• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, VALUE FOR MONEY,

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN AKSESIBILITAS

LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS

PENGELOLAAN KEUANGAN

(Studi Empiris Pada SKPD di Pemerintahan Daerah Kabupaten

Klungkung)

1

Putu Riana Primayani,

1

Nyoman Trisna Herawati,

2

Nyoman Ari Surya Darmawan

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {[email protected], [email protected],

[email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini dilaksanakan di SKPD di Pemerintahan Daerah Kabupaten Klungkung. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan. Variabel dependen yaitu akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data primer. Responden dalam penelitian ini adalah pegawai bagian keuangan dan penatausahaan keuangan pada dinas-dinas yang merupakan satuan kerja perangkat daerah di Kabupaten Klungkung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dengan 81 responden. Metode pengumpulan data yaitu survey dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Skala pengukuran data dengan skala interval. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 19.0.

Hasil penelitian ini menunjukan (1) pengendalian internal berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (2) value for money berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (3) penyajian laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (4) aksesibilitas laporan keuanganberpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, dan (5) pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, dan aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Kata kunci: Aksesibilitas, Akuntabilitas, Pengendalian, Penyajian, Value for money

Abstract

This study is intended to identify the impact of the internal control, value for money, presentation of the financial statement, and the accessibility to the financial statement on the accountability of the regional financial management. This study was conducted at SKPD of Klungkung Regency. The independent variables of the study are the internal control, value for money, presentation of the financial statement and

(2)

the accessibility to the financial statement. The dependent variable is the accountability of the regional financial management.

This study is a quantitative one, in which primary data were used. The respondents were the staff of the financial division and financial administrative division employed at each department ‘satuan kerja perangkat daerah’ of Klungkung Regency. The purposive sampling technique was used and 81 respondents were involved. The data were collected through survey using the questionnaire distributed to the respondents. The data scale was measured using internal scale. The data were analyzed using the multiple regression analysis in which the SPSS program version 19.0 was used.

The results of the study showed that (1) the internal control positively affected the accountability of the regional financial management, (2) the value for money positively affected the accountability of the regional financial management, (3) the presentation of the financial statement positively affected the accountability of the regional financial management, and (5) the internal control, value for money, presentation of the financial statement, and the accessibility to the financial statement collectively positively affected the accountability of the regional financial management.

Keywords: Accessibility, Accountability, Control, Presentation, Value for money

PENDAHULUAN

Terselenggaranya good government governance (kepemerintahan yang baik) merupakan persyaratan bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan dan dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, (Halim, 2007: 81 dalam Diana Sari, 2012).

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip dari good government governance, Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut, (Mardiasmo, 2002: 20).

Pemerintah harus dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Untuk mewujudkan hal

tersebut adalah dengan melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat (Mulyana, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah (1) penyajian laporan keuangan sesuai SAP dan tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK dan komitmen untuk memantau pelaksanakan SPI; (2) Pengendalian Internal terutama pengendalian untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, (3) Pemeriksaaan keuangan oleh BPK RI terutama terkait dengan koreksi yang disampaikan oleh BPK RI agar LKPD disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem pengendalian internal. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) di Pemerintahan Kabupaten Klungkung selama 7 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2006 sampai 2012 mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP). Dengan adanya opini tersebut, maka sangat diperlukan adanya peningkatan akuntabilitas publik yang tentunya akan meningkatkan kinerja pemerintah dalam

(3)

melaksanakan pengelolaan keuangan Negara.

Faktor pertama, yang mungkin dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yaitu pengendalian internal. Pengendalian yang berupa pengendalian internal dan pengendalian manajemen berada di bawah kendali eksekutif (pemerintah pusat dan daerah) dan dilakukan untuk memastikan strategi dijalankan dengan baik sehingga tujuan dapat dicapai, sedangkan pemeriksaan (audit) dilakukan oleh badan yang memiliki kompetensi dan indepedensi untuk mengukur apakah kinerja eksekutif sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002). Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pasal 2 menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Berdasarkan hal tersebut diatas,, hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Pengendalian internal berpengaruh

positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Faktor kedua, yang dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yaitu value for money. Semakin pesatnya perkembangan dalam dunia usaha, menyebabkan persaingan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya akuntabilitas publik pada perusahaan publik dan semakin rumitnya masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi publik dalam menjalankan fungsi pengendalian dan pengawasan kegiatan perusahaan. Untuk mencapai akuntabilitas publik yang baik dengan digunakannya pengukuran kinerja value for money. Seperti yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2004:121) bahwa akuntabilitas publik bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif (value for

money). Berdasarkan hal tersebut diatas,, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2 : Value for money berpengaruh positif

terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Faktor ketiga, yang dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yaitu penyajian laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan daerah merupakan faktor penting untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang diterima umum dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Semakin baik penyajian laporan keuangan tentu akan semakin memperjelas pelaporan keuangan pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas (Nordiawan, 2010). Berdasarkan hal tersebut diatas,, hipotesis ketiga yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3 : Penyajian laporan keuangan

berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Faktor keempat, yang dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yaitu aksesibilitas laporan keuangan. Pemerintah daerah harus mampu memberikan kemudahan akses bagi para pengguna laporan keuangan, tidak hanya kepada lembaga legislatif dan badan pengawasan tetapi juga kepada masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dana publik. Akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk

(4)

meminta pertanggungjawaban tersebut (Mahsun, 2006). Untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pemerintah daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan kepada masyarakat secara terbuka dengan mengembangkan sistim informasi keuangan daerah. Berdasarkan hal tersebut diatas,, hipotesis keempat yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4 : Aksesibilitas laporan keuangan

berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian ini juga menguji pengaruh pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah secara simultan atau bersama-sama. Maka, hipotesis kelima yang diajukan sebagai berikut :

H5 : Pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan secara simultan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klungkung, karena pada pemerintahan Kabupaten Klungkung berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) selama 7 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2006 sampai 2012 mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP).

Berdasarkan paparan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk menganalisis pengaruh pengendalian internal terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (2) untuk menganalisis pengaruh value for money terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (3) untuk menganalisis pengaruh penyajian laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, (4) untuk menganalisis pengaruh aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, dan (4) untuk menganalisis pengaruh pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan

aksesibilitas laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah METODE

Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian didasarkan atas filsafat positivisme, penelitian yang digunakan meneliti populasi atau sampel tertentu, data dikumpulkan menggunakan instrument penelitian, analisis data dengan statistik atau kuantitatif, dan bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang sudah ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Populasi penelitian ini adalah 12 dinas yang ada di Kabupaten Klungkung. Teknik pengambilan sampel terhadap responden dilakukan dengan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 orang.

Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, serta aksesibilitas laporan keuangan yang merupakan variabel bebas. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data primer yang merupakan data yang bersifat kuantitatif. Data primer adalah sumber data penelitian yang langsung memberikan data pada pengumpul data (Sugiyono, 2008). Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban responden dari kuesioner yang disebar.

Analisis data dalam penelitian ini yaitu: Pertama, uji kualitas data dengan melakukan: (1) uji validitas data, dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung

dengan rtabel apabila jika nilai rhitung lebih

besar dari rtabel maka instrumen yang

digunakan dapat dikatakan valid; (2) uji reliabilitas data dilakukan dengan melihat nilai Cronbachs Alpha, jika nilainya lebih besar dari 0,6 maka instrument tersebut reliabel (Ghozali, 2007). Kedua, uji asumsi klasik dengan melakukan: (1) uji normalitas data, dapat dilakukan dengan melihat nilai Asymp Sig yang lebih besar dari 0,05 maka

(5)

data tersebut memenuhi syarat normalitas; (2) uji multikolinearitas, apabila nilai nilai tolerance lebih besar dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas; dan (3) uji heteroskedastisitas, dengan melihat nilai signifikansinya yang lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Ketiga, uji hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi berganda, dimana dalam pengujian ini akan dilakukan: (1) uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent secara keseluruhan dengan meihat nilai adjusted R square; (2) uji parsial dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel atau meihat nilai

signifikansi yang lebih kecil dari 0,05;, dan (3) uji simultan dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel,

apabila didapatkan bahwa Fhitung yang lebih

besar dari Ftabel maka dapat dikatakan

variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan. Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

1

X

1

2

X

2

3

X

3

4

X

4

Y

…. (1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai bagian keuangan dan penatausahaan keuangan pada dinas-dinas yang merupakan satuan kerja perangkat daerah di Kabupaten Klungkung. Jumlah kuesioner yang disebar yaitu 81 buah. Dari seluruh kuesioner yang kembali, sebanyak 80 kuesioner yang dapat digunakan di tahap analisis. Dari 80 responden, terdapat 47 (58,75%) responden berjenis kelamin laki-laki dan 33 (41,25%) responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden berdasarkan umur, responden dengan umur 21-30 tahun sebanyak 12 (15%) responden, 31-40 tahun sebanyak 30 (37,50%) responden, 41-50 tahun sebanyak 24 (30%) responden, dan lebih dari 50 tahun sebanyak 14 (17,50%) responden. Sedangkan, karakteristik responden berdasarkan pendidikan yaitu SMA/SMK 26 (32,50%) responden, Diploma 5 (6,25%)

responden, S1 43 (53,75%) responden, S2 6 (7,50%) responden, dan S3 0 (0%) responden.

Berdasarkan uji validitas diketahui bahwa masing-masing item pertanyaan memiliki rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung >

rtabel), rtabel dari penelitian ini adalah 0,1876.

Hal ini berarti masing-masing item pertanyaan dari variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan adalah valid.

Uji reliabilitas menunjukan variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah memiliki nilai cronbach alpha 0,809 lebih besar dari 0,6, pengendalian internal memiliki nilai cronbach alpha 0,901 lebih besar dari 0,6, value for money memiliki nilai cronbach alpha 0,896 lebih besar dari 0,6, penyajian laporan keuangan memiliki nilai cronbach alpha 0,762 yang lebih besar dari 0,6, dan aksesibilitas laporan keuangan memiliki nilai cronbach alpha 0,794 yang lebih besar dari 0,6, maka dapat dikatakan bahwa instrument yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

Hasil pengujian normalitas data dengan Uji One Sample Kolmogorof-Smirnov Test menunjukkan hasil bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,896 yang lebih tinggi dari 0,05 atau 5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Hasil pengujian multikolinearitas menunjukan nilai tolerance sebagai berikut: (1) variabel pengendalian internal memiliki nilai tolerance 0,880 yang lebih besar dari 0,10 serta nilai Variance Inflation Factor (VIF) 1,136 yang lebih kecil dari 10; (2) variabel value for money memiliki nilai tolerance 0,827 lebih besar dari 0,10 serta nilai Variance Inflation Factor (VIF) 1,210 yang lebih kecil dari 10; (3) variabel penyajian laporan keuangan memiliki nilai tolerance 0,775 lebih besar dari 0,10 serta nilai Variance Inflation Factor (VIF) 1,290 lebih kecil dari 10; (4)variabel aksesibilitas laporan keuangan memiliki nilai tolerance 0,730 lebih besar dari 0,10 serta nilai Variance Inflation Factor (VIF) 1,370 lebih kecil dari 10. Jadi, dapat disimpulkan

(6)

bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan hasil bahwa: (1) variabel pengendalian internal dengan nilai signifikansi 0,215 lebih besar dari 0,05; (2) variabel value for money dengan nilai signifikansi 0,289 lebih besar dari 0,05; (3) variabel penyajian laporan keuangan dengan nilai signifikan 0,480 lebih besar dari 0,05; dan (4) variabel aksesibilitas laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0,114 lebih besar dari 0,05.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,584, yang mengandung arti bahwa 58,4% besarnya variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah bisa dijelaskan oleh variabel pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan. Sedangkan sisanya 41,6% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berikut hasil uji koefisien determinasi:

Tabel 1. Hasil uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .778a .605 .584 2.055

a. Predictors: (Constant), Aksesibilitas_Laporan_Keuangan, Pengndalian_Internal, Value_For_Money, Penyajian_Laporan_Keuangan

b. Dependent Variable: Akuntabilitas_Pengelolaan_Keuangan_Daerah Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa: (1) pengendalian internal dengan thitung sebesar 2,694 lebih besar dari ttabel,

sebesar 1,992 serta dengan nilai signifikansi 0,009 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa pengendalian internal secara positif berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah; (2) value for money dengan thitung

sebesar 2,262 lebih besar dari ttabel,

sebesar 1,992 serta dengan nilai signifikansi 0,27 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa value for money secara positif berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah; (3) penyajian laporan keuangan dengan thitung sebesar 3,692 lebih besar

dari ttabel, sebesar 1,992 serta dengan nilai

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa penyajian laporan keuangan secara positif berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan (4) aksesibilitas laporan keuangan dengan thitung sebesar

4,589 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,992

serta dengan nilai signifikansi 0,000 lebih

kecil dari 0,05, menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan secara positif berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini berarti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa value for money berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima, dan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dihasilkan model regresi:

)

2

...(

671

,

0

3

329

,

0

2

153

,

0

1

199

,

0

726

,

2

4

X

X

X

X

Y

Berikut ini merupakan hasil uji t:

(7)

Tabel 2. Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant) 2.726 3.355 .813 .419 Pengndalian_Internal .199 .074 .208 2.694 .009 .880 1.136 Value_For_Money .153 .067 .181 2.262 .027 .827 1.210 Penyajian_Laporan_ Keuangan .329 .089 .304 3.692 .000 .775 1.290 Aksesibilitas_Laporan _Keuangan .671 .146 .390 4.589 .000 .730 1.370 a. Dependent Variable: Akuntabilitas_Pengelolaan_Keuangan_Daerah

Sumber: Data primer yang diolah, 2014 Berdasarkan hasil uji F menunjukan nilai Fhitung sebesar 28,733 lebih besar dari

Ftabel sebesar 2,72 dengan angka

signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa secara simultan terdapat

pengaruh antara pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang dihasilkan. Berikut hasil uji F: Tabel 3. Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 485.241 4 121.310 28.733 .000a

Residual 316.646 75 4.222

Total 801.888 79

a. Predictors: (Constant), Aksesibilitas_Laporan_Keuangan, Pengndalian_Internal, Value_For_Money, Penyajian_Laporan_Keuangan

b. Dependent Variable: Akuntabilitas_Pengelolaan_Keuangan_Daerah Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Pembahasan

Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, untuk hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar dari ttabel

(2,694> 1,992) maka H0 ada di daerah

penolakan, berarti H1 diterima artinya

artinya pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel pengendalian internal lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan

(0,009<0,05) sehingga H1 diterima dengan

tingkat signifikansi 0,05.

Koefisien regresi pengendalian internal bernilai positif yaitu 0,240 menunjukkan bahwa pengendalian internal mempunyai arah pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung artinya apabila pengendalian internal semakin meningkat maka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung akan semakin meningkat pula.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal (SPIP), SPI merupakan prroses yang integral pada

(8)

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien.

Tujuan sistem pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang: (1) Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, (2) Keandalan pelaporan keuangan, (3) Pengamanan aset Negara, dan (4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan pengendalian internal semakin meningkat maka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung akan semakin meningkat pula. Jadi dengan adanya pengendalian intern yang optimal dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara konsisten sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pengeluaran daerah yang dilakukan dapat berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil (manfaat) yang akan dicapai.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Angga Suprayogi (2010) yang menyatakan bahwa system pengendalian intern pemerintah memberikan pengaruh positif signifikan terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah.

Pengaruh Value For Money Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, untuk hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar dari ttabel

(2,262> 1,992) maka H0 ada di daerah

penolakan, berarti H2 diterima artinya

Value for money berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel Value for money lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,027<0,05) sehingga H2 diterima dengan

tingkat signifikansi 0,05.

Koefisien regresi Value for money bernilai positif yaitu 0,180 menunjukkan bahwa Value for money mempunyai arah pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung artinya apabila Value for money semakin meningkat maka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung akan semakin meningkat pula.

Hasil penelitian ini membuktikan teori dari Mardiasmo (2004) yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif (value for money). Sependapat dengan itu Ulum (2004) menyatakan bahwa manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik salah satunya untuk meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sabagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Indra Bastian (2006) juga mengungkapkan bahwa asumsi Akuntabilitas sebagai notasi yang hasil pertanggungjawabkan. Indikator hasil dari value for money seperti ekonomi, efisiensi dan efektivitas serta outcome harus dapat direfleksikan dan dipertangungjawabkan dalam laporan pertanggungjawaban pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa SKPD yang berada di Kabupaten Klungkung telah melaksanakan konsep value for money secara optimal. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Suparno (2012) yang menyatakan bahwa value for

(9)

money tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan.

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar

dari ttabel (3,692> 1,992) maka H0 ada di

daerah penolakan, berarti H3 diterima

artinya penyajian laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel penyajian laporan keuangan lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000<0,05) sehingga H3 diterima dengan

tingkat signifikansi 0,05.

Koefisien regresi penyajian laporan keuangan bernilai positif yaitu 0,329 menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan mempunyai arah pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Jadi semakin baik penyajian laporan keuangan maka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung akan semakin meningkat.

Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah penting, sebab pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas (Diamond, 2002 dalam Judika, 2011). Di samping itu, seiring dengan tuntutan yang dikehendaki dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, neraca pembukaan (neraca yang pertama kali dibuat) menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap pemerintah daerah. Sebab, bila Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) ingin menghasilkan laporan keuangan secara lengkap pada akhir tahun, maka perlu terlebih dahulu disusun neraca pembukaan (opening balance). Apabila hal ini tidak segera diantisipasi oleh

pemerintah daerah, maka bukan tidak mungkin reformasi dalam keuangan daerah menjadi terkesan lamban dan mandul (Halim, 2002).

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan daerah, telah terjadi reformasi mendasar sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. PP tersebut mengharuskan kepala daerah untuk menyusun dua jenis laporan keuangan yang baru yaitu: Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Aliyah & Aida Nahar (2012) dan Peggy Sande (2013) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan berperngaruh positif signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan.

Pengaruh Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Untuk pengujian hipotesis keempat, hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih

besar dari ttabel (4,589> 1,992) maka H0

ada di daerah penolakan, berarti H4

diterima artinya aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel aksesibilitas laporan keuangan lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000<0,05) sehingga H4

diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi aksesibilitas laporan keuangan bernilai positif yaitu 0,750 menunjukkan bahwa aksesibilitas laporan keuangan mempunyai arah pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Jadi semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan maka akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin baik.

Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan (Mulyana, 2006). Dalam

(10)

demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampaikannya ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lainnya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Amalia Safitri (2009), Frans Judika (2011), serta Siti Aiyah dan Aida Nahar (2012) yang menyatakan bahwa aksesibilitas laporan keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap informasi keuangan daerah.

Pengaruh Pengendalian Internal, Value

For Money, Penyajian Laporan

Keuangan, dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil analisis statistik ditemukan bahwa hipotesis keempat (H4)

yaitu pengaruh Pengendalian Internal, Value For Money, Penyajian Laporan Keuangan, dan Aksesibilitas Laporan Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah ditunjukan dari hasil uji F. Dari hasil uji F dapat dilihat bahwa Fhitung>Ftabel yaitu 28,733>2,72 dengan

signifikansi lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000<0,05), maka H5 diterima Pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, dan aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung.

Hasil ini serupa dengan pengujian pada hipotesis pertama, kedua, ketiga dan keempat. Hal ini membuktikan bahwa tinggi rendahnya tingkat akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD di Kabupaten Klungkung dipengaruhi oleh pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, dan aksesibilitas laporan keuangan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, secara parsial dapat diketahui bahwa Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Hal ini berarti semakin tinggi Pengendalian internal maka semakin tinggi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Kedua, secara parsial dapat diketahui bahwa Value for money, berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Hal ini berarti semakin tinggi Value for money maka semakin tinggi

(11)

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Ketiga, secara parsial dapat diketahui bahwa penyajian laporan keuangan, berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Hal ini berarti semakin tinggi penyajian laporan keuangan maka semakin tinggi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Keempat, secara parsial dapat diketahui bahwa aksesibilitas laporan keuangan, berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Hal ini berarti semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan maka semakin rendah akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung. Kelima, secara simultan dapat diketahui bahwa Pengendalian internal, value for money, penyajian laporan keuangan, dan aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Klungkung.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran sebagai berikut: Pertama, Laporan keuangan yang selama ini disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai acuan atau sumber dari pengelolaan keuangan daerah dapat dikatakan memberi kontribusi signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan. Mengingat begitu signifikannya pengaruh yang diberikan maka sudah seharusnya kalau SKPD harus berusaha untuk menyajikan laporan keuangan yang lengkap dan relevan termasuk neraca dan memberikan kemudahan akses bagi pengguna. Kedua, Penelitian selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup penelitian dan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel lain atau dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah seperti kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Aliyah, Siti & Aida Nahar. 2012. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara, Jurnal akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Judika, Frans. 2011. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD, Tesis Universitas Sumatra Utara.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. ---. 2004. Akuntansi Sektor Publik.

Yogyakarta: Penerbit ANDI.

MD Ihyaul Ulum. 2009. Audit Sektor Publik. Bumi Aksara, Jakarta.

Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Nordiawan, Deddi. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

(12)

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sande, Peggy. 2013. Pengaruh Penyajian

Laporan Keuangan dan Aksesibilitas laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sumatra Barat), Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Sari, Diana. 2012. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Transparansi Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi, Maret 2012.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV.Alfabeta.

Suprayogi, Angga. 2010. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan daerah (Suatu Studi Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung), Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap