• Tidak ada hasil yang ditemukan

Novy Rachma Herawati Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Novy Rachma Herawati Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/Per/M.KUKM/IX/2015 SEBAGAI UPAYA

PEMERINTAH MENGEMBALIKAN KEJAYAAN PETANI

Novy Rachma Herawati

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun Email :novyrachma.herawati87@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the efforts made by the Government to restore the glory of Farmers. Regulation of the Minister of Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia Number 25 / Per / M.KUKM / IX / 2015 talking about the revitalization of cooperatives that are believed to restore the glory of farmers. Revitalization Cooperative is a series of activities organized by the Cooperative in the strive for Cooperative inactive into active Cooperative, and the Cooperative Cooperative Active become larger. Cooperative regarded as "pillars" of the National Economy as it has the nature of cooperation and help for others whether members of the cooperative itself and the broader community. This is no exception by KUD (Koperasi Unit Desa) that the New Order era KUD is an arm of the government in delivering programs that are beneficial to farmers on food procurement, subsidies on fertilizer, seedlings are all provided by KUD. The scope Revitalization Cooperative members covering the field of reorganization, restructuring and repositioning efforts and capital KUD function is considered as one of the farmers' efforts to restore the glory.

Keywords:

KUD (Koperasi Unit Desa), Revitalization, Reorganization, Restructuring, Repositioning. PENDAHULUAN

Sejarah berdirinya KUD (Koperasi Unit Desa) dimulai pada Era tahun 1950-an dimana berkembang koperasi pertanian, koperasi desa, koperasi kopra, koperasi karet dan di Era tahun 1970-an kemudian disatukan menjadi Koperasi Unit Desa. Inpres No.4/1973 semakin memperkuat posisi KUD sebagai Koperasi Pertanian. Koperasi ini dianggap sebagai mitra petani artinya segala bentuk usaha pertanian, baik mulai dari pengadaan bibit, pupuk, dll dilayani oleh Koperasi Pertanian. Pada masa Pemerintahan Orde Baru

(1966-1998) masyarakat hanya mengenal dua jenis Koperasi yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) dan Non-KUD, bisa dikatakan KUD adalah salah satu jenis Koperasi tertua yang ada di Indonesia (Faisal, 2012). Tidak dapat dipungkiri pada masa Orde Baru Indonesia pernah mencapai swasembada pangan. Begitu besarnya peran Pemerintah dan bentuk pemerintahan yang top-down menjadikan KUD sebagai anak emas dan ibarat kata sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah dalam menjalankan program-program kepada para petani yang ada di tingkat pedesaan. Hal ini diperkuat dengan

(2)

keluarnya Inpres No.4/1984 sebagai pusat layanan kegiatan perekonomian di daerah pedesaan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program lintas sektoral.

Seiring dengan kejatuhan rezim Orde Baru maka kejayaan KUD semakin memudar. Inpres No.18/1998 mengisyaratkan bahwa KUD bukan lagi satu-satunya koperasi yang ada di tingkat pedesaan. Bersamaan dengan itu pula program pengadaan pangan, subsidi pupuk, tata niaga cengkeh dicabut oleh pemerintah dan semuanya diserahkan kepada pasar. KUD yang tidak siap secara mental mulai berjatuhan bahkan banyak diantaranya yang tinggal papan nama saja. Kondisi KUD yang bergeser peran bila pada zaman dulunya sebagai penyalur program-program pemerintah sekarang bergeser peran hanya menghimpun kelompok tani. KUD yang terbiasa mendapat program atau sumbangan dari pemerintah harus berjuang agar tetap bertahan dan tidak mati. Banyak hal yang dilakukan oleh KUD agar tetap bisa bertahan, diantaranya membuat unit simpan pinjam (USP), pembayaran listrik, sewa kendaran, penggilingan padi (RMU), penyediaan hewan ternak, dll. Persaingan usaha yang begitu ketat semakin memperberat posisi KUD ditambah lagi dengan lamanya terjebak dalam “zona nyaman” membuat KUD tidak mampu mengelola SDM maupun Modal yang dimiliki. Nampaknya hal inilah yang menggelitik Pemerintah untuk kembali mengangkat citra Koperasi untuk mengembalikan kejayaan Petani. Walaupun tidak dapat dipungkiri masa Orde Baru yang bersifat Top-Down (Instruktif ) dan hal itu sebenarnya tidak dapat dibenarkan tetapi mampu membuat KUD berjaya dan swasembada pangan bisa dicapai. Mekanisme pasar yang dianut seperti sekarang justru membuat KUD tidak dapat bertahan, ketika para petani siap-siap untuk

panen beras impor datang, sebaliknya saat memasuki masa tanam pupuk menghilang dari pasaran (www.possore.com, 21 Mei 2015). Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 25/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Revitalisasi Koperasi sebagai bentuk keseriusan pemerintah untuk mengangkat kembali Era Kejayaan KUD. Tujuan Revitalisasi (UU Nomor 25/Per/M.KUKM/IX/2015 Pasal 2) yaitu: a). Mendorong koperasi untuk menyadari sebagai badan hukum dan pelaku ekonomi harus sehat, kuat, mandiri dan tangguh serta berdaya saing, sehingga mampu menghimpun dan menggerakan potensi ekonomi, sosial dan budaya; b). Tumbuhnya pola pikir pelaku utama ekonomi sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi dengan dukungan dari internal maupun eksternal. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menyoroti Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 25/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Revitalisasi Koperasi yang dianggap mampu dan bisa untuk mengembalikan peran KUD sebagai mitra petani mencapai masa kejayaannya kembali.

PEMBAHASAN

Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali (kbbi.co.id, 28 Mei 2016). Revitalisasi Ko perasi adalah rangkaian kegiatan yang diseleng-garakan oleh Koperasi dalam mengupayakan agar Koperasi tidak aktif menjadi Koperasi aktif, dan Koperasi Aktif menjadi Koperasi yang lebih besar (Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 25/Per/M.KUKM/IX/2015 Pasal 1). Latar Belakang Revitalisasi ini adalah adanya Inpres No.18/1998 yang mengakibatkan menurunnya kegiatan usaha KUD, partisipasi anggota menjadi rendah, penjualan, pendapatan, aktifitas organisasi

(3)

Novy Rachma Herawati

dan citra koperasi menjadi terpuruk. Akibat-nya, lebih dari 9000 (sembilan ribu) unit KUD di seluruh Indonesia sebagian besar berhenti beroperasi (Faisal, 2012).

Revitalisasi sebagai Alternatif memajukan KUD

Revitalisasi diarahkan sebagai upaya untuk mempercepat dan menumbuhkembangkan kembali fungsi dari KUD dengan membangun kembali koperasi yang berdasarkan nilai, prinsip dasar dan juga jati diri koperasi untuk berkembang di lingkungan baru di era pasar bebas. Ruang Lingkup dari Revitalisasi KUD meliputi 4 (empat) unsur, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bidang kelembagaan b. Bidang Usaha

c. Bidang Keuangan

d. Bidang yang terkait dengan manfaat bagi anggota dan juga masyarakat.

Tujuan dilakukannya Revitalisasi diantara-nya adalah: a). Penguatan kelem bagaan dan usaha KUD supaya kuat, sehat, maju (modern) dan juga mandiri, b). Memperkokoh dan memantapkan kedudukan KUD sebagai wadah untuk menggali dan juga mengembangkan potensi ekonomi pedesaan, c). Meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas KUD, d). Meningkatkan penguasaan ekonomi pedesaan dengan mengikutsertakan masyarakat. Banyak upaya yang dilakukan untuk merevitalisasi KUD sayangnya tidak semua KUD dapat melakukan revitalisasi karena proses ini memerlukan biaya yag sangat tinggi. Bagi KUD yang memiliki skala bisnis yang banyak ditambah dengan modal yang tinggi, tentunya hal tersebut tidak akan menjadi halangan, tetapi bagi KUD yang hanya memiliki modal yang sedikit maka proses revitalisasi ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contohnya ada reorganisasi anggota, dengan cara memangkas anggota

yang tidak aktif salah satunya dikarenakan meninggal dunia, karena sifat keanggotaan koperasi yang melekat maka simpanan tidak bisa dipindah tangankan kepada ahli waris tetapi simpanan tersebut harus dikembalikan kepada ahli warisnya, otomatis hal-hal seperti inilah yang membutuhkan biaya yang banyak. KUD di Jawa Timur, sebuah Keberhasilan

Tahun 2012 Puskud (Pusat KUD) Jatim berkonsentrasi dalam melakukan revitalisasi KUD yang tersebar di hampir daerah Kota maupun Kabupaten. Awal tahun 2009 Puskud telah mampu menghidupkan kembali KUD-KUD di Jatim yang hampir “mati suri” sekitar 60% dari jumlah 702 KUD anggota dari Puskud (kominfo.jatimprov.go.id, 29 Mei 2016). Program revitalisasi KUD dilakukan secara bertahap, banyak upaya yang dilakukan agar KUD tetap bertahan dari persaingan pasar yang semakin ketat, diantaranya adalah melakukan kerja sama dengan Bank Bukopin melalui PPOB (Payment Point Online Bank). Melalui kerjasa sama ini Puskud Jatim beserta dengan KUD anggota menjadi vendor collection untuk menarik tagihan rekening listrik PLN di seluruh wilayah Jawa Timur. KUD yang dulunya tinggal papan nama dengan adanya program seperti ini mulai berbenah. Tetapi karena usaha tersebut menjanjikan banyak keuntungan akhirnya menarik usaha lainnya untuk mengembangkan bisnis yang sama, artinya orang perorangan bisa menjalankan bisnis yang sama untuk pembayaran listrik, telepon, speedy, dll.

Upaya lain yang dilakukan oleh Puskud Jatim diantaranya adalah mengembangkan USP (Unit Simpan Pinjam) terintegrasi jadi KUD yang tidak aktif oleh Puskud Jatim diberikan suntikan dana untuk program simpan pinjam. Pada waktu awal memulai program ini Puskud menyalurkan modal senilai Rp.100 juta untuk setiap KUD, dengan rasio bagi untung yaitu 70 %: 30%. Tetapi apabila KUD

(4)

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah berhasil meningkatkan besarnya modal yang

dimilikinya maka komposisi pembagian hasil

akan berubah yaitu 45% untuk Puskud Jatim dan 55% tercatat sebagai hak KUD (Faisal, 2012)

Kerangka Berfikir Revitalisasi KUD

EKOMAKS VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 2016 PERATURAN MENTERI… 63

berbenah. Tetapi karena usaha tersebut menjanjikan banyak keuntungan akhir-nya menarik usaha lainakhir-nya untuk mengembangkan bisnis yang sama, artinya orang perorangan bisa men-jalankan bisnis yang sama untuk pem-bayaran listrik, telepon, speedy, dll.

Upaya lain yang dilakukan oleh Puskud Jatim diantaranya adalah mengembangkan USP (Unit Simpan Pinjam) terintegrasi jadi KUD yang tidak aktif oleh Puskud Jatim diberikan

suntikan dana untuk program simpan pinjam. Pada waktu awal memulai program ini Puskud menyalurkan modal senilai Rp.100 juta untuk setiap KUD, dengan rasio bagi untung yaitu 70 %: 30%. Tetapi apabila KUD berhasil meningkatkan besarnya modal yang dimilikinya maka komposisi pembagian hasil akan berubah yaitu 45% untuk Puskud Jatim dan 55% tercatat sebagai hak KUD (Faisal, 2012)

Kerangka Berfikir Revitalisasi KUD

Berdasarkan kerangka berfikir yang ada di atas terlihat bahwa Revitalisasi KUD terbagi menjadi 2 (dua) aspek yaitu Aspek Internal KUD dan juga Aspek Eksternal KUD. Aspek Internal merupakan aspek yang berasal dari dalam KUD sendiri sedangkan aspek eksternal yaitu aspek yang berada dari luar diri KUD. Kedua aspek ini sangatlah penting dalam menjalankan Revitalisasi KUD untuk memperoleh KUD yang sehat dan juga berdaya saing.

Reorganisasi KUD sebagai upaya mencapai Organisasi KUD yang dinamis

Reorganisasi adalah penyusunan kembali struktur organisasi untuk mendapatkan struktur organisasi yang ideal agar tidak terdapat tumpang tindih peranan dalam organisasi. Seperti yang diketahui setiap KUD mempunyai struktur organisasi sendiri. Banyak sekali KUD yang belum menerapkan SKKNI (Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional) alhasil terjadi tumpang tindih peranan. Salah satu penyebabnya adalah SDM yang berada

Identifikasi Kinerja KUD Sasaran Revitalisasi Revitalisasi KUD

Strategi Hasil yang Dicapai a.Pemberdayaan KUD

yang belum layak dan belum bisa mengakses sumber daya ekonomi b. Pengembangan KUD yang sudah layak usaha tetapi belum

bisa mengakses

sumber daya ekonomi c. Penguatan KUD yang sudah layak usaha dan sudah bisa mengakses berbagai sumberdaya ekonomi tetapi belum memiliki jaringan usaha yang luas.

Aspek Internal KUD: a. Penguatan kelembagaan b. Permodalan/ pembiayaan c. Pengembangan usaha Aspek Eksternal KUD: Dukungan Stakeholder, BUMN/BUMD, Swasta,Kebiajakan Pemerintah Reorganisasi Restrukturisasi Modal Restrukturisasi Usaha Reposisi Fungsi KUD menjadi Koperasi yang organisasinya dinamis KUD menjadi koperasi yang memiliki core business yang terkait usaha anggota dan memiliki aset liquid KUD menjadi Koperasi yang mampu mendorong produktivitas

Berdasarkan kerangka berfikir yang ada di atas terlihat bahwa Revitalisasi KUD terbagi menjadi 2 (dua) aspek yaitu Aspek Internal KUD dan juga Aspek Eksternal KUD. Aspek Internal merupakan aspek yang berasal dari dalam KUD sendiri sedangkan aspek eksternal yaitu aspek yang berada dari luar diri KUD. Kedua aspek ini sangatlah penting dalam menjalankan Revitalisasi KUD untuk memperoleh KUD yang sehat dan juga berdaya saing.

Reorganisasi KUD sebagai upaya men-capai Organisasi KUD yang dinamis

Reorganisasi adalah penyusunan kembali struktur organisasi untuk mendapatkan struktur organisasi yang ideal agar tidak terdapat tumpang tindih peranan dalam organisasi. Seperti yang diketahui setiap KUD mempunyai struktur organisasi sendiri. Banyak sekali KUD yang belum menerapkan SKKNI (Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional)

alhasil terjadi tumpang tindih peranan. Salah satu penyebabnya adalah SDM yang berada di dalamnya masih sangat rendah, ditambah dengan latar belakang pendidikan masing-masing pengelola yang rendah, mayoritas lulusan SMK/SMA sederajat bahkan ada yang lulusan SMP. Banyak hal yang harus di revitalisasi terkait dengan organisasi KUD, diantaranya adalah peningkatan partisipasi anggota. Permasalahan yang ada di lapangan adalah reorganisasi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit bahkan sampai ratusan juta. Setiap orang yang ingin menjadi anggota KUD memiliki kewajiban untuk membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Beberapa kasus di KUD adalah banyaknya anggota yang tidak membayar simpanan wajib ditambah diantaranya adalah meninggal dunia. Otomatis anggota yang tidak aktif seperti ini harus ditata kembali, salah satunya adalah dengan mengembalikan simpanan

(5)

Novy Rachma Herawati

mereka. Sifat keanggotaan koperasi yang melekat dan tidak bisa dipindah tangankan kepada keluarga atau ahli waris tentunya membuat KUD harus mengeluarkan biaya yang banyak dan ini hanya bisa dilakukan oleh KUD yang sudah besar dan memiliki omset yang tinggi. Kurangnya pengetahuan mereka akan Revitalisasi membuat banyak KUD tidak melakukannya, salah satunya terkendala masalah pengetahuan yang masih sangat rendah. Seperti yang kita tahu saat ini banyak KUD yang bangunannya buruk, sistem pekerjaan yang asal-asalan dan banyak dikerjakan secara tidak profesional. Perlu pendampingan secara terus-menerus baik dari Pemerintah, maupun para stakeholder. Restrukturisasi Usaha dan Modal KUD bentuk peningkatan produktivitas

Restrukturisasi merupakan upaya per-baikan terhadap usaha yang dimiliki dan setiap KUD memiliki usaha yang berbeda dengan KUD lainnya. Unit Usaha yang dimiliki diantaranya adalah Unit Simpan Pinjam, Penggilingan Padi (Rice Milling Unit), Saprodi Pertanian, Pertokoan, Penyewaan Kendaraan (Rental), dll. Tidak kesemuanya usaha yang dimiliki oleh KUD mendatangkan hasil, sebagai contoh adalah RMU (Rice Milling Unit) atau penggilingan padi yang semakin lama mengalami kerugian, hal ini dikarenakan banyaknya penggilingan padi keliling, tentu ini memudahkan setiap orang untuk menggilingkan padinya apalagi di daerah pedesaan yang mayoritas petani ditambah lagi dengan standar beras yang ditetapkan oleh Bulog yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak KUD. Upaya restrukturisasi usaha yang dilakukan salah satunya adalah menyewakan tempat RMU kepada pihak lain, untuk menutup kerugian. Penataan ulang aset-aset KUD yang kurang produktif menjadi lebih produktif tentunya penting, untuk mendapatkan aset likuid. Apabila penataan

usaha tidak dilakukan maka KUD akan mengalami kerugian secara terus–menerus. Anggota KUD rata-rata adalah para Kelompok Tani. Sementara itu KUD banyak menyediakan kebutuhan para petani diantaranya adalah obat-obat pertanian dan RMU, banyak diantaranya yang berhasil dengan usaha ini. Upaya pemerintah menggiatkan KUD tidaklah main-main, Revitalisasi dilakukan di 4 (empat) bidang dan diharapkan dengan Revitalisasi ini KUD yang berada di tiap Kecamatan kembali dapat bertumbuh dan menjadi pendamping para petani. Bila dulu KUD dapat dan ditunjuk sebagai distributor resmi Pupuk sekarang semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar, hal-hal seperti inilah yang harus dibenahi, Pemerintah tentunya harus bisa mengembalikan andil dari KUD.

Reposisi Fungsi KUD dalam menghadapi perkembangan zaman

Image KUD yang tua, kuno, bangunan lusuh dan tidak berkembang harus mulai dirubah. KUD harus kembali diposisikan atau dikembalikan Era Kejayaannya. Reposisi adalah upaya merubah posisi KUD yang stagnan menjadi KUD yang lebih mengikuti perkembangan masyarakat (Tambunan, 2006). Perkembangan masyarakat yang begitu cepat memang menjadi kendala bagi KUD, hal ini dikarenakan faktor SDM yang kurang berkualitas. Banyaknya pengelola KUD yang kurang profesional dalam mengelola lembaga, menjadikan posisi KUD semakin terpuruk. Kesan lusuh, tidak update menjadi semakin ketara. Bila hal ini dibiarkan maka semakin lama akan menjadikan posisi KUD semakin tidak potensial dan lama-kelamaan akan mati. Bila dikaji lebih dalam, seharusnya KUD memiliki potensi untuk bisa maju dan berkembang mengingat mereka pernah mengalami masa kejayaan. Penyaluran pupuk, bibit pertanian, obat-obatan sudah waktunya dikembalikan lagi kepada KUD, selain itu perlu

(6)

adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini. Apabila diserahkan sepenuhnya oleh mekanisme pasar bisa dipastikan KUD akan mati dan tidak dapat berjalan lama. Oleh sebab itulah perlu kembali pada nilai dan juga prinsip-prinsip Koperasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengembalian kejayaan KUD harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesi-nambungan. Reformasi yang manawarkan banyak perubahan, dirasa sudah terlalu jauh membuat KUD kehilangan fungsinya sebagai pengontrol Ketahanan Pangan Nasional. Untuk itu terdapat upaya-upaya yang harus dilakukan oleh KUD, diantaranya adalah: a. Aspek Kelembagaan

1. Peningkatan perkuatan organisasi; 2. Peningkatan kemampuan manajerial dan

mutu SDM;

3. Perbaikan manajemen koperasi dan penyelenggaraan RAT;

4. Peningkatan partisipasi dan loyalitas ke-anggotaan.

b. Aspek Usaha

1. Adanya pemisahan antara unit usaha sektor riil dan keuangan, hal ini perlu mengingat unit usaha di KUD bermacam-macam;

2. Peningkatan dan perkuatan jaringan usaha;

3. Peningkatan pelayanan usaha pada anggota.

c. Aspek Kelembagaan

1. Pelaksanaan RAT & RAP tepat waktu; 2. Mendorong restrukturisasi anggota yang

berpartisipasi aktif;

3. Mendorong KUD agar menjadi distributor & pengecer pupuk koperasi.

d. Aspek Usaha

1. Pelayanan usaha kepada anggota;

2. Menciptakan usaha yang berkaitan dengan usaha PPOB maupun USP-Ter-integrasi;

3. Mengembangkan usaha inti dan usaha pendukung.

e. Aspek SDM

Mendirikan LDP (Lembaga Diklat Profesi) untuk meningkatkan kemampuan SDM Pengurus dan Pengelola KUD agar menjadi handal dan profesional dalam mengelola Koperasi

Saran

Revitalisasi KUD tidak akan berjalan selama SDM yang dipunyai tidak mumpuni, pelatihan dan pendampingan harus dilakukan secara terus-menerus baik oleh Pemerintah maupun dinas terkait. Apabila SDM yang dipunyai tidak cakap tentunya Revitalisasi hanyalah sebatas program yang lama kelamaan akan hilang dan tidak terdengar gaungnya lagi. Kebanyakan kekurangan yang dihadapi oleh Koperasi pada umumnya adalah keterbatasan akses informasi dan juga rendahnya SDM yang dimiliki. Perlu adanya campur tangan dari berbagai pihak seperti Dinas Koperasi dan UMKM, maupun dari Kementrian dalam mensukseskan Revitalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Komunikasi & Informatika Pemerintah Provinsi Jawa Timur (2012). “ Puskud Jatim Tingkatkan Revitalisasi KUD.” http://kominfo.jatimprov.go.id/read/ umum/30681. Diakses 29 Mei 2016. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil & Menengah

Provinsi Jawa Timur (2015). Himpunan Peraturan Perkoperasian Jilid 2. Surabaya: Bidang Kelembagaan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil & Menengah.

http://kbbi.web.id/revitalisasi. Diakses terakhir 28 April 2016.

(7)

Novy Rachma Herawati

Kementrian Koperasi dan UMKM (2015). Modul Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Jakarta : Bidang Kelembagaan Kementrian Koperasi dan UMKM.

Permen No.25/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Revitalisasi Koperasi

Rudi, Faisal (2012). Revitalisasi KUD, Meng-angkat Kembali Peran Ekonomi Petani di Tengah Himpitan Pasar Bebas. Infokop Volume 20-Juni 2012: 16-30.

Tambunan, Togap (2006). Pola Restrukturisasi Usaha Pertanian dan Usaha Kecil Pedesaan Serta Implementasinya Terhadap Reposisi Kelembagaan Koperasi. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I-2006. Tety (2015).“Revitalisasi KUD dapat kem-balikan kejayaan KUD” http://possore. com/2015/05/21/revitalisasi-kud-dapat-kembalikan-kejayaan-koperasi/. Diakses 22 Mei 2016.

Referensi

Dokumen terkait