• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuti R. Hadi dan Sustriayu Nalim ' ABSTRACT PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tuti R. Hadi dan Sustriayu Nalim ' ABSTRACT PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BUOL

-

TOLITOLI, SULAWESI TENGAH, INDONESIA

*

Tuti R. Hadi dan Sustriayu Nalim

'

ABSTRACT

An ecological survey was conducted in Central Sulawesi t o obtain information on the distri- bution of reservoir hosts and vectors of arthropod-borne zoonotic diseases. Serological test were done from human sera collected in the area against arboviral and rickettsia1 antigens.

Three species of Culex mosquitoes known as potential vectors of arbovirosis : Cx. bitaeni- orhynchus, Cx. gelidus and Cx. tritaeniorhynchus, were found in the area surveyed. A known vector of scrub typhus, Leptotrombidium (L.) deliensis, was also found in that area. Suspected reservoirs of arthropod-borne zoonosis in the area surveyed were chickens, ducks, cows, horses, monkeys and rats.

The prevalence of antibodies against arbovirus group A antigens ( Chikungunya, Getah and Sindbis ) was 34,06%, 28,5% and 4,3975, against arbovirus group B antigen (Japanese Encepha- litis) was 93,4% and none against Rickettsia tsutsugamushi and Rickettsia typhy antigens, out of 91 human sera examined. Antibodies were found in animal sera examined against arbovirus group A and arbovirus group B antigens in a variation of 11,876 -- 100%. The prevalence of antibodies against R. tsutsugamushi antigen was 22,7% out of 22 rat sera examined.

PENDAHULUAN

Penyakit zoonotik yang ditularkan oleh arthropoda, dalam siklus penu- larannya melibatkan binatang, bibit penyakit, arthropoda dan manusia. Sik- lus penularan penyakit ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang dapat berubah-ubah. Suatu perubahan fisik yang terjadi di suatu daerah dapat menghilangkan habitat yang ada atau menimbulkan habitat baru yang se- suai bagi kehidupan binatang sumber atau arthropoda vektor. Pembukaan sistem irigasi di suatu daerah persa- wahan di Afrika, menyebabkan ke- naikan populasi Anopheles gum biae sebanyak 7 0 kali lipat tetapi menu-

runkan populasi ~Mansonia uniformis menjadi sepertiganya (Surtees et al.,

1970). Dengan adanya perubahan ha- bitat timbul perubahan ekologi yang dapat mempengaruhi siklus penular- an penyakit. Salah satu keadaan yang dapat menimbulkan perubahan ekologi dengan akibat yang serupa dengan yang disebut diatas adalah kegiatan pembukaan hutan untuk dijadikan pe- mukiman.

Dengan digalakkannya program transmigrasi di Indonesia makin ba- nyak daerah hutan yang mengalami perubahan ekologi yang akan mem- pengaruhi pola dan siklus penyakit di daerah tersebut. Untuk mengetahui perubahan pola dan siklus penyakit

*

Penelitian ini dibiayai oleh Departemen Kesehatan R.I. menurut Surat Keputusan No. 2691 BPPK/III/SK/O6/81, tgl. 3 Juni 1981, dengan judul "Penelitian pengaruh perubahan ekologi hutan terhadap penyakit yang mengancam kesehatan transmigran"

1 Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, J1. Per- cetakan Negara No. 29, Jakarta

(2)

zoonotik yang ditularkan oleh arthro- poda di suatu daerah transmigrasi, sua- tu penelitian dilakukan di desa Basi, Kecamatan Dondo, Kabupaten Buol Tolitoli, Sulawesi Tengah pada tahun 1981. Desa ini merupakan suatu desa asli yang berdekatan dengan daerah yang akan dibuka untuk daerah trans- migrasi

.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis binatang sumber (reservoir) penyakit dan arthropoda vektor penyakit zoonotik yang terda- pat di daerah tersebut dan prevalensi antibodi terhadap antigen beberapa jenis virus dan rickettsia di dalam tubuh arthropoda, binatang sumber dan penduduk di sekitar daerah pene- litian. Makalah ini melaporkan hasil yang diperoleh pada survei yang dila- kukan sebelum hutan dibuka.

DAERAH PENELITIAN Daerah yang disurvei adalah desa Basi d i wilayah Kecamatan Dondo, Kabupaten Buol

-

Tolitoli, Sulawesi Tengah. Desa Basi terletak pada O0 47' Lintang Utara, 120" 39' Bujur Ti- mur dengan ketinggian sekitar 60 m dari permukaan laut (Gambar 1). De- sa ini mulai dihuni sejak tahun 1965 oleh pendatang dari desa sekitarnya seperti Malala dan Tinabogan. Jumlah penduduk yang tinggal di desa Basi menurut laporan P3M tahun 1981, berjumlah 298 jiwa yang terdiri atas 69 KK. Letak rumah penduduk ter- sebar dengan habitat sekitarnya beru- pa hutan, semak, sawah, ladang ja- gung dan kacang tanah serta kebun kopi. Penduduk pada umumnya ber- tani. Desa Basi dapat dicapai dari kota Tolitoli dengan perahu menyusuri Te- luk Tolitoli dan Teluk Dondo dengan lama perjalanan 4 - 5 jam.

BAHAN DAN CARA KERJA Inventarisasi jenis binatang sumber dan ektoparasitnya dilakukan dengan melakukan penangkapan binatang me- ngerat terutama tikus dan tupai, meng- gunakan perangkap kawat berumpan kelapa bakar, tanaman kacang tanah yang segar dan pisang. Pada setiap ha- bitat yang ada yaitu rumah, ladang, kebun kopi, tepi hutan dan di dalam hutan, dipasang masing-masing 40 perangkap. Perangkap dipasang pada sore hari, dibiarkan semalam dan ke- esokan harinya diambil. Binatang yang tertangkap dimasukkan kedalam kantong kain dan dibawa ke laborato- rium lapangan, dibius dengan chloro- form dan diambil darahnya untuk pe- meriksaan serologi. Setelah diambil darahnya badan tikus atau tupai ter- sebut disikat untuk mendapatkan ek- toparasitnya. Ektoparasit yang diper- oleh disimpan di dalam alkohol 70% untuk kemudian dibuat preparat dan diidentifikasi. Kulit dan tengkorak tikus atau tupai kemudian diawetkan dan diidentifikasi berdasarkan data ukuran badan dan beratnya.

Selain penangkapan tikus dilaku- kan pula pengamatan langsung terha- dap jenis binatang peliharaan seperti anjing, kucing dan juga ternak seperti sapi, kambing, yang ada d i daerah tersebut.

Selain pengamatan terhadap ekto- parasit tikus, inventarisasi jenis vektor juga dilakukan dengan penangkapan nyzmuk dan serangga lain d i sekitar kadang ternak. Untuk menangkap se- rangga yang tertarik oleh sinar diguna- kan light trap. Empat buah light trap d i pasang di dekat kandang selama a s h m a l m antara jam 22.00 sampai jaic 6.00 pagi hari berikutnya. Vntuk menengkap nyamuk ywcg sedang isti-

(3)

rahat dan serangga yang tidak tertarik oleh sinar, dipakai aspirator dan sweep

net. Nyamuk dan serangga lain yang

tertangkap baik dengan light trap, as- pirator maupun sweep net dirnasuk- kan kedalam tabung kecil ukuran 1 0 ml yang kemudian dimasukkan keda- lam cairan nitrogen (-20°C) untuk pemeriksaan di laboratorium di Jakar-

ta. Di laboratorium Jakarta, nyamuk diidentifikasi dahulu dan dikelompok- kan per jenis sebelum diproses untuk pemeriksaan serologik dan isolasi virus dan ricaettsia.

Untuk mengetahui prevalensi anti- bodi terhadap antigen beberapa jenis virus dan rickettsia dilakukan peme- riksaan serologik terhadap sediaan se- rum darah manusia dan binatang. Se- diaan darah manusia diambil dari pen- duduk di sekitar daerah penelitian. Penduduk dikumpulkan di suatu tem- pat dan dari setiap orang diambil darah vena sebanyak 1 0 ml dengan menggunakan tabung suntik. Darah dimasukkan kedalam tabung kecil dan dibiarkan semalam di dalam al- mari es (4OC). Darah yang telah menggumpal diambil dengan menggu- nakan batang kayu kecil dan serum disentrifus pada kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Kemudian serum diambil dengan pipet Pasteur, dima- sukkan ke dalam tabung kecil yang ditutup rapat dan disimpan di dalam cairan nitrogen sebelum diproses di Jakarta. Pemeriksaan serum dilakukan oleh laboratorium Virologi U.S. Naval Medical Research Unit No. 2 Jakarta Detachment di Jakarta dengan meng- gunakan metoda Haemaglutination Inhibition (HI) Test untuk pemerik- saan arbovirus dan Indirect Fluores- cent Antibody Test (IFAT) untuk pemeriksaan rickettsia (Bozeman &

Elisberg, 1963). Seropositivitas di- tentukan dengan menghitung persen-

tasi serum yang positif yaitu dengan titer

2

1 : 1 0 untuk arbovirus dan

2

1 : 20 untuk rickettsia. Pemeriksaan serum darah dilakukan pula terhadap darah binatang peliharaan dan bina- tang mengerat. Sediaan darah ternak dikumpulkan dengan cara mengun- jungi rumah-rumah penduduk. Da- rah ternak atau binatang peliharaan yang ditemui diambil sebanyak 10 - 20 ml dengan menggunakan tabung suntik. Darah diproses seperti yang telah dijelaskan diatas.

HASIL

Dalam penelitian ini ditangkap 6 jenis (species) tikus dari marga (genus)

Rattus dan satu jenis dari marga Echi-

othrix. Penyebaran jenis tikus dan

ektoparasit yang diperoleh telah di- laporkan oleh Hadi & Sustriayu (1983).

Dari pengamatan ke rumah-rumah penduduk dan sekitarnya ditemukan jenis ternak dan binatang peliharaan berupa sapi (Bos taurus), kambing

(Capra hircus), kuda (Equus cabalus),

bebek (Anser sp.), ayam (Gallus gal-

lus), kucing (Felis catus), anjing

(Canis familiaris) dan monyet (Ma-

caca sp .).

Dengan menggunakan light trap, aspirator dan sweep net dapat dikum- pulkan 2 jenis nyamuk dari marga

Aedes yaitu Ae. lineatopennis dan

Ae. tilifere; 4 jenis dari marga Ano-

pheles yaitu An. barbirostris, An. si-

nensis, An. tesselatus dan An. uagus;

4 jenis dari m a r G Culex yaitu Cx. qui-

nguefasciatus (Tabel 1 ) .

Dalam survei ini dapat dikumpul- kan 9 1 sediaan darah penduduk. Hasil pemeriksaan serologik menunjukkan bahwa kebanyakan dari penduduk me- ngandung antibodi terhadap antigen Bul. Penelit. Kesehat. 13 (1) : 1985

(4)

Tabel 1. Jenis nyamuk yang dikumpulkan di desa Basi, Kecamatan Dondo, Sulawesi Tengah, September 1981

-

Lokasi dan alat penangkapan

Jenis nyamuk Kandang Hutan

Aspirator / Light trap Aspirator1

sweep net sweep net

A edes lineatovennis Ae. tilifere Anopheles barbirostris An. sinensis An. tesselatus An. vagus Culex bitaeniorhynchus Cx. gelidus Cx. tritaeniorhynchus Ex. quinquefasciatus

Tabel 2. Hasil pemeriksaan serologik darah penduduk desa Basi, Kecamatan Dondo, Sulawesi Tengah, September 1981

Sediaan serum darah Jenis antigen

Jumlah Antibodi Seropositivitas (76) diperiksa positif Arbovirus group A : Chikungunya Getah Sindbis Arbovirus group B : Japanese Encephalitis Rickettsia tsutsugnmushi Rickettsia typhi

(5)

beberapa jenis arbovirus dengan variasi positivitas 4,39%-93,4% (Tabel 2). Pada pemeriksaan darah binatang di- temukan prevalensi antibodi terhadap antigen arbovirus group

A

tertinggi pada monyet yaitu 16,776, yang di- ikuti pada ayam sebesar 11,8%. Pre- valensi antibodi terhadap antigen ar- bovirus group B tertinggi pada bebek yaitu 66,7% diikuti pada monyet 33,3% dan pada ayam sebesar 11,896. Karena jumlah sediaan darah sapi dan kuda hanya masing-masing satu dan dua maka hasilnya diabaikan. Preva- lensi antibodi terhadap antigen Ri- ckettsia tsutsugamushi (penyebab scrub typhus) pada tikus adalah 22,7

%, sedangkan antibodi terhadap anti- gen Rickettsia typhi (penyebab mu-

rine typhus) tidak ditemukan baik pada penduduk maupun tikus (Tabel 3)-

PEMBAHASAN

Pemeriksaan serologik pada 9 1 se- diaan darah penduduk menunjukkan bahwa 34,06% mengandung antibodi terhadap antigen virus Chikungunya, 28,596 mengandung antibodi terhadap antigen virus Getah dan 4,39% me- ngandung antibodi terhadap antigen virus Sindbis. Ketiga jenis virus terse- but termasuk dalam kelompok arbo- virus group A. Selain pada manusia antibodi terhadap antigen arbovirus group A ditemukan pula pada ayam, sapi dan monyet. Penelitian terdahulu pernah melaporkan ditemukannya an- tibodi terhadap virus Chikungunya pa- da serum darah penduduk dari Sula- wesi (Tesh et al., 1975).

Virus Chikungunya dapat ditular- kan kepada manusia melalui gigitan

nyamuk marga Aedes yaitu A e .

aegypti, Ae. africanus dan Ae. furci- fer

-

taylori group (McIntosh & Gear,

1975). Pada penangkapan nyamuk di desa Basi tidak ditemukan jenis Aedes

tersebut diatas tetapi jenis lain yaitu

Ae. tilifere dan Ae. lineatopennis. Ke-

dua jenis nyamuk ini baru pertama ka- li dilaporkan dari daerah penelitian ini. Percobaan isolasi virus dari nya- muk yang ditangkap tersebut tidak dapat dikerjakan karena kesulitan teknis.

Virus Getah dapat ditularkan

oleh nyamuk marga Culex yaitu

Cx. gelidus dan Cx. tritaeniorhyn- chus (Gubler, 1978, unpublished). Ke-

dua jenis nyamuk tersebut ditemukan di dekat kandang ternak di desa Basi. Virus Sindbis yang dipelihara di d a m oleh beberapa jenis burung, per- nah diisolasi dari nyamuk marga Cu- lex yaitu Cx. univittatus dan Cx. bitaeniorhynchus dan jenis Mansonia fuscocephalus (McIntosh & Gear, 1975). Dari kedua jenis Culex yang

potential sebagai vektor tersebut ha- nya Cx. bitaeniorhynchus yang di-

temukan di desa Basi.

Pemeriksaan darah penduduk ter- hadap antigen Japanese Encephalitis (JE) dari kelompok arbovirus group B, menunjukkan bahwa 93,4% dari serum yang diperiksa mengandung an- tibodi. Antibodi terhadap antigen ar- bovirus group B tersebut ditemukan pula pada ternak seperti ayam, bebek, sapi, kuda dan binatang liar yaitu tikus dan monyet. Jenis binatang ini- lah yang kemungkinan besar berperan sebagai pemelihara siklus virus JE di

slam. Virus ini pernah diisolasi dari

Cx. gelidus dan Cx. tritaeniorhynchus

yang dikumpulkan di Jakarta dan de- kat Bogor, Jawa Barat (Van Peenen et al., 1974), 1975). Di daerah Sera-

wak, Malaysia, selain dari kedua jenis nyamuk tersebut, virus JE pernah diisolasi dari Culex vishnui complex

(6)

Tabel 3. Hasil pemeriksaan serologi darah binatang yang ditangkap di desa Basi, Kecamatan Dondo, Sulawesi Tengah,

September 1981

- - Jenis antigen

- -- ~p

Jenis Arbovirus Arbovirus R. tsutsu- R. typhi

binatang group A group B garnushi

Ternak : Ayam Bebek Kambing Sapi Kuda Peliharaan : Kucing Monyet Liar : Ti kus

*

1. Jumlah sediaan darah yang diperiksq 2. Jumlah sediaan darah yang mengandung antibodi; 3. Seropositivitas (%).

dan Aedes togoi (McIntosh & Gear,

1975). Dari jenis nyamuk yang po-

tential sebagai vektor tersebut dua jenis yaitu Cx. gelidus dan

Cx.

tribe- niorhynchus ditemukan di desa Basi. Dari sejumlah 9 1 sediaan darah penduduk yang diperiksa, tidak dite- mukan adanya antibodi terhadap anti-

gen R. tsutsugamushi. Hal ini dihar

dugaan mengingat bahwa habitat di sekitar daerah penelitian adalah tepi hutan dan semak yang merupakan jenis habitat yang disukai oleh tu- ngau vektor (Traub & Wisseman Jr., 1974). Pada pemeriksaan darah tikus ditunjukkan bahwa antibodi ditemu- kan pada 22,7% dari tikus yang ter- tangkap. Tungau vektor, Leptotrom-

bidium (L. ) deliensis, ditemukan pada

beberapa tikus yang tertangkap teru- tama pada Rattus hoffmanni yang ditangkap di ladang (Hadi & Sustri- ayu, 1983). Tidak ditemukannya antibodi di dalam daerah penduduk yang diperiksa kemungkinan disebab- kan karena jumlah sediaan darah yang terlalu kecil atau karena sediaan yang diperiksa lebih banyak dari penduduk perempuan yaitu sekitar 50% dan anak-anak dibawah umur 1 0 tahun yaitu sekitar 30%. Mikrohabitat uta- ma dari tungau adalah tepi hutan dan semak. Penularan penyakit kemung- kinan akan te rjadi apabila ada kontak antara manusia dengan mikrohabitat tungau tersebut. Frekuensi kontak antara manusia dengan mikrohabitat tungau tersebut lebih besar pada laki-

(7)

laki daripada perempuan dan pada orang dewasa daripada anak-anak ka- rena laki-laki atau orang dewasa lebih banyak yang bekerja di ladang atau hutan daripada perempuan atau anak- an&. Dengan demikian kemungkinan timbulnya penularan penyakit pada perempuan dan andr-anak lebih sedi- kit. Karena sediaan darah yang diam- bil di desa Basi kebanyakan adalah penduduk perempuan dan anak-anak yaitu sekitar 80% maka kemungkinan adanya seropositif terhadap antigen

R. tsutsugamushi kecil.

Antibodi terhadap antigen R.

typhi tidak ditemukan baik pada penduduk maupun tikus. Pinjal vektor murine typhus, Xenopsylla cheopis, juga tidak ditemul-.an padsa tikus yang ditangkap di desa :asi.

KESIMPULAN

1. Pada penelitian yang dilakukan di desa Basi ditemukan jenis nyamuk yang dapat menularkan virus Ge- tah dan Japanese Encephalitis yai-

tu

Cx. gelidus dan Cx. tritaeni- orhynchus; jenis nyamuk yang da- pat menularkan virus Sindbis yai-

tu

Cx. bitaeniorhynchus dan tu- ngau yang dapat menularkan scrub typhus yaitu L. (L.) deliensis. 2. Jenis binatang reservoir penyakit

yang diduga sebagai sumber arth- ropod-borne zoonosis di desa Basi adalah ayam, -bebek, sapi, kuda, monyet dan tikus.

3. Prevalensi antibodi pada 9 1 serum penduduk yang diperiksa adalah 34,06%, 28,5% dan 4,39% terha- dap antigen arbovirus group A,

93,4% terhadap antigen arbovirus group B dan tidak ada antibodi ter- hadap antigen R. tsutsugamushi dan R. typhi.

4. Hasil pemeriksaan serolcgik pada serum darah binatang terlihat me- ngandung antibodi terhadap anti- gen arbovirus group A dan group B. Dari 22 sediaan darah tikus yang diperiksa, 22,776 mengan- dung antibodi terhadap antigen R.

tsutsugamushi.

UCAPAN TERIMA KASIH Atas selesainya penelitian ini karni mengucapkan terima kasih terutama kepada dr. I.F. Setiady, Pusat Peneli- tian Ekologi Kesehatan, yang telah memberikan dorongan semangat dan saran yang sangat berguna bagi pene- litian ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalarn pe- laksanaan penelitian ini terutama dari Dinas Kesehatan Daerah Tk. I dan I1 Propinsi Sulawesi Tengah dan Suhdit Karantina Haji dan Kesehatan Trans- migrasi, Ditjen PPM-PLP, Jakarta. Kepada Dr. Iwan T. Budiarso, Staf Sekjen Departemen Kesehatan R.I., kami sangat berterima kasih atas bantuan pendapat maupun

te-

naga selarna pelaksanaan survei. Tidak lupa kami juga meng- ucapkan terima kasih kepada para petugas lapangan dan teknisi Labora- torium Mammalogi, Puslit Ekologi Kesehatan dan Laboratorium Virolcgi dan Mammalogi, U.S. Naval Medical Research Unit No. 2 Jakarta Detach- ment, atas bantuannya dalam pengum- pulan data dan pemeriksaan spesimen. Ucapan terima kasih kami sarnpai- kan pula kepada Drs. Boeadi, Bagian Mammalogi, Museum Zoologi Bogor,

(8)

1 : 1750.000

Kabupaten Buol-Tolitoli, Sulawesi Tengah S u l a w e s i 1: 7500.000

(9)

yang telah membantu dalarn identifi- kasi tikus.

KEPUSTAKAAN

Bozeman, F.M. and B.L. Elisberg (1963), Serological diagnosis of scrub typhus by Indirect Immunofluorescence. Proc. Soc. Exp. Bid. Med. 112 : 568

-

573. Gubler, D.J. (1978), Arbovirosis infec- tions other than dengue in Indonesia. U.S. Naval Medical Research Unit No. 2 Jakarta Detachment, 1 5 p (unpublished data).

Hadi, T.R. and Sustriayu Nalim (1983), Fauna binatang mengerat dan parasit- nya di beberapa daerah transmigrasi di Indonesia, serta hubungannya dengan penyakit rickettsiosis yang ditularkan oleh vektor. Bull. Penelit. Kesehat. 11 (2) : 4 3

-

49.

McTntosh, B.M. and J.M.S. Gear (1975), Mosquito-borne arbovirosis primarily in the Eastern Hemisphere. In "Disease transmitted from animals t o man", Ed. W.T. Hubert e t al., Charles C. Thomas Publisher, Springfield, Illinois, USA. Chapter 78, p. 939

-

967.

Surtees, C., D.I.H. Simpson, E.T.W. Bowen and W.E. Crainger (1970), Ricefield development and arbovirus epidemiolo- gy, Kano Plain, Kenya. Trans. R o y . Soc. Trop. Med. Hyg. 6 4 ( 4 ) : 511 - 518. Tesh, R.B., D.C. Gajdusek, R.M. Garrulo, J.H. Cross and L. Rosen (1975), The distribution and prevalence of group A arbovirus neutralizing antibodies among human populations in Southeast Asia and Pacific Islands. Amer. J. Trop. Med. Hyg. 2 4 ( 4 ) : 664

-

674.

Traub, R. and C.L. Wisseman Jr. (1974), The ecology of chiggerborne rickettsiosis (scrub typhus). J. Med. Entomol. l l ( 3 ) : 237

-

303.

Van Peenen, P.F.D., P.L. Joseph, S. Atmo- soedjono, Ratna Irsiana and J. Sulianti Saroso (1975), Isolation of Japanese Encephalitis virus from mosquitoes near Bogor, West Java, Indonesia. J. Med. Entomol. 1 2 ( 5 ) : 573 - 574.

Van Peenen, P.F.D, Ratna Irsiana, J. Sulianti Saroso, S.W. Joseph, R.W. Shope and P.L. Joseph (1974), First isolation of Japanese Encephalitis virus from Java. Mil. Med. 139 (1 0) : 821 - 823.

- -

RALATIERRATA

Buletin Penelitian Kesehatan (Bulletin of Health Studies) Vol. XI1 No. 2 1984.

Bul. Penelit. Kesehat. 13 (1) : 1985

Halaman (page)

Halarnan (page) 25,

kolom (column)

I,

alinea ke-2

Halaman (page) 29, abstrak (abstract) ali- nea ke-2

Tercetak (printed)

C ) ~ ~ ~ %

( l - z - z

The results show that in the year 1976, in Jakarta, 78.6% 1 - 1 2 months old children were

. . .

Seharusnya (correction) AD ( 1

-

-) 100% CB

The results show that in the year 1976, in Jakarta, 78,6% one t o twelve months and 46,7% thirteen t o twenty four months old children were

. . .

Gambar

Tabel 1. Jenis nyamuk yang  dikumpulkan  di desa Basi, Kecamatan  Dondo, Sulawesi Tengah, September 1981
Tabel  3.  Hasil pemeriksaan serologi darah binatang yang ditangkap  di desa Basi, Kecamatan Dondo, Sulawesi Tengah,

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan pada penelitian ini adalah handout Mikrobiologi berbasis hasil penelitian “Daya Antagonisme Kapang Antagonis dan Kapang Patogen pada Tanaman Tomat

Sehubungan dengan 33 orang karyawan PT.YY yang tidak lagi terkena PPh pasal 21 setelah perubahan PTKP maka PT.YY wajib mengembalikan sisa kelebihan bayar dari bulan

Terminal Header ISP digunakan untuk pemograman boatloader mikrokontroller. Supaya mikrokontroller atmega328 dapat bekerja pada board arduino, maka ATmega 328 harus diisi dengan

Ini merupakan tantangan berat bagi para rekayasa sipil dalam merencanakan suatu konstruksi bangunan sipil, karena tanah gambut mempunyai sifat teknis kurang menguntungkan

Data yang diukur adalah Waktu Reaksi Sederhana (WRS) dalam satuan detik untuk cahaya merah, kuning, hijau dan biru, sebelum dan sesudah meminum kapsul ekstrak akar

Capaian kinerja presentase Jumlah Eks WTS yang diberdayakan sebesar 824,89 % dari Target Kinerja Tahun 2019, hal ini dikarenakan masih banyaknya Eks WTS yang terjaring

Analisis Pengetahuan, Perilaku, dan Sikap Responden terhadap Pengolahan Sampah Jumlah skor dari 5 pertanyaan untuk pengetahuan responden adalah 507 dengan total

Proses perkembangan Agama Katolik di Paroki Kristus Raja sudah terlihat ketika Paroki ini menjadi bagian dari stasi Paroki Tegalsari dan Pematang Panggang yang ditandai