• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SEKSIO SESAREA DI RUANG RAWAT GABUNG KEBIDANAN RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SEKSIO SESAREA DI RUANG RAWAT GABUNG KEBIDANAN RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI TAHUN 2012"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SEKSIO SESAREA DI RUANG

RAWAT GABUNG KEBIDANAN RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI TAHUN 2012

Indarmien Netty

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Manap Jambi ABSTRAK

Terjadinya peningkatan persalinan seksio sesarea meningkatkan morbiditas pasca operasi. Kurang lebih 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan infeksi pada rahim, alat-alat berkemih, dan luka operasi. Hasil survey awal yang penulis lakukan dari tanggal 15 Mei s/d tanggal 7 Juli 2012 terhadap 44 ibu post operasi seksio sesarea 29 (65,9%) melakukan mobilisasi dini dan 15 (34,1%) tidak melakukan mobilisasi dini, hal ini disebabkan rasa takut ibu untuk bergerak khawatir jahitan luka operasi terbuka serta rasa sakit/nyeri. Sehingga apabila ibu tidak melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka operasi. Jenis Penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang dilakukan tanggal 31 Agustus - 4 Oktober 2012 dengan sampel sebanyak 42 responden. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan 33 responden (78,6%) melakukan mobilisasi dini dengan baik dan 9 responden (21,4%) yang melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik. Untuk penyembuhan luka didapatkan 35 responden (83,3%) luka operasi seksio sesarea sembuh dengan normal dan 7 responden (16,7%) tidak sembuh dengan normal dan didapat p-value=0,028 yang berarti secara statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antar mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa mobilisasi dini sangat penting dilakukan untuk membantu penyembuhan luka post operasi seksio sesarea. Diharapkan agar RSUD H. Abdul Manap dapat lebih mengoptimalisasikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terutama pada ibu post operasi seksio sesarea dan selalu memberikan anjuran dan motivasi pada ibu post operasi seksio sesarea untuk melakukan mobilisasi dini.

Kata Kunci: Cross Sectional, Operasi Seksio Sesarea. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persalinan dengan tindakan operasi seksio sesarea dalam 30 tahun belakangan meningkat dengan pesat kebanyakan beralasan, tetapi beberapa juga tidak mempunyai alasan yang tepat, hanya karena pasien menginginkan operasi tersebut atau dokter menginginkan cara yang mudah (digilib.unimus.ac.id/25/4/ 2012).

Pada tahun 2000 dilaporkan didunia ini wanita melahirkan dengan seksio sesarea meningkat 4 kali dibandingkan 10 tahun sebelumnya, dilihat dari angka kejadian seksio sesarea dilaporkan di Amerika Serikat persalinan dengan seksio sesarea sebanyak 35% dari seluruh persalinan, Australia 35%, Skotlandia 43%, dan perancis 28% (http://wirnursing.blogspot. com/02/7/2012 jam 16.43 wib).

Persalinan seksio sesarea juga mengalami peningkatan di Indonesia, pada tahun 2005 jumlah persalinan dengan

(2)

seksio sesarea sebanyak 8% dari seluruh persalinan, tahun 2006 15% dan tahun 2007 sebanyak 21%. Menurut Bensons dalam Evariny (2009) Angka kematian pada operasi seksio sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup, angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam (http://wir-nursing.blogspot.com/02/7/2012 jam 16.43 wib). Padahal menurut JNPK-KR (2008) kehamilan/persalinan patologis hanya terjadi pada sekitar10-12% dari keseluruhan kehamilan/ persalinan.

Dengan kata lain sebagian besar (88-90%) kehamilan/persalinan akan berlangsung normal. Statistik tentang seksio sesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968), indikasi seksio sesaria yang terbanyak adalah Disproporsi Cephalo Pelvik sebanyak 21%, gawat janin 14%, Placenta previa 11%, Pernah SC 11%, Kelainan Letak 10%, Incoordinate uterine action 9%, Preeklamsia dan Hipertensi 7% (Prawirohardjo, 2007:863).

Menurut Saifuddin (2001:536) sebelum keputusan untuk melakukan seksio sesarea diambil pertimbangkan secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi setelah operasi. Mengingat bahaya terjadinya ruptur uteri sesudah seksio sesarea yang dilakukan di segmen bawah uterus, tindakan seksio sesarea hanya dilakukan untuk kepentingan bayi dan ibu yang mengalami kesulitan persalinan secara normal, misalnya Disproporsi Kepala Panggul, Disfungsi Uterus, Distosia Jaringan Lunak, Placenta Previa, Janin Besar, Gawat janin, letak Lintang dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena persalinan dengan operasi seksio sesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan dengan persalinan normal (Kasdu, 2003:26). Ancaman terbesar bagi ibu yang menjalani seksio sesarea adalah anastesia, sepsis berat, dan serangan tromboembolik (Gant, 2010:466). Meskipun teknik pembedahan dan anastesia semakin berkembang, masih banyak ibu yang

menderita komplikasi dan mengalami peningkatan mortalitas dan morbiditas saat atau setelah seksio sesarea (Fraser, 2009:573).

Komplikasi lain yang dapat terjadi setelah operasi seksio sesarea adalah infeksi, yang disebut sebagai morbiditas pasca operasi. Bahkan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Kurang lebih 90% dari morbiditas pasca operasi disebabkan infeksi pada rahim, alat-alat berkemih, dan luka operasi( http://wirnursing.blogspot. com/02/7/2012 jam 16.43 wib). Laporan morbiditas menunjukan bahwa hanya 9,5% dari sampel ibu yang melahirkan dengan seksio (n= 619) yang dilaporkan tidak mengalami morbiditas pada periode pascanatal. Dalam satu penelitian tentang infeksi luka pada post seksio sesaria, dikonfirmasikan infeksi pada luka terjadi sebanyak 34%. Penelitian lain menunjukan bahwa angka infeksi dapat mencapai 25,3%, berdasarkan defenisi seksio sesarea merupakan pembedahan “bersih” dan seharusnya memiliki angka infeksi tidak lebih dari 2% (Boyle, 2008:113).

Pada periode postnatal awal, ibu yang menjalani persalinan dengan seksio sesarea akan lebih sedikit bergerak dari pada ibu yang melahirkan spontan hal ini disebabkan karena adanya luka setelah operasi menimbulkan nyeri dan biasanya dirasakan setelah sadar dari pengaruh anastesi, adanya luka yang menimbulkan nyeri tersebut membuat pasien merasa takut dan cemas untuk melakukan mobilisasi sehingga pasien cendrung untuk berbaring, mempertahankan seluruh tubuh kaku dan tidak mengindahkan daerah pembedahan. Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita serta mencegah terjadinya thrombosis dan emboli (Mochtar, 1998:155).

Dr. K. Todd Keylock Ph.D dari Universitas Bowling Green State Ohio, dalam penelitiannya tentang latihan fisik dan penyembuhan luka menyatakan bahwa

(3)

manfaat latihan fisik pada penyembuhan luka terjadi pada awal proses hingga 6 hari pasca luka. Waktu untuk 20% penutupan luka adalah 2,5 hari lebih cepat, sedangkan waktu untuk 80% penutupan luka 51% lebih cepat dari penyembuhan luka tanpa latihanfisik.(www.kalbe.co.id/files/cdk /files/cdk-_165 /24/7/2012 jam 13.44 wib).

Penelitian yang dilakukan oleh Marliza (2010) menyatakan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap penyembuhan luka seseorang. Dengan melakukan mobilisasi pada setelah 6-10 jam pasca persalinan dengan operasi seksio sesarea akan membantu mempercepat proses penyembuhan luka post operasi seksio sesarea.

Berdasarkan data dari RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi terjadi peningkatan tindakan persalinan dengan seksio sesarea dari tahun 2010 terdapat 116 tindakan SC, tahun 2011 sebanyak 148 kasus, dan pada tahun 2012 dari bulan Januari – Juni didapatkan 184 tindakan persalinan dengan tindakan operasi seksio sesarea. Hasil survey awal yang penulis lakukan dari tanggal 15 Mei s/d tanggal 7 Juli 2012 didapatkan data persalinan sebanyak 86 kasus, dimana jumlah persalinan normal sebanyak 42 (48,8%) kasus dan persalinan dengan tindakan seksio sesaria sebanyak 44 (51,2%) kasus. Kemudian diketahui bahwa dari jumlah 44 kasus tersebut 29 (65,9%) ibu post operasi seksio sesarea diantaranya melakukan mobilisasi dengan alasan untuk mempercepat penyembuhan luka yang dialaminya.

Fenomena lain yang tampak pada saat penulis melakukan survey awal terhadap 15 (34,1%) orang ibu post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi adalah masih ditemui ibu-ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini, hal ini disebabkan rasa takut ibu untuk bergerak dikarenakan khawatir jahitan luka operasi akan terbuka serta ketakutan ibu akan rasa sakit/nyeri, masih tingginya kepercayaan ibu post operasi terhadap mitos-mitos yang ada dimasyarakat berupa: tidak boleh

banyak bergerak karena melawan pantangan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas penulis ingin mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini penulis hanya melakukan observasi (pengamatan) saja tanpa melakukan intervensi. Sedangkan data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Alasan penulis menggunakan metode ini karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012.

Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Gabung RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Oktober 2012. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Setiawan, 2010:88). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dengan luka post operasi

(4)

seksio sesarea yang dirawat di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dari tanggal 31 Agustus - 4 Oktober 2012.

Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011:43). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental sampling pada pasien post operasi seksio sesarea yang dirawat di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi pada tanggal 31 Agustus - 4 Oktober 2012 dengan sampel sebanyak 42 responden, dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

Kriteria Inklusi

1) Semua ibu post operasi seksio sesarea baik primipara maupun multipara

2) Semua ibu post operasi seksio sesarea tanpa memandang tingkatan umur Kriteria Eksklusi

Menurut Mochtar, R (2006:156) luka operasi memerlukan perawatan khusus sampai memerlukan reinsisi sering dijumpai pada pasien kebidanan dengan kondisi:

1) Anemia

2) Penderita dengan penyakit DM 3) Pasien dengan obesitas

4) Riwayat partus lama Pengumpulan Data Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, Pengumpulan data primer diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembaran observasi. Data sekunder diperoleh dari laporan harian pasien rawat inap di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang dibagi dengan 3 bagian yaitu:

1) Identitas Responden

Identitas responden berisi tentang data umum responden yang terdiri dari nomor responden, Alamat responden, tanggal dan jam operasi seksio sesarea.

2) Penyembuhan Luka

Lembar observasi untuk penyembuhan luka berisi tentang tanda-tanda penyembuhan yang terdiri dari luka kering, jaringan menyatu, serta tanda-tanda infeksi.

3) Mobilisasi Dini

Lembar observasi untuk mobilisasi dini berisi tentang tahap-tahap mobilisasi dini.

Metode Pengumpulan data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Dimana setiap ibu post operasi seksio sesarea yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil sebagai responden, kemudian diobservasi berdasarkan waktu, tanda-tanda penyembuhan luka serta tahapan mobilisasi dini yang sesuai dengan lembar observasi pada instrumen penelitian. Analisis Data

Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu mobilisasi dini dan variabel Independen yaitu penyembuhan luka operasi seksio sesarea.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi

(5)

seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 dengan uji statistik Chi-Square dengan derajat kemaknaan 5 persen atau (0,05), sehingga dalam hal ini berlaku ketentuan bila p-value > 0,05 maka Ho diterima artinya menunjukan dua variabel tersebut tidak ada hubungan, dan apabila p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak artinya menunjukan dua variabel tersebut ada hubungan (Budiman, 2011:84).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Data

Penelitian ini bersumber dari data primer yang diperoleh melalui observasi langsung pada ibu post operasi seksio sesarea yang bertujuan untuk melihat dan mengamati tentang pelaksanaan mobilisasi dini dan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea, serta data sekunder yang didapat dari laporan harian pasien rawat inap yang bertujuan untuk melihat dan memastikan identitas serta riwayat operasi seksio sesarea responden yang dirawat di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012.

Data dikumpulkan pada tanggal 31 Agustus - 4 Oktober 2012. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dibantu oleh bidan yang bertugas di ruang rawat gabung kebidanan serta mahasiswa D III kebidanan yang sedang melaksanakan praktek di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dengan menggunakan lembar observasi. Lokasi rumah penulis yang berdekatan dengan RSUD H. Abdul Manap memudahkan penulis untuk melakukan penelitian dan observasi langsung terhadap responden.

Hasil penelitian disajikan dalam dua bentuk yaitu analisis univariat yang menggambarkan distribusi dari masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel indepanden dan dependen.

Gambaran Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi tentang pelaksanaan mobilisasi dini yang dilakukan pada 42 responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 (n=42)

Diagram 1. Distribusi Pelaksanaan Mobilisasi Dini Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang Rawat Gabung

Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 (n=42)

78.60% 21.40%

(6)

Gambaran Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap 42 responden tentang tanda-tanda penyembuhan luka post operasi seksio sesarea yang dilakukan di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea Berdasar kan Tanda-Tanda Penyembuhan Luka di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 (n=42)

Berdasarkan tabel di atas diketahui seluruh responden luka post operasi tidak mengalami bengkak dan gangguan fungsi, 39 (92,8%) jaringan luka menyatu, 38 ( 90,5%) responden luka operasi tidak ada kemerahan, tidak teraba hangat dan nyeri yang meningkat, 35 (83,3%) responden luka operasi kering. Namun masih ditemukan tanda-tanda yang tidak normal yaitu 7 (16,7%) responden luka tidak kering yang didalamnya terdapat 4 (9,5%) responden merasakan nyeri yang meningkat, teraba hangat dan kemerahan pada luka post operasi dan 3 (7,2%) responden jaringan luka tidak menyatu. Untuk waktu penyembuhan luka, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Penyembuhan Luka Post Operasi SeksioSesareaBerdasar kan Waktu Penyembuhan di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas 7 (16,7%) responden luka post operasi sembuh dalam waktu > 3-4 hari dan 35 (83,3%) responden luka operasi sembuh dalam waktu ≤ 3-4 hari.

Berdasarkan cut off point untuk penyembuhan luka post operasi seksio sesarea, dari 42 responden didapatkan 35 (83,3%) responden luka operasi seksio sesarea sembuh dengan normal dan 7 (16,7%) responden tidak sembuh dengan normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Diagram 2. Distribusi Penyembuhan Luka post operasi seksio sesarea di Ruang Ra wat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 (n=42)

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea Di Ruang Rawat Gabung RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data dengan uji statistik menggunakan chi-square tentang hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012 terhadap 42 responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka post operasi

No Waktu ƒ % 1 > 3-4 hari. 7 16,7 2 ≤ 3-4 hari 35 83,3 Jumlah 42 100 83,30% 16,70% Normal Tidak Normal

(7)

seksio sesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.4 di atas didapatkan hasil dari 33 (78,6%) reponden yang melakukan mobilisasi dini dengan baik, 30 (90,9%) responden penyembuhan luka post operasi seksio sesarea berlangsung normal dan 3 (9,1%) responden luka operasi sembuh dengan tidak normal. Sedangkan dari 9 (21,4%) responden yang melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik didapatkan 5 (55,6%) responden penyembuhan luka post operasi seksio sesarea dapat sembuh dengan normal dan 4 (44,4%) responden luka operasi sembuh dengan tidak normal.

Berdasarkan uji statistik didapatkan p-value=0,028, yang berarti secara statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross sectional dimana pada penelitian ini memerlukan sampel dalam jumlah besar dan sampel hanya diukur sekali dalam waktu bersamaan, tentunya akan menunjukan hasil yang berbeda jika penulis meneliti dengan jumlah responden yang lebih besar dan mengikuti perkembangan sampel. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang penulis buat sendiri berdasarkan

pemahaman terhadap teori dan pengalaman dari penulis sendiri yang tentunya masih terbatas sebagai peneliti pemula. Pada penelitian ini tidak semua aspek yang berhubungan dengan penyembuhan luka diteliti hanya variabel yang terdapat pada kerangka konsep saja yang diteliti, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti sendiri.

Pembahasan Hasil penelitian

Pembahasan hasil penelitian yang disajikan adalah gambaran mobilisasi dini post operasi seksio sesarea, gambaran penyembuhan luka post operasi seksio sesarea serta analisis hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012, dengan hasil sebagai berikut:

Gambaran Mobilisasi Dini Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Hasil analisis menunjukan dari hasil observasi terhadap 42 responden didapat sebagian besar responden melakukan mobilisasi dini dengan baik dan sebagian kecil responden melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik.

Responden dikatakan melakukan mobilisasi dengan baik jika responden tersebut melakukan mobilisasi dini secara bertahap sesuai tahapan mobilisasi. Menurut Mochtar (1998:157) tahapan mobilisasi dini pasca operasi seksio sesarea dimulai dengan latihan pernafasan yang dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Selanjutnya Kasdu (2003:70) menyatakan menggerakkan lengan, jari-jari tangan dan kaki pada 6 jam pertama setelah operasi, miring kekiri dan kanan dimulai sejak 6-10 jam post operasi, duduk setelah 8-12 jam post operasi dan berjalan setelah 24 jam post operasi seksio sesarea.

Menurut Baston (2011:74) pada periode post natal awal ibu yang

(8)

melahirkan secara seksio sesarea akan lebih sedikit bergerak dari pada ibu yang melahirkan secara spontan, untuk itu ibu harus dimotivasi untuk melakukan mobilisasi dini. Rasa sakit atau nyeri pada luka akan terasa 2-3 hari setelah operasi, hal ini membuat ibu enggan untuk menggerakkan badan apalagi untuk turun dari tempat tidur. Kasdu (2003: 70) menyatakan walaupun demikian mobilitas harus dilakukan untuk membantu memperoleh kekuatan otot, mempercepat kesembuhan dan memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (1998:155) bahwa mobilisasi dini secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita serta mencegah terjadinya thrombosis dan emboli.

Berdasarkan hal tersebut di atas sebagian besar responden telah melakukan mobilisasi secara bertahap sesuai dengan tahapan mobilisasi atas motivasi serta anjuran dan bimbingan dari petugas yang bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka yang dialaminya. Sedangkan sebagian kecil responden yang melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik dikarenakan responden khawatir jahitan luka operasi akan terbuka serta ketakutan akan rasa sakit/nyeri jika responden bergerak atau merubah posisi.

Meskipun rasa sakit atau nyeri pada luka akan terasa 2-3 hari setelah operasi, mobilisasi dini harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan mobilisasi untuk membantu penyembuhan, mengembalikan kekuatan otot, dan diharapkan petugas senantiasa memotivasi serta membimbing ibu untuk melakukan mobilisasi dini. Jika hal ini tidak dilakukan, maka dapat mempengaruhi proses penyembuhan, menghalangi pemberian ASI secara on demand (sesuai dengan kebutuhan bayi) pada bayi, serta menghalangi ibu untuk BAK/BAB dan membersihkan diri sendiri ke kamar mandi.

Gambaran Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian dari 42 responden didapatkan sebagian besar responden luka operasi seksio sesarea sembuh dengan normal, namun masih terdapat sebagian kecil responden yang dinyatakan luka operasi tidak sembuh dengan normal, hal ini diketahui pada saat penggantian kassa perut pada hari ke 3-4 ditemukan adanya tanda-tanda infeksi yaitu kemerahan, nyeri yang semakin meningkat, teraba hangat pada daerah luka post operasi seksio sesarea serta luka tidak kering dan tidak menyatu.

Menurut Kozier (2010:393) balutan luka jahitan post operasi harus diinspeksi secara rutin untuk memastikan bahwa balutan bersih, kering, dan utuh.

Drainase yang berlebihan dapat mengidentifikasikan adanya perdarahan, infeksi atau luka terbuka. Pada saat balutan dibuka dan diganti kaji penampilan luka kering/tidak, ukuran luka, drainase, pembengkakan dan nyeri. Karena luka bedah sembuh melalui penyembuhan primer, harus diantisipasi tanda serta tahap proses penyembuhan antara lain tidak ada perdarahan atau bagian tepi luka merapat dengan baik, tanda inflamasi dan reduksi inflamasi, pembentukan jaringan parut atau sintesis kolagen yang mulai pada hari keempat. Menurut Saifuddin (2001:432) pada umumnya kassa perut diganti pada hari ke 3-4 setelah operasi yang dilakukan perawat, selanjutnya Boyle (2008:121) menyatakan bahwa pertimbangan harus diberikan balutan film (mis: opsite) yang memungkinkan penderita untuk mandi atau membasuh, memungkinkan luka dapat terlihat, serta dapat memberikan perlindungan terhadap kontaminasi luka. Luka tidak boleh dimanipulasi kecuali terdapat jaringan nekrotik atau eksudat yang berlebihan yang dapat mengganggu penyembuhan.

Menurut Suriadi (2004:13) faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

(9)

diantaranya adalah usia, nutrisi, insufisiensi vascular, obat-obatan, suplai darah, infeksi, nekrosis, serta adanya benda asing pada luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyle (2008:45) hal-hal yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah: perfusi jaringan dan oksigen, merokok, gangguan tidur, Stress, kondisi medis dan pengobatan, status nutrisi, Infeksi, asuhan kurang optimal, serta obesitas.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan tiga responden yang jaringan luka operasi seksio sesarea tidak menyatu dengan baik, ini disebabkan karena adanya infeksi (inflamasi) sehingga mempengaruhi makrofag untuk menarik fibroblas yaitu sel yang memproduksi kolagen sebagai jaringan penghubung luka yang baru.

Masih ada sebagian kecil responden yang luka post operasi tidak sembuh dengan normal, hal ini menurut penulis dapat disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post operasi tersebut diantaranya usia, nutrisi, insufisiensi vascular, obat-obatan, suplai darah, nekrosis serta kemungkinan adanya benda asing pada luka, namun hal ini terutama disebabkan karena adanya infeksi pada luka tersebut. Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka, hal ini disebabkan infeksi pada luka melibatkan proses inflamasi yang lama.

Berdasarkan hal tersebut pemantauan terhadap penyembuhan luka harus dilakukan secara rutin setelah operasi untuk memastikan bahwa balutan bersih, kering, dan utuh. Luka tidak boleh dimanipulasi kecuali terdapat jaringan nekrotik atau eksudat yang berlebihan yang dapat mengganggu penyembuhan. Untuk itu disarankan kepada bidan sebagai petugas untuk memberikan asuhan yang optimal untuk mendukung penyembuhan luka post operasi diantaranya pencegahan infeksi, pemberian nutrisi dan cairan serta mobilisasi. Apabila hal ini tidak diperhatikan tentunya akan berdampak kerugian pada pasien diantaranya semakin lama masa rawatan yang menyebabkan meningkatnya biaya perawatan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kecepatan perbaikan jaringan dengan menyediakan lingkungan yang ideal bagi penyembuhan, melindungi luka dari kemungkinan terkena bakteri patogen yang dapat membahayakan dan berulangnya luka, serta penderita dapat segera mandi atau membasuh tubuhnya, apabila luka kering dan bersih perlu ditutup dengan balutan film.

Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Post Operasi Seksio Sesarea di Ruang rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat gabung kebidanan RSUD Haji Abdul Manap Kota Jambi dari 33 (78,6%) responden melakukan mobilisasi dini dengan baik didapat sebagian besar responden luka post operasi sembuh normal dan sebagian kecil responden luka operasi tidak sembuh normal. Sedangkan dari 9 (21,4%) responden yang melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik didapat sebagian responden luka post operasi seksio sesarea sembuh normal dan sebagian kecil responden tidak sembuh normal.

Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit tertentu dengan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidur dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Ambarwati, 2009:87). Menurut Kasdu (2003:70) salah satu keuntungan dari mobilisasi dini adalah mempercepat penyembuhan luka, dengan mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Morison (2003:15) Luka dengan suplai darah yang buruk sembuh dengan lambat, jika faktor-faktor yang esensial untuk penyembuhan yang terdiri dari: oksigen, asam amino, vitamin dan mineral sangat lambat mencapai luka karena lemahnya vaskularisasi maka penyembuhan luka

(10)

tersebut akan terhambat meskipun pada pasien-pasien dengan nutrisi yang baik.

Menurut Suriadi (2004:13) faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka diantaranya adalah usia, nutrisi, insufisiensi vascular, obat-obatan, suplai darah, infeksi, nekrosis, serta adanya benda asing pada luka. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyle (2008:45) hal-hal yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah: Perfusi jaringan dan oksigen, Merokok, Gangguan tidur, Stress, Kondisi medis dan pengobatan, Status nutrisi, Infeksi, Asuhan kurang optimal, serta Obesitas.

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan responden yang melakukan mobilisasi dini dengan baik namun luka operasi sembuh dengan tidak normal, dan sebaliknya ada responden yang melakukan mobilisasi dini dengan tidak baik namun luka post operasinya dapat sembuh dengan normal, hal ini dapat disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi terhadap penyembuhan luka yang tidak hanya terbatas dengan mobilisasi dini saja diantaranya umur responden, status nutrisi, upaya terhadap pencegahan infeksi serta asuhan pasca operasi.

Selain hal tersebut di atas gaya hidup responden sebelum operasi juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka, hal ini disebabkan apabila responden tersebut melakukan olahraga secara teratur sebelum operasi, maka responden ini cendrung memiliki sirkulasi darah yang baik yang mendukung proses penyembuhan luka.

Status nutrisi ibu ketika hamil dan sebelum melahirkan terutama asupan ektra vitamin C dan Zink sangat penting bagi penyembuhan luka. Vitamin C yang terutama terdapat didalam sayur dan buah sangat berfungsi dalam mensintesis kolagen, sementara Zink sangat berpengaruh terhadap epitelisasi dan proliferasi fibroblast serta meningkatkan kerantanan terhadap infeksi.

Asuhan yang optimal sangat diperlukan dalam upaya mendukung penyembuhan luka post operasi diantaranya perawatan luka untuk

pencegahan infeksi, pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat serta mobilisasi. Hasil uji statistik didapatkan p=0,028 ,dimana p-value ini lebih kecil dari alpha yang berarti secara statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marliza (2010) di RSU Raden Mattaher Jambi tentang hubungan mobilisasi terhadap penyembuhan luka post seksio sesarea yang berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value= 0,010 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis berpendapat, bahwa dengan mobilisasi dini menyebabkan peningkatan oksigenisasi didalam sel sehingga dapat membantu perbaikan sel-sel tubuh terutama proses penyembuhan luka dan dapat meningkatkan metabolisme, dimana dengan tidak melakukan mobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan berkurangnya energi dan suplai nutrisi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi proses perbaikan sel. Untuk itu perlu dilakukan mobilisasi dini sebagai suatu usaha mempercepat penyembuhan luka post operasi seksio sesarea.

KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea di ruang rawat gabung kebidanan RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden telah melakukan mobilisasi dini dengan baik

(11)

2. Sebagian besar responden penyembuhan luka post operasi seksio sesarea sembuh normal

3. Ada hubungan yang bermakna antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post operasi seksio sesarea.

DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna, 2009

KDPK kebidanan teori dan aplikasi, Nuha medika. Jogjakarta: viii + 256 hlm

Baston, Helen, 2011

Midwifery Essentials: Postnatal. Penerbit EGC. Jakarta: x + 161 hlm.

Boyle, Maureen, 2008

Seri praktek kebidanan pemulihan luka. Penerbit EGC. Jakarta: vi + 169 hlm

Budiman, 2011

Penelitian Kesehatan. Penerbit Refika Aditama. Bandung: xi + 178 hlm

Cunningham, F. Gary, et al, 2006

Obstertri Williams edisi 21. Penerbit EGC. Ed. 21. Jakarta: x + 904 hlm

Dewi Lia Nanny Vivian, 2011

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Penerbit Salemba Medika. Jakarta: viii + 198 hlm

Fraser M Diane dan Cooper A Margaret, 2009

Myles buku ajar bidan edisi 14. Penerbit EGC. Ed. 14. Jakarta: xv + 1055 hlm

Gant, Norman f, 2010

Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetric. EGC. Jakarta: x + 564 hlm

JNPK-KR, 2008

Paket pelatihan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) asuhan obstetric esensial. Penerbit JNPK-KR. Jakarta: vii + 376 hlm

Kasdu Dini, 2003

Operasi Caesar masalah dan solusinya. Penerbit Puspa Swara. Jakarta: iv + 116 hlm

Kozier, 2010

Fundamental keperawatan, Konsep, proses dan prakt. Penerbit EGC. Ed. 7. Jakarta: xix + 1147 hlm Laporan Bulanan Dan Tahunan RSUD

HAM Kota Jambi Tahun 2011 Mochtar, Rustam, 2010

Synopsis obstetric, obstetric operatif obstertri social. Penerbit EGC. Ed. 2. Jakarta: vii + 346 hlm

Moya, J. Morison, 2003

Manajemen Luka. Penerbit EGC. Jakarta: xv + 285 hlm

Marliza, Elifia, 2010

Hubungan Mobilisasi Dini dan

haemoglobin terhadap

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea di Ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. Akademi kebidanan Prima. Jambi: viii + 41 hlm

Sastroasmoro, Sudigdo, 2011 Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta : x+281 hlm

Saifuddin, Abdul Bari, 2001

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ed. 1. cet. 2. Jakarta: xxiv + 608 hlm Saifuddin, Abdul Bari, 2002

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Ed.1. Cet.2. Jakarta: xxiv + 346 hlm

Setiawan, Ari dan Saryono, 2010

Metodologi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2. Penerbit Nuha Medika Cet. 1. Jogjakarta: viii + 236 hlm

Suriadi , 2004

Perawatan Luka. Penerbit Sagung Seto. Jakarta: ix + 187 hlm

(12)

Rasjidi, Imam, 2009

Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Adneksa Berdasarkan Evidence Based penerbit sagung Seto. Jakarta: xx + 187 hlm

Wiknjosastro, Hanifa, 2006

Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta : xxiv+992 hlmdigilib.unimus.ac.id/25/4/2012/j am 20.15 wib

http://wir-nursing.blogspot.com/2/Juli/2010/J am 16.43 wib

(13)

Gambar

Tabel 1. Distribusi  Pelaksanaan Mobilisasi  Dini  Post  Operasi Seksio Sesarea  di  Ruang  Rawat  Gabung Kebidanan  di  RSUD  H
Tabel 3. Distribusi  Penyembuhan  Luka Post  Operasi  SeksioSesareaBerdasar kan  Waktu Penyembuhan  di  Ruang Rawat  Gabung Kebidanan RSUD  H.

Referensi

Dokumen terkait

Pada alat ini papan board yang digunakan adalah Lolin v3 dan ESP8266 yang berfungsi untuk memprogram monitoring volume sampah sehingga dapat mengirimkan notifikasi ke aplikasi

Hanya yang membedakan, jika penelitian terdahulu membahas masalah pegendalian perilaku konsumen dengan melihat pengaruh aktivitas keagamaan dan pendidikan terhadap peningkatan

Selain itu, terjadinya perubahan pada kelompok petani aren yang sebelumnya belum mengenal gula semut, setelah dilakukan pendampingan menjadikan kelompok petani aren

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Akuntabilitas

interaksi senyawa marmin, skimmianin, dan aegelin dengan enzim COX-2 dari protein dengan kode PDB 6COX (tabel XV), terlihat bahwa marmin, skimmianin, aegelin, dan

Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Program Gerbang Emas Serasi berkomitmen untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan melalui pembinaan kelompok- kelompok

Konsep pemanfaatan karya cipta secara individual, yang diterapkan pada negara- negara berkembang seperti Indonesia yang termasuk didalamnya kelompok-kelompok masyarakat adat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai