• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN BERBASIS SELULOSA DARI ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICA) TERCANGKOK ASAM AKRILAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN BERBASIS SELULOSA DARI ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICA) TERCANGKOK ASAM AKRILAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

379

SINTESIS POLIMER SUPERABSORBEN BERBASIS SELULOSA DARI ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICA) TERCANGKOK ASAM AKRILAT

Sunardi1), Azidi Irwan1), Wiwin Tyas Istikowati2) 1

Prodi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

2

Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

e-mail: sunardialbanyumasi@gmail.com

Jakarta, 7 - 8 November 2013

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kajian perbandingan berat selulosa dari alang-alang (Imperata cylindrica) dengan berat asam akrilat terhadap karakteristik dari polimer superabsorben pada proses sintesis polimer superabsorben dengan proses kopolimerisasi cangkok. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh penambahan selulosa terhadap karakteristik dan kemampuan

mengembang/swelling polimer superabsorben yang dihasilkan. Karakterisasi polimer superabsorben yang diperoleh meliputi pengujian swelling polimer superabsorben dalam air, larutan urea 5% dan NaCl 0,15 M, pengujian retensi air, analisis perubahan gugus fungsi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan analisis kristalinitas menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Polimer superabsorben disintesis dengan variasi perbandingan berat selulosa sebesar 0, 3, 5, 10, 15, 20, dan 25% (b/b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa polimer superabsorben pada variasi perbandingan berat selulosa terhadap berat asam akrilat sebesar 5% memberikan serapan tertinggi sebesar 1395,00g/g dalam air, 1156,33 g/g dalam larutan urea 5%, dan 194,67 g/g dalam larutan NaCl 0,15 M.

(2)

380

I. PENDAHULUAN

Superabsorben adalah suatu istilah yang mencakup sejumlah jenis polimer yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi cairan ratusan kali hinggu ribuan kali dari berat

keringnya [1]. Penggunaan polimer

superabsorben sangat banyak diantaranya digunakan dalam pemisahan membran, sebagai

wadah penyimpan air untuk daerah

kering/pertanian [2], pembuatan kemasan barang

[3], dan popok bayi [4]. Umumnya

superabsorben dibuat dari polimer berbasis poli asam akrilat (PAA) yang mempunyai kelemahan dalam menyerap air dan mengembang (swelling) yang terbatas [5], tidak ramah lingkungan [6], dan harganya mahal.

Dewasa ini telah banyak dilakukan penelitian

untuk memodifikasi polimer dengan

memanfaatkan bahan alam untuk meningkatkan kemampuan absorpsi polimer superabsorben terhadap cairan [3]. Bahan alam merupakan polimer alam yang dapat diperbaharui, mudah didapat, harganya murah, dan ramah lingkungan. Salah satu parameter penting dalam sintesis untuk meningkatkan kapasitas absorpsi dari polimer superabsorben adalah perbandingan

selulosa dan monomer dalam proses

pencangkokkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum penambahan selulosa yang digunakan dalam sintesis polimer superabsorben berbasis selulosa dari alang-alang

sebagai material superabsorben untuk

mendapatkan suatu polimer baru dengan kemampuan daya serap terhadap cairan yang relatif besar serta karakteristik yang baik

sehingga dapat meningkatkan kualitas

superabsorbent yang dihasilkan serta dapat meningkatkan nilai guna dari tanaman alang-alang yang sampai saat ini dianggap tanaman pengganggu dan limbah yang tidak bermanfaat.

II. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Peralatan utama yang digunakan antara lain neraca Ohaus model E12140, pengayak ukuran 60 mesh dan 170 mesh, oven merk

Thermologic, peralatan refluks,

spektrofotometer inframerah dan difraktometer sinar X. Bahan yang digunakan adalah batang tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) dari daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan, asam akrilat (AA), ammonium persulfat (APS) dan

N,N′-metilenbisakrilamida (MBA) dari

E.Merck, NaOH, etanol 95% , urea, dan NaCl.

Preparasi sampel

Biomassa alang-alang (Imperata cylindrica) diambil bagian batang dan dipotong dengan ukuran ± 3 cm, dikeringkan kemudian dihancurkan dan diayak hingga lolos saringan 60 mesh. Serbuk halus kemudian direndam dalam 5 % larutan NaOH, dipanaskan pada temperatur ± 85°C sambil diaduk selama 4 jam, kemudian suspensi ditambah larutan H2O2 konsentrasi 5%, lalu di oven selama 20 jam pada suhu ± 85°C. Suspensi disaring dan dinetralkan dengan akuades sampai pH 7 lalu dikeringkan pada temperatur 80°C dan diayak hingga lolos 170 mesh.

(3)

381

Sintesis polimer superabsorben

Sintesis polimer poli(asam akrilat)-alang-alang dilakukan dengan memasukkan sejumlah tertentu selulosa hasil preparasi dengan variasi persen berat terhadap berat asam akrilat (0, 3, 5, 10, 15, 20, dan 25%) pada labu leher tiga ukuran 250 mL dan ditambahkan akuades. Suspensi kemudian diaduk dengan magnetic stirrer dan dipanaskan pada temperatur 60°C selama 30 menit dengan dialiri gas nitrogen. Sebanyak 80 mg ammonium persulfat sebagai inisiator ditambahkan pada saat temperatur suspensi telah turun pada temperatur 60-65°C. Setelah diaduk selama 15 menit, sebanyak 8 gram asam akrilat dan   8   mg   N,N’-metilenbisakrilamida sebagai pengikat silang ditambahkan ke dalam suspensi. Reaksi polimerisasi dilakukan pada temperatur 70°C dengan waktu reaksi selama 3 jam. Produk

hasil polimerisasi kemudian dicuci

menggunakan akuades dan direndam etanol 95% selama 3 jam. Kemudian dikeringkan pada temperatur 70°C sampai berat konstan dan siap digunakan untuk karakterisasi FTIR dan XRD.

Uji Swelling

Lima buah cuplikan polimer

superabsorben dikeringkan dalam oven pada suhu 60 ºC hingga berat konstan. Kemudian

polimer superabsorben direndam pada

temperatur kamar selama 24 jam.

Superabsorben yang telah mengembang

kemudian dipisahkan dari larutan menggunakan saringan. Kemampuan polimer superabsorben mengembang ditentukan dengan menimbang berat sampel mengembang (setelah proses

adsorpsi) dan dihitung dengan persamaan berikut :

Q H2O, urea, NaCl = (m2-m1) / m1

dimana m1 dan m2 adalah berat polimer kering dan berat polimer setelah adsorpsi. Nilai Q H2O, urea, NaCl dihitung sebagai gram larutan air, urea, NaCl per gram sampel.

Pengujian retensi air

Tiga buah cuplikan sampel 0% dan 5% dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC hingga berat konstan dan ditimbang sebanyak 0,05 gram. Polimer superabsorben kering direndam dalam 100 ml air selama 24 jam. Setelah itu disaring dan ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70ºC. Setiap jam dilakukan penimbangan terhadap sampel, penimbangan dilakukan selama 6 jam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Polimer Superabsorben

Proses pencangkokkan dan penautan silang antara selulosa dengan monomer asam akrilat dianalisis menggunakan FTIR seperti yang ditampilkan pada spektrum gambar 1.

Gambar 1. Spektra FTIR selulosa hasil

preparasi (A), monomer asam akrilat (B), dan polimer superabsorben hasil sintesis (C)

(4)

382

Berdasarkan pada gambar 1, spektrum asam akrilat (B) tampak puncak serapan pada bilangan

gelombang 3109,25 cm-1 yang menunjukkan

adanya vibrasi dari gugus hidroksil dari asam akrilat, sehingga serapan yang muncul lebar dan sedang. Puncak serapan pada bilangan

gelombang 2931,80 cm-1 dicirikan sebagai

vibrasi ulur C-H dari gugus akrilat, dan serapan puncak 1705,07 cm-1 dicirikan sebagai gugus C=O dari akrilat. Pada panjang gelombang 1635,64 menunjukkan vibrasi gugus C=C, serta gugus –CH2 pada rantai hidrogel timbul pada serapaan puncak 1435,64 cm-1 [7].

Perbedaan-perbedaan jelas yang tampak pada gambar 1 spektrum FTIR selulosa hasil preparasi, monomer AA dengan polimer superabsorben hasil sintesis. Spektrum polimer superabsorben hasil sintesis menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 3448,72 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi dari gugus hidroksil pada selulosa dan gugus amina

sekunder dari metilenbisakrilamida yang

menunjukkan adanya tumpang tindih

(overlapping) sehingga serapan yang muncul lebar dan sedang. Spektrum khas dari selulosa lainnya yang muncul adalah vibrasi gugus C-O

pada bilangan gelombang 1056,99 cm-1 dan

vibrasi gugus C-H pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1. Untuk spektrum tampak lainnya adalah pada bilangan gelombang 1705,07 cm-1 menunjukkan serapan gugus C=O. Sedangkan pada bilangan gelombang 1635,64 cm-1 yang sebelumnya tampak pada spektrum AA menunjukkan adanya vibrasi khas dari C=C

tidak tampak pada spektrum polimer

superabsorben hasil sintesis.

Hasil analisis struktur selulosa tanaman alang-alang hasil pretreatment, asam akrilat dan polimer superabsorbent tercangkok selulosa alang-alang (5%) menggunakan difraktometer sinar X ditunjukkan pada Gambar 2.

Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa

difraktogram monomer asam akrilat (A) memiliki pola acak karena susunannya yang tidak teratur, sehingga menunjukkan kristalinitas yang sangat rendah. Difraktogram selulosa hasil preparasi dari gambar di atas mirip dengan difraktogram selulosa murni yang dilaporkan oleh Li et al.[8]. Pola difraksi dari selulosa hasil preparasi (B) menunjukkan bahwa sebagian struktur selulosa terdapat daerah kristalin dan sebagian lagi merupakan daerah amorf. Menurut Prawirohatmojo dan Siswanto [9], hanya

sebagian molekul-molekul selulosa yang

menyusun serat dengan sejajar yang disebut daerah kristalin dan daerah amorf dikarenakan sebagian dari molekul-molekul selulosa tersebut menyusun serat secara tidak teratur.

Gambar 2. Difraktogram monomer asam akrilat

(A), selulosa hasil preparasi (B), dan polimer superabsorben hasil sintesis (C)

(5)

383

Dari difraktogram polimer superabsorben hasil sintesis (C) yang menunjukkan puncak yang melebar dan berstruktur amorf. Melebarnya puncak tersebut di atas menunjukkan bahwa polimer superabsorben hasil sintesis yang diperoleh mempunyai derajat kekristalan yang rendah. Hal tersebut dimungkinkan disebabkan karena terjadinya perubahan struktur dari selulosa dan asam akrilat menjadi polimer superabsorben melalui pengikatan silang dan interaksi kimia pada gugus selulosa.

Pengujian Swelling Polimer Superabsorben dalam Air

Hasil pengujian swelling polimer superabsorbent hasil sintesis dalam air ditunjukkan oleh gambar 3.

Gambar 3. Grafik hubungan variasi persen

berat selulosa terhadap berat asam akrilat dengan kapasitas absorpsi air

Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa polimer superabsorben dengan rasio 5% berat selulosa terhadap berat AA mencapai nilai optimum 1.395,00 g/g terhadap berat kering polimer

superabsorben dibandingkan polimer

superabsorben sintesis yang lain. Terjadinya peningkatan kapasitas absorpsi air seiring meningkatnya penambahan selulosa selama

perendaman 24 jam kemudian setelah mencapai kondisi optimum mengalami penurunan serapan air. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya penambahan selulosa, kerapatan ikatan silang dalam polimer superabsorben meningkat. Sehingga daya serap air ke dalam jaringan

polimer superabsorben berkurang dan

menyebabkan swelling polimer superabsorben relatif turun [7].

Pengujian Swelling Polimer Superabsorben dalam Larutan Urea

Pengujian swelling dari polimer superabsorben terhadap urin dapat dilakukan dengan artificial urin atau dengan larutan urea pada konsentrasi 5% dan hasil yang didapatkan relatif hampir sama dengan urin asli [10].

Gambar 4. Grafik hubungan variasi persen

berat selulosa terhadap berat asam akrilat dengan kapasitas absorpsi dalam larutan urea Data hasil penelitian polimer superabsorben menunjukkan bahwa penambahan selulosa sebesar 5% mencapai swelling paling besar yaitu 1.157,33 g/g. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya jumlah selulosa yang ditambahkan hingga 25%, swelling polimer superabsorben dalam larutan

(6)

384

urea meningkat dan cenderung menurun ketika telah tercapai kondisi optimum. Menurut Zhai et al [11], molekul urea memiliki sisi hidrofilik seperti NH2- yang akan berinteraksi dengan air. Hal ini yang menyebabkan swelling dalam larutan urea lebih kecil dibandingkan dengan swelling polimer superabsorben di dalam air.

Pengujian Swelling Polimer Superabsorben dalam Larutan NaCl

Konsentrasi ion-ion garam juga mempengaruhi daya serap dari polimer superabsorben yang akan digunakan sebagai absorben [7]. Larutan NaCl 0,15 M umumnya digunakan untuk pengujian kemampuan daya serap polimer superabsorben. Pengaruh jumlah penambahan

selulosa terhadap swelling polimer

superabsorben dalam larutan NaCl 0,15 M ditampilkan pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik hubungan variasi persen

berat selulosa terhadap berat asam akrilat dengan kapasitas absorpsi dalam larutan NaCl Persen berat selulosa sebesar 5% pada pengujian swelling polimer superabsorben dalam larutan NaCl 0,15 M memiliki nilai swelling paling besar yaitu 195,67 g/g. Berdasarkan gambar 6, terlihat bahwa dengan meningkatnya jumlah

penambahan selulosa, swelling polimer

superabsorben relatif mengalami peningkatan dan mencapai kondisi optimum pada variasi persen berat 5%. Kemudian terjadi penurunan pada persen berat di atas 5%. Penurunan nilai swelling ini disebabkan karena terjadi penurunan tekanan osmosis akibat perbedaan konsentrasi ion-ion dalam larutan NaCl dan struktur jaringan

polimer superabsorben. Jika polimer

superabsorben direndam dalam larutan NaCl, maka akan terjadi tekanan osmosis yang rendah akibat adanya ion-ion Na+ dan Cl- [7].

Pengujian Retensi Air Polimer Superabsorben

Penentuan uji retensi air pada polimer superabsorben merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kemampuan suatu polimer

superabsorben dalam mempertahankan

banyaknya jumlah air yang telah diserap oleh polimer superabsorben tersebut. Uji retensi dilakukan terhadap polimer superabsorben hasil sintesis dengan variasi persen berat 0% dan 5% (kondisi optimum) selama 6 jam pada suhu 70°C.

Gambar 6. Grafik hubungan waktu pemanasan

(7)

385

Berdasarkan gambar 6 terlihat bahwa baik polimer superabsorben dengan variasi persen berat 0% (PAA) maupun persen berat 5% memiliki kecenderungan penurunan berat air yang tersimpan seiring dengan bertambahnya waktu pemanasan. Poli asam akrilat memiliki nilai retensi sebesar 15,80%, yang artinya air yang hilang sebesar 84,20%, sedangkan polimer superabsorben dengan persen berat 5% memiliki nilai retensi sebesar 6,50% dengan kehilangan air sebesar 93,50%. Polimer superabsorben dengan variasi persen berat 5% hampir kehilangan semua air yang telah diserapnya, sehingga kemampuannya dalam meretensi air lebih rendah dibandingkan dengan PAA. Hal ini dikarenakan ikatan hidrogen yang terjadi antar rantai polimer superabsorben asam akrilat dalam struktur jaringannya lebih kuat, sehingga mampu menahan air lebih banyak dibandingkan polimer superabsorben hasil sintesis. Dengan kata lain, superabsorben PAA mempunyai kemampuan menahan air lebih baik dibanding superabsorben dengan selulosa.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penambahan selulosa dari alang-alang (Imperata cylindrica) pada rasio berat 5% dalam proses sintesis polimer

superabsorben mampu memperbaiki

karakteristik dari polimer superabsorben yang dihasilkan. Kemampuan menyerap air dari polimer superabsorben hasil sintesis lebih baik dibandingkan polimer superabsorben dari monomer asam akrilat. Polimer superabsorben dengan rasio berat 5% mempunyai nilai

kapasitas absorpsi air, larutan urea dan larutan NaCl secara berturut-turut sebesar 1395,00 g/g, 1156,33 g/g dan 194,67 g/g.

V. SANWACANA

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Insentif Sinas Ristek tahun

2013. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Asmianoor Latifah, S.Si., Nurhidayati, S.Si., Nurjannah, S.Si dan Aminonatalina, S.Si yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA

[1] Ma, Zuohao, Q. Li, Q. Yue, B. Gao, X. Xu, & Q. Zhong. 2010. Synthesis and characterization of a novel superabsorbent based on wheat straw. Bioresource Technology 102: 2853-2858.

[2] Andry, H., T. Yamamoto, T. Irie, S. Moritani, M. Inoue, & H. Fujiyama. 2009. Water retention, hydraulic conductivity of hydrophilic polymers in sandy soil as affected by temperature and water quality. Journal of Hydrology 373: 177–183. [3] Swantomo, D., Kartini, & M.R. Saptaaji.

2008. Pembuatan Komposit Polimer Superabsorben dengan Mesin Berkas Elektron. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN. Jurnal Forum Nuklir vol. 2 no. 2: 1-14.

[4] Kosemund, K., H. Schlatter, J.L.

Ochsenhirt, E. L. Krause, D.S. Marsman, & G.N. Erasala. 2008. Safety evaluation of

(8)

386

superabsorbent baby diapers. Regulatory Toxicology and Pharmacology 53: 81–89. [5] El-Rehim, H.A.A. 2005. Swelling of

radiation crosslinked acrylamide-based microgels and their potential applications. Radiation Physics and Chemistry 74: 111– 117.

[6] Deligkaris, K., T.S. Tadele, W. Olthuis, & A.V.D. Berg. 2010. Review: Hydrogel-based devices for biomedical applications. Sensors and Actuators 147: 765–774.

[7] Erizal. 2009. Synthesis and

Characterization of Crosslinked

Polyacrylamide (PAAM)-Carrageenan

Hyrogels Superabsorbent Prepared By Gamma Radiation. Indonesian Journal of Chemistry: 10 (1): 12-19.

[8] Li, A., J. Zhang & A. Wang. 2009. Synthesis, characterization and water absorbency properties of poly(acrylic

acid)/sodium humate superabsorbent

composite. Polymers For Advanced Technologies 16: 675–680.

[9] Prawirohatmodjo, S., & Siswanto. 1997. Kimia Kayu. Bagian Penerbitan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

[10] Kark, R. M., Lawrence, J. R. Pollack, V. E., Pirani, C. L., Muehreke, R. C., & Silva, H. 2010. A Primer of Urinalysius. New York. [11] Zhai, N., W.Wang, A. Wang, 2011.

Synthesis and swelling characteristics of a pH responsive guar gum-g-poly(sodium acrylate)/medicinal stone superabsorbent composite. Polymer Composite 1: 1

Gambar

Gambar  1.  Spektra  FTIR  selulosa  hasil  preparasi  (A),  monomer  asam  akrilat  (B),  dan  polimer superabsorben hasil sintesis (C)
Gambar 2. Difraktogram monomer asam akrilat  (A),  selulosa  hasil  preparasi    (B),  dan  polimer  superabsorben hasil sintesis (C)
Gambar  3.  Grafik  hubungan  variasi  persen  berat  selulosa  terhadap  berat  asam    akrilat  dengan kapasitas absorpsi air
Gambar  6.  Grafik  hubungan  waktu  pemanasan  terhadap retensi air polimer superabsorben

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian software ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah software bekerja dengan baik sehingga terbentuk suatu sistem secara keseluruhan. Cara pengujian software

Kebijakan ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alas an yakni : (1) bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap

[r]

Hal ini didukung dengan ikon sub-judul poster yang berbunyi “IT ALL END HERE” atau “SEMUA BERAKHIR DI SINI” yang merupakan simbol dari petunjuk film, indeks dari

Dolgu maddeli veya rejeneratif olarak adlandırılan diğer tip ısı değiştiricilerinde, ısı geçişi doğrudan olmayıp, ısı önce sıcak akışkan tarafından döner veya sabit

Menurut hemat penulis, tanggapan psikologi Nabi Muhammad ini sebenanrya merupakan kritik terhadap sistem jahiliyah yang sangat terasa kurang adil, bagaimana mungkin

Pada KWT Cendana Wangi, peran penyuluh dalam Indikator melakukan pemantauan potensi anggota yang aktif dalam program M-KRPL mendapatkan skor rata-rata 4,24 dan pada

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk majas sarkasme dan ragam bahasa yang digunakan dalam pengungkapan majas sarkasme tersebut dalam komentar pada