BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pegagan
Gambar 1. Tanaman Pegagan (Edhisambada, 2011)
1. Klasifikasi
Klasifikasi dan tata nama Pegagan sebagai berikut: Divisi : Embryophyta Siphonogama
Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Archychlamydeae (Choripetalae) Bangsa : Umbelliflorae (Apiales)
Suku : Umbelliferae (Apiaceae) Marga : Centella
Jenis : Centella asiatica L. (Urban) 2. Nama lokal
Sumatra : Pegagan (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, pugago (Minangkabau).
Jawa : Cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggagan, kerobatok,
panegoang, panigowang, rending, calingan rambat, pacul gowang (Jawa), gan gagan (Madura).
Nusa Tenggara : Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), Kelai lere (Sawo).
Maluku : Sarowati (Halmahera), kolotidi manora (Ternate). Sulawesi : Pegaga, wisu-wisu (Makasar), cipubalawo (Bugis),
hisu-hisu (Salayar)
Irian : Dogauke, gogauke, sandanan. 3. Morfologi Pegagan
Pegagan merupakan terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10 sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun, kadang-kadang agak berambut; tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama kearah pangkal daun. Bunga berupa payung tunggal atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 55 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal (Depkes RI, 1977).
4. Khasiat
Pegagan berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas dan daya ingat, mengatasi pikun, mengatasi tulang keropos pada lansia, meningkatkan kecerdasan pada anak-anak, obat awet muda, obat penyakit kulit, antistres, antiradang, antikanker, untuk kosmetika, epilepsi, sakit gila dan hepatitis akut (Bermawie, 2008).
5. Kandungan Pegagan
Kandungan herba pegagan antara lain: senyawa triterpenoid yaitu: asam asiatikosida, asam madekasida, thankunisida, isothankunisida, brahminosida, asam brahmat, hydrocotyline, unidentified terpene acetate, camphor,sineol, kaempesterol, stigmasterol, sitosterol, senyawa-senyawa poliasetilena, kaempferol, kuersetin, myo-inositol, vallerin, asam amino, dan resin; zat pahit yaitu villarine; vitamin B; senyawa lain dalam jumlah banyak yaitu; mucilago, pektin, resin, gula (Anonim, 2007 dalam Oktriana, N.H., dan Nurlaela, 2011).
6. Pemerian
Bau lemah, aromatik; rasa, mula-mula tidak berasa, lama kelamaan agak pahit (Depkes RI, 1977).
B. Asam Urat
1. Pengertian
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai/penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Sutanto, 2013).
2. Patofisiologi
Pada awalnya, kristal urat difagositosis oleh sinoviosit, yang kemudian melepaskan prostaglandin, enzim lisosom, dan interleukin-1. Tertarik oleh mediator kemotaktik ini, leukosit polimorfonuklear bermigrasi kedalam ruang sendi dan memperkuat proses peradangan yang terjadi disana. Pada fase serangan selanjutnya, tampak terjadi peningkatan jumlah fagosit mononuclear (makrofag), menelan kristal urat, dan
melepaskan lebih banyak mediator peradangan. Urutan kejadian ini menunjukan bahwa obat yang paling efektif untuk menanggulangi peradangan akut yang disebabkan oleh kristal urat adalah obat yang menekan berbagai fase aktivasi leukosit (Katzung, 2007).
3. Etiologi
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui mengandung purin tinggi dan dapat meningkatkan kadar asam urat adalah alcohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya (sarden) dan jeroan merupakan sumber senyawa yang sangat potensial menimbulkan risiko tersebut. Yang tergolong jeroan bukan saja usus, melainkan semua bagian lain yang terdapat dalam perut hewan, seperti hati, jantung, babat dan limpa (Sutanto, 2013).
4. Fungsi
Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai antioksidan dan bermafaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai antioksidan maka akan banyak oksidan atau radikal bebas yang bisa membunuh sel-sel dalam tubuh (Sutanto, 2013).
5. Kadar Normal
Kadar normal asam urat pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pria 3,0-7,0 mg/dl. Jika melebihi ini, seseorang dikategorikan mengalami hiperurisemia. Hierurisemia adalah terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal. Penyakit asam urat muncul sebagai akibat dari kondisi hiperurisemia ini. Angka kejadian penyakit asam urat meningkat pada keadaan asam urat tinggi yaitu lebih dari 9 mg/dl (Sutanto, 2013). Kadar normal pada mencit yaitu 0,5-1,4 mg/dl, dan mencit dikatakan mengalami hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7-3,0 mg/dl.
6. Tujuan Pengobatan
Tujuan pengobatan gout biasanya untuk meredakan nyeri dan inflamasi serangan akut, menghentikan serangan akut secepat mungkin, mencegah memburuknya serangan dan, mencegah efek jangka panjang:
• Kerusakan sendi
• Kerusakan organ terkait misalnya ginjal (Lyrawati, 2008). 7. Obat Asam Urat
Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut. Pasien biasanya sudah mengalami hiperurisemia selama bertahun‐tahun sehingga tidak perlu memberikan terapi segera untuk hiperurisemianya. Lagipula, obat‐obat tersebut dapat menyebabkan mobilisasi simpanan asam urat ketika kadar asam urat dalam serum berkurang. Mobilisasi asam urat ini akan memperpanjang durasi serangan akut atau menyebabkan serangan artritis lainnya. Namun, jika pasien sudah terstabilkan/ menggunakan allopurinol pada saat terjadi serangan akut, allopurinol tetap terus diberikan (Lyrawati, 2008).
C. Allopurinol
Terapi perawatan yang standar dan yang dianjurkan untuk gout adalah allopurinol, yang menurunkan kadar asam urat total dalam tubuh dengan menghambat xanthine oxidase (Gambar 2) (Katzung, 2007).
1. Kimiawi
Gambar 3. Struktur Kimia Allopurinol
2. Farmakokinetik
Sekitar 80% allopurinol diabsorpsi setelah pemberian per oral dan memiliki waktu paruh dalam serum sebesar 1-2 jam. Seperti asam urat, allopurinol sendiri dimetabolisme oleh xanthine oxidase, tetapi senyawa hasilnya, yakni aloxantin, tetap memiliki kemampuan untuk menghambat xanthine oxidase dan mempunyai durasi kerja yang cukup lama sehingga allopurinol cukup diberikan hanya sekali sehari (Katzung, 2007).
3. Farmakodinamik
Purin dalam diet bukanlah sumber asam urat yang penting. Purin dalam jumlah yang penting secara kuantitatif dibentuk dari asam amino, format, dan karbondioksida dalam tubuh. Purin ribonukleutida tersebut, yang tidak bergabung ke dalam asam nukleat dan yang berasal dari degradasi asam nukleat, dikonversi menjadi xanthine atau hipoxanthine dan di oksidasi menjadi asam urat. Allopurinol menghambat langkah terakhir ini sehingga menyebabkan penurunan kadar urat dalam plasma dan penurunan kadar asam urat disertai dengan peningkatan xanthine dan hipoxanthine yang lebih larut (Katzung, 2007).
4. Indikasi
Terapi gout dengan allopurinol, berharap bahwa pemakaian obat ini akan berlanjut sampai bertahun-tahun, jika tidak untuk seumur hidup. Allopurinol sering kali menjadi obat penurun kadar urat yang pertama kali digunakan. Selain gout, allopurinol digunakan sebagai agent anti
protozoa dan diindikasikan untuk mencegah urikosuria massif paska terapi diskrasia darah yang dapat menyebabkan batu ginjal (Katzung, 2007).
5. Efek Samping
Intoleransi saluran cerna, seperti mual, muntah dan diare dapat terjadi. Dapat juga timbul neuritis perifer dan vaskulitis nekrotikans, depresi elemen sumsum tulang, dan anemia aplastik namun jarang. Toksisitas hati dan nefritis interstisial juga telah dilaporkan terjadi. Reaksi alergik terhadap kulit yang ditandai oleh lesi makulopapula pruritik timbul pada 3% penderita. Pernah dilaporkan terjadi kasus dermatitis eksfoliativa yang unik. Pada kasus yang sangat jarang, alopurinol dapat terikat pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak (Katzung, 2007).
6. Interaksi dan Peringatan
Jika kemoterapi merkaptopurin (misalnya, azatioprin) diberikan bersama dengan allopurinol dosisnya harus dikurangi hingga sekitar 75%. Allopurinol juga meningkatkan efek siklofosfamid. Alopurinol menghambat metabolisme probenesid dan antikoagulan oral serta dapat meningkatkan konsentasi besi hati. Keamanan pada anak-anak dan kehamilan belum ditentukan (Katzung, 2007).
7. Dosis
Dosis awal allopurinol adalah 100 mg/hari. Dosis ini dapat dinaikkan sampai kadar asam urat dalam darah mencapai dibawah 6 mg/dl; kadar ini biasanya dicapai pada 300 mg/hari tapi tidak dibatasi pada dosis ini (Katzung, 2007).
D. Xanthine Oxidase
Enzim xanthine oxidase mengkatalisis oksidasi hipoxanthine dan xanthine asam urat, yang berperan penting dalam gout. Selama reoksidasi xanthine oxidase, molekul oksigen bertindak sebagai elektron aseptor,
memproduksi superoksida radikal dan hidrogen peroxide. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
xanthine + 2O2 + H2O → uric acid + 2O2- + 2H+
xanthine + O2 + H2O → uric acid + H2O2 (Cos et al, 1998).
Asam urat merupakan produk akhir penguraian purin pada manusia. Produk purin dikonversi menjadi asam urat melalui xanthine dalam reaksi yang dikatalisis oleh xanthine oxidase. Kemudian xanthine teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim xanthine oxidase (Gambar 4). Dengan demikian, enzim xanthin oxidase merupakan lokasi essensial untuk intervensi farmakologis pada penderita hiperurisemia dan penyakit gout/pirai (Yunarto, 2013).
E. Kafein
Kafein merupakan alkaloid yang mempunyai cincin purin dan merupakan derivate dari metil xanthine (1,3,7,-trimetil xanthine) dengan BM 194,14. Rumus molekul dari kafein adalah C8H10N4O2 (Haryono, 2010). Kafein agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P; sukar larut dalam eter P (Anonim, 1979).
Bentuk murni kafein dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih atau berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal benang itu berkelompok akan terlihat seperti bulu domba. Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut dalam air mendidih. Didalam pelarut organic maka pengkristalan yang terjadi tanpa ikatan molekul air. Kafein mencair pada suhu 235-237 °C dan akan menyublin pada suhu 1760 °C dialam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan bau yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam air (Ridwansyah, 2003).