PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2002
TENTANG
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan konsumsi daging yang terus menerus mengalami peningkatan yang menyebabkan volume pemotongan hewan di Kota Bontang terus mengalami peningkatan
b. bahwa retribusi potong hewan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial untuk membiayai pembangunan maupun kegiatan Pemerintah lainnya di Kabupaten Kota.
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Bontang tentang Retribusi potong hewan.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan;
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-undang No. 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3896) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Tahun 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);
4. undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 (Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. 7. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pertanian Kota Bontang.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BONTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN (DICABUT)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Bontang;
3. Kepala Daerah adalah Walikota Bontang.
4. Dinas Pertanian adalah dinas teknis yang menangani perizinan Rumah Potong Hewan dan kegiatan pemotongan hewan.
5. Rumah Potong Hewan adalah Bangunan atau kompleks bangunan yang prasarananya hanya dipergunakan untuk kegiatan pemotongan ternak dan di tetapkan oleh Walikota. 6. Hewan potong adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba,
babi dan unggas (ayam, mentok, itik dan merpati).
7. Daging adalah bagian-bagian dari hewan yang telah di potong dan layak di komsumsi kecuali yang telah di awetkan dengan cara lain dari pada pendinginan.
8. Usaha pemotongan hewan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang/ badan yang melaksanakan pemotongan hewan di rumah potong hewan.
9. Kandang adalah suatu bangunan yang di sediakan oleh Pemerintah Daerah guna mengistirahatkan atau menempatkan sementara hewan yang akan di potong serta untuk melakukan pengawasan pemeriksaan hewan potong. 10. Angkutan daging adalah kendaraan bermotor khusus yang di
sediakan oleh Pemerintah Daerah untuk mengangkut daging dari rumah potong hewan ke tempat penjualan daging.
11. Pemeriksaan hewan adalah pemeriksaan kesehatan hewan potong sebelum di sembelih (Ante-mortem)
12. Pemeriksaan daging adalah pemeriksaan daging dan bagian-bagiannya setelah selesainya penyemblehan (Post-morten). 13. Penyidik adalah pejabat PNS yang berwenang melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah (Perda) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota Bontang. 14. Kemajiran suatu kondisi ternak Besar Betina Bertanduk (B3)
yang tidak dapat menghasilkan keturunan.
kondisi ternak khususnya ternak betina bahwa ternak tersebut tidak produktif/ tidak menghasilkan keturunan. 16. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian fasilitas tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
17. Fasilitas lainnya adalah pemeriksaan ternak potong, kandang, pemeriksaan daging dan angkutan daging.
18. Pemotongan darurat adalah pemotongan ternak yang di lakukan secara terpaksa karena kecelakaan sehingga keadaan sangat menghawatirkan.
BAB II
OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Subyek retribusi meliputi orang pribadi atau badan yang melaksanakan pemotongan hewan dengan maksud untuk diperjual belikan.
(2) Obyek retribusi meliputi hewan yang akan dipotong.
Pasal 3
Rumah potong hewan disediakan dan dipelihara oleh Pemerintah Daerah untuk dapat dimanfaatkan oleh yang berkepentingan.
Pasal 4
(1) Kandang penampungan hewan potong di bangun dan dikelolah oleh Pemerintah Daerah dan dapat dipergunakan oleh yang berkepentingan untuk menampung hewan sebelum
di potong.
(2) Hewan potong sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diistirahatkan minimal 8 jam sebelum di potong. (3) Tata cara system pelaksanaan pemotongan hendaknya
mengindahkan norma dan kaidah hukum agama yang menjamin ketentraman konsumen
Pasal 5
Selain Rumah Potong Hewan Pemerintah Daerah juga menyediakan pemeriksaan hewan potong, kandang dan pemeriksaan daging.
Pasal 6
Orang Pribadi atau Badan yang bergerak di bidang usaha pemotongan hewan di wajibkan untuk memotong hewan pada Rumah Potong Hewan.
BAB III
PEMERIKSAAN ULANG
Pasal 7
Orang Pribadi atau Badan yang memasukkan daging dari luar Wilayah Kota Bontang wajib diperiksa ulang oleh Petugas yang di tunjuk
Pasal 8
Tata cara pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud pasal 7 diatas, diatur lebih lanjut sesuai dengan Keputusan Walikota.
BAB IV P E R I Z I N A N
Pasal 9
(1) Orang Pribadi atau Badan yang melakukan usaha untuk menyediakan daging harus memperoleh surat izin dari Walikota.
(2) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku untuk 2 (dua) tahun.
(3) Untuk mendapatkan ijin dimaksud dikenakan biaya Rp. 250.000.-
BAB V
WAJIB RETRIBUSI
Pasal 10
Orang pribadi atau badan sebagai wajib retribusi daerah mempunyai kewajiban untuk :
a. Membayar retribusi pemotongan hewan.
b. Membayar retribusi pengandangan hewan potong. c. Membayar retribusi pemeriksaan hewan potong. d. Membayar retribusi pemeriksaan daging.
e. Untuk daging dari luar daerah diwajibkan membayar retribusi pemeriksaan ulang daging.
Pasal 11
Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 10 tidak berlaku bagi pemotongan hewan untuk keperluan upacara adat dan keagamaan.
Pasal 12
Macam - macam yang dikenakan retribusi sebagaimana pasal 10, adalah sebagai berikut :
a. Retribusi pembayaran fasilitas (sewa) tempat pemotongan b. Retribusi pemeriksaan hewan sebelum dipotong (untuk
market)
c. Retribusi (sewa) kandang penampungan hewan. d. Retribusi pemeriksaan daging (post morten)
e. Retribusi pemeriksaan kemajiran hewan betina tidak produktif
BAB VI T A R I F
Pasal 13
Tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 12 lebih lanjut diatur berdasarkan Surat Keputusan Walikota atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Bontang.
Pasal 14
(1) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 di atas tidak termasuk ongkos potong.
(2) Besarnya ongkos potong sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini dan cara pembayarannya kepada Tukang Potong akan ditetapkan dengan Keputusan Walikota Bontang.
BAB VII
Pasal 15
Walikota menunjuk dan menetapkan Dokter Hewan atau Petugas untuk bertanggung jawab di dalam/di luar Rumah Potong Hewan agar terwujud Kesehatan Masyarakat Veteriner, terjamin kesehatan dan kebersihan (hygiens) daging yang dikonsumsi masyarakat.
Pasal 16
(1) Penunjukan petugas pemungut retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(2) Petugas Pemungut Retribusi Rumah Potong Hewan wajib menyetor hasil pungutannya ke Kas Daerah Kota Bontang dalam waktu 1 x 24 jam.
(3) Pemungutan retribusi dilaksanakan dengan memberi tanda lunas pembayaran berupa karcis kepada wajib retribusi.
BAB VIII P E N Y I D I K A N
Pasal 17
(1) PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan menyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari,
mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari, dan
mengumpulkan
keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah.
c. Meminta keterangan dan
barang bukti dan orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku-buku,
catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah. e. Melakukan menggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga
ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidnag retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti dan
atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tepat pada saat pemeriksaan seang
berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan atau dokumen
yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e.
h. Memotret seseorang
yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
i. Memanggil orang untuk
didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
j. Penghentian penyidikan
k. Melakukan tindakan lain
yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(12) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undnag-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 18
(1) Barang siapa melanggar ketentuan yang tercantum dalam Perturan Daerah ini di ancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
(2) Tindak pidana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB X P E N U T U P
Pasal 19
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Disahkan di Bontang pada tanggal 15 Juli 2002
WALIKOTA BONTANG
ANDI SOFYAN HASDAM Diundangkan di Bontang
pada tanggal 15 Juli 2002
SEKRETARIS DAERAH KOTA BONTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BONTANG TAHUN 2002 NOMOR 9