Manometer tekanan minyak di GI Periksa penunjukan tekanan, kebocoran, korosi, pecah. 11.1.1.6.2 Boks terminal Pilot Kabel / PCC Periksa terminal kabel, kebersihan, dan kondisi pemanas (heater). 11.1.1.6.3 LA Pelindung Pilot Kabel pada Stop Joint Periksa kondisi korosi, flek, hangus, kotor, tidak terpasang. 11.1.1.6.4 Manometer tekanan minyak pada Stop Joint Periksa kondisi manometer.

11.1.1.7 ASESORIS

Periksa dari pindah lokasi patok, korosi, pecah, robek, rusak, hilang. Periksa kondisi Fisik.

11.1.1.7.2 Kebersihan Peralatan SKTT Periksa dan lakukan pembersihan bagian bagian alat penunjang SKTT dan panel.

11.1.1.7.3 Pekerjaan Pihak Lain Apakah ada Penggalian, Pengeboran, Tiang pancang, Pembangunan. 11.1.1.7.4 Power Supply dari KWH Pompa Air di Manhole Pengecekan sumber tegangan, pengujian pompa, kondisi KWH rusak atau

hilang.

11.1.1.7.5 Serandang Penyangga Kabel Periksa kondisi korosi, baut kendor, bengkok, dan hilang. 11.1.1.7.6 Support Kabel Head Periksa kondisi kotor, pecah, dan retak.

11.1.1.7.7 Panel Indikator di Control room Periksa kondisi kotor, rusak, kondisi Kabel, kesiapan DC. Tangki Minyak di Basement GI/Switch Yard

Instalasi pipa minyak di Basement GI/Switch Yard

Instalasi pipa minyak pada Stop Joint

Rambu rambu keselamatan kerja (Tanda jalur/patok, Rambu peringatan, Penghalang pada jembatan) 11.1.1.5.1 11.1.1.5.2 11.1.1.5.4 11.1.1.7.1 Stop Joint 11.1.1.3.4 11.1.1.2.1 Bushing Terminasi Minyak Kabel 11.1.1.2.2

(36)

c. Jadwal Inspeksi Level 1 SKLT Minyak

Tabel 2-3 Jadwal Inspeksi Level 1 SKLT Minyak

2.2.1.2

Shutdown Function Check

Adalah pengujian secara berkala/ periodik yang dilaksanakan pada peralatan listrik saat padam (tidak operasi) untuk mengetahui kerja peralatan apakah sesuai fungsinya berdasarkan spesifikasi atau standar yang diijinkan. Kegiatan ini dilaksanakan tahunan.

a. Jadwal Shutdown Function Check SKTT XLPE

Tabel 2-4 Jadwal Shutdown Function Check SKTT XLPE

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu n 2 Ta hu n 5 Ta hu n Ko nd is io na l Keterangan 11.1 INSPECTION

11.1.1 Inspeksi Level -1 (In service Visual Inspection) 11.1.1.1 CURRENT CARYING

11.1.1.1.1 Terminasi Kabel head dan bagian yang bertegangan Periksa terminasi kabel head dari benda asing secara visual

11.1.1.2 ISOLASI

Periksa tekanan minyak pada sealing end secara visual. Periksa kondisi manometer dan level tekanan pada manometer Periksa tekanan minyak pada Presure tank

11.1.1.3 PELINDUNG ELEKTRIK

Periksa dari korosi, retak, patah, terlepas, hilang. Catat trend Arus Bocornya.

11.1.1.4 PENDINGIN

Periksa fisik tangki minyak secara visual Periksa kebersihan, rembes, dan korosi. Periksa bila terjadi kebocoran secara visual

Periksa kondisi kran, nepple, dan pipa arah kabel maupun arah tangki minyak, kondisi korosif, rembes.

11.1.1.4.3 Minyak Isolasi Kabel Periksa tekanan minyak dan kondisi plumbing dari kebocoran.

11.1.1.5 PENGAMAN KABEL

11.1.1.5.1 Manometer tekanan minyak di GI Penunjukan tekanan, kebocoran, korosi, pecah. 11.1.1.5.2 Sistem Grounding di GI, CH Pemeriksaan korosi, kekencangan baut pentanahan.

11.1.1.6 ASESORIS

11.1.1.6.1Rambu rambu keselamatan kerja (Tanda phasa,Rambu peringatan) Periksa dari korosi, pecah, robek, rusak, hilang. Rusak, hilang, bergeser dari koordinat yang ditetapkan Pengecekan batere suar, solar cell, lampu suar Periksa apakah rusak, hilang, soft program rusak. Pengecekan mekanik radar, mekanik CCTV. 11.1.1.6.4 Speed Boat Periksa mesin, busi.

11.1.1.6.5Rambu K3, Patok kabel, Buoy, Rambu Suar, VTMS,Radar, CCTV. Periksa kondisi Fisik dan fungsi peralatan. 11.1.1.2.1 Minyak Kabel

Grounding Kabel di GI /GITET/Gentry CH 11.1.1.3.1

Vessel Trafic Monitoring Systim (VTMS),Sokley, Peta alur kabel, radar, CCTV, Bouy.

11.1.1.6.3

11.1.1.6.2 Bouy / Rambu suar.

Tangki Minyak di Basement GI/Switch Yard 11.1.1.4.1

Instalasi pipa minyak di Basement GI/Switch Yard 11.1.1.4.2

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu n 2 Ta hu n 5 Ta hu n Ko nd is io na l Keterangan

11.1.4 SHUTDOWN FUNCTION CHECK 11.1.4.1 ASESORIS

11.1.4.1 Rambu rambu keselamatan kerja (Tanda jalur/patok,Rambu peringatan, Penghalang pada jembatan) Periksa kondisi Fisik dan fungsi peralatan, perbaiki bila ada kerusakan.

11.2 TREATMENT 11.2.1 PELINDUNG MEKANIK

(37)

b. Jadwal Shutdown Function Check SKTT Minyak

Tabel 2-5 Jadwal Shutdown Function Check SKTT Minyak

Tabel 2-6 Jadwal Shutdown Function Check SKLT Minyak

2.3

Predictive Maintenance

Disebut juga dengan Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition Based Maintenance). Adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara melakukan monitor dan membuat analisa trend terhadap hasil pemeliharaan untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Hasil monitor dan analisa trend hasil Predictitive Maintenance merupakan input yang dijadikan sebagai acuan tindak lanjut untuk Planned Corrective Maintenance.

Ruang lingkup Predictive Maintenance meliputi:

2.3.1

In Service Measurement

Adalah pengujian yang dilakukan saat peralatan operasi (bertegangan) untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan peralatan secara dini yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi peralatan. Untuk SKTT dan SKLT, uraian kegiatan yang dilaksanakan adalah pengukuran thermovisi pada terminasi kabel head dan asesorisnya. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi titik kritis pada sambungan SKTT maupun SKLT.

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu n 2 Ta hu n 5 Ta hu n Ko nd is io na l Keterangan

11.1.4 SHUTDOWN FUNCTION CHECK 11.1.4.1 PENGAMAN KABEL

11.1.4.1.1 Manometer tekanan minyak di GI Periksa dan uji fungsi alarm dan trip manometer. 11.1.4.1.2 Manometer tekanan minyak pada Stop Joint Periksa dan uji fungsi alarm dan trip manometer.

11.2 TREATMENT 11.2.1 CURRENT CARYING

11.2.1.1 Terminasi Kabel head dan bagian yang bertegangan Periksa kekencangan konektor, bersihkan Insulator.

11.2.2 PELINDUNG MEKANIK

11.2.2.1 Joint Box Culvert / Stop Joint Bersihkan ruangan Joint Box/Stop Joint, Kuras bila banjir, periksa pompa air,bagian yang korosi, rusak, patah diperbaiki.

11.2.3 PENGAMAN KABEL

11.2.3.1 Sistem Grounding di GI, Joint Box, dan Stop Joint Pemeriksaan korosi, kekencangan baut pentanahan, pengukuran nilaipentanahan.

11.2.4 ASESORIS

11.2.4.1 Rambu rambu keselamatan kerja (Tanda jalur/patok,Rambu peringatan, Penghalang pada jembatan) Periksa kondisi Fisik dan fungsi peralatan, perbaiki bila ada kerusakan.

KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN

Ha ria n M in gg ua n Bu la na n 3 Bu la na n 1 Ta hu n 2 Ta hu n 5 Ta hu n Ko nd is io na l Keterangan

11.1.4 SHUTDOWN FUNCTION CHECK 11.1.4.1 PENGAMAN KABEL

11.1.4.1.1 Manometer tekanan minyak Periksa dan uji fungsi alarm dan trip manometer.

11.1.4.2 ASESORIS

11.1.4.2.1Rambu K3, Patok kabel, Buoy, Rambu Suar, VTMS,Radar, CCTV Periksa kondisi Fisik dan fungsi peralatan, perbaiki bila ada kerusakan.

11.2 TREATMENT 11.2.1 ISOLASI

Gambar

Gambar 1-1 Sealing atau Cable Head (Terminal Out Door)
Gambar 1-2 Representasi Kabel Sistem 3 Phasa
Gambar 1-3 Sistem Crossbonding
Gambar 1-6 Cara Pemasangan Kabel Berinti Tunggal Dengan Konstruksi sheath – cross bonding
+7

Referensi

Dokumen terkait