• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN AREA KONSERVASI PENYU SEBAGAI WISATA EDUKASI OLEH TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN AREA KONSERVASI PENYU SEBAGAI WISATA EDUKASI OLEH TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGELOLAAN AREA KONSERVASI PENYU

SEBAGAI WISATA EDUKASI OLEH TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

TUGAS AKHIR

OLEH :

SAFIRA HAYUNINGTYAS SAFITRI 17/415586/SV/13451

PROGRAM STUDI DIPLOMA PARIWISATA

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020

(2)

STRATEGI PENGELOLAAN AREA KONSERVASI PENYU

SEBAGAI WISATA EDUKASI OLEH TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Gelar Ahli Madya Pariwisata

OLEH :

SAFIRA HAYUNINGTYAS SAFITRI 17/415586/SV/13451

PROGRAM STUDI DIPLOMA PARIWISATA

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA 2020

(3)

i ii

(4)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

SEKOLAH VOKASI

DEPARTEMEN BAHASA, SENI DAN MANAJEMEN BUDAYA

Sekip Unit 1, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55281 Telp: (0274) 589 750 | Fax: (0274) 589 750 | Email: dbsmb.sv@ugm.ac.id

SURAT KETERANGAN

Nomor : 778/UN1/SV.2/AKM/PK/2020

Ketua Departemen Bahasa Seni dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini :

Nama : Safira Hayuningtyas Safitri

NIM : 17/415586/SV/13451

Program Studi : Pariwisata

Departemen : Bahasa Seni dan Manajemen Budaya SV UGM

Judul Karya Akhir : Strategi Pengelolaan Area Konservasi Penyu Sebagai Wisata Edukasi Oleh Taman Nasional Karimunjawa

Tanggal Ujian : 26 Juni 2020

Pembimbing : Eska Nia Sarinastiti, S.I.Kom., M.A., CPR Penguji : Tuti Elfrida, S.Ant., M.A.

Telah mendapatkan persetujuan dari para pembimbing dan penguji Tugas Akhir sehingga dinyatakan telah menyelesaikan revisi final pada tanggal 2 Juli 2020.

Surat keterangan ini dibuat dan berlaku pada masa tanggap darurat covid 19 dan dapat dipergunakan sebagai pengganti lembar pengesahan dan persetujuan karya tulis akhir sebagai syarat yudisium atau wisuda pada program Vokasi.

Demikian surat keterangan ini dikeluarkan untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.

Ketua Departemen

Dr. Endang Soelistiyowati, M.Pd.

NIP. 197710312015042002

(5)

iv INTISARI

Dewasa ini, wisata bahari di Indonesia berkembang pesat hingga meningkatkan penerimaan devisa negara, akan tetapi ternyata berdampak terhadap ekosistem dan biota laut, salah satunya adalah penyu. Penyu merupakan salah satu biota laut yang sensitif terhadap aktivitas manusia, maka dari itu perlu adanya upaya pelestarian melalui konservasi agar penyu tidak punah. Konservasi tidak hanya sebagai wujud upaya pelestarian, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan area konservasi penyu sebagai wisata edukasi oleh Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) melalui SPTN Wilayah II Karimunjawa. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara semi terstruktur dan dokumentasi, serta menggunakan alat penelitian utama yaitu Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) dan panduan wawancara. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa konservasi penyu merupakan salah satu upaya TNKJ untuk menjaga dan melestarikan biota laut yang terancam punah. Mengelola kawasan konservasi tidaklah mudah, banyak hambatan atau kendala yang dihadapi seperti, kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan konservasi penyu, masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai konservasi penyu, terbukti dengan terjadi perburuan penyu, dan kurangnya penggunaan media sosial sebagai media promosi. Sebagai salah satu upaya dalam melestarikan penyu, TNKJ membuat sebuah program konservasi melalui Penetasan Semi Alami (PSA) Konservasi Penyu. TNKJ bekerjasama dengan nelayan setempat dalam proses evakuasi telur penyu. Kerjasama ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai konservasi penyu. Beberapa strategi yang diupayakan oleh TNKJ dalam rangka meningkatkan pengelolaan konservasi penyu sebagai wisata edukasi di Karimunjawa antara lain meningkatkan sumber daya pengelola, bekerjasama dengan lembaga terkait konservasi penyu, serta memaksimalkan penggunaan sosial media sebagai upaya promosi.

Kata kunci: Konservasi Penyu, Pengelolaan Kawasan Konservasi, Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ), Wisata Edukasi

(6)

v

ABSTRACT

Marine tourism in Indonesia is growing rapidly to increase the country’s foreign exchange earnings nowadays, but in fact it has an impact on ecosystems and marine life, one of which is sea turtles. Sea turtles are marine biota that are sensitive to human activities, therefore there is a need for conservation through conservation so that sea turtles are not extinct. Conservation is not only a form of conservation, but also as a means of education for the peoples. This research aims to determine the strategy of sea turtle conservation management as an educational tourism by the Karimunjawa National Park through the SPTN region II of Karimunjawa. The research used qualitative descriptive method, using observation method, semistructural interviews, and documentation method. As well as the main source of the research are entry permit for conservation area and interview guideline. The result of this research is Karimunjawa National Park using sea turtle conservation as a way to maintain and preserve the endangered of marine biota. Managing a conservation areas is not easy, many obstacles faced

by the Karimunjawa National Park’s management such as limited human

resources in the management of conservation areas, lack of some locals awareness about sea turtle conservation, sea turtle hunting, and the use of social media to promote was not optimal yet. Karimunjawa National Park made semi nature hatchery as sea turtle conservation area. Karimunjawa National Park in

collaboration with local fisherman on evacuate sea turtle’s eggs process. Within

this collaboration, Karimunjawa National Park itended to give awareness about sea turtle conservation. Other strategies used by Karimunjawa National Park to optimize the maintenance of sea turtle conservation as educational tourism in Karimunjawa is optimizing the humans resources, collaboration with related institutions and maximizing the used of social media to promote.

Keywords: Sea Turtle Conservation, Management of Conservation Area, Karimunjawa National Park, Edutourism

(7)

vi MOTTO

“Everyone is genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that is stupid.”

-Albert Einstein-

“Just play. Have fun. Enjoy the game. -Michael Jordan-

(8)

vii HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan baik. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Suroto dan Ibu Ratih Setyowati serta kakak dan saudara saya, Krisna Amalia Maharani dan Karina Febriany Sara yang telah memotivasi saya untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

2. Ibu Eska Nia Sarinastiti, S.I.Kom., M.A., CPR, selaku dosen pembimbing saya yang telah senantiasa memberi semangat dan membimbing penulis dengan sangat sabar dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Zaenul Abidin S.Bio, Bapak Muchammad Zaenudin, Bapak Sukanan, Bapak Supri, dan semua staf Taman Nasional Karimunjawa yang telah menemani dan membimbing saya selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di SPTN Wilayah II Karimunjawa.

4. Sahabat-sahabat seperjuangan saya di Bocahe Umik, yang sudah bersedia menjadi tempat berkeluh kesah selama perkuliahan hingga proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

(9)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Strategi Pengelolaan Area Konservasi Sebagai Wisata Edukasi Oleh Taman Nasional Karimunjawa” dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma 3 Program Studi Pariwisata, Fakultas Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.

Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, khususnya kepada:

1. Allah S.W.T yang telah memberikan hidayah serta kemudahan bagi penulis dalam proses mengerjakan Tugas Akhir,

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. selaku Caretaker Dekan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada,

3. Bapak Carlos Iban, S.S., M.SC. selaku Kepala Program Studi D3 Pariwisata Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada,

4. Ibu Eska Nia Sarinastiti, S.I.Kom., M.A., CPR, selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar membimbing penulis dalam mengerjakan hingga menyelesaikan Tugas Akhir,

5. Seluruh dosen Program Studi D3 Pariwisata Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan,

(10)

ix 6. Semua staf SPTN Wilayah II Karimunjawa, yang telah menemani,

membimbing dan memberikan ilmu baru selama penulis menjalankan Praktik Kerja Lapangan di Taman Nasional Karimunjawa,

7. Teman-teman seperjuangan D3 Pariwisata Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada angkatan 2017, yang telah memberikan kenangan indah selama perkuliahan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir mengenai strategi pengelolaan area konservasi penyu sebagai wisata edukasi oleh Taman Nasional Karimunjawa ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharap kritik dan saran guna menyempurnakan tugas akhir ini, dan diharapkan tugas akhir ini dapat menambah wawasan mengenai pengelolaan konservasi penyu.

Temanggung, 19 Juni 2020

Safira Hayuningtyas Safitri 17/415586/SV/13451

(11)

x DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9 1.4 Tujuan Penelitian ... 9 1.5 Manfaat Penelitian ... 10 1.6 Tinjaun Pustaka ... 11 1.7 Landasan Teori ... 16 1.8 Metode Penelitian... 28

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Lokasi Taman Nasional Karimunjawa ... 37

2.2 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa ... 38

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Nasional Karimunjawa ... 41

2.4 Organisasi Taman Nasional Karimunjawa... 42

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengelolaan Area Konservasi Penyu Di Taman Nasional Karimunjawa . 45 BAB I PENDAHULUAN ... xv

... viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

SURAT KETERANGAN ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRACT ...... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISTILAH ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN... xvi DAFTAR ISI

(12)

xi 3.2 Hambatan Dalam Pengelolaan Area Konservasi Penyu Di Taman Nasional

Karimunjawa ... 63

3.3 Strategi Pengelolaan Area Konservasi Penyu Di Taman Nasional Karimunjawa Sebagai Wisata Edukasi ... 80

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 94

4.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(13)

xii DAFTAR ISTILAH

Accidental cacth/ bycatch : Tangkapan tidak disengaja

Carrying capacity : Daya dukung lingkungan

Chelonia mydas : Penyu hijau

Eretmochelys imbricate : Penyu sisik

Lepidochelys olivacea : Penyu lekang

Management Effectiveness Tracking Tool (METT)

: Metode penilaian kawasan konservasi

Monitoring : Pemantauan

Release : Melespaskan

Tagging : Pemasangan penanda

Wildlife Conservation Society (WCS) : Suatu lembaga atau organisasi yang

bergerak pada bidang konservasi

(14)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Tinjauan Pustaka ... 11

Tabel 2.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa ... 38

Tabel 2.2 Status Pegawai Balai Taman Nasional Karimunjawa ... 44

Tabel 3.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke PSA Tahun 2018 ... 72

Tabel 3.2 Kunjungan Wisatawan ke PSA Tahun 2019 ... 73

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Zonasi Taman Nasional Karimunjawa ... 38

Gambar 3.1 Monitoring Sarang Penyu di Pulau Krakal Kecil ... 48

Gambar 3.2 Pengukuran Sarang Penyu di Pulau Seruni ... 48

Gambar 3.3 Penetasan Semi Alami Konservasi Penyu ... 51

Gambar 3.4 Penyerahan Telur Penyu oleh Nelayan ... 52

Gambar 3.5 Ruangan Berisi Telur Penyu ... 53

Gambar 3.6 Karamba ... 54

Gambar 3.7 Release Tukik di Pulau Geleang ... 55

Gambar 3.8 Persentase Penetasan Telur Penyu Tahun 2015-2019 ... 56

Gambar 3.9 Grafik Perbandingan Jumlah Telur yang Menetas ... 56

Gambar 3.10 Ruang Menyimpan Telur Penyu ... 59

Gambar 3.11 Gazebo ... 59

Gambar 3.12 Toilet dan Dapur... 60

Gambar 3.13 Website Taman Nasional Karimunjawa ... 60

Gambar 3.14 Proses Pengangkutan Telur Penyu ke PSA ... 64

Gambar 3.15 Keadaan Tukik di Karamba... 66

Gambar 3.16 Sampah yang Terbawa Dari Laut ... 66

Gambar 3.17 Instagram TNKJ ... 76

Gambar 3.18 Youtube TNKJ ... 77

Gambar 3.19 Konten Mengenai Konservasi Penyu ... 77

Gambar 3.20 Wisatawan Berada di Jalur Tukik ... 82

Gambar 3.21 Wisatawan Memegang Tukik... 83

(16)

xv DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Jumlah Sarang yang Ditemukan Per Tahun... 50 Grafik 3.2 Jumlah Sarang yang Ditemukan Per Pulau ... 50

(17)

xvi DAFTAR BAGAN

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki jumlah pulau terbanyak di dunia, pada tahun 2018 Indonesia tercatat memiliki 16.056 pulau dengan luas keseluruhan wilayah adalah 1.916.862,20 km2 (Badan Pusat Statistik, 2019). Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan perairan yakni dua per tiga dari total keseluruhan luas wilayah, sehingga menjadikan Indonesia menjadi Negara Maritim yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam. Bahkan dalam Permen KP RI No.25/Permen-KP/2015 mengenai Rancangan Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015 – 2019, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Laut adalah Masa Depan Bangsa. Pernyataan presiden tersebut menunjukkan bahwa laut tidak boleh dipunggungi, sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber kehidupan manusia. Negara Maritim ini memiliki pesisir dengan pemandangan indah dan kekayaan laut yang terdapat keragaman biota didalamnya, sehingga tidak hanya dimanfaatkan hasil lautnya untuk sumber mata pencaharian masyarakat lokal, namun juga keindahan laut dan pesisir dimanfaatkan sebagai wisata bahari.

Wisata bahari atau wisata tirta menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta

(19)

2 jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, sungai, danau, dan waduk. Wisata Bahari (Marine Tourism) adalah kegiatan wisata yang ditunjang sarana dan prasarana untuk kegiatan air seperti memancing, menyelam atau kegiatan air lainnya, serta ditunjang pula oleh sarana dan prasarana akomodasi dan kuliner (Suwena dan Widyatmaja, 2017). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata bahari merupakan segala kegiatan pariwisata yang berkaitan dengan air terutama laut, baik dipermukaan maupun didalam laut serta ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Potensi wisata bahari di Indonesia mulai dikembangkan oleh pemerintah, bahkan Kementerian Pariwisata menargetkan pemasukan devisa dari wisata bahari mencapai 4 milliar rupiah di tahun 2019. Pemanfaatan wisata bahari di Indonesia didominasi oleh wisata pantai sebanyak 60%, kemudian 25% wisata bentang laut berupa cruise dan yacht, serta wisata bawah laut seperti snorkeling dan diving 15%. Namun dengan berkembangnya wisata bahari atau marine tourism di Indonesia ini dapat mengancam keberadaan biota-biota laut, salah satunya adalah penyu. Berkembangnya wisata bahari dapat mengganggu habitat penyu, karena penyu merupakan salah satu spesies yang sensitif dengan aktivitas manusia, penyu dapat meninggalkan habitat pakan dan bertelur apabila merasa terancam oleh aktivitas manusia (World Wildlife Fund for Nature, 2015). Bahkan saat ini, penyu merupakan salah satu spesies yang terancam punah, seperti yang tertera pada peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

(20)

3 Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM1/6/2018, peraturan tersebut menetapkan penyu sebagai satwa terancam punah dan harus dilindungi. Ancaman terhadap spesies penyu tidak hanya disebabkan oleh kegiatan wisata, namun juga disebabkan oleh perburuan yang dilakukan oleh masyarakat lokal pesisir, daging dan telur penyu dijadikan santapan karena dianggap sebagai sumber protein dan dapat meningkatkan vitalitas bagi pria, dalam beberapa tradisi masyarakat lokal, mereka menggantikan kambing dengan penyu sebagai sesembahan karena menganggap penyu lebih mudah didapat daripada kambing, selain itu karapas penyu juga memiliki nilai jual tinggi (Wawancara Pra Penelitian dengan Supriyanto, 22 Februari 2020). Maka dari itu, banyak pihak yang berupaya untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan, salah satunya adalah Taman Nasional melalui program konservasi.

Salah satu Taman Nasional yang bergerak dalam konservasi penyu adalah Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) yang terletak di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan secara geografis Taman Nasional Karimunjawa terletak pada koordinat 5o40’39’’ – 5o55’00’’LS dan 110o05’57’’ – 110o31’15’’ BT. Indonesia sendiri merupakan rumah bagi 6 spesies penyu dari total terdapat 7 spesies penyu di dunia, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu belimbing (Dermochelis coracea), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressa), dan penyu tempayan (Caretta caretta), dan 2 spesies diantaranya terdapat di

(21)

4 Karimunjawa, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan terdapat juga penyu hijau (Chelonia mydas). Selain itu pernah ditemukan juga penyu lekang (Lepidochelys olivacea) di perairan Karimunjawa.

Perburuan penyu masih marak terjadi pada kisaran tahun 2000 an di Pulau Karimunjawa, karena penyu yang bernilai ekonomis, mulai dari telur dan daging diolah menjadi santapan karena dipercaya sebagai obat, hingga karapas penyu yang dijadikan souvenir. Setelah adanya sosialisasi dari WCS (Wildlife Conservation Society) pada tahun 2003 mengenai perlindungan satwa langka seperti penyu, maka dilakukanlah survei ke pulau-pulau di Kepulauan Karimunjawa untuk mendata pulau mana saja yang terdapat sarang penyu. Setelah dilakukan pendataan, terdapat beberapa pulau di Karimunjawa yang terdapat sarang penyu, pada 17 pulau ditemukan sarang, yaitu pada Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Geleang, Pulau Bengkoang, Pulau Tengah, Pulau Sintok, Pulau Cilik, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Burung, Pulau Katang, Pulau Kembar, Pulau Seruni dan Pulau Cendekian. Kemudian pada tahun 2005, mulai dilakukan pendekatan dan sosialisasi ke masyarakat mengenai perlindungan penyu.

Salah satu program yang dilakukan oleh Taman Nasional Karimunjawa sebagai wujud upaya pelestarian penyu adalah dengan membentuk PSA atau Penetasan Semi Alami yang awalnya berada di Pulau Menjangan Besar dan Kemujan, baru pada tahun 2017 PSA

(22)

5 dipindahkan ke Legon Janten, yang masuk dalam kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karimunjawa. Penetasan Semi Alami atau PSA baru dibuka untuk umum mulai dari tahun 2018. Tujuan dari pembentukan program PSA ini adalah untuk melindungi telur penyu dari predator alami dan perburuan manusia, serta dapat menjadi sarana penelitian dan edukasi bagi masyarakat, akademisi maupun wisatawan. Tugas dan fungsi Taman Nasional berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.

P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016, salah satunya adalah sebagai penyedia data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi, yang berarti Taman Nasional memiliki tanggung jawab dalam mengenalkan dan memberi informasi serta pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Penetasan Semi Alami Penyu ini resmi dibuka untuk umum pada tahun 2018 awal hingga saat ini.

Penetasan Semi Alami ini dibuat menyerupai sarang yang ada di habitat alaminya. Setelah telur-telur penyu menetas menjadi tukik, maka selanjutnya tukik-tukik ini akan dilepas-liarkan ke alam dan sebagian tukik akan ditempatkan di karamba. Karamba disini merupakan sebuah wadah yang dibatasi oleh jaring dan patok yang diletakkan di tepi laut. Karamba ini digunakan sebagai tempat tukik dan bertujuan agar tukik dapat beradaptasi sebelum dilepaskan ke alam. Berdasarkan data dari Laporan Pelaksanaan Kegiatan Operasional Penetasan Semi Alamai Penyu SPTN Wilayah II Taman Nasional Karimunjawa, tercatat 129 temuan sarang

(23)

6 yang berasal dari 13 pulau di Kepulauan Karimunjawa pada tahun 2019, penemuan sarang ini meningkat dari tahun sebelumnya, 2018, yang hanya ditemukan 49 sarang. Selama tahun 2019, telah ditemukan telur penyu sebanyak 15.381 butir dan ditetaskan sebanyak 15.242 butir. Namun, dari sekian banyak telur yang ditemukan, hanya 5.949 telur yang berhasil menetas, 5.190 telur belum menetas dan sisa telur lain gagal menetas.. Kegiatan tersebut dilaksanakan 1 hari setiap bulannya, dimulai dari bulan Februari hingga bulan November tahun 2019 lalu.

Karimunjawa merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang populer karena keindahan alam dan keanekaragaman biota lautnya, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun belum banyak wisatawan yang mengetahui bahwa di Karimunjawa terdapat Penetasan Semi Alami Konservasi Penyu, terbukti dengan sejak dibuka untuk umum tahun 2018, kunjungan ke Penetasan Semi Alami hanya 300 wisatawan dalam satu tahun, dari target awal maksimal kunjungan adalah 100 wisatawan dalam satu hari. Pengunjung konservasi penyu ini didominasi oleh wisatawan nusantara. Maka dari itu perlu adanya analisis mengenai pengelolaan Penetasan Semi Alami di Taman Nasional Karimunjawa ini supaya program konservasi penyu ini dapat bertahan lama dan dapat menjalankan fungsinya sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dan wisatawan.

Melalui karya tulis ini, penulis akan membahas mengenai pengelolaan area konservasi sebagai wisata edukasi, supaya dapat menarik

(24)

7 kesimpulan terkait strategi pengelolaan yang diterapkan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk dapat menjadi sebuah destinasi wisata edukasi bagi khalayak umum. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan melakukan penelitian mengenai pengelolaan konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam tugas akhir berjudul “STRATEGI PENGELOLAAN AREA KONSERVASI PENYU SEBAGAI WISATA EDUKASI OLEH TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penyu merupakan salah satu spesies terancam punah karena adanya perburuan yang dilakukan oleh masyarakat lokal pada tahun 2000 an. Masyarakat menyakini telur dan daging penyu memiliki kandungan protein tinggi dan berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas pria. Harga daging penyu sendiri berkisar Rp.10.000-15.000 per kilo, dan harga sisik penyu dihargai Rp.60.000 per kilo, maka banyak masyarakat yang memburu penyu. Sisik penyu akan dijual ke pengrajin, yang nantinya akan dibuat menjadi souvenir yang kemudian dijual kepada wisatawan. Penggunaan penyu untuk hajatan pun masih dilakukan pada tahun 2000 an.

Tradisi lokal di Pulau Karimunjawa seperti acara syukuran pun terkadang masih menggunakan penyu sebagai pengganti kambing, seperti yang terjadi di Pulau Nyamuk, Karimunjawa (Wawancara Pra Penelitian

(25)

8 dengan Supriyanto, 22 Februari 2020). Maka dari itu, terbentuklah konservasi penyu melalui program Penetasan Semi Alami Penyu oleh Taman Nasional Karimunjawa. Selain digunakan untuk melestarikan spesies penyu, Penetasan Semi Alami ini juga dijadikan sebagai wadah atau sarana edukasi bagi masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa. Sejak dibuka untuk umum pada tahun 2018, masih terdapat beberapa kendala dalam pengeloaan Penetasan Semi Alami yang difungsikan sebagai konservasi penyu ini. Beberapa kendala atau permasalahan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan data dari Taman Nasional Karimunjawa, sejak dibuka untuk umum pada tahun 2018, wisatawan yang berkunjung ke Penetasan Semi Alami Konservasi Penyu hanya berkisar 300 wisatawan dari target awal kunjungan maksimal 100 wisatawan per hari. Padahal menurut data dari Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI), jumlah wisatawan yang berwisata ke Pulau Karimunjawa adalah lebih dari 18.000 wisatawan pada tahun 2018. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaannya, Taman Nasional Karimunjawa belum maksimal dalam mempromosikan konservasi penyu kepada masyarakat luas.

Kedua, kurangnya sumber daya manusia dan sarana penunjang dalam mengelola area Penetasan Semi Alami (PSA) Konservasi Penyu. Pegawai yang membantu mengelola PSA hanya 2 staf honorer yang bertugas untuk mendata temuan sarang dan mengurus telur hingga menjadi tukik. Selain itu, untuk mengangkut telur-telur penyu temuan nelayan, staf

(26)

9 hanya menggunakan 1 sepeda motor dan perahu kecil untuk menuju PSA. Kemudian untuk memandu rombongan wisatawan yang datang, tetap dilakukan oleh kepala konservasi penyu sendiri, sedangkan untuk wisatawan mancanegara akan dibantu oleh staf lain di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karimunjawa.

Oleh karena itu, adanya keadaan tersebut mendorong kebutuhan pengkajian lebih dalam melalui penelitian ini terkait strategi pengelolaan area konservasi penyu di Karimunjawa untuk tetap bisa secara berkelanjutan berfungsi sebagai wisata edukasi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat difokuskan dalam beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pengelolaan area konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa?

2. Apa saja hambatan dalam konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa?

3. Bagaimana strategi pengelolaan konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa sebagai wisata edukasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

10 1. Mengetahui pengelolaan area konservasi penyu di Taman Nasional

Karimunjawa.

2. Mengetahui hambatan dalam pelaksanaan konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa.

3. Mengetahui strategi pengelolaan konservasi penyu sebagai wisata edukasi di Taman Nasional Karimunjawa.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi bahan rujukan bagi akademisi terkait dengan strategi pengelolaan area konservasi penyu.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pengelola Penetasan Semi Alami di Taman Nasional Karimunjawa untuk meningkatkan pengelolaan konservasi penyu di Karimunjawa, serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengelola konservasi penyu.

(28)

11 1.6 Tinjaun Pustaka

Tinjauan pustaka ini berisi tentang penelitian terdahulu yang berkaitan dengan strategi pengelolaan area konservasi penyu sebagai wisata edukasi oleh Taman Nasional Karimunjawa. Secara lebih detail akan dijabarkan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Daftar Tinjauan Pustaka

No. Judul Tujuan Metode Hasil

1 Aprilia Dwiantika Putri (2016) “Analisis Kegiatan Ekowisata Pada Area Konservasi Penyu Pantai Goa Cemara Kabupaten Bantul” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan konservasi penyu, mengetahui daya tarik konservasi penyu wisata dan menganalisis kegiatan ekowisata pada kopnservasi penyu di Pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka. Pengelolaan area konservasi penyu di Pantai Goa Cemara Bantul sudah dilakukan mulai dari tahun 2010 oleh kelompok konservasi yang diberi nama Mino Raharjo. Analisis kegiatan ekowisata di konservasi penyu Goa Cemara:

1. Prinsip Konservasi Pengelola konservasi penyu Goa Cemara sudah melakukan penetapan zonasi meliputi, zona inti, zona pemanfaatan terbatas dan zona rehabitilasi. Selain itu, pengelola juga menerapkan batasan kunjungan wisatawan agar tidak terjadi penumpukan wisatawan dan menjaga kebersihan. 2. Prinsip Partisipasi Masyarakat Terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat, yang awalnya hanya nelayan kemudian merambah sektor

(29)

12 pariwisata. 3. Prinsip Ekonomi Adanya konservasi penyu ini meningkatkan ekonomi masyarakat sekitas, dengan membuka warung, penyedia jasa permainan anak hingga menjual cinderamata. 4. Prinsip Edukasi Pengelola menyiapkan pemandu untuk memberi edukasi kepada wisatawan. Berdasarkan 4 konsep ekowisata tersebut, konservasi penyu di Pantai Goa Cemara Bantul sudah memenuhi prinsip ekowisata tersebut, meskipun belum maksimal, sehingga masih membutuhkan pengembangan kegiatan konservasi tersebut. . 2 Pramesti Rangga Siwi (2018) “Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Berdasarkan Kriteria Global Sustainable Tourism Council (GSTC) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan berkelanjutan di RPTN Tengger Laut Pasir yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berdasarkan kriteria dari Global Tourism Sustainable Council (GTSC). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratori, data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dan dolumentasi, serta alat penelitian berupa Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) dan peta kawasan. Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, hasil dari penelitian ini adalah : 1. Pengelolaan destinasi berkelanjutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sudah memenuhi syarat ekologi berkelanjutan, secara sosial dan budaya dapat diterima dan secara ekonomi menguntungkan, meskipun belum adanya pedoman maupun perencanaan pariwisata berkelanjutan di

(30)

13 TNBTS.

2. Kendala utama dalam pengelolaan destinasi berkelanjutan di TNBTS adalah masih berserakannya sampah, kurangnya SDM, wisatawan ilegal dan adanya over

capacity. 3. Strategi TNBTS dalam untuk mengurangi dampak negatif kegiatan pariwisata dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan adalah berupa pembatasan jumlah wisatawan, penutupan kawasan pada hari-hari tertentu serta membentuk Desa Edelweiss yang dikelola oleh Kelompok Tani Kembang Tana Layu. 3 Ismane, M. A., Kusmana, C., Gunawan, A., Affandi, R., & Suwardi, S. (2018) “Keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi penyu di pantai Pangumbahan, Sukabumi, Jawa Barat” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis situasional kondisi biofisik lingkungan, sosial-ekonomi masyarakat, dan potensi objek wisata di Pantai Pangumbahan, serta menentukan status keberlanjutan konservasi penyu sebagai ekowisata di Pantai Pangumbahan. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. data primer berupa data biofisik lingkungan, sosial ekonomi, dan data kelembagaan yang diperoleh dari hasil wawancara. 1. Kondisi biofisik lingkungan konservasi penyu di Pantai Pangumbahan sudah sesuai, berdasarkan kemiringan, vegetasi, kedalaman sarang, pencahayaan dan bangunan. 2. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani lahan kering, peternak, dan mayoritas menjadi nelayan. 3. Konservasi penyu di Panatai Pangumbahan menjadi gaya tarik

(31)

14 wisata tersendiri. 4. Pengembangan konservasi penyu sebagai ekowisata perlu melibatkan stakeholder.

Sumber : (Putri, 2016), (Siwi , 2018), (Ismane, M. A., dst, 2018)

Berdasarkan ketiga tinjauan pustaka diatas, maka dapat disimpulkan jika terdapat perbedaan terhadap penelitian yang ditulis oleh peneliti. Judul penelitian pertama yaitu Analisis Kegiatan Ekowisata Pada Area Konservasi Penyu Pantai Goa Cemara Kabupaten Bantul, subjek penelitian skripsi ini sama dengan tugas akhir penulis, yaitu mengenai pengelolaan konservasi penyu. Meskipun metode penelitian yang digunakan sama, yaitu dengan metode kualitatif deskriptif, namun objek yang diteliti berbeda. Pada skripsi terdahulu tersebut tersrbut menganalisis mengenai kegiatan ekowisata di area konservasi penyu Pantai Goa Cemara, Bantul menggunakan prinsip-prinsip ekowisata, sedangkan pada tugas akhir ini, penulis lebih berfokus pada pengelolaan konservasi penyu di Pulau Karimunjawa oleh Taman Nasional Karimunjawa yang dimanfaatkan sebagai sarana wisata dan edukasi bagi masyarakat dan wisatawan.

Penelitian kedua berjudul Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Berdasarkan Kriteria Global Sustainable Tourism Council (GSTC) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), memiliki persamaan mengenai pengelolaan oleh Taman Nasional. Namun pada tugas akhir terdahulu tersebut membahas mengenai destinasi wisata berkelanjutan kriteria dari Global Tourism Sustainable Council (GSTC)

(32)

15 sedangkan tugas akhir penulis membahas mengenai Taman Nasional sebagai sarana wisata edukasi. Selain itu, lokasi penelitian tersebut berbeda dengan lokasi penelitian penulis. Pada tugas akhir tersebut penelitian dilakukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semereu (TNBTS), sedangkan lokasi penelitian penulis dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ). TNBTS merupakan Taman Nasional yang berfokus pada perlindungan hutan, gunung dan budaya masyarakat, sedangkan TNKJ tidak hanya berfokus pada perlindungan hutan, namun juga melindungi ekosistem laut beserta biota didalamnya. Metode penelitian pun berbeda, pada tugas akhir tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif, yang berarti penelitian tersebut merupakan penelitian baru, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memaparkan data-data yang diperoleh di lapangan.

Judul ketiga merupakan penelitian yang dilakukan di Pantai Pangumbahan, Sukabumi, Jawa Barat. Meskipun memiliki persamaan subjek penelitian, mengenai pengelolaan kawasan konservasi penyu, namun objek yang diteliti berbeda. Penelitian tersebut memfokuskan penelitian untuk menganalisis kondisi biofisik lingkungan, kondisi sosial-ekonomi dan daya tarik wisata di Pantai Pangumbahan, sedangkan pada tugas akhir ini, penulis membahas mengenai sistem pengelolaan area konservasi sebagai sarana wisata edukasi yang dikelola oleh Taman Nasional Karimunjawa. Selain itu, metode yang digunakan dalam

(33)

16 penelitian tersebut adalah menggunakan teknik survey, sedangkan pada tugas akhir ini penulis akan menjabarkan dan menganalisis data berdasarkan hasil wawancara dengan staf terkait dan observasi langsung di area konservasi penyu serta didukung oleh dokumentasi mengenai konservasi penyu. Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka judul penelitian “Strategi Pengelolaan Area Konservasi Penyu Oleh Taman Nasional Karimunjawa” belum pernah diteliti sebelumnya.

1.7 Landasan Teori

Berikut landasan teori yang merupakan dasar dari penyusunan penulisan penelitian ini:

1.7.1 Konservasi Penyu

Terdapat 7 spesies penyu di dunia dan 6 spesies diantaranya terdapat di perairan Indonesia. Penyu merupakan spesies yang mulai langka, karena beberapa faktor seperti rusaknya ekosistem serta perburuan yang dilakukan oleh manusia, karena faktor-faktor tersebut, saat ini penyu merupakan spesies yang terancam punah. Maka dari itu perlindungan penyu di Indonesia diatur dalam UU No.5 Tahun 1990, UU No.31 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 7 dan 8 Tahun 1999. Upaya pelestarian penyu, tidak hanya dilakukan dengan menetapkan status perlindungan terhadap penyu, namun juga menetapkan daerah peneluran penyu sebagai kawasan konservasi (KKP, 2015).

(34)

17 Upaya pokok konservasi penyu yang terdapat dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu Periode 2016-2020 terdapat 3 hal, yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan, serta adanya kegiatan pengawasan dan penelitian. Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu Periode 2016-2020 juga merumuskan program konservasi penyu untuk periode 2016-2020, sebagai berikut:

1. Meningkatnya efektifitas pengelolaan habitat peneluran penyu.

2. Terwujudnya penurunan dalam penangkapan dan perdagangan penyu.

3. Terwujudnya penurunan kematian penyu akibat accidental catch.

4. Terwujudnya peran aktif masyarakat lokal.

5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya konservasi penyu.

6. Terlaksananya ekowisata berbasis konservasi penyu. 7. Tersedianya informasi dan database mengenai penyu.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyu merupakan salah satu biota laut yang terancam punah. Oleh sebab itu, dibentuk peraturan perundang-undangan untuk menjaga kelestarian penyu dengan cara konservasi penyu. Selain itu, dalam RAN Konservasi Penyu, disimpulkan bahwa suatu konservasi

(35)

18 harus mencakup 3 hal, yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan, serta adanya kegiatan pengawasan dan penelitian. Teori tersebut dapat dijadikan acuan untuk menganalisis mengenai konservasi penyu yang dikaji dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Taman Nasional Karimunjawa.

1.7.2 Pengelolaan Area Konservasi

Indonesia memiliki kawasan konservasi dengan total luas mencapai 27,14 juta Ha, dengan 21% bagian merupakan kawasan konservasi perairan dan sebagian besar kawasan konservasi tersebut berstatus Taman Nasional (Wiratno, 2018). Taman Nasional sendiri adalah area atau kawasan alami yang difungsikan untuk melindungi proses ekologi bersama dengan spesies dan karakteristik ekosistem di wilayah tersebut, serta dapat menjadi tempat untuk menunjang lingkungan, budaya, pendidikan, rekreasi dan berpeluang untuk dikunjungi (International Union for Conservation of Nature [IUCN], 2015). Menurut IUCN (2015) tujuan utama dari taman nasional adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati beserta dengan struktur ekologisnya dan digunakan sebagai sarana edukasi dan rekreasi.

Pengelolaan kawasan konservasi diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumber Daya Alam

(36)

19 Hayati dan Ekosistemnya, konservasi terhadap sumber daya alam hayati dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan manusia, berkaitan dengan sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia seperti mata air, sungai, laut dan sebagainya beserta ekosistem didalamnya.

2. Pengawetan keanekaragaman hayati yang bertujuan untuk menjaga tumbuhan, satwa serta ekosistemnya agar tidak punah.

3. Pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap memperhatikan dan menjaga kelestarian sumber daya alam beserta ekosistemnya.

Wiratno (2018), selaku Direktur Jenderal KSDAE mengungkapkan 10 cara baru dalam pengelolaan kawasan konservasi, antara lain yaitu:

1. Menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan konservasi. Menjalin kerjasama dengan masyarakat setempat dimaksudkan agar masyarakat merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

(37)

20 2. Memperhatikan unsur HAM dan adat istiadat setempat

dalam menyelesaikan permasalahan atau konflik dengan masyarakat mengenai kawasan konservasi.

3. Menjalin kerjasama lintas Eselon I yang berkaitan dengan kawasan konservasi.

4. Kerjasama dengan lintas Kementerian yang bertujuan agar tercapainya kesinambungan mulai dati tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi program.

5. Pengelolaan kawasan konservasi didasari oleh nilai budaya dan adat lokal, diharapkan dengan pendekatan ini maka pengelola kawasan konservasi dapat bekerjasama dengan masyarakat lokal.

6. Kepemimpinan multilevel, dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak maka pengelolaan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan maksimal. Dalam menjalin kerjasama ini, para pihak terkait harus menerapkan 4 prinsip tata kelola, yaitu partisipasi, transparansi, tanggung jawab dan akuntabilitas.

7. Pengelolaan kawasan konservsi harus berbasis pada data yang faktual di lapangan, serta menggunakan metode dan analisis sains.

8. Kawasan konservasi harus dikelola dengan menjalin kerjasama dengan tingkat resort atau lapangan.

(38)

21 9. Adanya pemberian penghargaan serta pendampingan pada

pengelola kawasan konservasi.

10. Sistem pengelolaan tersebut diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi pengelola kawasan konservasi lainnya, sehingga dapat terciptanya Organisasi Pembelajar atau Learning Organization.

Menurut Wiratno (2018), sebagian besar kawasan konservasi memiliki status Taman Nasional. Pengelolaan konservasi harus mencakup 3 hal, yaitu perlindungan, pengawetan serta pemanfaatan sumber daya alam. Selain itu, dalam pengelolaan konservasi perlu adanya kerjasama antar berbagai pihak terkait seperti masyarakat dan pemerintah, serta didasari oleh adat dan budaya setempat. Sistem pengelolaan diatas menjadi dasar dalam penelitian ini untuk menganalisis tentang pengelolaan konservasi dan strategi pengelolaan kedepannya bagi konservasi penyu di Karimunjawa.

1.7.3 Faktor Penghambat dalam Pengelolaan Area Konservasi

Menurut World Wildlife Fund for Nature (2015), hambatan atau gangguan merupakan suatu interaksi baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung antara manusia dengan satwa, yang dapat mengubah perilaku satwa, lingkungan, serta dapat berpengaruh pada kehidupan satwa untuk jangka pendek,

(39)

22 menengah hingga jangka lama. Berdasarkan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dalam Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia Tahun 2017, pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia sudah berlangsung dari tahun 1983, namun sampai dengan tahun 2015 belum ada penilaian evaluasi terhadap pengelolaan kawasan konservasi.

Pada tahun 2015 lalu, Indonesia mengadopsi Management Effectiveness Tracking Tool (METT) sebagai penilaian kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pengelolaan kawasan konservasi. Salah satu aspek yang dinilai dalam METT ini adalah ancaman terhadap kawasan konservasi. Faktor penghambat atau faktor yang dominan mengancam dalam mengelola kawasan konservasi terutama dalam konservasi perairan laut diantaranya adalah :

1. Penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti bom, pukat harimau dan lainnya, 2. Adanya pemanfaatan biota laut yang dilindungi, baik

dimanfaatkan sebagai konsumsi atau sebagai daya tarik wisata,

3. Pembangunan liar di kawasan konservasi, dan 4. Sampah.

(40)

23 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi antara manusia dengan satwa dapat menjadi ancaman bagi keberlangsugan hidup satwa. Maka dari itu perlu adanya konservasi sebagai upaya pelestarian satwa. Walaupun masih terdapat beberapa faktor penghambat kegiatan konservasi.

Faktor-faktor yang dapat menghambat kegiatan konservasi antara lain adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi mengenai penggunaan alat ramah lingkungan dan pemanfaatan satwa. Selain itu kegiatan pariwisata pun sangat berpengaruh bagi ekosistem apabila tidak dilakukan dengan mempertimbangkan aspek konservasi. Faktor-faktor tersebut menjadi acuan dalam penelitian ini untuk menganalisis kendala pengelolaan konservasi penyu yang dihadapi Taman Nasional Karimunjawa.

1.7.4 Wisata Edukasi

Menurut Hermawan (2017), wisata edukasi adalah jenis kegiatan wisata dimana wisatawan melakukan suatu perjalanan yang bertujuan untuk belajar atau mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa faktor pendorong atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata edukasi. Hermawan (2017) mengemukakan bahwa, motivasi wisatawan untuk melakukan wisata edukasi adalah adanya faktor daya tarik

(41)

24 dari sebuah destinasi wisata dan faktor pendorong dari kota asal, yang berarti adanya keinginan untuk belajar sesuatu yang baru diluar dari tempat asal seseorang. Sementara itu menurut jurnal lain, Wang (2018) mengungkapkan beberapa motivasi wisatawan melakukan wisata edukasi yaitu untuk melihat pemandangan, mengunjungi situs bersejarah, melakukan penelitian ilmiah, keinginan untuk mempelajari bahasa dan tradisi masyarakat lokal, serta pertukaran pelajar dan tur sekolah.

Wisata edukasi tidak terbatas pada kunjungan sejarah atau budaya saja, namun juga dapat mengunjungi wisata alam . Wood (2002) menyatakan, kriteria daerah tujuan wisata edukasi (edutourism) adalah :

1. Daerah atau kawasan pemanfaatan seperti Taman Wisata Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Laut dan Taman Wisata Pantai.

2. Zona pemafaatan pada Taman Nasional dan Cagar Alam. 3. Daerah pemanfaatan untuk Wisata Berburu.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang didasari oleh rasa ingin tahu serta keinginan mendapat pengetahuan baru dari suatu destinasi wisata yang dikunjungi. Wisata edukasi tidak terbatas hanya pada sejarah, namun termasuk wisata alam. Kawasan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata edukasi

(42)

25 salah satunya adalahTaman Nasional. Salah satu kawasan yang dimanfaatkan oleh Taman Nasional sebagai wisata edukasi bagi masyarakat adalah area konservsi penyu. Kegiatan yang dapat dilakukan di area konservasi penyu salah satunya adalah lepas tukik. Berikut beberapa prosedur kegiatan pelepas-liaran tukik menurut WWF (2015) :

1. Wisatawan harus mengetahui bahwa setiap kegiatan pelepas-liaran satwa harus memiliki izin pemerintah, seperti terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Satwa dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.

2. Sebelum dimulainya kegiatan pelepas-liaran, ada penjelasan mengenai konservasi, penyu dan prosedur pelepas-liaran tukik.

3. Memperhatikan waktu pelepas-liaran tukik, waktu yang tepat adalah pagi atau sore hari.

4. Jarak pelepasan diupayakan sama dengan jarak sarang ke laut.

5. Tukik tidak boleh dibantu untuk menuju bibir pantai.

6. Pada saat pelepasa-liaran tukik dilarang menggunakan senter atau sumber cahaya lain seperti flash kamera.

(43)

26 Teori-teori diatas akan digunakan dalam menganalisis mengenai kegiatan wisata edukasi yang dapat dilakukan di konservasi penyu Taman Nasional Karimunjawa.

1.7.5 Strategi Pengelolaan Wisata Edukasi di Area Konservasi

Area konservasi yang dikelola oleh Balai Taman Nasional merupakan unit pelaksana dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk itu Balai Taman Nasional bertanggung jawab untuk melakukan (Wandojo, 2017):

1. Inventarisasi potensi kawasan, pembagian zonasi dan perencanaan pengelolaan.

2. Perlindungan serta pengawasan kawasan konservasi. 3. Pengawasan perusakan kawasan.

4. Pengawasan kebakaran hutan.

5. Pengembangan secara non-komersial spesies tanaman dan hewan liar.

6. Perlindungan berbagai jenis tumbuhan dan satwa serta habitat ekosistem dalam kawasan konservasi.

7. Pengembangan dan penggunaan ekosistem. 8. Evaluasi fungsi, dan pentupan kawasan.

9. Menyediakan layanan data dan informasi, promosi dan pemasaran kawasan konservasi.

(44)

27 11. Penyuluhan terkait konservasi kepada masyarakat.

12. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional.

13. Administrasi dan perkantoran.

Menurut tugas atau tanggung jawab dari Taman Nasional diatas, kewajiban dan tugas dari dari Taman Nasional salah satunya adalah memberikan informasi dan pengetahuan serta mempromosikan kawasan konservasi kepada masyarakat luas. Berdasarkan tugas tersebut, maka perlu adanya teknis pengelolaan wisata berbasis konservasi, salah satunya adalah wisata berbasis penyu. Menurut Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2009), teknis pengelolaan wisata berbasis penyu adalah sebagai berikut:

1. Mendesain suatu kawasan wisata penyu dengan bangunan-bangunan yang ramah lingkungan dan penanaman vegetasi sesuai dengan habitat penyu.

2. Melakukan promosi dengan membuat booklet, leaflet dan poster.

3. Melakukan promosi dan sosialisasi melalui media informasi seperti media cetak maupun elektronik, serta melakukan sosialisasi ke lembaga-lembaga pendidikan.

(45)

28 4. Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan biro-biro

pariwisata lokal untuk membuat paket wisata berbasis penyu.

5. Pembangunan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan kenyamanan penyu, karena penyu merupakan satwa yang sensitif terhadap cahaya dan suara. Berdasarkan teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Taman Nasional merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab dalam perlindungan, pengawaasn hingga mempromosikan suatu kawasan konservasi. Pengelolaan kawasan konservasi sebagai wisata harus memperhatikan beberapa aspek yang bertujuan untuk kenyamanan satwa yang terdapat di area konservasi. Penggunaan teori tersebut digunakan untuk menganalisis penerapan strategi pengelolaan konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa sebagai sarana wisata edukasi.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Sugiarto (2015), penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan bentuk hitungan, namun berdasarkan pada observasi dan pengumpulan data dengan peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian.

(46)

29 Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap suatu masalah dengan menggunakan teknik analisis (Siyoto, Sandu dan Ali Sodik, M, 2015). Penelitian kualitatif berasal dari masalah, teori rujukan, mengemukakan hipotesis dan mengumpulkan serta menganalisis data, kemudian membuat kesimpulan (Dharma, Surya, 2008).

Menurut Noor (2011), penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan atau mendeskripsikan suatu masalah yang aktual. Penelitian deskriptif diawali dengan adanya masalah, kemudian mencari data melalui observasi dan wawancara, dilanjutkan dengan mengolah data dan menarik kesimpulan. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang datanya diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian data diolah secara analisis kemudian ditarik kesimpulan.

Berdasarkan uraian diatas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, karena dalam tugas akhir ini bertujuan untuk memaparkan data faktual hasil dari observasi dan wawancara langsung dengan pihak Taman Nasional Karimunjawa terkait pengelolaan konservasi penyu. Kemudian data akan dianalisis berdasarkan teori-teori terkait dengan penelitian di lapangan, dan akan ditarik kesimpulan mengenai

(47)

30 “Strategi Pengelolaan Area Konservasi Penyu Sebagai Wisata Edukasi Oleh Taman Nasional Karimunjawa”.

1.8.2 Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian :

Waktu penelitian ini adalah 2 bulan, dimulai dari tanggal 20 Januari 2020 hingga 20 Maret 2020.

2. Tempat Penelitian :

Penelitian ini dilakukan di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Taman Nasional Karimunjawa yang berlokasi di Jl. Danang Joyo, Dukuh Kapuran, Desa Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah.

1.8.3 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan penulis dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. SIMAKSI

Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI), merupakan tanda masuk kawasan konservasi yang dikenakan bagi setiap individu maupun kelompok yang akan melakukan penelitian, pendidikan, pengambilan gambar dan video untuk komersil, serta kegiatan wisata di area konservasi milik taman nasional.

(48)

31 2. Recorder

Penulis menggunakan recorder untuk merekam wawancara dengan narasumber mengenai konservasi penyu di Karimunjawa.

3. Kamera

Penulis menggunakan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa.

4. Laptop

Penulis menggunakan laptop pribadi untuk mengerjakan tugas akhir ini.

5. Alat Tulis

Penulis menggunakan alat tulis untuk menulis informasi dari beberapa buku di Taman Nasional Karimunjawa. 6. Panduan Wawancara

Penulis menggunakan panduan saat melakukan sesi wawancara dengan narasumber.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan instrumen terpenting dalam sebuah penelitian, dalam proses pengumpulan data, peneliti diharuskan teliti agar data yang diperoleh valid (Siyoto dan Ali, 2015). Menurut Sugiyono (2009), proses pengumpulan data banyak

(49)

32 diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada tugas akhir ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi Partisipan

Menurut Bungin dalam Rahardjo (2011), observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data dengan melalui pengamatan dan terlibat langsung dengan kegiatan narasumber. Penulis melakukan pengamatan dan ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan di Penetasan Semi Alami Konservasi Penyu dan kegiatan lain yang dilakukan oleh Taman Nasional Karimunjawa untuk mengumpulkan data mengenai pengelolaan dan hambatan yang terjadi di konservasi penyu.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses mengumpulkan data atau informasi secara langsung denagn cara tanya jawab dengan narasumber (Rahardjo, 2011). Wawancara dibagi menjadi 3, yang pertama yaitu wawancara terstruktur, yang mana menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun secara terperinci; yang kedua adalah wawancara semi terstruktur yaitu mengggunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya, kemudian pada setiap poin pertanyaan akan digali lebih dalam lagi.

(50)

33 Ketiga adalah wawancara tidak terstruktur, dimana pewawancara yang akan mengarahkan pembahasan dan jawaban narasumber (Sinyoto dan Ali, 2015).

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, karena dalam melakukan wawancara, penulis sudah membuat beberapa daftar pertanyaan. Namun pada saat proses wawancara, digali lebih dalam lagi per poin pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya. Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan pihak pengelola konservasi penyu di Penetasan Semi Alami Taman Nasional Karimunjawa, selain itu proses wawancara juga dilakukan secara online melalui aplikasi WhatsApp dengan 4 narasumber.

Narasumber yang pertama adalah ketua pengelola

atau penanggung jawab konservasi penyu, karena beliau merupakan orang yang bertugas dan bertanggung jawab di konservasi penyu di Taman Nasional Karimunjawa. Narasumber kedua dan ketiga adalah Bapak Sukanan dan Bapak Supriyanto selaku staf yang bertanggungjawab pada pengelolaan Penetasan Semi Alami (PSA), mereka merupakan staf TNKJ yang terlibat langsung dalam pengelolaan konservasi penyu di TNKJ, mulai dari mendata telur hingga release tukik. Narasumber keempat adalah

(51)

34 Bapak Muchamad Zaenudin selaku staf TNKJ, karena selain menjadi staf TNKJ, beliau adalah warga asli Karimunjawa dan juga merupakan guide yang tergabung dalam Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Karimunjawa. 3. Dokumentasi

Menurut Sinyoto dan Ali (2015), metode dokumentasi merupakan proses mencari data dari sumber yang berupa catatan, buku, jurnal dan sebagainya. Pengumpulan data melalui metode dokumentasi dalam tugas akhir ini berasal buku, jurnal dan website yang berkaitan dengan Taman Nasional Karimunjawa dan Konservasi Penyu.

1.8.5 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Menurut Siyoto dan Ali (2015), data primer adalah data yang diperoleh baik secara verbal atau dari perilaku langsung dari narasumber yang terkait dengan penelitian. Data primer yang digunakan dalam tugas akhir ini didapatkan dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas di Taman Nasional Karimunjawa mengenai sistem

(52)

35 pengelolaan konservasi penyu, kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan serta strategi Taman Nasional sebagai sarana wisata edukasi bagi masyarakat.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber terdahulu atau yang telah ada sebelumnya sebagai pendukung data primer (Siyoto dan Ali, 2015). Data sekunder yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dari dokumentasi yang berupa jurnal, buku, website, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengelolaan area konservasi dan Taman Nasional Karimunjawa.

1.8.6 Analisis Data

Berdasarkan Sinyoto dan Ali (2015), analisis data merupakan sebuah proses menjabarkan, mengurutkan, serta menyusun data yang telah diperoleh agar menjadi sebuah pertanyaan penelitian. Menurut Moleong dalam Sinyoto dan Ali (2015), proses analisis data kualitatif dimulai dari menelaah data, kemudian proses reduksi atau merangkum data, penyusunan, kemudian yang terakhir adalah menafsirkan data.

(53)

36 Proses analisis data dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan tahap pertama yaitu menelaah data berdasarkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian pada tahap kedua merangkum dan melakukan penyusunan data. Pada tahap terakhir adalah menafsirkan atau menyimpulkan hasil penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian terkait “Strategi Pengelolaan Area Konservasi Penyu Sebagai Wisata Edukasi Oleh Taman Nasional Karimunjawa”, yang mencakup sistem pengelolaan, hambatan, serta strategi dalam mengelola kawasan konservasi penyu.

(54)

37 BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2.1 Lokasi Taman Nasional Karimunjawa

Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) berlokasi di Jl. Sinar Waluyo Raya No.248, Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sementara itu, untuk Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karimunjawa terletak di Jl. Danang Joyo, Dukuh Kapuran, Desa Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kemujan berada di Kecamatan Kemujan. Taman Nasional Karimunjawa secara geografis terletak pada koordinat 5o40’39”-5o55’00” LS dan 110o05’57”-110o31’15” BT.

Jarak dari Jepara ke Taman Nasional Karimunjawa yang berada di Pulau Karimunjawa kurang lebih 86,4 km dan jarak dari Semarang ke Taman Nasional Karimunjawa kurang lebih 130 km. Transportasi untuk menuju Pulau Karimunjawa dapat melalui 2 jalur, yaitu jalur laut melalui Pelabuhan Kartini, Jepara (2-5 jam) atau melalui Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang (6 jam) dan jalur udara melalui Bandara Achmad Yani Semarang (35 menit).

(55)

38 2.2 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No.5k 28/IV-SET/2012 tanggal 6 Maret 2012, tentang Zonasi Taman Nasional. Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terbagi dalam 9 zonasi. Adapun zonasi Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1: Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

(Sumber: Website Taman Nasional Karimunjawa)

Secara lebih detail, zonasi Taman Nasional Karimunjawa akan dijabarkan dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

No. Zona Kawasan Luas (Ha)

1 Zona Inti Sebagian perairan Pulau Kumbang, Taka Malang, Taka Menyawakan, dan Tanjung Bomang.

(56)

39 2 Zona Rimba Hutan Hujan Tropis Dataran

Rendah di Pulau Karimunjawa dan Hutan Mangrove di Pulau Kemujan (diluar area Legon Lele, Trekking Mangrove dan Makan Sunan Nyamplungan).

1.451,767

3 Zona Perlindungan Bahari

Perairan Pulau Sintok, Gosong Tengah, Gosong Kumbang, Pulau Bengkoang bagian Utara, Pulau Cemara Besar Bagian Selatan, Pulau Cemara Kecil bagian Utara, Pulau Geleang, Pulau Burung, Perairan Selatan Pulau Menjangan Kecil, Bagian Timur Pulau Nyamuk, Pulau Kembar, Perairan Karang Kapal, Karang Besi bagian Selatan, Krakal Besar bagian Utara, dan Gosong Selikur.

2.599,770

4 Zona Pemanfaatan Darat

Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, Areal Legon Lele, Areal Trekking Mangrove, dan Areal Nyamplungan Ragas.

55,933

5 Zona Pemanfaatan Wisata Bahari

Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Menjangan Kecil, Perairan Pulau Menyawakan, Perairan Pulau Kembar, Perairan Pulau Tengah, Perairan sebelah Timur Pulau Kumbang, Perairan Pulau Bengkoang bagian Selatan, Perairan Tanjung Gelam, Perairan Pulau Cemara Besar bagian Utara dan Indonor, Perairan Pulau Cemara Kecil bagian Utara, Perairan Pulau Katang, Perairan Pulau Krakal Besar bagian Selatan, Perairan Pulau Krakal Kecil, dan Perairan Pulau Cilik.

2.733,735

6 Zona Budidaya Bahari

Perairan Pulau Karimunjawa, Perairan Pulau Kemujan, Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Nyamuk, Perairan Pulau Parang, dan Perairan Pulau Karang Besi bagian Utara.

1.370,729

(57)

40 Budaya, dan Sejarah Nyamplungan di Pulau

Kemujan.

8 Zona Rehabilitasi Perairan Timur Pulau Parang, Perairan Timur Pulau Nyamuk, Perairan Barat Pulau Kemujan, dan Perairan Barat Pulau Karimunjawa.

68,329

9 Zona Tradisional Perikanan

Seluruh perairan diluar zona yang telah ditetapkan dakam kawasan Taman Nasional Karimujawa.

102.899,249

Total Luas Kawasan 111.625,00

(Sumber: Data Statistik TNKJ 2019)

Setiap zona di Taman Nasional Karimunjawa memiliki fungsi masing-masing, yaitu Zona Inti, difungsikan untuk perlindungan ekosistem dan pengawetan flora dan fauna, kegiatan yang diperbolehkan di zona ini adalah perlindungan, pengamanan, monitoring sumber daya, penelitian dan pendidikan, masyarakat sekitar tidak boleh memasuki dan memanfaatkan sumber daya yang ada di zona ini. Zona Rimba dan Zona Perlindungan Bahari, berfungsi untuk pengawetan sumber daya alam dan menunjang Zona Inti, kegiatan yang diperbolehkan di zona ini adalah perlindungan, pengamanan, monitoring dan inventarisasi sumber daya alam, penelitian, pendidikan dan wisata terbatas, serta pembinaan habitat dan populasi untuk peningkatan populasi kehidupan liar, di zona ini diperbolehkan pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata terbatas.

Zona Pemanfaatan Darat dan Zona Pemanfaatan Wisata Bahari, merupakan zona yang dikembangkan sebagai pariwisata, rekreasi, penelitian dan pendidikan. Zona Budidaya Bahari, merupakan zona yang

(58)

41 difungsikan sebagai budidaya perikanan seperti karamba jaring dan budidaya rumput laut, namun tetap memperhatikan aspek konserasi. Zona Religi, Budaya dan Sejarah, merupakan zona yang difungsikan sebagai perlindungan nilai-nilai budaya, agama serta sejarah lokal seperti upacara adat dan upacara keagamaan.

Zona Rehabilitasi, merupakan zona yang difungsikan untuk pemulihan ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan lebih dari 75%. Zona Tradisional Perikanan, merupakan zona yang digunakan sebagai pemanfatan sumber daya perikanan yang telah berlangsung secara turun-temurun oleh masyarakat lokal, namun tetap menggunakan alat penangkapan yang ramah lingkungan.

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Nasional Karimunjawa

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997, Taman Nasional Karimunjawa beserta 22 Taman Nasional dan 12 Unit Taman Nasional di seluruh Indonesia ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Karimunjawa. Tugas dan fungsi dari Taman Nasional detetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, yaitu sebagai berikut:

1. Inventarisasi potensi, penataan, dan penyusunan rencana pengelolaan kawasan,

(59)

42 3. Pengendalian kerusakan kawasan sumber daya hayati,

4. Pengendalian terhadap kebakaran hutan,

5. Pengembangan dan pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan dan satwa untuk kepentingan non-komersial,

6. Pengawetan tumbuhan, satwa dan habitatnya, serta pengetahuan tradisional di dalam kawasan,

7. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan,

8. Evaluasi fungsi, pemulihan ekosistem, serta penutupan kawasan, 9. Penyediaan data dan informasi serta melakukan promosi dan

pemasaran kawasan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya,

10. Menjalin kerjasama dan kemitraan terkait sumber daya alam dan ekosistemnya,

11. Melakukan penyuluhan mengenai konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, serta mengembangkan bina cinta alam,

12. Permberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi,

13. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan.

2.4 Organisasi Taman Nasional Karimunjawa

Susunan organisasi Taman Nasional Karimunjawa tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Tinjauan Pustaka
Gambar 2.1: Zonasi Taman Nasional Karimunjawa  (Sumber: Website Taman Nasional Karimunjawa)
Tabel 2.2 Status Pegawai Balai Taman Nasional Karimunjawa  No.  Unit  Organisasi  PNS/CPNS  Pegawai harian  Jumlah Ttoatl  IV  III  II  Jml  1
Gambar 3.2 Pengukuran Sarang Penyu di Pulau Seruni  (Sumber: Website TNKJ)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Kegiatan : Gerakan Masyarakat Cinta Penyu (MCP) : Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Di Sekitar Kawasan TWA Air Hitam Terhadap Konservasi Penyu Di Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan kajian yang dilakukan pada spot snorkeling di destinasi wisata Taman Nasional Karimunjawa dapat ditarik kesimpulan, bahwa kontak fisik terhadap

Strategi pengelolaan Desa Pancasari sebagai KDTWK meliputi; Strategi SO (Strength Oppurtunity): inventarisasi daya tarik wisata, memaksimalkan kemudahan aksesibilitas,

Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, khususnya target 900.000 ha dilakukan pada TNP Laut Sawu, tahapan awal yang dilakukan sebagai berikut: (1) Penyusunan Pedoman/Peraturan

1) Wisata Konservasi dan Edukasi Budidaya Rumput Laut. Pemanfaatan keunikan landmark Patung Pandawa sebagai salah satu daya tarik wisata akan menarik minat wisatawan

Perbedaan persepsi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) masih dirasakan oleh para pemangku kepentingan terutama pihak

Dilihat secara letak dari gugusan kepulauan Karimunjawa, pada perairan dangkal zona pemanfaatan wisata terdapat beberapa kecenderungan sebagai berikut, pada bagian

Secara spesifik, penelitian ini menggambarkan bagaimana PT Pertamina Patra Niaga DPPU Babullah Ternate telah melakukan proyek konservasi dan pengelolaan penyu sebagai mitra OMF dan