• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN GIRO PADA TRANSAKSI JUAL BELI DALAM PERSPEKIF HUKUM EKONOMI SYARI AH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN GIRO PADA TRANSAKSI JUAL BELI DALAM PERSPEKIF HUKUM EKONOMI SYARI AH"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN GIRO PADA TRANSAKSI JUAL BELI DALAM PERSPEKIF HUKUM EKONOMI

SYARI’AH

A. Mekanisme pembayaran dengan menggunakan giro 1. Mekanisme Pembayaran Giro

Mekanisme pembayaran dengan giro adalah transaksi jual beli yang terjadi di PD. Pasar Sandang Tegalgubug dengan pembayaran non tunai. Giro dijadikan sebagai alat pembayaran atas transaksi jual beli dengan total pembelian barang dalam jumlah besar. Biasanya transaksi ini terjadi pada pembelian yang ketiga melalui penjual dan pembeli, pada transaksi pertama menggunakan uang tunai dan transaksi yang kedua dengan uang tunai juga kemudian dengan transaksi yang ketiga pembayaran dengan menggunakan giro.

Pedagang dari PD. Pasar Sandang Tegalgubug yaitu pedagang pakaian, pedagang celana fatin, pedagang celana joger pedagang rok bawahan rok jodda, rok kriwil dan rok payung. Pedagang yang dirugikan dalam kasus giro ini bertempat di los H, I dan G. Karena di pasar sandang Tegalgubug bagian H, I dan G adalah bagian khusus produksi bagian yang dimana hasil dari penjahit-penjahit Tegalgubug.

Banyak para penjual merasa dikecewakan dari hasil transaksi menggunakan giro ini karena mereka merasa dirugikan oleh pembeli dari beberapa daerah pembeli. Transaksi menggunakan giro ini merupakan bagian dari surat berharga berupa cek namun berbentuk giro yang boleh dijadikan sebagai alat pembayaran. Akan tetapi dengan tidak adanya saldo yang tertera, tidak jelas jumlahnya dan tidak jelas waktu jatuh temponya dari giro yang menjadi alat pembayaran transaksi jual beli tersebut. Membuat pedagang mengharapkan kejujuran dari pembeli.

(2)

Transaksi dengan menggunakan giro dalam jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug terdapat beberapa ketentuan yang berlaku, seperti jumlah barang yang dibeli dan uang muka.

Menurut pedagang Ibu Rokhilah dan Bapak Barok, ketika Penulis mewawancarai mendatangi kediaman narasumber. Ibu Rokhilah menjawab sebagai berikut, jika pembelian barang dengan menggunakan giro pada transaksi jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug pembelian barang diatas 100 kodi tidak boleh menggunakan giro. Karena tidak bisa membiayai segala keperluan bahan-bahan perlengkapan penjahitan dan upah pembuatannya. Dan kalau bisa di bayar setengah kemudian setengah

lagi dibayar dengan menggunakan giro.1 Dalam transaksi jual beli dipasar

sandang Tegalgubug ada yang menggunakan uang tunai, cek juga giro. Jika transaksi giro tersebut dilakukan dalam jumlah besar dan jumlah total barang diatas 100 kodi itu dibayar dengan menggunakan giro maka tidak bisa membeli dan membayar bahan-bahan keperluan pembuatan dan penjahitan. Maka dari itu ketentuan dalam pembayaran

dengan menggunakan giro itu minimal 5 kodi, 10 kodi dan 20 kodi.2

Dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan giro ini hasil dari penelitian menunjukkan semua giro yang dijadikan sebagai alat pembayaran atas jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug yaitu giro berasal dari bank konvensional yaitu Bank Danamon, Bank BRI , Bank

BCA,3 Bank Mandiri, Bank BNI. Jangka waktu dari jatuh tempo giro itu

tidak menentu ada yang seminggu, 17 hari, 2 bulan dan ada juga yang 1

bulan tergantung yang tercantum dalam kwitansi giro tersebut.4

Dalam transaksi pembayaran menggunakan giro pada transaksi jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug ini dilakukan oleh orang Cipulir

1

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rokhilah dan Bapak Barok (Pedagang) pada hari Senin tanggal 06 juni 2016 pukul 10.00-11.30 Wib. Di kediaman rumah Pedagang.

2

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rokhilah dan Bapak Barok (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 06 juni 2016 pukul 10.00-11.30 wib. Di kediaman rumah Pedagang.

3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Een dan Bapak H. Udin (Pedagang) pada hari senin 13 juni dan 25 juli 2016 pukul 16.10-16.57 wib. Di kediaman rumah Pedagang.

4 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sutiri Dan Ibu Masriah (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 13 juni 2016 pukul 16.00-17.30 wib. Di PD. Pasar sandang Tegalgubug.

(3)

Jakarta,5 Bogor atau Padang,6 Bukit Tinggi (Medan). Mereka mengawali transaksi itu sebagai pelanggan terlebih dahulu supaya dapat dipercaya namun pada akhirnya membuat kerugian para pedagang di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

Pada dasarnya pembayaran dengan menggunakan giro ini hanyalah cara yang lebih modern dari yang sebelumnya, sehingga pembeli hanya membawa giro saja tanpa membawa uang banyak. Akan tetapi apabila itu modern namun tidak sesuai aturan syariat Islam, yang ditimbulkan adalah kerugian yang dialami oleh penjual. Adapula yang berniat untuk menipu ada juga yang jujur. Itulah perkembangan transaksi jual beli di PD. Pasar

Sandang Tegalgubug dengan menggunakan giro. Membuat

ketidakseimbangan, ketidakjelasan, ketidakjujuran antara tulisan nominal di kertas giro dengan saldo yang ada didalam rekening giro tersebut.

Menurut Ibu Sutiri ketika Penulis mewawancarai narasumber di PD. Pasar Sandang Tegalgubug, beliau pedagang yang menerima uang muka dari transaksi jual beli dengan menggunakan giro ini, akan tetapi langsung menyerahkan giro kepada penjual di PD. Pasar Sandang Tegalgubug. Ada juga yang diberikan uang muka hanya Rp. 5.000.000,- sedangkan yang belum dibayar Rp. 20.000.000,- dengan di iming-imingi,

ini ada sebuah giro untuk simpanan dan untuk langganan.7

Menurut ibu Hj. Masriah dan ibu rokhilah pedagang yang tidak menerima uang muka hanya menerima giro secara langsung dari transaksi jual beli itu kebingungan dan tidak bisa membeli bahan bahan untuk berjualan lagi karena uang modal berada pada giro tersebut yang tidak jelas jumlahnya, saldonya dan waktu tempo pencairannya. Karena mereka adalah pihak kedua, pihak pertama adalah bapak H. Sharoni beliau adalah

5

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sutiri Dan Bapak Ihwan (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 13 juni 2016 pukul 16.00- 16.30 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug

6 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Masriah dan Bapak H. Sunadi (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 13 juni 2016 pukul 16.30-17.30 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sutiri Dan Bapak Ihwan (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 13 juni 2016 pukul 16.00- 16.30 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

(4)

penjual berbagai macam kain untuk pedagang konveksian.8 Maka dengan itu Ibu Hj. Masriah dan Ibu Sutiri membeli kain terlebih dahulu kepada bapak Sharoni dengan utang kemudian apabila sudah terjual dagangannya barulah ibu Hj. Masriah dan Ibu Sutiri, dan juga ibu Rokhimah membayar utang mereka dari pembelian kain tersebut untuk dibuat rok bawahan dan celana.

Menurut Ibu Rokhimah ketika Penulis mewawancarai

Narasumber di PD. Pasar Sandang Tegalgubug. Sampai sekarang juga masih banyak transaksi non tunai dengan menggunakan giro. Hanya saja harus pilih-pilih pelanggan yang baik supaya tidak mendapat penipuan dari pihak pembeli. Dan sudah dialami sendiri oleh Ibu Rokhimah yang menerima giro sebesar 27.000.000,- yang hanya dibayar uang muka sebesar Rp. 15.000.000,- kemudian sisa pembayaran dibayar dengan menggunakan giro, sisa hutang itu sebesar Rp. 12.000.000,- ketika

dicairkan giro oleh H. Sharoni gironya benar-benar kosong.9

Penulis mewawancarai ibu Hj. Een dikediaman rumah beliau. Ibu Hj. Een yang pernah mengalami transaksi itu hanya menerima 10 % uang muka dari hasil transaksi jual beli dengan giro. Dengan jumlah uang sebesar Rp. 12.000.000,- dan baru di bayar Rp. 1.200.000,- sedangkan sisanya Rp. 10.800.000,- dibayar dengan menggunakan giro yang tidak

jelas saldonya kosong.10 Dan ibu Hj. Een mengatakan untuk sekarang dan

selanjutnya harus lebih berhati-hati dalam menerima transaksi non tunai seperti giro. Karena takut merugikan para pedagang. Apabila dalam transaksi pembeli sudah menjadi pelanggan tetap dan dalam satu bulan

8

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Masriah dan Bapak H. Sunadi (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 13 juni 2016 pukul 16.30-17.30 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

9

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rokhimah Dan Bapak Damiri (Pedagang) pada hari Jum’at 22 Juli 2016 pukul 13.30-14.30 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

10

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Een dan Bapak H. Udin (Pedagang) pada hari senin 25 Juli 2016 pukul 16.10-16.57 wib. Di Kediaman Rumah Ibu Hj. Een Tegalgubug.

(5)

berbelanja ke ibu 3 kali atau 4 kali itu boleh bisa dipercaya sebagai

pelanggan yang baik dan tidak mungkin menipu.11

Maka melihat perkembangan transaksi yang semakin canggih tetapi tidak sesuai aturan dan ketentuan syara’ akan berdampak tidak baik untuk masa depan dalam bertransaksi jual beli dipasar sandang Tegalgubug. Jika pembayaran giro ini terus menjadi topik trending yang sering kali dialami. Sebagai pedagang yang cermat perlulah berhati-hati dalam bertransaksi dan berteliti supaya terhindar dari ketidakjelasan pembayaran dengan menggunakan giro pada transaksi jual beli dipasar sandang Tegalgubug.

Dari transaksi yang terjadi pada mekanisme pembayaran dengan menggunakan giro dalam jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug terdapat ketentuan yang berlaku seperti jumlah barang yang dibeli dan uang muka atas pembelian barang. Sebagai berikut rekapitulasi data pembayaran dengan menggunakan giro.

11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Een dan Bapak H. Udin (Pedagang) pada hari senin 25 Juli 2016 pukul 16.10-16.57 wib. Di Kediaman Rumah Ibu Hj. Een Tegalgubug.

(6)

2. Rekapitulasi Data Transaksi Pembayaran Dengan Menggunakan Giro12

No

Banyaknya barang yang

terjual

Jenis barang Harga total barang yang dijual Uang muka dalam transaksi giro Tahun Periode

1. 11 kodi Celana joger Rp. 6.000.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro

2016

2. 22 kodi Celana fatin Rp. 15.000.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro

2015

3. 22 kodi Celana fatin Rp.10.800.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro

2014

4. 20 kodi Celana fatin Rp. 9.900.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro

2014

5. 28 kodi Celana fatin Rp.14.000.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro

2015

6. 29 kodi Celana fatin Rp. 15.000.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro 2015 7. 55 kodi Rok bawahan Rp.25.000.000,- Rp.5.000.000,- 2015 8. 50 kodi Rok bawahan

Rp.20.000.000,- Tidak ada uang

muka langsung memakai giro 2015 9. 50 kodi Rok bawahan Rp. 27.000.000,- Rp.15.000.000,- 2015

10. 30 kodi Rok payung Rp.12.000.000,- Rp.1.200.000,- 2015

12

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pedagang di PD. Pasar Sandang Tegalgubug pada tanggal 06,13, Juni dan 22, 25 Juli 2016 pukul 10.15,16.00,16.35,16.30,13.30 Wib, dikediaman rumah pedagang dan di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

(7)

3. Upaya dan usaha para pedagang Tegalgubug dalam menghadapi masalah pembayaran dengan giro.

Menurut para pedagang PD. Pasar Sandang Tegalgubug mengatakan ketika penulis mendatangi dikediaman rumah beliau yaitu, untuk selanjutnya upaya dan usaha dalam menghadapi transaksi dengan menggunakan giro harus dengan cara sebagai berikut :

1. Melihat dan memperhatikan para pembeli yang baik dan sudah lama menjadi pelanggan. Diantaranya pelanggan yang sudah lama kenal dan akrab hanya orang-orang tertentu.

2. Menjaga sikap saling percaya antara pedagang dan pembeli. Karena banyak pembeli yang membuat berniat dan beritikad tidak baik. 3. Tidak mau menerima giro secara langsung apabila pembeli yang baru

membeli barang dagangan kepada para pedagang PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

4. Tidak mau memberikan kepercayaan yang lebih kepada pembeli atau pelanggan yang baru. Karena untuk mengantisipasi terjadinya masalah dalam bertransaksi.

5. Tidak mau menerima giro yang jumlah total barang hampir melebihi Rp.100.000.000,-. Karena tidak bisa untuk menutupi modal dan tidak bisa untuk membayar pembelian bahan untuk produksi barang yang

akan dijual pada saat minggu berikutnya.13

6. Dan untuk sekarang dan selanjutnya harus lebih berhati-hati dalam menerima transaksi non tunai seperti giro. Karena takut merugikan para pedagang. Apabila dalam transaksi pembeli sudah menjadi pelanggan tetap dan dalam satu bulan berbelanja ke ibu 3 kali atau 4 kali itu boleh bisa dipercaya sebagai pelanggan yang baik dan tidak mungkin menipu.

13

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rokhilah Ibu Sutiri Dan Ibu Hj. Masriah (Pedagang) pada hari Senin Tanggal 06,13 juni dan 22 juli 2016 pukul 10.00 dan pukul 16.00 wib. Di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

(8)

Maka dari itu dengan adanya jual beli dengan menggunakan giro ini para pedagang PD. Pasar Sandang Tegalgubug harus lebih berhati-hati dalam bertransaksi, mengetahui cara-cara dan akad yang akan diperjualbelikan, tidak hanya menerima hal apa saja yang bersifat tidak jelas dan mengandung gharar. Dan harus lebih mengenal dan memilih pelanggan yang baik yang dapat dipercaya dalam jual beli.

B. Mekanisme Pembayaran Dengan Menggunakan Giro Pada Transaksi Jual Beli Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syari’ah

Akad muamalah dilarang memperjanjikan hal yang keberadaannya tidak pasti. Artinya, akad muamalah dilarang memperjanjikan sesuatu yang bersifat gharar dengan ancaman kebatalan demi hukum atas akad tersebut.

Gharar merupakan larangan utama kedua dalam transaksi muamalah setelah

riba.

Penjelasan Pasal 2 ayat (5) peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah memberikan pengertian mengenai gharar sebagai transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah. Penjelasan peraturan bank indonesia tersebut kurang memadai untuk dapat memberikan pemahaman mengenai apa yang dimaksud gharar.

Gharar mengacu kepada ketidakpastian (uncertainty) atau hazard

yang disebabkan karena ketidakjelasan berkaitan dengan objek perjanjian atau harga objek yang diperjanjikan di dalam akad. Setiap jual beli atau akad

perjanjian yang mengandung unsur gharar adalah dilarang.14

14

Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan Syariah (Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya). (Jakarta: Prenada Media Group. 2014). Hlm. 167

(9)

Imam Malik mendefinisikan gharar sebagai jual beli objek yang belum ada dan dengan demikian belum dapat diketahui kualitasnya oleh pembeli apakah kualitas barang itu baik atau buruk seperti jual beli budak belian yang melarikan diri, atau jual beli binatang yang telah lepas dari tangan pemiliknya, atau jual beli anak binatang yang masih berada dalam kandungan induknya. Menurut Imam malik, jual beli tersebut adalah jual beli yang haram karena mengandung unsur gharar unsur untung-untungan. Diketahui dan kuantitasnya harus dapat ditentukan oleh para pihak. Berkenaan dengan itu, maka sejalan dengan keterangan diatas, gharar terkait lebih kepada “ketidakpastian” (uncertainty) dari pada kepada “resiko” yang merupakan terminologi dagang.

Ketidakpastian terkait dengan eksistensi objek yang diperjanjikan, hak-hak atau manfaat dari para pihak terhadap konsekuensi kontrak. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Hazim, terdapat gharar dalam suatu jual beli apabila pembeli tidak mengetahui apa yang dibelinya dan penjual tidak mengetahui apa yang telah dijualnya. Mayoritas ahli hukum Islam berpendapat bahwa baik ketidaktahuan (unknown) dan keraguan dari para pihak merupakan dasar untuk menentukan apakah suatu transaksi bersifat

gharar dan demikian dilarang untuk dilakukan. Untuk menghindarkan

ketidakpastian menurut Muhammad Ayub hukum Islam melarang jual beli dalam salah satu situasi. Berikut ini :

1. Barang-barang yang tidak eksis.

2. Barang-barang yang sudah eksis tetapi belum berada dalam kekuasaan penjual atau ketersediaan barang tersebut tidak dapat diharapkan.

3. Barang-barang yang dipertukarkan berdasarkan penyerahan dan

pembayaran yang tidak pasti.15

15 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan Syariah (Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya). (Jakarta: Prenada Media Group. 2014). Hlm. 168

(10)

a. Gharar-e-Kathir dan Gharar Qalil

Keidakpasian (uncertainty) tidak mungkin dihindarkan sama sakali dalam bisnis. Pengambilan resiko merupakan kondisi yang harus dihadapi untuk memperoleh keuntungan dalam bisnis. Masalahnya adalah sampai sejauh mana ketidakpastian yang terdapat dalam suatu transaksi mengakibatkan transaksi tersebut dapat digolongkan dalam transaksi yang haram. Muhammad Ayub mengemukakan belum ada definisi yang jelas mengenai hal tersebut. Akhir-akhir ini para ilmuwan membedakan antara gharar-e-kathir (ketidakpastian yang berlebihan) dan gharar qalil (ketidakpastian yang nominal) dan menyatakan bahwa yang dilarang hanya transaksi-transaksi yang melibatkan ketidakpastian yang berlebihan terkait objek yang

dijanjikan dan harga yang disebutkan didalam kontrak.16

b. Asas-asas dan penormaan kegiatan ekonomi berbasis syariah

Perspektif atas prinsip ekonomi syariah dengan pengaturan transaksi kegiatan perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan penormaan syariat Islam dalam masyarakat. menurut Fathurahman Djamil dalam Warkum Sumitro, adalah dilaksanakan dengan memenuhi prinsip prinsip atau asas-asas dalam perjanjian Islam. Asas-asas tersebut

antara lain sebagai berikut :17

1. Asas Al-Huriyah (kebebasan). Dengan pemberlakuan asas kebebasan dalam kegiatan perekonomian termasuk pengaturan dalam hukum perjanjian. Para pihak yang melaksanakan akad didasarkan pada kebebasan dalam membuat perjanjian baik obyek perjanjian maupun persyaratan lainnya. Termasuk bagaimana para pihak menyelesaikan persengketaan. Landasan asas kebebasan adalah (QS. Al-Baqarah : 256)

16 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan Syariah (Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya). (Jakarta: Prenada Media Group. 2014). Hlm.169

17 Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). Hlm. 46

(11)

                           

Artinya : “Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa yang ingkar kepada Takut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah

maha mendengar, maha mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 256)18

2. Asas Al-Musawah (persamaan dan kesetaraan), pemberlakuan asas persamaan dan kesetaraan adalah memberikan landasan bagi kedua belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga pada saat menemukan hak dan kewajiban masing-masing didasarkan pada asas persamaan atau kesetaraan. Landasan asas ini adalah (QS. Al-Hujarat : 13)                       

Artinya : “Wahai manusia sungguh, kami telah menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sungguh, yang paling mulia antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha

mengetahui, maha teliti”. (QS. Al-Hujarat : 13)19

3. Asas Al-Adalah (keadilan). Dengan memberlakukan keadilan yang merupakan salah satu sifat Allah swt dan Al-Qur’an menekankan agar manusia menjadikan moral keadilan dalam kehidupannya. Pelaksanaan asas keadilan dalam akad manakala para pihak yang

melakukan akad dituntut untuk berlaku benar dalam

mengungkapkan kepentingan-kepentingan sesuai dengan keadaan

18 Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). 47

19 Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). 47

(12)

dalam memenuhi kewajibannya. Landasan asas ini adalah (QS. Al-A’raf : 29)                    

Artinya : “Katakanlah “Tuhanku menyuruhku berlaku adil.

Hadapkanlah wajah-wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata

hanya kepadanya. Kamu akan dikembalikan kepadanya

sebagaimana kamu diciptakan semula”. QS. Al-A’raf : 29)

4. Asas Al-Ridho (kerelaan), pemberlakuan asas tersebut menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak. Kerelaan antara para pihak dalam penyelenggaraan kegiatan usaha adalah sebagai syarat sahnya transaksi tersebut. Sebagai dasar pemberlakuakn asas ini adalah (QS. An-Nisa : 29)                          

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali, dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguhlah Allah maha penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa :

29)20

5. Asas Ash-Shidiq (kejujuran dan kebenaran), kejujuran merupakan nilai etika yang mendasar dalam Islam. Islam adalah nama lain dari kebenaran. Allah memerintahkan semua muslim untuk jujur dalam segala urusan dan perkataan. Nilai kebenaran memberi pengaruh pada pihak-pihak yang melakukan perjanjian untuk merusak legalitas akad yang telah dibuat. Dasar asas ini adalah (QS. Al-Ahzab : 70)

20 Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). Hlm 47

(13)

        

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu

kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. (QS.

Al-Ahzab : 70)

Tranformasi asas-asas dan penormaan hukum Islam dalam kegiatan perekonomian di indonesia, menurut Warkum Sumitro, telah didukung dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang telah membuka pintu bagi tersenggaranya perbankan berdasarkan syariat Islam. Pengaturan hukum kegiatan ekonomi melalui perbankan yang berbasis nilai-nilai dan norma syariah dalam undang-undang tersebut telah dibuka peluang yuridis ekonominya, sehingga berpengaruh pula bai kegiatan

ekonomi yang berhubungan dengannya agar dijalankan

berdasarkan prinsip syariah. 21

c. Prinsip-prinsip jual beli dalam perspektif Islam

Apapun bentuk perdagangan yang dilakukan seseorang selama tidak lepas dari kendali nilai-nilai tersebut dibenarkan dalam Islam. Demikian pula Islam mendukung perdagangan yang membawa manfaat apapun untuk kesejahteraan manusia dengan tetap mendasarkan diri pada sejumlah prinsip tertentu. Dalam Islam prinsip-prinsip utama dalam perdagangan ini dikemukakan M.A Mannan selain kejujuran dan kepercayaan serta ketulusan juga diperlukan

beberapa prinsip lain seperti :22

1. Tidak melakukan sumpah palsu

Sumpah palsu biasanya dilakukan pedagang dewasa ini dengan motif dan tujuan untuk meyakinkan pihak lain (konsumen). Bahwa barang dan jasa yang diperdagangkannya tidak mengandung cacat

21

Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). 48

22

Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalat. ( Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007). Hlm. 105

(14)

meskipun dalam kenyataannya tidak demikian. Cara meyakinkan calon pembeli dengan cara yang demikian merefleksikan prinsip dan nilai ketidakjujuran dan sikap acuh seseorang terhadap pentingnya nilai-nilai moral dan spiritual dalam transaksi perdagangan. Hukum Islam memandang cara yang demikian (sumpah palsu) sebagai cara dan mekanisme bisnis dan perdagangan yang tercela. Sahabat Rasulullah yang bernama Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah pernah berkata :

َل اَق ، ُوْنَع ُلله ا َيِض َز ِة َسْي َسُى يِب َا ْنَع : ُلله ا َّىلَص ِلله ا ُل ٌُْس َز ُتْعِوَس ُل ٌُْقَي َنَّلَس ًَ ِوْيَلَع : ِتَك َسَبْلِل ُتَقَحْوَه ِتَعْلَّسلِل ُتَّقَفَنُه ُفِلَحْل َا

“ dengan menggunakan sumpah palsu barang-barang jadi terjual, tetapi menghilang berkah yang terkandung didalamnya.” (HR.

Bukhari) hadis ini menjadi dasar mengapa Islam memandang pedagang yang meyakinkan calon pembelinya dengan cara sumpah palsu sebagai cara yang terkutuk. Bahwa konsekuensi lebih jauh dari cara perdagangan yang menggunakan sumpah palsu, seperti dikemukakan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, adalah termasuk dalam salah satu dari tiga kategori orang

yang tidak disapa dan diperhatikan Allah.23

2. Takaran yang benar dan baik

Prinsip ini mendapatkan sorotan tajam dalam Islam sejak ribuan tahun yang lalu, bahwa secara eksplisit ditegaskan gambaran tentang kondisi dan keadaan yang dialami oleh pedagang yang curang (tidak melakukan takaran yang baik dan benar) sepeti dikemukakan dalam (QS. Al-Muthafifin 2-7)

23 Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalat. ( Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007). Hlm. 106

(15)

                                  

Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran

dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi, tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap tuhan semesta alam. Sekali-kali jangan curang. Karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin”. (QS. Al-Muthafifin 2-7)

Landasan perdagangan yang mengedepankan nilai kejujuran dengan cara memenuhi takaran baik dan sempurna sesungguhnya menunjukkan bahwa Islam menetapkan pelaku perdagangan dalam kerangka yang terhormat.

3. I’tikad yang baik

Selain dua prinsip tersebut, prinsip lain yang tak kalah penting yang harus dikedepankan dalam dunia bisnis dan perdagangan menurut Islam adalah i’tikad yang baik. I’tikad yang baik dalam perdagangan dianggap sebagai hakikat perdagangan. Menurut MA. Mannan hubungan buruk yang timbul dalam dunia bisnis dan perdagangan modern disebabkan karena tidak adanya i’tikad baik yang timbul dari dua belah pihak. I’tikad baik dalam perdagangan dipandang sentral dalam ekonomi Islam sehingga didalam Al-Qur’an terdapat perintah yang jelas untuk membina hubungan baik dalam usaha, semua perjanjian transaksi perdagangan harus dinyatakan secara tertulis. Dengan menguraikan syarat-syaratnya, karena yang demikian dalam Al-Qur’an dipandang lebih adil disisi Allah.24

24 Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalat. ( Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007). Hlm. 107

(16)

C. Pembayaran Dengan Menggunakan Giro Berdasarkan Ekonomi Syari’ah a. Adanya unsur gharar dalam pembayaran dengan menggunakan giro

Beberapa ketidakjelasan ) ْز َسَ ) dalam transaksi jual beli dengan

menggunakan giro itu adalah dapat dilihat dari :

1. Ketidakjelasan yang ada pada transaksi ini dengan syarat memberikan giro secara langsung ketika barang sudah di beli dan di pesan tanpa adanya uang muka terlebih dahulu.

2. Ketidakjelasan dalam memberikan ungkapan yang membuat menarik perhatian kepada para pedagang di PD. Pasar Sandang Tegalgubug dengan berjanji mengatakan bahwa giro itu sebagai simpanan dan giro itu penting. Tapi dalam kenyataannya giro itu kosong.

3. Ketidakjelasan dalam transaksi jual beli dengan menggunakan giro tidak mengatakan isi saldo dari giro yang telah diberikan kepada para pedagang pasar sandang Tegalgubug. Dan tidak ada saldo yang tertera dalam giro tersebut.

4. Ketidakjelasan transaksi jual beli dengan menggunakan giro tidak di tepati jatuh tempo waktu pencairannya. Karena hanya menunggu kabar dari pembeli tersebut.

Karena prinsip dalam ekonomi Islam adalah diantaranya yaitu : Prinsip kejujuran dan kebenaran. Prinsip ini merupakan sendi akhlak karimah.

a. Prinsip transaksi yang meragukan dilarang, akad transaksi harus tegas, jelas dan pasti. Baik benda yang menjadi objek akad. Maupun barang yang diakadkan itu. Seperti kaidah fiqhiyah berikut ini :

ْ اشِّلل اِب ُل ا َ ُي لًا ُنْيِقَيْل َا

“keyakinan itu tidak dapat dihilangkan dengan keragu-raguan”

(17)

b. Prinsip transaksi yang merugikan dilarang. Setiap transaksi yang merugikan diri sendiri maupun pihak kedua dan pihak ketiga dilarang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yaitu :

َز ا َسِض َ ًَ َز َسَض َ

“Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak boleh membahayakan (merugikan) pihak lain”.

c. Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. prinsip ini menekankan pentingnya kepentingan bersama yang harus

didahulukan tanpa menyebabkan kerugian individu.

Sebagaimana kaidah fiqhiyah :

ِد ْسَفلْا ِتَحَلْصَه َىلَع ْوَع َاوَجْل ا ُتَحَلْصَه ُم َّدَقُت

“mendahulukan kepentingan sosial atas kepentingan individu”.25

d. Prinsip manfaat. Objek transkasi harus memiliki manfaat, transaksi terhadap objek tidak bermanfaat menurut syariat dilarang.

ْحِج ا َز ًْ َا ُتَصِل اَخ ُوُتَحَلْصَه اَوِب َّ ِا ُسُه ْاَي َ ُع ِسَّلل َا

“syari’at tidak memerintahkan kecuali sebuah kemashlahatan murni atau yang rojih”

e. Prinsip transaksi yang mengandung riba dilarang. Firman Allah (QS. Al-Baqarah : 275)       

Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah : 275).

f. Prinsip suka sama suka (saling rela, an-taradhin). Prinsip ini berlandaskan pada firman Allah:

25 Abd. Shomad, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia). (Jakarta :Kencana Prenada Media Grup. 2010). Hlm. 79

(18)

                         

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu

saling memakan harta sesama dijalan yang batil. Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. (an-Nisa : 29)

prinsip ini juga berlandaskan hadits nabi: “ Tidak lain jual beli

harus melalui jalan suka sama suka” (HR. Ibnu Majah).

g. Prinsip tiada paksaan. Setiap orang memiliki kehendak yang bebas dalam menetapkan akad, tanpa tunduk kepada paksaan transaksi apapun, kecuali hal yang diharuskan oleh norma

keadilan dan kemashlahatan bersama.26

اَض شِّسلا َطُقْسَي ُه ا َسْك ِ ْلْ َا

“Unsur paksaan mengguggurkan ridha”

b. Dampak dari jual beli dengan menggunakan giro di PD. Pasar Sandang Tegalgubug

Dampak yang dialami oleh para pedagang di PD. Pasar Sandang Tegalgubug adalah merasa dirugikan dari hasil transaksi karena uang modal mereka mengendap pada saldo giro yang tidak bisa dicairkan atau diuangkan tersebut. Sehingga untuk selanjutnya para pedagang tidak bisa memproduksi atau membayar bahan-bahan untuk memproduksi pakaian seperti celana joger, celana fatin, celana kalong dan, rok bawahan lagi. Untuk itu dalam asas perjanjian jual beli dalam hukum Islam itu menerangkan dan menjelaskan bahwa perjanjian jual beli ada asas-asasnya yaitu :

26

Abd. Shomad, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia). (Jakarta :Kencana Prenada Media Grup. 2010). Hlm. 80

(19)

a. Asas Ibahah (Mabda’ al –Ibahah)

Asas ibahah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang muamalat secara umum asas ini dirumuskan dalam adagium “pada dasarnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya” asas ini merupakan kebalikan dari asas yang berlaku dalam masalah ibahah. Dalam hukum Islam, tindakan-tindakan asas ibahah bahwa bentuk-bentuk ibahah yang sah adalah bentuk yang disebutkan dalam dalil-dalil syariah orang yang tidak dapat membuat-buat bentuk baru ibahah yang tidak pernah ditemukan oleh Nabi saw bentuk baru ibahah yang dibuat tanpa pernah diajarkan oleh Nabi saw. Itu disebut bid’ah dan tidak sah hukumnya.

Sebaliknya, dalam tindakan-tindakan muamalat berlaku asas sebaliknya, yaitu bahwa segala sesuatu itu sah dilakukan sepanjang tidak ada larangan tegas atas tindakan itu bila dikuatkan dengan tindakan hukum, khususnya perjanjian. Maka itu berarti bahwa tindakan hukum dengan perjanjian apapun dapat dibuat sejauh

tidak ada larangan khusus mengenai perbuatan tersebut.27

b. Asas kebebasan berakad (Mabda’ Hurriyyah at-Ta’aqud)

Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang syariah dan memasukkan klausul ke dalam akad yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta sesama dengan jalan batil. Namun demikian, dilingkungan mazhab-mazhab yang berbeda terdapat perbedaan pendapat mengenai luas sempitnya kebebasan tersebut. Nas-nas Al-Qur’an dan sunnah Nabi saw serta kaidah-kaidah hukum Islam menunjukkan bahwa hukum Islam menganut

27 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm. 83-84

(20)

asas kebebasan berakad. Asas kebebasan berakad ini merupakan konkretisasi lebih jauh dan spesifikasi yang tegas lagi terhadap asas Ibahah dalam muamalat.

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum islam didasarkan kepada beberapa dalil antara lain adalah :

1). Firman Allah,                          

Artinya : “wahai orang-orang beriman penuhilah akad-akad

(perjanjian-perjanjian)” (QS. Al-Maidah : 1)

Sabda Nabi saw,“ orang-orang Muslim itu senantiasa setia

kepada syarat-syarat (janji-janji) mereka”

Cara menyimpulkan kebebasan berakad dari ayat yang dikutip adalah bahwa menurut kaidah ushul fikih (metodologi penemuan hukum Islam) artinya memenuhi akad itu hukumnya wajib. Dan dari hadisnya yaitu menunjukkan syarat-syarat atau

janji-janji apa saja dapat dibuat dan wajib di penuhi. 28

c. Asas Konsensualisme (Mabda’ ar-Radha’iyyah)

Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu. Dalam hukum Islam pada umumnya perjanjian-perjanjian itu bersifat konsensual.

Dalam sabda Nabi saw : “sesungguhnya jual beli itu berdasarkan

kata sepakat” (Hadis riwatar Ibn Hibban dan Ibn Majah).

Dalam kaidah hukum Islam, pada dasarnya perjanjian (akad) itu adalah kesepakatan para pihak dan akibat hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan melalui janji.

28 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm. 84-85

(21)

d. Asas janji itu mengikat

Dalam Al-Qur’am dan hadis terdapat banyak perintah agar memenuhi janji. Dalam kaidah ushul fikih. “Perintah itu pada dasarnya menunjukkan wajib”. Ini berarti bahwa janji itu mengikat

dan wajib dipenuhi. Diantara ayat dan hadis dimaksud adalah.29

Firman Allah :                    

Artinya : “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan

diminta pertanggungjawabannya”. (QS. Al-Israa :34)

Dan asar dari Ibn Mas’ud. “Janji itu adalah hutang”

e. Asas keseimbangan (Mabda’ at-Tawazun fi at-Mu’awadhah) Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian Islam tetap menekankan perlunya keseimbangan itu, baik keseimbangan antara apa yang diberikan dan apa yang diterima maupun keseimbangan dalam memikul resiko. Asas keseimbangan dalam transaksi (antara apa yang diberikan dengan apa yang diterima) tercermin pada dibatalkannya suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan prestasi yang mencolok. Asas keseimbangan dalam memikul resiko

tercermin dalam larangan terhadap transaksi riba dan gharar.30

f. Asas kemashlahatan (tidak memberatkan)

Dengan asas kemashlahatan dimaksudkan bahwa akad yag dibuat oleh para pihak bertujuan untuk mewujudkan kemashlahatan bagi mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian (mudharat). Atau keadaan memberatkan (masyaqqah). Apabila dalam pelaksanaan

29 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm. 85-89

30 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm. 90

(22)

akad terjadi suatu perubahan keadaan yang tidak dapat diketahui sebelumnya serta membawa kerugian yang fatal bagi pihak bersangkutan sehingga memberatkannya. Maka kewajibannya dapat diubah dan disesuaikan kepada batas yang masuk akad. g. Asas amanah

Dengan asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak haruslah beriktikad dalam bertransaksi. Dan dalam hukum Islam terdapat suatu bentuk perjanjian yang disebut perjanjian amanah, salah satu pihak hanya bergantung kepada informasi jujur dari pihak lainnya untuk mengambil keputusan untuk menutup perjanjian bersangkutan.

h. Asas keadilan

Asas keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan

perintah Al-Qur’an yang menegaskan. 31

                              

Artinya : “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa” (QS. Al-Maidah : 8)

Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak.32

Analisis pembayaran dengan menggunakan giro pada transaksi jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug adalah sebagai pembayaran non tunai. Yang terjadi pada tahun 2014, 2015 dan 2016. Dalam kehidupan bermasyarakat masih ada sebagian masyarakat yang tidak memahami pengaturan kegiatan usaha dalam bidang muamalah. Kondisi yang

31 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm.91

32 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah (StudyTentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2007). Hlm. 92

(23)

demikian, sebagaimana dilihat pada kasus pembayaran giro pada transaksi jual beli di PD. Pasar Sandang Tegalgubug. Jika dipandang dari syariat Islam secara proposional, yaitu pengaturan syariat Islam tidak berlaku dalam transaksi kegiatan ekonomi, sehingga penerapannya hanya berlaku dalam bentuk kegiatan peribadatan. Sikap apriori sebagian anggota masyarakat tersebut menunjukkan bahwa sistem pengaturan nilai-nilai dan penormaan Islam dianggap sebagai gambaran saja dalam jual beli, tetapi jika melaksanakan dan menjunjung tinggi nilai hukum ekonomi syari’ah sesuai akan semakin tumbuh dan berkembang manakala dibebaskan dari nilai-nilai yang

dilarang oleh ketentuan Allah Swt. 33

Sesuai dengan Firman Allah (QS.Al-Maidah : 1 )

                         

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu,hewan ternak dihalalkan bagimu kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalakan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang dia kehendaki. (QS. Al-Maidah : 1 )

Adapun Hadis Nabi Muhammad SAW mengenai dalil yang melarang

penipuan dalam hal jual beli yaitu :34

اَّنِم َسْيَلَ ف اَنَّشَغ ْنَم

َ

ِر اَّنلا ا ِْفِ ُع ا َدِْلْا َ ُرْكَمْل ا

“Barang siapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami, orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibu Hibban).

33

Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. (Malang. UIN Malang. 2009). Hlm.38

34

Ahmad Izzan, & Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berdimensi Ekonomi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2006) hlm. 32

(24)

Hadis ini menjelaskan bahwa kaum yang berbuat pengelabuan atau penipuan itu tempatnya dineraka, maka janganlah menipu hanya karena ingin memiliki sesuatu yang bukan hak miliknya apabila ia bersungguh-sungguh dalam segala apapun bentuk transaksi maka ia akan terhindar dari larangan Allah Swt.

Dari Ibnu Taimiyah Rahimahullahu menyatakan :

ُحْيِبُي ْلَب ِز َسَغْل ا َنِه ٍعٌَْن ِلْج َ ِلِ ِعْيَبْل ا َنِه ِوْيَل ِا ُس اَّنل ا ُج َاتْحَي اَه ُم شِّسَحُي َ ُع ِز اَّلل ا ًَ َكِل َذ ْنِه ُس اَّنل ا ِوْيَل ِا ُج اَت ْحَي اَه

“Syariat tidak mengharamkan jual beli yang dibutuhkan manusia hanya karena ada sejenis gharar, bahkan syariat memperbolehkan semua hal yang dibutuhkan manusia dari hal itu,”

ِرَرَ ْلا ِ ْيَ ْنَ َ ِااَ َْاا ِ ْيَ ْنَ َ َّلَ َ ِ ْيَلَ ُ َّللا َّلَ ِ َّللا ُا ُ َر َ َ َااَ َاَرْ َرُ ِ َ ْنَ

)

ﻩﺍ ر

لﺴم

(

Dari “Abu Huraiarah r.a Beliau berkata” : “Rasulullah telah melarang jual beli dengan lempar batu dan jual beli dengan penipuan” .(H.R

Muslim).35

Didalam hadis diatas menerangkan bahwa jual beli dengan gharar itu dilarang dan penipuan juga seperti halnya jual beli dengan pembayaran giro yang sengaja memanfaatkan sumber daya manusia masyarakat Tegalgubug. Didalam alat pembayaran modern sudah banyak dengan berbagai pilihan akan tetapi alat pembayaran itu modern namun ada unsur penipuan didalamnya maka itu sangat dilarang.

35 Muhammad Sharif Chaudhry. Sistem Ekonomi Islam : Prinsip Dasar (Fundmental or Islamic Economic System). 121

(25)

Hadis Nabi Muhammad Saw

ُهَدَي لَخْدَأَف ٍماَعَط ِةَسْبُص ىلع َّسَه َنلسً ِويلع ُالله ىلَص ِالله ُلٌُْسَز َلاَق َةَسْيَسُى يِبَأ ْنَع

ِالله ُلٌُْسَز اَي ُءاَوَّسلا ُوْتَباصَأ َلاَق ِماَعطلا َبِحاَص اَي ارَىاَه َلاَقَف لًالًَلَب ُوُعِباَصَأ ْتَلاَنَف اييف

يشِّنِه َسْيَلَف ىَّلَ ْنَه ُسانلا ُهاَسَي ْيَك ِماعطلا َقٌَْف ُوَتْلَعَج َلًَفَأ َلاَق

(

ُنِلْسُوْل ُه ا ًَ َز

)

Artinya : Bahwasanya Rasulullah pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” sang pemiliknya menjawab, “makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah,” beliau bersabda, mengapa kamu tidak meletakkannya dibagian makanan agar manusia dapat melihatnya ? ketahuilah, barang siapa menipu maka dia bukan golongan kami.” (HR. Muslim.no 102)36

Untuk itu transaksi jual beli dengan menggunakan giro dalam

perspektif hukum ekonomi syariah di PD. Pasar Sandang Tegalgubug sangat dilarang karena mengandung gharar yang memiliki ketidakjelasan dalam transaksi seperti :

1. Jumlah saldo giro.

2. Tidak adanya uang muka yang didahulukan.

3. Tidak jelasnya jangka waktu jatuh tempo dalam giro tersebut.

Dan dapat dijelaskan dalam kitab-kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 178 yang menerangkan ketentuan cek atau giro. Dijelaskan bahwa dana dalam cek atau giro harus cukup, Materai cukup, Apabila terdapat coretan, maka coretan ini harus di tandangani oleh pemilik rekening giro, Jumlah angka sama dengan jumlah huruf harus sesuai, Terdapat masa kedaluwarsa, yaitu 70 hari setelah tanggal dikeluarkannya giro, Tanda tangan dan stempel harus sama dengan tanda tangan dan

(26)

stempel yang ada dalam specimen (kartu contoh tanda tangan) yang disimpan oleh bank, dan Tidak diblokir.

Dilihat dari segi hukum ekonomi Islam gharar sangat dilarang dan begitu pula hadis-hadis Nabi yang sudah tercantum dalam analisis ini sudah sangat jelas sekali. Bahwa transaksi jual beli dengan menggunakan giro ini tidak sesuai dalam perspektif hukum ekonomi syari’ah, karena terdapat unsur gharar didalamnya :

a. Terdapat unsur gharar didalamnya yang memanfaatkan penjual di PD. Pasar Sandang Tegalgubug.

b. Tidak sesuai dengan aturan Al-Qur’an seperti (QS.Al-Maidah : 1), (QS. Al-Israa : 34) dimana pada ayat ini menerangkan bahwa dalam bertransaksi harus memenuhi akad karena akad dalam transaksi sangat berpengaruh dalam kelancaran bertransaksi, tidak membuat ragu atau curiga untuk kedua belah pihak.

c. Di dalam (QS. Al-Ahzab : 70) menerangkan bahwa didalam penormaan berbasis syariah harus adanya asas kejujuran yang harus ditanamkan dalam diri manusia supaya apa yang ia kerjakan akan menghasilkan sesuatu yang tidak merugikan orang lain. seperti halnya berkaitan dengan transaksi giro ini, berlaku jujurlah dalam berakad jual beli, dan objek yang menjadi akad.

d. Didalam (QS. An-Nisa : 29) menerangkan bahwa Allah menyuruh hambanya untuk memperoleh harta dengan jalan yang benar tidak batil, seperti halnya pembayaran dengan giro ini seorang pembeli mendapatkan barang dagangan dan ia tidak melihat dan memahami bahwa Allah sudah menetapkan aturan dalam jual beli mulai dari Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. Dan di dalam asas-asas jual beli terdapat : Asas Ibahah (Mabda’ al

–Ibahah), Asas kebebasan berakad (Mabda’ Hurriyyah at-Ta’aqud), Asas konsensualisme (Mabda’ ar-Radha’iyyah), asas

(27)

amanah, asas keadilan, asas-asas ini sangat penting didalam jual beli yang berpengaruh pada kebebasan berakad berhak memilih mana yang terbaik untuk dipilih, asas konsensualisme itu adalah kesepakatan para pihak dan akibat hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan melalui janji apabila janji kesepakatan itu tidak sesuai kesepakatan maka hukumnya kesepakatan itu tidak sesuai. asas janji mengikat harus berlaku jujur dalam berakad, asas ibahah yang menerangkan apabila suatu jual beli yang melanggar larangan Allah Swt seperti gharar, riba dan lainnya maka itu tidak sah. Asas keseimbangan apabila sesuatu yang diserahkan dan diterima tidak sesuai seperti halnya giro dan saldo kosong maka itu tidak seimbang. Pada asas kemashlahatan juga tidak boleh merugikan orang lain dan tidak boleh memberatkan kedua belah pihak dalam asas ini. Asas amanah dan keadilan juga sangat berpengaruh dalam perjanjian jual beli dengan pembeli yang jujur atau penjual yang

jujur akan menciptakan transaksi yang terhindar dari

ketidakjelasan.

Sebaik-baiknya penjual dan pembeli harus memenuhi syarat dan rukun dalam jual beli karena itu yang menjadi syarat sahnya dalam jual beli. Karena proses jual beli yang memenuhi semua syarat dan rukun jual beli, Asas-asas dan penormaan kegiatan ekonomi berbasis syariah, prinsip-prinsip jual beli dalam perspektif Islam, prinsip-prinsip kejujuran dan kebenaran, asas perjanjian jual beli dalam hukum Islam. Akan memperoleh kebarokahan dalam jual beli dan segala halnya.

Referensi

Dokumen terkait

Ibu yang mempunyai tekanan darah yang tinggi boleh menyebabkan pembesaran janin terbantut manakala kandungan gula yang tidak terkawal dalam ibu hamil yang menghidap

Orang yang membuat ajaran agama menjadi sistem rasional akan terjebak pada ajaran panteisme yang, melihat Tuhan identik dengan alam, bahwa semua serba Tuhan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian mengenai Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Penertiban Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kota Pekanbaru

Wawancara pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Tujuan dari wawancara ini ialah untuk melihat pembelajaran yang dilakukan

Alhamdulillahi rabbil’alamin , penulis mengucapkan puji syukur pada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga

berbanding terbalik dengan kehilangan berat contoh uji, karena semakin banyak ekstrak yang digunakan maka contoh uji akan lebih banyak menyerap ekstrak sehingga contoh uji

Berdasarkan tabel 4 Uji BNT interaksi antara abu dan proporsi pasir-kompos terhadap berat kering tanaman sorgum pada usia 30 hari dan Gambar 4 :Grafik simple effect pemberian

Analisis Perbedaan Kadar TSS terhadap Variasi Biomassa Tanaman Analisis perbedaan kadar Total Suspended Solid (TSS) pada limbah cair industri tempe dengan berbagai