TRIWULAN I/TAHUN 2014
3
A
sosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) merupakan bentuk solidaritas yang deklarasikan oleh Gubernur Seluruh Indonesia pada tanggal 6 juni 2000 di Jakarta. Tujuan pedirian APPSI adalah untuk mewujudkan Pemerintah Daerah yang bersih, efektif, percaya diri, kreatif dan bertanggungjawab.Untuk Tahun 2014, pelaksanaan Forum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) berlangsung di Aula Hotel Shangri-La Surabaya, Rabu (12/3/2014). Dalam pelaksanaan Diskusi Round Table IV Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia dan Komite Ekonomi Nasional mengambil tema “Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Transportasi Pembangunan Sarana Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Optimalisasi Bidang Perikanan.” Sebagai organisasi informal, APPSI merupakan wadah bagi Pemerintah Provinsi untuk menyampaikan aspirasi sekaligus mengkritik kebijakan Pemerintah Pusat.
Diskusi dipimpin Ketua APPSI Syahrul Yasin Limpo dan dihadiri Dirjen Otda Kementerian Dalam Negeri Prof. Dr. Riyas Rasyid, Ketua Badan Anggaran (Banggar RI) Achmadi Yos Supit. Dalam diskusi tersebut terungkap berbagai pemikiran cerdas sekaligus kritis para kepala daerah ketika dibuka sesi diskusi Round Table IV tersebut.
Salah satu topik diskusi menarik dalam forum tersebut yaitu ketika Gubernur Jogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pandangannya. Beliau mengkritik kebijakan
Gubernur Kompak Kritik Pemerintah Pusat
pemerintah pusat yang selalu bersifat kontraproduktif.Keinginan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah, namun tidak dibarengi dengan kebijakan nyata yang berpihak pada daerah.
“Daerah hanya bisa bikin Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saja, sementara aktivitas yang berskala raksasa jadi kewenangan Pemerintah Pusat. Bagaimana mungkin (daerah) bisa mempunyai pertumbuhan yang tinggi, kalau kontrak-kontrak (proyek) strategis dilaksanakan di Singapura dan menjual produk juga di Singapura. Bagaimana daerah bisa tumbuh, kalau semua dihabiskan di Jakarta,” tegas Sultan.
Hal senada disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya. Dirinya mengkritik kebijakan Pemerintah Pusat yang melakukan transfer Dana Alokasi Umum (DAU) untuk NTT yang hanya dihitung berdasarkan daratan, sementara laut tidak dihitung. “Padahal luasan wilayah lautan kami lebih besar dari luas daratan, demikian juga potensinya, jauh lebih banyak di
lautan daripada di daratan,” ujar Gubernur Nusa Tenggara Timur.
Sementara Wakil Gubernur Banten Rano Karno mengkritik ketidakpedulian Pemerintah Pusat terhadap proyek pembangunan yang sudah dicanangkan di wilayahnya.
Mantan Aktor Film “Si doel anak sekolahan” tersebut lantas memberi contoh dua proyek prestisius, yakni rencana pengembangan Pelabuhan Internasional Bojonegara dan Jembatan Selat Sunda. Untuk Pelabuhan Internasional Bojonegara, pencanangan dan ground breaking sudah dilakukan sejak tahun 2003 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Tapi oleh pemerintah pusat saat ini terkesan ditelantarkan. Sedangkan terkait proyek Jembatan Selat Sunda, Rano minta kejelasan realisasi proyek jalan tol yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera tersebut.