• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO. Fetrina Rahma Dewi SMPProbolinggo. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOGRAFI DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO. Fetrina Rahma Dewi SMPProbolinggo. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO

Fetrina Rahma Dewi SMPProbolinggo

Abstrak

Permasalahan ini saya bahas berdasarkan teori dialek dan geografi dialek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah kosa kata Bahasa Madura yang dituturkan oleh masyarakat di daerah pesisir Probolinggo. Data tersebut saya peroleh dengan teknik observasi dan SLC.

Dari analis yang telah saya lakukan, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara dialek Bahasa Madura baku dengan dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo. Perbedaan tersebut terlihat pada kosa kata, fonologi dan morfologinya. Dalam bidang kosa kata, perbedaan tersebut dapat diartikan sebagai kekahasan dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo, ciri khas kosa kata Probolinggo meliputi; (1) dipengaruhi bahasa Jawa, (2) kecenderungan merangkapkan dua konsonan pertama pada sebuah kata, dan (3)

kecenderungan menambah konsonan /h/ pada sebuah kata yang berakhir vokal. Dalam bidang fonologi terdapat 9 ciri khas meliputi; (1)

penghilangan vokal pada suku awal, (2) kenaikan ucapan vokal pada suku semi terbuka, (3) penurunan ucapan vokal pada suku tertutup, (4) perubahan vokal, (5) penambahan konsonan /h/ pada suku akhir, (6) penambahan konsonan pada suku awal, (7) penggantian konsonan pada suku awal, (8) penghilangan konsonan pada suku awal, dan (9) kenaikan ucapan vokal pada suku terbuka. Di bidang morfologi ditemukan sedikit perbedaan antara dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo dengan bahasa Madura baku. Dalam persebarannya, pemakaian unsur bahasa Madura pesisir Probolinggo membentuk dua kelompok yaitu wilayah pesisir bagian barat dan bagian timur, namun kedua wilayah tersebut tidak bersifat mutlak atau berlaku untuk semua unsur bahasa Madura. Hal ini dibuktikan oleh adanya unsur-unsur bahasa Madura tertentu yang penyebarannya melampaui batas-batas kedua wilayah kebahasaan itu.

Kata Kunci: Bahasa Madura, Tapal Kuda. 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa Madura merupakan cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polynesia. Bahasa Madura banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis Tionghoa, dan lain sebagainya.

Pengaruh bahasa Jawa terlihat jelas dalam bentuk sistem tingkatan bahasa yakni tingkatan Enja’ Iya (Ngoko dalam bahasa Jawa), tingkatan Èngghi Enten (krama adya dalam bahasa Jawa), dan tingkatan Èngghi Bhunten (jenis tingkat tuturan sama dengan Kromo Inggil dalam bahasa Jawa). Selain

(2)

itu ada juga kosa kata bahasa Madura yang berasal dari bahasa Indonesia atau Melayu tetapi sudah berbeda pelafalannya.

Penutur Bahasa Madura sekitar 15 juta. Wilayah bahasa Madura tersebar di pulau Madura, Kawasan Tapal Kuda (pesisir Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Malang Selatan, Situbondo dan Bondowoso, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi), Kepulauan Masalembu, Kepulauan Kangean, dan Kalimantan Barat.

(http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_madura , diakses tanggal 20 November 2009).

Terdapat beberapa dialek di Pulau Madura yaitu dialek Bangkalan, dialek Sampang, dialek Pamekasan, dialek Sumenep, dan dialek Kangean. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan

masyarakat Madura.

Daerah pesisir Probolinggo merupakan salah satu daerah di kawasan Tapal Kuda yang menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Dialek Madura yang berkembang di kawasan ini seringkali bercampur dengan bahasa Jawa sehingga penuturnya disebut sebagai masyarakat pendalungan.

Masyarakat di daerah pesisir Probolinggo yang rata-rata

bermatapencaharian di bidang perdagangan hasil laut dan transportasi menggunakan bahasa Madura Ngoko sebagai alat komunikasinya sehari-hari.

Selain latar belakang sosial dan budaya, letak geografis juga mempengaruhi perbedaan dialek bahasa Madura. Apabila daerahnya berdekatan, dialek yang

digunakan relatif sama, begitu juga

sebaliknya. Seperti yang kita tahu bahwa pusat bahasa Madura adalah Sumenep. Semakin jauh jarak antara daerah pesisir Probolinggo dengan Sumenep, maka semakin jelas perbedaan-perbedaan dialeknya.

Dari latar belakang di atas inilah, penelitian geografi dialek bahasa Madura di daerah pesisir Probolinggo dilakukan. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena bahasa Madura yang dituturkan masyarakat pesisir Probolinggo terbentuk oleh latar belakang sosial dan budaya yang unik. Penelitian tentang Geografi dialek bahasa Madura sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Soetoko dkk. (1998) dengan judul “Geografi Dialek Bahasa Madura di Wilayah Madura”. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Madura di Daerah Pesisir Probolinggo”, peneliti hanya meneliti variasi bahasa Madura dan persebarannya di daerah pesisir Probolinggo saja, yang budayanya telah tercampur dengan budaya Jawa.

1.2 JANGKAUAN MASALAH

Jangkauan masalah dalam penelitian ini adalah: (a) persebaran gejala kebahasaan, yang meliputi lagu, tekanan, nada, intonasi, kosa kata, tata arti, tata bunyi, tata bentukan dan tata kalimat; (b) proses persebaran; (c) daerah-daerah pusat persebaran, peralihan dan kekunaan bahasa; (d) wilayah pakai tiap-tiap ragam dialek; (e) hubungan yang terjadi antara sesama dialek yang

bertetangga; (f) faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan dan perkembangannya; (g) pemetaan keragaman dan wilayah pakai; dan (h) latar belakang sosio-budaya dialek tersebut.

(3)

1.3 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah membandingkan variasi dialek Madura di wilayah-wilayah pesisir Probolinggo itu sendiri berdasarkan kosa kata, fonologi dan morfologi. Kemudian menentukan peta dari segi kosa kata dialek bahasa Madura yang meliputi delapan titik pengamatan yaitu kecamatan Tongas, kecamatan Kademangan, kecamatan Mayangan, kecamatan Dringu, kecamatan Gending, kecamatan Pajarakan, kecamatan Kraksan, dan kecamatan Paiton. Kedelapan kecamatan tersebut dipilih sebagai daerah pengamatan karena dianggap mampu mewakili dialek di daerahnya masing-masing.

1.4 RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimanakah pemetaan persebaran dialek bahasa Madura di daerah pesisir Probolinggo ditinjau dari segi kosa kata, fonologi, dan morfologi?

2) Bagaimanakah variasi dialek geografi bahasa Madura di daerah pesisir

Probolinggo ditinjau dari segi kosa kata, fonologi, dan morfologi ?

1.5 Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan pemetaan persebaran dialek bahasa Madura di daerah Pesisir Probolinggo ditinjau dari segi kosakata, fonologi dan morfologinya.

2) Mendekripsikan variasi dialek geografi bahasa Madura di daerah pesisir

Probolinggo ditinjau dari segi kosa kata, fonologi, dan morfologinya.

1.6 MANFAAT PENELITIAN 1) Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan gambaran jarak hubungan antara dialek bahasa Madura yang

berkembang di daerah pesisir Probolinggo itu sendiri.

2) Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian dialektologi, khususnya dalam

pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia.

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 DIALEK

2.1.1 PENGERTIAN DIALEK

Sumarsono dan Paina Partana (2004: 22) mengatakan bahwa dialek adalah bagian dari suatu bahasa yang dituturkan oleh

sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu yang dalam pemakaiannya, penutur dialek yang satu dapat mengerti dialek penutur lain. 2.1.2 CIRI-CIRI DIALEK

Sumarsono dan Paina Partana (2004: 22-24) menyebutkan bahwa yang penting dalam suatu dialek adalah adanya

kesalingmengertian, dalam artian antara penutur dialek yang satu dapat mengerti dialek penutur lainnya. Ciri lain yang tidak kalah pentingnya adalah homogenitas, maksudnya adanya kesamaan unsur-unsur bahasa tertentu.

2.1.3 MACAM DIALEK

Ada dua macam dialek yang disebutkan oleh Sumarsono dan Paina Partana yaitu dialek geografi dan dialek sosial. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa yang

ditentukan oleh letak geografis kelompok pemakainya disebut dialek geografi, sedangkan perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa yang ditentukan oleh sifat-sifat sosial, misalnya jenis kelamin, umur, dan pekerjaan disebut dialek sosial

(4)

(Sumarsono dan Paina Partana, 2004 : 21-25).

2.1.4 PEMBEDA DAN PENENTU DIALEK

Perbedaan dialek yang satu dengan yang lain dapat diidentifikasi melalui percakapan, tata bahasa, dan kosa kata (Alwasilah, 1985 : 49). Pendapat tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh Gorys Keraf yang membagi perbedaan dialek atas tata bunyi, kosa kata, morfologi, dan sintaksis (Keraf, 1984 : 144).

2.2 GEOGRAFI DIALEK

2.2.1 PENGERTIAN GEOGRAFI DIALEK

Keraf dalam Zulaeha (2010: 1) secara tegas menyebutkan bahwa geografi dialek adalah cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dari semua aspeknya yang meliputi; fonologi,

morfologi, sintaksis, leksikon dan semantik. 2.2.2 PEMETAAN DIALEK

Menurut Nandra dan Reniwati (2009 : 71) pemetaan dalam dialektologi berarti memindahkan berian (deskripsi data) yang dikumpulkan dari daerah penelitian ke peta. Berian tersebut diletakkan sesuai dengan daerah titik pengamatan.

a. JENIS PETA

Menurut Nandra dan Reniwati (2009 : 71) ada tiga jenis peta bahasa yaitu; (1) peta dasar, (2) peta titik pengamatan, dan (3) peta data. Peta dasar berisikan sifat-sifat

geografis yang berhubungan dengan daerah penelitian. Peta titik pengamatan berisikan titik pengamatan. Peta data, peta data adalah peta yang berisikan data penelitian. Dalam hal ini dibutuhkan teknik untuk

memindahkan data ke dalam peta.

b. TEKNIK PEMETAAN

Pengisian data lapangan pada peta peragaan dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut: (a) langsung, (b), petak dan (c) lambang (Ayatroehaedi dalam Mahsun, 1995: 59). Sistem langsung dilakukan dengan memindahkan unsur-unsur

kebahasaan yang memiliki perbedaan itu ke atas peta. Yang kedua, pemetaan dengan teknik petak, yaitu daerah-daerah

pengamatan yang menggunakan bentuk atau makna tertentu yang dibedakan dengan daerah-daerah pengamatan yang

menggunakan bentuk atau makna yang lain dipersatukan oleh sebuah garis, sehingga keseluruhan peta terlihat terpetak-petak menurut daerah-daerah pengamatan yang menggunakan unsur-unsur kebahasaan yang serupa. Kemudian yang ketiga adalah pemetaan dengan sistem lambang maksudnya mengganti unsur-unsur yang berbeda itu dengan menggunakan lambang tertentu (Mahsun, 1995: 59).

2.2.3 PERANGKAT ANALISIS DIALEK

Menurut Ida Zulaeha (2010 : 35) perangkat yang dapat digunakan dalam penelitian dialek adalah garis isoglos, heteroglos, atau watas kata, dialektometri, dan tolak ukur saling memahami. Perangkat tersebut berfungsi untuk membedakan bentuk bahasa yang berbeda antara dialek satu dengan lainnya yang diteliti.

2.3 BAHASA MADURA

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia

(5)

a diakses tanggal 03 Desember 2009). Penuturnya pun cukup banyak, tersebar di seluruh Pulau Madura, Jawa Timur khususnya daerah Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Lumajang).

Selain itu dialek bahasa Madura di Pulau Madura terdiri dari lima dialek yaitu dialek Bangkalan, dialek Sampang, dialek Pamekasan, dialek Sumenep, dan dialek Kangean. Namun dialek yang menjadi acuan standar Bahasa Madura adalah dialek

Sumenep, karena Sumenep merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura di masa lalu. Adapun dialek rural yang hidup di Jawa merupakan percampuran antara dialek Madura dengan dialek Jawa. Masyarakat penutur dialek tersebut disebut sebagai masyarakat pendalungan. Masyarakat Pendalungan tersebut tinggal di daerah Tapal Kuda (kawasan sepanjang pesisir Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Lumajang). 4. PEMBAHASAN

4.1 PEMETAAN PERSEBARAN DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI KOSA KATA, FONOLOGI DAN MORFOLOGI

Pada bagian ini akan disajikan

pemetaan persebaran dialek bahasa Madura

di daerah pesisir Probolinggo. Melalui penelitian ini, diketahui beberapa

penyebaran pemakaian unsur bahasa Madura pesisir Probolinggo ternyata mengelompok sehingga terbagi dua wilayah pesisir yaitu daerah pesisir Probolinggo bagian barat dan daerah pesisir Probolinggo bagian timur. 4.1.1 PEMETAAN PERSEBARAN DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI KOSA KATA Pola pemakaian kosa kata di daerah pesisir Probolinggo menunjukkan gejala variasi yang terjadi karena perbedaan tempat pemakaian unsur bahasa tertentu. Dalam penyebaran pemakaian kosa kata itu ternyata membentuk suatu

pengelompokan-pengelompokan wilayah yaitu wilayah pesisir Probolinggo bagian barat dan timur.

Untuk mengetahui persebaran

beberapa kata yang terdapat di daerah pesisir Probolinggo bagian barat, perlu diperhatikan peta-peta nomor: 1. (3) bulu matah 2. (15) ŠsŠs 3. (33) tŠdi" 4. (35) cthŠk 5. (88) bllis 6. (116) budun 7. (73) a ŠmŠ

(6)

B T

S

Apabila ditarik garis-garis isoglos yang memisahkan penggunaan kata-kata tersebut di atas dengan kata lain yang merupakan variannya, maka akan diperoleh peta nomor I. Pada peta I terdapat tujuh garis isoglos. Garis 1 melalui desa (2) Ketapang, (3) Mayangan, dan (4) Randu Putih. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata Bulu matah di pesisir Probolinggo bagian barat. Garis 2 melalui desa (1) Pesisir dan (2) Ketapang. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata ŠsŠs di pesisir Probolinggo bagian barat. Garis 3 melalui desa (1) Pesisir, (2) Ketapang, dan (3) Mayangan. Garis ini membatasi

kesamaan pemakaian kata TŠdi" di pesisir Probolinggo bagian barat. Garis 4 melalui desa (5) Pesisir Tareta dan (6) Karang Geger. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata CthŠk di pesisir

Probolinggo bagian barat. Garis 5 melalui desa (4) Randu Putih, (5) Pesisir Tareta, dan

(6) Karang Geger. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata Bllis di pesisir Probolinggo bagian barat. Garis 6 melalui desa (2) Ketapang, (3) Mayangan, (4) Randu Putih, dan (5) Pesisir Tareta. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata Budun di pesisir Probolinggo bagian barat. Garis 7 melalui desa (1) Pesisir, (4) Randu Putih, (5) Pesisir Tareta dan (6) Karang Geger. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata aŠmŠ di Pesisir Probolinggo bagian barat.

Untuk mengetahui persebaran

beberapa kata yang terdapat di daerah pesisir Probolinggo bagian timur, dipilih peta-peta nomor: 1. (19) gddik 2. (31) plŠ 3. (36) soded 4. (65) ramu" 5. (74) alaui 6. (106) ussŠ 7. (112) mllak

(7)

               (112) mllak U B T S S

Apabila ditarik garis-garis isoglos yang memisahkan penggunaan kata-kata tersebut di atas dengan kata lain yang merupakan variannya, maka akan diperoleh

peta nomor II. Pada peta II terdapat tujuh garis isoglos. Garis 1 melalui desa (8) Asembagus, (9) Jabung Sisir, (10) Pondok Kelor, dan (11) Sumber Anyar. Garis ini

membatasi kesamaan pemakaian kata gddik di pesisir Probolinggo bagian timur. Garis 2 melalui desa (9) Jabung Sisir, (10) Pondok

Kelor, (11) Sumber Anyar, dan (12) Binor. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata plŠ di pesisir Probolinggo bagian timur. Garis 3 melalui desa (9) Jabung Sisir, (11) Sumber Anyar, dan (12) Binor. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata soded di pesisir Probolinggo bagian timur. Garis 4 melalui desa (7) Kalibuntu, (8) Asembagus, (9) Jabung Sisir, (10) Pondok Kelor, (11) Sumber Anyar, dan (12) Binor. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata ramu" di pesisir Probolinggo bagian timur. Garis 5 melalui desa (9) Jabung Sisir, (10) Pondok Kelor, (11) Sumber Anyar, dan (12) Binor. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata alaui di pesisir

Probolinggo bagian timur. Garis 6 melalui No.II Isoglosisoglos yang menunjukkan

kekhasan kosa kata di daerah pesisir Probolinggo bagian timur

 Keterangan   1. Gddik 2. PlŠ 3. Soded 4. Ramu" 5. Alaui 6. ussŠ 7. Mllak

(8)

desa (9) Jabung Sisir dan (10) Pondok Kelor. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata ussŠ di pesisir

Probolinggo bagian timur. Garis 7 melalui desa (7) Kalibuntu dan (8) Asembagus. Garis ini membatasi kesamaan pemakaian kata mllak di pesisir Probolinggo bagian timur.

4.1.2 PEMETAAN PERSEBARAN DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI FONOLOGI

Dalam bidang fonologi variasi unsur bahasa yang menarik ialah tentang gejala

perubahan bunyi sebagaiman telah diuraikan pada 4.2.2. Pada peta III, akan disajikan beberapa gejala perubahan bunyi yang meliputi:

1. (139) variasi /binih/ dan /binh/ ‘istri’ 2. (140) variasi /bukŠh/ dan /bkŠh/

‘rumah’

3. (143) variasi /sŠdd/ dan /soded/ ‘sendok untuk menggoreng’ 4. (145) variasi /nmŠr/ dan / nimur/

‘musim kemarau’ 5. (147) variasi /kk"/ dan /k"/ ‘menggigit’ U B T S

Peta III memuat lima garis isoglos. Garis I melalui desa (8) Asembagus, (9) Jabung Sisir, (10) Pondok Kelor, (11) Sumber Anyar, dan (12) Binor. Garis ini membatasi perbedaan pengucapan kata binih di daerah pesisir Probolinggo bagian timur dan binh di daerah pesisir Probolinggo

bagian barat. Garis 2 melalui desa (11) Sumber Anyar dan (12) Binor. Garis ini membatasi perbedaan pengucapan kata bkŠh di daerah pesisir Probolinggo bagian timur dan bukŠh di daerah pesisir Probolinggo bagian tengah sampai barat. Garis 3 melalui desa (4) Randu Putih, (7)

(9)

         S

Kalibuntu, dan (10) Pondok Kelor. Garis ini membatasi perbedaan pengucapan kata sŠdd di daerah pesisir Probolinggo bagian tengah sampai timur dan soded di daerah pesisir Probolinggo bagian timur. Garis 4 melalui desa (1) Pesisir, (2) Ketapang, (3) Mayangan, (4) Randu Putih, (5) Pesisir Tareta, (6) Karang Geger, (7) Kalibuntu, dan (8) Asembagus. Garis ini membatasi

perbedaan pengucapan kata nmŠr di daerah pesisir Probolinggo bagian tengah sampai barat dan nimur di daerah pesisir

Probolinggo bagian timur. Garis 5 melalui desa (1) Pesisir, (2) Ketapang, dan (3) Mayangan. Garis ini membatasi perbedaan pengucapan kata k" di daerah pesisir

Probolinggo bagian barat dan kk" di daerah pesisir Probolinggo bagian tengah sampai timur.

4.1.3 PEMETAAN PERSEBARAN DIALEK BAHASA MADURA DI DAERAH PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI MORFOLOGI

Morfologis bahasa Madura yang digunakan di beberapa daerah pesisir Probolinggo bervariasi. Pada peta IV akan disajikan beberapa gejala variasi morfologis bahasa Madura di daerah pesisir

Probolinggo beserta persebarannya. 1) (152) Buluna 2) (153) Du-tduan 3) (155) Mat’n 4) (157) Šburragi U B T

Garis I melalui desa (1) Pesisir, (7) Kalibuntu, dan (8) Asembagus. Garis ini membatasi perbedaan morfologi pada kata /bulu/+/na/ yang dalam pemakaiannya mempunyai varian /Bulun/. Garis 2 melalui

desa (1) Pesisir, (2) Ketapang, (5) Pesisir Tareta, (6) Karang Geger, dan (11) Sumber Anyar. Garis ini membatasi perbedaan morfologi pada kata perulangan

/dutdu/+/an/ yang dalam pemakaiannya Keterangan:  1) Buluna 2) Du-tduan 3) Mat’n 4) Šburragi 5) Abrri" No.IV isoglosisoglosyangmenunjukkankekhasan morfologididaerahPesisirProbolinggo

(10)

mempunyai varian /dutdun/ pada desa (3) Mayangan, (4) Randu putih, dan (7) Kalibuntu. Garis 3 melalui desa (1) Pesisir, (2) Ketapang, dan (4) Randu putih. Garis ini membatasi perbedaan morfologi pada kata /mat/+/n/ yang dalam pemakaiannya mempunyai varian /mat"h/ dan /mat"/.

Variasi /mat"h/ dipakai di desa (3) Mayangan, (5) Pesisir Tareta, (6) Karang Geger, (7) Kalibuntu, (8) Asembagus (9) Jabung Sisir, (10) Pondok Kelor, dan (11) Sumber Anyar, sedangkan variasi /mat"/ hanya dipakai di desa (12) Binor. Garis 4 melalui desa (2) Ketapang. Garis ini membatasi perbedaan morfologi pada kata /Šbur/+/agi/ yang dalam pemakaiannya mempunyai varian /Šbur/ yang dipakai di desa (5) Pesisir Tareta, (7) Kalibuntu, dan (8) Asembagus. Garis 5 melalui desa (3) Mayangan, (5) Pesisir Tareta, (6) Karang Geger, (8) Asembagus (9) Jabung Sisir dan (11) Sumber Anyar. Garis ini membatasi perbedaan morfologi pada kata /a/+/brri"/ yang dalam pemakaiannya mempunyai varian /mrri"in/ yang hanya dipakai di desa (12) Binor.

4.2 VARIASI DIALEK GEOGRAFI BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI KOSA KATA, FONOLOGI DAN MORFOLOGI

Pada bagian ini, ada tiga variasi yang

akan dibahas oleh peneliti yaitu variasi berdasarkan peta kosa kata, peta fonologi dan peta morfologi. Variasi kosa kata menunjukkan kekhasan bahasa Madura pesisir Probolinggo, sedangkan variasi fonologi dan morfologi memperlihatkan gejala penyimpangan kaidah bahasa Madura baku.

4.2.1 VARIASI DIALEK GEOGRAFI BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO BERDASARKAN KOSA KATA

Berdasarkan peta kosa kata dapat dilihat beberapa ciri khas dialek Bahasa Madura di pesisir Probolinggo yaitu; a) beberapa kosa kata berasal dari hasil adopsi maupun adaptasi dari bahasa lain misalnya, pada kosa kata a ŠmŠ yang berasal dari bahasa Jawa ŠmŠ, b) kecenderungan merangkapkan dua konsonan pertama pada sebuah kata misalnya, pada kata skjj" yang dalam bahasa Madura standarnya adalah sakjj", dan c) kecenderungan menambah konsonan /h/ pada sebuah kata yang berakhir vokal misalnya, pada kata dih yang dalam bahasa Madura standarnya adalah di. Berikut gambaran ciri khas dialek bahasa Madura Probolinggo (DBMPP) yang berbeda dengan bahasa Madura standar (BMS);

Kosa Kata DBMPP BMS

Hati Ath At

Gergaji Grjih Jrgjih

Usus ŠsŠs PrrŠ"

Berbicara A ŠmŠ A caca

Benang BŠla Bnna

(11)

Gigi depan yang menonjol BŠn SŠl

Kikir Crkkh crr"

Marah Bllis Ngamuk

Rakus Grmuan GrmŠgn

4.2.2 VARIASI DIALEK GEOGRAFI BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO BERDASARKAN SEGI FONOLOGI

Dalam peta fonologi, dialek bahasa Madura di pesisir Probolinggo memuat gejala fonologis yang menarik antara lain: 1. Kenaikan ucapan vokal pada suku

terbuka

/a/ //, misal: /grruan/ /grrun/ ‘kerongkongan’

2. Kenaikan ucapan vokal pada suku semi terbuka

a) // /e/, misal: /als/ /ales/ ‘alis’ b) /Š/ /u/, misal: /sŠŠt/ /sŠut/

‘kumis’

c) Dua vokal dalam satu kata misal: /nmŠr/ /nimur/ ‘musim kemarau’

/sŠdd/ /soded/ ‘sendok untuk menggoreng’

3. Penurunan ucapan vokal pada suku tertutup

/i/ //, misal: /binih/ /binh/ ‘istri’ /kŠni/ /kŠn/ ‘kuning’ 4. Perubahan vokal a) // /u/, misal: /bkŠh/ /bukŠh/ ‘rumah’ b) // //, misal: /sndu"/ /sndu"/ ‘sendok sayur’ c) /i/ /a/, misal: /nimbr"/

/nambr"/ ‘musim hujan’ 5. Penambahan konsonan /h/ pada suku

akhir misal:

/bu/ /buh/ ‘bahu’ /at/ /ath/ ‘hati’

6. Penambahan konsonan pada suku awal misal:

/skŠn"/ /skŠnn"/ ‘sedikit’ /kni"/ /knn"/ ‘kecil’

7. Penggantian konsonan pada suku awal misal:

/panci/ /banci/ ‘panci’

/mitŠ/ /bitŠ/ ‘menghitung’ /dnt"/ /nant"/ ‘tunggu’

8. Penghilangan konsonan pada suku awal misal:

/kk"/ /k"/ ‘menggigit’ 9. Penghilangan vokal pada suku awal

misal:

/skjj"/ /skjj"/ ‘sebentar’ 4.2.3 VARIASI DAILEK GEOGRAFI BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO BERDASARKAN SEGI MORFOLOGI

Dalam peta morfologi, hanya sedikit bentuk morfologis yang berbeda dengan bentuk morfologis yang terdapat dalam bahasa Madura baku. Perbedaan bentuk morfologis dalam dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo tersebut merupakan bentuk penyimpangan terhadap morfologis yang terdapat pada bahasa Madura baku.

Beberapa bentuk morfologis dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo yang berbeda dengan bahasa Madura baku antara lain sebagai berikut; dalam bahasa Madura

(12)

baku dikenal sufiks --en, seperti pada kata nakŠ’n yang berarti menakutkan, namun dalam dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo terdapat penyimpangan yaitu adanya perulangan, sehingga menjadi kŠ?nakŠ’n. Dalam bahasa Madura baku kata tersebut berarti menakut-nakuti. Selain itu, dalam bahasa Madura baku dikenal prefiks /a-/, seperti pada kata a gruh yang berarti menggaruk dalam bahasa Madura pesisir Probolinggo menjadi rugruh. rugruh dalam bahasa Madura baku

merupakan perulangan dari kata gruh yang bermakna menggaruk-garuk. Ada pula bentuk morfologis yang tidak ada dalam morfologis bahasa Madura baku yaitu sufiks /–in/ pada kata mrri"in yang dalam bahasa Madura pesisir Probolinggo bermakna memberi. Sedangkan dalam bahasa Madura baku kata brri" diberi prefiks /a-/ sehingga menjadi abrri".

Prefiks /a-/ dan /ta-/ (pada kata atmmŠh dan tatmmŠh) juga digunakan dalam dialek bahasa Madura pesisir

Probolinggo. Adapun prefiks /k-/ pada kata ktmmŠh merupakan bentuk

penyimpangan dari bentuk morfologis bahasa Madura baku yaitu prefiks /ka-/. Prefiks /ka-/ telah mengalami kenaikan ucapan vokal dari vokal /a/ menjadi //.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Madura di daerah pesisir Probolinggo dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengaruh bahasa Jawa sehingga muncul kosa kata baru yang menjadi ciri khas dialek Madura Probolinggo, serta letak geografis Probolinggo yang jauh dengan wilayah pusat bahasa Madura yaitu Sumenep.

Penyebaran pemakaian kosa kata dialek Madura di daerah pesisir Probolinggo membentuk pengelompokan wilayah, yaitu wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur. Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa wilayah pesisir barat banyak

terpengaruh bahasa Jawa. Dialek Madura di daerah pesisir memiliki kesamaan ciri dengan dialek Bangkalan yang suka merangkapkan dua konsonan pertama, sehingga terkesan lebih singkat. Sementara itu penyimpangan yang terjadi dalam bidang fonologi dan morfologi bahasa Madura Probolinggo merupakan akibat dari

rendahnya pengetahuan masyarakat pesisir Probolinggo tentang bahasa Madura baku. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara memasukkan Pelajaran Bahasa Madura ke dalam kurikulum Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Dengan begitu pengetahuan masyarakat Probolinggo tentang bahasa Madura dapat diperoleh sejak dini.

5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa bahasa Madura di daerah pesisir probolinggo bukanlah merupakan dialek tersendiri, tetapi

merupakan bagian dari suatu dialek bahasa Madura yang lebih luas.

5.1.1 PEMETAAN PERSEBARAN DIALEK BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI KOSA KATA, FONOLOGI DAN MORFOLOGI

Dalam hal persebaran unsur-unsur bahasa Madura di daerah peisir Probolinggo, tidak dijumpai adanya wilayah-wilayah

(13)

persebaran yang secara tegas dan konsisten berlaku untuk berbagai unsur bahasa Madura. Meskipun pada 4.2.1 telah dideskripsikan adanya dua wilayah kebahasaan yaitu peisir barat dan pesisir timur, kedua wilayah tersebut tidak bersifat mutlak atau berlaku untuk semua unsur bahasa Madura. Hal ini dibuktikan oleh adanya unsur-unsur bahasa Madura tertentu yang penyebarannya melampaui batas-batas kedua wilayah kebahasaan itu.

5.1.2 VARIASI DIALEK GEOGRAFI BAHASA MADURA DI PESISIR PROBOLINGGO DITINJAU DARI SEGI KOSA KATA, FONOLOGI DAN MORFOLOGI

Perbedaan yang terdapat dalam bahasa Madura pesisir Probolinggo dapat dianggap sebagai ciri khas yang dimiliki oleh bahasa Madura pesisir Probolinggo. Ciri khas dialek bahasa Madura di pesisir Probolinggo yang terlihat dalam peta kosa kata adalah a) adanya pengaruh dari bahasa lain, b)

kecenderungan merangkapkan dua konsonan pertama pada sebuah kata dan, c)

kecenderungan menambah konsonan /h/ pada sebuah kata yang berakhir vokal.

Dalam peta fonologi, dialek bahasa Madura pesisir Probolinggo memuat gejala fonologis yang menarik yaitu terdapat kenaikan ucapan vokal pada suku terbuka, kenaikan ucapan vokal pada suku semi terbuka, penurunan ucapan vokal pada suku tertutup, perubahan vokal, penambahan konsonan /h/ pada suku akhir, penambahan konsonan pada suku awal,penggantian konsonan pada suku awal, penghilangan konsonan pada suku awal, dan penghilangan vokal pada suku awal.

Dalam peta morfologi, hanya sedikit bentuk morfologis yang berbeda dengan bentuk morfologis bahasa Madura baku. Perbedaan bentuk morfologis tersebut merupakan penyimpangan terhadap morfologis yang terdapat pada bahasa Madura baku.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disajikan di atas, dapat penulis

kemukakan beberapa saran seperti di bawah ini:

1. Bagi masyarakat bahasa, bahasa merupakan identitas diri, oleh karena itu perlu untuk dilestarikan. Sebagai masyarakat bahasa kita perlu

meningkatkan pengetahuan tentang bahasa daerah, sehingga Pendidikan Bahasa Daerah perlu dimasukkan ke dalam kurikulum setiap Sekolah. Paling tidak mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Penutur asli selayaknya lebih tertarik

mempelajari bahasa daerahnya dari pada penutur asing. Kepunahan suatu bahasa tidak luput dari peran seorang penutur. Rasa bangga terhadap bahasa daerah yang dimiliki merupakan dasar yang kuat untuk pemertahanan bahasa daerah. 2. Bagi penulis selanjutnya, bahwa

permasalahan tentang bahasa Madura sangat luas terutama bahasa Madura yang berada di luar pulau Madura. Hal tersebut dikarenakan telah bercampurnya budaya Madura dengan budaya lain. Apabila hal tersebut dihubungkan dengan

keinginan untuk meneliti lebih lanjut tentang seberapa besar pengaruh

(14)

budaya luar terhadap bahasa Madura serta sejarah kosa kata bahasa Madura di luar pulau Madura, maka diperlukan penelitian lyang lebih lanjut. Hal ini juga penting untuk

mengetahui berbagai dialek bahasa Madura di luar pulau Madura yang mungkin telah mengalami

Referensi

Dokumen terkait