Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________
Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kesiapan Mental Menghadapi
Persalinan di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat
Sintikhewati Yenly Sucipto
Mahasiswa Akademi Kebidanan Panti Wilasa Dr. M. Sakundarno Adi, MSc
Penyunting Ahli Jurnal Kebidanan Panti Wilasa
Abstrak
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan kesiapan mental menghadapi persalinan di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat.
Metode : rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua ibu yang melahirkan anak pertama yang tercatat di PKD Kalisidi pada periode Januari-Juli 2009. Sampel ini sebanyak 30 orang.Dalam penelitian ini analisis data dilakukan pada tiap variabel yang digunakan. Peneliti menggunakan analisa univariat untuk melihat distribusi setiap variabel yang diteliti dan menggunakan analisa bivariat untuk menyatakan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.
Hasil : Jumlah ibu yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat periode Januari-Juli 2009 adalah sebanyak 20 responden (66,7 %). Sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,7 %). Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP/sederajat yaitu sebanyak 13 responden (43,3 %). Sebagian besar responden mempunyai jumlah pendapatan keluarga rendah atau sebesar <Rp 500.000,- /bulan yaitu sebanyak 17 responden (56,7 %). Sebagian besar responden ditemani oleh suami dan atau keluarga pada saat proses persalinan yaitu sebanyak 25 responden (83,3 %). Sebagian besar responden melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali yaitu sebanyak 25 responden (83,3 %)
Kesimpulan : Ada hubungan antara usia ibu hamil maupun jumlah pendapatan keluarga dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari tingkat kecemasan ibu. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan maupun frekuensi ANC dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari kecemasan ibu.
Kata kunci : kesiapan mental, kecemasan
Kerangka Pemikiran
Kesiapan bukanlah kata yang baku, tetapi kesiapan mempunyai makna yang sama dengan kata siap. Arti kata siap adalah sudah sedia atau sudah disediakan. Bisa juga dikatakan sesuatu yang direncanakan.(11) Kesiapan mental adalah segala sesuatu yang menyangkut batin dan watak manusia atau bagian yang
bukan jasmani dari seseorang yang berada dalam kondisi siap atau yang sudah direncanakan sebelumnya.
Kesehatan mental yang baik didasari perasaan aman (a feeling of security). Perasaan ini timbul dari kepercayaan diri yang menjadikan seseorang individu merasa bahwa ia menjadi bagian
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ (belonging), bahwa ia betah atau kerasan
(at home) di mana ia berada, bahwa ia menginginkan dan mempunyai cukup kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri terhadap banyak situasi. Mental yang sehat tidak berarti tidak ada atau tanpa kesukaran-kesukaran dan persoalan-persoalan, tetapi lebih ditandai oleh ”kemampuan untuk menghadapi persoalan secara efektif dan memuaskan”. Seorang yang mempunyai mental yang sehat akan belajar bagaimana ia dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya.
Ibu hamil yang sudah masuk perkembangan yang lebih dewasa, akan mempunyai emosi yang lebih stabil. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesiapan mental ibu dalam menghadapi persalinan merupakan respon ibu untuk melakukan penyesuaian diri melalui emosi yang stabil dalam menghadapi situasi yang akan terjadi dalam proses persalinan. Kebingungan yang kronis juga dapat menimbulkan ketegangan otot pada muka dan kulit kepala sehingga orang merasakan sakit kepala sehingga membuat ibu sulit berfikir. Perasaan marah, benci, rasa bersalah atau cemas akan membuat asam lambung meningkat sehingga menyebabkan rasa nyeri pada lambung. Bagian mana yang akan terpengaruh oleh situasi emosi tergantung pada kelemahan bawaan. Pada proses persalinan, kelemahan yang dialami itu dipacu oleh datangnya kontraksi atau keadaan fisik yang memang tidak sehat. Kesiapan mental ibu hamil dalam menghadapi persalinan yang didasari pada emosi ibu, dapat tampak sebagai berikut :
a. Ibu tidak marah(15)
Rasa marah timbul karena terhalangnya pemuasaan kebutuhan. Emosi ini dapat menimbulkan motif menyerang terhadap sesuatu yang menyebabkan kemarahan.
b. Ibu tidak takut(15)
Rasa takut dapat menimbulkan motif untuk menghindarkan situasi. Ketakutan yang berlebihan pada ibu hamil yang menghadapi persalinan akan membuat ibu tidak berani untuk menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Takut juga dapat menyebabkan hilangnya rasa aman dan dapat pula menyebabkan hilangnya kepercayaan diri oleh karena adanya perasaan ketidak-mampuan menghadapi sesuatu situasi tertentu.
c. Ibu tidak cemas(15)
Cemas adalah perasaan takut yang tidak mempunyai arah, sehingga orang yang mengalaminya tidak begitu yakin akan apa yang ditakutinya. Perasaan takut yang merupakan reaksi terhadap sesuatu hal atau situasi tertentu. Makin lama melalui proses belajar dan pengalaman menjadi suatu perasaan yang kabur (tidak terarah) yang dialami oleh seseorang dalam pelbagai situasi. Perasaan tidak tenang ini disebut cemas.
Salah satu bentuk ketidaksiapan mental yang tampak saat ibu menghadapi persalinan adalah kecemasan ibu. Menurut Rathus (dalam Nawangsari, 2001, h.79), kecemasan adalah keadaan psikologi yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan.(16) Kecemasan menurut Spielberger (dalam Purboningsih, 2004, h.24) adalah suatu reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya yang tidak nyata atau imaginer dimana reaksi ini muncul bersama pengalaman otonom dan subyektif yang dirasakan sebagai ketegangan, ketakutan dan kegelisahan.(17) Mengacu pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan terhadap berlangsungnya proses persalinan adalah suatu reaksi emosional yang tidak menyenangkan
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ terhadap sesuatu yang harus dihadapi
yaitu proses persalinan, di mana hal ini dirasakan sebagai ketegangan, ketakutan dan kegelisahan.
Meskipun kecemasan muncul sebagai gejala yang normal, tetapi kecemasan juga dapat muncul sebagai gejala yang menyertai gangguan jiwa (Salan, 1997). Keadaan cemas yang wajar merupakan respon terhadap ancaman atau bahaya luar yang nyata jelas dan tidak bersumber pada adanya konflik. Sedangkan cemas yang sakit (anxietas) merupakan respon terhadap adanya bahaya yang lebih komplek, tidak jelas sumber
penyebabnya, dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada dalam diri sendiri (Husodo, 1998).(18) Oleh karena itu, ibu yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi akan semakin tidak siap dalam menghadapi persalinan.
Faktor-faktor kesiapan mental menghadapi persalinan adalah Dukungan suami dan keluarga(10, 19) Tingkat pendapatan(20, 21, 22) Tingkat pendidikan(20) Frekuensi Antenatal Care (ANC)(10) Frekuensi kelas prenatal(4) Paritas(3) Intensitas nyeri(3, 10, 19) Usia(3)
.
Gambar 1. Kerangka Konsep
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan ”Cross Sectional”. Sampel yang digunakan adalah semua ibu yang melahirkan anak pertama yang tercatat di PKD Kalisidi pada periode Januari-Juli 2009. Sampel ini sebanyak 30 orang.Dalam penelitian ini analisis data dilakukan pada tiap variabel yang
digunakan. Peneliti menggunakan analisa univariat untuk melihat distribusi setiap variabel yang diteliti dan menggunakan analisa bivariat untuk menyatakan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.
Paritas Usia Dukungan suami & keluarga
Kesiapan mental menghadapi persalinan Intensitas nyeri Tingkat Pendidikan Frekuensi kelas prenatal Jumlah pendapatan Frekuensi ANC
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ Hasil Penelitian
KESIAPAN MENTAL MENGHADAPI PERSALINAN
Angka tingkat kecemasan tinggi pada ibu di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat periode Januari-Juli 2009 adalah 66,7% dari 30 persalinan. Angka ini terbilang tinggi karena prosentase angka melebihi 50% dari total persalinan ibu primigravida yang ada di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat periode Januari-Juli 2009.
Meskipun pada penelitian ini peneliti tidak meneliti bagaimana dengan persalinan ibu yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi, tetapi pada buku Penerapan Psikologi dalam Perawatan menuliskan bahwa tingkat kecemasan tinggi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak siap mental menghadapi persalinannya. Ibu yang tidak siap mental dalam menghadapi persalinan dapat mengalami hambatan dalam proses persalinan.(6)
HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN USIA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase sebagian besar responden dengan tingkat kecemasan tinggi berumur < 20 tahun yaitu sebesar 100%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa ibu hamil dengan usia < 20 tahun mengalami ketidaksiapan mental dalam menghadapi persalinan.(24) Kesiapan mental ibu hamil dalam menghadapi persalinan dapat tampak dari kondisi ibu tidak cemas.(15) Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Chi-square diperoleh x2 hitung sebesar 2,071 dengan nilai p sebesar 0,006. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan tingkat kecemasan. Setelah melihat tabel analisa, dari 10 ibu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi yaitu ibu dengan usia < 20 tahun, 6 di antaranya mempunyai tingkat pendapatan rendah. Menurut peneliti, hal ini juga
mempengaruhi hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan ibu.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENDIDIKAN
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa prosentase sebagian besar responden dengan tingkat kecemasan tinggi adalah ibu yang mempunyai tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 76,9%. Sedangkan 50% responden dengan tingkat kecemasan tinggi, mempunyai tingkat pendidikan SMA. Hasil uji statistik dengan uji Chi-square juga memperoleh x2 hitungsebesar 1,411 dengan nilai p sebesar 0,494. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENDAPATAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat kecemasan tinggi adalah ibu yang memiliki pendapatan < Rp 500.000,- /bulan yaitu sebanyak 82,4%. Dalam teori dikatakan bahwa sedikitnya pendapatan keluarga membuat ibu tidak bisa mencapai akses untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Ketergantungan akan sosial ekonomi keluarga ini dapat menimbulkan stress (tekanan batin) pada ibu. Keadaan tidak menyenangkan yang dimulai dari kehamilan akan berpengaruh pada kesiapan mental ibu dalam menghadapi persalinannya.(13,20) Kesesuaian ini bisa disebabkan karena 56,7% dari 30 responden memiliki jumlah pendapatan keluarga dengan kategori rendah. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji Chi-square juga didapatkan nilai x2 hitung sebesar 8,532 dengan nilai ρ sebesar 0,014 yang membuktikan bahwa antara jumlah pendapatan dengan tingkat kecemasan ibu terdapat hubungan. Hasil tersebut
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ dapat juga disebabkan karena 6 dari 17
responden dengan berpendapatan rendah, mempunyai usia < 20 tahun di mana usia juga berhubungan tingkat kecemasan. HUBUNGAN TINGKAT
KECEMASAN DENGAN FREKUENSI ANC
Kepercayaan dan kenyamanan yang mulai ibu dapat dari saat ANC akan mempengaruhi kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.(10) Teori ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat kecemasan tinggi adalah ibu yang lebih sering melakukan kunjungan ANC yaitu dengan frekuensi ANC > 4 kali sebanyak 68%. Selain itu, berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji Chi-square, diperoleh nilai x2 hitung sebesar 0,120 dengan nilai ρ sebesar 0,729. Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi ANC dengan tingkat kecemasan ibu.
Kesimpulan
1. Jumlah ibu yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Barat periode Januari-Juli 2009 adalah sebanyak 20 responden (66,7 %)
2. Sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 responden (66,7 %)
3. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP/sederajat yaitu sebanyak 13 responden (43,3 %) 4. Sebagian besar responden mempunyai jumlah pendapatan keluarga rendah atau sebesar <Rp 500.000,- /bulan yaitu sebanyak 17 responden (56,7 %) 5. Sebagian besar responden ditemani oleh suami dan atau keluarga pada saat proses persalinan yaitu sebanyak 25 responden (83,3 %)
6. Sebagian besar responden melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali yaitu sebanyak 25 responden (83,3 %)
7. Dalam uji statistik dengan uji Chi-square didapatkan bahwa ada hubungan antara usia ibu hamil maupun jumlah pendapatan keluarga dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari tingkat kecemasan ibu.
8. Dalam uji statistik dengan uji Chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan maupun frekuensi ANC dengan kesiapan mental dalam menghadapi persalinan yang ditinjau dari kecemasan ibu.
9. Hasil penelitian belum bisa membuktikan kesiapan mental ibu dalam menghadapi persalinan karena peneliti hanya meninjau dari tingkat kecemasan ibu.
Saran
1. Ibu dapat memperbanyak pengetahuan maupun informasi dari berbagai media agar ibu tahu akan sesuatu yang sedang dihadapi.
2. Ibu dapat menentukan tenaga kesehatan yang membuat ibu merasa nyaman.
3. Ibu dapat mencari kegiatan yang dapat membuat ibu senang dan tidak jenuh.
4. Ibu diharapkan dapat beinteraksi dan bekerja sama, menceritakan apa yang menjadi permasalahan tentang kehamilan ibu pada tenaga kesehatan di setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan.
5. Setiap kali kunjungan ANC, tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi ibu dan memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan persalinan.
6. Tenaga kesehatan dapat melibatkan suami dan keluarga dalam melaksanakan asuhan kebidanan. 7. Tenaga kesehatan dapat memberikan
perhatian lebih dan dukungan intensif kepada ibu hamil berusia < 20 tahun
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ tanpa memberikan intervensi yang
tidak perlu.
Daftar Pustaka
1. Pusat pendidikan tenaga kesehatan. Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusat pendidikan tenaga kesehatan WHO-JHPIEGO;2003.h3;37.
2. Varney, H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC; 2007.h.492;501.
3. Walsh L, Petree B. Memelihara kenyamanan dan manajemen nyeri. Dalam: Walsh, L. Buku ajar kebidanan komunitas. Jakarta: EGC;2007.h.261.
4. Varney, H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC;2007.h.687-9.
5. Varney, H. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC;2007.h.700.
6. McGhie, Andreu. Penerapan psikologi dalam perawatan. Yogyakarta:Andi; 1996.h.24.
7. Endjun, JJ. Mempersiapkan persalinan sehat. Jakarta: Puspa Swara;2002.h.30.
8. Anonymous. Kematian ibu petaka yang sulit surut. Juli 2007 [Diakses tanggal 10 September 2008]. Didapat dari: http://www.majalah-farmacia.com
9. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Buku I standar pelayanan kebidanan. Cetakan IV. Jakarta: IBI;2006.h.1-2.
10. Pusat pendidikan tenaga kesehatan. Asuhan Intrapartum. Jakarta: Pusat pendidikan tenaga kesehatan WHO-JHPIEGO;2003.h.3-6.
11. Purboningsih, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka; 1982.
12. Anonymous. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Februari 2009. Didapatdari:
http://id.wikipedia.org/wiki/jiwa 13. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC;1998.h.157.
14. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi. Asuhan Persalinan Normal. Edisi ketiga (Revisi). Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik; 2007.h.22.
15. Maria, Chatarina. Perilaku. Jakarta: Akademi Keperawatan SintCarolus program D-III;1997.h.16.
16. Nawangsari, N.A.F. Pengaruh Self-Efficacy dan Expectancy-value terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Jurnal Psikologi: Insan Media. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Erlangga. 2001.
17. Purboningsih, E.R. 2004. Hubungan antara orientasi locus of control dengan tingkat kecemasan. Journal Psikologi. 2004;Vol.14, Nomor 2, September 2004 (38-52).
18. Nitafitria. Kecemasan. Januari 2009 [Diakses tanggal 9 Februari 2009].
Didapat dari:
http://nitaftria.wordpress.com
19. Bachman, JA.Penatalaksanaan rasa tidak nyaman. Dalam: Bobak IM, Maria A, Wijayarini, Anugerah P. Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.h.255 20. Manuaba IBG. Konsep obstetri dan
ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC; 2001.h.80.
21. Johnson, PA.Seksualitas remaja, kehamilan, dan menjadi orangtua. Dalam: Bobak IM, Maria A, Wijayarini, Anugerah P. Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.h.826.
22. Soetjiningsih. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2004. h.140.
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010___________________________ 23. Anonymous. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Februari 2009. Didapat dari: http://id.wikipedia.org/wiki/usia 24. Anonymous. Kehamilan. Tanggal 4
Agustus 2007. [Diakses tanggal 3 November 2008]. Didapat dari:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
25. Hurlock, E. Psikologi perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga; 2002.h.189.