BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya
Tabel 2.1 Perbandingan Indo Communities dengan Program Lain
No Judul Program Isi Program Perbedaan dengan Program yang Dibuat 1. Komunitas Unik Trans 7 Hari Rabu Pukul 00.00 – 00.30
Feature profile yang membahas sebuah komunitas dengan durasi 30 menit. Konsep dalam menjelaskan tentang komunitas yang diliput adalah dalam bentuk cerita. Tidak ada host yang dipakai dalam program ini. Informasi yang didapatkan oleh audiens berasal dari naskah yang kemudian akan
di-dubbing dengan
menggunakan footage video kegiatan komunitas tersebut. Informasi lain akan didapatkan melalui wawancara dengan para anggota komunitas. Program hanya akan diisi oleh kehadiran oleh para anggota komunitas. Shooting dilakukan pada lokasi dimana
Program INDO COMMUNITIES memiliki perbedaan yang cukup signifikan, dimana tim produksi akan menggunakan host pada program ini. Host akan melakukan wawancara langsung kepada anggota komunitas dan juga akan berinteraksi langsung serta mencoba untuk melakukan kegiatan dari komunitas tersebut. Program tim produksi juga akan membahas mengenai sejarah tentang subjek komunitas tersebut dan adanya komunitas yang serupa, terkenal serta sudah ada sejak dulu di negara-negara lain. Perbedaan lainnya adalah dimana program tim produksi dapat dijangkau oleh segala umur karena waktu tayang yang tim produksi tetapkan yaitu setiap Minggu siang dimana biasanya
komunitas biasanya melakukan aksi mereka atau sekedar berkumpul. Beberapa komunitas yang diliput juga melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar. Program ini biasanya ditayangkan pukul 12 tengah malam pada hari Rabu.
waktu tersebut adalah waktu luang untuk bersantai bahkan bersama keluarga. 2. Warna Warni (2011) BinusTV Hari Jumat Pk 15.00 – 15.30
Program yang ditayangkan oleh Binus TV ini membahas mengenai suatu komunitas dengan durasi tayang 30 menit. Program ini melibatkan satu host baik pria maupun wanita. Host tersebut tidak berinteraksi langsung dengan komunitasnya. Namun hanya sebagai pembawa alur program saja.
Host pada program INDO
COMMUNITIES akan
berinteraksi langsung dengan komunitas. Tidak melulu hanya wawancara, host akan mencoba melakukan kegiatan dari komunitas tersebut. Hal ini untuk bertujuan untuk menunjukkan bahwa semua orang awam bisa dan boleh bergabung dengan komunitas tersebut.
2.2 Teori atau Konsep yang Berkaitan dengan Proses Pembuatan Tugas Akhir
2.2.1 Strategi Produksi Program Televisi
Strategi didefinisikan sebagai suatu program umum untuk mencapai tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata "program" di definisikan sebagai suatu peranan aktif, sadar, dan rasional, yang dimainkan oleh pelaku organisasi dalam merumuskan strategi-strategi. Strategi juga di definisikan sebagai pola tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Setiap organisasi selalu memiliki strategi yang menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya. Strategi dijadikan sebagai sebuah
pedoman dan pengarahan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini juga berlaku pada bidang penyiaran. Semua kegiatan penyiaran selalu dilakukan melalui tahapan dan proses pelaksanaan yang sudah ditentukan, sehingga suatu program dapat tercipta dan layak untuk disiarkan.
Dalam memproduksi sebuah program televisi juga dibutuhkan keahlian dalam menyusun strategi atau disebut juga manajemen strategis (Morissan, 2011: 273), baik dalam tahapan produksi maupun strategi penyusunan tim atau kru produksi. Terlepas dari masalah teknis atau non teknis, apakah kita bekerja dengan kru yang banyak atau mengerjakannya sendiri, dalam memproduksi sebuah program televisi, kita harus melalui tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pascaproduksi (Zettl, 2009: 4).
2.2.1.1 Tahap Pra Produksi
Proses pra produksi merupakan tahapan yang dilalui sebelum kegiatan produksi program televisi berlangsung. Segala persiapan dan penyusunan program terjadi di tahap ini. Tanpa melalui tahap ini maka kegiatan produksi tidak akan terlaksana. Ada tiga tahapan utama yang terdapat dalam proses pra produksi, yaitu:
Pertama adalah tahap penemuan ide. Ide atau gagasan tersebut ditemukan oleh seorang produser, dimana ide tersebut akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya.
Kedua adalah tahap perencanaan. Disini perencanaan harus dibuat secara teliti dan hati-hati, sehingga perlu mengadakan meeting bersama kru produksi. Diskusi dengan beberapa kru yang terlibat dalam produksi siaran televisi merupakan tahap awal dalam pra produksi. Diskusi ini dilakukan untuk membicarakan perencanaan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam tahap ini, terdapat beberapa kegiatan perencanaan seperti pembuatan konsep program, pembagian job desk masing-masing kru, dan shooting schedule.
Konsep sebuah program berawal dari sebuah gagasan, dimana sebuah program produksi dapat tercipta dari orang-orang yang memiliki sebuah ide atau gagasan. Pada tahap pembuatan konsep, seorang produser harus menentukan program seperti apa yang ingin dibuat, karakteristik atau
perwatakan si presenter, dan alur program di setiap segmennya dalam bentuk rundown. Setelah proses perancangan konsep jadi, barulah dibuat sebuah proposal atau yang biasa disebut dengan desain produksi. Dalam desain produksi, tidak hanya terdapat rancangan konsep program, tetapi juga terdapat tujuan program dan sasaran yang ingin dicapai.
Setelah rancangan tersebut selesai, barulah dikembangkan konsep tersebut dengan pembuatan skenario dan perancangan adegan per-adegan. Rancangan ide dan gagasan skenario serta adegan sulit untuk digambarkan melalui tulisan, sehingga tenaga illustrator dibutuhkan didalam tim produksi untuk membuat storyboard dan layout sebagai gambaran alur program di setiap segmennya.
Selanjutnya pada tahap ini, setiap kru diberikan pembagian tugas atau job desk sesuai dengan keperluan produksi. Pada dasarnya, proses produksi membutuhkan sejumlah orang yang bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim yang disebut dengan tim produksi. Tim produksi adalah orang-orang yang membantu berjalannya sebuah produksi.
Pra produksi dilakukan dengan melalui sejumlah tahapan diantaranya (Rahmawati & Rusnandi, 2011: 63-82):
1. Meeting bersama kru produksi
Diskusi ini dilakukan biasanya dengan kru produksi, selain itu juga dengan Art Director atau Penata Artistik, karena seorang penata artistik akan memberikan masukan serta gagasan set yang akan dibangun. Sutradara juga berdiskusi dengan penata kamera atau D.O.P (Director of Photography) untuk menentukan komposisi, angle, camera movement pada saat produksi berlangsung.
2. Shooting Schedule
Penjadwalan shooting dilakukan setelah sutradara melakukan breakdown script, dalam hal ini sutradara biasanya dibantu oleh assisten sutradara. 3. Penetapan Ide Cerita
Penggalian fakta terhadap setting cerita dan karakter harus diperhatikan sebelum produksi dilakukan. Selain itu penggalian pemahaman dan pengetahuan terhadap informasi yang sudah ada juga diperlukan.
4. Pembuatan Skenario
Pembuatan skenario, meskipun lazimnya dilakukan dalam proses produksi film komersial, namun dapat diadaptasi untuk proses pembuatan produk audio-visual lainnya dengan penyesuaian seperlunya. 5. Pembuatan Storyboard dan Layout
Storyboard adalah rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menjelaskan bahasa tulisan skenario ke dalam bahasa visual. Adegan demi adegan cerita yang sebelumnya telah dirumuskan dalam bentuk kata-kata, dibuat dalam bentuk gambaran visual yang semirip mungkin sehingga terbentuk sebuah ilustrasi pada saat pengambilan gambar. Layout adalah bentuk lanjutan dan terakhir dari kegiatan pra produksi. Gambar-gambar yang ada di storyboard dirangkai dalam suatu kegiatan editing video, sesuai skenario.
6. Membuat dan Mengajukan Budget
Seorang produser harus membuat dan mengajukan proposal rencana anggaran biaya produksi program yang akan dikerjakan oleh pihak produksi. Hal ini bertujuan untuk menunjang proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan.
7. Survei Lokasi
Memilih dan mencari lokasi pengambilan gambar sesuai dengan naskah. Pemilihan lokasi ini biasanya dilakukan agar apa yang telah disusun dalam skenario dapat terwujud semirip mungkin dan dapat menggambarkan apa yang ada di dalam naskah.
8. Mempersiapkan Talent, Properti, dan Kostum
Kostum dibutuhkan agar tokoh cerita dapat sesuai dengan penokohan yang telah disusun dalam naskah. Properti dibutuhkan untuk mendapatkan hasil video yang baik dan berkualitas, juga untuk mendukung latar yang telah ditentukan. Talent adalah individu-individu yang dapat memerankan tokoh yang telah ditentukan di dalam naskah. Untuk memperoleh talent biasanya dapat dipilih langsung oleh produser, atau dilakukan proses casting.
2.2.1.2 Tahap Produksi
Proses produksi merupakan tahap pengambilan gambar. Kegiatan ini disebut juga dengan shooting. Tahap produksi dapat dilakukan di dalam studio maupun diluar studio.
Dalam proses produksi dikenal dua istilah, yaitu live dan tapping. Produksi live merupakan kegiatan terakhir dalam tahap pembuatan sebuah program. Karena program tersebut disiarkan secara langsung sehingga tidak dapat diulang. Sedangkan produksi tapping merupakan kegiatan pembuatan program yang dibantu dengan alat perekam dan tidak disiarkan secara langsung, sehingga pada proses pengambilan gambar masih dapat mengulang kesalahan adegan.
Berlangsungnya proses produksi sangat bergantung pada tim produksi. Selain itu proses produksi program televisi juga bergantung pada seseorang atau beberapa orang yang mejadi talent atau host untuk memandu jalannya acara. Serta melibatkan juga beberapa narasumber untuk beberapa program acara seperti talkshow dan program diskusi lainnya.
Proses produksi sangat terpaku pada peralatan yang digunakan dalam pembuatan sebuah program televisi. Peralatan yang digunakan untuk produksi acara TV di studio dan diluar studio memiliki sedikit perbedaan. Karena, tidak semua peralatan yang digunakan saat produksi didalam studio, digunakan juga pada saat produksi diluar studio.
Dalam pelaksanaan produksi, tim produksi bertugas membuat perencanaan ide, gagasan, dan konsep menjadi sebuah gambar yang layak untuk ditonton. Maka dari itu, diperlukan penentuan jenis shoot yang akan diambil dalam tiap adegannya.
2.2.1.3 Tahap Pasca Produksi
Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam proses produksi sebuah program televisi. Dalam proses pasca produksi terdapat beberpa tahap sebelum akhirnya menjadi sebuah tayangan yang layak untuk disiapkan. Ada
dua tahapanya yaitu: proses editing dan evaluasi. Proses editing masa kini berbeda dengan proses editing dulu. Kini proses editing menggunakan teknologi digital dimana proses editing yang dilakukan lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan sistem editing analog yang lebih rumit.
Sebelum proses editing video secara digital dimulai, terdapat tahap capturing. Tahap capturing merupakan kegiatan mentransfer audio visual yang terekam dalam kaset digital kedalam komputer. Sehingga materi yang nanti akan masuk kedalam editing sudah dalam bentuk file.
Setelah seluruh materi yang akan digunakan selesai dipindahkan, barulah proses editing dapat dilakukan. Proses editing merupakan kegiatan penyusunan dan perangkaian seluruh materi hasil syuting sehingga menjadi sebuah produk akhir (product final) yang layak dan siap untuk ditayangkan. Orang yang mengerjakan tahap ini disebut sebagai seorang editor (Fachruddin, 2012: 394).. Dalam tahap editing, terdapat tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing.
Editing offline disebut juga dengan editing kasar, dimana materi hasil syuting langsung dipilih dan disusun menjadi sebuah rangkaian cerita sesuai dengan rundown. Selanjutnya dilakukan proses screening, dimana bahan yang sudah diproses didalam editing offline diperiksa kembali, sehingga apabila masih ada gambar yang ingin ditambah dan dikurangi masih dapat dilakukan.
Setelah tahap editing offline selesai dilakukan, selanjutnya masuk kedalam tahap editing online. editing online merupakan penyempurnaan hasil editing offline. editing online biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mixing. Dimana pada tahap ini, editor memasukkan musik, efek gambar, dan suara seperti sound effect serta rekaman narasi atau dubbing yang diselaraskan dengan gambar.
2.2.2 Konsep Program Features
Features pengertiannya sama dengan softnews, demikian dengan cara membuatnya tidak berbeda jauh denan membuat berita telivisi. Namun karena features bukan informasi yang harus cepat disajikan agar tidak basi
informasinya, maka Membuat features sangat flesksibel sesuai dengan kebutuhan.
Features memiliki pengertian juga suatu jenis Berita yang membahas satu pokok Bahasan, satu tema yang diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai kreasi. Kreasi yang dimaksudkan adalah narasi wawancara, vox pop, music,sisipan puisi-puisi, bahkankadang ada sandiwara pendek atau fragmen yang dipandu seorang pembawa acara (host).
Penyajian features bobot informasinya ringan, dalam arti tidak langsung pada pokok persoalan (straight news). Pemaparan bahasanya bertutur dan sifat laporannya investigasi maka features bisa disebut juga bagian dari liputan mendalam. Features adalah gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan ekspresi.
Features merupakan reportase yang dikemas lebih mendalam dan luas disertai sedikit kebutuhan aspek human interest agar memiliki dramatika. Features di televisi memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa, karena dapat dilihat secara fisik tanpa narasi pajang. Gambar dan atmosfer yang terekam dalam kamera lebih memberikan gamabaran sesungguhnya. Ciri features televisi lebih luwes pendekatannya dibandingkan dengan hardnews. Struktur features tidak terikat dengan bentuk piramida terbalik, di mana pokok pikiran utama bisa disajikan di tengah atau akhir, karena kesimpulan cerita bisa saja tercapai sebelum cerita itu berakhir (Fachruddin, 2012 : 222-228)
Dengan demikian, program features dapat diartikan sebagai dasar dari sesautu paket program televisi. Hal ini terjadi karena:
1. Perencanaan, Pra-Produksi, Produksi hingga finishing (kecuali editing) dapat dikerjakan oleh seorang produser / reporter dan juru kamera
2. Tidak memerlukan peralatan yang banyak karena SDM hanya dua orang sehingga sangat efisien dan efektif
3. Kemurnian materi cerita / realita atau fakta menjadi Bahasan cerita sehingga ada manipulasi makna dan tujuan program
2.2.2.1 Karakteristik Program Features
Program features kadang syarat dengan kadar keilmuan, hanya pengolahannya secara popular, sehingga nyaman disimak dan menghibur. “Cerita features adalah pengemasan informasi yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk Membuat senang dan memberi informasi kepada pemirsa tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Berikut karakteristik program features yang akan diproduksi:
a. Kreativitas (creative)
Berbeda dari Berita (hardnews), features memungkinkan jurnalis menciptakan sebuah cerita. Cerita features dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang jurnalis. Meskipun masih diikat etika bahwa features harus akurat, karangan fiktif dan khayalan tidak diperbolehkan. Jurnalis bisa mencari features dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia bisa memulai memproduksi secara bertahap.
b. Informatif
Features bisa memberikan informasi kepada Masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam kemasan informasi si berita hardnews.
Aspek informatif mengenai program features bisa juga dalam bentuk lain. Features bisa menjadi alat yang ampuh sebagai pembawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada pemirsa. Seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus tanpa pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuanga, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih. Features bisa menggelitik hati sanubari manuasia untuk menciptakan perubahan yang konstruktif. c. Menghibur (Entertainment)
Dalam persaingan program televisi yang sangat ketat saat ini, features menjadi alternatif untuk meng-counter program sinetron, reality show, dan sebagainya, karena memiliki segmentasi audiensi yang berbeda. Bagi stasiun televisi, menayangkan features membutuhkan biaya yang relatif terjangkau, namun menghadirkan sentuhan perasaan manusia.
d. Awet (Timeless)
Berita (hardnews) mudah sekali “punah” dimakan waktu, tetapi features bisa ditayangkan kapan saja bahkan berkali-kali disiarkan pun masih tetap menarik perhatian pemirsa.
e. Subjektivitas
Beberapa features ditulis dalam bentuk “aku”, sehingga memungkinkan pada program features jurnalis memasukkan emosi dan pikirannya sendiri.
2.2.2.2 Fungsi Program Features Televisi
Dengan kedudukan yang terbukti sangat penting (berdasarkan data / realita pada rating features distasiun televisi), maka fungsi program features televisi mencakup lima hal berikut:
1. Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Tanpa features, program berita terkesan monoton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa untuk tetap menonton berita secara utuh. Dalam jurnalistik tidak semata-mata suatu keterampilan, jurnalistik sekaligus juga seni. Pada seni terkandung proses kreatif yang memiliki daya tarik dan menggoda.
2. Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah terjadi dari perspektif jurnalis dengan pendekatan human interest yang dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk pada hal-hal yang sifatnya penting sekali. Adapun features sebaliknya, serpihan informasi ringan, unik, menyentuh perasaan, dan terperinci yang belum terangkut pada program menjadi materi berharga dalam kisah jurnalistik (features) yang berbobot karena pemirsa televisi membutuhkan informasi tersebut.
3. Memberikan hiburan atau saran rekreasi (yang hadir di layar kaca) dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan (pemirsa - enjoy). Fungsi menghibur (to entertain) senantiasa melekat pada setiap Bentuk media. Hampir 80% media elektronik televisi memanjakan pemirsanya dengan program yang sifatnya
menghibur. Fungsi menghibur tak pernah terpisahkan bagaikan dua sisi mata uang. Pemirsa membutuhkan program televisi karena terdesak akan hiburan untuk mengembangkan imajinasi bagi keseimbangan kejiwaannya dalam segala tingkatan usia.
4. Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suata keadaan atau peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas.
5. Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi pemirsa televisi.
2.2.3 Teknik Pengambilan Gambar
Setelah memahami konsep sebuah program features maka seorang cameraperson dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dengan menggabungkan berbagai unsur dan elemen dalam videografi untuk membentuk gambar yang baik. Banyak unsur yang harus diperhatikan seorang cameraperson, seperti ukuran gambar, sudut pengambilan gambar, komposisi gambar, kesinambungan gambar, dan lainnya.
Pada tahapan pra-produksi, kameramen akan berunding dan bertukar pikiran dengan produser mengenai konsep episode dan gambar-gambar apa saja yang diinginkan oleh produser untuk dapat memvisualisasikan pesan yang ingin disampaikan oleh produser. Cameraperson juga akan mendiskusikan gambar-gambar apa saja yang perlu diambil dan dari sudut apa.
Seorang kameramen akan berperan paling dominan dalam proses produksi dimana dilaksanakan proses shooting. Ia harus menerapkan hasil diskusi dengan produser tersebut dalam pelaksanaan proses shooting. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengatur pengaturan dalam kamera agar sesuai dengan lokasi shooting.
Pengertian atas pegambilan gambar dari sebuah shoot atau ukuran gambar sangat berpengaruh pada cara sutradara mengarahkan juru kamera untuk mengambil gambar-gambar yang dibutuhkan. Adapun sutradara televisi berpengaruh memberi komando penyutradaraan kepada seluruh kru produksi baik di studio atau luar studio.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum perekaman gambar adalah pastikan objek dalam keadaan :
1. Fokus (gambar harus tajam tidak blur) 2. Irish (teraang tampak alamiah)
3. Shot size (ukuran gambar) 4. Komposisi gambar
5. Stabil tidak goyang
6. Gerakan kamera kalau diperlukan 7. Continuity (kesinambungan gambar) 8. Motivasi atau alasan yang kuat
Dalam bahasa visual, dasar-dasar pembingkaian gambar dikenal dengan the grammar of the shot oleh Roy Thomson dalam buku Naratama. Masih dalam buku Naratama, Desi K. Bognar menyatakan Shoot adalah “the single continous take by the camera in one set up”. Dengan kata lain shoot merupakan bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu take saja.
Diki Umbara menyatakan teknik pengambilan gambar merupakan teknik mengumpulkan materi untuk membangun suatu cerita. Maka dari teknik ini harus sangat diperhatikan oleh kameran dalam proses shooting. Beberapa hal teknis seperti cara pengambilan tipe shot, komposisi gambar, sudut pengambilan gambar, pergerakan kamera, membangun sequence, dan garis imajiner harus dipahami oleh seorang cameraperson guna menghasilkan gambar yang baik dan juga memiliki rasa seni yang tinggi. (Diki Umbara, 2009:88-89)
Maka dari itu, selanjutnya akan dibahas unsur-unsur yang harus dipahami lebih dalam oleh cameraperson dalam proses shooting. Unsur-unsur ini dijelaskan oleh Andi Fachruddin dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Televisi.
2.2.3.1 Ukuran Gambar
Dalam pengambilan gambar, kita harus mengetahui terlebih dahulu bentuk gambar yang ingin kita ambil. Pengambilan gambar akan membentuk gambaran subjek di pikiran masyarakat.
1. Extreme long shot (ELS) : ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu (peristiwa, pemandangan) yang sangat-sangat jauh dan panjang dan luas berdimensi lebar. Biasa digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama.
2. Very Long Shot (VLS) : gambar-gambar opening scene atau bridging scene dimana permisa divisualkan adegan kolosal, kota metropolitan dan sebagaainya. Posisi kamera diletakkan beragam seperti top angle dari helikopter, menggunakan crane atau jimmy jib. Tidak cocok dengan handheld atau dipanggul di bahu.
3. Long shot (LS) : keseluruhan gambaran dari pokok materi dilihat dari kepala ke kaki atau gambar manusia sepenuhnya. Dikenal dengan landscape format.
4. Medium Long Shot (MLS) : memotong pokok materi dari lutut sampai puncak kepala pokok materi. Dari Long Shot ditarik garis imajiner lalu di zoom in sehingga lebih padat dan menjadi MLS. Angle ini dipakai untuk memperkaya keindahan gambar.
5. Medium Shot (MS) : gambar dari pinggul pokok materi sampai pada kepala pokok materi. Komposisi gambar terbaik untuk wawancara. Pemirsa dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi.
6. Middle Close Up (MCU) : dari dada pokok materi sampai puncak kepala.
Potret setengah badan dengan keleluasaan background yang masih bisa dinikmati. Memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek yang direkam.
7. Close Up (CU) : sudut ini meliput wajah yang keseluruhan dari pokok materi. Objek menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang hanya terlihat sedikit. Fokus kepada wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang.
8. Big Close Up (BCU) : lebih tajam dari Close Up, mampu
mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka dan emosional wajah. Tanpa intonasi/narasi, Big Close Up sudah bisa mewujudkan arti reaksi spontanitas atau refleks seseorang.
9. Extreme Close Up (ECU) : kekuataannya ada pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek. Sering digunakan untuk
memperhebat emosi dari suatu pertunjukkan musik atau situasi yang dramatis. Kesulitannya adalah dalam menciptakan depth of field, karena jarak objek dan jangkauan lensa kamera terlalu dekat.
2.2.3.2 Sudut Pengambilan Gambar
Seorang kameramen juga harus memahami sudut pengambilan gambar pada kamera karena hal ini sangat vital. Beda sudut pengambilan maka makna yang dihasilkan pun akan beda juga.
Sudut pengambilan gambar merupakan aspek penting untuk membentuk gambaran sebuah subjek. Beberapa pilihan dalam sudut pengambilan gambar adalah
1. High angle, adalah pengambilan gambar dengan meletakkan
tinggi kamera di atas objek/garis mata orang. Kesan yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan atau imperior. 2. Eye level (normal), dimana tinggi kamera sejajar dengan garis
mata objek yang dituju. Kesan yang disajikan kewajaran, kesetaraan dan sederajat. Tidak ada inntervensi khusus yang terlihat pada subjek.
3. Low Angle, adalah pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau garis mata orang. Objek akan tampak berwibawa, dominan, menekan dan superior.
2.2.3.3 Komposisi Gambar
Komposisi adalah pengaturan / penataan dan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame /bingkai gambar. Komposisi sangat erat kaitannya dengan rasa seni, perasaan dan ekspresi seseorang. Komposisi gambar harus memerhatikan faktor keseimbangan, keindahan, ruang dan warna dari unsur-unsur gambar serta daya tarik tersendiri. Unsur-unsur-unsur gambar dalam komposisi : tokoh/manusia (obyek) termasuk perlengkapan kostum dan make up; lokasi gedung, dekorasi dan properti; warna, cahaya, dan lainnya.
Framing merupakan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame yang bertujuan menempatkan objek pada komposisi yang baik, serta terpenuhinya unsur keseimbangan frame kiri dan kanan, atas dan bawah. 1. Trianggulasi
Pusat perhatian ditempatkan pada puncak suatu segitiga. Bagian-bagian lainnya ditempatkan pada pangkal dasar suatu koomposisi. Keseimbangan sisi kiri dan kanan objek serta atas dengan background yang mengesankan objek menjadi elegan dan enak dipandang.
2. The rule of thirds (The golden mean)
Pedoman dalam penempatan unsur-unsur gambar dalam frame yang dibagi atas tiga bagian secara vertikal dan tiga bagian secara horizontal. Perpotongan garis vertikal dan horizontal merupakan titik perhatian pemirsa dalam menyaksikan suatu adegan. Interest point of object (pusat perhatian) sebaiknya ditempatkan pada titik-titik perpotongan tersebut. 3. Walking room (lead room)
Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi frame, ruang depan lebih luas dua kali dibanding ruang belakang (30-50%). Teknik pengambilan gambar dengan memberikan sisa jarak ketika seseorang bergerak ke arah tertentu. Tanpa memperhatikan walking room, objek gambar orang akan tampak terhalangi atau terhenti di layar televisi. 4. Looking room/ nose room
Jarak pandang objek ke depan dengan perbandingan dua bagian depan satu bagian belakang (30-50%). Ketika objek gambar melihat atau menunjuk ke suatu arah, harus tersedia ruang kosong pada arah yang dituju. Pengambilan gambar tanpa looking room akan terlihat janggal dan tidak seimbang.
5. Head room
Teknik pengambilan gambar ini, ruang dari atas kepala sampai tepi atas frame, ruang bagian ini sepermpat dari kepala objek. Ruang kosong yang berada di atas kepala harus seimbang dengan tepi layar televisi. Namun kalau kebanyakan, maka gambar tampak tidak seimbang dan objek tampak tenggelam di layar televisi, gambar akan tidak nyaman dilihat.
Pengambilan gambar daratan dari udara dengan meletakkan posisi kamera pada pesawat udara. Fungsi pengambilan gambar ini untuk melihat suasana di bawah daratan secara menyeluruh dan leluasa.
7. Over the shoulder shot
Kamera berada di salah satu pelaku, di belakang objek yang membelakangi dan tampak di dalam frame. Sementara objek utama lebih difokuskan tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.
8. Establishing shot
Pengambilan gambar yang menampilkan keseluruhan objek ditambah dengan ruang di sekitarnya sebagai pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi dimana peristiwa atau bagimana kondisi adegan itu terjadi.
9. Point of view
Teknik pengambilan gambar yang menghasilkan arah pandang pelaku atau objek utama dalam frame.
10. Canted shot
Kamera dalam posisi miring ke kiri atau kanan dengan statis, sehingga menggambarkan frame menjadi diagonal dengan kesan atraktif objek yang dituju. Biasanya digunakan pada tayangan MTV, saat opening oleh presenter.
11. Crazy shot
Menggerakan kamera ke kiri dan kanan secara dinamis. Tidak lazim pada program formal dan normal. Jenis ini sering digunakan sebagai cara untuk menggairahkan gambar yang disesuaikan dengan ritmenya. Sering digunakan dalam proses pembuatan video klip.
12. Subjective shot dan objective shot
Teknik pengambilan gambar yang secara psikologis melibatkan penonton sebagai pelaku dalam scene tersebut.
13. Type of shot
Produksi program televisi yang akan disesuaikan dengan format program yang telah ditetapkan sbelumnya. Hal ini akan mempermudah proses penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna yang
afektif pada pemirsa televisi, sehingga tipe pengambilan gambar menjadi dasar pembuatan program acara tv adalah sebagai berikut :
a. Simple shot
Proses pengambilan gambar yang menggunakan pengambilan statis, tanpa pergerakan dengan cut to cut. Biasanya digunakan untuk merekam penyiar berita.
b. Complex shot
Proses yang bervariasi dengan kombinasi antara statis dengan pergerakan lensa, sehingga menghasilkan komposisi gambar yang indah dan enak ditonton. Biasanya digunakan dalam program fashion show, kuis, dan lainnya.
c. Developing shot
Proses dengan menggunakan seluruh pergerakan kamera dengan berbagai angle, sehingga terbentuk pengambilan gambar yang dramatis.
14. Object in frame
Pengambilan gambar orang oleh kamera dalam satu frame dengan mengabaikan shot size orang tersebut. Pengambilan gambar ini dibagi atas one shot, two shot, three shot, group shot. One Shot adalah dimana hanya terdapat satu orang dalam sebuah frame. Two Shot saat merekam dua orang dalam satu frame. Three Shot adalah adanya tiga orang yang berada dalam satu frame dalam proses perekaman gambar. Group Shot adalah proses perekaman gambar dimana ada sekelompok orang yang berjumlah dari tiga yang berada dalam satu frame.
2.2.3.4 Pergerakan Kamera
Untuk dapat membuat sebuah gambar bercerita dengan baik, maka kameramen juga harus memahami tentang pergerakan kamera. Hal ini supaya gambar memiliki efek yang tepat untuk menggambarkan tentang pesan yang ingin disampaikan. Beberapa jenis pergerakan kamera menurut Andi Fachruddin adalah :
1. Crub/truck
Pergerakan seluruh badan kamera secara horizontal ke kiri dan kanan dengan sasaran menunjukkan keberadaan objek agar mempertahankan komposisi awal dan menunjukkan perubahan latar belakang.
2. Swing
Pergerakan seluruh badan kamera ke kiri dan kanan membentuk oval, tujuannya adalah untuk menunjukkan keberadaan objek dengan mempertahankan komposisi awal.
3. Zoom in and out
Zoom in dimana lensa pada kamera bergerak maju untuk mendapatkan gambar objek yang lebih besar. Zoom out saat lena kamera bergerak mundur agar gambar melebar dan objek tampak menjauhkan obyek dari close up ke long shot.
4. Pan left and right
Panning adalah gerakan kamera menyamping. Pan left saat kamera bergerak memutar ke kiri dan pan right adalah saat kamera bergerak memutar ke kanan.
5. Tilt up and down
Pergerakan kamera secara vertikal saat mengambil gambar. Kamera bergerak ke atas saat tilt up dan kamera bergerak ke bawah saat tilt down.
2.2.3.5 Kesinambungan Gambar
Continuity adalah teknik penggabungan dan pemotongan gambar untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. Contohnya seperti gambar seseorang yang sedang memandang ke arah sisi layar televisi dilanjutkan dengan gambar yang memperlihatkan objek apa yang dilihat oleh orang tersebut.
Kesinambungan gambar memang diciptakan oleh editor pada tahap pasca-produksi, namun sebelumnya, kameramen harus berhasil untuk mendapatkan gambar yang tepat yang nantinya akan digunakan oleh editor pada tahap editing.
Tujuannya untuk menghubungkan berbagai shot yang ada adalah agar aliran adegan menjadi jelas, halus dan lancar. Bentuk continuity yang
digunakan agar memudahkan penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna yang berdampak afektif bagi pemirsa televisi :
1. One scene three shot continuity direction
Penggabungan gambar dalam satu scene yang terdiri dari tiga shot dengan continuity dari gambar fokus objek one scene shot, dilanjutkan one scene shot lawan mainnya dan diakhiri dengan two shot dramatis. 2. Three shot continuity action, two object one moment
Menyajikan aksi dua objek yang sedang beraktivitas dengan background statis pada suatu momen. Three shot one scene tanpa pergerakan kamera untuk merekam action object yang seluruhnya stabil dengan two shot.
3. Three shoot contrinuity direction
Digunakan untuk memperjelas dialog yang sedang berlangsung. Biasanya digunakan pada acara talkshow. Menggabungkan front middle left side, long shot, front middle right side, sehingga emosional pernyataan serta ekspresi objek yang berdialog terekam secara alamiah. 4. Three shot continious direction scene
Penggabungan three shot gambar dalam satu scene yang memfokuskan masing-masing objek, saat sedang berinteraksi aktif secara terus menerus. Diawali shot front middle side object yang saling berhadapan dengan shot front middle right side, sehingga dapat terlihat interaksinya, lalu diakhiri two shot di mana kedua objek saling berhadapan.
2.2.4 Komunikasi Organisasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin 'communis' atau dalam bahasa inggris 'common' yang berarti sama. Sehingga kegiatan komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesamaan makna. Melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, maupun sikap dengan lawan komunikasi (Rohim, 2009: 109).
Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang (Pace & Faules, 2001: 11). Organisasi diciptakan dan
dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Pace & Faules, 2001: 31). Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi adalah sebuah cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin organisasi kepada para anggotanya, agar anggotanya mengetahui dan menyadari tujuan dan rencana dari organisasi tersebut, sehingga mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas individu (Yunus, 2012: 170).
Tim produksi menggunakan konsep komunikasi organisasi dalam penggarapan program INDO COMMUNITIES. Adanya kerja sama antar divisi dalam sebuah struktur oganisasi untuk mencapai hasil akhir membuat komunikasi organisasi harus dapat diterapkan dengan baik dalam internal tim produksi. Adanya kerja sama yang baik dan komunikasi yang lancar antara kameramen, editor dan produser sangat diperlukan dalam proses memproduksi sebuah program.
2.2.4.1 Arah Aliran Komunikasi
Menurut Pace & Faules (2001) ada empat jenis aliran komunikasi yang mengalir di dalam sebuah organisasi yaitu:
1. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya ada anggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967).
Ada dua masalah utama di dalam komunikasi ke bawah yaitu: (1) jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada para pegawai dan (2) bagaimana informasi tersebut disediakan.
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn, 1996): (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
2. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Setiap bawahan yang memiliki alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari dia menjadi salah satu syarat untuk terjadinya komunikasi ke atas.
3. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan kerja yang berada di dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama.
4. Komunikasi Lintas Saluran
Komunikasi lintas saluran adalah penyampaian informasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, dimana para anggotanya melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka.
2.2.4.2 Manajemen Ilmiah Taylor
Pendekatan Taylor (1917) terhadap manajemen dilakukan di sekittar empat unsur kunci: pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur, dan rentang kekuasaan Menggunakan analisis Sofer (1972) pembahasan dari poin tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja menyangkut bagaimana tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi didistribusikan. Dalam pengertian birokratik, kewajiban perusahaan secara sistematis dibebankan kepada jabatan-jabatan dalam suatu tatanan spesialisasi yang menurun. Pekerjaan setiap orang terbatas pada pelaksanaan suatu fungsi, yang merupakan konsep pembagian kerja.
2. Proses Skalar dan Fungsional
Proses skalar dan fungsional berkaitan dengan pertumbuhan vertikal dan horisontal organisasi. Proses skalar menujukkan rantai perintah atau dimensi vertikal organisasi. Pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih khusus dan pembentukan kembali bagian-bagian lebih khusus menjadi unit-unit yang sesuai adalah hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses fungsional dan ekspansi horisontal organisasi.
3. Struktur
Teori klasik berfokus pada dua struktur dasar yang disebut lini dan staf. Struktur lini menyangkut saluran-saluran kewenangan organisasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. Nilai dasar yang membedakan lini dan staf terletak pada wilayah pembuatan keputusan. Istilah lini berarti bahwa kewenangan terkahir terletak pada jabatan-jabatan dalam struktur itu. Sedangkan, tenaga staf memberi nasihat dan jasa untuk membantu lini.
4. Rentang Pengawasan
Rentang pengawasan (span of control) menunjukkan jumlah bawahan yang berada di bawah pengawasan seorang atasan. Meskipun sering dinyatakan bahwa jumlah bawahan yang dapat diawasi seorang manajer adalah lima atau enam orang, dalam praktik rentang pengawasan tersebut bervariasi. (Pace & Faules, 2001: 49 - 52).