• Tidak ada hasil yang ditemukan

NDT(DWDV)_ARIFAH.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NDT(DWDV)_ARIFAH.docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI TAK RUSAK

UJI TAK RUSAK

SUMBER RADIASI SINAR-X

SUMBER RADIASI SINAR-X

(TEKNIK DWDV)

(TEKNIK DWDV)

DISUSUN OLEH

DISUSUN OLEH

 NAMA

 NAMA

: SITI NUR ARIFAH

: SITI NUR ARIFAH

 NIM

 NIM

: 011500427

: 011500427

PRODI

PRODI

:

: TEKNOKIMIA

TEKNOKIMIA NUKLIR

NUKLIR

JURUSAN

JURUSAN

:

: D4-TEKNOKIMIA

D4-TEKNOKIMIA NUKLIR

NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018

2018

(2)

UJI RADIOGRAFI PIPA UJI RADIOGRAFI PIPA

TEKNIK DWDV TEKNIK DWDV

SUMBER RADIASI PESAWAT Sinar-X RIGAKU SUMBER RADIASI PESAWAT Sinar-X RIGAKU

I.

I. TUJUANTUJUAN 1.

1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti persyaratan Teknik DWDV dalam UjiMahasiswa dapat memahami dan mengerti persyaratan Teknik DWDV dalam Uji Tak Rusak Radiografi dengan pesawat Sinar-X.

Tak Rusak Radiografi dengan pesawat Sinar-X. 2.

2. Mahasiswa melakukan pengukuran, perhitungan sampai diperoleh data kV, mA,Mahasiswa melakukan pengukuran, perhitungan sampai diperoleh data kV, mA, waktu dan penentu

waktu dan penentuan penetrameter sesuai dengan Standar Aan penetrameter sesuai dengan Standar ASME V. SME V. .. 3.

3. Mahasiswa dapat melakukan setup benda uji dan pesawat Sinar-X sesuaiMahasiswa dapat melakukan setup benda uji dan pesawat Sinar-X sesuai  perhitungan .

 perhitungan . 4.

4. Mahasiswa mampu melakukan pemrosesan film radiografi dan interpretasi cacatMahasiswa mampu melakukan pemrosesan film radiografi dan interpretasi cacat  pada film.

 pada film.

II.

II. DASAR TEORIDASAR TEORI

Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x maupun sinar gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal maupun sinar gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal spot “f” menembus benda uji (speciment) dengan tebal ‘t’. Di dalam ben

spot “f” menembus benda uji (speciment) dengan tebal ‘t’. Di dalam benda uji, radiasida uji, radiasi akan terserap bervariasi tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian akan terserap bervariasi tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian yang

yang lebih tripis lebih tripis dan kerapatan dan kerapatan yang yang lebih kecil (contohlebih kecil (contoh  defect gas inclusion  defect gas inclusion) akan) akan menghasilkan akumulasi paparan yang ditransmisikan yang lebih banyak 

menghasilkan akumulasi paparan yang ditransmisikan yang lebih banyak  , , ApabilaApabila sinar yang yang melalui bagian tersebut sampi ke film radiografi, maka dengan reaksi sinar yang yang melalui bagian tersebut sampi ke film radiografi, maka dengan reaksi  photokimia,

 photokimia, bagian bagian bagian bagian ini ini akan akan menjadi menjadi lebih lebih hitam hitam dibanding dibanding bagianbagian sekelilingnya lihat Gambar 1.

sekelilingnya lihat Gambar 1.

Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan membentuk kekaburan atau penumbra ( unsharpness geometry, U

membentuk kekaburan atau penumbra ( unsharpness geometry, Ugg)., karena sinar)., karena sinar

yang datang bersifat divergen dan sumber radiasi tidak mungkin sebuah titik yang datang bersifat divergen dan sumber radiasi tidak mungkin sebuah titik (memiliki dimensi yang disebut ukuran focal-spot). Untuk memperksecil nilai Ug, (memiliki dimensi yang disebut ukuran focal-spot). Untuk memperksecil nilai Ug, maka jarak objek ke film dibuat sedekat mungkin (jika mungkin film dipasang maka jarak objek ke film dibuat sedekat mungkin (jika mungkin film dipasang menempel pada benda uji) lihat Gambar 2.

(3)

Skema proses radiografi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dengan film

Gambar 2. Ketidak jaman geometri (Ug)

(4)

Gambar 3 Perhitungan Ug

Perhitungan Nilai Ug pada Gambar 3, f (ukuran focal spot). SOD Source to Object Distance adalah Jarak sumber ke Obyek, d adalah jarak permukaan objek ke Film. Nilai d adalah tebal material untuk Teknik SWSV/DWSV, Sedangkan Untuk Teknik DWSV nilai d adalah Outside Diameter Pipa + tinggi reinforcement (tinggi lasan).

Film radiografi dikatakan mempunyai kualitas baik bila dapat mendeteksi cacat/no kawat penetrameter yang disyaratkan dalam standard ASME V atau lebih kecil sesuai dengan ketebalan materialnya. Kualitas atau Sensitifitas radiografi dinyatakan dalam % perbandingan kawat terkecil dengan tebal material uji dikalikan 100%.

Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan nomor  penetrameter yang digunakan bergantung dengan tebal benda uji, dan mengacu pada

Tabel T.276, dan T.233.2 Standar ASME V

Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure chart, hubungan antara mA-waktu terhadap tebal benda uji. Nilai tebal adalah ketebalan material yang ditembus radiasi.

(5)

III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Peralatan

1. Proteksi Radiasi

a. Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD  badge

 b. Surveymeter

c. Tanda radiasi dan tali kuning d. Long tang dan lembar timbal

2. Radiografi

a. Pesawat Sinar-X dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu tanda Radiasi)

 b. Penetrameter c. Sigmat

d. Fasilitas ruang gelap dan asesories ( densitometer, viewer )

3.2 Bahan

1. Film radiografi

2. Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air) 3. Benda uji (lasan pipa, plat).

IV. LANGKAH KERJA

4.1 Persiapan Sebelum Penyinaran:

1. Siapkan peralatan dan Bahan yang meliputi: - Benda Uji (Lasan Pipa) Carbon Steel; - Jangka Sorong;

- Masking kertas;

- Lead number dan huruf; - Penetrameter;

- Kalkulator;

- Tabel Penyinaran

2. Lakukan pengukuran dimensi benda uji meliputi: - Outside Diameter

- Inside diameter

- Tinggi reinforcement - Lebar Las

- Tebal 1 lasan ( tebal 1 sisi material + tinggi reinforcement) - Tebal 2 lasan ( tebal 2 sisi material + 2 x tinggi reinforcement)

(6)

-3. Lakukan perhitungan kV yang digunakan menurut standard IIW dengan Rumus:

kV = A + Bx dan mengacu pada Tabel 1.

Tabel 1. Konstanta untuk perhitungan kV mesin sinar X menurut standard IIW

Tebal (mm) Aluminium (Al) Carbon Steel

A B A B 0,5 < x < 5 5 < x < 50 20 40 5 1,5 40 75 10 4,5

 Nilai X adalah tebal material bahan dan lasan.

4. Hitunglah pergeseran sumber (P) untuk mendapatkan citra elip, dengan rumus:

 =

SFD

⊥  2 LL

…. (LL= Lebar Lasan)

5. Hitung SFD elip berdasarkan SFD tegak yang telah ditentukan dalam praktikum dan pergeseran sumber.

  = √  ⊥

 

6. Tentukan waktu penyinaran menurut grafik penyinaran berdasarkan material yang ditembus sinar-X (untuk Elip 2 tebal lasan) dilihat dalam tabel penyinaran.

(7)

Contoh Jika kV yang digunakan 140 maka bisa langsung dibaca pada grafik berdasar kan tebal material yang ditembus (2 lasan), atau dengan rumus:

Log Y=0,400434+ 0,063608 . X Waktu penyinaran (t) sesuai SFD grafik :

t  = Anti Log Y/ Arus Pesawat Sinar-X yang digunakan =

 .

 

… menit

7. Hitung waktu penyinaran SFD Posisi Elip:

 = (









)

 

….. menit

8. Tentukan Penetrameter yang digunakan berdasarkan tebal 1 lasan dan mengacu  pada Standar ASTM V Artikel 2, Tabel T.276, dan T.233.2 (untuk jenis kawat)

(8)

9. Pasang Identifkasi lokasi (sisi 90) dan identifikasi penyinaran (PX-nomor kelompok nomor Absen)

10. Pasang Penetrameter yang telah ditentukan pada langkah kerja no.8 pada sisi sumber (source-side) lihat gambar 4

Gambar 4 –  Penempatan Penetrameter (Penny) untuk teknik DWSV

4.2 Penyinaran

1. Siapkan peralatan proteksi radiasi sebelum melakukan set-up dan penyinaran 2. Periksa surveymeter yang akan digunakan: baterai, sertifikat dan kalibrasi,

hidupkan dan pelajari cara pemakaian dan pembacaan skalanya.

3. Gunakan Film Badge//Pocket dosimeter dan pastikan Peralatan berfungsi

dengan baik dan terkalibrasi, Baca dan catat dosis awal untuk pocket dosimeter. 4. Pasang Tali kuning, Tanda radiasi dan Lampu alarm.

5. Lakukan pencatatan kegiatan pengoperasian sinar-X pada log book operasi. 6. Lakukan perakitan pesawat sinar-X dengan control panelnya.

7. Lakukan Aging (pemanasan pesawat sinar-X) sesuai prosedur, sampai kV yang telah ditentukan dalam perhitungan.

8. Lakukan set up benda uji , Letakkan specimen pada posisi penyinaran

(SFDelip) yang telah ditentukan (untuk DWSV jangan lupa lakukan pergesaran  benda uji sesuai perhitungan), dan pemasangan huruf B dibalik Film harus

(9)

9. Periksa sekali lagi dan pastikan tidak terdapat seorangpun di daerah penyinaran. Atur tegangan, arus tabung dan timer sesuai dengan perhitungan.

10. Nyalakan pesawat dengan memutar kunci operasi dan menekan tombol “ON”  pada control panel.

11. Lakukan proteksi radiasi saat penyinaran berlangsung dengan melakukan  pengukuran laju paparan di daerah pekerja (control panel) dan di sisi gedung

lab pesawat sinar-X (catat dalam log book operasi)

12. Putar kunci operasi pada posisi stanby /”lock” saat penyinaran telah selesai. 13. Ambil material Uji dan Film siap diproses untuk mendapatkan Citra Radiografi 14. Lakukan pendinginan pesawat sinar-X minimal sama dengan waktu penyinaran

terakhir dilakukan, jika akan digunakan untuk penyinaran selanjutnya.

15. Jika sudah selasai matikan pesawat sinar-X, lepas rakitan power dari control  panel dan rapikan seperti semula.

16. Baca pocket dosimeter dan catat, matikan survey-meter dan rapikan/kembalikan  peralatan proteksi radiasi pada tempatnya.

4.3 Proses dan Pembacaan Film

4.3.1 Pemasangan Film ( Loading Film)

1.  Nyalakan lampu penerang dan bersihkan ruangan proses film.

2. Siapkan Film Radiografi (masih dalam kemasan), Screen Film, kaset dan  plakban pada meja loading.

3. Pastikan kaset tidak rusak dan screen dalam kondisi bersih dan baik.

4. Atur dan ingat susunan peralatan tersebur (Film, Screen, kaset, plakban) sehingga mudah diambil dalam kondisi gelap.

5. Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight) 6. Biarkan mata menyesuaikan selama beberapa menit.

7. Keluarkan film dari kemaan dan amplop pembungkus, ambil selapis film. 8. Lepaskan kertas pengapit film pelan-pelan, ambil filmnya.

9. Tempatkan film diantara screen Pb (atas dan bawah), kemudian masukkan film yang ber-screen dalam kaset dengan mulut saling menutup.

10. Untuk mencegah kebocoran, lakban ujung kasetnya.

11. Tutup kembali amplop film dan masukkan dalam kemasan (kardusnya)

12. Nyalakan lampu penerang dan rapi dan bersihkan meja loading dari sampah, kertas dsbnya.

(10)

4.3.2 Pembongkaran Film ( Unloading Film) dan proses film

1. Bawa kaset film yang telah diradiografi ke ruang proses film. Nyalakan lampu  penerang ruang proses film.

2. Aduk larutan developer dan fixer (masing masing larutan punya pengaduk dan  jangan dicampur), kemudian ukur temperatur larutan developer.

3. Dengan suhu pengukuran, lihat dalam tabel waktu yang diperlukan untuk  pengembangan film dalam larutan developer.

4. Bersihkan tangan, Siapkan hanger kering pada meja loading dengan mulut bagian depan.

5. Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight). 6. Biarkan mata menyesuaikan seama beberapa menit.

7. Buka plakban penutup kaset film, keluarkan screen dan film dari kaset 8. Ambil film, pegang bagian tepi dan pasang pada hanger

9. Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses pengembangan film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi ( agitasi naik t urun). 10. Selesai waktu pengembangan, tiriskan sebentar kemudian masukkan dalam

stopbath untuk menghentikan prose pengembangan film, kira-kira setengah waktu di developer. Dalam stopbath agitasi tetap dilakukan.

11. Selesai waktu stopbath, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam fixer untuk  penetapan bayangan pada film, dengan waktu kira-kira 2 kali waktu developer, dan tetap dilakukan agitasi. Pada keadaan difixer, lampu penerangan boleh dinyalakan (bila ada yang sedang melakukan proses pengembangan, lampu jangan dinyalakan).

12. Selesai waktu fixer, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam air untuk  pencucian film.

13. Lakukan pencucian film dengan air kran, sambil digosok dengan jari sehingga film tidak licin (peret).

14. Bilas dengan drying agent, bila tidak tersedia dapat digubakan atr diberi sedikit sampo, kemudian dilakukan pengeringan.

(11)

4.3.3 Proses pencucian film

Waktu pencucian film ditentukan dengan grafik normal development berdasarkan suhu larutan developer. Adapun grafiknya sebagai berikut.

Suhu larutan developer (T) = 78 °F

Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan adalah selama 3,5 menit. . Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan pencuci adalah sebagai berikut :

Developer Stop Bath Fixer Washer

t t/2 2t t/2

4.3.4 Pembacaan Film

1. Siapkan viewer dan densitometer.

2.  Nyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.

3. Pasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan radiograp.

4. Amati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak dalam radiograf.

(12)

- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las, dan sekitar kawat terkecil yang nampak pada penetrameter sebagai densitas sekitar penetrameter (D p).

- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las diluar area penetrameter ambil yang tergelap sebagai Densitas maksimum (Dmax), dan Ambil yang paling terang sebagai Densitas minimum (Dmin)

- Base material (diluar lasan) sebagai densitas material

6. Lakukan perhitungan Variasi densitas maksimum dan minimumnya (VDmax dan VDmin)

VD Max:





= 





 



  100%





= ..…%

30 %,

 VD max tidak memenuhi persyaratan





= ⋯… .≤ 30 %,

 Sehingga VD max memenuhi persyaratan VD Min:





= 



   100%

 





=

⋯ % < 15 %,

VDmin Tidak Memenuhi persyaratan





 =

…… % > 15 %,

 VDmin memenuhi persyaratan

7. Baca jumlah kawat yang muncul pada penetrameter, apakah no kawat yang dipersyaratkan sudah memenuhi/belum? Hitung sensitivitasnya

Sensitifitas =



   

 x 100%

8. Hiung ug dan bandingkan dengan ug maksimum. Rumus ug = Unsharpness geometry (Ug):

U

g

= f 

SFD

s

∙ d

 d

9. Amati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya.

10. Bila pengamatan sudah selesai, Matikan densitometer, dan matikan viewer. V. Data Pengamatan

1. Material

Bahan : Besi Bentuk : Silinder

(13)

2. Pengukuran Sudut : 90o OD : 90,82 mm ID : 80,32 mm Tebal bahan : 5,25 mm Tinggi las :

,+,+,

= 2,413 mm

Lebar Las : 12,06 mm Tebal 1 las : 7,663 mm Tebal 2 las : 15,326 mm 3. Sumber Jenis : X –  Ray Merk : Rigaku Arus : 5 mA kV : 160 kV Focal Spot : 2 mm 4. Film Jenis : AGFA D7 Screen  Depan : 0,125 mm (Pb)  Belakang : 0,125 mm (Pb) 5. Pembacaan film

Perhitungan Densitas dan Sensitifitas Densitas material

(Dm)

Densitas penny (Dp)

Densitas las min (D las min)

Densitas las max (D las max)

2,59 1,58 1,00 2,23

3,02 1,41 0,80 2,23

2,68 1,82 1,42 2,32

(14)

VI. Perhitungan

1. Persiapan dan Pelaksanaan Proses Penyinaran Diketahui :

OD = 90,82 mm = 3,4783 inch

Karena OD < 3,5 inch, maka dilakukan teknik pengukuran  Double Wall Double Viewing  (DWDV).

a. Menentukan kV Penyinaran

Penentuan kV berdasarkan ketentuan IIW : kV = A + Bx

Keterangan :

A,B = konstanta (berdasarkan tebal, menurut jenis bahan) x = OD –  ID OD = 90,82 mm ID = 80,32 mm Maka, x =

2 × 

−

  

=

2 × 

,−,

 2,413 = 15,326 

Tabel 1. Konstanta untuk Besi

Tebal (mm)

Aluminium

(Al)

Besi (Fe)

A

B

A

B

0,5 < x < 5

5 < x < 50

20

40

5

1,5

40

75

10

4,5

kV = A + Bx = 75 + 4,5 (15,326) =

143,967 kV ≈ 160 

b. Menentukan Pergeseran Sumber (P)

(15)

 = 15580⍊2×12,06 =140,12 

c. Menentukan SFD Elips Berdasarkan SFD Tegak

  = √ ⍊

 

  = √ 580

140,12

  = 596,68 

d. Menentukan Waktu Penyinaran

Dari kurva penyinaran (Exposure Chart) di atas, maka untuk kV = 160 kV diperoleh persamaan : Log y = 0,055997x + 0,2871 Dimana, x = 15,326 mm Maka, Log y = 0,055997x + 0,2871 Log y = 0,055997(15,326) + 0,2871 Log y = 1,145 y = anti log 1,145 y = 13,974 mA.menit

Sehingga waktu Grafik =

, .

 

= 2,795 menit = 2,8 menit e. Waktu Penyinaran (Wp) Wp =

 

 

²

 × tp grafik =

, 

 

²

 × 2,8 menit = 2,7 menit f. Menentukan Penetrameter

(16)

Sehingga,

Penetrameter yang digunakan :

 Kawat  Source Side

2. Proses Pencucian Film

Waktu pencucian film ditentukan dengan grafik normal development berdasarkan suhu larutan developer.

Suhu larutan developer (T) = 26

=

× 26℃  32℉

(17)

Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan pada larutan developer adalah selama 3,5 menit. Namun di jadikan ke 5 menit.

Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan pencuci adalah sebagai berikut :

Developer : Stop Bath : Fixer : Washer

t : ½ t : 2t : ½ t

5 menit : 2,5 menit : 5 menit : 2,5 menit

3. Pembacaan Radiograph

Perhitungan Densitas dan Sensitifitas Dm rata-rata : 2,76 Dp rata-rata : 1,60 Dlas min rata-rata : 1,07 Dlas max rata-rata : 2,26

 Variasi densitas

 VDmax =

lasax− penny

penny

 x 100% =

,

-

 ,

,

 x 100% = 41,25%  VDmin =

in− 



 x 100% =

,

-

 ,

,

 x 100% = -33,125 %  Sensitifitas Sensitifitas =

  

 

 x 100% =

,

,

  100%

= 3,26 % Dari hasil perhitungan diperoleh :

(18)

VD minimum = -33,125% → VD minimum ≤ -15%

 Nilai Ug

Unsharpness geometry (Ug):

U

g

= f 

SFD

s

∙ d

 d

= 2 mm × 90,82

58090,82

= 0,371 mm

Material Thickness, in. (mm) Ug Maximum, in. (mm) Under 2 (50.8) 0.020 (0.51) 2 through 3 (50.8-76.2) 0.030 (0.76) Over 3 through 4 (76.2-101.6) 0.040 (1.02) Greater than 4 (101.6) 0.070 (1.78) T-285 Geometric Unsharpness Limitations

Berdasarkan percobaan, diperoleh Ug < Ug max (0,371 mm < 0,51 mm), maka nilai tersebut dikatakan dapat diterima.

Artifact  Porosity  Slug  Undercut  Tungsten  Excess

Dari keseluruhan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :

No. Parameter ASME V, Article Hasil Ket 1 Ug Max 0,02” (0,51 mm) 0,371 mm Diterima 2 Sensitivitas` Tidak lebih dari 20% 3,26 % Diterima 3 Variasi

densitas

-15% s/d +30% -33,125% s/d 41,25%

Ditolak

4 Artifact Tidak ada Ada Ditolak 5 Penetrameter No.6 set A, 3 kawat (4,5 dan 6) 3 kawat Diterima

(19)

VII. Pembahasan

Praktiukum ini bertujuan untuk membuat gambar radiografi besi las-lasan yang berbentuk plat dan pipa dengan hasil yang diharapkan sesuai standar, untuk menentukan lokasi cacat las dan untuk membuat radiografi benda uji yang mempunyai tebal ganda.

Aplikasi teknologi nuklir dalam bidang industri radiografi sebenarnya hampir mirip dengan pemakaian pesawat sinar-X pada bidang kedokteran, yaitu untuk melihat keadaan dalam tubuh manusia dengan cara di foto dengan sinar  –  X . Sedangkan dalam teknik radiografi yang di foto adalah benda atau obyek yang akan dilihat keadaan bagian dalamnya. Selain itu, pada bidang kedokteran energy  pesawat sinar-X yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan radiografi pada

industry karena obyek yang digunakan adalah manusia, sedangkan dalam radiografi industry obyek yang digunakan adalah logam.

Dalam praktikum Radiografi Industri ini praktikan melakukan 2 (dua)  praktikum sekaligus yakni teknik radiografi dengan sumber radiasi pesawat sinar-X

dan teknik radiografi proses dan pembacaan film.

Berdasarkan praktikum didapatkan nilai densitas film yang telah proses secara  berturut-turut densitas material rata-rata 2.76, densitas penny rata-rata 1,60,

densitas las minimal rata-rata 1,07, dan densitas las maksimal rata-rata 2,26.

Dari data tersebut selanjutnya dilakukan pengukuran variasi densitas seperti  pada perhitungan yang hasilnya adalah VDmax = 41,25 % dan VDmin =-33,125%. Itu artinya variasi densitasnya tidak memenuhi disebabkan karena rangenya terlalu  jauh sedangkan untuk variasi densitas rangenya adalah -15% s/d 30%. Selain itu  juga menghitung ketidak tajaman geometri atau Unsharpness geometry (Ug). Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Ug adalah sebesar 0.371 mm. Nilai ini memenuhi syarat, yakni Ug<Ugmax (0.371 mm < 0.51 mm).Setalah menghitung densitas langkah selanjutnya adalah menghitung sensitifitas, yakni dengan cara mengamati pada viewer jumlah kawat yang keluar pada penny. Pada film saya kawat yang keluar ada 3 sedangkan penny yang digunakan set A 3 kawat, itu artinya sensitifitasnya bagus atau terpenuhi. Karena kawat yang keluar 3, maka diameter kawat yang ke-3 tersebut menjadi acuan untuk perhitungan sensitifitas sesuai dengan perhitungan diatas. Diameter kawat ke-3 adalah 0,13 mm. sehingga sensitifitasnya 1,65%. Dari keseluruhan hasil tersebut diperoleh bahwa film hasil

(20)

radiografi tersebut tidak dapat diterima karena tidak memenuhi salah satu  persyaratan ASME V artikel 2, yakni terdapat artifact pada film hasil penembakan.

VIII. Kesimpulan

 No Parameter ASME V, Article 2 Hasil Keterangan 1 Ug Max 0.02” (0.51 mm) 0,371 mm Memenuhi 2 Sensitivitas < 20% 3,26 % Memenuhi 3 Densitas material 1.8 –  4 2,76 Memenuhi 4 Variasi densitas -15% s/d +30% -33,125% s/d 41,25% Tidak memenuhi

5 Artifact Tidak ada Ada Tidak memenuhi 6 Penetrameter No. 6 set A, 3 kawat(4,5 dan 6) 3 Kawat Memenuhi

IX. Daftar Pustaka

 Marjanto, Djoko. 2011. Petunjuk Praktikum Aplikasi Teknologi Nuklir “Radiografi Sinar - X”. Yogyakarta : STTN-BATAN.

 Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir “Proteksi Radiasi dan  Aplikasinya”. Yogyakarta : Andi Offset

 Mulyono,Tasih.2018.Uji Tak Tusak Sumber Radiasi Sinar-X(Teknik DWDV). Yogyakarta : STTN-BATAN

Gambar

Gambar 1.  Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dengan film
Gambar 3 Perhitungan Ug
Tabel 1.  Konstanta untuk perhitungan kV mesin sinar X menurut standard IIW
Gambar 4 –  Penempatan Penetrameter (Penny) untuk teknik DWSV
+2

Referensi

Dokumen terkait