• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

0

ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Assesment dalam Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si dan Dr. Budi Astuti, M. Si

Disusun Oleh:

Moh Khoerul Anwar, S. Pd 14713251002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

1

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH ASSESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Langkah Assesmen merupakan hal penting dalam layanan BK. Assesmen terdiri dari dua jenis yaitu assesmen tes dan non tes. Jelaskan perbedaaan assesmen tes dan non tes! Bandingkan kelebihan dan kelemahan assesmen tes dan non tes!

Gantina, dkk (2011) menjelaskan bahwa assesmen adalah proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Hal tersebut guna mengetahui potret tentang individu tersbut. Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa macam-macam assesmen terdiri dari penilaian formal dan penilaian informal. Dengan istilah lain, assesmen tes dan assesmen non tes. Penilaian formal (assesmen tes) (Federation for Children with Special Need dan Anastasi dan Urbina, 2007) adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu yang telah tervalidasi dan di uji menggunakan sampel dari kelompok tes dimaksudkan. Lebih lanjut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Sedangkan assesmen informal (assesmen non tes) (Federation for Children with Special Need dan Gantina, dkk, 2011) menunjukan bahwa assemen non tes termasuk observasi, wawancara, ulasan catatan, dan ulasan kinerja yang kurang terstruktur dari penilaian formal dan tidak dapat divalidasi atau diuji untuk keandalan. Assesmen non tes ini yang sering dikembangkan oleh para konselor. Drummond dan Jones (2006) menjelaskan bahwa assesmen dapat dikembangkan. Adapun langkah-langkah mengembangkan adalah sebagai berikut menentukan kebutuhan, mendefinisikan objek dan parameter tes, melibatkan masukan penasihat komite, menulis pentanyaan, melakukan uji lapangan, mengulas item, merakit salinan akhir dan mengamankan data teknis yang diperlukan. Dengan mengembangkan instrumen atau alat assesmen, maka guru BK dapat berkarya secara produktif dalam menggunakan assesmen yang tepat untuk digunakan pada tempatnya bekerja.

Dengan kata lain, perbedaan assesmen tes terletak pada bentuk instrumen yang telah tervalidasi dan terstruktur serta telah di ujikan pada sampel perilaku tertentu. Sedangkan bentuk instrumen assesmen non tes kurang terstruktur dan tidak harus di validasi terlebih dahulu. Assesmen non tes lebih relatif sederhana dan mudah di pelajari.

(3)

2

Kelebihan dari assemen tes (Anastasi dan Urbina, 2007) adalah terstruktur, terstandar dan telah di ujikan pada perilaku tertentu sesuai dengan fungsi dari tes tersebut. Selain itu, assesment tes telah di ujikan selama bertahun-tahun sehingga keandalan dan ke validannya sudah tidak di ragukan kembali. Sedangkan kelemahan assesmen tes adalah SDM yang dirasa belum memiliki ke ahlian (expert) tidak dapat digunakannya. Selain itu, untuk dapat menggunakan assesmen tes harus memiliki kemampuan dan izin seperti memiliki kartu IIBKIN, profesi psikolog dan lainnya.

Kelebihan dari assesmen non tes (Gantina, dkk, 2011) adalah assesmen yang banyak digunakan oleh para guru BK. Hal ini karena prosedur perancangannya, pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan penafsirannya relatif lebih sedarhana sehingga lebih mudah untuk difahami dan dipelajari. Sedangkan kelemahan dari assesmen non tes adalah pada penggunaan dan menginterpretasikan data. Karena instrumen yang digunakan tidak terstandar sehingga dalam menginterpretasikan sering terjadi kesalahan atau menginterpretasikan hasil assesment tersebut berbeda atau kurang tepat. Terkadang hal tersebut terjadi di lapangan, sehingga hal tersebut menjadi bagian kelemahan assesmen non tes.

2. Salah seorang mahasiswa peserta PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) mendapatkan skor IQ di bawah rata-rata. Mahasiswa tersebut merasa hasilnya tidak sesuai dengan keadaannya. Langkah apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa tersebut? Bagaiamana cara tester mengkomunikasikan hasil tes intellegensi tersebut?

Anastasi dan Urbina (2007) menjelaskan bahwa IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan dengan norma usia tertentu. Tak satupun tes intellegensi dapat menunjukan sebab-sebab kinerja seseorang. Artinya bahwa IQ atau intellegensi seseorang dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan dan kondisi tertentu. Bilamana mahasiswa tersebut lulus PIMNAS lalu secara skor tes intellegensi di bawah rata-rata maka konselor atau tester perlu mengecek hasil dari tes bakat (berfikir verbal, numerikal, skolastik, berfikir abstrak, berfikri mekanik, kecepatan dan ketelitian, relasi dan pemahaman). Dari hasil tersebut dapat dicocokkan hasilnya, jika mahasiswa tersebut memiliki hasil yang baik maka hasil tes intellegensi tersebut kurang tepat. Hal ini dimungkinkan karena keadaan saat tes kurang fit, tidak sehat, sakit, atau sedang memikirkan masalah tertentu sehingga hasil tes intellegensi tersebut belum dapat menggambarkan mahasiswa tersebut.

(4)

3

3. Seorang siswi datang untuk melakukan konseling. Siswi tersebut menyampaikan masalahnya bahwa dirinya memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Dia suka dengan guru perempuannya. Dia sulit untuk lepas dari perasaan cintanya kepada gurunya tersebut meskipun sudah berusaha. Konseli juga menceritakan bahwa dia membenci ayahnya karena ayahnya berselingkuh dan melakukan kekerasan fisik (KDRT) pada ibunya.

a. Bagaiman teknik interview yang efektif dapat digunakan terhadap kasus ini?

Masalah yang di hadapi oleh siswi tersebut adalah masalah yang muncul berkenaan dengn keadaan lingkungannya dalam hal ini adalah keluarga dan lingkungan sekolah. Hays, D. G (2013) menjelaskan bahwa assesmen yang digunakan untuk menguji hubungan interpersonal khususnya yang berkaitan dengan pasangan dan keluarga. Teknik yang digunakan adalah konseling keluarga. Sebelum melangkah mewawancarai siswi tersebut, setidaknya (interviewer) memiliki beberapa kemampuan berikut yakni kemampuan mengekpresikan kata-kata; memilih kata dan jenis pertanyaan (terbuka, tertutup, netral, menjurus); Kemampuan untuk mendengar; dan Bahasa Tubuh (kontak mata, cara duduk, ekspresi wajah, personal space, personal appearance, suara). Hal ini, supaya siswi tersebut nyaman dan merasa difahami serta merasa di mengerti oleh interviewer.

Teknik interview yang efektif dapat digunakan terhadap kasus ini adalah open-ended questions (pewawancara di harapakan mampu membuka pertanyaan terbuka seperti bagaimana keadaanmu saat ini? Sejauhmana kamu membenci ayahmu? Apa yang telah membuatmu suka pada sesama jenis, adakah pengalaman atau contoh dari salah satu anggota keluargamu?); affirmations responses (pemberian respon terhadap siswa seperti saya dapat memahami, kamu tampak kecewa dengan ayahmu yang telah menyakiti ibumu, saya dapat memahami, sepertinya berat kamu menjalani hidup ini karena suka dengan sesama jenis tapi tampak itu bukan nilai yang di anut oleh negara ini ); reflective listening (pernyataan-pernyataan yang bersifat refelktif atau pantulan seperti apakah ada perubahan antara dirimu yang dulu dan sekarang? Perubahan apa yang muncul dalam dirimu?), dan summary statement (pernyataan simpulan seperti saya dapat memahami bahwa kejadian ini bermula dari keluarga yang secara terus menerus sehingga membuatmu benci ayahmu, saya rasa ini berkaitan dengan pengalamanmu di masa lalu sehingga kamu menyukai sesama jenis di bandingkan lawan jenis)

(5)

4

b. Bagaiman proses assesmen dilakukan (dari mulai orientasi masalah, identifikasi masalah, alternatif solusi, pengambilan keputusan, hingga evaluasi terhadap solusi yang efektif)?

Penulis rasa, assesmen yang di lakukan akan berkaitan dengan teori konseling yang akan digunakan dalam membantu masalah siswi tersebut. Proses assesmen assesmen yang dilakukan menurut Hay D G (2013) menjelaskan bahwa proses assesmen meliputi 4 hal yakni seleksi tes, seleksi administrasi, interpretasi tes dan Communication of Fundings. Keempat hal tersebut yang perlu dan harus ada selama proses assesment. Pada saat orientasi masalah, siswa difahamkan untuk mengenali masalah-masalah yang ada pada dirinya, pengalamannya di masa yang lalu, hubungannya dengan keluarganya dan perlakuan keluarganya di masa kecil. Setelah siswi tersebut dapat di fahami beberapa hal tersebut, kemudian konselor atau guru BK mengarahkan siswi tersebut untuk mengidentifikasi masalah yang di alaminya. Untuk melakukan kedua hal tersebut, mengenali dan mengidentifikasi masalah peran konselor atau guru BK sangat penting.

Tereksplorasinya masalah siswi tersebut tergantung konselor atau guru BK tersebut membimbing dan membantu mengarahakan siswi tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang membantu kesadaran siswi tersebut. Pada tahap selanjutnya adalah memberikan alternatif-alternatif solusi yang telah siswi temukan berdasarkan bantuan dari konselor atau guru BK. Alternatif-alternatif solusi yang telah di temukan, konselor membantu untuk memahami konsekwensi dari masing-masing konsekwensi yang akan di ambilnya. Setelah siswi tersebut dapat memahami konsekwensinya, maka konselor mengarahkan siswi tersebut agar mengambil keputusan sesuai dengan kemampuan dirinya tanpa ada paksaan dari siapapun. Selanjutnya, konselor mengevaluasi apakah solusi yang telah di ambil tersebut telah tepat bagi siswa tersebut? Lalu bagaimana perkembangan siswa saat ini, sudah ada perubahan apa ?.

Konselor berperan sebagai pengarah dan pembimbing untuk membantu masalah siswa sehingga siswa akan terbangun kesadarannya dan muncul perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun teori konseling yang akan digunakan adalah teori gestalt. Unfinished business yang muncul dalam masalah ini adalah ia membenci ayahnya ayahnya berselingkuh dan melakukan kekerasan fisik (KDRT) pada ibunya.

(6)

5

4. Kesulitan guru BK adalah menindak lanjuti dan mengevaluasi hasil assesmen dari siswa baik tes maupun non tes. Bagaimana upaya guru BK untuk menyelesaikan kesulitan tersebut!

Menurut saya, setelah melakukan assesmen tugas guru BK adalah melakukan upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya (permendikbud, no 111, 2014). Dari hal tersebut tmapak jelas bahwa sejauh mana guru BK mampu mengarahkan siswa agar tercapai kemandirian dalam kehidupannya sehingga masalah yang di hadapi olehnya dapat teratasi dengan sendirinya. Adapun upaya yang perlu dilakukan guru BK atau konselor setelah melihat hasil assesment adalah kembali pada tujuan dari evaluasi (Oguniyi, 1984) yaitu menentukan efektivitas relatif dari program dalam hal output perilaku siswa untuk membuat keputusan yang dapat diandalkan tentang perencanaan pendidikan; memastikan layak waktu, energi dan sumber daya yang diinvestasikan dalam sebuah program; mengidentifikasi pertumbuhan siswa atau kurangnya pertumbuhan dalam memperoleh pengetahuan yang diinginkan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai sosial; membantu guru menentukan efektivitas teknik pengajaran mereka dan bahan pembelajaran; membantu memotivasi siswa untuk ingin mempelajari lebih lanjut karena mereka menemukan kemajuan mereka atau kurangnya kemajuan dalam tugas-tugas yang diberikan; mendorong siswa untuk mengembangkan rasa disiplin dan kebiasaan belajar yang sistematis; memberikan administrator pendidikan dengan informasi yang memadai tentang efektivitas guru dan kebutuhan sekolah; memperkenalkan orang tua atau wali dengan penampilan anak-anak mereka; mengidentifikasi masalah yang mungkin menghambat atau mencegah pencapaian tujuan yang ditetapkan; memprediksi kecenderungan umum dalam pengembangan proses belajar-mengajar; memastikan manajemen ekonomis dan efisien sumber daya yang langka; memberikan dasar obyektif untuk menentukan promosi siswa dari satu kelas ke serta penghargaan lain sertifikat; dan memberikan hanya dasar untuk menentukan pada tingkat apa pendidikan yang pemilik sertifikat harus memasukkan karier. Dengan kembali pada tujuan evaluasi, maka guru BK atau konselor akan melakukan langkah-langkah untuk menindaklanjuti hal-hal yang ada pada hasil assesmen tersebut.

Selanjutnya Stone dan Dahir, 2007 (Gysbers dan Henderson, 2012) menyatakan bahwa dalam evaluasi perlu menggunakan 6 langkah (MEASURE) yaitu mission (tujuan dari program-program yang telah ditetapkan), element (mengidentifikasi dan menguji

(7)

6

untuk meningkatkan perencanaan sekolah), analyze (menentukan hambatan-hambatan yang berdampak pada prestasi siswa), stakeholders-unite (menyediakan informasi untuk para pemangku kebijakan sehingga akan fokus pada intervensi, pengembangan timeline dan mengidentifikasi tanggung jawab), result (menganalisis dan menfokuskan ulang pada pendeskripsian selama proses keberlangsungan program) dan educate (mempublikasikan hasil laporan sehingga menjadi bahan atau dasar dalam penyusunan program berikutnya). Jika konselor atau guru BK dapat melakukan MEASURE dengan baik, maka tidak akan menutup kemungkinan adanya kesulitan dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi dan Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Indexs.

Drummond dan Jones. (2006). Assesment Prosedure for Counselors and Helping Profesionals. US: Pearson.

Federation for children with special need. Assesment. Boston: Massachusetts University. Gantina K, Eka W, dan Karsih. (2011). Assesmen teknik nontes dala perspektif BK

komprehensif. Jakarta: Indexs.

Gysbers dan Henderson. (2012). Developing and Managing: Your School Guidance and Counseling Program. Alexandria: ACA

Hays. Danica, G. (2013). Assesment in Counseling. Alexandria: ACA Wiley.

Ogunniyi, M. B. (1984) Educational Measurement and Evaluation. Longman Nig. Mc. Ibadan

Permendikbud. (2014). Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Giving Question and Getting Answer dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Motivasi

Perompak yang berjaya merompak bank itu semalam telah diberkas oleh pihak polis.. Bank yang berjaya dirompak oleh perompak semalam telah diberkas oleh

Pada tingkat keyakinan 90% hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh variabel di dalam kinerja fundamental perusahaan maupun variabel kinerja industri yang

Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat

Susunan ruang yang ada dalam rumah tinggal masyarakat Julah saat ini, di komparasi dengan bukti sejarah dan hasil wawancara serta observasi sehingga dihasilkan sebuah temuan yang

Budući da današnja školska knjižnica nije više samo mjesto skupljanja znanja i njegova posredovanja korisnicima, već i mjesto gdje se to znanje pretražuje i

Dari berbagai alasan yang telah dipaparkan oleh siswa menunjukkan masih ada yang mengalami miskonsepsi tentang benda yang bukan magnet dapat dijadikan sebagai magnet padahal