• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN DISERTASI AKTUALISASI DIRI MENURUT BEDIUZZAMAN SAID NURSI ( ) DALAM RISĀLAH AL-NŪR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN DISERTASI AKTUALISASI DIRI MENURUT BEDIUZZAMAN SAID NURSI ( ) DALAM RISĀLAH AL-NŪR"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1

RINGKASAN DISERTASI

AKTUALISASI DIRI MENURUT BEDIUZZAMAN SAID NURSI (1877-1960)

DALAM RISĀLAH AL-NŪR

Oleh: Abdul Gaffar NIM:20162010008

Diajukan kepada program doktor

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor

dalam Psikologi Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2021

(2)

2

ABSTRAK

Bediuzzaman Said Nursi adalah salah satu tokoh pemikir dan pembaharu dari Turki yang muncul sebagai tokoh sufisme sang penyelamat iman dan Islam pada abad ke 19. Jenis penelitian ini adalah studi pustaka (library research) dengan menggunakan teknik

hermeneutika Paul Ricoeur yang berorientasi pada pendekatan psikologi humanistik sebagai

pisau analisis. Penelitian ini menemukan beberapa formulasi proses aktualisasi diri yang berbeda dengan konsep sejumlah para ilmuan lain. Menurut Said Nursi hakikat “diri” dalam manusia terdiri dari beberapa muatan kodrat, yaitu kodrdat rabbani, kodrat ruhani, kodrat jsmani dan nafsani. Beberapa kodrat tersebut bergantung pada karakteristik perjalananan jiwa manusia tidak lepas dari pemenuhuan kebutuhan duniawi dan ukhrawi hingga terpenuhinya kebutuhan puncak berupa sepritualitas. Posisi aktualisasi diri Said Nursi sebagai salah satu kerangka berfikir alternatif berlandaskan pada Al-Qur'an yang melalui proses empat langkah, yaitu; melalui pengabdian secara totalitas ditandai melalui kesungguhan beribadah kepada Allah (pelayan iman) dengan mengubur sifat kesombangan (abdun wa al-faqr), melalui cahaya keimanan kepada Allah, melalui memanifestasikan asma Allah terpatri dalam diri dengan mengikuti jalan Al-Qur’an sebagai jalan hakikat. Bahkan Said Nursi berulangkali menegaskan bahwa setiap manusia sebenarnya memiliki potensi berupa beberapa fakultas bersifat intrinsik yang bersemayam dalam kalbu, jiwa dan intelek manusia. Said Nursi menyebut dengan istilah inovasi spiritualitas terdiri dari Al-Tafakkur, Tadhabbur, Iman-i Tahqiqi, Al-‘Ajz, Al-fāqr dan Al-Syāfaqah yang mengarah pada pengembangan spritualitas puncak tertinggi (tauhid) dalam rangka membentuk karakter dan prilaku manusia sempurna (Insan Al-Kamil).

Kata Kunci: Aktualisasi Diri, Bediuzaman Said Nursi, Risālah Al-Nūr, Psikologi Islam dan Turki

(3)

3

ABSTRACT

Bediuzzaman Said Nursi is one of the thinkers and reformers from Turkey who emerged as a figure of Sufism, the savior of faith and Islam in the 19th century. This type of research is more on the type of library research using Paul Ricoeur's hermeneutic technique which is oriented towards humanistic psychology. as a knife analysis. This study found several formulations of the self-actualization process that were different from the concepts of a number of other scientists. According to Said Nursi, the essence of "self" in humans consists of several natural contents, namely the rabbani nature, the nafsani nature, the spiritual nature, the physical nature, the tafakkur nature and the tadhabbur nature. Some of these natures depend on the relationship between the journey of the human soul and cannot be separated from the fulfillment of worldly and spiritual needs to fulfill the ultimate need in the form of spirituality. The position of Said Nursi's self-actualization as one of the alternative thinking frameworks based on the Qur'an which goes through a four-step process, namely; through total dedication through sincerity to Allah (the servant of faith) by burying arrogance (abdun wa al-faqr), through the light of faith in Allah, through manifesting Allah's asthma engraved in oneself by following the path of the Qur'an as the path of nature. Even Said Nursi repeatedly said that humans actually have potential in the form of several faculties that are intrinsic in the heart, soul and intellect of humans. Said Nursi said that the term spirituality innovation consists of Tafakkur, Tadhabbur, Iman-i Tahqiqi, 'Ajz, Al-fāqr and Al-Syāfaqah which lead to the development of the highest peak spirituality (tauhid) in order to shape the character and behavior of perfect human beings. (Insan Al-Kamil). Keywords: Self Actualization, Bediuzaman Said Nursi, Risālah Al-Nūr, Islamic Psychology and Turkey

(4)

4 ثحبلا صلختسم و ناميلإا ذقنم ةيفوصلل ةيصخشك اوزرب نيذلا ايكرت نم نيحلصملاو نيركفملا دحأ وه يسرون ديعس نامزلا عيدب ملاسلإا ةيليوأتلا روكير لوب ةينقت مادختساب تابتكملا يف ثحبلا عونب رثكأ قلعتي ثحبلا نم عونلا اذه.رشع عساتلا نرقلا يف ميهافم نع ةفلتخم تناك تاذلا قيقحت ةيلمعل غيص ةدع ةساردلا هذه تدجو .نيكس ليلحتك يناسنلإا سفنلا ملع وحن ةهجوم عس بسحبو .نيرخلآا ءاملعلا نم ددع ، ةيعيبط تايوتحم ةدع نم فلأتي ناسنلإا يف "تاذلا" رهوج نإف ، يسرونلا دي دمتعت .روبادتلا ةعيبطو ، رّكفتلا ةعيبطو ، ةيدسجلا ةعيبطلاو ، ةيحورلا ةعيبطلاو ، سفنلا ةعيبطو ، ةينابرلا ةعيبطلا يهو نع اهلصف نكمي لاو ةيرشبلا حورلا ةلحر نيب ةقلاعلا ىلع عئابطلا هذه ضعب ةيبلتل ةيحورلاو ةيويندلا تاجايتحلاا ةيبلت نآرقلا ىلع ةمئاقلا ةليدبلا ريكفتلا رطأ نم دحاوك هتاذل يسرونلا ديعس كاردإ فقوم .ةيناحورلا لكش يف ةقلطملا ةجاحلا ب ، ةسرطغلا نفدب )ناميلإا دبع( لله صلاخلإاب ماتلا ينافتلا للاخ نم :يهو ، تاوطخ عبرأ نم ةيلمعب رمت يتلاو رون ديعس ىتح رهوجلا قيرط هرابتعاب نآرقلا قيرط عابتاب سفنلا يف روفحملا الله وبر راهظإ للاخ نم ، للهاب ناميلإا ناسنلإا بلق يف ةلصأتملا تاكلملا نم ديدعلا لكش يف تاناكمإ لعفلاب نوكلتمي رشبلا نإ ا ًراركتو ا ًرارم لاق يسرونلا حلطصم نإ يسرونلا ديعس لاق .هلقعو هسفنو ، يقيقحتلاو ناميلإاو ، روحبذتلاو ، رّكفتلا نم نوكتي يناحورلا راكتبلاا ةيحور ةمق ىلعأ ريوطت ىلإ يدؤي امم ، ةقفسلاو ، رقفلاو ، زجعلاو رشبلا كولسو ةيصخش .اهليكشت لجأ نم )ديحوتلا( .)لماكلا ناسنإ( نييلاثملا رون ديعس نامزلا عيدب ، تاذلا قيقحت :ةيحاتفملا تاملكل لاسر ، يس ، رون انأ ايكرتو يملاسلإا سفنلا ملع

(5)

5

LATAR BELAKANG

Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang dianggap sebagai sebuah entitas dari perwakilan keilmuan bersifat empiris faktualis yang hanya bisa didekati dengan pendekatan objektif. Perkembangan ilmu pengetahuan terutama neuro psychology telah begitu didominasi oleh peradaban modern yang lebih berorentasi pada paham-paham ilmu sekuler (barat) sebagai pemicu penyebab dikotomi antara kegiatan sains dengan wilayah spiritualitas agama, sehingga dominasi tersebut menjadikan ilmu psikologi bekerja pada wilayah empirik dengan menafikan wilayah non empirik.

Ada tiga pilar sebagai penopang ilmu psikologi modern di antaranya; pertama, mengagungkan wilayah metode rasional empiris dan secara epistemologis harus masuk pada ranah filsafat rasional dan berfikir empiris logis. Psikologi modern memiliki keterkaitan pula dengan suatu keyakinan yang keakurat mengenai persoalan sebuah metodologi.1 Kedua, persoalan-persoalan ilmu psikologi wajib bersifat umum, selama ini ada beberapa prinsip umum dan juga kaidah-kaidah kemungkinan yang bisa dijadikan pondasi berfikir dalam pengembangan sains (keilmuan).2 Seperti studi mengenai memori, persepsi, dan proses psikologi pembelajaran yang harus mampu memberi kontribusi atas faktor-faktor yang berkaitan dengan sosio-historis tertentu. Pilar ketiga, sebagai riset sebagai bagian lokomotif kejayaan. Berawal dari derivasi yang tidak lain merupakan bagian dari praduga-praduga dari teori terdahulu yang memiliki arti keyakinan yang absolut bagi kaum modernis, sebagia ujud dari sebuah keyakinan terhadap riset yang progresif.3

Mayoritas hampir semua kajian psikologi maintream terutama dalam teori kepribadian dan teori kebutuhan manusia secara individu masih didominasi oleh kebutuhan akan id, ego dan super ego. Franze Alexander mencoba menghubungkan antara id, ego dan superego ke ranah neurosis disandingkan dengan psikosis. Hal ini berdasar pada pendapat Sigmund Freud, secara neurosis menggambarkan konflik antara ego dan id (kebutuhan naluriah); psikosis antara ego dan dunia luar; dan neurosis narsis merupakan perjuangan antara ego dan superego

1 Duane P. Schultz & Sydney Ellen Schultz, Sejarah Psikologi Modern. Penerjemah: Lita Hardian (Bandung: Penerbit Nusa Media),hlm.22.

2 Sarlito W Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali Press, 2012),hlm.12.

3 Thomas Khun, The Structure of Scientific Revolution (Chicago: The University of Chicago, 1970),hlm.19.

(6)

6

teori Frued ini belum mampu menjawab di wilayah nurani dalam bahasan agama ruh (kebutuhan batiniah) yang sebagian besar telah dibahas dalam teori aktualisasi diri.4

Dalam diri manusia sangat komplek tidak hanya sekadar sebatas id, ego dan super-ego, namun juga bisa diekspresikan dengan berbagai model dan konsepsi. Secara ideal teori aktualisasi diri manusia pada awalnya tidak ada hubungannya dengan agama atau keyakinan spiritual tertentu, akan tetapi setelah memasuki fase psikologi keempat disebut psikologi transpersonal (pengalaman puncak), isu kajian akademis tentang spritualitas dalam ilmu psikologi mulai mengkorelasikan hubungan manusia dengan agama (keyakinan).

Allah telah menanamkan potensi agung pada diri manusia yang mampu memperlihatkan pada seluruh kesempurnaan dan melalui keagungan asma-asma Allah dengan cara aktual dalam diri manusia. Pada prinsipnya, dalam diri manusia mengandung beberapa unsur potensi tidak hanya bersifat secara teoretis, akan tetapi juga dalam wilayah praktis yang bukan hanya terpancara ke dalam beberapa unsur bersifat subjektif, akan tapi memenuhi juga unsur objektif. Artinya tidak hanya secara arti normatif, melainkan mampu menjelma ke dalam ranah empirik.5 Dalam perkembangan kepribadian manusia meniscayakan setiap hamba melakukan pengabdian kepada Allah. Faktor pengabdian ini sebagai konsekuensi lanjutan dari faktor keimanan.6

Pada kontek inilah hakikat keimanan jangan sampai terjebak pada persoalan keimanan yang dianggap an sich, melainkan mewajibkan sebuah ikhtiar sebagai bentuk implementasi ke dalam tindakan pengabdian kepada Allah sebagai Tuhan alam semesta. Potensi inner capasty dalam diri manusia mempunyai kemampuan dalam mengembangkan diri (aktualisasi diri) hingga menggapai yang disebut manusia paripurna atau ubermensh dalam tradisi ajaran Islam masyhur dengan sebutan insan al-kamil. Potensi inner capacity adalah bagian dari indikasi keberadaan Allah dan tidak akan pernah dapat teraktualisasikan dengan sempurna tanpa ada hubungan spritual dengan Tuhannya. Said Nursi memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya terdapat atas dua sisi pada diri manusia yakni sisi egoism yang mengarah pada kehidupan dunia dan sisi pengabdian yang mengarah pada kehidupan akhirat yang abadi.

4 Franz Alexander, The Psychoanalysis of the Total Personality: The Application of Freud’s Theory of the Ego to the Neuroses, The Psychoanalysis of the Total Personality: The Application of Freud’s Theory of the Ego to the Neuroses (Washington, DC, US: Nervous and Mental Disease Publishing Co, 1935),hlm.67 <https://doi.org/10.1037/11565-000.>.

5 Bediuzzaman Said Nursi, The Words: The Reconstruction of Islamic Belief and Thought. Trans; Huseyin Akarsu (Nasr City Egypt: Sozler Publications, 2004), hlm.70.

6 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ahad Menikmati Ekstase Spiritual Cinta Ilahi. Penerjemah: Sugeng Hariyanto…,hlm.43.

(7)

7

Menurut Said Nursi tujuan pada setiap ciptaan Allah yang paling utama merupakan fitrah paling agung berupa iman kepada Allah. Pada tingkat sifat kemanusiaan (basyariah) tertinggi adalah makrifatullah kesemuanya terpatri dalam keimanan. Begitu pula, kenimkmatan dan kebahagiaan terindah bagi setiap manusia dan jin adalah bahabbatullah (cinta kepada Allah) yang timbullantaran makrifatullah. Said Nursi menambahkan, bahwa kegembiraan jiwa manusia terbening yang ada dalam suka cita kalbu adalah kelezatan spiritual yang terpatri lantaran sebab mahabbatullah.7

Pada dasarnya, jasad melakukan intraksi inten dengan yang namanya ruh maka manusia dapat dpahami sebagai gerak psikis dan fisik. Inner capacity (ruh) dibatasi oleh bentuk “bagian-bagian penjara” jasadi, jika ruh mampu mengontrol sebagai remot kontrol pada nāfsu seperti melalui iman, ubudiyah, dan perbuatan yang mengarah pada kebaikan dengan tujuan untuk membebaskan diri manusia dari sifat kerakusan duniawi, Inner capacity akan menjadi suci dalam mencapai kemurnian batin untuk menuju derajat kemuliaan hakiki.

Dimensi inner capacity (ruhani) di setiap masing-masing individu terus bergerak dan terus menyal-nyala dengan selalu mengingat Allah dan tafakur di manapun saja berada secara terusmenerus, karena bentuk gerakan tersebut bisa mengubur kemurungan, ketakutan dan rasa keterasingan.8 Di sinilah pentingnya kajian dimensi pengalaman spiritualitas berupa aktualisasi diri dalam ajaran sufisme Bediuzzaman Said Nursi adalah bagian dari khasanah keislaman, khususnya dalam memaknai fenomena-fenomena unik dalam diri manusia.

Posisi Said Nursi muncul sebagai pembaharu dalam konstruksi “menyelamatkan iman dan Islam”. Beliau mempunyai cirri khas sebagai pemikir yang selalu memihak (benteng) keimanan dan keislaman, terlihat akan kealiman terutama dalam memberikan pemahaman dan menafsirkan Al-Qur’ān secara baik dan mudah dimenegerti, begitu juga dalam memberikan pemahaman integralitas keilmuan. Selain itu, juga disebut sebagai pemberani serta gigih dalam setiap memperjuangkan kepentingan kaum muslimin di Turki yang terjadi pada masa-masa akhir runtuhnya kerajaan Ottoman (Turki Usmani) melalui arus gerakan dan gagasan atmosfir pembebasan keterbelengguan kaum muslimin dalam menjelankan ajaran agama, bahakan mengawal agar manusia tidak terjebak ke dalam jurang

7 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: Risālah Nūr Press, 2017), hlm.382.

8 Bediuzzaman Said Nursi, Cahaya Iman Dari Bilik Tahanan. Penerjemah:Fauzi Faishal Bahriesy (Jakarta: Risālah Nūr Press, 2019),hlm.67.

(8)

8

atmosfer kerancuan hidup terutama yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang berusaha memisahkan agama dan kehidupan (sekuler).9

Sejak Turki dikuasai Mustafa Kemal Attaturk, Turki kehilangan jati diri Islam yang telah lama tertanam. Hal itu dikarenakan derasnya arus budaya Barat dan melemahnya nilai-nilai Islam.10 Terlebih ketika pertai Republik Turki sepenuhnya mengambil alih kekuasaan.

Budaya Barat mempengaruhi pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, sehingga sistem dan kebijakan-kebijakan Islam yang ada di Turki perlahan dihapuskan.

Ideologi liberal-sekularisme Mustafa Kemal Attaturk mendapat perhatian dan mendapat pengawalan ketat dalam perkembangannya terutama oleh Bediuzzaman Said Nursi karena ide-ide Mustafa Kemal dinilai melemahkan fungsi Islam dalam kenegaraan. Mukti Ali berpendapat bahwa ketika kedua ideologi tersebut (liberalisme dan sekularisme) diterapkan, maka kewajiban yang mengatur atas segala aspek materil dalam kegidupan rakyat adalah negara, sementara aspek spiritual dianggap sebagian dari agama.11

Pada kontek ini, Bediuzzaman Said Nursi berusaha membendung dengan segala usaha dan upaya, walaupun beberapa kali dilakukan upaya dibungkam bahkan menjurus ke pembunuhan misal dilakukan di penjara, percobaan diracun, hingga diasingkan ke Barla dan beberapa tempat lain di Turki, Said Nursi selalu istiqomah (berkomitmen) dalam tetap merealisasikan ajaran Islam yang kian telah lama terus dibungkam dan dibumi hanguskan. Perjuangan Said Nursi lebih condong kepada perlawanan kultural, melalui tulisan-tulisan dan ceramahnya beliau menggerakkan masyarakat untuk tidak tergerus budaya Barat. Di sela-sela waktu di penjara dan diasingkan, menghasilkan karya mono mentalnya setebal 6000 lembar yaitu “Risālah Al-Nūr” memuat gagasan kekelisahan seperti sala h satunya esensi iman dan peradaban akhlak yang hingga abad ini dilanjutkan o le h para penerusnya yang disebut Thullabun Al-Nur, termasuk Recep To yyip Erdogan yang menjadikan Risālah Al-Nūr bagian salah satu pedoaman dala m pemerintahannya.12 Begitu gagasan Fathullah Ghullen dalam set iap gerakan dan

gagasan-gasannya sela lu terinspirasi dari Said Nursi.

9 Ihsan Kasim Salih, Said Nursi Pemikir Dan Sufi Besar Abad 20; Membebaskan Agama Dari Dogmatisme dan Sekularisme. Penerjemah: Nabilah Lubis (Jakarta: Murai Kencana, 2003),hlm.v.

10 Ela Hikmah Hayati, ‘Kebijakan Politik Mustafa Kemal Ataturk Terhadap Suku Kurdi Di Turki

1923-1938 M’, Buletin Al-Turas, 23.2 (2017), 231–50 <https://doi.org/10.15408/bat.v23i2.6374>. 11 Mukti Ali, Islam Dan Sekularisme Di Turki Modern (Jakarta: Djambatan, 1994),hlm.133.

12 Ahmad Junaidi, "Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan Dan Islamisme Turki Kontemporer", IN RIGHT: Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia’, In Rigt Jurnal, 2016, pp. 140–58. <http://ejournal.uin.suka.ac.id/ syariah/inright/article/view/1444>[accessed 19 June 2020].

(9)

9

Dengan latar belakang membentuk individu muslim Turki yang kokoh pendirian, Risālah Al-Nūr banyak mendapat perhatian masyarakat. Usaha Said Nursi tidak sia-sia karena hingga saat ini, halaqah yang didirikan telah menjadi gerakan nurcu.13 Sejak dihapuskannya undangan-undang Islam berupa penghapusan semua simbol-simbol Islam seperti dihapuskannya tulisan arab dan diwajibkannya menggunakan tulisan-tulisan latin secara keseluruhan. Semua tulisan dan bacaan-bacaan arab dilarang, Al-Qur’ān semula bernaskah arab diganti dengan tulisan latin Turki. Bediuzzaman Said Nursi melawan kebijakan ini dengan cara menyebarkan Risālah Al-Nūr sangat mempunyai peran utama dalam pemurnian Al-Qur’ān akibat gencarnya proyek penghilangan huruf arab diganti huruf latin Turki.14

Risālah Al-Nūr berperan dalam menjaga kelangsungan tarekat yang pernah dihapus pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1925 M. Bersama dengan amalan Hizb an-Nur, dan wirid Jawshan al-Khabir, Risālah Al-Nūr berperan sebagai pengganti pada kegiatan-kegiatan para pecinta tarekat di Turki (zawiyah). Risālah Al-Nūr mengayomi dan mengajak bagi kaum muslimin untuk senantiasa tidak lupa bedzikir melalui hati, bertafakkur melalui akal.15 Sejalan dalam kandungan Al-Qur’ān dan Hadits, Risālah Al-Nūr juga berperan sebagai penafsir (juru penjelas) eksistensi (hakikat) Iman dalam meningkatkan kebersamaan umat beragama. Ketika menjelaskan kandungan Risālah Al-Nūr, Bediuzzaman Said Nursi secara jelas melawan budaya Barat dengan tidak membenarkan doktrin filsafat materialistik dan naturalistik. Bediuzzaman Said nursi dalam penjelasannya lebih memilih dan mengedepankan metode tafakkur yang menekankan penggunaan majaz dan perbandingan untuk menjelaskan suatu problem.

Bediuzzaman Said Nursi melalui karya monomental, yaitu Risālah Al-Nūr mencoba menawarkan kajian psikologi perspektif non empirik (mistis) yang lebih pada psikologi aktualisasi diri. Perspektif Said Nursi, aktualisasi diri manusia semestinya selalu dalam wilayah keimanan kepada Allah karena secara fitrah pada dasarnya manusia telah memiliki potensi dasar yang tidak lain masterpiece Allah yang luar biasa serta mukjizat kekuasaan-Nya yang paling lembut dan paling agung. Penciptaan manusia merupakan pusat bagian seluruh prasasti-Nya serta manusia dijadikan sebagai model dari seluruh entitas alam semesta, Said

13 Muhammad Faiz, ‘Risālah Nur Dan Gerakan Tarekat Di Turki: Peran Said Nursi Pada Awal Pemerintahan Republik’, Al-A’raf; Jurnal Pemikiran Islam Dan Filsafat, XIV.1 (2017), 31. https://doi.org/10.22515/ajpif.v14i1.588.

14 Sukran Vahide, Islam in Modern Turkey: An Intellectual Biography of Bediuzzaman Said Nursi (New York: State University of New York Press, 2005),hlm.45.

(10)

10

Nursi dengan tegas mengatakan manusia merupakan karya terbaik Tuhan yang mampu merefleksikan sifat-sifat Allah secara paripurna.16

Di dalam ajaran Risālah Al-Nūr memilki prinsip fundamental yang selama ini diyakini sebagai kerja hati dan nalar pikir agar mampu mengungkap kebenaran dan keberpihakan Al-Qur’an melalui penjelasan tentang hakikat penciptaan alam semesta serta keseluruhan makhluk. Begitu pula, memiliki misi penyelamatan iman bagi keberlangsungan hidup umat manusia di muka bumi. Gerakan-gerakan yang selalu diperjuangkan oleh Said Nursi bersama para muridnya (Thullabunnur) sebagai bentuk perjuangan dalam rangka menjadi pelayan iman dan menyelamatkan Al-Qur’an melalui berbagai cara salah satunya model tindakan positif damai (al- ‘amal al-ijabi). Mereka berkeyakinan, dalam setiap menghadapi persoalan kehidupan termasuk salah satunya dekadnsi moral dan peradaban spiritual harus melali gerakan jihad Al-Jihad Al-Ma’nawi (jihad moral) melalui cara pengukuhan iman.

RUMUSAN MASALAH

Berdasar pada kegelisahan akademis di latar belakang maslah di atas, maka penyusun dapat menarik rumusan masalah sebagai mana berikut: Apa saja cakupan konsep aktualisasi diri menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam kitab Risālah Al-Nūr? Bagaimana model aktualisasi diri menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam kitab Risālah Al-Nūr? Bagaimana implikasi aktualisasi diri menurut Bediuzzaman Said Nursi terhadap Psikologi Pendidikan Islam baik secara praksis maupun teoritik?

TINJUAN PUSTAKA

Ibrahiim M. Abu Rabi’ mengurai tentang Biografi Said Nursi melalui karya Islam at

the Crossroads: On the Life and Thought of Bediuzzaman Said Nursi.17 Ibrahim M. Abu-Rabi

DKK, Spritual Dimensions of Bediuzzaman Said Nursi’s Risale-i Nur.18 Hamzah Müsbet Hareket Dalam Relasi Antara Agama Dintinjau Dari Perpektif Teori Kebutuhan Abraham

Maslow.19 Mahshid Turner, melaui artikel Can the Effects of Religion and Spirituality on

Both Physical and Mental health be Scientifically Measured? An Overview of the Key

16 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy, …, hlm.85.

17 Ibrahim M. Abu-Rabi’, Islam at the Crossroads: On the Life and Thought of Bediuzzaman Said Nursi (New York: State University of New York Press, Albany, 2003),hlm.54.

18 Ibrahim M. Abu-Rabi DKK, Spritual Dimensions of Bediuzzaman Said Nursi’s Risale-i Nur (New York: State University of New York Press, Albany, 2008),hlm.67.

19 Ustadi Hamsah, ‘Müsbet Hareket Dalam Relasi Antar Agama Ditinjau Dari Perspektif Teori Hirarkhi Kebutuhan Abraham Maslow’, RELIGI JURNAL STUDI AGAMA-AGAMA, 14.2 (2019), 225 <https://doi.org/10.14421/rejusta.2018.1402-06>.

(11)

11

Sources, with Particular Reference to the Teachings of Said Nursi.20 Artikel Prof Machasin

berjudul Bediuzzaman Said Nursi and The Sufi Tradition.21 Zaprulkhan Perkembangan

Kepribadian Secara Spiritual dalam Perspektif Bediuzzaman Said Nursi.22 Haci Tanis

melalui Disertasi berjudul The Sufi Influence In Said Nursi’s Life And Thought.\23 Disertasi

Gok Hakan Said Nursi's Arguments for the Existence of God in Risālah Al-Nūr.24 Muhammad

Faiz Khalid dan Ibnor Azli Ibrahim, Wahdat al-Wujud dan kewalian menurut Said Nursi.25 Willard Mittelman, Maslow’s Study of Self-Actualization. 26 Jeevan D’Souza and Michael Gurin berjudul The Universal Significance of Maslow’s Concept of Self-Actualization.27 Marc

H. Bornstein, ‘Self-Actualization’ menenmukan istilah selfactualization.28 Carl Rogers

sebagaimana ditemukan J. Guthrie Ford, melalui Rogerian Self-Actualization.29

Hasil penelitian yang dicetak sebagai buku saku “psikologi pendidikan islam” banyak mengurai temuan-temuan kaitannya dengan psikologi dan pendidikan islam.30 Abudin Nata mengatakan Psikologi Pendidikan Islam merupakan cabang ilmu jiwa manusia berdasarkan pada ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis begitu juga sebuah pendapat orang yang alim.31Jalaluddin melalui karya berjudul Psilogi Pendidikan Islam memberi sumbangsih konsep pemikiran yang banyak mengulas materi psikologi pendidikan islam dari aspek sejarah (historis) dengan dimulai masa rasulullah, khalafaurrasyidin, hingga para pemikir

20 Mahshid Turner, ‘Can the Effects of Religion and Spirituality on Both Physical and Mental Health Be Scientifically Measured? An Overview of the Key Sources, with Particular Reference to the Teachings of Said Nursi’, Journal of Religion and Health, 54.6 (2015), 2045–51 <https://doi.org/10.1007/s10943-014-9894-3>.

21 M. Machasin, ‘Bediuzzaman Said Nursi and The Sufi Tradition’, Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies, 43.1 (2005), 1 <https://doi.org/10.14421/ajis.2005.431.1-21>.

22 Zaprulkhan, ‘Perkembangan Kepribadian Secara Spiritual Dalam Perspektif Bediuzzaman Said Nursi’, Jurnal Farabi, 12.1 (2015), 87–105.

23 Haci Tanis, ‘The Sufi Influence In Said Nursi’s Life And Thought’ (United States: The Temple University Graduate Board, 2016).

24 Hakan Gok, ‘Saīd Nursi’s Arguments For The Existence Of God In Risāle-I Nur’ (Durham University,England, 2015),hlm.24 <http://etheses.dur.ac.uk/10994/.>.

25 Muhammad Faiz Khalid dan Ibnor Azli Ibrahim, ‘Wahdat Al-Wujud and Sainthood According to Said

Nursi’s View Through His Work Risālah Al-Nūr’, Jurnal Hadhari: An International Journal, 8 Novemever.No 2 (2016), 245–58.

26 Willard Mittelman, ‘Maslow’s Study of Self-Actualization’, Journal of Humanistic Psychology, 31.1 (1991), 114–35 <https://doi.org/10.1177/0022167891311010>.

27 Jeevan D’Souza and Michael Gurin, ‘The Universal Significance of Maslow’s Concept of Self-Actualization’, Humanistic Psychologist (Routledge, 2016), 210–14 <https://doi.org/10.1037/hum0000027>.

28 Marc H. Bornstein, ‘Self-Actualization’, in The SAGE Encyclopedia of Lifespan Human Development (SAGE Publications, Inc., 2018) <https://doi.org/10.4135/9781506307633.n714>.

29 J. Guthrie Ford, ‘Rogerian Self-Actualization’, Journal of Humanistic Psychology, 31.2 (1991), 101– 11 <https://doi.org/10.1177/0022167891312011>.

30 Syihabuddin, Landasan Psikologis Pendidikan Islam (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2016),hlm.67.

(12)

12

islam terkemuka. Begitu juga dibahas perkembangan manusia menurut pandangan Islam dan rasa keberagamaan seseorang.32 Abdul Mujib berhasil menghadirkan kajian kepribadian manusia dengan memadukan Islam atau mengintegrasikan dengan ilmu psikologi (integreted entites) sebagai pisau analisis, diharapkan mampu menjawaban atas fenomena prilaku manusia baik dilakukan secara individu maupun kolektif.33

KERANGKA TEORI Aktualisasi Diri

Carl Rogers memposisikan bentuk aktualisasi diri pada salah satu kebutuhan paling mendasar, utamanya soal kepribadian, pemeliharaan guna mengaktualkan dengan meningkatkan semua aspek potensi individu.34 Hal ini, potensi aktual leih cenderung dimiliki sejak setiap individu lahir terdiri dari komponen pertumbuhan aspek fisiologis serta aspek psikologis.35 Rogers memiliki kesadaran setiap manusia memiliki sikap atau tindakan negatif, akan tetapi ia mengakui kalau tidak selaras dengan eksistensi manusia, artinya sikap itu hanya lebih pada olah pertahanan diri disertai rasa takut.

Seorang G.W Allport menyebut proses aktualisasi diri (self actualization) sebagai proses menjadi (becoming). Menurutnya, hidup merupakan proses aktif, pada masanya manusia berupaya mewujudkan diri.36 Kepribadian adalah tetap namun terus menerus berubah, sebagai konsekuensi dari turunan biologis, pengaruh budaya, dan pencarian spiritual.37 Semantara, Abraham Maslow mendifinisikan aktualisasi diri adalah kebutuhan

yang mendorong bagi setiap manusia sebagai motivasi untuk mencapainya.38 Seperti,

makanan akan mendorong perilaku seseorang yang sedang lapar untuk memenuhi kebutuhan makan tersebut dan jika orang tersebut sudah merasakan kenyang maka makan tidak lagi

32 Jalaluddin, Psikologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018),hlm.56.

33 Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2017),hlm.23.

34 Carl Rogers, ‘Humanistic Perspectives on Personality | Boundless Psychology’

<https://courses.lumenlearning.com/boundless-psychology/chapter/humanistic-perspectives-on-personality/> [accessed 22 June 2020].

35 Lia Amalia, ‘Teori Konsep Diri Carl R. Rogers 1’, Muaddib, 3.1 (2014), 87–99

<http://journal.umpo.ac.id/index.php/MUA/article/view/29>.

36 G. W. Allport, Personality: A Psychological Interpretation (New York: NY: Holt, Rinehart & Winston., 1937), hlm.70.

37 Gordon W. Allport, ‘Personality: Normal And Abnormal’, The Sociological Review, 6.2 (1958), 167– 80 <https://doi.org/10.1111/j.1467-954X.1958.tb01072.x>.

38 Douglas T. Kenrick, ‘Self-Actualization, Human Nature, and Global Social Problems: I. Foundations’, Society, 54.6 (2017), 520–23 <https://doi.org/10.1007/s12115-017-0181-2>.

(13)

13

mendorongnya untuk mencari sesuap nasi.39 Ia memunculkan hirarki kebutuhan manusia yaitu, kebutuhan fisiologi, keamanan, sosial, harga diri dan aktualisasi diri.

Spritualitas dan Risālah Al-Nūr

Spritualitas memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Risālah Nūr (Risālah Al-Nūr) merupakan karya agung Said Nursi mengandung beberapa tema yang tidak lain dari buah pikiran Said Nursi dan ditulis dalam bahasa Turki dan sebagaian berbahasa Arab. Dalam bahasa Turki memuat beberapa bagian di antaranya Maktubât (kumpulan surat-surat), Sualar (kumpulan pertanyaan-pertanyaan), Sozler (kumpulan kata), Lemalar (kumpulan cahaya), Mesnevi Nuriye (ringkasan-ringkasan isi Risālah Al-Nūr), Asa-yi Musa (Tongkat nabi Musa), Iman ve Kufur Nuvazeneleri (pembahasan tentang iman dan kufur), Sikke-i Tasdiki Gaybi (mengungkap kebenaran alam gaib), Kastamonu Lahikasi (berisi tentang surat-surat Nursi kepada para muridnya dan jawaban untuk surat-surat dari muridnya).

Barla Lahikasi (perjuangan dan pemikirannya di Barla), dan Emirdag Lahikasi (perjuangannya di Emirdag); dan dua buku-buku dalam bahasa Arab berjudul al-’i’jâz (tanda-tanda kemukjijatan), Masnawΐ al-‘Araby an-Nuriy, Al-Kalimat, Al-Lama’at, Asy-Syu’lamat, Al-Maktubât, Isyarat al-I’jaz, Al-Matsnawy al-Araby an-Nuriyah, Al-Malahiq fi Fiqhi Da’wah an-Nur, Sirah ad-Żatiyah, Shaiqal al-Islam, dan Fahaaris. Sesuai dengan perkembangan, Risālah Al-Nūr diterjemahkan ke dalam bahasa inggris meliputi: Adapun dalam edisi bahasa Inggris karya Risālah Al-Nūr (Risālah Al-Nūr) terbagi dalam beberapa bagian di antaranya: Letters 1928-1932, The Words (On The Nature and Purpose of Man Life, and All Things), The Flashes Collection, dan The Rays Collection.

Hermeneutika Paul Ricoeur

Ricoeur mampu melahirkan dua sebagai keyword tentang bacaan teks yang dainggap memiliki peran penting atas pemikiran penafsirannya. Seperti apa sebenarnya misi teks

39 Abraham Maslow, Motivation and Personality. Trans. Achmad Fawaid & Maufur (Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017), hlm.70.

(14)

14

tersebut, bagaimana prosess atau cara teks bacaan mengungkap sebuah faktanya).40 Yang dimaksud apa sebeneranya msisi teks (what is said) merupakan sebauah pesan yang terkandung di dalam sebuah teks sendiri.41 Ketika sebuah teks ditulis, maka menjadi mandiri, otonom, bahkan lepas dari konteks di mana penulis hidup.

Menurut Paul Ricoeur sebuah teks mempunyai totalitas secara kemandirian dicirikan pada empat aspek. Pertama, aspek makna yang terkandung dalam pengungkapan isi teks sendiri terlepas melalui proses atas pengungkapan maknanya.42 Kedua, aspek makna dalam sebuah teks tidak tidak lagi ada keterhubungan makna dengan pembicara, sebagaimana terlihat pada bahasa ucapan. Makna teks dimaksud tentu tidak lagi memiliki kepentingan dengan apa yang dimaksud penggagasnya.43 Bahkan keberadaan penulis teks tidak lagi

diperlukan karena dianggap sudah terhalangi oleh teks itu sendiri maka wajar jika Ricoeur berpendapat bahwa penulis teks sebagai sebagai reading pertama.

Ketiga, aspek tidak terikatan pada dialogis, maka dalam makna teks tidak lagi memiliki terikatan atas konteks awal, lebih kecenderungan bebas dari sekat kepentingan pada originilitas konsteks pembicaraan.44 Maksud teks adalah dunia imajinasi terbangun originilitas oleh teks sendiri. Keempat, aspek ketidak terikatan dialogis maka teks tidak memiliki keterhubungan dengan konteks awal, sebagaimana bahasa ucapan yaitu masih ada keterikatan kepada pendengarnya.45

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ya ng digunakan adalah penelitian pustaka (library research) penelitian mengacu pada data-data atau bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik pembahasan yang sedang diangkat.46 Adapun sumber data dalam penelitian ini bersentuhan langsung dengan gagasan Said Nursi abik primer (Berbentuk versi Bahasa Inggris) mapun sekunder (hasil terjemahan ke dalam bahasa Indonesia). Selain itu, penyusun mengacu buku-buku karya orang lain yang membahas tentang aktualisasi diri menurut Said Nursi. Untuk

40 Heather Tan, Anne Wilson, and Ian Olver, ‘Ricoeur’s Theory of Interpretation: An Instrument for Data Interpretation in Hermeneutic Phenomenology’, International Journal of Qualitative Methods, 8.4 (2009), 1–15 <https://doi.org/10.1177/160940690900800401>.

41 Paul Ricoeur, Onself as Another, Filosofía, (Chicago: The Chicago university Press, 1996), hlm.56.

42 Paul Ricouer, Penjelasan Dan Pemahaman, Terj. Mun’im Sirri, Dalam Syafa’atun Al-Mirzanah Dan

Sahiron Syamsuddin Ed., Pemikiran Hermeneutika Dalam Tradisi Barat (Yogyakarta: LP2M LP2M Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011),hlm.23.

43 Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah Dan Perkembangannya (Yogyakarta: Paradigma, 2000),201. 44 Paul Ricoeur, Onself as Another…,hlm.71.

45 Paul Ricoeur, Onself as Another…,hlm.83.

46 Nursapia Harahap, ‘Penelitian Kepustakaan’, Jurnal Iqa’, Vol. 08. N (2014), 67–72

(15)

15

mempermudah pemahaman paling tidak ada ketiga tahapan dalam proses analisis inter pretasi pada penelitian ini, di antaranya level semantik dan tradisi filsafat reflektif.(1) level semantik (pemahaman naif); (2) level refleksi (validasi dari model struktural); dan (3) level eksistensial (pemahaman yang mendalam).47

Pertama, tahapan pemahaman Semantik. Pemahaman semantik merupakan tahap awal sebagai pintu masuk untuk melakukan interpretasi menuju pemahaman eksistensial dalam wilayah kajian kebahasiaan.48 Penafsir dituntut untuk menjadi jembatan penghubung antara objek dengan subjek untuk melakukan sebuah pemahaman. Proses penafsiran menurut hermeneutika Ricoeur diawali oleh penebakan.49 Artinya, menebak makna dalam sebuah teks

yang berkaitan dengan sebuah bentuk kebahasaan, maka makna teks tidak lagi serupa dengan makna dan maksud pengarang. Dalam karya Bediuzzaman Said Nursi, secara teks penuh dengan bahasa metafora maka penyusun harus mampu menebak maksud teks tersebut mengingat pengarang sudah tidak lagi hadir mengiringi teks Risalah Nur. Penyusun berangkat dari analisis teks yang dimaksud terdiri dari kodra, kebutuhan dan aktualisasi diri manusia dalam pemikiran Said Nursi.

Kedua, tahapan pemahaman Reflektif. Tahap reflektif merupakan jembatan antara tahap semantik ke tahap eksistensial, karena bahas sesungguhnya berhubungan dengan eksistensial.50 Tahap ini merupakan peroses yang menghubungkan antara pemahamn teks dan pemahaman diri sendiri.51 Tahap refleksi ini berkaitan dengan ekspresi hidup, yang berproses dari kesadaran tidak langsung melalui karya yang merupakan ekspresi dari aktus berada manusiawi. Dalam hal ini, penyusun mencari formulasi aktualisasi diri Said Nursi yang berdasarkan pada temuan konsep diri manusia di level simantik.

Ketiga, Tahapan pemahaman Eksistensial Tahap ini interpretasi menuju pada yang Ada (being). Tahap eksistensial Ricoeur melewati simbol, tahap semantik dan tahap reflektif.52 Pengoleksian data baik yang empiris maupun yang bersumber dari literatur dengan

tema-tema aktualisasi diri, dilakukan sejak sebelum melakukan penelitian. Hal ini dilakukan agar penulis dapat memahami implikasi konsep aktualisasi diri Said Nursi melalui Kitab Risālah Al-Nūr dengan aspek kajian yang sedang diangkat yaitu Implikasi aktualisasi diri

47 Paul Ricoeur, Onself as Another…hlm.27. 48 Paul Riceouer, Freud and Philosophy…hlm.20. 49 Paul Riceouer, Freud and Philosophy… hlm.37. 50 Paul Ricoeur, The Course of Recognition…hlm.27. 51 Paul Ricoeur, The Course of Recognition…hlm.30. 52 Paul Ricoeur, Onself as Another…hlm.56.

(16)

16

Said Nursi terhadap Psikologi Pendidikan Islam. Kumpulan data-data awal ini tentunya sangat bermanfaat dalam memperkaya ide-ide penulis ketika melakukan penelitian yang berupaya mencari karya-karyanya.53

KONDRAT, KEBUTUHAN DAN AKTUALISASI DIRI MANUSIA DALAM PEMIKIRAN SAID NURSI

1. Kodrat Rabbani

Dalam diri manusia selalu mempengaruhi gerak jiwa kepasrahan terhadap Allah dan ciptaan-Nya dan kecenderungan manusia dalam hal-hal bersifat teologis, kodrat nalar bekerja untuk memadukan keikhlasan dalam hidup untuk menghamba. Dunia ini dapat dikenali dan manusia memiliki kemampuan untuk mengetahuinya. Allah telah memberikan kemampuan kepada manusia. Panggilan ilahi pada manusia untuk mengetahui cakrawala dan jiwa mereka sendiri membuktikan kemampuan pada bagian manusia untuk mengetahui berbagai aspek kehidupan. Said Nursi berkata:

“….The instant life enters it, it establishes such a connection with the universe that it is as though it concludes a trading agreement with it, especially with the flowers and plants of the earth. It can say: “The earth is my garden; it is my trading house.” Thus, through the unconscious instinctive senses which impel and stimulate it in addition to the well-known five external senses and inner senses of animate beings, the bee has a feeling for, and a familiarity and re- ciprocal relationship with, most of the species in the world, and they are at its disposal”.54

GAMBAR; 1 Dimensi Kodrat Rabbani

Sejak awal penciptaannya, manusia pertama yakni Adam As telah mengakui Allah sebagai Tuhannya dan hal tersebut mendorong manusia untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT. Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah menciptakan agama

53 Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma (Jakarta: Prenada Media, 2005),hlm.92.

54 Bediuzzaman Said Nursi, The Words On the Nature and Purposes of Man, Life, and All Things. Trans. Sükran Vahide (Istanbul: MAK Ofset Basm Yayn Tic. ve San. Ltd. fiti, 2008), hlm.532.

(17)

17

Islam sebagai pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia selama hidupnya. Seluruh ajaran islam adalah diperuntukkan untuk manusia dan oleh karena itu manusia wajib beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa yakni Allah SWT.

“Tidak diragukan lagi engkau ada bukanlah unsur yang sederhana dan benda mati yang tidak akan berubah. Akan tetapi engkau bagaikan pabrik besar yang sangat teratur di mana peralatannya senantiasa terbaharui. Engkau juga ibarat istana megah yang sisi-sisinya selalu berubah ubah. Atom-atom yang ada di tubuhmu selalu bekerja dan aktif setiap saat. Ia memiliki hubungan dengan alam semesta, khususunya dengan rezeki. Atom-atom tersebut bekerja di dalam tubuhmu senantiasa menjaga agar ikatan dan hubungan tidak rusak dan tidak lepas. Ketahuilah bahwa dengan atom-atom yang bergerak sesuai peraturan Żat Yang Mahakuasa, atau tentara bersenjata dalam pasukanNya yang teratur-ujung pena qadar Ilahi”.55

Manusia diciptakan dengan dibekali dari berbagai kelengkapan yang super canggih, melalui iradah Allah Yang Maha Esa mampu menggerakkan tubuh manusia disertai potensi temasuk panca indera dengan didasari fitrahnya. Maka sangat mustahil jika manusia ada tanpa campur tangan Allah Tuhan alam semesta, lantaran pancaran asma-asma Allah manusia ada.

2. Kodrat Ruhani

Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan. hal ini dilihat dari segala hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda dengan makhluk lainnya dan bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS karena akal dan pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Menurut Jakob sebagaimana dikutip juga oleh Achmad Usyuluddin dalam disertasinya56 “manusia itu badan yang meruhani dan ruhani yang membadan.” Lebih lanjut Jakob mengatakan sebagai berikut.

“Keduanya (badan-ruh) menyatu dalam eksistensi atau keberadaan. Badan saja, mayat. Ruh saja, hal ini non-material, tak bisa dibuktikan kecuali diimani, silahkan kembali kepada iman masing-masing. Di sini jalan agama terbentang sebagai seuatu yang “mengatasi“ atau “melampaui“ atau “di luar“ kodrat pengalaman manusia. Sesuatu yang kita namakan “transendental“. Karena badan manusia itu berada secara material, sama halnya dengan hal-hal yang material yang lain di semesta ini, ia menempati ruang dan waktu dan akhirnya akan lenyap dalam ruang dan waktu tersebut. Jadi, secara badan, manusia itu terbatas. Manusia itu fana’. Sedangkan ruh itu baqa’, abadi, tak mengenal ruang dan waktu”.57

55 Bediuzzaman Said Nursi, Risalah Ana & Thabiat. Penerjemah: Fauzi Faishal Bahrieisy (Jakarta: Risālah Nūr Press, 2016), hlm.68-69.

56 Achmad Usyuluddin, Ruhiosains: Pendidikan Kesehatan Holistik Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Pascasarjana UMY, 2018), hlm. 125

57Jakob Sumardjo, Menjadi Manusia: Mencari Esensi Kemanusiaan Perspektif Budayawan (Bandung: Rosda, 2001), 18

(18)

18

Sebagian besar kaum sufi menempatkan “ruhani” sebagai sumber tatanan moral terpuji. Ruh sangat halus, bersih, serta bebas dari unsur yang berpengaruh dari hawa nafsu “nafs” dirasiakan Allah SWT, ada seseorang yang bisa melihatnya jika sudah diberi keistimewaan berupa kasyf (gambar yang terbayang) oleh Allah SWT. Kalangan cendekiawan Muslim lebih banyak menghindar dalam mempelajari asal-usul ruh, karena jiwa atau ruh itu adalah urusan Allah SWT yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali hanya Allah SWT (QS al-Isra’ [17]: 85).

Said Nursi menjelaskan bahwa sebagaimana telah diakui secara nyata dan pasti bahwa ada ruh-ruh jahat yang berbentuk jasmani pada jenis manusia yang melakukan tugas dan pekerjaan setan, juga telah diakui secara pasti adanya roh-roh jahat yang tak berjasad di alam jin. Seandainya dipakaikan jasad fisik, mereka pasti akan sama persis dengan manusia yang jahat itu. Begitu pula sebaliknya, jika setan-setan dari jenis manusia bisa melepaskan jasad mereka, pasti mereka menjadi iblis-iblis dari golongan jin. Atas dasar itulah salah satu pemikiran yang sesat dan batil berpandangan bahwa roh-roh jahat dari golongan manusia, sesudah matinya akan berubah menjadi setan.58

GAMBAR; 2 Dimensi Kodrat Ruhani

Kodrat ruhani memiliki dua dimensi yaitu dimensi ruh (kognitif spiritual; pengetahuan prakonsepsi) dan fitrah (kognitif transendental; pengetahuan praeksistensi). Dimensi ruh memiliki daya spiritual. Daya spiritual ini menarik badan dan jiwa menuju Allah.59 Pada wilayah dimensi inilah yang menyebabkan manusia memerlukan agama sangat bergantung pada tingkat perkembangan nafs, ‘aql, qalb, dan ruh. Sementara itu, dimensi fitrah memberikan “bingkai” kemanusiaannya. Jika jiwa manusia melampaui “bingkai” fitrah itu,

58 Badiuzzaman Said Nursi, Al-Lama’at; Membumikan Inspirasi Ilahi. Penerjemah: Fauzy Bahreisy Dan Joko Prayitno...,hlm.125

(19)

19

maka manusia tersebut akan keluar dari fitrah kemanusiaannya, baik dalam arti positif (setingkat malaikat) maupun negatif (menjadi setan). Fungsi ruh mengatur dan bertasaruf (bertindak) pada jasad sebagaimana halnya raja dengan kerajaannya, keperluan jiwa terhadap badan dapat diumpamakan dengan perlunya bekal bagi musafir. Seseorang tidak akan sampai kepada Tuhan kalau ruh tidak mendiami jasadnya selama di dunia.

3. Kodrat jasmani

Bangunan tubuh manusia sama dengan makhluk lain yaitu sama-sama terdiri beberapa stuktur organism fisik. Secara fisik, manusia masih relatif lebih mapan dibandingkan bangunan tubuh ciptaan Allah berupa mahluk-mahlukNya. Pada umumnya, setiap makhluk terdiri dari beberapa unsur material yang terdiri dari unsur api, tanah, air dan udara. Beberapa unsur itu bagian dari materi benda mati (abiotik). Benda mati tersebut hanya akan hidup jika jika dibekali pancaran energi berupa kehidupan ilahiah berupa nyawa untuk hidup.

“…benih-benih itu sama seperti sperma ataupun seltelur. Ia terdiri dari beberapa unsur yang bentuknya serupa dan sebagiannya bercampur dengan yang lain tanpa bentuk yang jelas, yaitu hidrogen, oksigen, karbon, dan nitrogen. Sementara, udara, air, kalor, dan cahaya merupakan unsurunsur yang tak mempunyai akal ataupun perasaan. Semuanya mengalir seperti aliran air pada segala sesuatu tanpa ada kontrol. Jadi, pembentukan berbagai bunga dari segenggam tanah dalam bentuk yang beraneka ragam dan indah dengan sangat rapi tentu saja mengharuskan adanya banyak pabrik dan percetakan maknawi agar ia bisa memintal dan menenun “tenunan-tenunan hidup” yang tak terhingga banyaknya, serta bisa menghasilkan berbagai ukiran cemerlang”.60

GAMBAR: 3 Dimensi Kodrat Jasmani

Dalam diri manusia akan selalu dipengaruhi gerak jiwa yang kecenderungan manusia dalam hal bersifat mencapai kondisi jiwa suci dalam pandangan Allah dan meningkatkan

60 Bediuzzaman Said Nursi, Risalah Ana & Thabiat. Penerjemah: Fauzi Faishal Bahrieisy (Jakarta: Risālah Nūr Press, 2016),hlm.75.

(20)

20

kinerja dengan ibadah untuk memperoleh sesuatu, yang tentunya tampak serasi dengan sifat takwa. Jika kebutuhan kodrat jasmani terpenuhi oleh manusia maka akan memiliki kecenderungan akan mengaktifkan kodrat kodrat berani yang lambat laun akan terbina dan terbentuk karekteristik jiwa takwa.

4. Kodrat nafsani

Eksistensi nafsu yang ada di dalam diri manusia akan terus mempengaruhi gerak jiwa dan kecenderungan manusia untuk melakukan hal-hal yang bersifat sosial dan cenderung bekerja keras dengan tamak (rakus) untuk memperoleh sesuatu. Manusia memiliki esensi yang tidak terbatas, memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi benar atau salah. Ini karena manusia telah diciptakan sebagai kehendak bebas dengan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dianggap sebagai dasar kebebasan dan kemauan, mengatur panggung untuk keterlibatan manusia dalam takdirnya dan menugaskannya dengan tugas untuk berubah.61 Sebagaimana diungkapkan oleh Said Nursi:

“…….represented forms, whether pictorial or concrete, are either embodied tyranny, or embodied hypocrisy, or embodied lust; they excite lust and encourage man to oppression, hypocrisy, and licentiousness. Moreover, the Qur’an compassionately com- mands women to wear the veil of modesty so that they will be treated with respect and those mines of compassion will not be trodden under the feet of low desires, nor be like worthless goods for the excitement of lust…”.62

GAMBAR; 4 Dimensi Kodrat Nafsani

61 Sussan Keshavarz, ‘Philosophy of Education in Exceptional Children According to Islam’, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46 (2012), 2917–21 <https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.05.589>.

(21)

21

Said Nursi memberi argumentasi bahwa ada dua faktor penyebab kemerosotan peradaban akhlaq dan kekacauan dalam kehidupan masyarakat sosial terutama era modern. Di antaranya: pertama, “yang penting aku kenyang, tidak peduli yang lain kelaparan”.

Kedua, “anda bekerja, saya makan”.63 Said Nursi menjelaskan lebih lanjut tentang solusi dan

obat ampuh untuk kedua penyakit tersebut adalah penerapan kewajiban membayar zakat kepada masyarakat secara umum dan pengharaman riba. Karena pentingnya zakat tidak hanya terbatas pada individu atau kolompok.64 Maulana Muhammad Ali sebagai mana dikutip oleh Fuad Nashori, bahwa pada diri manusia terdapat dari nafs al-ammarah yang merupakan tahapan dari ketika manusia memilki cenderungan untuk hanyut dalam naluri paling terendah. Nafs al-lawwamah ketika manusia mulai menyadari kesalahan berbuat dosa ketika telah berkenalan dengan petunjuk llahi dan Nafs al-muthmainnah, ketika jiwa ketuhanan merasuk ke dalam kepribadian seseorang yang telah menga1ami kematangan jiwa.65

Kerangka bangunan konsep “diri” di atas sangat berpengaruh model berpikir hingga pengembangan aktualisasi diri manusia, karena secara sadar “kodrat nafsani” masih berada dalam balutan “kodrat rabbani”, sehingga akan muncul rasa kesadaran spiritual thinking lanjutan dari intellectual thinking yang tidak lain sebagai fase tertinggi dalam tradisi pemikiran islam. Dalam Risālah Nūr disebutkan “Tanpa cahaya hati, cahaya pikiran tidak akan bersinar; selama kedua lampu tidak digabungkan, semuanya gelap”.66

Hirarki Kebutuhan Versi Said Nursi 1. Kebutuhan Rabbani

a. Kebutuhan rasa Iman dan tawakkal

Said Nursi melalui “Exsistence and Divine Unity” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Al-Ahad Menikmati Ekstase Spiritual Cinta Ilahi (koleksi Risālah Al-Nūr) pada bagian Iman, kebahagiaan dan penderitaan menjelaskan tentang kebutuhan akan rasa keseimbangan iman dan tawakkal pada beberapa poin. Pertama, tawakkal; cahaya iman. Manusia mencapai derajat kesempunaan tertinggi dan layak atas syurga hanya jalan satu-satunya melalui cahaya iman, kekufuran merendahkan manusia hingga ke derajat terendah sehingga pantas menghuni neraka. Said Nursi menyebutkan iman menghubungkan manusia

63Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy.…,hlm.479. 64Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy..hlm.480.

65 Fuad Nashori, ‘Pola-Pola Pengembangan Psikologi Islami’, PSIKOLOGIKA, 10.2 (1997), 89–113 <https://doi.org/10.11606/rco.v4i8.34762>.

(22)

22

kepada Sang Pencipta Yang Maha Agung dan pada dasarnya nilai manusia berasal dari pemakaian iman.67 Hal ini sebagai bukti, bahwa kreasi Allah ditunjukkan dan diejewantahkan melalui nama-namaNya. Karenanya, kekufuran sangat berdampak negatif dengan menutup hasil kreasi Allah sehingga yang tampak hanya entitas fisik semata sama halnya dengan seekor binatang fana.68 Said Nursi menganalogikan orang beriman seperti barang antik yang

bisa terjual mahal meskipun bahan dan biaya pembuatannya sangat murah, karena semata-mata nilai seni dengan merek terkenal.69

Kedua, tawakal; pangkal keimanan. Iman menerangi manusia dan membuka semua pesan yang dituliskan di dalam diri mereka oleh Dzat Tempat Bergantung dan berlabuh semua manusia. Begitu juga, iman menerangi alam semesta dan menghilangkan kegelapan masa lalu dan esok.70 Said Nursi menjelaskan dengan bukti emperis kaitannya dengan firman

Allah: Artinya: Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Ketiga, Tawakkal; cahaya sekaligus kekuatan. Keimanan mengandung pengakuan Ketunggalan Allah, menunduk patuh dengan kepasrahan kepada Allah, percaya kepada Allah yang manghasilkan kebahagian di dunia dan akhirat. Heroisme iman yang disertai kasih sayang adalah sikap tidak rela dihina dihadapan kaum dzalim dan tidak menghina pihak yang terdhalimi.71 Sosok maknawi dunia Islam di masa yang akan datang memahami dan mewujudkan tuntunan iman untuk menjaga kemulyaan Islam. Untuk memahami kebenaran dan makna iman kepada Allah, Said Nursi memberikan sebuah ilustrasi seabagi renungan:

“Suatu ketika ada dua orang naik kapal berserta bawaan (beban) beratnya. Salah satu di antara mereka meletakkan barang tersebut pada galadak langsung stelah kapal mulai berjalan dan duduk di atasnya agar barang itu aman. Satu orang lagi, meskipun telah diberi tahu untuk meletakan barang bawaan, menolak melakukannya dan berkata: aku tidak akan meletakkannya, karena bisa hilang. Selain itu aku cukup kuat membawanya. Lalu dia berkata dengan memeberi tahu: kapal besar yang bisa diandalkan ini lebih kuat dan bisa membawanya dengan lebih baik. Kamu pasti akan kelelahan, merasa pusing

67 Bediuzzaman Said Nursi, Cahaya Iman Dari Bilik Tahanan. Penerjemah:Fauzi Faishal Bahriesy (Jakarta: Risālah Nūr Press, 2019),hlm.57.

68 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ahad Menikmati Ekstase Spiritual Cinta Ilahi. Penerjemah: Sugeng Hariyanto (Jakarta: Prenada Media Groups, 2003),hlm102.

69 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ahad Menikmati Ekstase Spiritual Cinta Ilahi. Penerjemah: Sugeng Hariyanto…,hlm104.

70 Bediuzzaman Said Nursi, Cahaya Iman Dari Bilik Tahanan. Penerjemah:Fauzi Faishal…,hlm.59. 71 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy…,hlm.29-38.

(23)

23

dan tercebuh ke aut bersama bebanmu. Kekuatanmu akan habis dan bagaimana engkau akan membawa beban ini yang semakin berat? Jika kapten kapal ini mengetahuimu seperti ini, mungkin dia akan berkata sungguh engkau edan dan mengeluarkanmu dari kapal ini. Atau mungkin akan berfikir bahwa engka tidak percaya pada kapal ini dan mengejeknya, yang hal itu bisa mebuatnya memenjarakanmu. Juga engaku akan dikucilkan dan menjadi bula-bulanan”.72

Keempat, Tawakkal: kedudukan tertinggi. Memungkinkan bagi individu menjadi manusia sejati untuk memperoleh kedudukan di atas semua makhluk lain. Maka iman dan ibadah adalah tugas yang paling fundamen dan sangat penting. Sebagai bukti nyata, perbedaan antara bagaimana manusia dan binatang menuju eksistensi. Hampir dalam waktu yang sangat singkat setelah kelahirannya, seekor binatang terlihat telah dilatih dan disempurnakan kecakapannya di tempat yang lain. Dalam beberapa jam atau hari atau bulan, binatang itu mampu menjalani kehidupan sesuai dengan kondisi pada kususnya. Seekor burung pipit atau seekor lebah dianugerahi dengan keterampilan dan kemampuan untuk berintegrasi ke dalam lingkungannya dalam jangka waktu 20 hari, sedangkan bagi seorang manusia akan membutuhkan waktu selama 20 tahun. 73

“Thus, seeking assistance from the Divine Name of All-Wise and benefiting from the effulgence of the Qur’an, from the beginning up to here our explanations have taken the form of four ‘Fundamental Points’ in order to prepare the heart for acceptance, the soul for surrender, and to convince the reason. But who are we that we should speak of this matter? What does this world’s true Owner, the universe’s Creator, these beings’s Master, say? We should listen to Him”.74

b. Kebutuhan kasih dan cinta ilahiah

Said Nursi mengulas tentang cinta dan kasihsayang berdasar pada apa yang telah diperoleh melalui pengalaman. Menurutnya cinta dibagi menjadi dua, yakni cinta majasi dan cinta hakiki. Cinta majasi terhadap sesuatu yang dicinta bisa berubah menjadi cinta hakiki, jika pecinta majasi tersebut menyaksikan pada wajah dunia yang fana ini buruknya kefanaan, lalu berpaling darinya dengan mencari kekasih abadi, di mana kemudian Allah memberinya taufik untuk melihat dua sisi dunia yang indah berupa cermin Asmaul Husna dan ladang akhirat ketika itulah cinta majasi yang tidak sesaui dengan syariat akan berubah menjadi cinta

72 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy…,hlm107. 73 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy…,hlm108.

74 Bediuzzaman Said Nursi, The Words On the Nature and Purposes of Man, Life, and All Things. Trans. Sükran Vahide…,hlm.555.

(24)

24

hakiki.75 Akan tetapi dengan syarat bisa membedakan antara dunianya yang fana terkait dengan kehidpannya, dan dunia luar.

Berbeda dengan orang yang melupakan diri sebagaimana kaum yang sesat dan lalai, lalu tenggelam dalam dunia serta menganggap dunianya yang khusus seperti dunia secara umum sehingga mencintainya, maka ia akan jatuh dan tenggelam dalam kubangan alam kecuali orang yang diselamatkan oleh pertolongan Allah yang luar biasa.76 Said Nursi berkata:

“You have lavished the love that belongs to God Almighty on yourself. Your own soul has become your beloved and will cause you endless suffer- ing: you are not giving true peace to that beloved. You are suffering con- stantly because you do not hand it over to the Possessor of Absolute Power Who is the only true beloved and you do not trust wholly in Him”.77

Menurut Said Nursi, rasa kasih sayang lebih dalam dan lebih tajam dari pada rasa cinta dan rindu sehingga lebih bersinar, lebih tinggi dan lebih bersih, karena perasaan itulah yang lebih layak dengan kedudukan kenabian. Sedangkan rasa cinta dan rindu kepada kekasih secara majasi dan makhluk, meskipun sangat kuat, keduanya tidak layak disebut cinta hakiki (maqam kenabian) yang mulia. Dalam hal ini, Said Nursi agak berbeda pendapat dengan gurunya Imam Rabbani mengenai “cinta” dan “kasih sayang”. 78

2. Kebutuhan Ruhani

a. Kebutuhan rasa tahdabbur

Tadhabbur masih ada korelasi dengan organ manusia bernama hati (qalb) yang berbeda dengan tafakkur yang ada kaitannya dengan rasio (otak). Terdapat empat sifat menurut Al-Ghazali yang mempengaruhi qalbu terhadap kepribadian sseorang: b. Sifat kebinatangan c. Sifat kesyaitanan. d. Sifat ketuhanan.79 Selama sifat ketuhanan tidak mampu mengimbangi pola pikir akan sifat kebinatangan maka hanya akan memperoleh sikap tamak dan rakus, diperlukan banyak suplemen sifat terpuji untuk mengimbangi salah satunya tadahbbur.

Konsep tadhabbur Said Nursi adalah mengamalkan dengan menyelami lautan di segala

75 Ahsanul Anam, ‘Pemaknaan Kalimat Lâ Ilâh Illâ Allâh Menurut Said Nursi’, Teosofi: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam, 3.2 (2015), 291 <https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.2.291-316>.

76 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât, hlm.10-11.

77 Bediuzzaman Said Nursi, The Words On the Nature and Purposes of Man, Life, and All Things. Trans. Sükran Vahide…,hlm.664.

78 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy…,hlm.46.

79 Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, Terj. Ismail Yakub. Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama, Jilid 2. (Singapore: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 1992), 898.

(25)

25

sunnah-sunnah Nabi Muhammad Saw, melakukan semua perintah Allah SWT sesuai dengan petunjuk dalam Al-Qur’ān yang bersifat fardhu ‘ain seperti melaksanakan ibadah shalat dengan menyempurnakan syarat dan rukunnya, kemudian dilanjutkan dengan membaca zikir seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw (al-ma’tsurat) serta dengan meninggalkan dosa-dosa besar (al-kabair).

“……the understanding and imaginative power of one person the scope of whose comprehension is very narrow with regard to time, place, and specialization, cannot truly expound the Qur’an, for he cannot be acquainted with and be an expert in all the exact sciences and the branches of knowledge concerned with the spiritual and material states of nations and peoples, all of whom the Qur’an addresses”.80

b. Kebutuhan rasa ihsan

Adapun dasar gerakan dan pemikiran Said Nursi dalam menghadapi berbagai persoalan dalam hidupnya selalu mengarah pada pemahaman serta penghayatan yang sangat mendalam Al-Quran dan Al-Hadits. Buah dari kontemplasi panjang Said Nursi ini menghasilkan konsep “Amal Positif” atau al-‘amal al-ijabi (positif action) yang menjadi acuan dari setiap nilai-nilai penting yang menjadi senjata dalam mencapai kebutuhan rasa aman baik di dunia dan akhirat. 81

Ustadi Hamsah mengulas tentang Müsbet Hareket (positive action) pemikiran Said Nursi, dijelaskan bahwa ada keterkaitan müsbet (meniscayakan prilaku ramah) dan hizmet (mengupakan berprilaku bermanfaat dan penuh kebermaknaan). Untuk mengupayakan berprilaku baik maka tidak cukup bentuk perbuatan semata, akan tetapi diimbangi dengan niat dengan tujuan baik, objek, alat, dan out put dari hasil prilaku tercermin baik.82

Berprilaku baik (positive action) adalah upaya pengosongan diri dari segala tindakan yang dianggap tidak terpuji dengan mengisinya melalui tindakan terpuji dan prilaku ini banyak dilakukan oleh Said Nursi di pengasingan di Barla. Sebagaimana disampaikan oleh Said Nursi:

“Man’s actions result from the inclinations of his heart and emotions. They come from the sensibilities of the spirit and its needs. The spirit is stirred into action through the

80 Bediuzzaman Said Nursi, Signs of Miraculousness The Inimitability of The Qur’an’s Conciseness. Trans. Şükran Vahide (Angkara: Sözler Neşriyat A. Ş, 2013), hlm.14.

81 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Maktubât. Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy…,hlm.56.

82 Ustadi Hamsah, ‘Müsbet Hareket dalam Relasi Antar Agama Ditinjau Dari Perspektif Teori Hirarkhi Kebutuhan Abraham Maslow’, Religi Jurnal Studi Agama-Agama, 14.2 (2019), hlm.272 <https://doi.org/10.14421/rejusta.2018.1402-06>.

(26)

26

light of belief. If an act is good, he does it; if it is evil, he tries to restrain himself. Blinder emotions will not drive him down the wrong road and defeat him”.83

3. Kebutuhan Jasmani

a. Kebutuhan Jasmani hakiki

Manusia membutuhkan sebagian besar macam-macam makhluk di alam semesta terhubung dengan mereka, kebutuhannya menyebar ke seluruh bagian dunia, dan hasratnya meluas hingga keabadian.84 Setiap makhluk di muka bumi, sudah Allah jamin rezekinya. Allah mengetahui segala yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya, dalam hal ini skopnya diperkecil menjadi setiap hamba-Nya. Dalam QS. Hud, 11;6 dijelaskan “tiada satupun binatang melata di bumi ini, kecuali atas Allahlah Rezekinya”. Segala kenikmatan dan kesempitan yang Allah berikan hanyalah sebagai cobaan semata, bukan sebagai penghormatan atau penghinaan. Lewat perantara itu, akan tampak orang yang bersyukur dengan orang yang bersabar, atau sebaliknya.

“Sustenance is indeed in a form worthy of love, and this form is to be seen through thanks. However, the passion of the misguided and heedless for sustenance is animality. You can make further comparisons in this way and see what a loss the heedless and misguided suffer”.85

Secara jasmani, etos kerja bagian dari pancaran atau cara pandang yang terpantul dari sikap hidup manusia yang mendasar tentang suatu pekerjaan atau perbuatan.86 Ahmad Janan Asifudin memberikan defenisi etos kerja sebagai pandangan atau sikap seseorang tentang cara kerja yang dimiliki seseorang atau sekelompok komunitas.87 Said Nursi sendri menganjurkan kepada kepada para murid-muridnya agar selalu berkarya (bekerja), dengan semangat ta’awun, saling membantu (berkoalisi) dalam menuju kebaikan dan tak sedikit pun tidak mengizinkan umatnya untuk berkolusi untuk menuju perseteruan dan perselisihan. Bekerja dalam pandangan Khalifah Umar bin Khattab merupakan kewajiban dan tanggung jawab setiap Muslim, dengan tetap mengindahkan etikanya. Jika kita berkerja dengan halal dan kita dapatkan sesuatu yang halal, dan kita manfaatkan hasil karya kita pada semua yang halal pula, maka akan kita peroleh barakah Allah darinya.

83 Bediuzzaman said Nursi, The Damascus Sermon. Trans. Şükran Vahide…hlm.62.

84 Bediuzzaman Said Nursi, The Words On the Nature and Purposes of Man, Life, and All Things. Trans. Sükran Vahide…,hlm.328.

85 Bediuzzaman Said Nursi, Letters. Trans. Şükran Vahide and Others…,hlm.422.

86Musa Asyarie, Islam, etos kerja & pemberdayaan ekonomi umat (Yogyakarta:Lesfi, 1997),hlm.56.

Referensi

Dokumen terkait