84
PERANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN
4.1 Spesifikasi Sarana yang Diperlukan
Berikut ini adalah spesifikasi perangkat keras yang diperlukan untuk sistem DVB-IP secara umum :
• 12 feet (3,6 meter) solid mesh parabolic antenna
Gambar 4.1 Antena satelit parabola untuk C Band
• Pondasi dan tiang pancang untuk antena parabola • C band digital Low Noise Band (LNB)
• DVB receiver dan Router atau PC Router dengan Peripheral Component Interconnect (PCI) satellite receiver card
Gambar 4.3 DVB receiver
Gambar 4.4 Satellite receiver card
• Kabel coaxial dengan F type connector • Kabel UTP dengan RJ-45 connector
Spesifikasi tambahan untuk jaringan PT Inet Global Indo: • Ethernet over Internet Protocol (EoIP)
• 1 buah PC router untuk menangani DVB dengan spesifikasi PC Pentium III dengan memory 256 MB berikut dengan Mikrotik RouterOS 2.9 level 6 (controller).
Kondisi yang harus dipenuhi:
• Memiliki channel uplink (return channel internasional) yang memadai, sesuai dengan penambahan bandwidth downlink yang diinginkan.
Layanan yang diperlukan:
• NSP (Network Service Provider) sebagai penyedia layanan DVB-IP one way
4.2 Persiapan 4.2.1 Persiapan Awal
Yang harus dilakukan sebagai persiapan awal adalah melakukan pesanan untuk koneksi DVB-IP one way kepada NSP. NSP kemudian akan menentukan satelit yang tepat untuk wilayah (region) untuk PT Inet Global Indo yang bersesuaian dengan frekuensi transmisi yang digunakan (C band). Apabila langkah-langkah ini sudah dipenuhi, NSP akan memberikan IP untuk pengalamatan router DVB controller.
4.2.2 Penempatan Hardware
4.2.1.1 Penempatan Hardware di Apartemen Mediterania Garden Residences
Pemasangan sistem DVB dilakukan di apartemen Mediterania Garden Residences berhubung dengan masalah tempat dan biaya. Idealnya sistem DVB dipasang di dekat server internet (di gedung Cyber), namun hal ini tidak dilakukan karena hanya menambah biaya untuk sewa tempat pemasangan antena, maka sistem DVB (hardware) dipasang di apartemen Mediterania Garden Residences, hanya router DVB controller saja yang ditempatkan di gedung Cyber. Untuk menggantikan hubungan fisik dengan router DVB controller ini digunakan EoIP tunnel.
Tower C Tower A PPPoE Server PC Pent IV 24 Port Switches PC Router Pent IV Firewall Internal 32nd floor 32nd floor PC Router Pent IV 5.8 GHz Kantor 2nd floor ` Gedung Cyber Tower B Tower D Tower A Tower C 24 Port Switches 24 Port Switches 24 Port Switches Access Point + antenna Access Point + antenna Access Point + antenna Access Point + antenna
12 feet satellite dish + C band digital LNB
DVB receiver
12 feet satellite dish DVB receiver Kabel Coaxial dengan F connector Kabel UTP dengan RJ-45 connector C band digital LNB PC router Pondasi berikut tiang pancang
Gambar 4.5 Rancangan topologi untuk apartemen Mediterania Garden Residences
Pemasangan antena parabola dilakukan pada apartemen Mediterania Garden Residences Tower C lantai 32. Antena parabola dihubungkan dengan DVB receiver dan kemudian dihubungkan kepada PC router.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pemasangan hardware di apartemen Mediterania Garden Residences yaitu:
• Memasang antena satelit parabola:
o Memasang pondasi, tiang pancang dicor untuk menjamin kekuatan pondasi terutama menghadapi angin.
o Memasang C band digital LNB, penguat sinyal (signal amplifier) dengan noise yang sangat rendah (noise block) pada pusat antena satelit parabola.
o Antena satelit parabola yang sudah terpasang kemudian diarahkan pada satelit yang digunakan.
• Hubungan yang diperlukan:
o Menghubungkan antena satelit parabola dengan DVB receiver menggunakan kabel coaxial dan F-type connector.
o Menghubungkan DVB receiver dengan PC router menggunakan UTP dan RJ-45 connector, hubungan ini menggunakan tipe crossover cable
Pemasangan DVB receiver dan antena satelit parabola dapat juga dilakukan pada apartemen Mediterania Garden Residences Tower A lantai 32 untuk dihubungkan kepada PC router utama, namun melihat utilitas yang cukup tinggi pada PC router utama maka pemasangan dilakukan di Tower C yang kemudian sinyal diteruskan ke router utama.
Border Gateway Protocol Border Gateway Protocol Internet Indonesian Internet Exchage Demilitary Zone - webserver - mailserver - FTP server - DNS server Internet Main Gateway ISP Main Gateway ISP Inet Global
Indo VLAN 103 VLAN 102 VLAN 101 VLAN 100 PC router pent III PC router pent II PC router pent II 4 X PC router pent IV PC router pent II 5.8 GHz VLAN 104 PC router pent IV Router BOARD Pent I Stores IP Public PPTP VPN ISP Inet
Penggunaan luar jakarta
Access Point + antenna
PC Router pent III DVB
4.2.1.2 Penempatan Hardware di Gedung Cyber
Gambar 4.7 Topologi rancangan untuk hardware di gedung Cyber
Pada topologi gedung Cyber ditambahkan sebuah PC router yang berguna untuk mengatur aliran sinyal data yang menggunakan DVB. PC router ini dihubungkan dengan VLAN 103 yang berhubungan dengan PC router ISP Main Gateway. Dan pada interface yang lain, PC router DVB dihubungkan dengan PC router VPN.
Untuk penghematan biaya, fungsi PC router dapat diaplikasikan pada PC router VPN ISP Inet. Penulis mengusulkan penambahan PC router untuk mengantisipasi perkembangan jaringan dan menghindari traffic yang tinggi pada PC router VPN ISP Inet.
12 feet satellite dish DVB receiver PC router Konfigurasi EoiP 4.3 Konfigurasi
Mengunakan DVB yang bersifat one way, maka untuk arus downlink dan uplink menjadi terpisah, hal ini dilakukan dengan menggunakan static routing. Sehingga uplink hanya melalui media FO, sedangkan downlink dapat melalui media FO dan DVB.
4.3.1 Konfigurasi Hardware di Apartemen Mediterania Garden Residences
Gambar 4.8 Detil konfigurasi hardware di Apartemen Mediterania Garden Residences
Kemudian, konfigurasi yang harus dilakukan adalah pada PC router Tower C. Dengan menggunakan protokol EoIP, sebuah tunnel dibuat ke gedung Cyber. Ujung dari tunnel ini adalah PC router VPN ISP Inet. EoIP tunnel ini akan membuat hubungan logikal dari PC router Tower C ke PC router VPN ISP Inet seakan-akan terhubung secara fisik.
4.3.2 Konfigurasi Hardware di Gedung Cyber
EoIP tunnel dari apartemen Mediterania Garden Residences menghasilkan interface baru pada Router VPN ISP Inet, interface ini terhubung dengan PC router DVB yang interface lainnya terhubung dengan VLAN 103, pada interface ini kemudian dialamatkan menggunakan IP address yang diberikan oleh NSP. Karena IP ini tidak
VLAN 103 PC router pent II Stores IP Public PPTP VPN ISP Inet PC Router pent III DVB Pada interface ini
dipasang IP yang diberikan oleh NSP
Interface hasil EoIP Tunnel VLAN yang
berhubungan dengan ISP Main Gateway
seragam dengan IP yang ada dengan hardware lain pada gedung Cyber, maka pada interface ini IP address-nya diproses menggunakan NAT (IP masquerade) agar dapat berkomunikasi dengan hardware lainnya.
Gambar 4.9 Detil konfigurasi hardware di gedung Cyber
4.3.3 Konfigurasi EoIP Tunnel
Konfigurasi dibawah ini adalah konfigurasi berdasarkan EoIP tunnel menggunakan Router OS Mikrotik.
Parameter yang berlaku pada EoIP adalah:
• name (name; default: eoip-tunnelN) – nama interface untuk referensi.
• mtu (integer; default: 1500) - Maximum Transmission Unit. Nilai default menunjukkan compatibility maksimal.
• arp (disabled | enabled | proxy-arp | reply-only; default: enabled) - Address Resolution Protocol.
o Enabled – menggunakan ARP
o Proxy ARP – Menggunakan proxy ARP o Reply - only – hanya bersifat reply saja
• tunnel-id (integer) - tunnel identifier yang bersifat unik, angka berkisar antara 0 sampai 65536.
• remote-address - IP address pada sisi lain EoIP tunnel
• mac-address (MAC address) - MAC address dari interface EoIP. Dapat memakai MAC address dari 00-00-5E-80-00-00 sampai 00-00-5E-FF-FF-FF.
Contoh konfigurasi EoIP tunnel kepada router dengan IP address “10.1.1.1” dengan nama “tunnel_main” dan “tunnel-id = 1” :
[admin@Net1] interface eoip> add name=" tunnel_main " tunnel-id=0 \ \... remote-address=10.1.1.1
[admin@Net1] interface eoip> enable tunnel_main [admin@Net1] interface eoip> print
Flags: X - disabled, R - running
0 R name= tunnel_main mtu=1500 arp=enabled remote-address=10.1.1.1 tunnel-id=1 [admin@Net1] interface eoip>
Contoh konfigurasi EoIP tunnel kepada router dengan IP address “10.1.1.2” dengan nama “tunnel_remote” dan “tunnel-id = 1” :
[admin@Net2] interface eoip> add name="tunnel_remote" tunnel-id=1 \ \... remote-address=10.1.1.2
[admin@Net2] interface eoip> enable tunnel_remote [admin@Net2] interface eoip> print
Flags: X - disabled, R - running
0 R name= tunnel_remote mtu=1500 arp=enabled remote-address=10.1.1.2 \ \... tunnel-id=1
Untuk mengubah nilai parameter dapat menggunakan perintah “set”, contoh:
[admin@Net2] interface eoip> set 0 mtu=1200
(perintah untuk mengganti mtu menjadi 1200, Angka ‘0’ menunjukkan index
item).
4.3.4 Konfigurasi Bridge
Karena EoIP tunnel berjalan pada 2 jaringan yang berbeda, maka diperlukan bridging.
Parameter yang ada pada bridge yaitu:
• arp (disabled | enabled | proxy-arp | reply-only; default: enabled) – pilihan untuk Address Resolution Protocol.
• forward-delay (time; default: 15s) – waktu yang dihabiskan untuk state listening/learning.
• forward-protocols (multiple choice: ip, arp, appletalk, ipx, ipv6, other; default: ip, arp, appletalk,ipx, ipv6, other) – kumpulan protokol yang ingin di-forward. • mac-address (read-only: MAC address) - Media Access Control address untuk
interface yang dipakai.
• mtu (integer; default: 1500) - Maximum Transmission Unit • name (name; default: bridgeN) – nama interface.
• priority (integer: 0..65535; default: 32768) - bridge interface priority. Parameter ini digunakan oleh Spanning Tree Protocol untuk menentukan port mana yang digunakan bila ada loop pada jalur transmisi.
Konfigurasi yang dilakukan pada router Net1 dengan nama bridge=bridge1:
[admin@Net1] interface bridge> add forward-protocols=ip,arp,other \ \... disabled=no
[admin@ Net1] interface bridge> print Flags: X - disabled, R - running
0 R name="bridge1" mtu=1500 arp=enabled mac-address=00:00:00:00:00:00 forward-protocols=ip,arp,other priority=1
[admin@ Net1] interface bridge> port print Flags: X - disabled
# INTERFACE BRIDGE
0 tunnel_main none
1 ether1 none
2 ether2 none
[admin@ Net1] interface bridge> port set "0,1" bridge=bridge1 (set agar tunnel_main dan
ether1 dibuat bridging)
Sama pada router Net2 yaitu:
[admin@Net2] interface bridge> add forward-protocols=ip,arp,other \ \... disabled=no
[admin@ Net2] interface bridge> print Flags: X - disabled, R - running
0 R name="bridge1" mtu=1500 arp=enabled mac-address=00:00:00:00:00:00 forward-protocols=ip,arp,other priority=1
[admin@ Net2] interface bridge> port print Flags: X - disabled
# INTERFACE BRIDGE
0 ether1 none
1 ether2 none
2 tunnel_remote none
[admin@ Net2] interface bridge> port set "0,2" bridge=bridge1 (set agar tunnel_remote
dan ether1 dibuat bridging)
INTERNET BGP Internet IIX DMZ Internet Main Gateway ISP Main Gateway VLAN 103 VLAN 101 VLAN 100 VLAN 104 Router BOARD VPN ISP Inet DVB BGP UPLINK (FO) DOWNLINK Satelitte Uplink Satelitte C Band Satelitte Disk ` DVB receiver Router Tower C Router Tower A Office EoIP Tunnel E o IP T unn el MEDITERANIA Cyber
4.4 Gambaran Penggunaan Sistem
Gambar 4.10 Rancangan sistem kerja DVB untuk PT Inet Global Indo
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.10 diatas, bila menggunakan DVB, PT Inet Global Indo akan memiliki 2 channel untuk downlink (FO dan DVB) dan 1 channel untuk uplink (FO).
Pertama-tama, downlink via DVB disalurkan melalui satelit, transmisi sinyal analog berupa MPEG2 lalu diterima oleh antena parabola, sinyal input kemudian di-uncompress oleh DVB receiver menjadi sinyal digital, sinyal ini lalu diteruskan ke router DVB controller melalui EoIP tunnel, setelah itu, sinyal downlink diproses oleh ISP main gateway yang berada di VLAN 103 sebelum ditranmisikan kepada jaringan internet. Untuk uplink tetap menggunakan jalur sudah ada (FO). Baik uplink maupun
downlink berpusat pada internet, dimana terjadi sinkronisasi antara permintaan dan paket data yang didapat.
4.5 Performa Sistem yang Diusulkan
Berhubungan dengan solusi penambahan bandwidth, performa yang dihasilkan akan berkaitan dengan pemakaian itu sendiri. Peningkatan performa secara signifikan akan terjadi apabila pemakaian internet sedang berada pada waktu tertinggi (peak time).
"Daily" Graph (5 Minute Average)
Max In: 3.55 Mb Average In: 2.34 Mb Current In: 2.63 Mb
Max Out: 1.39 Mb Average Out: 921.77 Kb Current Out: 921.03 Kb
Gambar 4.11 Grafik pemakaian dengan bandwidth 4 Mbps
Gambar 4.11 adalah contoh grafik umum untuk pemakaian internet yang menunjukkan kuota bandwidth tersedia sebesar 4 Mbps, pemakaian tertinggi sebesar 3,55 Mbps untuk downlink dan 1,39 Mbps untuk uplink, serta pemakaian rata-rata tertinggi sebesar 2,34 Mbps untuk downlink dan 921,77 Kbps untuk uplink. Namun apabila bandwidth yang tersedia hanya 2 Mbps maka grafik akan terlihat seperti berikut.
Dari perbandingan kedua grafik diatas dapat dilihat penurunan yang cukup signifikan terhadap bandwidth dan performa karena hanya tersedia bandwidth sebesar 2 Mbps untuk pemakaian dengan rata-rata sebesar 2.34 Mbps.
Situasi ini tidak jauh berbeda dengan situasi pada PT Inet Global Indo berkaitan dengan bandwidth internasionalnya. Namun dengan penambahan bandwidth, dalam hal ini dengan media DVB-IP, PT Inet Global Indo dapat meningkatkan kualitas layanannya.
Menggunakan grafik diatas, apabila dilakukan penambahan bandwidth, bandwidth tambahan dapat melayani pemakaian sebesar gambar 4.13 berikut.
Gambar 4.13 Grafik pemakaian lebih yang dapat dilayani dengan tambahan bandwidth 2 Mbps
Dan total bandwidth yang dapat dilayani seperti gambar 4.14 berikut.
Gambar 4.14 Grafik pemakaian total yang dapat dilayani dengan tambahan bandwidth 2 Mbps
4.6 Analisa Biaya Sistem yang Diusulkan
Biaya inisialisasi (hardware dan pemasangan) untuk sistem yang diusulkan yaitu:
Tabel 4.1. Tabel biaya inisialisasi sistem yang diusulkan
Jenis Barang Jumlah Harga Total
12 feet (3,6 meter) mesh parabolic antenna
1 unit Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Pondasi, tiang pancang 1 paket Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- C band digital LNB (Low Noise Band) 1 unit Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,- DVB receiver 1 unit Rp. 3.490.000,- Rp. 3.490.000,- Kabel coaxial 5m Rp. 5.000,- Rp. 25.000,- F type connector 2 unit Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
Kabel UTP 5m Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
RJ-45 connector 2 unit Rp. 1.000,- Rp. 2.000,- PC router pentium III 1 unit Rp. 3.250.000,- Rp. 3.250.000,- Mikrotik RouterOS 2.9 level 6 1 Rp. 2.500.000,- Rp. 2.500.000,- Aktivasi DVB-IP one way 1 Rp. 2.000.000,- Rp. 2.000.000,- Biaya tenaga kerja 3 Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
Biaya operasional untuk sistem yang diusulkan yaitu: Tabel 4.2. Tabel biaya operasional sistem yang diusulkan
Jenis Jangka Waktu Biaya
Biaya bandwidth downlink DVP-IP one way 1 bulan Rp.20.000.000,-
Biaya maintenance 1 bulan Rp. 500.000,-
Total biaya Rp.20.500.000,-
4.7 Simulasi dan Evaluasi
4.7.1 Simulasi Pengiriman dan Penerimaan Data Melalui Interface Berbeda
Tujuan simulasi ini adalah untuk merepresentasikan aliran data uplink dan downlink, sebagaimana yang terjadi dengan sistem internet menggunakan media DVB-IP, aliran data uplink maupun downlink menggunakan interface (jalur) yang berbeda.
Konsepnya adalah menggunakan static routing, dimana routing table pada masing-masing komputer diubah sehingga komputer tersebut hanya dapat mengirim data melalui interface yang sudah ditentukan.
4.7.2 Konfigurasi Simulasi Pengiriman dan Penerimaan Data Melalui Interface Berbeda
Dari gambar 4.15 dimisalkan sebuah keadaan sebagai berikut (penentuan IP berdasarkan RFC 1918) : • Interface E1 dengan IP 10.0.0.1 / 24 • Interface E2 dengan IP 192.168.0.1 / 24 • Interface E3 dengan IP 10.0.1.2 / 24 • Interface E4 dengan IP 192.168.1.2 / 24
Maka konfigurasi yang dilakukan adalah (dalam DOS command prompt) : Pada komputer A :
route –f ADD 10.0.1.2 MASK 255.255.255.255 10.0.0.1 METRIC 1 IF 1
Pada komputer B :
route –f ADD 192.168.0.1 MASK 255.255.255.255 192.168.1.2 METRIC 1 IF E4
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
ROUTE [-f] [-p] [command [destination] [MASK netmask] [gateway] [METRIC metric] [IF interface]
• -f : Menghapus tabel routing dari semua entry gateway.
• -p : Bila digunakan bersama ADD akan membuat rute yang persistent dan tidak
berubah setelah boot system. • [command] dapat terdiri dari :
o PRINT : menampilkan informasi tabel routing. o ADD : menambah rute.
o DELETE : menghapus rute.
o CHANGE : mengubah rute yang ada. • [destination] : IP host tujuan.
• MASK : Subnet mask dari entry rute berikut.
• [netmask] : Subnet mask dari entry rute, nilai default adalah 255.255.255.255.
• [gateway] : IP dari gateway.
• [interface] : Nomor interface yang digunakan untuk rute ini. • METRIC : Nilai metric yang digunakan.
Setelah itu dilakukan uji konektivitas aliran data dengan menggunakan ping :
Pada komputer A : ping 10.0.1.2 atau ping (hostname_komputer_B)
Pada komputer B : ping 192.168.0.1 atau ping (hostname_komputer_A)
Secara rinci simulasi yang dilakukan adalah sebagai berikut, pertama-tama dilakukan konfigurasi IP pada masing-masing komputer (A dan B), konfigurasi IP komputer A dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 2, sebelum penambahan rute, komputer A tidak dapat melakukan konektivitas dengan interface 10.0.1.2 / 24 (E3). Setelah menambahkan rute menuju interface 10.0.1.2 / 24 (E3), maka komputer A dapat melakukan ping terhadap interface E3 melalui interface 10.0.0.1 / 24 (E1) (Lampiran
3). Sedangkan komputer A tidak dapat melakukan ping terhadap interface 192.168.1.2 /
24 (E4), baik melalui interface 10.0.0.1 / 24 (E1) maupun interface 192.168.0.1 / 24 (E2) (Lampiran 4).
Dan simulasi yang dilakukan pada komputer B yaitu, konfigurasi IP komputer B dapat dilihat pada Lampiran 5, menggunakan ping, diuji konektivitas ke masing-masing interface komputer A, sebelum penambahan rute, komputer B tidak dapat melakukan konektivitas dengan interface 10.0.0.1 / 24 (E1) maupun interface 192.168.0.1 / 24 (E2) (Lampiran 6). Setelah penambahan rute menggunakan fungsi route add terlihat ada rute
baru pada fungsi route print (Lampiran 7). Kemudian, pada Lampiran 8 dapat dilihat uji konektivitas komputer B ke komputer A, komputer dapat melakukan ping kepada interface dengan IP address 192.168.0.1 / 24 (E2) yang melalui interface 192.168.1.2 / 24 (E4), tetapi untuk interface dengan IP address 10.0.0.1 (E1) / 24 yang terhubung melalui 10.0.1.2 / 24 (E3) aplikasi ping tidak berhasil.
Dari simulasi tersebut, dapat dilihat bahwa aliran pengiriman (uplink) dan penerimaan (downlink) dilakukan secara terpisah. Simulasi ini dapat dianalogikan sebagai sistem internet dengan DVB-IP, dimana komputer A sebagai AS1 (Autonomous System), dan komputer B sebagai AS2, hubungan E1-E3 sebagai FO, hubungan E2-E4 sebagai DVB-IP.