• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDAHULUAN. A. Data Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDAHULUAN. A. Data Perusahaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDAHULUAN

A. Data Perusahaan

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai dengan dasaran terbuka baik yang dibuat sendiri oleh penjual atau sudah disediakan oleh pengelola pasar dan juga memiliki nilai historis. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan pokok seperti beras, sayur-sayuran, telur, daging. Tetapi ada juga menjual kebutuhan di luar kebutuhan pokok seperti kain, pakaian barang elektronik, hewan, barang-barang antik. Setiap pasar tradisional yang ada di kota Solo berada di bawah pengawasan Dinas Pengelolaan Pasar kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta selalu memperhatikan pertumbuhan pasar tradisional dengan program-program yang sudah dibuat untuk meningkatkan sarana dan prasarana, manajemen pengelolaan maupun tata kelola. Berbagai program dilakukan guna mewujudkan pasar tradisional sebagai tempat utama bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sampai dengan tahun 2013, sebanyak 19 bangunan pasar tradisional telah diperbaharui kembali. Jumlah itu akan terus bertambah di waktu yang akan datang. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta memiliki tujuan yaitu :

(2)

1. Menjadikan pasar sebagai tempat tujuan wisata.

2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pedagang tradisional.

3. Meningkatkan animo masyarakat agar dapat berbelanja di pasar tradisional. 4. Untuk menjaga kelestarian dan eksistensi keberadaan pasar tradisional dalam

kancah perekonomian global.

Selain tujuan-tujuan diatas, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta juga memiliki semboyan yaitu “Rerajut Jati” singkatan dari Resik, Ramah, Jujur, Tertib, Aman dan Simpati. Semboyan itu dimaksudkan untuk menampilkan citra yang baik di masyarakat. Dinas Pengelolaan Pasar juga memiliki visi dan misi yang ingin dicapai yaitu :

VISI

Terwujudnya pasar yang bersih, sehat, aman dan nyaman.

MISI

1. Mengubah perilaku pedagang untuk menumbuhkan rasa memiliki (handarbeni) terhadap pasar.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen dengan mengubah karakter pedagang.

3. Menjaga mutu kualitas barang dagangan dan kepercayaan dari konsumen.

Untuk itu perlu ada kerjasama yang baik antara DPP, pedagang pasar dan masyarakat sebagai konsumen supaya dapat mencapai visi dan misi tersebut.

(3)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan jalur lalu lintas kekuasaan dan tanggung jawab dari puncak pimpinan sampai bawahan dalam mencapai tujuan bersama.

Dengan susunan struktur organisasi perusahaan/komunitas, diharapkan adanya kerjasama yang baik antar bagian, sehingga para tenaga kerja mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Berikut ini adalah struktur organisasi Dinas Pengelolaan Pasar kota Surakarta :

Bagan 1

(4)

Dari bagan struktur organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta tersebut, masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Berikut adalah tugas-tugas dari masing-masing bagian:

a. Kepala Dinas

1) Memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi Kantor sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Kelompok Jabatan Fungsional

1) Menyusun rencana dan program kegiatan sesuai bidangnya.

2) Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data sesuai bidangnya.

3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai bidangnya dalam rangka memperoleh angka kredit sesuai peraturan dan pedoman yang berlaku. 4) Memberikan saran-saran atau pertimbangan kepada atasan mengenai

langkah-langkah yang diambil sesuai bidangnya. 5) Menyusun laporan pelaksanaan tugas kepada atasan. c. Sekretariat

1) Menyelenggarakan pelayanan administratif, koordinasi dan pengendalian internal lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, kepegawaian dan keuangan

(5)

d. Subbag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan

1) Melaksanakan penyusunan rencana program kegiatan Dinas Pengelolaan Pasar melalui Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Laporan Fisik dan Keuangan Kegiatan/Rutin.

e. Subbag Keuangan

1) Melaksanakan verifikasi keuangan penerimaan dan pengeluaran APBD, gaji dan tunjangan penghasilan lainnya, melakukan verifikasi harian atas penerimaan dan menyiapkan laporan keuangan.

2) Mencatat setiap kebutuhan perlengkapan yang diperlukan. f. Subbag Umum dan Kepegawaian

1) Mengkoordinasikan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja operasional kantor

2) Melaksanakan urusan administrasi surat menyurat, kearsipan, urusan rumah tangga, perlengkapan, keuangan dan kepegawaian

3) Menyususn rencana kebutuhan perlengkapan dan kebutuhan kantor

4) Melakukan urusan pemeliharaan, pengamanan serta mengatur penggunaan barang inventaris

g. Bidang Pendapatan Pasar

Dalam bidang pendapatan pasar terbagi menjadi 3 bagian yaitu seksi pendataan dan penetapan, seksi penagihan dan penerimaan dan seksi pembukuan. Tiap-tiap seksi memiliki fungsi sebagai berikut :

(6)

1) Seksi pendapatan dan penetapan bertugas untuk mendata dan menetapkan pajak retribusi pelayanan pasar, kebersihan pasar dan parker pasar.

2) Seksi penagihan dan penerimaan bertugas untuk melaksanakan penagihan retribusi pelayanan pasar, kebersihan pasar dan parkir pasar, memroses permohonan keberataan dan tunggakan retribusi, menyetorkan retribusi ke kas daerah melalui bendahara penerima, pembinaan administrasi atau registrasi juru tagih retribusi.

3) Seksi pembukuan bertugas untuk mencatat setiap pemasukan melalui retribusi-retribusi.

h. Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar

Di dalam bidamg kebersihan dan pemeliharaan pasar dibagi ke dalam 3 seksi yaitu seksi peralatan dan pemeliharaan pasar, seksi pemeliharaan fasilitas pasar dan seksi pemeliharaan bangunan pasar. Setiap seksi memiliki tugas sebagai berikut

1) Seksi peralatan dan pemeliharaan pasar bertugas mencatat setiap kebutuhan sarana yang diperlukan dalam rangka untuk pemeliharaan pasar.

2) Seksi pemeliharaan fasilitas pasar bertugas merencanakan, mengadakan dan merawat sarana prasarana yang diperlukan.

3) Seksi pemeliharaan bangunan pasar bertugas untuk merencanakan kegiatan pemeliharaan bangunan dan sarana pendukung pasar melalui

(7)

pemeliharaan fisik bangunan, sarana pendukung, mengadakan koordinasi kegiatan pemeliharaan bangunan pasar.

i. Bidang Pengawasan dan Pembinaan Pedagang

Di dalam bidang pengawasan dan pembinaan pedagang dibagi ke dalam 3 seksi yaitu seksi pemberdayaan dan pembinaan pedagang, seksi keamanan dan ketertiban dan seksi pengawasan pedagang. Setiap seksi memiliki tugas sebagai berikut :

1) Seksi pemberdayaan dan pembinaan bertugas untuk menyusun program yang bertujuan untuk kesejahteraan pedagang dan penataan pedagang pasar.

2) Seksi keamanan dan ketertiban memiliki tugas untuk menyusun program pelatihan petugas yang akan difungsikan untuk menjaga keamanan dan ketertiban pasar.

3) Seksi pengawasan pedagang memiliki tugas untuk mengontrol dan mendata setiap pedagang di pasar.

j. Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

Di dalam bidang pengelolaan pedagang kaki lima dibagi menjadi 2 seksi yaitu seksi penataan dan pembinaan pedagang kaki lima dan seksi pengendalian pedagang kaki lima. Setiap seksi tersebut memiliki tugas sebagai berikut :

1) Seksi penataan dan pembinaan pedagang kaki lima bertugas untuk melaksanakan mencatat dan mendata setiap pedagang kaki lima

(8)

2) Seksi pengendalian pedagang kaki lima bertugas untuk menyusun program dalam rangka pengendalian dan penertiban pedagang kaki lima.

C. Data Produk

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai institusi resmi mengawasi 44 pasar tradisional yang ada di kota Solo. Pasar-pasar tradisional itu dibagi ke dalam beberapa wilayah. Di dalam pembatasan pasar tradisional, akhirnya dipilih 12 pasar tradisional yang memiliki keunikan dan pasar-pasar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pasar Gede Hardjonagoro

Pasar Gede terletak di Jl. Urip Sumoharjo, Jebres, Surakarta. Pasar yang dulu pada masa pemerintahan Belanda hanyalah pasar kecil yang terletak di persimpangan jalan di Balaikota ini merupakan salah satu pasar tradisional tertua di Kota Solo. Didirikan oleh Pakubuwono X dan dirancang oleh arsitektur Belanda bernama Ir. Thomas Karsten sejak tahun1923 dan selesai tahun 1930. Nama Pasar Gede diambil dari bentuk bangunan yang besar dan memliki atap yang besar sehingga disebut besar atau dalam bahasa jawa disebut “gedhe”, sedangkan nama Hardjonagoro diambil dari nama seorang keturunan Tionghoa yang mendapat gelar KRT Hardjonagoro dari Keraton Surakarta. Terdiri dari 2 bangunan terpisah, arsitektur Pasar Gede merupakan perpaduan antara gaya Belanda dan gaya Jawa. Pada tahun 1947, Pasar Gede mengalami kerusakan

(9)

karena serangan Belanda, kemudian direnovasi kembali pada tahun 1949. Namun perbaikan atap selesai pada tahun 1981

.

Dan mengalami kerusakan kembali setelah kerusuhan pada tahun 1998. Saat ini Pasar Gede sudah direnovasi dan masih tetap mempertahankan gaya bangunan yang lama. Terdapat 636 kios , 106 los dan lebih dari 100 oprokan yang berjualan disana.

Pada umumnya Pasar Gede menjual berbagai macam kebutuhan pokok seperti beras, sayur-sayuran, bumbu dapur, buah-buahan. Selain itu, Pasar Gede juga menjual bermacam-macam jajanan pasar.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-gede/)

b. Pasar Triwindu

Pasar Triwindu merupakan salah satu pasar tradisional yang sudah terkenal di Kota Solo terletak di Jalan Ronggowarsito, tepatnya di depan Puro Mangkunegaran. Pasar ini berdiri sejak tahun 1939 sebagai hadiah untuk memperingati KGPAA Mangkunegara VII yang sudah bertahta selama 24 tahun. Nama Triwindu juga diambil dari tri yang berarti 3 dan windu yang berarti 8 tahun, untuk menandai KGPAA Mangkunegara VII yang sudah bertahta selama 24 tahun. Berbeda dengan pasar lainnya, Pasar Triwindu memiliki keunikan yang mampu mengundang orang-orang dari mancanegara yaitu barang-barang yang diperjualbelikan adalah barang-barang antik seperti peralatan rumah tangga jaman dulu, barang-barang elektronik kuno, uang-uang kuno, patung-patung dan lain-lain.

(10)

Pasar ini menjual berbagai macam barang antik seperti barang-barang peninggalan kerajaan, patung-patung, mata uang kuno, topeng, peralatan makan antik dan lain-lain. Harga yang dijual sekitar Rp. 20.000,- sampai jutaan rupiah, tergantung pada keunikan barang tersebut.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-windujenar-triwindu/)

c. Pasar Legi

Pasar Legi terletak di Jl. Letjend S Parman, Stabelan, Banjarsari Surakarta. Pasar ini merupakan pasar induk di kota Solo dan sudah berdiri sejak masa pemerintahan Mangkunegara I. Pasar ini dulunya hanya digelar pada pasaran Legi atau lima hari sekali. Secara administratif Pasar Legi pada saat itu berada di bawah pengawasan Mangkunegaran dan hingga tahun 1930 Pasar Legi masih merupakan pasar dengan wujud los sederhana, dengan komoditas dagangan yang beragam. Pada tahun 1936, Pasar Legi dibangun menjadi lebih modern oleh Kanjeng Gusti Mangkunegoro VII, dan baru direnovasi lagi berupa pembangunan atap di tahun 2006 dan penambahan beberapa bangunan di tahun 2008 hingga menjadi pasar seperti sekarang ini. Pasar Legi terdiri dari 234 kios, 427 los dan beberapa kios oprokan. Pasar Legi juga sering dipakai untuk menjadi standar penghitungan harga kebutuhan pokok.

Pasar Legi sebagai pasar induk kota solo menjual berbagai macam hasil bumi seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, jagung dan kebutuhan

(11)

pokok seperti beras, daging dan bumbu-bumbu dapur lainnya. (sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-legi/)

d. Pasar Kembang

Pasar Kembang terletak di Jl. Dr Radjiman, Panularan, Surakarta. Pasar Kembang dibangun pada tahun 1967 dan direnovasi pada tahun 2007. Berbeda dengan pasar lainnya, keunikan dari pasar ini adalah sesuai dengan namanya Pasar kembang menjual beraneka ragam jenis bunga. Penjual di Pasar kembang dulunya hanya berjualan di pinggir jalan Honggowongso. Pasar ini dulunya menjual bunga setaman, sehingga pasar ini ramai ketika musim sadranan atau nyekar pada bulan Ruwah, Syawal, Sura dan bulan-bulan dimana banyak orang mantu. Dalam perkembangannya, Pasar Kembang sekarang juga menjual berbagai macam kebutuhan pokok, tetapi tetap mempertahankan ciri khasnya dan masih didominasi oleh penjual bunga.

Sesuai dengan namanya, pasar kembang menjual berbagai macam jenis bunga seperti bunga mawar, bunga melati, bunga anggrek, bunga lili, bunga matahari, bunga tulip dan lain-lain. Selain itu juga menjual bunga setaman atau yang sering dipakai untuk ziarah. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 5000,-/tangkai.

(12)

e. Pasar Ngudi Rejeki Gilingan

Pasar Ngudi Rejeki terletak di Jl. Jend Ahmad Yani, kelurahan Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Pada mulanya, Pasar Ngudi Rejeki Gilingan adalah wilayah lokalisasi yang cukup terkenal di Solo. Selanjutnya, tempat tersebut dijadikan tempat penggilingan padi yang kemudian dikenal sebagai Pasar Gilingan hingga kini. Pasar ini juga sempat menjadi tempat agen penjualan tiket perjalanan. Dan pada tahun 2007 mulai dibangun dan diresmikan pada tanggal 26 Desember 2014. Penjual di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan pada umumnya adalah pedagang yang dulu berjualan di sekitar Taman Banjarsari. Bangunan tiga lantai ini sekarang dihuni oleh 241 kios dan 164 lapak.

Pasar Ngudi Rejeki didominasi menjual berbagai macam peralatan olahraga seperti sepatu bola, sepatu futsal, sepatu badminton, bola, raket dan lain lain. Selain itu juga menjual berbagai peralatan seperti helm, kaos, jaket dan sepeda. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 35.000,- hingga ratusan ribu rupiah.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-ngudi-rejeki-gilingan/)

f. Pasar Notoharjo

Pasar yang terletak di kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon Surakarta ini lebih dikenal dengan nama Pasar Klithikan. Pada awalnya lokasi ini merupakan tempat prostitusi yang sering disebut Silir. Hingga tahun 2006 lokasi ini diubah menjadi pasar tradisional. Pasar ini termasuk unik karena menjual

(13)

barang-barang klithik/barang-barang bekas. Pasar ini dihuni oleh pedagang pedagang yang dulunya berjualan di dekat Monumen Banjarsari. Sampai sekarang ada sekitar 200 kios dan 300 lapak yang berjualan disana.

Pasar Notoharjo atau sering disebut Pasar Klithikan menjual berbagai macam barang bekas seperti onderdil kendaraan, helm, sepatu, kaos, HP, alat musik dan lain-lain. Harga yang ditawarkan cukup murah mulai dari Rp. 5000,- hingga ratusan ribu rupiah.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-notoharjo/)

g. Pasar Kabangan

Pasar ini terletak di Jl. Dr Radjiman, kelurahan Sondakan Surakarta. Pasar ini dibangun pada tahun 1980 dan direvitalisasi pada tahun 2004-2005. Pasar ini dulunya sering disebut Pasar Laweyan karena lokasinya yang berada di daerah Laweyan dan menjual berbagai macam bumbu. Tetapi akhirnya pedagang bumbu pindah ke Pasar Jongke dan sekarang Pasar Kabangan didominasi oleh pedagang yang menjual alat rumah tangga yang berbahan dasar aluminium dan seng. Pasar ini juga sering disebut Pasar Seng dan Pasar Gembreng. Sekarang sudah ada sekitar 54 kios yang berjualan disana.

Pasar Kabangan menjual berbagai macam peralatan rumah tangga yang berbahan baku plastik dan logam seperti panci, penanak nasi, jeriken, teko. Di Pasar Kabangan juga menjual Kubah Masjid yang terbuat dari logam. Selain itu

(14)

juga menjual tong, drum dan lain-lain. Harga yang ditawarkan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-kabangan/)

h. Pasar Depok

Pasar ini terletak di Jl. Balekambang Lor, Manahan, Banjarsari Surakarta. Pasar ini pertama kali berdiri tahun 1984, awalnya pasar berada di daerah Widuran, Kepatihan berupa Pedagang Kaki Lima. Karena banyaknya pedagang yang berjualan, kemudian dipindahkan ke daerah Manahan dimana sekarang berdiri. Pasar ini didominasi oleh pedagang burung dan ikan hias. Pada awalnya banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan sehingga banyak mengganggu pemakai jalan disana. Kemudian pada tahun 2011 direnovasi dan diresmikan pada tahun 2013 hingga menjadi bangunan pasar yang sekarang. Bangunan bertingkat dua ini dihuni total keseluruhan 523 pedagang yang terdiri dari 64 pedagang kios, 226 pedagang los, serta 183 pedagang pelataran.

Pasar Depok menjual berbagai jenis burung kicau seperi murai, love bird, burung kicau jawa dan juga berbagai jenis hewan mamalia seperti musang, anjing, kucing. Selain menjual burung dan hewan mamalia, pasar ini juga menjual berbagai jenis ikan hias seperti ikan koi, ikan cupang dan lain-lain. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-depok/)

(15)

i. Pasar Bambu

Pasar Bambu terletak di Jl. Tentara Genie Pelajar, Nusukan, Banjarsari, Surakarta tepatnya di tepi sungai Kali anyar. Pada awalnya, Pasar Bambu merupakan tanah milik pemerintah. Lalu banyak masyarakat disitu yang menggunakannya untuk berjualan bambu, kayu dan bahan material lainnya. Hingga akhirnya tanah itu beralih fungsi menjadi tanah hak guna bangunan. Masih terdapat 16 kios yang masih bertahan dan berjualan disana.

Pasar Bambu menjual berbagai macam jenis bambu seperti bambu petung, bambu gombong dan lain-lain. Selain itu Pasar bambu juga menjual berbagai macam kayu dan bahan material lainnya. Harga yang ditawarkan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-bambu/)

j. Pasar Klewer

Pasar Klewer terletak di Jl. Dr Radjiman atau di sebelah alun-alun lor solo. Pada awal tahun 1942 pada masa penjajahan jepang dulunya merupakan tempat pemberhentian kereta api yang digunakan pribumi /penduduk setempat untuk berdagang sehingga terbentuk proses jual beli layaknya pasar yang lebih terkenalnya dulu disebut pasar Slompretan yang diambil dari bahasa jawa “Slompret” yang artinya Terompet. Karena dekat dengan pemberhentian kereta api dan kereta api mau berangkat membunyikan klakson yang mirip suara terompet. Pasar Slompretan ini dulunya tempat berdagang pedagang – pedagang

(16)

kecil yang menjajakan / menjual kain batik tanpa ada kios dan cara membawanya dengan cara ditaruh di pundak pedagangnya sehingga nampak tidak beraturan atau dalam bahasa jawa disebut kleweran. Karena cara pedagang yang membawa barang dagangannya dipundak Kleweran sehingga sebutan pasar Slompretan tersebut berubah menjadi pasar Klewer sampai sekarang. Kemudian tanggal 9 Juni 1970 pasar Klewer mulai dibangun permanen bertingkat 2 lantai diresmikan pada jaman pemerintahan presiden Soeharto. Pasar klewer merupakan ikon kota Solo dan tujuan wisata yang paling sering dikunjungi. Lalu pada tahun 2014 terjadi musibah yang mengakibatkan Pasar Klewer terbakar.

Pasar klewer menjual berbagai macam kain tekstil dan kain-kain batik asli Solo ataupun batik-batik yang bermotif dari daerah lain. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau dari mulai eceran hingga grosiran.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-klewer/)

k. Pasar Elpabes

Pasar Elpabes merupakan salah satu pasar tradisional yang memiliki ciri khas. Direnovasi secara total dan diresmikan pada tahun 2013 sebagai wadah bagi para pedagang yang dulunya berjualan di sekitar proliman. Nama Elpabes tersebut merupakan kepanjangan dari Elektronik, Pakaian, dan Besi. Jadi pasar ini tidak seperti pasar tradisional lainnya yang menjual barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari seperti sembako.Terdiri dari 2 lantai dan lantai dasar untuk bassment. Terdapat 217 kios dan 180 pedagang yang berjualan disana.

(17)

Seperti pada namanya, Pasar Elpabes menjual berbagai macam barang elektronik, sound sistem, audio, pakaian dan besi-besi onderdil. Karena barang yang dijual kebanyakan adalah barang bekas, sehingga harga yang ditawarkan juga terjangkau.

(sumber http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-proliman-elphabes/)

l. Pasar Nongko

Pasar Nongko atau juga yang sering disebut Pasar Turisari ini berkembang sekitar paruh terakhir abad XI, khususnya setelah dibangunnya jelan kereta api dan Stasiun Balapan sekitar tahun 1870. Pada awalnya pasar ini menjadi tempat transit para pedagang buah yang datang dari berbagai daerah, khususnya dari kawasan utara Surakarta, seperti Gundi, Telawah, Kedungjati, Simo, dan daerah lainnya. Selain itu, dibangunnya jembatan Komplang juga menjadikan Kota Surakarta semakin ramai dikunjungi orang-orang dari desa untuk menjual hasil buminya. Pada saat itu Pasar Turisari sendiri lebih didominasi sebagai tempat transit buah nangka. Hal inilah yang melatarbelakangi dinamakannya Pasar Nongko. Perkembangan Pasar Turisari semakin mengalami kemajuan, semula hanya sebagai tempat transit kemudian berubah menjadi pasar yang ditempati oleh pedagang yang semakin meningkat jumlahnya. Keadaan tersebut menjadikan perhatian pemerintah untuk membenahi sarana dan prasarana pasar tersebut. Bangunan pasar berdiri tahun 1986, kemudian pada tahun 2012 mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan RI berupa bantuan dana

(18)

untuk revitalisasi pasar. Pasar Nongko dihuni oleh 36 kios, 252 los dan beberapa pelataran.

Seperti pasar pada umumnya, Pasar Nongko menjual berbagai macam kebutuhan pokok seperti beras, sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan. Selain itu, Pasar Nongko juga menjual berbagai macam makanan ringan.

(sumber : http://pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-nongko/)

D. Aktivitas Pemasaran

Tidak banyak kegiatan yang dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar untuk mempromosikan keunikan pasar-pasar tradisional yang ada di kota solo. Tetapi dalam rangka untuk semakin menaikkan citra pasar tradisional, pemerintah sedang giat untuk melakukan renovasi bangunan agar dapat merubah pandangan orang yang berikir bahwa pasar tradisional yang dulu dikenal kumuh, sekarang bisa terlihat bagus, tertata rapi dan nyaman untuk dikunjungi. Hal itu membuahkan hasil dengan beberapa prestasi yang diraih oleh kota solo, seperti mendapatkan juara 2 Management Pasar Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, juara 1 Management Pasar Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011, juara 2 Management Pasar Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dan mendapatkan juara 1 Lomba Pasar Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Selain itu juga beberapa pasar tradisional di kota Solo seperti Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Triwindu sudah menjadi ikon kota Solo sehingga sudah banyak dikenal oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

(19)

Namun dibalik itu juga masih ada pasar tradisional yang faktanya mulai sepi dan ditinggalkan oleh konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu komponen penting dalam pasta gigi adalah bahan pengikat berupa gelling agent (senyawa pembentuk gel) yang fungsinya untuk mempertahankan bentuk

Variasi hasil setelah konsumsi sate daging kambing dapat dilihat pada Tabel 2 Hasil uji wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan tekanan darah rata-rata antara

IRR, pada saat suku bunga meningkat Semakin meningkatnya IRR maka peningkatan IRSA lebih besar dibandingkan dengan peningkatan IRSL yang menyebabkan peningkatan

bersumber  dari  APBD  Kabupaten,  APBD  Provinsi  maupun  yang  bersumber  dari  APBN,  maka  setiap  SKPD  wajib  membuat  Rencana  Kerja  Satuan 

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Winarni Hana Nidia 2014

Minimalization (minimalisasi), usaha yang dilakukan untuk mengurangi limbah konstruksi dengan cara mempersiapkan rencana penanganan limbah konstruksi. Misalnya menjual dan

[r]

“Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan : Study Empiris pada Perusahaan