• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PROTEKSI TERHADAP KESTABILAN FREKUENSI UNTUK PELEPASAN BEBAN BERBASIS FUZZY LOGIC CONTROL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PROTEKSI TERHADAP KESTABILAN FREKUENSI UNTUK PELEPASAN BEBAN BERBASIS FUZZY LOGIC CONTROL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A1-19

SISTEM PROTEKSI TERHADAP KESTABILAN FREKUENSI UNTUK PELEPASAN

BEBAN BERBASIS FUZZY LOGIC CONTROL

A.SOFWAN1) dan B.UTOMO2)

1) Teknik Elektro PPS ISTN Jakarta 2) Grand Indonesia Hotel, Jakarta

asofwan31@yahoo.com

ABSTRAK

Hubungan antara beban dengan frekuensi dari suatu sistem penyaluran daya listrik saling berpengaruh. Dengan beban naik maka dapat mengakibatkan frekuensi turun dan sebaliknya. Sistem pembangkit tenaga listrik yang menggunakan penggerak utama engine generator sering terdapat gangguan sehingga menyebabkan daya tersedia tidak dapat melayani beban. Oleh karena itu untuk dapat menghindari sistem menjadi terganggu (collapsed) perlu dilakukan adanya pelepasan beban secara otomatis. Akibat dari lepas 2 unit pembangkit dapat mengakibatkan beban seakan naik, sehingga menggangu kestabilan frekwensi. Keadaan kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit secara tiba-tiba dapat diidentifikasi secara otomatis melalui frekuensi yang menurun dengan cepat. Kestabilan frekuensi dapat dengan segera dapat teratasi dengan melepaskan beberapa beban. Perbandingan antara nilai Set Point 48 Hertz dengan nilai Present

Value dari Frekuensi system akan menghasilkan output Error yang bertujuan untuk menggerakan

UFR untuk melepaskan beban. Pada saat beban maksimum dan terjadi trip pada 2 unit Generator frekuensi pada detik ke 0.1 akan turun menjadi 47.95 Hertz dan terjadi pelepasan beban sebesar 2875 MW, ternyata belum mampu untuk menghindari gangguan berat dalam system sehingga perlu dilakukan penambahan beban yang akan dilepas secara bertahap. Dalam penelitian dipaparkan sistem proteksi berbasis kesatabilan frekuensi dengan menggunakan fuzzy logic control yang dapat disimulasikan dengan perangkat lunak MATLAB.

Kata Kunci: Kestabilan, Frekwensi, Fuzzy Logic Control, dan pelepasan beban. I. PENDAHULUAN

Sistem Tenaga Listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para pelanggan dengan frekuensi yang konstan. Penyimpangan dari nilai nominal harus dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip), maka untuk menghindarkan sistem menjadi terganggu (collapsed) perlu dilakukan pelepasan beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat diidentifikasi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat dan mendadak. Penggunaan logika Fuzzy guna mengontrol penurunan frekuensi hingga 48Hertz dalam merencanakan pelepasan beban otomatisasi, dan monitoring dapat direalisasikan. Perencanaan yang dihasilkan pada output system kendali ini disimulasikan dengan bantuan program Matlab.

2.1 Generating Set (Genset)

Secara garis besar perangkat genset terdiri dari 5 bagian atau komponen utama yaitu :

(1).Engine sebagai Prime Mover, yang berfungsi merubah energi panas bahan bakar menjadi energi mekanik. (2) Alternator, yang berfungsi merubah energi mekanis dari penggerak utama menjadi

energi yang tersimpan.(3) AC/DC Control

Panel,yang berfungsi sebagai control starting dari dynamo starter dan juga control panel. (4). Base Frame, Yang berfungsi sebagai tempat dudukan dari

unit Genset. (5). Radiator, Yang berfungsi sebagai unit pendingin Generator.

2.2. Pelepasan Beban (Load Shedding).

Pada saat t =

t

A ada unit pembangkit yang jatuh sehingga frekuensi menurun yang dimisalkan bahwa frekuensi menurun. Setelah mencapai titik B dilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh Under Frequency Relay (UFR) yang bekerja setelah mendeteksi frekuensi sebesar

F

B. Dengan adanya pelepasan beban tingkat pertama maka penurunan frekuensi berkurang kecepatannya, sampai di titik C UFR mendeteksi frekuensi sebesar

F

C dan akan melakukan pelepasan beban tingkat dua.

Gambar 1 Perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dan pelepasan beban.

(2)

A1-20

Setelah pelepasan beban tingkat kedua frekuensi

tidak lagi menurun tapi menunjukan gejala yang baik yaitu naik kembali menuju titik D. Naiknya frekuensi dari titik C menuju titik D disebabkan karena adanya daya yang masih tersedia dalam sistem adalah lebih besar daripada beban setelah mengalami pelepasan beban tingkat ke2.Governor unit-unit pembangkit dalam sistem mulai melakukan pengaturan primer.

2.3 Penurunan Frekuensi Gangguan Unit Pembangkit.

Penambahan frekuensi sebagai fungsi

waktu akan berlangsung apabila ada penambahan beban secara mendadak (step function). Ditinjau dari respons governor. Penambahan beban secara mendadak mempunyai dampak terhadap penurunan frekuensi sistem, begitu pula apabila ada unit pembangkit yang terganggu dan trip (jatuh) akan

berdampak terhadap penurunan frekuensi.

Perhitungan penurunan frekuensi sebagai akibat tripnya salah satu unit pembangkit dimaksudkan untuk merencanakan pelepasan beban dengan menggunakan Under Frekuensi Relay (UFR) untuk menghindarkan gangguan (semi) total dalam sistem yang disebabkan terlalu banyak unit pembangkit yang ikut trip karena menjadi berbeban lebih. Sebelum ada unit pembangkit yang trip, keadaan adalah seimbang artinya daya yang dibangkitkan dalam sistem

P

G = beban

P

B jika unit pembangkit yang trip sebelum trip membangkitkan daya sebesar

S

P

ke dalam sistem, maka pada saat unit ini trip dalam sistem terjadi kekurangan daya yang dibangkitkan sebesar

P

S. Kekurangan daya inilah yang menyebabkan frekuensi turun.

Secara fisik, kekurangan daya ini menyebabkan kopel yang dihasilkan generator-generator dalam sistem

T

G menjadi lebih kecil daripada kopel beban

G

T

dan

T

=

T

G

T

B adalah < 0.

Nilai

T

< 0 ini menyebabkan terjadinya percepatan negatif atas kecepatan sudut rotor generator, karena

dt

d

I

T

=

ω

. I adalah nilai

momen inersia bagian-bagian yang berputar dalam

sistem, dinyatakan dengan persamaan

f

π

ω

=

2

didapat :

dt

df

I

T

=

.

2

π

(1) Go

P

= besarnya daya yang dibangkitkan dalam

sistem sebelum ada gangguan unit pembangkit.

T

o = saat terjadinya gangguan unit pembangkit,

P

Bo = beban sistem sebelum gangguan.

P

So= besarnya selisih daya antara yang dibangkitkan dengan beban setelah ada gangguan, dalam hal ini sebesar daya yang dibangkitkan oleh unit yang terganggu, maka :

o o G

P

T

.

ω

=

(2) So Bo So o o

P

P

P

P

T

=

=

ω

(

)

(3) Bo o

P

P

=

karena sebelum gangguan daya

dibangkitkan adalah sama dengan beban tanda negatif menunjukan adanya kekurangan daya dibangkitkan.

Karena

ω

o

=

2

π

I

2

π

f

o selanjutnya didapat :

dt

df

f

I

P

So

=

2

π

.

2

π

o

dt

df

I

f

o 2

4

π

=

(4)

Karena merupakan energi kinetis per daya

terpasang, jadi dalam per unit, maka

P

Soyang dinyatakan dalam per unit adalah:

SOT GOT So

P

P

P

Dimana :

P

GOT = daya terpasang dalam MW dari unit-unit pembangkit yang beroperasi sebelum ada gangguan.

P

SOT = daya terpasang dalam MW dari

unit yang mengalami gangguan. Dengan

mengggunakan besaran-besaran per unit seperti yang dipakai untuk H maka persamaan (8) menjadi :

SOT GOT So o

P

P

P

H

f

dt

df

=

2

(5)

Pada hubungan

T

ω

o

=

P

So atau

So

P

fo

T

=

2

π

diketahui bahwa :

1. Frekuensi turun sejak terjadinya gangguan yaitu sejak

t

o, berarti pada saat-saat setelah terjadi gangguan nilai frekuensi sudah lebih kecil daripada

f

o.

2. Dengan turunnya frekuensi maka governor akan bereaksi dan akan melakukan pengaturan primer untuk memperkecil nilai

T

.

3. Dengan turunnya nilai frekuensi, besarnya beban juga turun,

Sebagai akibat dari terganggunya unit pembangkit dalam sistem maka terjadi penurunan frekuensi, pengaruh dari governor belum diperhitungkan. Turunnya frekuensi yang disebabkan adanya

gangguan unit pembangkit apabila lajunya

)

(

dt

df

besar dapat membahayakan sistem, sehingga untuk menghindarkan gangguan yang lebih besar perlu dilakukan pelepasan beban. Pelepasan beban artinya adalah sama dengan memperkecil pengaruh

SO

P

. Dalam perhitungan pelepasan beban pengaruh

governor diabaikan sehingga didapat hasil

perhitungan yang lebih ”aman”. Pelepasan beban dilakukan dengan UFR yang bekerja seketika, tanpa time delay.

(3)

A1-21

2.5. Sistem Kendali Logika Fuzzy.

Himpunan klasik (Crisp) didefinisikan sebagai koleksi elemen atau obyek

u

U

, diskrit atau kontinyu bisa terbatas terhitung atau tak terhitung dan U adalah semesta pembicaraan. Setiap elemen

bisa menjadi bagian dari suatu

himpunan,A,

A

U

bisa pula tidak. Dengan

mendefinisikan fungsi karakteristik (fungsi

keanggotaan)

µ

untuk suatu himpunan dengan

memberikan harga 1 bagi anggota dan bagi bukan

anggota , suatu himpunan klasik dapat

dipresentasikan oleh persamaan

(

µ

,

0

)

dan

(

µ

,

1

)

. Fungsi karakteristik dua harga

µ

A

(u

)

dapat

digunakan untuk mewakili suatu obyek

)

(

u

U

u

milik A atau bukan.

Penggunaan himpunan crisp untuk

menyatakan konsep relatif seperti misalnya pada "kecepatan","posisi" adalah sangat terbatas, dimana ekspresi seperti "cepat, lambat, sangat lambat", atau ` jauh, dekat, sangat dekat" merupakan harga pendekatan dan sangat tergantung pada kontek pembicaraan. Himpunan fuzzy memberikan kerangka untuk menyatakan ekspresi pendekatan di atas.

Dalam himpunan fuzzy, fungsi karakteristik

)

(u

A

A

µ

µ

=

dimungkinkan mempunyai harga

antara 0 dan l untuk menyatakan derajat keanggotaan setiap elemen dalam himpunan yang diberikan.

Penyajian himpunan fuzzy A secara diagramik ditunjukan pada gambar 2.

Gambar 2. Himpunan Fuzzy A secara Diagramatik. Penentuan keanggotaan suatu himpunan fuzzy tidak dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.contoh berikut ini adalah tiga macam keanggotaan yang dinyatakan dengan fungsi keanggotaan S,

π

dan T (triangular). Beberapa bentuk fungsi keangotaan dalam logika fuzzy, diantarnya sebagai berikut:

1. S-function.

Definisi S-function adalah sebagai berikut :

Bentu k digramatik S-function ditunjukan pada gambar 3

Gambar 3: S-function. 2.

π

-function.

Definisi

π

-function adalah sebagai berikut:

Bentuk diagramatik

π

-function ditunjukan pada gambar 4.

Gambar 4.

π

-function 2. Triangular-function.

Triangular-function didefinisikan sebagai berikut:

Bentuk diagramatik Tringular-function ditunjukan pada gambar 5.

(4)

A1-22

Penyusunan Aturan.

Pada umumnya aturan-aturan fuzzy dinyatakan dalam bentuk ‘IF-THEN’ yang merupakan inti dari relasi fuzzy, dinyatakan dengan R, juga disebut umplikasi fuzzy. Relasi fuzzy dalam pengetahuan dasar dapat didefinisikan sebagai himpunan pada implikasi fuzzy. Aturan dasar fuzzy adalah dalam bentuk umum [1] : 1 1 1 ) 1 (

:

IFx

is

F

R

AND..

x

n

is

F

n1

,

THEN y is

G

1.

Dimana

F

i1 dan

G

1 adalah himpunan fuzzy masing-masing di

U

1

R

dan V

R

,

Dan x

=

(

x

1

,....,

x

n

)

T

U

1

X……X

U

ndan y

V adalah variable linguistik.

III. PERENCANAAN SISTEM PENGATURAN FREQUENCY FUZZY LOGIC

Pada sistem yang diimplementasikan dalam

sistem control pada pengaturan parameter

frequency dengan menggunakan Fuzzy Logic ini adalah dengan memetakan Error (e) Frequency sehingga Fuzzy Logic Controller (FLC) dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menyesuaikan outputnya.

Harga Error ditentukan dengan rumusan : Error = SP – PV

Keterangan :

SP = Harga Setting Point

PV = Harga Output Pada saat t

error

Gambar 6: Blok Diagram Plant dan Sistem Kendali Fuzzy.

Saat SP diinputkan ke dalam sistem maka sistem akan menghitung error dan variable ini menjadi input

dalam Fuzzy Logic Controller yang berupa

perangkat lunak sistem. Output dari FLC

memberikan aksi kendali pada sistem, dalam hal ini mengaktifkan UFR (Under Frequency Relay) yang

terpasang untuk melepaskan beban-beban.

Frequency

Dari data terlihat bahwa apabila dalam waktu t = 10 detik frekuensi tidak turun dan mencapai nilai 48 Hertz maka perhitungan bisa dihentikan. Nilai 48 Hertz pada flow chart tersebut merupakan hasil

penyetingan frekwensi pada level rendah yang masih diperkenankan. Pada gambar tersebut menunjukkan adanya alur dari proses perubahan frekwensi dari suatu system pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik dengan memperhatikan keterkaitan antara beban dan frekwensi.

3.2 Pembuatan Membership Function (MF)

Pembuatan perangkat lunak FLC diawali dengan membentuk membership function dari crisp input dan crisp output. Crisp input yang digunakan yaitu error sedangkan output yang digunakan yaitu Under Frequency Relay (UFR). Tidak seperti FLC konvensional yang membutuhkan batasan yang tepat dari input dan outputnya,FLC menggunakan pendekatan secara lebih sederhana yaiu dengan menggunakan batasan-batasan Negatif, Nol dan Positif. Pada desain ini, digunakan segitiga dan trapezium untuk MF input dan output.

Batasan-batasan yang digunakan untuk input (membership function) dapat dilihat di table 1. Tabel 1 Batasan Input Membership Function

Tabel 2: Batasan Output Membership Function

3.3 Pembuatan Rules

Setelah selesai membuat input dan output membership function, langkah selanjutnya yaitu membuat rules. Proses pembuatan rules dilakukan dengan menerapkan kemampuan manusia dalam mengendalikan suatu sistem kendali. Apa yang

dilakukan oleh FLC untuk menaikan dan

menurunkan output harus sesuai dengan harga output saat itu dan sebelumnya, sehingga FLC dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menyesuaikan outputnya.

Pada Gambar 7 akan dijelaskan bagian-bagian kontrol block 1 dan akan dapat dijelaskan pula bagian-bagian control block 2.

FUZZY LOGIC CONTROLLER PV SP

X

Output UFR

(5)

A1-23

Gambar 7: Panel Kontrol Block 2

4. SIMULASI DAN ANALISA

Pada bab ini akan dilakukan pengujian dan analisa dari simulasi yang telah direncanakan. Dengan demikian akan diketahui keberhasilan dari

simulasi Load Shadding untuk menghindari

gangguan berat dalam system. Pada tabel 3 dapat dilihat beban yang akan dilepas pada saat terjadi proses Load Shedding.

Tabel 3: Tabel Konsumsi Daya Chiller Plan.

4.1. Pengujian Proses Simulasi

Untuk Proses pengujian simulasi ini, diawali dengan memberikan nilai-nilai setting point yang didapatkan atas dasar spesifikasi generator yang diuji tersebut. Kemudian setelah itu sistem diberikan beban maximum dan dilakukan proses (black out) pada Generator untuk melihat penurunan frekuensi yang ditimbulkan. Dan akhirnya pada proses berikutnya dilakukan proses pelepasan beban untuk melihat kenaikan frekuensi.

4.1.1. Simulasi beban maximum terjadi trip pada salah satu generator (Case-1).

Pada proses pengujian simulasi ini diawali dengan memberikan setting pada nilai-nilai yang ditampilkan pada table IV.2 berikut dibawah ini.

Tabel 4: Parameter Setting Point

Parameter Seting Point

Keterangan

Frekuensi 50 Hz Frekuensi nominal dari

Generator Energy Kinetis 2.32 MW.Sec Data spesifikasi yg didapatkan dari Generator

Statisme 4 (Hz) Turunnya frekuensi dari

keadaan beban nol sampai keadaan beban penuh Inertia

Konstant (H)

5 Sec Energi kinetis dibagi

kapasitas mesin

UFR 48 Hz Under Frekuensi Relay

setting Point Shedding

beban

2.875 (MW)

Beban yang dilepas pada saat Load Shadding Kapasitas

Generator

2.737 (MW)

Daya yang dibangkitkan oleh Unit Generator

Load 7.6

(MW)

Beban yang di pikul Generetor

Berdasarkan data setting pada proses simulasi didapatkan data-data sebagai berikut :

Tabel 5: Data-data Proses simulasi.

Nilai PGo 7.6 MW Nilai Pbo 7.6 MW. Nilai PGoT 10.948 MW. Nilai PSoT 2.737 MW. Nilai PSo 1.9 MW. Hs 2.5429 sec.

Table 6: Hasil Perhitungan penurunan frekuensi sampai dengan 1.5 detik

Waktu (detik) df/dt (Hertz/det ik) frek. (Hertz) Pb (mW) Error 0.1 2.3544 49.7646 7.5642 -1.7646 0.2 -2.2991 49.5346 7.5293 -1.5346 0.3 -2.2456 49.3101 7.4951 -1.3101 0.4 -2.1937 49.0907 7.4618 -1.0907 0.5 -2.1434 48.8764 7.4292 -0.8764 0.6 -2.0946 48.6669 7.3974 -0.6669 0.7 -2.0472 48.4822 7.3663 -0.4622 0.8 -2.0012 48.2621 7.3358 -0.2621 0.9 -1.9566 48.0664 7.3061 -0.0664 1 -1.9132 47.8751 7.277 0.1249 1.1 -1.8711 47.688 7.2486 0.312 1.2 -1.8302 47.505 7.2208 0.495 1.3 -1.7904 47.3259 7.1935 0.6741 1.4 -1.7517 47.1508 7.1669 0.8492

Pada tabel 6 didapatkan nilai-nilai hasil simulasi dimana pada 0.1 detik terjadi penurunan frekuensi sebesar 49.7649 Hertz dan beban sistem berkurang menjadi 7.5642 MW, kondisi ini akan terus menurun jika tidak ada beban yang di lepas sampai detik ke 1.5 frekuensi akan turun mencapai 46.9793 Hertz dan beban sistem menjadi 7.1409 MW. ehingga didapatkan tampilan grafik hasil penurunan frekuensi seperti gambar 8.

(6)

A1-24

Gambar 8. Grafik Penurunan Frekuensi Salah Satu

Generator Trip.

Dari grafik pada gambar 8 diperlihatkan pada saat terjadi trip pada satu unit generator pada detik ke 0 frekuensi sudah turun sampai posisi 49 Hertz dan pada detik ke satu sudah mencapai nilai 48 Hertz jika tidak ada beban yang di lepas maka frekuensi akan semakin turun mencapai 43 Hertz dalam waktu 4 detik. Untuk mentrigger Under Frekuensi Relay melepaskan beban pada detik ke satu.

Gambar 9: Grafik Error (fuzzy Logic)

Dilihat dari grafik antara turunnya frekuensi mencapai nilai 48 Hz dan respon error (proses pada fuzzy Logic Controller) didapatkan pada detik ke satu sehingga harus dilakukan proses pelepasan beban pada detik ke satu untuk menghindari gangguan berat dalam system dan frekuensi naik kembali menuju frekuensi nominalnya 50 Hz.

Table 9 Hasil Perhitungan load shadding sampai dengan 1.5 detik.

Waktu (detik)

df/dt

(Hertz/deti frek (Hertz) Pb (mW)

0.1 1.5215 48.1521 7.3191 0.2 1.4987 48.302 7.3419 0.3 1.4761 48.4496 7.3643 0.4 1.4537 48.595 7.3864 0.5 1.4314 48.7381 7.4082 0.6 1.4093 48.8791 7.4296 0.7 1.3875 49.0178 7.4507 0.8 1.3658 49.1544 7.4715 0.9 1.3443 49.2888 7.4919 1 1.323 49.4211 7.512 1.1 1.3019 49.5513 7.5318 1.2 1.2811 49.6794 7.5513 1.3 1.2604 49.8055 7.5704 1.4 1.24 49.9295 7.5893 1.5 1.2197 50.0514 7.6078

Hasil perhitungan sampai 1.5 detik di tampilkan dalam bentuk table pada table IV.5 Pada tabel IV.5 didapatkan nilai-nilai hasi simulasi dimana pada 0.1 detik setelah dilakukan pelepasan beban sebesar 2875 MW terjadi kenaikan frekuensi sebesar 48.1521 Hertz dari frekuensi awal sebesar 47.87 Hertz.

Beban sistem naik menjadi 7.3191 MW, kondisi ini akan terus naik sehingga pada detik ke 1.5 nilai frekuensi menjadi 50.0514 Hertz dan beban sistem menjadi 7.6078 MW.

Dari table IV.5 simulasi grafiknya di dapatkan seperti pada gambar 10

Gambar 10. Grafik kenaikan frekuensi setelah dilakukan proses Load Shedding.

Dari Grafik pada gambar 10 dapat dilihat pada saat terjadi pelepasan beban sebesar 2875 MW frekuensi akan kembali naik pada detik ke 0 sebesar 49 Hertz dan sampai detik ke 5 akan sebesar 53 Hertz. Hubungan dari table 10 didapatkan nilai-nilai hasil simulasi dimana pada 0.1 detik terjadi penurunan frekuensi sebesar 48.9497 Hertz dan beban sistem berkurang menjadi 5.5803

Gambar 11: Grafik Proses Load Shading pada saat 2 Generator trip.

Dari grafik jelas terlihat bahwa untuk kasus 2 generator trip dengan melakukan pelepasan beban sebesar 2.875 mW tidak dapat menghindari gangguan berat dalam system dan mengakibatkan terjadinya (black out) pada system Generator. Pada salah satu generator trip frekuensi turun sampai dengan 47.87 Hertz pada detik ke 1 dan mulai dilakukan pelepasan beban dan frekuensi naik kembali pada nilai 49.42 Hertz pada detik ke satu. Pada 2 generator trip (case-2) frekuensi menurun dengan cepat 41.53 Hertz pada detik ke satu dan pada saat dilakukan proses pelepasan beban tidak mampu menghindari gangguan berat sehingga pihak management perlu dilakukan pengkajian ulang untuk beban yang akan dilepas.

V. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian secara perangkat lunak, dapat diambil kesimpulan untuk Proses Pelepasan beban untuk menghindari gangguan berat dalam system di Grand Indonesia Shopping Town diantaranya adalah :

(7)

A1-25

1. Perbandingan antara nilai Set Point 48 Hertz

dengan nilai Present Value (PV) dari Frekuensi system akan menghasilkan output Error yang bertujuan untuk menggerakan UFR untuk melepaskan beban.

2. Batasan frekuensi yang terlalu dini memberikan

resiko bahwa pelepasan beban yang

sesungguhnya tidak diperlukan bisa di prediksi dan apabila batasan frekuensi terlalu rendah bisa memberikan resiko bahwa pelepasan beban berlangsung terlambat sehingga bisa terjadi gangguan (semi) total sehingga untuk itu diambil batasan set point untuk simulasi ini sebesar 48 Hertz.

3. Pada saat beban maksimum dan terjadi trip pada 2 unit Generator frekuensi pada detik ke 0.1 akan turun sebesar 47.9538 Hertz dan pada saat pelepasan beban sebesar 2875 mW terjadi

masih belum mampu untuk menghindari

gangguan berat dalam system sehingga

Management Grand Indonesia perlu di lakukan pengkajian lagi dalam penambahan beban yang akan di lepas.

PUSTAKA

[1]. Tomothy, J.Ross, “Fuzzy Logic with Engineering application”, McGrawHill Int. Edition, 1995.

[2]. Wood & Wollenberg,”Power Generation

Operation dan control”, wily.

[3]. Maty,Power System Operation dan Control”, McGraw-Hill,84

[4]. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Graha Ilmu, Jogyakarta 2006.

[5]. Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta 2005.

Gambar III.5 Tampilan window program simulasi.

Table 10. Hasil Perbandingan antara case-1 dan case-2. sampai dengan detik ke 1

Case-1 Case-2 Case-1 Case-2

1 Generator Trip 2 Generator Trip 1 Generator Trip 2 Generator Trip

0.1 49.7646 48.9497 0.1 48.1521 47.8151 0.2 49.5346 47.9538 0.2 48.302 47.6364 0.3 49.3101 47.0084 0.3 48.4496 47.4638 0.4 49.0907 46.1095 0.4 48.595 47.2969 0.5 48.8764 45.254 0.5 48.7381 47.1357 0.6 48.6669 44.4387 0.6 48.8791 46.9797 0.7 48.4822 43.661 0.7 49.0178 46.8289 0.8 48.2621 42.9182 0.8 49.1544 46.683 0.9 48.0664 42.2082 0.9 49.2888 46.5419 1 47.8751 41.5288 1 49.4211 46.4054 Detik Detik

Turunnya Frekuensi (Hertz) Load Shadding (2.875 mW)

Kontrol Block 1

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan dan pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini dan telah dibuktikan oleh hasil uji statistik t dan koefisien

Dalam tes tingkat daya tahan kardiovaskuler yang dilakukan oleh para responden yang merupakan para personal trainer pria di PR60 Workout Centre Surabaya sebanyak 3

Wanita yang menggunakan busana sopan, tertutup, tidak tipis, dan longgar akan selalu dipersepsi dalam kategori wanita baik-baik. Boleh jadi, berbagai gambaran

Menurut [2], dapat disimpulkan bahwa Nguyen-Widrow merupakan salah satu metode yang dapat menginisialisasi bobot-bobot awal jaringan saraf tiruan Backpropagation

Fokus penelitian ini adalah terkait dengan faktor-faktor yang diteliti, yaitu faktor siswa dan guru. Dalam hal faktor siswa melihat apakah kemampuan siswa pada pokok bahasan

Minat belajar juga turut memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa , Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika itu sendiri perlu ditumbuhkan dalam

kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya. Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang

Merujuk SK Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 296/M/KPT/2016 tanggal 5 Agustus 2016, maka Rayon 102 Universitas Negeri Medan akan melaksanakan PLPG