Kita menduga bahwa berpikir artinya merangkaikan kata-kata bersamaan untuk menjadi sesuatu yang berarti. Menurut kita, berbicara adalah cara terbaik untuk berbagi ide. Menurut kita berbicara dengan baik adalah landasan dari kecerdasan. Semua itu hanya separuh benar.
Bla-bla-bla adalah sebuah kerumitan, yang mana dapat membunuh kemampuan kita untuk peduli. Sedangkan, penawar dari bla-bla-bla adalah berpikir vivid (jelas)—yang mana merupakan rumusan dari Visual + Verbal + InterDependent (gabungan).
Bla-bla-bla adalah penyalahgunaan, penyiksaan dan penganiayaan bahasa—segala perkataan kita yang mengganggu kemampuan kita untuk menyampaikan ide dan gagasan. Bla-bla-bla tidaklah hanya berarti membosankan (walaupun membosankan biasanya menjadi bagian dari bla-bla-bla), namun bla-bla-bla juga bisa berniat untuk menyesatkan (dan menyesatkan juga merupakan bagian dari bla-bla-bla). Apa yang sebenarnya dimaksud dengan bla-bla-bla adalah kita menjadi terlalu terpikat dan terpesona dengan kata-kata kita hingga kita terbodohi oleh diri kita sendiri dengan meyakini bahwa kita memahami lebih dari apa yang sebenarnya kita ketahui. Saat kata-kata tidak bekerja, pemikiran pun juga tidak dapat bekerja. Namun walaupun kata-kata begitu hebat, kata-kata tidak dapat mendeteksi, mendeksripsikan dan meredakan berbagai jenis masalah yang datang pada kita. Itu adalah hal yang buruk, karena kata-kata telah menjadi standar alat berpikir kita sedari dulu. Bahkan lebih buruk lagi, bagi sebagian besar dari kita kata-kata merupakan satu-satunya cara kita berpikir.
MENJELAJAHI PULAU BLA-BLA-BLA
Bla-bla-bla hadir dalam skala yang sudah sangat bergeser, dari terlalu banyak informasi kepada terlalu sedikit informasi dan berujung pada informasi negatif. Bla-bla-bla pun juga berarti kita dikepung oleh
1
PORTFOLIO / PENGUIN · 349 HALAMAN
ISBN-13 : 978-1591844594
note
AQUARIUS
Copyright © 2014 AQUARIUS RESOURCES powered by : BACAKILAT. • All Rights Reserved • www.aquariusnote.com
sama sekali. Ketika detail menghadang kita dan membunuh
kemampuan kita untuk memahaminya, kita akan berujung menerima pengetahuan yang negatif—semakin banyak kita mendengar, maka semakin sedikit kita mengetahui.
Seharusnya, dengan begitu banyaknya jalur komunikasi instan yang tersedia untuk kita, kita bisa memahami satu sama lain lebih baik, bukan malah lebih buruk. Saat kita memiliki ide yang hebat, kita harus bisa menyebarkannya dengan lebih jelas dari sebelumnya, bukan malah lebih sulit untuk dipahami.
Pada saat kita berada di dalam keramaian, salah satu dari kita akan mulai berbicara lebih keras dan lebih cepat. Hal tersebut akan berhasil pada awalnya, namun untuk mengimbangi, orang lain juga akan ikut berbicara dengan lebih keras dan lebih cepat. Semua suara akan terus tumpang tindih, hingga keseimbangan bla-bla-bla yang baru tercapai, dalam volume, kecepatan dan kuantitas yang membuat kita menjadi kesulitan untuk memahami mana sebenarnya hal yang perlu kita dengarkan dengan penuh perhatian.
Dan, masalah terbesarnya adalah: dengan berisiknya suara-suara kita, tidak akan lama bagi kita menjadi begitu fokus pada apa yang kita bicarakan agar terdengar orang lain, dan melupakan kemampuan kita untuk mendengarkan orang lain—kita berhenti mendengar diri kita. Sesaat kemudian, kita tidak akan mampu mengingat ide dan gagasan yang kita miliki, yang ingin kita sampaikan. Tujuan kita berubah menjadi ingin didengar.
Jalan keluar dari kepungan bla-bla-bla sebetulnya cukup mudah untuk ditemukan, namun cukup sulit untuk dijalani. Karena jalannya memiliki dua jalur, dan kita baru memahami salah satu dari kedua jalur
tersebut, yaitu jalur kata-kata. Jalur ini kita kenal dengan sangat baik. Ini adalah jalur menulis, berbicara, dan membaca, dan apa yang telah diajarkan, dilatih dan diuji oleh pendidikan yang telah kita emban. Jalur kedua bukanlah sebuah rahasia; semua orang tahu dan pernah melihat jalur itu. Jalur ini disebut jalur gambar. Sebagai peralatan untuk berpikir, gambar telah berada lebih lama di dunia ini dan lebih lama daripada tulisan. Bahkan, jauh di masa lalu, lama sebelum orang lain menulis kata-kata atau apapun, gambar merupakan satu-satunya jalur yang dipakai.
Namun seiring berjalannya waktu, setelah ditemukannya kata-kata dan tulisan, sebagian besar dari kita kehilangan ketertarikannya dengan jalur gambar. Dan sekarang, karena sudah terlalu lama hilang
ke sana. Sayangnya, jalur kedua—jalur gambar—tidak lebih baik. Bahkan banyak orang yang mengetahui bahwa jalur kuno ini memiliki batasan-batasan ketika harus menjelaskan ide yang cukup kompleks. Hanya dengan menggunakan kedua jalur secara bersamaan, kita dapat mencapai ke manapun kita ingin pergi. Untuk memecahkan masalah di masa ini, kita perlu melihat dan mendengar, membaca dan melihat, menulis dan menggambar. Dan saat kita melakukannya—saat kita mengingat bagaimana cara berpikir dengan verbal dan visual sekaligus—di sanalah kita telah memahami kekuatan dari Berpikir Vivid.
Jadi, jika berbagai gambar bisa menarik perhatian anak-anak untuk membuat atau menerima sebuah ide, maka kenapa kita berhenti pada dunia anak-anak saja? Jika gambar memainkan peran yang cukup penting dalam memotivasi diri kita untuk meraih sesuatu yang sama menantangnya dengan membaca, lalu kenapa kita tidak
menggunakan gambar untuk memotivasi kita dalam memahami masalah yang sedang kita hadapi sebagai orang dewasa?
Kata-kata adalah sesuatu yang luar biasa. Jka digunakan dengan baik, kata-kata dapat membantu kita berpikir, membantu kita mengingat, memberitahukan kita akan kebenaran, menunjukkan pada kita cara yang tepat, membantu kita memahami, mengurai kerumitan, mengumpulkan kita bersama-sama, dan memberikan hidup kita makna.
Kata-kata bisa melakukan berbagai hal luar biasa semata-mata karena bahasa adalah teknologi yang begitu penting, dikembangkan dengan begitu baik, dan sangat canggih yang pernah ditemukan oleh
manusia. Menggunakan kata-kata menjadi ciri-ciri manusia. Namun menggunakan kata-kata dengan menggunakan kata-kata dengan baik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan, seberapapun luar biasanya,
kata-kata merupakan teknologi yang paling mudah rusak.
Saat kita menggunakan kata-kata, tidak sedikit hal yang dapat kita rusak baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Saat kita
melakukannya, hasilnya akan menjadi bla-bla-bla. Terkadang
bla-bla-bla yang kita lakukan, hadir dari kesalahan yang tidak begitu buruk—kita memiliki sebuah ide yang baik untuk disampaikan, namun kita menggunakan kata-kata yang salah untuk mendeskripsikannya. Di saat lain, bla-bla-bla datang karena tidak adanya kejelasan dalam benak kita—karena kita tidak yakin terhadap kebaikan dari ide kita, kita menggunakan kata-kata untuk memperindah ide biasa namun malah mengaburkan ide utamanya. Dan terkadang, bla-bla-bla
Yang kita perlukan adalah semacam pendeteksi bla-bla-bla, sebuah cara yang cepat untuk menemukenali apa yang perlu didengarkan dan apa yang tidak. Alat ini dinamakan dengan bla-bla-meter. Kita menyimak pesan dari seseorang yang sedang berbicara, mendeteksi tingkatan pemahaman kita, dan tentukan skalanya. Jika pesannya jelas, maka tidak ada masalah. Kita akan menyerap semua dan mempersiapkan respon baliknya. Namun, jika pesannya tidak jelas, setidaknya kita bisa mengetahui alasannya—dan memahami apa yang kurang jelas bagi kita dan bagi si pembicara.
Ketika kita merasa bosan pada penjelasannya, yang mana hal ini biasanya selalu disebabkan oleh pembicara yang membuat kita tersesat dalam kerumitan—yang mana bisa diartikan antara
pembicara tidak menggunakan waktu untuk menyederhanakan atau, lebih buruk lagi, dia tidak memahami gagasannya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan pembicara yang melantur, maka hal pertama yang kita harus tanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita dapat mendeteksi ide utama yang tersembunyi di balik lanturannya atau tidak sama sekali.
BERPIKIR DENGAN JELAS
Berpikir vivid hadir saat kita membutuhkan kejelasan gagasan baik itu bagi kita maupun bagi para pendengar kita. Dengan mendorong kita untuk secara aktif menggunakan kedua cara berpikir yaitu pemikiran verbal dan visual maka setiap bla-bla-bla yang ada bisa diperbaiki. Tiap ide baik dapat dibuat menjadi lebih jelas, tiap ide yang hilang dapat ditemukan kembali, dan tiap ide busuk dapat disegarkan kembali. Yang kita perlukan hanyalah berpikir vivid.
Vivid adalah hal yang mudah. Ini hanyalah cara untuk melakukan hal yang sebenarnya telah kita latih sejak lama—untuk menggunakan kata-kata, untuk berpikir, mengkritik, meneliti, dan
menyampaikan—dan menggabungkannya dengan kemampuan alamiah kita (yang mana kita lupakan) yaitu menggambar. Hasil dari kombinasi kedua pendekatan berpikir ini akan selalu menjadi lebih baik daripada hanya menggunakan salah satunya saja.
Jika pesan kita tidak tampak jelas, maka kita gunakan berpikir vivid untuk membuatnya jadi bersinar cerah. Jika penyampaian pesan yang kita lakukan tampak membosankan, maka kita harus berpikir vivid agar penyampaian kita dapat menarik perhatian. Jika pesan kita tampak samar, maka kita gunakan berpikir vivid untuk menjelajahi ide-ide kita. Jika pesan kita menyimpang, kita gunakan berpikir vivid untuk kembali pada tujuan.
kesatuan.
Jalur pertama bermanfaat karena dengan melihat dunia sebagai kesatuan dari berbagai hal-hal kecil, kita dapat memilih mana hal kecil yang bisa kita fokuskan terlebih dahulu. Jalur kedua bermanfaat karena kita jadi bergantung pada kemampuan gerak mata kita yang sangat luas agar bisa melihat secara keseluruhan dan bisa mengenali ancaman yang sedang bergerak menuju ke diri kita.
Kemampuan melihat dunia dalam bentuk kumpulan dari
bagian-bagian yang banyak dan dalam bentuk sebuah hal yang besar, merupakan penyelamat jiwa. Dalam perjalanan evolusinya, kedua bagian dari otak yang berfungsi untuk berpikir, membelah tugas mereka. Walaupun keduanya mengerahkan fungsi mereka dengan sebaik mungkin, namun masing-masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri, yang mana salah satunya yang melakukan pemikiran dunia terbentuk dari bagian-bagian dan yang lainnya berpikir dunia sebagai satu kesatuan.
Pemikiran yang melihat dunia sebagai bagian-bagian, yang sangat baik dalam melihat satu hal dalam satu waktu, mengembangkan sebuah cara untuk mengenali sesuatu secara abstrak yang tidak memerlukan perhatian konstan untuk mengingat suatu hal kembali. Cara tersebut adalah memberi nama.
Dengan memberi nama pada hal-hal yang dilihat, pemikiran ini tidak perlu menyimpan segala sesuatu yang ditemuinya; selama tidak ada yang bergerak atau berubah, mengenali nama saja bisa menjadi cara yang efektif untuk mengingat keadaan dunia—dan membantu kita untuk membuat keputusan.
Batasan kedua adalah, kata-kata merupakan hal yang linear. Agar kata-kata bisa mengekspresikan pikiran, mereka harus dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian. Itu berarti, ide-ide yang
disampaikan dengan kata-kata memerlukan awalan, pertengahan, dan akhiran—sesuatu yang menurut pemikiran visual mudah dipalsukan. Karena bukan hal linear, maka pemikiran visual menggambarkan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia.
Seperti saling melengkapi kedua cara berpikir tersebut, merekapun juga menutupi kekurangan satu sama lain. Selama mereka tetap seimbang, keduanya bekerja bersama untuk menjelajahi, dan menyampaikan gambaran dan pesan-pesan yang ada di dunia ini—dan ini membuat otak kita bahagia.
VIVID F-O-R-E-S-T
Makna dari berpikir vivid adalah untuk mempermudah berpikir mengenai ide yang sulit. Ketika kita mengucapkan sebuah kata, maka kita harus menggambar sesuatu. Ucapkan kata benda, gambar potretnya. Ucapkan sebuah arah, gambarkan peta. Ini adalah sebagai awalnya, karena ide-ide kita jauh lebih rumit daripada sekedar beberapa kata yang berkaitan satu sama lain. Berpikir vivid akan menjadi benar-benar bermanfaat hanya jika bisa membantu kita menerjemahkan seluruh pemikiran kita.
Berikut faktor-faktor yang membentuk ide-ide vivid : F = FORM (MEMILIKI BENTUK)
Ide-ide yang kita ingat adalah ide yang berbentuk verbal maupun visual yang mampu kita pertahankan. Ide-ide vivid tidak pernah samar atau tidak jelas; ide yang kita ingat kembali adalah ide dengan bentuk yang paling unik.
O = ONLY THE ESSENTIAL (HANYA INTINYA SAJA)
Dengan segala hal yang harus kita pikirkan agar kita bisa bertahan dalam satu hari, ruang dalam benak kita begitu penuh dan tidak mampu menampung semua ide yang muncul dan berkeliaran. Namun, pada kenyataannya, desakan yang kita hadapi setiap hari memaksa kita untuk bertindak inovatif dan kreatif. Jika kita menginginkan ide kita menjadi ide yang vivid, maka kita perlu membatasi ukuran dari catatan kita.
Hanya intinya saja di sini berarti kita menarik perhatian seseorang dengan dasar-dasarnya. Setelah mereka tertarik dan memperhatikan, maka kita pun bisa mulai menambahkan berbagai detail yang
melengkapinya.
R = RECOGNIZABLE (MUDAH DIKENAL)
Hal-hal baru dapat menyebabkan kita stres. Karena kita belum mengenal mereka, kita tidak tahu bagaimana untuk bereaksi saat berhadapan dengannya. Namun, begitu kita mengenali adanya sesuatu yang tampak kita kenal dalam hal yang baru tersebut, maka otak akan menjadi lebih santai, karena pengalaman kita mengatakan pada kita apa yang kita harus lakukan.
juga jika sebuah ide ingin untuk diamalkan, maka ide tersebut haruslah selalu terbuka pada perubahan. Berevolusi mengingatkan kita bahwa ide-ide vivid itu harus lengkap—namun tidak pernah berhenti.
S = SPAN DIFFERENCES (MENJANGKAU PERBEDAAN)
Hal ini menunjukkan pada kita bahwa ide bisa menjadi sangat vivid ketika mereka membuka diri untuk lawannya, pembedanya, dan batasan-batasannya. Ide-ide vivid menunjukkan dengan jelas pada kita sebuah ide dengan cara mengenalkan ide yang berlawanan. T = TARGETED (MEMILIKI TARGET)
Memiliki target membantu kita melihat ide-ide kita dari sudut
pandang orang lain. Ide yang tidak memiliki target, tidak akan terlihat oleh orang lain. Hal yang paling kita perhatikan berarti hal yang sedang menuju kepada diri kita. Itulah yang dimaksud dengan memiliki target: membantu orang lain melihat ide kita sejelas yang kita lihat.
Pada akhirnya, ide akan menjadi hebat karena dua alasan: ide-ide tersebut masuk akal untuk sebagian besar orang dan untuk diri kita sendiri. Ide-ide vivid tidak hanya bisa menginspirasi, namun juga disampaikan dengan kata-kata yang cerdas dan diilustrasikan dengan brilian.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING! P P P P MENJELAJAHI PULAU BLA-BLA-BLA BERPIKIR DENGAN JELAS VIVID F-O-R-E-S-T MINDMAP CONTENT
1
4
6
8
Sebagian dari dugaan kita mengenai cara
berpikir, salah besar.
Kita menduga bahwa berpikir artinya merangkaikan kata-kata bersamaan untuk menjadi sesuatu yang berarti. Menurut kita, berbicara adalah cara terbaik untuk berbagi ide. Menurut kita berbicara dengan baik adalah landasan dari kecerdasan. Semua itu hanya separuh benar.
Bla-bla-bla adalah sebuah kerumitan, yang mana dapat membunuh kemampuan kita untuk peduli. Sedangkan, penawar dari bla-bla-bla adalah berpikir vivid (jelas)—yang mana merupakan rumusan dari Visual + Verbal + InterDependent (gabungan).
Bla-bla-bla adalah penyalahgunaan, penyiksaan dan penganiayaan bahasa—segala perkataan kita yang mengganggu kemampuan kita untuk menyampaikan ide dan gagasan. Bla-bla-bla tidaklah hanya berarti membosankan (walaupun membosankan biasanya menjadi bagian dari bla-bla-bla), namun bla-bla-bla juga bisa berniat untuk menyesatkan (dan menyesatkan juga merupakan bagian dari bla-bla-bla). Apa yang sebenarnya dimaksud dengan bla-bla-bla adalah kita menjadi terlalu terpikat dan terpesona dengan kata-kata kita hingga kita terbodohi oleh diri kita sendiri dengan meyakini bahwa kita memahami lebih dari apa yang sebenarnya kita ketahui. Saat kata-kata tidak bekerja, pemikiran pun juga tidak dapat bekerja. Namun walaupun kata-kata begitu hebat, kata-kata tidak dapat mendeteksi, mendeksripsikan dan meredakan berbagai jenis masalah yang datang pada kita. Itu adalah hal yang buruk, karena kata-kata telah menjadi standar alat berpikir kita sedari dulu. Bahkan lebih buruk lagi, bagi sebagian besar dari kita kata-kata merupakan satu-satunya cara kita berpikir.
begitu banyak kata namun kata-kata tersebut tidak mengandung sebuah arti.
Bla-bla-bla terkadang juga berarti kita tidak mengetahui apa-apa sama sekali. Ketika detail menghadang kita dan membunuh
kemampuan kita untuk memahaminya, kita akan berujung menerima pengetahuan yang negatif—semakin banyak kita mendengar, maka semakin sedikit kita mengetahui.
Seharusnya, dengan begitu banyaknya jalur komunikasi instan yang tersedia untuk kita, kita bisa memahami satu sama lain lebih baik, bukan malah lebih buruk. Saat kita memiliki ide yang hebat, kita harus bisa menyebarkannya dengan lebih jelas dari sebelumnya, bukan malah lebih sulit untuk dipahami.
Pada saat kita berada di dalam keramaian, salah satu dari kita akan mulai berbicara lebih keras dan lebih cepat. Hal tersebut akan berhasil pada awalnya, namun untuk mengimbangi, orang lain juga akan ikut berbicara dengan lebih keras dan lebih cepat. Semua suara akan terus tumpang tindih, hingga keseimbangan bla-bla-bla yang baru tercapai, dalam volume, kecepatan dan kuantitas yang membuat kita menjadi kesulitan untuk memahami mana sebenarnya hal yang perlu kita dengarkan dengan penuh perhatian.
Dan, masalah terbesarnya adalah: dengan berisiknya suara-suara kita, tidak akan lama bagi kita menjadi begitu fokus pada apa yang kita bicarakan agar terdengar orang lain, dan melupakan kemampuan kita untuk mendengarkan orang lain—kita berhenti mendengar diri kita. Sesaat kemudian, kita tidak akan mampu mengingat ide dan gagasan yang kita miliki, yang ingin kita sampaikan. Tujuan kita berubah menjadi ingin didengar.
Jalan keluar dari kepungan bla-bla-bla sebetulnya cukup mudah untuk ditemukan, namun cukup sulit untuk dijalani. Karena jalannya memiliki dua jalur, dan kita baru memahami salah satu dari kedua jalur
tersebut, yaitu jalur kata-kata. Jalur ini kita kenal dengan sangat baik. Ini adalah jalur menulis, berbicara, dan membaca, dan apa yang telah diajarkan, dilatih dan diuji oleh pendidikan yang telah kita emban. Jalur kedua bukanlah sebuah rahasia; semua orang tahu dan pernah melihat jalur itu. Jalur ini disebut jalur gambar. Sebagai peralatan untuk berpikir, gambar telah berada lebih lama di dunia ini dan lebih lama daripada tulisan. Bahkan, jauh di masa lalu, lama sebelum orang lain menulis kata-kata atau apapun, gambar merupakan satu-satunya
dalam radar kita, jalur gambar ditemukan dan dikembangkan kembali. Masalahnya adalah, walaupun kita begitu ingin meninggalkan pulau bla-bla-bla, berjalan di jalur kata-kata selalu akan menarik kita kembali ke sana. Sayangnya, jalur kedua—jalur gambar—tidak lebih baik. Bahkan banyak orang yang mengetahui bahwa jalur kuno ini memiliki batasan-batasan ketika harus menjelaskan ide yang cukup kompleks. Hanya dengan menggunakan kedua jalur secara bersamaan, kita dapat mencapai ke manapun kita ingin pergi. Untuk memecahkan masalah di masa ini, kita perlu melihat dan mendengar, membaca dan melihat, menulis dan menggambar. Dan saat kita melakukannya—saat kita mengingat bagaimana cara berpikir dengan verbal dan visual sekaligus—di sanalah kita telah memahami kekuatan dari Berpikir Vivid.
Jadi, jika berbagai gambar bisa menarik perhatian anak-anak untuk membuat atau menerima sebuah ide, maka kenapa kita berhenti pada dunia anak-anak saja? Jika gambar memainkan peran yang cukup penting dalam memotivasi diri kita untuk meraih sesuatu yang sama menantangnya dengan membaca, lalu kenapa kita tidak
menggunakan gambar untuk memotivasi kita dalam memahami masalah yang sedang kita hadapi sebagai orang dewasa?
Kata-kata adalah sesuatu yang luar biasa. Jka digunakan dengan baik, kata-kata dapat membantu kita berpikir, membantu kita mengingat, memberitahukan kita akan kebenaran, menunjukkan pada kita cara yang tepat, membantu kita memahami, mengurai kerumitan, mengumpulkan kita bersama-sama, dan memberikan hidup kita makna.
Kata-kata bisa melakukan berbagai hal luar biasa semata-mata karena bahasa adalah teknologi yang begitu penting, dikembangkan dengan begitu baik, dan sangat canggih yang pernah ditemukan oleh
manusia. Menggunakan kata-kata menjadi ciri-ciri manusia. Namun menggunakan kata-kata dengan menggunakan kata-kata dengan baik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan, seberapapun luar biasanya,
kata-kata merupakan teknologi yang paling mudah rusak.
Saat kita menggunakan kata-kata, tidak sedikit hal yang dapat kita rusak baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Saat kita
melakukannya, hasilnya akan menjadi bla-bla-bla. Terkadang
bla-bla-bla yang kita lakukan, hadir dari kesalahan yang tidak begitu buruk—kita memiliki sebuah ide yang baik untuk disampaikan, namun
memiliki sebuah maksud yang buruk—karena kita tahu bahwa ide kita tidaklah baik, maka kita menggunakan kata-kata untuk mengalihkan pendengar dari apa yang sebenarnya kita pikirkan.
Yang kita perlukan adalah semacam pendeteksi bla-bla-bla, sebuah cara yang cepat untuk menemukenali apa yang perlu didengarkan dan apa yang tidak. Alat ini dinamakan dengan bla-bla-meter. Kita menyimak pesan dari seseorang yang sedang berbicara, mendeteksi tingkatan pemahaman kita, dan tentukan skalanya. Jika pesannya jelas, maka tidak ada masalah. Kita akan menyerap semua dan mempersiapkan respon baliknya. Namun, jika pesannya tidak jelas, setidaknya kita bisa mengetahui alasannya—dan memahami apa yang kurang jelas bagi kita dan bagi si pembicara.
Ketika kita merasa bosan pada penjelasannya, yang mana hal ini biasanya selalu disebabkan oleh pembicara yang membuat kita tersesat dalam kerumitan—yang mana bisa diartikan antara
pembicara tidak menggunakan waktu untuk menyederhanakan atau, lebih buruk lagi, dia tidak memahami gagasannya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan pembicara yang melantur, maka hal pertama yang kita harus tanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita dapat mendeteksi ide utama yang tersembunyi di balik lanturannya atau tidak sama sekali.
BERPIKIR DENGAN JELAS
Berpikir vivid hadir saat kita membutuhkan kejelasan gagasan baik itu bagi kita maupun bagi para pendengar kita. Dengan mendorong kita untuk secara aktif menggunakan kedua cara berpikir yaitu pemikiran verbal dan visual maka setiap bla-bla-bla yang ada bisa diperbaiki. Tiap ide baik dapat dibuat menjadi lebih jelas, tiap ide yang hilang dapat ditemukan kembali, dan tiap ide busuk dapat disegarkan kembali. Yang kita perlukan hanyalah berpikir vivid.
Vivid adalah hal yang mudah. Ini hanyalah cara untuk melakukan hal yang sebenarnya telah kita latih sejak lama—untuk menggunakan kata-kata, untuk berpikir, mengkritik, meneliti, dan
menyampaikan—dan menggabungkannya dengan kemampuan alamiah kita (yang mana kita lupakan) yaitu menggambar. Hasil dari kombinasi kedua pendekatan berpikir ini akan selalu menjadi lebih baik daripada hanya menggunakan salah satunya saja.
Jika pesan kita tidak tampak jelas, maka kita gunakan berpikir vivid untuk membuatnya jadi bersinar cerah. Jika penyampaian pesan yang
Sejak zaman dahulu hingga masa kini, kemampuan kita untuk berpikir telah berevolusi bersama dengan kedua jalur berpikir. Satu jalur lebih fokus melihat dunia terbentuk dari begitu banyaknya bagian-bagian kecil, sedangkan jalur lainnya fokus melihat dunia sebagai satu kesatuan.
Jalur pertama bermanfaat karena dengan melihat dunia sebagai kesatuan dari berbagai hal-hal kecil, kita dapat memilih mana hal kecil yang bisa kita fokuskan terlebih dahulu. Jalur kedua bermanfaat karena kita jadi bergantung pada kemampuan gerak mata kita yang sangat luas agar bisa melihat secara keseluruhan dan bisa mengenali ancaman yang sedang bergerak menuju ke diri kita.
Kemampuan melihat dunia dalam bentuk kumpulan dari
bagian-bagian yang banyak dan dalam bentuk sebuah hal yang besar, merupakan penyelamat jiwa. Dalam perjalanan evolusinya, kedua bagian dari otak yang berfungsi untuk berpikir, membelah tugas mereka. Walaupun keduanya mengerahkan fungsi mereka dengan sebaik mungkin, namun masing-masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri, yang mana salah satunya yang melakukan pemikiran dunia terbentuk dari bagian-bagian dan yang lainnya berpikir dunia sebagai satu kesatuan.
Pemikiran yang melihat dunia sebagai bagian-bagian, yang sangat baik dalam melihat satu hal dalam satu waktu, mengembangkan sebuah cara untuk mengenali sesuatu secara abstrak yang tidak memerlukan perhatian konstan untuk mengingat suatu hal kembali. Cara tersebut adalah memberi nama.
Dengan memberi nama pada hal-hal yang dilihat, pemikiran ini tidak perlu menyimpan segala sesuatu yang ditemuinya; selama tidak ada yang bergerak atau berubah, mengenali nama saja bisa menjadi cara yang efektif untuk mengingat keadaan dunia—dan membantu kita untuk membuat keputusan.
Batasan kedua adalah, kata-kata merupakan hal yang linear. Agar kata-kata bisa mengekspresikan pikiran, mereka harus dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian. Itu berarti, ide-ide yang
disampaikan dengan kata-kata memerlukan awalan, pertengahan, dan akhiran—sesuatu yang menurut pemikiran visual mudah dipalsukan. Karena bukan hal linear, maka pemikiran visual menggambarkan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia.
Seperti saling melengkapi kedua cara berpikir tersebut, merekapun
Alasan sesungguhnya mengapa kita lebih banyak mengoceh daripada berbicara, lebih banyak mendengar daripada menyimak, lebih banyak mempelajari daripada mengetahui, alasan kenapa kita berperilaku bla-bla-bla, adalah: kita menggeser poros penyeimbangnya. VIVID F-O-R-E-S-T
Makna dari berpikir vivid adalah untuk mempermudah berpikir mengenai ide yang sulit. Ketika kita mengucapkan sebuah kata, maka kita harus menggambar sesuatu. Ucapkan kata benda, gambar potretnya. Ucapkan sebuah arah, gambarkan peta. Ini adalah sebagai awalnya, karena ide-ide kita jauh lebih rumit daripada sekedar beberapa kata yang berkaitan satu sama lain. Berpikir vivid akan menjadi benar-benar bermanfaat hanya jika bisa membantu kita menerjemahkan seluruh pemikiran kita.
Berikut faktor-faktor yang membentuk ide-ide vivid : F = FORM (MEMILIKI BENTUK)
Ide-ide yang kita ingat adalah ide yang berbentuk verbal maupun visual yang mampu kita pertahankan. Ide-ide vivid tidak pernah samar atau tidak jelas; ide yang kita ingat kembali adalah ide dengan bentuk yang paling unik.
O = ONLY THE ESSENTIAL (HANYA INTINYA SAJA)
Dengan segala hal yang harus kita pikirkan agar kita bisa bertahan dalam satu hari, ruang dalam benak kita begitu penuh dan tidak mampu menampung semua ide yang muncul dan berkeliaran. Namun, pada kenyataannya, desakan yang kita hadapi setiap hari memaksa kita untuk bertindak inovatif dan kreatif. Jika kita menginginkan ide kita menjadi ide yang vivid, maka kita perlu membatasi ukuran dari catatan kita.
Hanya intinya saja di sini berarti kita menarik perhatian seseorang dengan dasar-dasarnya. Setelah mereka tertarik dan memperhatikan, maka kita pun bisa mulai menambahkan berbagai detail yang
melengkapinya.
R = RECOGNIZABLE (MUDAH DIKENAL)
Hal-hal baru dapat menyebabkan kita stres. Karena kita belum mengenal mereka, kita tidak tahu bagaimana untuk bereaksi saat
E = EVOLVING (EVOLUSI)
Ide-ide vivid selalu bekerja dalam kemajuan. Benar adanya, jika ingin mudah dipresentasikan, sebuah ide haruslah lengkap, namun benar juga jika sebuah ide ingin untuk diamalkan, maka ide tersebut haruslah selalu terbuka pada perubahan. Berevolusi mengingatkan kita bahwa ide-ide vivid itu harus lengkap—namun tidak pernah berhenti.
S = SPAN DIFFERENCES (MENJANGKAU PERBEDAAN)
Hal ini menunjukkan pada kita bahwa ide bisa menjadi sangat vivid ketika mereka membuka diri untuk lawannya, pembedanya, dan batasan-batasannya. Ide-ide vivid menunjukkan dengan jelas pada kita sebuah ide dengan cara mengenalkan ide yang berlawanan. T = TARGETED (MEMILIKI TARGET)
Memiliki target membantu kita melihat ide-ide kita dari sudut
pandang orang lain. Ide yang tidak memiliki target, tidak akan terlihat oleh orang lain. Hal yang paling kita perhatikan berarti hal yang sedang menuju kepada diri kita. Itulah yang dimaksud dengan memiliki target: membantu orang lain melihat ide kita sejelas yang kita lihat.
Pada akhirnya, ide akan menjadi hebat karena dua alasan: ide-ide tersebut masuk akal untuk sebagian besar orang dan untuk diri kita sendiri. Ide-ide vivid tidak hanya bisa menginspirasi, namun juga disampaikan dengan kata-kata yang cerdas dan diilustrasikan dengan brilian.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
Kita tidak membutuhkan lebih banyak kata-kata lagi. Yang kita perlukan adalah lebih banyak ide. Kita perlu ide-ide tersebut secepatnya dan kita perlu ide tersebut berkualitas baik—dan untuk mengetahui kebaikan kualitasnya, kita butuh ide yang jelas disampaikan.
Kita menduga bahwa berpikir artinya merangkaikan kata-kata bersamaan untuk menjadi sesuatu yang berarti. Menurut kita, berbicara adalah cara terbaik untuk berbagi ide. Menurut kita berbicara dengan baik adalah landasan dari kecerdasan. Semua itu hanya separuh benar.
Bla-bla-bla adalah sebuah kerumitan, yang mana dapat membunuh kemampuan kita untuk peduli. Sedangkan, penawar dari bla-bla-bla adalah berpikir vivid (jelas)—yang mana merupakan rumusan dari Visual + Verbal + InterDependent (gabungan).
Bla-bla-bla adalah penyalahgunaan, penyiksaan dan penganiayaan bahasa—segala perkataan kita yang mengganggu kemampuan kita untuk menyampaikan ide dan gagasan. Bla-bla-bla tidaklah hanya berarti membosankan (walaupun membosankan biasanya menjadi bagian dari bla-bla-bla), namun bla-bla-bla juga bisa berniat untuk menyesatkan (dan menyesatkan juga merupakan bagian dari bla-bla-bla). Apa yang sebenarnya dimaksud dengan bla-bla-bla adalah kita menjadi terlalu terpikat dan terpesona dengan kata-kata kita hingga kita terbodohi oleh diri kita sendiri dengan meyakini bahwa kita memahami lebih dari apa yang sebenarnya kita ketahui. Saat kata-kata tidak bekerja, pemikiran pun juga tidak dapat bekerja. Namun walaupun kata-kata begitu hebat, kata-kata tidak dapat mendeteksi, mendeksripsikan dan meredakan berbagai jenis masalah yang datang pada kita. Itu adalah hal yang buruk, karena kata-kata telah menjadi standar alat berpikir kita sedari dulu. Bahkan lebih buruk lagi, bagi sebagian besar dari kita kata-kata merupakan satu-satunya cara kita berpikir.
MENJELAJAHI PULAU BLA-BLA-BLA
Bla-bla-bla hadir dalam skala yang sudah sangat bergeser, dari terlalu banyak informasi kepada terlalu sedikit informasi dan berujung pada informasi negatif. Bla-bla-bla pun juga berarti kita dikepung oleh
Seharusnya, dengan begitu banyaknya jalur komunikasi instan yang tersedia untuk kita, kita bisa memahami satu sama lain lebih baik, bukan malah lebih buruk. Saat kita memiliki ide yang hebat, kita harus bisa menyebarkannya dengan lebih jelas dari sebelumnya, bukan malah lebih sulit untuk dipahami.
Pada saat kita berada di dalam keramaian, salah satu dari kita akan mulai berbicara lebih keras dan lebih cepat. Hal tersebut akan berhasil pada awalnya, namun untuk mengimbangi, orang lain juga akan ikut berbicara dengan lebih keras dan lebih cepat. Semua suara akan terus tumpang tindih, hingga keseimbangan bla-bla-bla yang baru tercapai, dalam volume, kecepatan dan kuantitas yang membuat kita menjadi kesulitan untuk memahami mana sebenarnya hal yang perlu kita dengarkan dengan penuh perhatian.
Dan, masalah terbesarnya adalah: dengan berisiknya suara-suara kita, tidak akan lama bagi kita menjadi begitu fokus pada apa yang kita bicarakan agar terdengar orang lain, dan melupakan kemampuan kita untuk mendengarkan orang lain—kita berhenti mendengar diri kita. Sesaat kemudian, kita tidak akan mampu mengingat ide dan gagasan yang kita miliki, yang ingin kita sampaikan. Tujuan kita berubah menjadi ingin didengar.
Jalan keluar dari kepungan bla-bla-bla sebetulnya cukup mudah untuk ditemukan, namun cukup sulit untuk dijalani. Karena jalannya memiliki dua jalur, dan kita baru memahami salah satu dari kedua jalur
tersebut, yaitu jalur kata-kata. Jalur ini kita kenal dengan sangat baik. Ini adalah jalur menulis, berbicara, dan membaca, dan apa yang telah diajarkan, dilatih dan diuji oleh pendidikan yang telah kita emban. Jalur kedua bukanlah sebuah rahasia; semua orang tahu dan pernah melihat jalur itu. Jalur ini disebut jalur gambar. Sebagai peralatan untuk berpikir, gambar telah berada lebih lama di dunia ini dan lebih lama daripada tulisan. Bahkan, jauh di masa lalu, lama sebelum orang lain menulis kata-kata atau apapun, gambar merupakan satu-satunya jalur yang dipakai.
Namun seiring berjalannya waktu, setelah ditemukannya kata-kata dan tulisan, sebagian besar dari kita kehilangan ketertarikannya dengan jalur gambar. Dan sekarang, karena sudah terlalu lama hilang
Hanya dengan menggunakan kedua jalur secara bersamaan, kita dapat mencapai ke manapun kita ingin pergi. Untuk memecahkan masalah di masa ini, kita perlu melihat dan mendengar, membaca dan melihat, menulis dan menggambar. Dan saat kita melakukannya—saat kita mengingat bagaimana cara berpikir dengan verbal dan visual sekaligus—di sanalah kita telah memahami kekuatan dari Berpikir Vivid.
Jadi, jika berbagai gambar bisa menarik perhatian anak-anak untuk membuat atau menerima sebuah ide, maka kenapa kita berhenti pada dunia anak-anak saja? Jika gambar memainkan peran yang cukup penting dalam memotivasi diri kita untuk meraih sesuatu yang sama menantangnya dengan membaca, lalu kenapa kita tidak
menggunakan gambar untuk memotivasi kita dalam memahami masalah yang sedang kita hadapi sebagai orang dewasa?
Kata-kata adalah sesuatu yang luar biasa. Jka digunakan dengan baik, kata-kata dapat membantu kita berpikir, membantu kita mengingat, memberitahukan kita akan kebenaran, menunjukkan pada kita cara yang tepat, membantu kita memahami, mengurai kerumitan, mengumpulkan kita bersama-sama, dan memberikan hidup kita makna.
Kata-kata bisa melakukan berbagai hal luar biasa semata-mata karena bahasa adalah teknologi yang begitu penting, dikembangkan dengan begitu baik, dan sangat canggih yang pernah ditemukan oleh
manusia. Menggunakan kata-kata menjadi ciri-ciri manusia. Namun menggunakan kata-kata dengan menggunakan kata-kata dengan baik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan, seberapapun luar biasanya,
kata-kata merupakan teknologi yang paling mudah rusak.
Saat kita menggunakan kata-kata, tidak sedikit hal yang dapat kita rusak baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Saat kita
melakukannya, hasilnya akan menjadi bla-bla-bla. Terkadang
bla-bla-bla yang kita lakukan, hadir dari kesalahan yang tidak begitu buruk—kita memiliki sebuah ide yang baik untuk disampaikan, namun kita menggunakan kata-kata yang salah untuk mendeskripsikannya. Di saat lain, bla-bla-bla datang karena tidak adanya kejelasan dalam benak kita—karena kita tidak yakin terhadap kebaikan dari ide kita, kita menggunakan kata-kata untuk memperindah ide biasa namun malah mengaburkan ide utamanya. Dan terkadang, bla-bla-bla
tingkatan pemahaman kita, dan tentukan skalanya. Jika pesannya jelas, maka tidak ada masalah. Kita akan menyerap semua dan mempersiapkan respon baliknya. Namun, jika pesannya tidak jelas, setidaknya kita bisa mengetahui alasannya—dan memahami apa yang kurang jelas bagi kita dan bagi si pembicara.
Ketika kita merasa bosan pada penjelasannya, yang mana hal ini biasanya selalu disebabkan oleh pembicara yang membuat kita tersesat dalam kerumitan—yang mana bisa diartikan antara
pembicara tidak menggunakan waktu untuk menyederhanakan atau, lebih buruk lagi, dia tidak memahami gagasannya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan pembicara yang melantur, maka hal pertama yang kita harus tanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita dapat mendeteksi ide utama yang tersembunyi di balik lanturannya atau tidak sama sekali.
BERPIKIR DENGAN JELAS
Berpikir vivid hadir saat kita membutuhkan kejelasan gagasan baik itu bagi kita maupun bagi para pendengar kita. Dengan mendorong kita untuk secara aktif menggunakan kedua cara berpikir yaitu pemikiran verbal dan visual maka setiap bla-bla-bla yang ada bisa diperbaiki. Tiap ide baik dapat dibuat menjadi lebih jelas, tiap ide yang hilang dapat ditemukan kembali, dan tiap ide busuk dapat disegarkan kembali. Yang kita perlukan hanyalah berpikir vivid.
Vivid adalah hal yang mudah. Ini hanyalah cara untuk melakukan hal yang sebenarnya telah kita latih sejak lama—untuk menggunakan kata-kata, untuk berpikir, mengkritik, meneliti, dan
menyampaikan—dan menggabungkannya dengan kemampuan alamiah kita (yang mana kita lupakan) yaitu menggambar. Hasil dari kombinasi kedua pendekatan berpikir ini akan selalu menjadi lebih baik daripada hanya menggunakan salah satunya saja.
Jika pesan kita tidak tampak jelas, maka kita gunakan berpikir vivid untuk membuatnya jadi bersinar cerah. Jika penyampaian pesan yang kita lakukan tampak membosankan, maka kita harus berpikir vivid agar penyampaian kita dapat menarik perhatian. Jika pesan kita tampak samar, maka kita gunakan berpikir vivid untuk menjelajahi ide-ide kita. Jika pesan kita menyimpang, kita gunakan berpikir vivid untuk kembali pada tujuan.
yang bisa kita fokuskan terlebih dahulu. Jalur kedua bermanfaat karena kita jadi bergantung pada kemampuan gerak mata kita yang sangat luas agar bisa melihat secara keseluruhan dan bisa mengenali ancaman yang sedang bergerak menuju ke diri kita.
Kemampuan melihat dunia dalam bentuk kumpulan dari
bagian-bagian yang banyak dan dalam bentuk sebuah hal yang besar, merupakan penyelamat jiwa. Dalam perjalanan evolusinya, kedua bagian dari otak yang berfungsi untuk berpikir, membelah tugas mereka. Walaupun keduanya mengerahkan fungsi mereka dengan sebaik mungkin, namun masing-masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri, yang mana salah satunya yang melakukan pemikiran dunia terbentuk dari bagian-bagian dan yang lainnya berpikir dunia sebagai satu kesatuan.
Pemikiran yang melihat dunia sebagai bagian-bagian, yang sangat baik dalam melihat satu hal dalam satu waktu, mengembangkan sebuah cara untuk mengenali sesuatu secara abstrak yang tidak memerlukan perhatian konstan untuk mengingat suatu hal kembali. Cara tersebut adalah memberi nama.
Dengan memberi nama pada hal-hal yang dilihat, pemikiran ini tidak perlu menyimpan segala sesuatu yang ditemuinya; selama tidak ada yang bergerak atau berubah, mengenali nama saja bisa menjadi cara yang efektif untuk mengingat keadaan dunia—dan membantu kita untuk membuat keputusan.
Batasan kedua adalah, kata-kata merupakan hal yang linear. Agar kata-kata bisa mengekspresikan pikiran, mereka harus dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian. Itu berarti, ide-ide yang
disampaikan dengan kata-kata memerlukan awalan, pertengahan, dan akhiran—sesuatu yang menurut pemikiran visual mudah dipalsukan. Karena bukan hal linear, maka pemikiran visual menggambarkan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia.
Seperti saling melengkapi kedua cara berpikir tersebut, merekapun juga menutupi kekurangan satu sama lain. Selama mereka tetap seimbang, keduanya bekerja bersama untuk menjelajahi, dan menyampaikan gambaran dan pesan-pesan yang ada di dunia ini—dan ini membuat otak kita bahagia.
mengenai ide yang sulit. Ketika kita mengucapkan sebuah kata, maka kita harus menggambar sesuatu. Ucapkan kata benda, gambar potretnya. Ucapkan sebuah arah, gambarkan peta. Ini adalah sebagai awalnya, karena ide-ide kita jauh lebih rumit daripada sekedar beberapa kata yang berkaitan satu sama lain. Berpikir vivid akan menjadi benar-benar bermanfaat hanya jika bisa membantu kita menerjemahkan seluruh pemikiran kita.
Berikut faktor-faktor yang membentuk ide-ide vivid : F = FORM (MEMILIKI BENTUK)
Ide-ide yang kita ingat adalah ide yang berbentuk verbal maupun visual yang mampu kita pertahankan. Ide-ide vivid tidak pernah samar atau tidak jelas; ide yang kita ingat kembali adalah ide dengan bentuk yang paling unik.
O = ONLY THE ESSENTIAL (HANYA INTINYA SAJA)
Dengan segala hal yang harus kita pikirkan agar kita bisa bertahan dalam satu hari, ruang dalam benak kita begitu penuh dan tidak mampu menampung semua ide yang muncul dan berkeliaran. Namun, pada kenyataannya, desakan yang kita hadapi setiap hari memaksa kita untuk bertindak inovatif dan kreatif. Jika kita menginginkan ide kita menjadi ide yang vivid, maka kita perlu membatasi ukuran dari catatan kita.
Hanya intinya saja di sini berarti kita menarik perhatian seseorang dengan dasar-dasarnya. Setelah mereka tertarik dan memperhatikan, maka kita pun bisa mulai menambahkan berbagai detail yang
melengkapinya.
R = RECOGNIZABLE (MUDAH DIKENAL)
Hal-hal baru dapat menyebabkan kita stres. Karena kita belum mengenal mereka, kita tidak tahu bagaimana untuk bereaksi saat berhadapan dengannya. Namun, begitu kita mengenali adanya sesuatu yang tampak kita kenal dalam hal yang baru tersebut, maka otak akan menjadi lebih santai, karena pengalaman kita mengatakan pada kita apa yang kita harus lakukan.
S = SPAN DIFFERENCES (MENJANGKAU PERBEDAAN)
Hal ini menunjukkan pada kita bahwa ide bisa menjadi sangat vivid ketika mereka membuka diri untuk lawannya, pembedanya, dan batasan-batasannya. Ide-ide vivid menunjukkan dengan jelas pada kita sebuah ide dengan cara mengenalkan ide yang berlawanan. T = TARGETED (MEMILIKI TARGET)
Memiliki target membantu kita melihat ide-ide kita dari sudut
pandang orang lain. Ide yang tidak memiliki target, tidak akan terlihat oleh orang lain. Hal yang paling kita perhatikan berarti hal yang sedang menuju kepada diri kita. Itulah yang dimaksud dengan memiliki target: membantu orang lain melihat ide kita sejelas yang kita lihat.
Pada akhirnya, ide akan menjadi hebat karena dua alasan: ide-ide tersebut masuk akal untuk sebagian besar orang dan untuk diri kita sendiri. Ide-ide vivid tidak hanya bisa menginspirasi, namun juga disampaikan dengan kata-kata yang cerdas dan diilustrasikan dengan brilian.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
3
note
AQUARIUS
Copyright © 2014 AQUARIUS RESOURCES powered by : BACAKILAT. • All Rights Reserved • www.aquariusnote.com
Kata-kata dapat digunakan untuk mendeskripsikan segala sesuatu. Namun itu tidak berarti kata-kata adalah cara terbaik untuk mendeskripsikan segalanya.
Kita menduga bahwa berpikir artinya merangkaikan kata-kata bersamaan untuk menjadi sesuatu yang berarti. Menurut kita, berbicara adalah cara terbaik untuk berbagi ide. Menurut kita berbicara dengan baik adalah landasan dari kecerdasan. Semua itu hanya separuh benar.
Bla-bla-bla adalah sebuah kerumitan, yang mana dapat membunuh kemampuan kita untuk peduli. Sedangkan, penawar dari bla-bla-bla adalah berpikir vivid (jelas)—yang mana merupakan rumusan dari Visual + Verbal + InterDependent (gabungan).
Bla-bla-bla adalah penyalahgunaan, penyiksaan dan penganiayaan bahasa—segala perkataan kita yang mengganggu kemampuan kita untuk menyampaikan ide dan gagasan. Bla-bla-bla tidaklah hanya berarti membosankan (walaupun membosankan biasanya menjadi bagian dari bla-bla-bla), namun bla-bla-bla juga bisa berniat untuk menyesatkan (dan menyesatkan juga merupakan bagian dari bla-bla-bla). Apa yang sebenarnya dimaksud dengan bla-bla-bla adalah kita menjadi terlalu terpikat dan terpesona dengan kata-kata kita hingga kita terbodohi oleh diri kita sendiri dengan meyakini bahwa kita memahami lebih dari apa yang sebenarnya kita ketahui. Saat kata-kata tidak bekerja, pemikiran pun juga tidak dapat bekerja. Namun walaupun kata-kata begitu hebat, kata-kata tidak dapat mendeteksi, mendeksripsikan dan meredakan berbagai jenis masalah yang datang pada kita. Itu adalah hal yang buruk, karena kata-kata telah menjadi standar alat berpikir kita sedari dulu. Bahkan lebih buruk lagi, bagi sebagian besar dari kita kata-kata merupakan satu-satunya cara kita berpikir.
begitu banyak kata namun kata-kata tersebut tidak mengandung sebuah arti.
Bla-bla-bla terkadang juga berarti kita tidak mengetahui apa-apa sama sekali. Ketika detail menghadang kita dan membunuh
kemampuan kita untuk memahaminya, kita akan berujung menerima pengetahuan yang negatif—semakin banyak kita mendengar, maka semakin sedikit kita mengetahui.
Seharusnya, dengan begitu banyaknya jalur komunikasi instan yang tersedia untuk kita, kita bisa memahami satu sama lain lebih baik, bukan malah lebih buruk. Saat kita memiliki ide yang hebat, kita harus bisa menyebarkannya dengan lebih jelas dari sebelumnya, bukan malah lebih sulit untuk dipahami.
Pada saat kita berada di dalam keramaian, salah satu dari kita akan mulai berbicara lebih keras dan lebih cepat. Hal tersebut akan berhasil pada awalnya, namun untuk mengimbangi, orang lain juga akan ikut berbicara dengan lebih keras dan lebih cepat. Semua suara akan terus tumpang tindih, hingga keseimbangan bla-bla-bla yang baru tercapai, dalam volume, kecepatan dan kuantitas yang membuat kita menjadi kesulitan untuk memahami mana sebenarnya hal yang perlu kita dengarkan dengan penuh perhatian.
Dan, masalah terbesarnya adalah: dengan berisiknya suara-suara kita, tidak akan lama bagi kita menjadi begitu fokus pada apa yang kita bicarakan agar terdengar orang lain, dan melupakan kemampuan kita untuk mendengarkan orang lain—kita berhenti mendengar diri kita. Sesaat kemudian, kita tidak akan mampu mengingat ide dan gagasan yang kita miliki, yang ingin kita sampaikan. Tujuan kita berubah menjadi ingin didengar.
Jalan keluar dari kepungan bla-bla-bla sebetulnya cukup mudah untuk ditemukan, namun cukup sulit untuk dijalani. Karena jalannya memiliki dua jalur, dan kita baru memahami salah satu dari kedua jalur
tersebut, yaitu jalur kata-kata. Jalur ini kita kenal dengan sangat baik. Ini adalah jalur menulis, berbicara, dan membaca, dan apa yang telah diajarkan, dilatih dan diuji oleh pendidikan yang telah kita emban. Jalur kedua bukanlah sebuah rahasia; semua orang tahu dan pernah melihat jalur itu. Jalur ini disebut jalur gambar. Sebagai peralatan untuk berpikir, gambar telah berada lebih lama di dunia ini dan lebih lama daripada tulisan. Bahkan, jauh di masa lalu, lama sebelum orang lain menulis kata-kata atau apapun, gambar merupakan satu-satunya
dalam radar kita, jalur gambar ditemukan dan dikembangkan kembali. Masalahnya adalah, walaupun kita begitu ingin meninggalkan pulau bla-bla-bla, berjalan di jalur kata-kata selalu akan menarik kita kembali ke sana. Sayangnya, jalur kedua—jalur gambar—tidak lebih baik. Bahkan banyak orang yang mengetahui bahwa jalur kuno ini memiliki batasan-batasan ketika harus menjelaskan ide yang cukup kompleks. Hanya dengan menggunakan kedua jalur secara bersamaan, kita dapat mencapai ke manapun kita ingin pergi. Untuk memecahkan masalah di masa ini, kita perlu melihat dan mendengar, membaca dan melihat, menulis dan menggambar. Dan saat kita melakukannya—saat kita mengingat bagaimana cara berpikir dengan verbal dan visual sekaligus—di sanalah kita telah memahami kekuatan dari Berpikir Vivid.
Jadi, jika berbagai gambar bisa menarik perhatian anak-anak untuk membuat atau menerima sebuah ide, maka kenapa kita berhenti pada dunia anak-anak saja? Jika gambar memainkan peran yang cukup penting dalam memotivasi diri kita untuk meraih sesuatu yang sama menantangnya dengan membaca, lalu kenapa kita tidak
menggunakan gambar untuk memotivasi kita dalam memahami masalah yang sedang kita hadapi sebagai orang dewasa?
Kata-kata adalah sesuatu yang luar biasa. Jka digunakan dengan baik, kata-kata dapat membantu kita berpikir, membantu kita mengingat, memberitahukan kita akan kebenaran, menunjukkan pada kita cara yang tepat, membantu kita memahami, mengurai kerumitan, mengumpulkan kita bersama-sama, dan memberikan hidup kita makna.
Kata-kata bisa melakukan berbagai hal luar biasa semata-mata karena bahasa adalah teknologi yang begitu penting, dikembangkan dengan begitu baik, dan sangat canggih yang pernah ditemukan oleh
manusia. Menggunakan kata-kata menjadi ciri-ciri manusia. Namun menggunakan kata-kata dengan menggunakan kata-kata dengan baik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan, seberapapun luar biasanya,
kata-kata merupakan teknologi yang paling mudah rusak.
Saat kita menggunakan kata-kata, tidak sedikit hal yang dapat kita rusak baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Saat kita
melakukannya, hasilnya akan menjadi bla-bla-bla. Terkadang
bla-bla-bla yang kita lakukan, hadir dari kesalahan yang tidak begitu buruk—kita memiliki sebuah ide yang baik untuk disampaikan, namun
memiliki sebuah maksud yang buruk—karena kita tahu bahwa ide kita tidaklah baik, maka kita menggunakan kata-kata untuk mengalihkan pendengar dari apa yang sebenarnya kita pikirkan.
Yang kita perlukan adalah semacam pendeteksi bla-bla-bla, sebuah cara yang cepat untuk menemukenali apa yang perlu didengarkan dan apa yang tidak. Alat ini dinamakan dengan bla-bla-meter. Kita menyimak pesan dari seseorang yang sedang berbicara, mendeteksi tingkatan pemahaman kita, dan tentukan skalanya. Jika pesannya jelas, maka tidak ada masalah. Kita akan menyerap semua dan mempersiapkan respon baliknya. Namun, jika pesannya tidak jelas, setidaknya kita bisa mengetahui alasannya—dan memahami apa yang kurang jelas bagi kita dan bagi si pembicara.
Ketika kita merasa bosan pada penjelasannya, yang mana hal ini biasanya selalu disebabkan oleh pembicara yang membuat kita tersesat dalam kerumitan—yang mana bisa diartikan antara
pembicara tidak menggunakan waktu untuk menyederhanakan atau, lebih buruk lagi, dia tidak memahami gagasannya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan pembicara yang melantur, maka hal pertama yang kita harus tanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita dapat mendeteksi ide utama yang tersembunyi di balik lanturannya atau tidak sama sekali.
BERPIKIR DENGAN JELAS
Berpikir vivid hadir saat kita membutuhkan kejelasan gagasan baik itu bagi kita maupun bagi para pendengar kita. Dengan mendorong kita untuk secara aktif menggunakan kedua cara berpikir yaitu pemikiran verbal dan visual maka setiap bla-bla-bla yang ada bisa diperbaiki. Tiap ide baik dapat dibuat menjadi lebih jelas, tiap ide yang hilang dapat ditemukan kembali, dan tiap ide busuk dapat disegarkan kembali. Yang kita perlukan hanyalah berpikir vivid.
Vivid adalah hal yang mudah. Ini hanyalah cara untuk melakukan hal yang sebenarnya telah kita latih sejak lama—untuk menggunakan kata-kata, untuk berpikir, mengkritik, meneliti, dan
menyampaikan—dan menggabungkannya dengan kemampuan alamiah kita (yang mana kita lupakan) yaitu menggambar. Hasil dari kombinasi kedua pendekatan berpikir ini akan selalu menjadi lebih baik daripada hanya menggunakan salah satunya saja.
Jika pesan kita tidak tampak jelas, maka kita gunakan berpikir vivid untuk membuatnya jadi bersinar cerah. Jika penyampaian pesan yang
Sejak zaman dahulu hingga masa kini, kemampuan kita untuk berpikir telah berevolusi bersama dengan kedua jalur berpikir. Satu jalur lebih fokus melihat dunia terbentuk dari begitu banyaknya bagian-bagian kecil, sedangkan jalur lainnya fokus melihat dunia sebagai satu kesatuan.
Jalur pertama bermanfaat karena dengan melihat dunia sebagai kesatuan dari berbagai hal-hal kecil, kita dapat memilih mana hal kecil yang bisa kita fokuskan terlebih dahulu. Jalur kedua bermanfaat karena kita jadi bergantung pada kemampuan gerak mata kita yang sangat luas agar bisa melihat secara keseluruhan dan bisa mengenali ancaman yang sedang bergerak menuju ke diri kita.
Kemampuan melihat dunia dalam bentuk kumpulan dari
bagian-bagian yang banyak dan dalam bentuk sebuah hal yang besar, merupakan penyelamat jiwa. Dalam perjalanan evolusinya, kedua bagian dari otak yang berfungsi untuk berpikir, membelah tugas mereka. Walaupun keduanya mengerahkan fungsi mereka dengan sebaik mungkin, namun masing-masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri, yang mana salah satunya yang melakukan pemikiran dunia terbentuk dari bagian-bagian dan yang lainnya berpikir dunia sebagai satu kesatuan.
Pemikiran yang melihat dunia sebagai bagian-bagian, yang sangat baik dalam melihat satu hal dalam satu waktu, mengembangkan sebuah cara untuk mengenali sesuatu secara abstrak yang tidak memerlukan perhatian konstan untuk mengingat suatu hal kembali. Cara tersebut adalah memberi nama.
Dengan memberi nama pada hal-hal yang dilihat, pemikiran ini tidak perlu menyimpan segala sesuatu yang ditemuinya; selama tidak ada yang bergerak atau berubah, mengenali nama saja bisa menjadi cara yang efektif untuk mengingat keadaan dunia—dan membantu kita untuk membuat keputusan.
Batasan kedua adalah, kata-kata merupakan hal yang linear. Agar kata-kata bisa mengekspresikan pikiran, mereka harus dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian. Itu berarti, ide-ide yang
disampaikan dengan kata-kata memerlukan awalan, pertengahan, dan akhiran—sesuatu yang menurut pemikiran visual mudah dipalsukan. Karena bukan hal linear, maka pemikiran visual menggambarkan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia.
Seperti saling melengkapi kedua cara berpikir tersebut, merekapun
Alasan sesungguhnya mengapa kita lebih banyak mengoceh daripada berbicara, lebih banyak mendengar daripada menyimak, lebih banyak mempelajari daripada mengetahui, alasan kenapa kita berperilaku bla-bla-bla, adalah: kita menggeser poros penyeimbangnya. VIVID F-O-R-E-S-T
Makna dari berpikir vivid adalah untuk mempermudah berpikir mengenai ide yang sulit. Ketika kita mengucapkan sebuah kata, maka kita harus menggambar sesuatu. Ucapkan kata benda, gambar potretnya. Ucapkan sebuah arah, gambarkan peta. Ini adalah sebagai awalnya, karena ide-ide kita jauh lebih rumit daripada sekedar beberapa kata yang berkaitan satu sama lain. Berpikir vivid akan menjadi benar-benar bermanfaat hanya jika bisa membantu kita menerjemahkan seluruh pemikiran kita.
Berikut faktor-faktor yang membentuk ide-ide vivid : F = FORM (MEMILIKI BENTUK)
Ide-ide yang kita ingat adalah ide yang berbentuk verbal maupun visual yang mampu kita pertahankan. Ide-ide vivid tidak pernah samar atau tidak jelas; ide yang kita ingat kembali adalah ide dengan bentuk yang paling unik.
O = ONLY THE ESSENTIAL (HANYA INTINYA SAJA)
Dengan segala hal yang harus kita pikirkan agar kita bisa bertahan dalam satu hari, ruang dalam benak kita begitu penuh dan tidak mampu menampung semua ide yang muncul dan berkeliaran. Namun, pada kenyataannya, desakan yang kita hadapi setiap hari memaksa kita untuk bertindak inovatif dan kreatif. Jika kita menginginkan ide kita menjadi ide yang vivid, maka kita perlu membatasi ukuran dari catatan kita.
Hanya intinya saja di sini berarti kita menarik perhatian seseorang dengan dasar-dasarnya. Setelah mereka tertarik dan memperhatikan, maka kita pun bisa mulai menambahkan berbagai detail yang
melengkapinya.
R = RECOGNIZABLE (MUDAH DIKENAL)
Hal-hal baru dapat menyebabkan kita stres. Karena kita belum mengenal mereka, kita tidak tahu bagaimana untuk bereaksi saat
E = EVOLVING (EVOLUSI)
Ide-ide vivid selalu bekerja dalam kemajuan. Benar adanya, jika ingin mudah dipresentasikan, sebuah ide haruslah lengkap, namun benar juga jika sebuah ide ingin untuk diamalkan, maka ide tersebut haruslah selalu terbuka pada perubahan. Berevolusi mengingatkan kita bahwa ide-ide vivid itu harus lengkap—namun tidak pernah berhenti.
S = SPAN DIFFERENCES (MENJANGKAU PERBEDAAN)
Hal ini menunjukkan pada kita bahwa ide bisa menjadi sangat vivid ketika mereka membuka diri untuk lawannya, pembedanya, dan batasan-batasannya. Ide-ide vivid menunjukkan dengan jelas pada kita sebuah ide dengan cara mengenalkan ide yang berlawanan. T = TARGETED (MEMILIKI TARGET)
Memiliki target membantu kita melihat ide-ide kita dari sudut
pandang orang lain. Ide yang tidak memiliki target, tidak akan terlihat oleh orang lain. Hal yang paling kita perhatikan berarti hal yang sedang menuju kepada diri kita. Itulah yang dimaksud dengan memiliki target: membantu orang lain melihat ide kita sejelas yang kita lihat.
Pada akhirnya, ide akan menjadi hebat karena dua alasan: ide-ide tersebut masuk akal untuk sebagian besar orang dan untuk diri kita sendiri. Ide-ide vivid tidak hanya bisa menginspirasi, namun juga disampaikan dengan kata-kata yang cerdas dan diilustrasikan dengan brilian.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
Apakah yang dimaksud dengan ide busuk? Seperti kata yang digunakan untuk buah atau daging, maka ide busuk adalah ide yang sudah sangat lama dan telah tidak lagi bermakna. Jika ada orang yang tetap mencoba memaksa kita untuk mencicipinya, maka kita harus lebih berhati-hati.
Kita menduga bahwa berpikir artinya merangkaikan kata-kata bersamaan untuk menjadi sesuatu yang berarti. Menurut kita, berbicara adalah cara terbaik untuk berbagi ide. Menurut kita berbicara dengan baik adalah landasan dari kecerdasan. Semua itu hanya separuh benar.
Bla-bla-bla adalah sebuah kerumitan, yang mana dapat membunuh kemampuan kita untuk peduli. Sedangkan, penawar dari bla-bla-bla adalah berpikir vivid (jelas)—yang mana merupakan rumusan dari Visual + Verbal + InterDependent (gabungan).
Bla-bla-bla adalah penyalahgunaan, penyiksaan dan penganiayaan bahasa—segala perkataan kita yang mengganggu kemampuan kita untuk menyampaikan ide dan gagasan. Bla-bla-bla tidaklah hanya berarti membosankan (walaupun membosankan biasanya menjadi bagian dari bla-bla-bla), namun bla-bla-bla juga bisa berniat untuk menyesatkan (dan menyesatkan juga merupakan bagian dari bla-bla-bla). Apa yang sebenarnya dimaksud dengan bla-bla-bla adalah kita menjadi terlalu terpikat dan terpesona dengan kata-kata kita hingga kita terbodohi oleh diri kita sendiri dengan meyakini bahwa kita memahami lebih dari apa yang sebenarnya kita ketahui. Saat kata-kata tidak bekerja, pemikiran pun juga tidak dapat bekerja. Namun walaupun kata-kata begitu hebat, kata-kata tidak dapat mendeteksi, mendeksripsikan dan meredakan berbagai jenis masalah yang datang pada kita. Itu adalah hal yang buruk, karena kata-kata telah menjadi standar alat berpikir kita sedari dulu. Bahkan lebih buruk lagi, bagi sebagian besar dari kita kata-kata merupakan satu-satunya cara kita berpikir.
MENJELAJAHI PULAU BLA-BLA-BLA
Bla-bla-bla hadir dalam skala yang sudah sangat bergeser, dari terlalu banyak informasi kepada terlalu sedikit informasi dan berujung pada informasi negatif. Bla-bla-bla pun juga berarti kita dikepung oleh
Seharusnya, dengan begitu banyaknya jalur komunikasi instan yang tersedia untuk kita, kita bisa memahami satu sama lain lebih baik, bukan malah lebih buruk. Saat kita memiliki ide yang hebat, kita harus bisa menyebarkannya dengan lebih jelas dari sebelumnya, bukan malah lebih sulit untuk dipahami.
Pada saat kita berada di dalam keramaian, salah satu dari kita akan mulai berbicara lebih keras dan lebih cepat. Hal tersebut akan berhasil pada awalnya, namun untuk mengimbangi, orang lain juga akan ikut berbicara dengan lebih keras dan lebih cepat. Semua suara akan terus tumpang tindih, hingga keseimbangan bla-bla-bla yang baru tercapai, dalam volume, kecepatan dan kuantitas yang membuat kita menjadi kesulitan untuk memahami mana sebenarnya hal yang perlu kita dengarkan dengan penuh perhatian.
Dan, masalah terbesarnya adalah: dengan berisiknya suara-suara kita, tidak akan lama bagi kita menjadi begitu fokus pada apa yang kita bicarakan agar terdengar orang lain, dan melupakan kemampuan kita untuk mendengarkan orang lain—kita berhenti mendengar diri kita. Sesaat kemudian, kita tidak akan mampu mengingat ide dan gagasan yang kita miliki, yang ingin kita sampaikan. Tujuan kita berubah menjadi ingin didengar.
Jalan keluar dari kepungan bla-bla-bla sebetulnya cukup mudah untuk ditemukan, namun cukup sulit untuk dijalani. Karena jalannya memiliki dua jalur, dan kita baru memahami salah satu dari kedua jalur
tersebut, yaitu jalur kata-kata. Jalur ini kita kenal dengan sangat baik. Ini adalah jalur menulis, berbicara, dan membaca, dan apa yang telah diajarkan, dilatih dan diuji oleh pendidikan yang telah kita emban. Jalur kedua bukanlah sebuah rahasia; semua orang tahu dan pernah melihat jalur itu. Jalur ini disebut jalur gambar. Sebagai peralatan untuk berpikir, gambar telah berada lebih lama di dunia ini dan lebih lama daripada tulisan. Bahkan, jauh di masa lalu, lama sebelum orang lain menulis kata-kata atau apapun, gambar merupakan satu-satunya jalur yang dipakai.
Namun seiring berjalannya waktu, setelah ditemukannya kata-kata dan tulisan, sebagian besar dari kita kehilangan ketertarikannya dengan jalur gambar. Dan sekarang, karena sudah terlalu lama hilang
Hanya dengan menggunakan kedua jalur secara bersamaan, kita dapat mencapai ke manapun kita ingin pergi. Untuk memecahkan masalah di masa ini, kita perlu melihat dan mendengar, membaca dan melihat, menulis dan menggambar. Dan saat kita melakukannya—saat kita mengingat bagaimana cara berpikir dengan verbal dan visual sekaligus—di sanalah kita telah memahami kekuatan dari Berpikir Vivid.
Jadi, jika berbagai gambar bisa menarik perhatian anak-anak untuk membuat atau menerima sebuah ide, maka kenapa kita berhenti pada dunia anak-anak saja? Jika gambar memainkan peran yang cukup penting dalam memotivasi diri kita untuk meraih sesuatu yang sama menantangnya dengan membaca, lalu kenapa kita tidak
menggunakan gambar untuk memotivasi kita dalam memahami masalah yang sedang kita hadapi sebagai orang dewasa?
Kata-kata adalah sesuatu yang luar biasa. Jka digunakan dengan baik, kata-kata dapat membantu kita berpikir, membantu kita mengingat, memberitahukan kita akan kebenaran, menunjukkan pada kita cara yang tepat, membantu kita memahami, mengurai kerumitan, mengumpulkan kita bersama-sama, dan memberikan hidup kita makna.
Kata-kata bisa melakukan berbagai hal luar biasa semata-mata karena bahasa adalah teknologi yang begitu penting, dikembangkan dengan begitu baik, dan sangat canggih yang pernah ditemukan oleh
manusia. Menggunakan kata-kata menjadi ciri-ciri manusia. Namun menggunakan kata-kata dengan menggunakan kata-kata dengan baik tidaklah sama. Hal ini dikarenakan, seberapapun luar biasanya,
kata-kata merupakan teknologi yang paling mudah rusak.
Saat kita menggunakan kata-kata, tidak sedikit hal yang dapat kita rusak baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Saat kita
melakukannya, hasilnya akan menjadi bla-bla-bla. Terkadang
bla-bla-bla yang kita lakukan, hadir dari kesalahan yang tidak begitu buruk—kita memiliki sebuah ide yang baik untuk disampaikan, namun kita menggunakan kata-kata yang salah untuk mendeskripsikannya. Di saat lain, bla-bla-bla datang karena tidak adanya kejelasan dalam benak kita—karena kita tidak yakin terhadap kebaikan dari ide kita, kita menggunakan kata-kata untuk memperindah ide biasa namun malah mengaburkan ide utamanya. Dan terkadang, bla-bla-bla
tingkatan pemahaman kita, dan tentukan skalanya. Jika pesannya jelas, maka tidak ada masalah. Kita akan menyerap semua dan mempersiapkan respon baliknya. Namun, jika pesannya tidak jelas, setidaknya kita bisa mengetahui alasannya—dan memahami apa yang kurang jelas bagi kita dan bagi si pembicara.
Ketika kita merasa bosan pada penjelasannya, yang mana hal ini biasanya selalu disebabkan oleh pembicara yang membuat kita tersesat dalam kerumitan—yang mana bisa diartikan antara
pembicara tidak menggunakan waktu untuk menyederhanakan atau, lebih buruk lagi, dia tidak memahami gagasannya sendiri. Ketika kita berhadapan dengan pembicara yang melantur, maka hal pertama yang kita harus tanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita dapat mendeteksi ide utama yang tersembunyi di balik lanturannya atau tidak sama sekali.
BERPIKIR DENGAN JELAS
Berpikir vivid hadir saat kita membutuhkan kejelasan gagasan baik itu bagi kita maupun bagi para pendengar kita. Dengan mendorong kita untuk secara aktif menggunakan kedua cara berpikir yaitu pemikiran verbal dan visual maka setiap bla-bla-bla yang ada bisa diperbaiki. Tiap ide baik dapat dibuat menjadi lebih jelas, tiap ide yang hilang dapat ditemukan kembali, dan tiap ide busuk dapat disegarkan kembali. Yang kita perlukan hanyalah berpikir vivid.
Vivid adalah hal yang mudah. Ini hanyalah cara untuk melakukan hal yang sebenarnya telah kita latih sejak lama—untuk menggunakan kata-kata, untuk berpikir, mengkritik, meneliti, dan
menyampaikan—dan menggabungkannya dengan kemampuan alamiah kita (yang mana kita lupakan) yaitu menggambar. Hasil dari kombinasi kedua pendekatan berpikir ini akan selalu menjadi lebih baik daripada hanya menggunakan salah satunya saja.
Jika pesan kita tidak tampak jelas, maka kita gunakan berpikir vivid untuk membuatnya jadi bersinar cerah. Jika penyampaian pesan yang kita lakukan tampak membosankan, maka kita harus berpikir vivid agar penyampaian kita dapat menarik perhatian. Jika pesan kita tampak samar, maka kita gunakan berpikir vivid untuk menjelajahi ide-ide kita. Jika pesan kita menyimpang, kita gunakan berpikir vivid untuk kembali pada tujuan.
yang bisa kita fokuskan terlebih dahulu. Jalur kedua bermanfaat karena kita jadi bergantung pada kemampuan gerak mata kita yang sangat luas agar bisa melihat secara keseluruhan dan bisa mengenali ancaman yang sedang bergerak menuju ke diri kita.
Kemampuan melihat dunia dalam bentuk kumpulan dari
bagian-bagian yang banyak dan dalam bentuk sebuah hal yang besar, merupakan penyelamat jiwa. Dalam perjalanan evolusinya, kedua bagian dari otak yang berfungsi untuk berpikir, membelah tugas mereka. Walaupun keduanya mengerahkan fungsi mereka dengan sebaik mungkin, namun masing-masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri, yang mana salah satunya yang melakukan pemikiran dunia terbentuk dari bagian-bagian dan yang lainnya berpikir dunia sebagai satu kesatuan.
Pemikiran yang melihat dunia sebagai bagian-bagian, yang sangat baik dalam melihat satu hal dalam satu waktu, mengembangkan sebuah cara untuk mengenali sesuatu secara abstrak yang tidak memerlukan perhatian konstan untuk mengingat suatu hal kembali. Cara tersebut adalah memberi nama.
Dengan memberi nama pada hal-hal yang dilihat, pemikiran ini tidak perlu menyimpan segala sesuatu yang ditemuinya; selama tidak ada yang bergerak atau berubah, mengenali nama saja bisa menjadi cara yang efektif untuk mengingat keadaan dunia—dan membantu kita untuk membuat keputusan.
Batasan kedua adalah, kata-kata merupakan hal yang linear. Agar kata-kata bisa mengekspresikan pikiran, mereka harus dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian. Itu berarti, ide-ide yang
disampaikan dengan kata-kata memerlukan awalan, pertengahan, dan akhiran—sesuatu yang menurut pemikiran visual mudah dipalsukan. Karena bukan hal linear, maka pemikiran visual menggambarkan gambaran yang sesungguhnya tentang dunia.
Seperti saling melengkapi kedua cara berpikir tersebut, merekapun juga menutupi kekurangan satu sama lain. Selama mereka tetap seimbang, keduanya bekerja bersama untuk menjelajahi, dan menyampaikan gambaran dan pesan-pesan yang ada di dunia ini—dan ini membuat otak kita bahagia.
mengenai ide yang sulit. Ketika kita mengucapkan sebuah kata, maka kita harus menggambar sesuatu. Ucapkan kata benda, gambar potretnya. Ucapkan sebuah arah, gambarkan peta. Ini adalah sebagai awalnya, karena ide-ide kita jauh lebih rumit daripada sekedar beberapa kata yang berkaitan satu sama lain. Berpikir vivid akan menjadi benar-benar bermanfaat hanya jika bisa membantu kita menerjemahkan seluruh pemikiran kita.
Berikut faktor-faktor yang membentuk ide-ide vivid : F = FORM (MEMILIKI BENTUK)
Ide-ide yang kita ingat adalah ide yang berbentuk verbal maupun visual yang mampu kita pertahankan. Ide-ide vivid tidak pernah samar atau tidak jelas; ide yang kita ingat kembali adalah ide dengan bentuk yang paling unik.
O = ONLY THE ESSENTIAL (HANYA INTINYA SAJA)
Dengan segala hal yang harus kita pikirkan agar kita bisa bertahan dalam satu hari, ruang dalam benak kita begitu penuh dan tidak mampu menampung semua ide yang muncul dan berkeliaran. Namun, pada kenyataannya, desakan yang kita hadapi setiap hari memaksa kita untuk bertindak inovatif dan kreatif. Jika kita menginginkan ide kita menjadi ide yang vivid, maka kita perlu membatasi ukuran dari catatan kita.
Hanya intinya saja di sini berarti kita menarik perhatian seseorang dengan dasar-dasarnya. Setelah mereka tertarik dan memperhatikan, maka kita pun bisa mulai menambahkan berbagai detail yang
melengkapinya.
R = RECOGNIZABLE (MUDAH DIKENAL)
Hal-hal baru dapat menyebabkan kita stres. Karena kita belum mengenal mereka, kita tidak tahu bagaimana untuk bereaksi saat berhadapan dengannya. Namun, begitu kita mengenali adanya sesuatu yang tampak kita kenal dalam hal yang baru tersebut, maka otak akan menjadi lebih santai, karena pengalaman kita mengatakan pada kita apa yang kita harus lakukan.
S = SPAN DIFFERENCES (MENJANGKAU PERBEDAAN)
Hal ini menunjukkan pada kita bahwa ide bisa menjadi sangat vivid ketika mereka membuka diri untuk lawannya, pembedanya, dan batasan-batasannya. Ide-ide vivid menunjukkan dengan jelas pada kita sebuah ide dengan cara mengenalkan ide yang berlawanan. T = TARGETED (MEMILIKI TARGET)
Memiliki target membantu kita melihat ide-ide kita dari sudut
pandang orang lain. Ide yang tidak memiliki target, tidak akan terlihat oleh orang lain. Hal yang paling kita perhatikan berarti hal yang sedang menuju kepada diri kita. Itulah yang dimaksud dengan memiliki target: membantu orang lain melihat ide kita sejelas yang kita lihat.
Pada akhirnya, ide akan menjadi hebat karena dua alasan: ide-ide tersebut masuk akal untuk sebagian besar orang dan untuk diri kita sendiri. Ide-ide vivid tidak hanya bisa menginspirasi, namun juga disampaikan dengan kata-kata yang cerdas dan diilustrasikan dengan brilian.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
5
note
AQUARIUS
Copyright © 2014 AQUARIUS RESOURCES powered by : BACAKILAT. • All Rights Reserved • www.aquariusnote.com
Kata-kata dari bagian-bagian, gambar dari keseluruhan.
Namun nama memiliki batasan-batasannya. Pertama, pemikiran yang melihat dunia sebagai sebuah kesatuan tidak bisa dibodohi: dia mengetahui bahwa nama yang digunakan oleh pemikiran verbal bukanlah benda yang sebenarnya. Benda yang sebenarnya bisa bergerak dan berubah, serta bisa menghilang untuk nanti kembali muncul lagi di tempat yang berbeda dan dalam bentuk yang juga berbeda.