• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEBERADAAN LARVA Aedes sp. PADA CONTAINER LUAR RUMAH di RW 03 DAN RW 07 KELURAHAN CEMPAKA PUTIH BARAT, JAKARTA PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KEBERADAAN LARVA Aedes sp. PADA CONTAINER LUAR RUMAH di RW 03 DAN RW 07 KELURAHAN CEMPAKA PUTIH BARAT, JAKARTA PUSAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEBERADAAN LARVA Aedes sp. PADA

CONTAINER LUAR RUMAH di RW 03 DAN RW 07 KELURAHAN

CEMPAKA PUTIH BARAT, JAKARTA PUSAT

Artasya Karnasih, Rawina Winita

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit tular vektor oleh virus dengue dengan vektor Aedes sp.Cempaka Putih Barat tergolong salah satu kelurahan dengan jumlah kasus DBD yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengendalian vektor dengan memberantas tempat berkembangbiak nyamuk Aedes sp., yaitu container luar rumah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sebaran container luar rumah dan keberadaan larva Aedes sp di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. RW tersebut dipilih karena homogenitas karakteristik pemukiman, dimana RW 03 dihuni oleh rumah besar dengan jarak rumah yang lebar dan RW 07 dihuni oleh rumah kecil, padat dengan jarak rumah yang sempit. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan survei larva menggunakan single larva method. Di RW 03 ditemukan enam puluh container luar rumah dengan empat belas jenis container dan terbanyak ember. Larva paling banyak ditemukan di tong. Di RW 07 ditemukan 31 container luar rumah dengan sepuluh jenis container dan terbanyak kolam/akuarium. Larva paling banyak ditemukan di drum dan kaleng bekas. Dengan demikian container luar rumah lebih banyak ditemukan di RW 03 tetapi berdasarkan uji statistik didapatkan container luar rumah positif larva lebih banyak di RW 07 (25,8%) daripada di RW 03 (8,3%) dengan (p=0,024), dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Kata kunci:

Cempaka Putih Barat; Container luar rumah; DBD; larva Aedes sp.; RW 03; RW 07

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-borne disease by dengue virus and Aedes sp. as vector. West Cempaka Putih as one of district that the number of dengue cases are high. Therefore it is necessary to control the vector by eradicating potential breeding ground for

Aedes sp. mosquitoes, container outside the house.The aim of study to identify the distribution

of outdoor container and the presence of Aedes sp. larvae in RW 03 and RW 07 Cempaka Putih Barat. These was chose because homogenity of settlement characteristic that RW 03 is populated by people with big house and distance between houses are far. RW 07 is populated by people with small house and distance between houses are quite close. This study used cross sectional design and survey of larvae used single larvae method. In RW 03 was found sixty outdoor containers, fourteen types of container with most frequent container is bucket and larvae most commonly found in cans. In RW 07 was found thirty one outdoor containers, ten types of container with most frequent container is pond/aquarium and larvae most commonly found in the drums and tin cans. Thus the outdoor container is more commonly found in RW 03, but based on statistic test found that the number of containers with larvae in RW 07 (25,8%) is higher than in RW 03 (8.3%) with (p = 0.024). It can be concluded that there are significant differences in the existence of Aedes sp. larvae in the outdoor container between RW 03 and RW 07 West Cempaka Putih.

(2)

Keywords:

Aedes sp. larvae, DHF, outdoor container, RW 03, RW 07, West Cempaka Putih

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi salah satu masalah kesehatan di negara Indonesia disebabkan penyebarannya yang semakin meluas dan insidennya yang semakin tinggi. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang diperantarai oleh nyamuk, terutama nyamuk Ae. aegypti.1 Virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus ini, bukan hanya dapat menimbulkan perdarahan dan demam mendadak, tetapi juga dapat berakibat pada kematian.1,2

Kota Jakarta, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, merupakan kota dengan jumlah penderita DBD terbanyak. Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2006 jumlah penderita DBD sebanyak 24.932 orang. Sementara pada tahun 2007 jumlah penderita DBD meningkat menjadi 31.836 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD semakin meningkat tiap tahunnya. Tetapi, pada tahun 2008 jumlah penderita menurun sekitar 30 persen menjadi 23.361 orang.3

Kecamatan Cempaka Putih merupakan salah satu kecamatan yang selalu tercatat memiliki jumlah kasus DBD yang tinggi dengan 611 kasus di tahun 2008 dan 633 kasus di tahun 2009. Dari 44 kelurahan di Jakarta Pusat terdapat sembilan kelurahan yang merupakan zona merah DBD dan tiga kelurahan diantaranya adalah Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawasari. Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan salah satu kelurahan yang termasuk zona merah DBD dengan 268 kasus di tahun 2009. Zona merah merupakan daerah yang dalam jangka waktu tiga minggu berturut turut terdapat tiga pasien DBD per minggu atau dalam tiga minggu pengawasan terdapat ≥ sembilan penderita DBD atau dalam tiga minggu pengamatan terdapat pasien meninggal karena DBD.4,5

Saat ini, di Indonesia sudah dilakukan pemberantasan vektor penyakit DBD, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Ae. aegypti) yang merupakan vektor utama dan Aedes albopictus (Ae.

albopictus) yang merupakan vektor sekunder. Hal ini dilakukan karena belum ditemukannya

obat maupun vaksin untuk DBD. Hingga saat ini, pemerintah sudah melakukan berbagai macam program untuk memberantas DBD, diantaranya adalah Gerakan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) yang telah disosialisasikan secara luas kepada masyarakat Indonesia serta program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Akan tetapi, kedua program ini tidak

(3)

memberikan hasil yang maksimal karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberantasan vektor DBD sebagai usaha untuk pencegahan penularan penyakit DBD.6

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kepadatan dan penyebaran vektor DBD antara lain letak container, jenis, penutup, dan volume air di dalam container. Sayangnya tidak jarang container yang berada di luar rumah terlupakan sehingga kurang terurus dan menjadi tempat potensial untuk perindukan nyamuk penular DBD.7

Karena pentingnya upaya pemberantasan dan pencegahan DBD serta tingginya kasus DBD di kelurahan Cempaka Putih Barat, maka timbul pemikiran peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Keberadaan Larva Aedes sp. pada Container Luar Rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat”. Kelurahan Cempaka Putih Barat, khususnya RW 03 dan RW 07 dijadikan sebagai pilihan daerah tempat penelitian disebabkan kedua RW tersebut memiliki perbedaan karakteristik wilayah yang cukup berarti. Wilayah RW 03 dihuni oleh masyarakat menengah ke atas, dengan rumah-rumah besar dan jarak antar rumah-rumah yang jauh. Sedangkan wilayah RW 07 dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah, dengan rumah-rumah kecil, padat, dan jarak antar rumah yang dekat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengurangi tingginya kasus DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat.

TINJAUAN PUSTAKA Demam Berdarah Dengue Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk.8 Demam Berdarah Dengue (DBD) bermanifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, nyeri sendi, dan disertai leukopenia, trombositopenia, dan limfadenopati.2

Etiologi

Penyebab dari Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue yang merupakan anggota dari genus flavivirus.6,9 Nyamuk yang merupakan penular ini dapat disebut sebagai vektor. Vektor merupakan hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular penyakit.6

Selain itu ditemukan beberapa faktor etiologis yang berhubungan dengan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD), yaitu diantaranya faktor host meliputi umur, jenis kelamin, dan mobilitas. Selain itu juga bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang meliputi

(4)

kepadatan rumah, tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, angka bebas jentik, kepadatan nyamuk, dan curah hujan. Faktor perilaku dari masyarakat setempat juga ikut mempengaruhi munculnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), seperti kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).8

Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)

Vektor Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vaktor sekunder. Kedua spesies tersebut merupakan nyamuk yang berada pada pemukiman dengan stadium pradewasanya mempunyai habitat/tempat tinggal di tempat penampungan air yang berada pada pemukiman yang memiliki air relatif jernih. Nyamuk Ae.aegypti dan

Ae.albopictus memiliki habitat yang sedikit berbeda. Ae.aegypti lebih banyak ditemukan

berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air buatan seperti vas bunga, ember, kaleng bekas, bak mandi, dan penampungan air buatan lain yang terletak di dalam rumah maupun luar rumah. Sementara Ae.albopictus lebih banyak ditemukan di tempat penampungan air alami yang biasanya terletak di luar rumah seperti lubang pohon, potongan bambu, dan daun. Walaupun terkadang Ae.albopictus juga dapat ditemukan pada tempat penampungan air buatan.6

Kedua spesies nyamuk tersebut memiliki beberapa sifat, diantaranya lebih memilih menghisap darah manusia dan bersifat multiple feeding. Multiple feeding disini memiliki arti bahwa untuk memenuhi kebutuhan darah, dalam satu periode gonotropik biasanya spesies ini menghisap darah sampai beberapa kali. Sifat inilah yang dapat meningkatkan risiko penularan DBD, terutama pada daerah pemukiman dengan padat penduduk, yang dimana satu individu nyamuk mampu menularkan virus kepada lebih dari satu orang dalam satu periode waktu menggigit.6

Identifikasi Ae.aegypti

Nyamuk Ae. aegypti mempunyai empat stadium dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup pada air tawar yang jernih dan tenang.10 Berikut masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti, yaitu telur, larva, pupa, dan kemudian menjadi nyamuk dewasa.

(5)

Siklus Hidup

Setelah sepasang nyamuk Ae.aegypti berkopulasi, nyamuk betina akan meletakkan telurnya pada dinding tempat air, tepatnya 1-2 cm di atas permukaan air. Kemudian telur akan menetas menjadi larva dalam waktu satu sampai dua hari, dan selanjutnya menjadi pupa dalam waktu yang lebih lama, yaitu lima sampai lima belas hari. Larva akan menetas lebih cepat ketika air menggenangi telurnya. Larva mempunyai kebiasaan memakan mikroorganisme dan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Saat menjadi larva, larva mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari larva instar I hingga menjadi larva instar IV. Dalam proses tersebut, terjadi pelepasan kulit larva sebanyak tiga kali berturut-turut dari larva instar I, larva instar II dan larva instar III. Ketika pertumbuhan dan perkembangan larva telah sempurna akan terjadi proses metamorfosis yang nantinya akan mengubah larva menjadi pupa.11,12

Pupa mempunyai beberapa perbedaan dengan larva, diantaranya pupa tidak memakan bahan-bahan makanan organik, seperti halnya larva. Pupa kemudian akan berubah menjadi nyamuk dewasa dalam waktu kurang lebih dua hari, sehingga dapat dikatakan perkembangan dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu minimal sembilan hari. Setelah menjadi nyamuk dewasa, nyamuk akan mampu terbang untuk mengisap darah, dengan sebelumnya nyamuk dewasa istirahat di kulit pupa selama beberapa waktu untuk memberikan waktu terhadap sayapnya untuk meregang menjadi kuat dan kaku. Untuk nyamuk betina yang telah dewasa akan siap kawin setelah satu sampai dua hari keluar dari pupa.1,11

Nyamuk jantan biasanya tidak pergi jauh dari tempat berkembang biak, karena nyamuk jantan menunggu nyamuk betina menetas dan siap berkopulasi. Setelah dilakukan kopulasi, nyamuk betina menghisap darah manusia yang akan digunakannya sebagai bahan untuk pembentukan telurnya. Jumlah telur yang biasanya dikeluarkan oleh nyamuk betina berkisar 150 butir setiap kalinya. Nyamuk Ae.aegypti memliki siklus gonotropik, yaitu jangka waktu yang diperlukan nyamuk untuk menyelesaikan perkembangan telur, dimulai dari proses nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan. Siklus gonotropik Ae.aegypti bervariasi antara tiga sampai empat hari. Umumnya nyamuk betina akan mati dalam sepuluh hari. Masa tersebut cukup untuk nyamuk menyebarkan virus dan waktu bagi masa inkubasi virus, yaitu tiga sampai sepuluh hari. Umur nyamuk jantan lebih pendek dibandingkan nyamuk betina. Di dalam laboratorium, dengan suhu ruangan, kelembaban udara yang cocok, serta nyamuk diberikan larutan gula 10% dan darah mencit, umur nyamuk dapat mencapai dua bulan.11

(6)

Gambar 2.5. Siklus hidup Ae.aegypti1

Pengaruh Letak TPA terhadap Kepadatan Larva Ae. Aegypti

Ae. aegypti cenderung menyukai lingkungan dalam rumah sebagai tempat beraktivitas

dan beristirahat, berbeda dengan Ae. albopictus yang lebih menyukai lingkungan luar rumah sebagai tempat beraktivitas, beristirahat, dan berkembang biak. Lingkungan luar rumah tersebut misalnya kebun dan semak-semak.13,14

Container Aedes sp. terbagi menjadi dua jenis, yaitu: container artifisial (man-made breeding place) dan container alami (natural breeding place). Contoh dari container artifisial

adalah bak mandi, botol, ember, drum, toples, dan kaleng bekas. Sedangkan contoh container alami adalah batok kelapa, kubang di batu, dan lain-lain. Pada container artifisial yang berisi air bersih lebih sering ditemukan larva Ae. aegypti, terutama yang berada di dalam rumah atau di dekat tempat tinggal manusia. Sedangkan pada container alami atau container artifisial yang berada di luar rumah dan mengandung banyak debris organik cenderung lebih banyak ditemukan larva Ae. albopictus.13,14

Menurut penelitian Wahyudi dkk dikatakan bahwa perkembangbiakan nyamuk Aedes

sp. lebih banyak di dalam rumah dibandingkan luar rumah.15 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain, bahwa letak kontainer di dalam ruangan lebih banyak.16 Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tempat penampungan air yang digunakan berkaitan dengan

(7)

kegiatan sehari-hari, seperti memasak, mencuci dan mandi yang umumnya lebih banyak berada dalam rumah. WHO tahun 2011 menyatakan di sebagian besar negara Asia Tenggara, tempat bertelur Ae. aegypti pada kontainer buatan yang berada di lingkungan perumahan baik di dalam dan sekitar lingkungan (rumah tangga, lokasi pembangunan dan pabrik).15

Sementara menurut hasil penelitian Budiyanto dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegyti lebih banyak ditemukan di dalam rumah/bangunan, dan nyamuk Aedes albopictus lebih senang beristirahat di luar rumah/bangunan. Hal ini sesuai dengan perilaku hidup nyamuk Ae.

aegypti yang lebih suka beristirahat ditempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di dalam

rumah/bangunan, dan juga perilaku makan nyamuk Ae. aegypti sangat antropofilik. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus pada dasarnya adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan lingkungan manusia dan merupakan penghisap darah yang acak dan lebih zoofagik.17 Ukuran Kepadatan Populasi Ae. Aegypti

Untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Ae.aegypti pada suatu daerah dapat dilakukan beberapa survei di rumah-rumah yang dipilih secara acak.11

1. Survei nyamuk

Survei nyamuk dilakukan dengan menggunakan cara penangkapan nyamuk baik di dalam maupun luar rumah, dengan masing-masing selama 20 menit per rumah. Penangkapan nyamuk yang dilakukan biasanya menggunakan aspirator. Indeks nyamuk yang digunakan diantaranya adalah biting/landing rate dan resting per rumah.11

Sementara untuk mengetahui umur nyamuk rata-rata pada suatu wilayah tertentu, dapat dilakukan pembedahan perut nyamuk dengan cara memeriksa keadaan ovariumnya di bawah mikroskop. Sedangkan apabila ingin mengetahui umur nyamuk apakah nyamuk yang diperiksa baru menetas atau sudah tua dapat menggunakan parity rate. Bila hasil survei entomologi dikatakan parity rate rendah maka berarti populasi nyamuk pada daerah tersebut sebagian besar masih muda, begitu juga sebaliknya.11

2. Survei Larva

Pada survei larva, semua tempat penampungan air yang menjadi tempat berkembangbiak Ae. aegypti diperiksa untuk mengetahui ada atau tidaknya larva. Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, dan drum, apabila saat diperiksa pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan larva, maka tunggu kira-kira setengah sampai satu menit untuk memastikan bahwa larva besar tidak ada. Sementara saat memeriksa tempat berkembangbiak yang kecil seperti vas bunga dan botol, air yang berada di

(8)

dalamnya perlu dipindahkan ke tempat lain. Hal tersebut berbeda lagi saat memeriksa larva di tempat yang agak gelap atau airnya keruh. Penggunaan lampu senter sangat diperlukan untuk tempat-tempat tersebut.11

Survei larva dilakukan dengan dua cara, yaitu single larva method atau cara visual. Untuk single larva method, survei dilakukan dengan cara mengambil satu larva di setiap TPA baru kemudian dilakukan identifikasi. Jika hasil dari identifikasi menunjukkan Ae. aegypti maka seluruh larva dinyatakan sebagai larva Ae. aegypti. Sedangkan pada visual, survei dilakukan dengan cara melihat ada atau tidaknya larva di setiap TPA tanpa mengambil larvanya.11

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik observasional dan menggunakan desain cross sectional.

Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung sejak Maret 2010 hingga Juni 2013. Pengambilan data dilaksanakan di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih

Barat, Jakarta Pusat pada tanggal 28 Maret 2010. Setelah itu, larva nyamuk yang telah diambil dilakukan identifikasi di Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI.

Populasi Penelitian Populasi Target

Populasi target adalah seluruh container yang berada di Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah container yang berada di luar rumah warga RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini ialah container yang berada di luar seratus rumah warga di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

(9)

Sampel dan Cara pemilihan Sampel

Sampel yang dipilih adalah seluruh container yang berada di luar seratus rumah warga RW 03 dan 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. Dua RW yaitu, RW 03 dan RW 07 dipilih karena homogenitas karakteristik pemukiman di kedua RW tersebut. Seratus rumah warga yang dijadikan sampel ditentukan berdasarkan standar minimal WHO dan menggunakan metode random sampling, yaitu dipilih seratus rumah dari tiap RW secara random. Larva diambil dengan menggunakan single larva method, yaitu di setiap container positif larva akan diambil satu larva yang kemudian akan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

Seluruh container dengan atau tanpa larva yang ditemukan di luar rumah penduduk.

Kriteria Eksklusi

Container luar rumah dengan letak yang tidak dapat dijangkau peneliti.

Identifikasi Variabel

Variabel terikat : Keberadaan larva Aedes sp.

Variabel bebas : Container di luar rumah RW 03 dan RW 07

Alat dan Bahan

1. Pipet kecil 2. Pipet besar

3. Botol untuk menaruh larva 4. Kertas label

5. Gayung 6. Senter

7. Alat tulis dan alas 8. Formulir survei 9. Mikroskop

10. Object glass dan cover glass 11. Air panas

12. Kain kasa 13. Gelas plastik

(10)

14. Karet gelang

Cara Pengambilan Data Cara Pengambilan Larva

Larva yang ada di dalam container diambil dengan bantuan senter, pipet atau gayung. Larva diambil menggunakan gayung dengan kemiringan 45 derajat kearah kumpulan larva. Kemudian, larva yang telah diambil dipindahkan ke dalam botol dan ditempel label pada luar botol untuk dilakukan penomoran agar tidak tertukar dengan larva dari container lain. Setelah itu larva diidentifikasi. Data semua container, baik yang berisi larva maupun tidak, dimasukkan ke dalam formulir survei yang telah dibuat.

Cara Pengidentifikasian Larva

Pertama-tama larva nyamuk yang telah diambil akan dimatikan dengan cara memasukkan air panas ke dalam botol berisi larva. Kemudian, larva yang telah mati diletakkan di atas object glass dan tutup dengan cover glass. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Jika larva yang akan diidentifikasi telah berubah menjadi pupa, maka tunggu beberapa hari sampai berubah menjadi nyamuk dewasa. Hal itu dapat dilakukan dengan meletakkan pupa yang ditemukan di dalam gelas plastik dan ditutup dengan kain kassa dan karet gelang. Terakhir, hasil identifikasi larva dicatat dan dimasukkan ke dalam formulir yang telah dibuat.

Rencana Manajemen dan Analisis Data

Data penelitian ini adalah keberadaan larva pada container luar rumah yang ada di semua subyek penelitian. Data akan dimasukkan ke dalam tabel sederhana. Kemudian data yang diperoleh mengenai keberadaan larva akan digunakan untuk melihat hubungan antara letak container (luar rumah) dengan keberadaan larva Aedes sp. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Syarat melakukan uji chi-square yaitu tidak ada data bernilai nol dan expected

cell rate yang kurang dari lima tidak lebih dari 30%. Berdasarkan hasil analisis inilah akan

ditarik kesimpulan.

Definisi Operasional

1. Container luar rumah adalah tempat yang dapat menampung air, baik alamiah maupun buatan manusia, yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk

(11)

dan tidak berhubungan dengan tanah, yang letaknya di luar bangunan rumah yang masih termasuk bagian dari rumah tersebut.

2. Container dinyatakan positif jika terdapat larva Aedes aegypti atau larva Aedes

albopictus di dalam container tersebut.

3. Larva dan pupa Aedes merupakan stadium muda Aedes sp.

4. Larva diidentifikasi dengan kunci identifikasi Depkes, larva Aedes aegypti dapat dibedakan dengan Aedes albopictus dalam hal gigi sisir pada segmen abdomen ketujuh dimana larva Aedes aegypti memiliki gerigi berbentuk sisir dengan lekukan yang jelas dan dalam. Sementara, larva Aedes albopictus tidak memiliki gerigi lateral pada gigi sisirnya.18

HASIL PENELITIAN Data Umum

Kelurahan Cempaka Putih Barat adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat dengan luas kurang lebih 1,22 km2 dan jumlah penduduk 28.218 jiwa. Kelurahan ini terdiri atas 7347 KK pada tahun 2009 dan terdiri dari tiga belas RW dan 151 RT.

RW 03 dan RW 07 adalah dua dari 13 RW yang terdapat di Kelurahan Cempaka Putih Barat. Kedua RW ini memiliki batas-batas wilayah tertentu, yaitu RW 03 berbatasan dengan Jalan Letjen Suprapto di bagian utara dan Jalan Cempaka Putih Raya di sebelah selatan. RW 07 berbatasan dengan Jalan Cempaka Putih Barat empat belas di sebelah utara dan Jalan Percetakan Negara di sebelah selatan. RW 03 dan RW 07 berbatasan dengan Jalan Cempaka Putih Barat di sebelah barat dan Kali Utan Kayu di sebelah timur.

Pada tahun 2009, Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Cempaka Putih yang termasuk dalam zona merah DBD karena angka kejadian DBD yang tinggi, yaitu 268 kasus pada tahun 2009. Sementara, pada tahun 2010 kelurahan Cempaka Putih Barat dinyatakan sebagai salah satu dari sebelas kelurahan di Jakarta Pusat dengan kawasan rawan DBD.4,5

(12)

Data Khusus

Tabel 4.1. Sebaran Larva Aedes sp. pada Container luar rumah di RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Barat

Jenis Container luar rumah Keberadaan Larva Total Positif Negatif Bak mandi 3 2 5 Ember 0 14 14 Gelas/botol bekas 0 1 1 Vas/pot bunga 0 6 6 Kolam/akuarium 1 11 12 Talang air 0 1 1

Saluran air lain 0 3 3

Penampungan air dispenser* 0 1 1

Tempat minum burung 0 7 7

Tong* 1 0 1

Tempat/bak sampah* 0 2 2

Kaleng bekas 0 3 3

Drum 0 3 3

Alas pot bunga* 0 1 1

Total 5 55 60

Keterangan:* untuk uji statistik, container ini disatukan menjadi kategori lain-lain

Tabel 4.1 menunjukkan di RW 03 ditemukan empat belas jenis container yang berada di luar rumah dengan container yang paling banyak ditemukan adalah ember. Jumlah

container yang ditemukan adalah enam puluh dengan lima container positif larva Aedes sp.

Berdasarkan keberadaan larva Aedes sp, dari satu tong yang ditemukan terdapat satu tong positif larva Aedes sp.(100%), diikuti oleh bak mandi, dari lima bak mandi yang ditemukan terdapat tiga bak mandi positif larva Aedes sp. (60%). Sementara pada ember, dari empat belas ember yang ditemukan tidak terdapat satupun larva Aedes sp. (0%). Dengan demikian, dapat dikatakan jenis container yang paling sering dijadikan nyamuk Aedes sp. sebagai tempat berkembang biak di RW 03 adalah tong.

(13)

Tabel 4.2. Sebaran Larva Aedes sp. pada Container luar rumah di RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat

Jenis Container luar rumah Keberadaan Larva Total Positif Negatif Drum 1 0 1 Vas/pot bunga 1 4 5 Kolam/akuarium 1 9 10 Ember 2 4 6 Kaleng bekas 1 0 1 Gelas/botol bekas 0 1 1

Tempat minum burung 1 1 2

Toren* 0 1 1

Alas pot bunga* 1 2 3

Saluran air lain 0 1 1

Total 8 23 31

Keterangan:* untuk uji statistik, container ini disatukan menjadi kategori lain-lain

Tabel 4.2 menunjukkan di RW 07 ditemukan sepuluh jenis container yang berada di luar rumah dengan kolam/akuarium sebagai container yang paling banyak ditemukan. Jumlah

container yang ditemukan adalah 31 dengan delapan container positif larva Aedes sp.

Berdasarkan keberadaan larva Aedes sp., dari satu drum yang ditemukan terdapat satu drum positif larva Aedes sp.(100%). Hal tersebut juga terjadi di kaleng bekas dimana dari satu kaleng bekas yang ditemukan terdapat satu kaleng bekas positif larva Aedea sp. (100%), diikuti oleh tempat minum burung, dari dua tempat minum burung yang ditemukan terdapat satu tempat minum burung positif larva Aedes sp. (50%). Sementara pada toren, saluran air, dan gelas/botol bekas tidak ditemukan satupun larva Aedes sp. (0%). Dengan demikian, dapat dikatakan jenis container yang paling sering dijadikan nyamuk Aedes sp. sebagai tempat berkembang biak di RW 07 adalah drum dan kaleng bekas.

(14)

Tabel 4.3. Sebaran Jenis Container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat

Jenis Container luar rumah RW 03 RW 07

Bak mandi 5 0 Drum 3 1 Kaleng bekas 3 1 Gelas/botol bekas 1 1 Talang air 1 0 Ember 14 6 Vas/pot bunga 6 5 Kolam/akuarium 12 10

Tempat minum burung 7 2

Saluran air lain 3 1

Toren* 0 1

Tempat alas pot* 1 3

Dispenser* 1 0

Tong* 1 0

Tempat/Bak sampah* 2 0

Total 60 31

Keterangan:* untuk uji statistik, container ini disatukan menjadi kategori lain-lain

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah container luar rumah di RW 03 lebih banyak dibandingkan di RW 07, dengan persentase (65,4%). Tetapi, sebaran jenis container antara kedua RW tersebut tidak memiliki perbedaan yang jauh. Di RW 03, tiga jenis container yang terbanyak ditemukan adalah ember (23,3%), kolam/akuarium (20%), dan tempat minum burung (11,7%). Sementara di RW 07, tiga jenis container yang paling banyak ditemukan adalah kolam/akuarium (32,3%), ember (19,4%), dan vas/pot bunga (16,1%).

(15)

Tabel 4.4. Keberadaan Larva Aedes sp. pada Container Luar Rumah di Kelurahan Cempaka Putih Barat

Container Positif Negatif Uji kemaknaan

RW 03 5 55 Chi Square

p = 0,024

RW 07 8 23

Persentase container positif larva di RW 03 adalah 8,3% dan di RW 07 adalah 25,8%. Dengan demikian, container dengan larva Aedes sp. positif di RW 07 lebih banyak dibandingkan container di RW 03. Perbedaan antara jumlah container positif RW 03 dengan RW 07 cukup jauh. Hal ini dibuktikan dengan nilai p yang diperoleh pada uji Chi-square, yaitu 0,024 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara container luar rumah dengan keberadaan larva di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah

container luar rumah yang positif larva Aedes sp. di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka

Putih Barat.

DISKUSI

Pada penelitian ini dilakukan survei entomologi di RW 03 dan RW 07, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Survei entomologi dilakukan untuk mengetahui keberadaan larva Aedes sp pada container yang terletak di luar rumah RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat dan membandingkan keberadaan larva pada kedua RW tersebut. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui sebaran container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Untuk persebaran container luar rumah, didapatkan jumlah container luar rumah pada RW 03 lebih banyak dibandingkan jumlah container luar rumah pada RW 07. Di RW 03 ditemukan enam puluh container dengan empat belas jenis container, sedangkan di RW 07 ditemukan 31 container dengan sepuluh jenis container. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik pemukiman penduduknya, dimana pada RW 03 didapatkan rumah-rumah besar dengan halaman yang luas sehingga warganya memiliki lahan yang luas untuk menaruh container di luar rumah. Sedangkan pada RW 07 didapatkan rumah-rumah kecil dengan halaman yang sempit sehingga warganya tidak memiliki lahan yang cukup untuk menaruh container di halamannya.

(16)

Tetapi hal tersebut justru tidak sebanding dengan keberadaan larva Aedes sp. pada

container luar rumah di kedua RW tersebut. Pada RW 03 dari enam puluh container luar

rumah yang ditemukan, didapatkan lima container positif larva Aedes sp., sedangkan pada RW 07 dari 31 container luar rumah yang ditemukan, didapatkan delapan container positif

larva Aedes sp. Hal tersebut menunjukkan keberadaan larva Aedes sp. pada container luar

rumah di RW 07 lebih banyak dibandingkan container luar rumah di RW 03. Terdapat perbedaan yang cukup jauh bila dibandingkan dengan jumlah container yang terdapat pada masing-masing RW tersebut. Hal itu dibuktikan dengan hasil p pada uji Chi Square, yaitu 0,024 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara jumlah container luar rumah yang positif larva Aedes sp. di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. Perbandingan antara jumlah container luar rumah dan keberadaan larva Aedes sp. yang tidak sebanding menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan terdapatnya larva Aedes sp., seperti usaha dari masyarakat RW untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta kesadaran masyarakat akan keberadaan container luar rumah yang berpotensi sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes sp. RW 03 memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi daripada RW 07, sehingga diduga dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi, warga RW 03 memiliki kesadaran lebih tinggi akan keberadaan

container luar rumah dan upaya yang lebih baik dalam memberantas sarang nyamuk demam

berdarah.

Selain itu pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan mengenai jenis container luar rumah yang terdapat pada kedua RW tersebut. Pada RW 03 terdapat empat belas jenis

container luar rumah yang ditemukan, dengan jenis container yang terbanyak berupa ember.

Sedangkan pada RW 07 terdapat sepuluh jenis container yang ditemukan, dengan jenis

container terbanyak berupa kolam/akuarium. Sementara untuk keberadaan larva Aedes sp.

yang ditemukan pada container luar rumah, didapatkan larva Aedes sp. positif terbanyak pada tong di RW 03 dan drum serta kaleng bekas di RW 07.

Keberadaan larva Aedes sp. positif terbanyak pada container yang berbeda di masing-masing RW tersebut menjelaskan mengapa terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal keberadaan larva Aedes sp pada container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. Drum, kaleng bekas serta barang-barang lain yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya merupakan tempat yang disukai oleh nyamuk Aedes sp. untuk berkembang biak. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Lloyd, yang mengatakan bahwa nyamuk Aedes sp. lebih menyukai jenis container buatan yang tidak digunakan lagi dan

(17)

berada di sekitar rumah.19 Hal tersebut menunjukkan mengapa terdapat banyak larva Aedes sp pada drum dan kaleng bekas di RW 07. Selain itu kesadaran akan kebersihan juga patut dipertimbangkan dalam hal ini. Pada RW 03 tidak didapatkan larva Aedes sp. positif pada drum dan kaleng bekas, sedangkan pada RW 07 didapatkan larva Aedes sp. positif pada

container tersebut. Hasil itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pemberantasan

sarang nyamuk demam berdarah di luar rumah juga merupakan faktor yang berpengaruh. Warga RW 07 kurang memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan rumahnya dengan membiarkan drum dan kaleng bekas yang sudah tidak terpakai lagi di luar rumah. Dengan membiarkan container buatan yang sudah tidak terpakai lagi, seperti drum dan kaleng bekas di luar rumah menyebabkan container tersebut menjadi sarang yang nyaman untuk nyamuk

Aedes sp. untuk berkembang biak. Saat hujan, air tertampung pada drum dan kaleng bekas

yang tidak terpakai. Menurut penelitian, Ae. aegypti memiliki kebiasaan menetaskan telurnya di genangan air jenih yang berada di dalam rumah rumah maupun luar rumah.20

Oleh karena itu, kaleng, ban bekas dan barang-barang yang tidak digunakan lagi harus segera dibuang ke tempat sampah. Petugas kebersihan juga harus rutin dalam mengambil sampah agar barang-barang tidak ada yang bertumpuk di luar rumah.

Hal tersebut berbeda dengan warga RW 03 yang memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan kebersihan lingkungannya, ditunjukkan dari tidak ditemukannya larva Aedes sp. pada drum serta kaleng bekas walaupun masih terdapat beberapa drum dan kaleng bekas di lingkungan RW 03. Di RW 03 justru ditemukan larva Aedes sp. terbanyak pada tong air di luar rumah. Hal tersebut bisa disebabkan kurangnya pengamatan warga RW 03 akan tong yang berisi air di luar rumah. Jarangnya pengurasan air di dalam tong juga menyebabkan nyamuk Aedes sp. berkembang biak di dalamnya. Chareonviriyaphap et al. melaporkan bahwa larva Ae. aegypti lebih sering ditemukan pada artificial container yang berisi air bersih dan berada di dalam atau di dekat tempat tinggal manusia.14 Dengan begitu pengurasan air yang dilakukan secara berkala dapat mencegah nyamuk Aedes sp. untuk berkembang biak di dalamnya.

KESIMPULAN

1. Jumlah container luar rumah secara keseluruhan yang ditemukan di RW 03 lebih banyak daripada jumlah container luar rumah yang ditemukan di RW 07.

2. Jumlah keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 07 lebih banyak daripada jumlah keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 03.

(18)

3. Angka keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 03 berbeda bermakna dengan keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 07.

SARAN

Warga Kelurahan Cempaka Putih Barat perlu diingatkan dan ditekankan akan pentingnya melakukan pemberantasan dan pencegahan DBD dengan cara melakukan penyuluhan secara berkala terhadap warga kelurahan tersebut. Selain itu perlu diingatkan juga mengenai pentingnya memperhatikan container yang terletak di luar rumah dan mewaspadainya sebagai tempat yang potensial untuk perindukan nyamuk Aedes sp.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue. Edisi ke-2. Surabaya:Airlangga University Press;2006.

2. Suhendro, Naimggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Dalam:Sudaya EW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Internal Publishing;2009.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:Depkes RI;2009.

4. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Situasi Kasus Demam Berdarah Dengue. Jakarta;2010.

5. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kota Administrasi Jakarta Pusat. Data Kasus Demam

Berdarah di Jakarta Pusat tahun 2009. Diunduh dari

http://kesmas.pusat.jakarta.go.id/statistik/d/99/. Diakses 29 April 2013.

6. Sukowati S. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Dalam : Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2. Jakarta;2010.

7. Rosana M. Hubungan antara Keberadaan Larva Aedes sp dengan Lokasi container di Paseban Barat, Jakarta Pusat setelah Penyuluhan Kesehatan DBD [skripsi]. Jakarta:FKUI;2010.

8. Wahyono TYM, Haryanto B, Mulyono S, Adiwibowo A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah dan Upaya Penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Dalam : Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2. Jakarta;2010.

(19)

9. New York State Department of Health. Dengue fever (Breakbone Fever, Dengue Haemorrhagic Fever). New York;2006.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Ae.

aegypti Sangat Penting Diketahui dalam Melakukan Kegiatan PSN Termasuk Pemantauan

Larva secara Berkala. Dalam:Buletin Harian. Jakarta;2004.

11. Sungkar S. Demam Berdarah Dengue. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta;2002.

12. Florida Medical Entomology Laboratory. Diunduh dari http://fmel.ifas.ufl.edu/key/. Diakses 30 April 2013.

13. Sungkar S. Pemberantasan Demam Berdarah: Sebuah Tantangan yang Harus Dijawab. Disampaikan dalam pidato pengukuhan guru besar tetap FKUI. Jakarta: FKUI;2007. 14. Chareonviriyaphap T, Akratanakul P, Nettanomsak S, Huntamai S. Larva Habitats and

Distribution Patterns of Aedes aegypti (linnaeus) and Aedes albopictus (skuse), in Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2003;34(3):529-35.

15. Wahyudi RI, Ginanjar P, Saraswati LD. Pengamatan Keberadaan Jentik Aedes sp pada

Tempat Perkembangbiakkan dan PSN DBD di Kelurahan Ketapang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 2. Semarang;2013.

16. Salim M, Febriyanto. Survey Jentik Aedes aegypti di Desa Saung Naga Kab. Oku Tahun 2005, Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol.6 No. 2, 2007 : 602 -607.

17. Budiyanto A. Karakteristik Kontainer terhadap Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan Manusia. Volume 6 Nomor 1. 2012.

18. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan. Kunci identifikasi nyamuk Aedes. Ed 1. Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2008. p. 10,2.

19. Khim PC. Bionomics of Aedes aegypti and Aedes alboictus in Relation to Dengue Incidence on Penang Island and The Application of Sequential Sampling in The Control of Dengue Vectors [thesis]. Penang: Universiti Sains Malaysia;2007.

20. Raini M. Kualitas fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Tahun 1999-2001. Med Litbang Kes;2004.

Gambar

Gambar 2.5. Siklus hidup Ae.aegypti 1
Tabel 4.1. Sebaran Larva Aedes sp. pada Container luar rumah di RW 03 Kelurahan Cempaka  Putih Barat
Tabel 4.2. Sebaran Larva Aedes sp. pada Container luar rumah di RW 07 Kelurahan Cempaka  Putih Barat
Tabel 4.3. Sebaran Jenis Container luar rumah di RW 03 dan RW 07  Kelurahan Cempaka Putih Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan

1. Penggunaan benih varietas unggul dapat mendukung upaya peningkatan produksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa benih padi ketan yang umum digunkan oleh

Jenis alat yang dibuat adalah Power Supply menggunakan Sensor Arus ACS758 yang bertujuan untuk memberikan pengukuran arus yang tepat, sehingga diharapkan dengan

Keseruan keluarga Tunas Unggul ini juga dapat dilihat dari kesan-kesan yang disampaikan beberapa perwaki- lan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan Malaysia National Children’s

Salah satu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel- variabel pengamatan yang cukup banyak adalah dengan menggunakan Principal Component Regression

Seperti telah diterangkan dimuka, ada dua macam kekuatan yang bisa menyebabkan peristiwa keluar rel, yaitu yang pertama ialah gaya yang menimbulkan momen guling

Pada kawasan Talang Semut ini ruang terbuka merupakan salah satu elemen fisik pembentuk pola ruang kota yang merupakan bagian dari pembentukan pola ruang

Sindrom nefrotik merupakan salah satu faktor risiko kejadian PGK yang sering terjadi Tujuan : Mengetahui karakteristik faktor risiko kejadian penyakit ginjal kronik pada sindrom