BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Pemerintah Daerah a. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Pernyataan ini merupakan bentuk atau bangunan ini menjamin adanya kemitraan (kerjasama) yang serasi antara Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk menyelenggarakan pemerintah di daerah (H.A.W. Widjaja, 1998:40).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Butir 2, yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah daerah lain baik dalam urusan kewenangan, hubungan pelayanan umum, keuangan, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilakukan secara adil dan selaras. Dalam rangka penyelenggaraan kewenangan antara pemerintah dan daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4) menyebutkan bahwa urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
Bentuk pembagian dari penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah pusat membagi urusan kepada tingkat bawah atau pemerintah daerah.J.Openheim mengemukakan beberapa ciri pemerintah daerah, antara lain :
1) Adanya lingkungan atau daerah dengan batas yang lebih kecil daripada negaranya;
2) Adanya jumlah penduduk yang mencukupi;
3) Adanya kepentingan-kepentingan yang diurus oleh negara akan tetapi menyangkut tentang lingkungan sehingga penduduknya bergerak bersama-sama berusaha atas dasar swadaya;
4) Adanya suatu organisasi yang memadai untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan tersebut.
5) Adanya kemampuan untuk menyediakan biaya yang diperlukan (Prabawa Utama, 1991:1).
b. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Asas-asas penyelenggaraan pemerintah di daerah antara lain sebagai berikut: 1) Asas Desentralisasi
Hendry Maddick (dalam Hanif Nurcholis, 2005:9) menjelaskan, adalah penyerahan kekuasaan secara hukum untuk menangani bidang-bidang/fungsi-fungsi tertentu kepada daerah otonom. Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Lebih lanjut lagi mengenai desentralisasi Rondinelli (dalam Hanif Nurcholis, 2005:9) merumuskan:
Decentralization is the transfer of planning, decision making, or administrative authority from the central government to its field organizations, local administrative units, semi-autonomous organization. (Desentralisasi adalah
penyerahan perencanaan, pembuatan keputusan, atau kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada organisasi wilayah, satuan administratif daerah,
organisasi semi otonom, pemerintah daerah, atau organisasi non
Lebih diperjelas denganbentuk kedua Desentralisasi menurut Rondinelli and Cheema (dalam Seymour & Turner, 2002) Decentralisation, delegation to
semi autonomous organisations
managementauthority for specific functions to organisations that are not under the directcontrol of central government ministries.(Desentralisasi, delegasi ke
organisasi otonom, yang melibatkan delegasi dalam pengambilan keputusan dan adanya kewenangan managemen untuk fungsi-fungsi khusus bagi organisasi yang tidak berada di bawah langsung dari kementrian pemerintah pusat.
Menurut Smith (dalam Hanif Nurcholis, 2005:11) desentralisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Penyerahan wewenang untuk melaksanakan fungsi pemerintahan tertentu dari pemerintah pusat kepada daerah otonom;
b) Fungsi yang diserahkan dapat dirinci, atau merupakan fungsi yang tersisa (residual functions);
c) Penerima wewenang adalah daerah otonom;
d) Penyerahan wewenang berarti wewenang untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan; wewenang mengatur dan mengurus (regelling en
bestur) kepentingan yang bersifat lokal;
e) Wewenang mengatur adalah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang berlaku umum dan bersifat abstrak;
f) Wewenang mengurus adalah wewenang untuk menetapkan norma hukum yang bersifat individual dan konkrit (beschikking, acte administrative,
verwaltungsakt);
g) Keberadaan daerah otonom adalah di luar hirarki organisasi pemerintah pusat; h) Menunjukan pola hubungan antara organisasi;
i) Menciptakan political veriety dan diversity of structure dalam sistem politik Tujuan desentralisasi berdasarkan kepentingan pemerintah daerah adalah untuk mewujudkan political equality. Melalui pelaksanaan desentralisasi diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal. (Syarif Hidayat, 2008).
Memperhatikan penjelasan yang terurai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan kekuasaan-kekuasaan tertentu yang dilakukan berdasarkan pertimbangan, inisiatif, hak dan kemandirian daerah itu sendiri.
2) Asas Dekonsentrasi
Berdasarkan Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menjelaskan bahwa dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
Menurut Smith (dalam Hanif Nurcholis,2005:13) dekonsentrasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang dirinci dari pemerintah pusat kepada pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah;
b) Penerima wewenang adalah pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah; c) Tidak mencangkup kewenangan-kewenangan untuk menetapkan kebijakan
dan wewenang untuk mengatur;
d) Tidak menciptakan otonomi daerah dan daerah otonom tapi menciptakan wilayah administrasi;
e) Keberadaan field administration berada di dalam hirarki organisasi pemerintah pusat;
f) Menunjukan pola hubungan kekuasaan intra organisasi; g) Menciptakan keseragaman dalam struktur politik.
Berdasarkan uraian diatas, dekonsentrasi menciptakan local state govermment
atau field administration/wilayah administrasi (Bhenyamin Hoessein,2000:10).
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintah umum.
3) Asas Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan merupakan tugas ikut melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangga tingkat atasnya.Oleh karena itu dalam tugas pembantuan tersebut pemerintah lokal yang bersangkutan, wewenangnya mengatur dan mengurus,
terbatas kepada penyelenggaraan saja
-335).Medebewind atau zelfbestuur sebagai pemberian kemungkinan dari pemerintah pusat/pemerintah daerah yang tingkatnya lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga daerah yang tingkatannya lebih atas (Koesoehatmadja dalam Hanif Nurcholis, 2005:16).
Berdasarkan Pasal 1 Butir 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa :
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
Sesuai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas pembantuan adalah pelaksanaan wewenang yang dilakukan atas dasar penugasan dari pemerintah pusat atau pemerintah diatasnya, dengan menggunakan sumber biaya dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah dengan tujuan utama membantu pelaksanaan tugas pemerintah atasnya.
c. Lembaga Daerah
Lembaga adalah proses terstruktur yang digunakan orang untuk
menyelenggarakan kegiatannya. Jadi, lembaga pemerintah daerah adalah sistem aturan atau proseter struktur yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah.
Sistem aturan ini kemudian dikonkritkan menjadi organisasi (Hanif Nurcholis, 2005:117).
1) Kepala Daerah
Kepala daerah adalah seseorang yang ditunjuk berdasarkan peraturan perundangan untuk menjabat sebagai pimpinan suatu lembaga sebagai pelaksana tugas daerah yang diamanatkan oleh undang-undang.Kepala daerah memiliki dua peran dimana bertugas sebagai alat daerah dalam penyelenggaraan daerah serta sebagai alat pemerintah pusat untuk menjalankan amanat pemerintah pusat yang sesuai dengan peraturan perundangan.Sebagai alat daerah, kepala daerah memiliki tugas sebagai berikut :
a) Menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintah daerah; b) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan;
c) Bersama-sama dengan DPRD membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta dalam pembuatan peraturan daerah.
Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah memiliki tugas sebagai berikut : a) Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijakan
ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan pemerintah;
b) Melaksanakan segala usaha dan kegiatan dibidang pembinaan kesatuan bangsa sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c) Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan instansi vertikal dan antara instansi vertikal dengan dinas-dinas daerah, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya;
d) Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintah daerah;
e) Mengusahakan secara terus menerus agar segala peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah dijalankan oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat yang ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan;
f) Melaksanakan segala tugas pemerintah yang dengan atau berdasarkan atas peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya;
g) Melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas suatu instansi lainnya (Josef Riwu Kaho, 1991:63-65).
Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah menyebutkan bahwa :
a) Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah;
b) Kepala daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota disebut walikota.
2) Wakil Kepala Daerah
Wakil Kepala Daerah adalah pejabat negara yang dapat melakukan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai amanat dan perintah dari kepala daerah.Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa wakil kepala daerah mempunyai tugas yaitu
a) Membantu kepala daerah dalam:
(1) Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
(2) Mengkoordinasikan kegiatan perangkat daerah dan mentindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan;
(3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi bagi wakil gubernur; dan (4) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau desa bagi wakil bupati/wali kota;
(5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan pemerintahan daerah;
(6) Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara; dan
(7) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Berdasarkan Pasal 1 butir 4 Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Selanjutnya berdasarkan pasal 149 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah fungsi dari DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:
a) Pembentukan Perda Kabupaten/Kota; b) Anggaran; dan
c) Pengawasan
Guna menjalankan ketiga fungsi DPRD Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan tertentu atau hak-hak untuk melakukan tindakan tertentu agar tugas atau fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik (Josep Riwu Kaho, 1991:170).Hak-Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam pasal 159 dan160 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu :
a) Hak Interpelasi; b) Hak Angket;
c) Hak menyatakan pendapat;
d) Hak mengajukan rancangan Perda Kabupaten/Kota; e) Hak mengajukan pertanyaan;
f) Hak menyampaikan usul dan pendapat; g) Hak memilih dan dipilih;
h) Hak membela diri; i) Hak imunitas;
j) Hak mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; k) Hak protokoler; dan
l) Hak keuangan dan administratif. 4) Sekretariat Daerah
Menurut Pasal 213 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa sekretariat daerah mempunyai tugas
membantu kepala daerah dalam penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas perangkat daerah serta pelayanan administratif.
5) Dinas Daerah
Dinas Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah untuk melakukan pemerintahan yang telah diserahkan menjadi wewenang otonomi, baik berdasarkan undang-undang pembentuknya maupun dengan peraturan pemerintah. Pembentukan dan susunan organisasi Dinas Daerah ditetapkan pedoman dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 363 Tahun 1977 (Y.W
Sunindhia,1996:232).
Urusan-urusan yang diselenggarakan oleh Dinas-dinas Daerah adalah urusan-urusan yang telah menjadi urusan-urusan rumah tangga daerah. Dinas Daerah merupakan perangkat organisasi Pemerintah Daerah yang berfungsi untuk (Y.W Sunindhia, 1996 : 233) :
a) Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah;
b) Melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh KDHkepadanya. Menurut (Hanif Nurcholis, 2005: 131) Dinas Daerah terdiri dari :
(1) Dinas Provinsi yang merupakan pelaksana pemerintah provinsi dipimpin oleh seorang kepala yang berasa di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Fungsi Dinas Provinsi sebagai berikut: (a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
(b) Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum; (c) Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.
Susunan Organisasi Dinas Provinsi adalah Dinas terdiri atas Bagian Tata Usaha dan Sub Dinas. Bagian Tata Usaha terdiri atas Sub Bagian. Sub Dinas terdiri atas Seksi.
(2) Dinas Kabupaten/ Kota merupakan unsur pelaksanaan pemerintah kabupaten/kota dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris
daerah.Dinas Kabupaten/kota mempunyai tugas melaksanakan
tugas desentralisasi. Untuk susunan organisasi Dinas Kabupaten/kota adalah Dinas terdiri atas Bagian Tata Usaha dan Sub Dinas. Bagian Tata Usaha terdiri atas Sub Bagian dan Sub Dinas terdiri atas Seksi. Dinas Kabupaten/Kota dapat membentuk Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas di kecamatan untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas. Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas di wilayah kerjanya meliputi satu atau beberapa kecamatan. Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat (Hanif Nurcholis, 2005:132).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa dinas daerah yang menangani pengelolaan sampah adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah lembaga pemerintah daerah yang tugasnya mengelola bidang kebersihan dan pertamanan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:356).
2. Tinjauan tentang Otonomi Daerah a. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dan
nomous yang berarti hukum atau peraturan (Sarundajang dalam Utang Rosidin,
2010:85). Menurut Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku (Utang Rosidin, 2010:85). Dengan adanya otonomi, daerah diharapkan akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah (H.A.W. Widjaja dalam Utang Rosidin, 2010:85).
Melihat uraian diatas, dalam daerah otonomi memiliki beberapa unsur antara lain sebagai berikut :
1) Batas Wilayah
Kesatuan masyarakat hukum sangat dipengaruhi oleh batas wilayah untuk menentukan kepastian hukum bagi pemerintah dan masyarakat dalam melakukan interaksi hukum, misalnya dalam penerapan kewajiban tertentu sebagai warga masyarakat serta pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap fungsi pelayanan umum pemerintahan dan peningkatan kesejahteraan secara luas kepada masyarakat setempat.Dapat diartikan bahwa setiap derah harus memiliki wilayah yang jelas agar dapat dibedakannya antara daerah satu dengan daerah yang lain. 2) Pemerintahan
Eksistensi pemerintahan di daerah, didasarkan atas legitimasi undang-undang yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk menjalankan urusan pemerintahan yang berwenang mengatur berdasarkan kreatifitasnya berdasarkan kepentingan daerahnya.
3) Masyarakat
Masyarakat sebagai elemen pemerintahan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang jelas mempunyai tradisi, kebiasaan, adat istiadat yang turut ikut serta dalam sistem pemerintahan daerah, mulai dari bentuk cara berfikir, bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam kehidupan masyarakat. Bentuk partisipasi budaya masyarakat antara lain gotong royong, permusyawaratan, cara menyatakan pendapat dan pikiran yang menunjang pembangunan daerah untuk peningkatan kesejahteraan melalui pelayanan pemerintah (Siswanto Sunarno, 2012:6-7).
Pengertian Asas otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab yaitu (Siswanto Suwarno, 2012:8) :
a) Otonomi yang luas
Merupakan suatu kebebasan/keleluasaan daerah dalam semua bidangpemerintahan kecuali kewenangan dibidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi mencangkup juga mengenai
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
b) Otonomi yang nyata
Merupakan keluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Sehingga dalam penerapan otonomi mengenai isi materi dan jenis otonomi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.
c) Otonomi yang bertanggung jawab
Merupakan suatu perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang diterima oleh daerah sebagai alat pencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokratis, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dengan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa otonomi daerah dianggap sebagai suatu cara untuk mewujudkan penyelenggaraan daerah baik dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri secara efektif dan efisien. Guna menumbuhkembangkan daerah dalam pemberian pelayanan masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan kemandirian dan kesatuan daerah.
b. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Dasar-dasar pelaksanaan otonomi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut :
1) Keragaman bangsa Indonesia dengan sifat-sifat istimewa pada berbagai golongan, tidak memungkinkan pemerintahaan diselenggarakan secara beragam.
2) Wilayah Indonesia yang berpulau-pulau dan luas dengan segala pembawaan masing-masing, memerlukan cara penyelenggaraan yang sesuai dengan keadaan dan sifat-sifat dari berbagai pulau tersebut.
3) Desa dan berbagai persekutuan hukum merupakan salah satu sendi yang ingin dipertahankan dalam susunan pemerintahaan negara.
4) Pancasila dan UUD 1945 menghendaki suatu susunan pemerintahan yang demokratis.
5) Desentralisasi adalah salah satu cara mewujudkan tatanan demokratis tersebut.Efisien dan efektivitas merupakan salah satu ukuran keberhasilan organisasi. Republik Indonesia yang luas dan penduduk yang banyak dan beragam memerlukan suatu cara penyelenggaraan pemerintahan negara yang menjamin efisiensi dan efektivitas. Dengan membagi-bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam satuan-satuan yang lebih kecil (desentralisasi), efisien dan efektivitas tersebut dapat tercapai (Utang Rosidin, 2010 : 83-84).
Orientasi pelaksanaan otonomi daerah atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 dilandaskan pada beberapa hal mendasar antara lain.
1) Hakikat otonomi daerah itu harus merupakan kewajiban daripada hak.
2) Pengarahan-pengarahan terhadap pelaksanaan otonomi daerah yang nyatadan bertanggung jawab mencakup:
a) Harus sesuai dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa;
b) Harus menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan;
c) Harus dapat menjamin pembangunan dan pengembangan daerah.
3) Pemberian otonomi kepada daerah dilaksanakan bersama
dengandekonsentrasi. Dalam hubungan ini prinsip-prinsip pemberian otonom pada daerah lebih dipertegas, yaitu :
a) Harus menunjang aspirasi rakyat, yakni memperkukuh negara kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan;
b) Harus merupakan otonomi nyata dan bertanggung jawab;
c) Asas desentralisasi dilaksanakan bersama-bersama dengan memberi kemungkinan pula bagi pelaksanaan asas pembantuan;
d) Pemberian otonomi pada daerah mengutamakan aspek keserasian dengan tujuan, di samping aspek pendemokrasian;
e) Tujuan otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta merupakan upaya untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa (H.A.W. Widjaja, 1998:24-26).
3. Tinjauan tentang Pengelolaan Sampah a. Pengertian Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Menurut Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa: Pengelolaan Sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dan aspek-aspek dalam pengelolaan sampah terdiri dari pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, dan pengangkutan sampah (Simanjuntak dan Sariguna dalam Yuliani 2012).Secara umum sistem pengangkutan sampah berdasarkan model operasinya dibagi menjadi dua yaitu sistem wadah angkut dan wadah tinggal (Tchobanoblaus and Goerge dalam Yuliani 2012).
Sesuai dalam penjelasan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa Pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di wilayah Kota Surakarta salah satunya adalah usaha untuk meujudkan Kota Surakarta sebagai kota yang bersih, sehat, rapi dan indah
(BERSERI) sesuai dengan visi dan misinya, yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan (Mulyanto, 2013: 10).
b. Asas dan Dasar Hukum Pengelolaan sampah
Gunapembentukan suatu kehidupan bersama yang baik, dituntut pertimbangan tentang asas atau dasar dalam membentuk hukum supaya sesuai dengan cita-cita dan kebutuhan hidup bersama. Dengan demikian, asas hukum adalah prinsip-prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum (Ishaq, 2008: 75).
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.
Guna mencapai tujuan pengelolaan sampah yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.Sehingga Pemerintah menetap peraturan mengenai pengelolaan sampah berikut regulasi sampah dalam hierarki perundang-undangan adalah: (Mulyanto,2013:6-10) 1) Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah; 4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah;
5) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan :
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai tujuan untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Terdapat pembagian wewenang antara pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sehingga tiap daerah dituntut melaksanakan pengurusan dan pengaturan urusan daerahnya masing-masing.Berdasarkan undang-undang tersebut dinyatakan bahwa yang mengatur seluruh penyelenggaraan pemerintah daerah antara lain Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Dinas Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
OTONOMI DAERAH
PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
DINAS DAERAH
DINAS KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN
Salah satu tujuan pembangunan kota yaitu peningkatan kebersihan kota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah penanganan dan tanggung jawab mengenai kegiatan kebersihan dan keindahan daerah dilaksanakan oleh Dinas Daerah yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta.Dinas Daerah merupakan salah satu penyelenggara pemerintahan yang tertuang dalam undang-undang.Sebagai bentuk kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah yaitu mengelola sumber kekayaan daerah. Berdasarkan tujuan didalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah adalah meningkatkan kesehatan, kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomi bagi daerah. Apabila didalam pelaksanaan pengelolaan sampah tersebut pemerintah daerah dan khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta banyak mengalami kendala. Sehingga penulis perlu mengetahui kendala dan solusi dalam proses pengelolaan sampah yang sesuai peraturan daerah tersebut.