• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP PENERIMAAN DIRI MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP PENERIMAAN DIRI MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

10 PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP PENERIMAAN

DIRI MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN

KARAWANG

*Fitrah Syafira Oktaviani, Laila Uthomah, Randwitya Ganish Ayu *Ps16.fitrahoktaviani@mhs.ubpkkarawang.ac.id

Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Abstract. This study aims at determining the existence of body image effect on students’ self-acceptance in the Faculty of Psychology, University of Buana Perjuangan Karawang. The population taken in this study were female students who were in the Faculty of Psychology at University of Buana Perjuangan Karawang. The subjects taken from this study were students of the Psychology Faculty semester I - VII. This study uses quantitative research methods with quota sampling. The population in this study was 397 with a research sample of 195. Based on the results of the analysis of the hypothesis test, it shows that there is no influence between body image on students’ self-acceptances in the Faculty of Psychology at University of Buana Perjuangan Karawang with a significant value of 0.000, less than 0.05 (P> 0.05).

Keywords: Body image, self-acceptances.

Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh citra tubuh terhadap penerimaan diri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang. Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu mahasiswi perempuan yang berada di Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang. Subjek yang diambil dari penelitian ini yaitu mahasiswi Fakultas Psikologi semester I – VII. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik kuota sampling. Populasi dalam penelitian ini sebesar 397 dengan sampel penelitian sebesar 195. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara citra tubuh terhadap penerimaan diri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang dengan nilai signifikan sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (P < 0,05). Kata Kunci: citra tubuh, penerimaan diri.

(2)

11 Pengantar

Individu dalam rentang kehidupan akan selalu berhadapan dengan berbagai masalah, hanya saja masalah yang dihadapi setiap individu akan mempunyai bentuk dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan yang lainnya. Keterampilan individu dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi akan menuntun individu tersebut menuju tujuan kehidupan selanjutnya. Dalam hal ini, dimisalkan seorang mahasiswi yang memiliki penerimaan diri baik ditandai dengan sikap yang positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima kekurangan serta kelebihan pada dirinya, seperti kondisi fisik yang dimiliki individu.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti 16 November 2019 terhadap beberapa mahasiswi dapat disimpulkan bahwa beberapa mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang mengeluhkan beberapa hal terkait kondisi tubuhnya, seperti bentuk badan, berat badan, warna kulit, dan tinggi badan. Hal tersebut membuat beberapa mahasiswi berusaha untuk memperbaiki kondisi tubuhnya dengan melakukan beberapa macam hal seperti minum pil langsing, olahraga ketat dan melakukan perawatan tubuh agar dapat memiliki kulit putih. Menurut Hasan (2012) individu yang dapat menerima diri sendiri adalah individu yang memiliki penilaian realistis terhadap kemampuannya, serta berkesinambungan dengan penghargaan terhadap diri sendiri, dan juga memiliki standar diri tanpa merasa rendah oleh opini orang lain serta tidak menyalahkan diri sendiri atas keterbatasan yang dimiliki. Penerimaan diri juga melibatkan pemahaman atas diri, kesadaran yang realistis, serta memahami kekuatan dan kelemahan seseorang. Sehingga menghasilkan perasaan bahwa dirinya bernilai unik (Prasetia, 2013). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri seseorang terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh persepsi, perasaan dan pikiran individu mengenai ukuran serta bentuk tubuhnya sendiri.

Menurut Wahyu (2016) individu yang mempunyai penerimaan diri negatif akan mudah putus asa, selalu menyalahkan dirinya, malu, rendah diri akan keadaannya, merasa tidak berarti, merasa iri terhadap keadaan orang lain, akan sulit membangun hubungan positif dengan orang lain, dan tidak bahagia. Oleh karena itu, ketidakpuasan terhadap tubuhlah yang dapat menjadi hambatan. Salah satunya yaitu mengenai masalah penerimaan diri yang sangat dianggap penting bagi manusia, karena ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, maka individu tersebut memiliki penerimaan diri yang positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridha (2012) mengemukakan bahwa penerimaan diri banyak dipengaruhi oleh citra tubuh yang merupakan budaya dan standar masyarakat mengenai penampilan dan kecantikan, seperti kurus, gemuk, indah, dan menawan ketika dilihat. Menurut Rombe (2014) citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, individu yang mempersepsikan serta memberikan penilaian atas pemikiran terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan juga penilaian orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh juga merupakan sikap individu terhadap tubuh sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014).

(3)

12 Menurut Ridha (2012) tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya bergantung terhadap perasaan yang dimiliki individu itu sendiri, serta harapan-harapan mengenai tubuhnya. Sebenarnya, apa yang dipikirkan belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif, nilai-nilai dan standarisasi yang berkembang di masyarakat mengenai citra tubuh ideal secara tidak langsung memberikan sugesti, kemudian diinternalisasikan oleh individu dalam kelompok masyarakat sebagai suatu paradigma (Ridha, 2012). Melihat fenomena-fenomena di atas bahwa citra tubuh dapat mempengaruhi penerimaan diri individu terhadap lingkungan sekitarnya.

Landasan Teori

Citra Tubuh

Wilianto (2017) mengungkapkan citra tubuh adalah sikap individu terhadap ukuran, bentuk, dan estetika tubuhnya berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman afektif terkait atribut fisiknya. Menurut Quinn (2011) citra tubuh adalah gambaran yang dimiliki seseorang terhadap tubuh, dan sering diukur dengan meminta individu untuk menilai bentuk tubuhnya. Selanjutnya Cash mengatakan bahwa citra tubuh mulai terbentuk pada saat anak-anak prasekolah menginternalisasikan standar kecantikan yang berada pada masyarakat, dan mulai menilai diri mereka berdasarkan standar-standar tersebut (Mukhlis, 2013).

Menurut Cash dan Smolak (2011) terdapat beberapa aspek dari citra tubuh yakni:

a. Kepuasan subjektif global, hal ini berkaitan dengan persepsi atau ketepatan individu dalam melakukan penilaian terhadap ukuran, bentuk, dan berat badan. Komponen adalah salah satu pertanyaan bagi individu, apakah individu menilai bentuk tubuh yang menarik atau tidak, memuaskan atau tidak, serta nyaman atau tidak.

b. Perasaan mengenai penampilan, berkaitan dengan emosi atau perasaan individu yang berkaitan dengan penampilan. Hal-hal yang berkaitan dengan komponen afektif ini bisa dari tekanan, kecemasan, dan perasaan individu dengan penampilan dan bentuk fisik.

c. Aspek kognitif citra tubuh, komponen kognitif adalah suatu komponen yang berkaitan dengan citra tubuh seperti skema penampilan, believes (kepercayaan) atau suatu pemikiran yang menyimpang terhadap tubuh, serta investasi kognitif dalam penampilan.

d. Aspek behavioral citra tubuh, komponen perilaku merupakan hasil dari ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuh. Hal ini sering dilakukan oleh seseorang dengan cara menghindari perilaku tertentu, sehingga muncul perilaku baru seperti pola makan yang tidak wajar, olahraga berlebihan, dan hal ekstrim yang dilakukan seseorang adalah mengisolasi diri karena merasa bentuk tubuh tidak sesuai dengan harapan.

(4)

13 Dalam perkembangan individu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh, antara lain:

a. Usia. Willianto (2017) mengungkapkan bahwa usia mempengaruhi citra tubuh terutama terkait munculnya ketidakpuasan terhadap tubuh, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan rentang usia 17 sampai 25 tahun memiliki ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya dibandingkan dengan perempuan usia 40 tahun sampai 60 tahun.

b. Konsep diri. Wilianto (2017) mengungkapkan bahwa salah satu faktor pembentukan citra tubuh adalah konsep diri yang merupakan gambaran individu terhadap dirinya, meliputi penilaian diri dan penilaian sosial. c. Jenis kelamin. Faktor jenis kelamin menjadi faktor penting dalam

perkembangan citra tubuh seseorang. Willianto (2017) menjelaskan bahwa perempuan lebih mempermasalahkan citra tubuh dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan menyadari bahwa penampilan fisik dianggap sangat penting, sehingga perempuan lebih mempersoalkan kegemukan dibandingkan pria (Hurlock, 2011).

d. Media massa. Media massa mempengaruhi citra tubuh seseorang terkait persepsi perempuan yang merasa tubuhnya tidak ideal. Willianto (2017) menyatakan bahwa media massa memberikan gambaran ideal mengenai fitur perempuan yang mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Majalah perempuan terutama majalah fashion, film dan televise menyajikan gambar model-model yang kurus sebagai figur yang ideal, sehingga menyebabkan banyak perempuan merasa tidak puas dengan dirinya.

e. Hubungan interpersonal. Willianto (2017) menyatakan bahwa feedback mengenai penampilan dalam hubungan interpersonal mempengaruhi pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Willianto (2017) penerimaan feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya.

f. Kepribadian. Willianto (2017) mengatakan bahwa kepribadian individu juga mempengaruhi pembentukan terhadap citra tubuh. Willianto (2017) menyatakan bahwa pada individu perempuan ketidakpuasan terhadap citra tubuh berdampak pada harga diri yang lebih rendah daripada individu perempuan yang lain.

Penerimaan Diri

Hurlock (2011), mengatakan bahwa individu yang dapat beradaptasi dengan baik adalah individu dengan kepribadian sehat. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu memuaskan kebutuhan, minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Wibowo (2013) mengatakan penerimaan diri adalah keadaan di mana seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan maupun keterbatasan dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat dirinya. Seseorang yang mampu menerima diri memahami kelebihan dan kelemahan dalam dirinya (Chaplin, 2012).

(5)

14 Penerimaan diri menurut Hurlock (2011) terdiri dari enam aspek. Masing-masing aspek akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Sifat percaya diri dan menghargai diri sendiri. Individu yang memiliki kepercayaan diri dan menghargai diri sendiri selalu merasa mampu untuk mengerjakan suatu hal. Individu yang memiliki kepercayaan diri juga jarang sekali menolak jika diminta untuk melakukan sesuatu.

b. Kesediaan menerima kritikan dari orang lain. Individu yang memiliki kematangan psikologis mampu menerima kritik dan saran. Individu yang matang memiliki kemauan yang realistis namun juga paham bahwa dirinya tidak selalu benar. Individu yang matang akan terbuka dan tidak marah dengan kritikan-kritikan dan saran dari orang lain demi perubahan dirinya yang lebih baik. Individu yang bersedia dikritik adalah ciri individu yang mampu melihat diri secara objektif.

c. Mampu menilai diri dan mengoreksi kelemahan. Individu yang memiliki kemampuan untuk mengoreksi dan membuat penilaian diri yang kritis adalah individu yang memiliki penyesuaian diri yang realistis. Individu dengan penyesuaian diri realistis mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang realistis. d. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu yang bersikap jujur terhadap dirinya sendiri adalah individu yang berani melihat secara sadar kekurangan yang ada pada dirinya. Individu yang jujur terhadap dirinya sendiri dapat memandang kekurangan dalam dirinya dengan rasa humor. e. Nyaman dengan dirinya sendiri. Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri

akan mudah menyesuaikan dirinya dengan perubahan secara fisik maupun emosinya. Individu yang nyaman dengan dirinya sendiri mudah bergaul dengan lingkungan sekitar dan dapat mengontrol dirinya sendiri.

f. Bangga menjadi diri sendiri. Individu yang bangga menjadi diri sendiri adalah individu yang puas dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Individu yang bangga menjadi diri sendiri memiliki strategi penyesuaian diri terhadap kecemasan, konflik, dan frustrasi. Individu yang bangga menjadi diri sendiri bebas dari mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan fiksasi.

Merujuk pada Hurlock (2011) maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penerimaan diri adalah:

a. Pemahaman diri. Pemahaman diri adalah suatu persepsi atas dirinya sendiri yang ditandai oleh keaslian bukan kepura-puraan, realistik bukan khayalan, kebenaran bukan kebohongan, keterusterangan bukan berbelit-belit. Pemahaman diri dan penerimaan diri mempunyai hubungan yang positif. b. Harapan realistik. Ketika pengharapan seseorang terhadap sukses yang akan

diraihnya merupakan pengharapan yang realistik maka kesempatan untuk mencapai kesuksesan akan muncul. Adanya kesempatan ini tidak terlepas dari dukungan yang diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya.

c. Tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat disebabkan oleh ketidakmampuan

(6)

15 individu untuk mengontrol adanya hambatan-hambatan dari lingkungan misalnya diskriminasi, ras, gender, kepercayaan.

d. Tidak adanya tekanan emosi yang berat. Tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan sekitar, di mana kondisi emosi yang sedang tidak baik dapat mengakibatkan gangguan yang berat sehingga tingkah laku orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi terlibat selalu mencela dan menolak orang tersebut.

e. Keberhasilan. Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menolak dirinya sendiri, sebaliknya kesuksesan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan terhadap diri sendiri. Sering atau tidaknya sukses yang terjadi dapat dinilai secara kuantitatif dan kualitatif.

f. Konsep diri yang stabil. Konsep diri yang stabil adalah suatu cara seseorang melihat dirinya sendiri dan hasilnya sama setiap waktu. Konsep diri yang baik akan menghasilkan penerimaan diri yang baik namun sebaliknya bila konsep diri yang buruk secara alami akan menghasilkan penolakan terhadap diri sendiri.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, dikarenakan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Buana Perjuangan Karawang terhadap mahasiswi di Fakultas Psikologi. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu skala citra tubuh dan skala penerimaan diri. Skala yang akan digunakan dalam penelitian akan diuji coba terlebih dahulu kepada 30 sampel. Setelah diuji coba data terlebih dahulu akan di analisis menggunakan Teknik validitas, reliabilitas dan analisis item.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang (semester 1-8) yang berjumlah 397 mahasiswi. Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan Teknik nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara sampling kuota, yaitu pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Michael dan Isaac dengan kriteria 5% dan didapatkan sampel sebesar 195 individu. Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa analisis data yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi dan uji kategorisasi.

Hasil dan Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh citra tubuh terhadap penerimaan diri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik sampling kuota yaitu pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan terpenuhi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Psikologi diambil berdasarkan rumus Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%.

(7)

16 Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengujian untuk analisis data pada setiap skala. Dari analisis data rumusan masalah didapatkan bahwa terdapat pengaruh citra tubuh terhadap penerimaan diri pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridha (2012) mengemukakan bahwa penerimaan diri banyak dipengaruhi oleh citra tubuh yang merupakan budaya dan standar masyarakat mengenai penampilan.

Hasil analisis data uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa pengaruh yang disumbangkan oleh variabel citra tubuh terhadap penerimaan diri sebesar 85% (R2 = 0,853) dan 15% lainnya dipengaruhi oleh variabel dan faktor lain yaitu harga diri seperti penelitian yang dilakukan oleh Hasmalawati (2017) bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi dapat menerima diri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain walaupun sadar dirinya tidak sempurna.

Analisis skala citra tubuh menunjukkan bahwa citra tubuh mahasiswi Fakultas Psikologi berada pada citra tubuh yang negatif dengan persentase sebesar 52,6% atau 103 individu. Menurut Thompson dan Althabe (dalam Willianto, 2017) Citra tubuh sebagai penilaian mengenai fisik individu seperti ukuran tubuh, berat badan, dan aspek tubuh lain yang berkaitan dengan penampilan. Oleh karena itu, sebanyak 103 individu mengindikasikan bahwa mereka memiliki citra tubuh yang negatif.

Analisis skala penerimaan diri pada mahasiswi Fakultas Psikologi memiliki penerimaan diri yang negatif dengan persentase sebesar 50,5% atau 99 individu. Menurut Hurlock (2011) individu yang dapat beradaptasi dengan baik adalah individu dengan kepribadian sehat. Individu yang memiliki penerimaan diri positif akan mampu memuaskan kebutuhan, minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, sebaliknya jika individu memiliki penerimaan diri yang negatif maka akan sulit dalam memuaskan kebutuhan, minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Oleh karena itu, sebanyak 99 individu mengindikasikan bahwa mereka memiliki penerimaan diri yang negatif. Melihat dari teori Hurlock (2011) di atas dapat dikatakan bahwa mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang memiliki penerimaan diri yang negatif yang akan sulit dalam memuaskan kebutuhan, minat, serta cita-citanya melalui perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut Hasmalawati (2017) jika seseorang memiliki citra tubuh positif, maka individu akan memiliki penerimaan diri yang positif dan sebaliknya jika individu memiliki citra tubuh negatif maka individu akan memiliki penerimaan diri yang negatif pula. Melihat teori di atas mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang memiliki citra tubuh yang negatif dan penerimaan diri yang negatif sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh citra tubuh terhadap penerimaan diri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang.

Analisis skala citra tubuh dan penerimaan diri berada dalam kategori positif, hal ini sesuai dengan pernyataan Hasmalawati (2017) bahwa citra tubuh yang baik akan berdampak pada penerimaan diri yang baik pula.

(8)

17 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara citra tubuh terhadap penerimaan diri mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, hipotesis dalam penelitian ini Ha diterima dan H0 ditolak.

Referensi

Cash, T. F., & Smolak, L. (2011). Body image: A handbook of science, practice and prevention, second edition. New York: Guilford Press.

Chaplin, J. (2012). Kamus psikologi. Jakarta: Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World, Inc: PT. Rajawali.

Hasan. (2012). Hubungan Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi dengan Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus Anggota Aktif PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia).

Hasmalawati, N. (2017). Pengaruh Citra Tubuh dan Perilaku Makan Terhadap Penerimaan Diri. Jurnal Psikoislamedia, 2(2):107-115.

Hurlock, E. (2011). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Mukhlis. (2013). Body image dissatisfaction. berpikir positif pada ketidakpuasan terhadap citra tubuh, 10(1).

Prasetia, W. D. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dengan rasa percaya diri pada siswa kelas X SMAN 1 Grati Pasuruan. Etheses.uin-Malang.

Ridha. (2012). Hubungan antara body image dengan penerimaan diri pada mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Emphaty, 1, 112-121.

Rombe. (2014). Hubungan body image dan kepercayaan diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di SMA Negeri 5 Samarinda. Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Sarwer, D. B. (2017). Obesity and body image in adulthood. Psychiatric Clinics of

North America, 28, 69-87.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sunaryo. (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Wahyu. (2016). Hubungan antara body image dan kepercayaan diri siswa kelas X di SMA Negeri 2 Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Wibowo. (2013). Penerimaan diri pada individu yang mengalami prekognisi. Universitas Gunadarma.

Willianto, D. A. (2017). Hubungan antara konsep diri dan citra tubuh pada perempuan dewasa awa. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan kepercayaan diri Mahasiswi Papua di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan kepercayaan diri Mahasiswi Papua di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW),

Hubungan Citra Merek Kosmetik Wardah Terhadap Keputusan Membeli Konsumen Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Supratiknya (1995) menyatakan bahwa Penerimaan diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri, penerimaan

Tidak adanya subjek yang memiliki kepercayaan diri yang rendah atau tidak percaya diri mengindikasikan bahwa mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yakin

Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri pada remaja yang ayahnya poligami diantaranya adanya respon negatif dari lingkungan setelah ayah informan berpoligami, adanya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara body image dan penyesuaian diri mahasiswi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara Efikasi Diri dengan Pengambilan Keputusan Karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi..