• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh pecandu/keluarga untuk mengakses rehabilitasi. Harus diassesmen oleh seorang ahli, surat dari dokter, harus bayar dan biaya sangat mahal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "oleh pecandu/keluarga untuk mengakses rehabilitasi. Harus diassesmen oleh seorang ahli, surat dari dokter, harus bayar dan biaya sangat mahal."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

REKAM PROSES & REKAM PROSES & REKAM PROSES &

REKAM PROSES & NOTULENSINOTULENSINOTULENSINOTULENSI DISKUSI

DISKUSI DISKUSI

DISKUSI LECTURE SERIES “LECTURE SERIES “LECTURE SERIES “LECTURE SERIES “IMPLEMENTASI IPWL MENURUT PERSPEKTIF PECANDUIMPLEMENTASI IPWL MENURUT PERSPEKTIF PECANDUIMPLEMENTASI IPWL MENURUT PERSPEKTIF PECANDUIMPLEMENTASI IPWL MENURUT PERSPEKTIF PECANDU”””” Atma Jaya, 1 November 2012

Atma Jaya, 1 November 2012 Atma Jaya, 1 November 2012 Atma Jaya, 1 November 2012

Pusat Penelitian HIV AIDS (PPH) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Korban Napza Pusat Penelitian HIV AIDS (PPH) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Korban Napza Pusat Penelitian HIV AIDS (PPH) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Korban Napza Pusat Penelitian HIV AIDS (PPH) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Korban Napza (FORKON)

(FORKON) (FORKON) (FORKON)

Diskusi Lecture Series bulan Oktober tetapi diselenggarakan di awal November ini merupakan kerjasama PPH dengan FORKON dan mengambil tema tentang pelaksanaan atau implementasi wajib lapor di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) menurut perspektif pecandu sendiri. Kegiatan ini didanai oleh AUSAid melalui UNODC, sedangkan kerjasama antara PPH dan FORKON berupa pembagian peran, dimana FORKON yang merekomendasikan para narasumber dan peserta diskusi, sedangkan PPH mendukung secara administratif dan tempat penyelenggaraan. Diskusi ini berlangsung setengah hari pada hari Kamis, 1 November 2012 di Gedung G lantai 2 Ruang Arinze UAJ.

Peserta yang menghadiri pertemuan ini berjumlah orangm yang berasal dari anggota komunitas, LSM, LBH Masyarakat, Polres, Puskesmas, RSKO, IKAI, PBHI, HCPI dan mahasiswa FH UAJ.

Acara diskusi dimulai pada pukul 10.00 WIB oleh M.C. dari FORKON.

Diawali dengan kata sambutan dan pembukaan dari Kepala PPH Unika Atma Jaya, Siradj Okta, S.H., L.LM, pukul. 10.00 WIB, setelah itu acara diserahkan pada moderator Bp. Simplexius Asa.

Pengantar dari Moderator:

Pecandu wajib direhabilitasi dan didahului oleh wajib lapor ke institusi wajib lapor. Perkenalan panelis dan meminta mereka nanti untuk memaparkan atau menceritakan kondisi di lapangan sesuai komunitas mereka, secara berurutan, yaitu dimulai dari Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI), Jaringan Metadon Indonesia (JIMI), LSM HR STIGMA, Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Pecandu Buprenorphine dan Forum Korban Napza (FORKON). Masing-masing diberikan waktu 15 menit untuk dapat mempresentasikan apa yang ingin disampaikan terkait dengan IPWL. (semua narasumber tidak memaparkan materi lewat powerpoint, tetapi berbentuk sharing).

PKNI: Ferri Zul

Menjelaskan sekilas tentang PKNI. PKNI adalah sebuah tempat dimana pecandu bisa menyuarakan apa yang bisa disampaikan sebagai aspirasi pecandu. Visinya adalah:

(2)

pengguna napza yang berdaya. PKNI mempunyai 24 keanggotaan keterwakilan daerah dari 18 Provinsi. PKNI melakukan pemantauan IPWL di daerah-daerah, sehingga diharapkan IPWL dapat berjalan dengan baik. IPWL gagal di Amerika, Singapore, dan Malaysia. Di Indonesia belum bisa dibilang gagal, karena IPWL di Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Karena pendekatannya adalah secara medis atau melalui kesehatan. Wajib Lapor belum memberikan manfaat hukum, tetapi bisa mendapatkan manfaat kesehatan. Pecandu tahu kemana untuk mengobati kecanduannya. Manfaat wajib lapor adalah mendekatkan pecandu ke layanan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah wajib lapor = rehabilitasi? Apakah sama dengan yang dilakukan BNN? Apakah bisa dilakukan rawat jalan? Karena ini berkaitan dengan pecandu yang masih bekerja dan mempunyai keluarga.

PKNI menyarankan proses asesmen dalam wajib lapor melibatkan pecandu yang sudah berhenti, seperti IKAI.

Jumlah pecandu tidak sesuai dengan jumlah wajib lapor. PKNI merekomendasikan perlunya ada reward bagi pecandu yang sudah melakukan wajib lapor.

JIMI : Ade Blonde

Jaringan Metadon Indonesia adalah sebagai wadah bagi komunitas peserta metadon untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan saling menguatkan. Menjelaskan bahwa saat ini sudah ada 78 klinik metadon di Indonesia. Jaringan Metadon Indonesia adalah jaringan pemberdayaan kelompok sebaya yang berada di klinik TRM, termasuk didalamnya adalah produktivitas. Untuk IPWL, IPWL sudah cukup tersosialisasi walaupun belum maksimal. Untuk akses IPWL bagi jaringan metadon, cukup terlaksana, walaupun masih ada kekurangan kartu wajib lapor yang dikeluarkan oleh institusi wajib lapor. Belum semua titik IPWL mengeluarkan kartu IPWL yang berbeda-beda, harapannya kartu IPWL bisa seragam secara nasional. Cara melakukan wajib lapor menurut komunitas metadon, yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan psikis. Akan tetapi beberapa tidak dijalankan, seperti pemeriksaan fisik dan psikis. Dan tidak semuanya mendapatkan kartu. Di DKI belum semua pecandu yang sudah mengikuti assesmen menerima kartu. Banyak pecandu/komunitas metadon di daerah belum memahami tentang IPWL.

Menurut komunitas metadon, yang sudah akses IPWL dan mempunyai kartu wajib lapor adalah menganggap kartu tsb sebagai kartu sakti, bahwa jika membawa BB bisa bebas. Peserta IPWL saat bersinggungan dengan hukum, masih tetap dipidana walapun BB masih sesuai dengan standar yang ada. Belum dijadikan acuan oleh Polisi.

Akan tetapi juga ada yang beranggapan, “Gue udah lapor diri, tapi masih dipidana...?” Kenapa harus lapor diri jika nanti akan didata BNN. Setelah lapor diri adakah alternatif rehabilitasi? Menurut Peraturan kepala BNN No.2 th 2011: syarat yang harus dipenuhi

(3)

oleh pecandu/keluarga untuk mengakses rehabilitasi. Harus diassesmen oleh seorang ahli, surat dari dokter, harus bayar dan biaya sangat mahal.

Pertanyaan lain yang muncul adalah, apa sih tujuan dari IPWL dan bagaimana implementasinya? Apakah untuk data saja? Dan bagaimana penerapannya?

STIGMA : Ade Suryan

STIGMA tidak setuju dengan IPWL dalam UU Narkotika. Menginginkan agar semua pecandu bisa mengakses layanan kesehatan dan bisa mengontrol kebijakan pemerintah. Saat ini masih galau dalam menanggapi IPWL. Sebelum UU narkotika disahkan, Stigma sudah menolak IPWL ini. Menurut Yana, Jumlah pecandu lebih dari 3 juta orang, namun fasilitas layanan yang tersedia hanya bisa menampung 10.000 orang pecandu setiap tahunnya. Jadi perlu 100 tahun lagi untuk dapat menampung semua pecandu yang ada saat ini.

Lapor Diri dimaknai sebagai “menyerahkan diri”. Wajib Lapor hanya dilakukan oleh yang mengalami kecanduan. IPWL yang mempunyai wewenang untuk menentukan status seseorang itu sebagai pecandu atau bukan. Tetapi ada institusi yang belum siap sebagai IPWL. Saat ini implementasi PP Wajib Lapor ini baru menyentuh pecandu heroin, tidak menyentuh pecandu jenis napza yang lain, seperti amfetamin, ganja, dll.

Perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pecandu.

Wajib Lapor adalah otonomi daerah, sehingga bisa dianggarkan oleh Pemerintahan Kota masing-masing daerah.

LGN : Dhira

Menjelaskan sekilas tentang LGN. LGN didirikan untuk mengupayakan bagaimana tanaman ganja menjadi bermanfaat di Indonesia, terutama untuk bidang medis.

LGN sangat tidak mendukung IPWL dan turunannya.

Karena ganja masuk dalam kategori narkotika golongan III, maka yang menggunakan ganja menurut PP wajib lapor harus melapotkan diri. Padahal menurut komunitasnya, ganja tidak menyebabkan seseorang itu kecanduan atau menjadi pecandu. Jadi LGN tidak setuju jika pengguna ganja disebut pecandu.

(4)

Menurutnya, dirinya dan teman-teman sesama pengguna Buprenorpin di wilayah Jakarta Selatan, belum mengetahui tentang informasi PP wajib Lapor dan IPWL. Biarpun tidak mengetahui apa itu IPWL, Vicky merasa penting IPWL tersebut.

FORKON : Herru Pribadi

Merasa adanya ancaman kriminalisasi bagi pecandu narkotika. Pecandu yang wajib lapor di IPWL pada proses peradilan, merujuk pasal 55 UU narkotika. Forkon minta supaya pecandu yang ditahanan Polres dimasukkan ke rehabilitasi.

Forkon merasa ada motif dibalik IPWL, seperti ada proyek didalam proyek.

Kepolisian menurut Forkon, sudah tidak lagi berada di pencegahan. Kegiatan pencegahan banyak dipegang oleh BNN. Inginnya Forkon, IPWL tidak hanya tertulis tetapi adanya keharmonisan diantara departemen-departemen yang lain yang terkait. Sehingga tidak ada ego sektoral yang bisa membuat hak pecandu menjadi hilang. Upaya rehabilitasi harus menjadi wawasan kewenangan dari Hakim.

Moderator memberikan beberapa rekomendasi dan kesimpulan awal yang diambilnya dari keenam narasumber, sbb:

• Setuju dengan IPWL dengan beberapa catatan • Perlu Monev yang kontinyu

• Jangan memberikan beban pada pecandu

• Apakah Wajib Lapor sebagai alat untuk membuat pecandu keluar dari persembunyian dan kemudian mudah untuk ditangkap

• Komunitas belum tertarik untuk melaporkan diri

• Yang sudah melaporkan diri tidak bisa menjelaskan apa manfaat yang sudah diberikan dari IPWL

• Yang dirugikan dari IPWL ini adalah komunitas. Belum ada laporan bahwa kepolisian atau hakim yang merasa dirugikan dari IPWL ini.

• Tolak kriminalisasi, pecandu diidentikkan dengan hukum.

Diskusi Tanya Jawab : Diskusi Tanya Jawab : Diskusi Tanya Jawab : Diskusi Tanya Jawab :

1. Pertanyaan dari Bambang FORKON : apakah pecandu harus wajib lapor? Bagaimana jika tidak berjalan?

Jawaban:

PKNI : wajib lapor gagal.

JIMI : mengawal pelaksanaan IPWL. Mudah-mudahan IPWL dapat dilaksanakan.

Stigma: tolak IPWL dan UU Narkotika karena banyak masyarakat yang dirugikan. Salah satu kesalahan UU adalah IPWL. IPWL hanya ada di setiap PKM. PKM adalah pelaksana

(5)

dari pemerintah daerah, berapa anggaran yang hanya diberikan untuk layanan tersebut. Orang sakit punya hak, mau berobat atau tidak.

Bambang (Forkon) melanjutkan, bahwa ada 2 orang pecandu yang ditangkap. Sudah habis 2 juta yang dikeluarkan untuk asesmen. Tetapi tetap vonis mendekam 5 tahun.

LGN : perlu diperbaiki.

FORKON : di IPWL ada kekosongan perbedaan perlakuan, tidak ada perbedaan antara pecandu dan BD jika seseorang adalah pemakai.

2. Pertanyaan dari LBH

Bagaimana memberantas penyalahgunaan narkotika, karena di tahun 2013 dana akan mengecil. Apa manfaat dari wajib lapor? Apa yang diharapkan manfaat yang didapat dari wajib lapor?

Jawaban :

PKNI : sharing, ada 2 orang pecandu yang tidak pernah kenal hukum, waktu ia menjadi pecandu.

JIMI : belum ada manfaat yang berarti. FORKON :

3. Statemen dari Inang W (KPAN) : setuju dengan Dhira, bahwa harus dikoreksi IPWL/ PP wajib lapor. Ia juga memberitahu bahwa Kompolnas meminta kepadanya data mengenai bentuk-bentuk kekerasan yang diterima pecandu seperti penjebakan dll. Ia akan mengajak LGN dan Forkon untuk diskusi.

Mediator : komunitas banyak menolak wajib lapor dan perlu justifikasi yang jelas secara akademisi. Perlu kita ketahui bahwa IPWL sudah berjalan 2 tahun sejak diputuskan. Perlu arah implementasi wajib lapor ke arah yang signifikan.

Pembacaan rekomendasi oleh Raportur.

Referensi

Dokumen terkait

5% artinya bahwa tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan upah minimum provinsi secara bersamasama mempunyai pengaruh

Kesimpulannya, Ujian Bacaan Teks Bahasa Melayu Perkataan Berkait Universiti Kebangsaan Malaysia ini boleh digunapakai untuk menilai prestasi membaca iaitu kelajuan membaca dan

Dari paparan tersebut dapat dirumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana program pembiasaan yang dilakukan SD IT Insan Utama dalam mendidik dan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Kompetensi Manajemen Kepala Ruang Rawat Inap dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan di RSUD Sungailiat Bangka dengan

Faktor kompos TKKS pada dosis 75 g/polybag terhadap kedua media tanah menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan pada dosis 25 dan 50 g/polybag berpengaruh nyata

is take “the floor” mostly is the host of the talk show, and CS2TNS rule occurs when the current speaker selects the next speaker, it controls the way of

Pernyataan batalnya perikatan-perikatan berdasarkan ketidakcakapan orang-orang tersebut dalam Pasal 1330, mengakibatkan pulihnya barang-barang dan orang-orang yang bersangkutan

Metode IRAP ( Integrated Rural Accesbility Planning ) merupakan alat atau metode yang digunakan dalam proses idintifikasi dalam prioritas perencanaan kebutuhan