Journal of Business and Management Review Vol. 2 No. 2 2021 Page 147-161 DOI: 10.47153/jbmr22.1072021
*Corresponding Author
Email address: [email protected]
Human Resource Management in Quality Improvement of ZIS
Management at LAZISMU Purbalingga in the New Normal Era
Hanif Ardiansyah 1*,1Da’wah Management Departement, Faculty of Usuluddin Adab and Da’wah, IAIN Pekalongan,
Indonesia
ARTICLE INFO ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze human resource management in improving the quality of zakat, infaq, and shodaqoh (ZIS) management at LAZISMU Purbalingga. This research is qualitative non-experimental (descriptive) research and uses phenometric approach. This research was executed at the Lembaga Amil Zakat Infak Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Purbalingga, Central Java. The source of this research is the director of LAZISMU, The Employees, and some people who paid the ZIS at LAZISMU Purbalingga. Researchers act as instruments as well as data collectors. Other instruments are also used to support in completing data research. In this study, researchers used interview, observation and documentation methods. Data analysis techniques using qualitative descriptive analysis. The data analysis technique is divided into several steps including data collection, data presentation and conclusion drawing. The results showed there are two types of employees at LAZISMU Purbalingga. First the employee or permanent employee, the second is the voluntary employee. The process of human resource management there are several stages, starting from the process of Recruitment, Placement, Coaching and Training, and Human Resources Evaluation. There is a uniqueness of the stages of human resources management compared to organizations and companies in general. ZIS management at LAZISMU Purbalingga is applied into various fields of activities. First the areas of education, economics, health, social and da'wah, and teh last is construction branch. Each areas has its own advantages and is certainly applied in activities that have many benefit for people.
ISSN: 2723-1097 Keywords: Human resources management, Quality, ZIS management
Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa manajemen sumber daya manusia, pengelolaan zakat, dan mengatasi permasalahan dari sumber daya manusia dalam peningkatan mutu pengelolaan zakat di LAZISMU Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Hal ini didasarkan isu permasalahan yang terjadi terkait menurunnya tingkat perekonomian dan pendapatan masyarakat yang disebabkan karena merebaknya virus corona (Covid-19).
Pengaruh Covid-19 sangatlah terasa di berbagai lini kehidupan masyarakat. Mulai dari pengusaha atau wiraswasta kecil sampai pengusaha besar terkena dampak
148 | P a g e
dari adanya virus Corona ini. Berbagai macam langkah dilakukan oleh setiap Negara untuk menstabilkan kembali perekonomian yg menurun karena terdampak Covid-19. Kebijakan terkait dengan kesehatan masyarakatpun tak luput dari perhatian pemerintah.
Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Purbalingga ini merupakan lembaga amil zakat di bawah naungan Muhammadiyah dan salah satu lembaga amil zakat swasta terbesar di Indonesia. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti LAZISMU Purbalingga untuk dijadikan bahan referensi dalam penulisan jurnal. Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa hal yang harus diteliti yaitu dalam hal recruitement SDM yang dilakukan.
Proses Recruitement SDM lembaga amil zakat mempunyai keunikan tersendiri, berbeda dengan lembaga maupun perusahaan lain yang bergerak dibidang non sosial. Jiwa sukarelawan dan sosial yang dimiliki para karyawan sangatlah tinggi. Selain kemampuan administrasi yang bagus, kemampuan berkomunikasi juga menjadi salah satu skill handal yang harus dimiliki karyawan di sana.
Sebuah lembaga dalam menjalankan sebuah program harus memiliki perencanaan yang matang agar dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tahap yang harus dilewati sebelum mencapai tujuan adalah dengan adanya manajemen SDM yang baik dari lembaga, sehingga dalam pelaksanaan dalam mencapai tujuan dari program yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut akan tertata dengan baik dan mempunyai latar belakang yang memungkinkan tujuan itu dapat tercapai dengan baik dan benar. Namun tidak hanya itu, dalam penerapannya sebuah lembaga harus mempunyai tujuan yang jelas dan terperinci, tidak hanya melaksanakan sebuah program kegiatan tetapi harus mempunyai sasaran yang nantinya akan dapat dicapai secara sistematis sesuai dengan ketentuan yang di buat sebelumnya.
Menurut Noor et al., (2015) zakat merupakan sarana dalam mengentaskan kemiskinan dengan membantu orang yang membutuhkan. Dengan istilah ini zakat berfungsi sebagai peningkatan kesejahteraan sosial yang merupakan gerakan atau kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian dan mengurangi kesenjangan sosial. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan Bab ke 1 pasal 1 bahwa zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam. Sedangkan menurut Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah mengoptimalkan pendistribusian zakat yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi dan pembangunan, yang ditopang dengan suatu Badan Pengelola Zakat yang modern dan profesional. Zakat dengan segala posisi, fungsi dan potensi yang terkandung di dalamnya dapat berperan secara positif-progressif dalam gerakan ekonomi kerakyatan. Di dalamnya terdapat unsur kesejahteraan bersama, seperti yang tercantum dalam pasal 33, 27 ayat
149 | P a g e
(2) dan pasal 34 UUD 1945. Bahkan jika dibahas secara lebih luas, dana zakat dapat didistribusikan bagi sektor permodalan tanpa bunga dalam memberikan bantuan bagi berbagai usaha ekonomi produktif. Zakat juga harus diarahkan kepada usaha-usaha kecil yang dikelola oleh mayoritas ummat, dalam hal ini adalah bidang pertanian, perdagangan maupun mata pencaharian mayoritas ummat Islam dan rakyat di Indonesia.
Islam merupakan agama rahmat bagi seluruh manusia. Salah satu ajaran Islam yang mempunyai nilai sosial kemasyarakatan yaitu zakat. Zakat merupakan kewajiban yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat Islam, ibadah yang merupakan salah ibadah setara dengan shalat, puasa, dan haji ke Baitullah. Namun, zakat bukanlah ibadah amaliah yang dilaksanakan dengan fisik, melainkan ibadah yang mengeluarkan harta kekayaan yang bertujuan untuk membantu orang-orang fakir miskin untuk bisa bangkit keterpurukan. Untuk itu, dalam membina dan mengayomi masyarakat, maka lembaga amil zakat harus mempunyai pengelolan yang baik sesuai dengan ketentuan yang ada.
Di era digital ini, masyarakat cenderung mengubah gaya dan perilakunya kepada perilaku dan gaya hidup digital pada setiap aktivitas dan transaksi yang dilakukan. Fenomena tersebut tanpa terkecuali juga merambah masyarakat dalam hal pengelolaan zakat. Menurut Deputi Baznas, Arifin Purwakananta, perilaku muzaki Indonesia saat ini diperkirakan akan mengalami pergeseran. Yaitu perilaku muzaki yang bergeser dari transaksi fisik mengarah kepada transaksi digital, yaitu dalam hal menunaikan zakatnya (Sakinah & Ucu, 2018). Hampir semua Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) saat ini, termasuk Baznas, tergerak untuk terus melakukan inovasi-inovasi digital dalam sosialisasi dan fundraising, guna mengoptimalkan penghimpunan zakat.
Pengelolaan yang dilakukan oleh lembaga amil zakat baik yang berada di naungan pemerintah (Negeri) maupun lembaga swasta mempunyai beberapa fungsi yang harus dipahami agar dalam menjalankan suatu program dapat dikelola dengan baik dan hasilnya pun akan lebih maksimal, sehingga memberikan output yang jelas terhadap organisasi dan lembaga tersebut. Fungsi pengelolaan itu tidak jauh berbeda dengan fungsi manajemen diantaranya: perencanaan (Planning), pengorganiasian (Organizing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling).
Manajemen pengelolaan zakat itu memang sangat penting untuk dijadikan sebuah landasan pencapaian tujuan organisasi. Namun selain itu juga dalam pengelolaan manajemen lembaga harus mempunyai tujuan (goal) atau target yang harus dicapai dalam periode tertentu. A.F. Stoner mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh suatu lembaga untuk memenuhi kebutuhan organisasi atua perusahaan dengan menempatkan orang – orang yang berkompeten di bidangnya yang akan mengisi jabatan atau kursi yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Yani, 2011).
150 | P a g e
Landasan Teori
Menurut Handoko (2012) mendefinisikan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan pemberian kompensasi pengintegrasian, dan pemeliharaan sehingga pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan yang telah ditentukan, baik individu, organisasi maupun masyarakat. Sejalan dengan terori Hasibuan (2000) yang menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah kegiatan yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan menjadi efektif dan efisien sehingga mempermudah untuk mencapai tujuan perusahaan.
Beberapa hal lain terkait kegiatan manajemen, Hasibuan (2003), menjelaskan secara singkat fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: Perencanaan (planning) yang meliputi kegiatan merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mewujudkan tujuan. Selanjutnya pengorganisasian (organizing), yakni menyusun organisasi dengan mendesain struktur dan hubungan antara tugas- tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan. Kegiatan ketiga adalah pengarahan (actuating), yaitu kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dala membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Selanjutnya pengendalian (controling), dimana dalam hal ini diaplikasikan kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan beerja sesuai dengan rencana. Kegiatan berikutnya adalah pengembangan (development) yakni proses peningkatan, ketrampilan teknis, teoretis, konspetual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya kompensasi (compensation) diberikan sebagai balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Reksopoetranto (1992) dalam Safitri (2019) berpendapat bahwa pengelolaan (manajemen) sebagai berikut: (1) Manajemen atau pengelolaan adalah unsur yang bertugas dalam mengendalikan beberapa sumber dan dan sumber daya manusia agar yang di dimiliki organisai dapat dimanfaatkan daya guna dan berhasil dengan mencapai suatu tujuan. (2) Manajemen merupakan seni atau ilmu perencanaan, pengorganisasian pengarahan, pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan sumber daya manusia dalam melakukan suatu tujuan tertentu. (3) Manajemen merupakan dirumuskan untuk menyelasikan suatu pekerjaan usaha orang lain.
Pengelolaan merupakan bagian dari manajemen, karena pengelolaan itu bagian dari perencanaan, pengorganisasian, pengambilan keputusan dan pengendalian
151 | P a g e
terhadap perusahaan, dan berdasarkan definisi manajemen yang telah dijelaskan bahwa secara garis besar tahap – tahap yang harus dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan proses yang pada dasarnya ada pada sebuah kegiatan pengelolaan. Perencanaan (planning) juga merupakan hal yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan pengelolaan berikutnya. Lalu dalam kegiatan pegelolaan ada yang disebut dengan pengorganisasian, hal ini berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan awal yang telah ditentukan sebelumnya, dan pada akhirnya memasuki kegiatan controling atau pengawasan terhadap perusahaan/organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Laela (2021) Komitnen organisasi untuk meningkatkan akuntabilitas dan tranparansi dalam pengelolaan organisasi dapat tergambar dari adanya mekanisme struktur organisasi serta pengawasan baik secara internal maupun eksternal dimana terdapat dewan pengawas dan auditor eksternal yang mengawasi kinerja organisasi.
Menurut Ridwan (2005) Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui : Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti, artinya jika seseorang yang membayar zakat, ia tidak akan pernah kehabisan dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.
Melihat manfaat dan potensi zakat yang dapat dijadikan modal dalam membangun bangsa terutama untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan sebagai sumber dana bagi penyediaan fasilitas umum lainnya, sangat beralasan jika pelaksanaan zakat dapat dipaksakan sesuai hukum asalnya melalui bantuan negara (negara harus memfasilitasi), yaitu pemerintah mengupayakan perundang-undangan zakat. Hanya dengan cara demikian potensi zakat akan tergali terutama untuk (1) meredam konflik pendapat mengenai konsep fikih zakat menjadi sebuah unifikasi hukum zakat di Indonesia, (2) untuk menata sistem pengelolaan dan pendayagunaannya secara produktif dan profesional, (3) sebagai sarana pendukung dalam menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini, dan (4) sebagai sarana dalam upaya memberdayakan sistem ekonomi kerakyatan yang tazkiyah bersumber dari dana zakat.
Dalam pengelolaan zakat terdapat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu amil zakat, amil zakat adalah salah satu penentu berhasil tidaknya realisasi zakat. Amil zakat mengembangkan tugas yang luas meliputi tugas – tugas sebagai pemungut, penyalur, koordinator, organisator, motivator, pengawas dan evaluator. Berfungsinya amil zakat secara optimal dengan mendayagunakan zakat secara
152 | P a g e
proporsional dan profesional, mendapatkan hasil maksimal, efektif dan efesien serta pencapaian program – program dari LAZ akan terlaksana dengan baik.
Keberadaan lembaga zakat di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan Zakat. Dalam peraturan perundang-undangan di atas diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk pemerintah yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Semua kegiatan berpusat pada BAZ Kota atau Kabupaten, yang dibantu oleh BAZ tingkat Kecamatan sampai BAZ tingkat kelurahan.
Sedangkan Lembaga Amil Zakat atau LAZ merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh, dari dan untuk masyarakat sebagai wadah yang menjembatani segolongan masyarakat yang beragama Islam yang memiliki kewajiban membayar zakat dan golongan masyarakat yang berhak untuk menerima zakat. Lembaga zakat juga merupakan lembaga sosial karena berperan sebagai lembaga yang menfasilitasi pertemuan atau interaksi antara masyarakat yang berstatus sosial sebagai muzakki dan berstatus sebagai mustahiq. Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk mendapatkan pengukuhan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: berbadan hukum; memiliki data muzakki dan mustahiq; memiliki program kerja; memiliki pembukuan; dan melampirkan surat pernyataan bersedia di audit.
Indonesia sendiri memiliki penduduk muslim yang terbesar yaitu hampir 80% penduduk Indonesia adalah muslim hal ini semestinya menjadi potensi zakat yang cukup besar dalam upaya penghimpunan zakat dari masyarakat (Fadillah et al., 2011). Indonesia memiliki ciri khas unik dalam pengelolaan zakat yang berbeda dengan negara lain. Pengelolaan zakat di Indonesia terbagi atas dua OPZ yaitu OPZ yang dikelola oleh pemerintah yang disebut dengan Badan Amil Zakat (BAZ) dan OPZ yang dikelola oleh Lembaga non pemerintah yang disebut dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) (Mubtadi, 2018; Kurniasari 2017). Potensi zakat yang ada di Indonesia ini belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada. Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari salah satu penyelesai masalah sosial masyarakat yang terus berkembang.
Beralamat di tengah pusat wilayah Purbalingga, yaitu di Jalan Pierre Tendean, Purbalingga, Purbalingga Lor, Kec. Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, atau di sebelah alun – alun menjadikan LAZISMU Purbalingga mudah untuk digapai oleh masyarakat sekitar. Bahkan beberapa cabang kantor didirikan agar
153 | P a g e
mampu menamung aspirasi dan semakin mendekatkan diri dengan masyarakat, salah satunya yaitu yaitu kantor cabang di Kecamatan Mrebet dan Kecamatan Bobotsari.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif Sugiono (2010).Dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena penelitian ini ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi yang alamiah, bukan dalam kondisi terkendali, labolatoris atau eksperimen. Di samping itu, karena peneliti perlu untuk langsung terjun ke lapangan bersama objek penelitian sehingga jenis penelitian deskripstif kualitatif kiranya lebih tepat untuk digunakan.
Teknik pengambilan sampel untuk subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah subjek yang dijadikan penelitian tidak dibatasi, tergantung kebutuhan dan kelengkapan informasi yang peneliti inginkan. Dalam penelitian ini diambil tiga subjek yang dianggap mampu memberikan data yang peneliti inginkan, yaitu Direktur LAZISMU, karyawan LAZISMU serta pihak donatur. Ketiga sumber tersebut dipilih dengan maksud agar data yang peneliti peroleh lengkap sehingga menghasilkan penelitian yang maksimal.
Dalam menggali data dalam penelitian ini, selain menggunakan metode wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah berupa catatan dan alat perekam serta dokumentasi berupa foto atau gambar.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Melalui analisis deskriptif, peneliti mendeskripsikan informasi yang telah didapat dengan variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan tentang manajemen sumber daya manusia di LAZISMU Purbalingga.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 30 Januari 2021 bersama Direktur LAZISMU Purbalingga bahwa latar belakang didirikannya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta bahwa Indonesia yang masih berselimut dengan kemiskinan yang meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan.
154 | P a g e
Lembaga Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU)
Purbalingga mempunyai visi “Menjadi Lembaga Amil Zakat Terpercaya”. Visi ini
kemudian dijabarkan dalam beberapa misi yaitu pertama optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang amanah, profesional dan transparan. Misi kedua optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, inovatif dan produktif. Dan misi terakhir adalah optimalisasi pelayanan donator. Misi – misi tersebut kemudian dikembangkan menjadi strategy – strategy dan program – program nyata.
1. Proses Rekruitmen dan Penempatan Sumber Daya Manusia di LAZISMU
Purbalingga
a. Rekruitmen
Menurut narasumber Andi Pranowo, S.Sos, Direktur LAZISMU Purbalingga (30/01/2021) menjelaskan bahwa terdapat 2 jenis karyawan, pertama karyawan tetap kantor dan yang kedua sukarelawan dari luar kantor yang membantu program penggalangan dana yang sifatnya insidental. Proses perekrutan pegawai/ karyawan tetap dilakukan melalui beberapa tahapan. Dimulai dari pemberitahuan pembukaan lowongan pekerjaan di sosial media, proses seleksi berkas, tes tertulis dan wawancara secara langsung. Menurut Andi, proses rekruitmen ini memakan waktu yang cukup lama, namun bisa memperoleh tenaga ahli yang kompeten di bidangnya dan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh manajemen.
Menurut Saepul (2019) Menyeleksi karyawan dengan hati-hati belum bisa menjamin bahwa karyawan tersebut bekerja dengan efektif, bahkan berpotensi dapat melakukan pekerjaannya, karena hal tersebut ketidaktahuan karyawan baru mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Kemampuan yang dimiliki oleh individu bisa disesuaikan dengan keadaan posisi yang sudah disediakan oleh lembaga.Proses rekruitmen juga melibatkan badan pengawas dan pengurus LAZISMU Purbalingga. Hal ini dilakukan agar proses seleksi menjadi lebih transparan dan lebih maksimal. Proses paling penting dalam tahap seleksi adalah pada saat memasuki tahap wawancara. Hal ini dikarenakan melalui proses wawancara banyak hal yang bisa diketahui dari pelamar, mulai dari kecakapan dalam berkomunikasi, teknik dalam menjawab pertanyaan dan bagaimana pelamar tersebut menemukan solusi ketika diberikan pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan sosial.
Proses seleksi karyawan dengan hati-hati belum bisa menjamin bahwa karyawan tersebut bekerja dengan efektif, bahkan berpotensi dapat melakukan pekerjaannya. Karena hal tersebut ketidaktahuan karyawan baru mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaiana melakukannya (Saihudin, 2019). Kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang karyawan bisa disesuaikan dengan keadaan posisi yang sudah ada, serta dapat berlajar pada hal yang lain ketika pekerjaan yang sudah menjadi pilihan itu sudah dapat dipahami dengan benar. Mendambah wawasan dengan cara mengetahui ilmu - ilmu lain selain dari apa yang sedang
155 | P a g e
ditekuni itu sangatlah diperbolehkan, hal ini bermanfaat untuk peningkatan skill yang dimiliki oleh masing – masing karyawan yang sudah menjadi pekerjaan pokoknya.
Selain pegawai tetap, di dalam LAZISMU Purbalingga juga terdapat relawan-relawan lepas yang senantiasa membantu program – program yang telah direncanakan. Terdiri dari berbagai macam latar belakang, mulai dari pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum, relawan – relawan ini dengan senang hati membantu program – program yang ada. Contohnya ketika terjadi bencana alam di sebagian wilayah Indonesia, para relawan ini dengan sigap melakukan penghimpunan dana di berbagai tempat, setelah terkumpul dana kemudian diberikan kepada LAZISMU Purbalingga untuk kemudian disalurkan kepada korban bencana alam.
Karyawan sukarela atau relawan ini tentunya bukan sembarang orang, mereka orang – orang yang sudah terpilih atau berdasarkan rekomendasi dari pihak – pihak terkait. Sebagai contoh ketika sukarelawan tersebut merupakan seorang pelajar, ia harus mendapat rekomendasi Kepala sekolah yang bersangkutan. Sekolah – sekolah yang berada di naungan Yayasan Muhammadiyah juga turut merekomendasikan peserta didiknya dalam kegiatan LAZISMU. Kepala sekolah dari lingkungan sekolah Muhammadiyah biasanya merekomendasikan pengurus IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dalam kegiatan tersebut.
b. Penempatan
Proses penempatan karyawan terdiri dari berbagai macam bentuk, pertama adalah penempatan karyawan baru, penempatan karyawan dikarenakan promosi jabatan, maupun penempatan karyawan karena mutasi, dari kantor cabang satu ke cabang yang lain. Dalam penempatan karyawan secara promosi maupun mutasi, hal tersebut dilakukan oleh lembaga, bukan keinginan sendiri dari karyawan tersebut dengan susunan tertentu yang diinginkan oleh lembaga. Namun penempatan posisi tersebut sesuai dengan kemampuan dan skill dasar yang dimiliki oleh relawan tersebut.
Pada awal penempatan karyawan, terdapat waktu penyesuaian yang biasa disebut dengan training bagi karyawan baru. Training dimaksudkan untuk mengenalkan pekerjaan, mengenalkan job deskripsi yang nantinya dilaksanakan dan untuk mempermudah karyawan dalam beradaptasi dalam situasi baru. Para karyawan dan relawan juga harus mengetahui job deskripsi masing – nmasing untuk terus dipelajari bagaimana cara kerja dan memahami proses kerja yang baik sehingga tidak ada hambatan dalam proses kerja seiring waktu berjalan.
Sedangkan para karyawan sukarela tidak ada proses penempatan yang signifikan, karena kegiatan mereka merupakan kegiatan yang sifatnya incidental dalam penggalangan dana. Pembagian tempat dalam proses penggalangan dana
156 | P a g e
dilakukan di tempat – tempat yang strategis dan menjadi pusat kerumunan masyarakat. Tentunya para karyawan sukarela ini dibekali ilmu dan arahan dari pihak LAZISMU sebelum diberangkatkan dalam penggalangan dana. Mereka juga dibekali seragam atau atribut khusus yang digunakan sebagai identifikasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya bersedekah.
c. Pembinaan dan Pelatihan SDM
Pelatihan bagi amil itu sangat penting dilaksanakan, agar dengan pelatihan itu seluruh amil zakat pusat zakat umat bisa lebih meningkatkan kembali wawasan dalam pengelolan dan pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah serta fidyah, oleh karena dengan adanya pelatihan yang sesuai dengan kriterian yang sudah ditentukan maka akan bertambah pula kemampuan dalam bekerja amil zakat. tekanan yang sangta kompetitif, menuntut setiap orang harus melakukan yang terbaik bagi seluruh pekerjaan dengan cemerlang keterampilan yang bagus sehingga dapat dilihat oleh atasannya dengan memungkinkan akan lebih mudah untuk naik jabatan (Chaerudin, 2019).
Dalam proses pembinaan sumber daya manusia di LAZISMU Purbalingga, menurut narasumber yang penulis wawancarai yaitu Bapak Andi sebagai Direktur, menyebutkan bahwa terdapat proses pembinaan yang dilakukan oleh Dewan Syariah dan Badan Pengawas, terkadang dilakukan oleh Bapak Andi selaku Direktur. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan pendayagunaan dana zakat, infaq dan shodaqoh sangatlah penting untuk dilakukan. Hal ini dilakukan karena setiap harinya karyawan dituntut untuk konsisten, disiplin dan semangat dalam bekerja.
Menurut Andi, pembinaan juga tidak selalu terkait dengan pekerjaan, melainkan hal – hal lain yang masih ada hubungannya dengan ZIS. Contoh dengan memberikan pembinaan dan pendidikan tentang keagamaan, hal ini dilakukan karena hampir semua kegiatan di LAZISMU merupakan kegiatan keagamaan yang bersifat sosial.
Untuk meningkatkan potensi dan skill yang dimilliki, terdapat juga program pelatihan untuk karyawan, baik pelatihan yang sifatnya inten lembaga maupun di luar lembaga. Ketika ada pelatihan baik dari BAZNAS ataupun dari pihak lain terkait dengan pengelolaan LAZ, perwakilan karyawan dari LAZISMU diikutsertakan dalam acara tersebut. Ketika sudah kembali bekerja, karyawan tersebut akan dipersilahkan untuk menyampaikan apa yang dipelajari kepada karyawan lain, sehingga manfaat dari pelatihan tersebut dapat dirasakan oleh yang lain. Hal ini selaras dengan pendapat Saepul (2019) menyebutkan bahwa dari pelatihan itulah akan timbul rasa tanggung jawab yang lebih terhadap pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang seharusnya di selurkan sebagaimana mestinya, dan tidak adanya kejadian yang tidak diinginkan oleh lembaga zakat.
157 | P a g e
Pembinaan dan pengarahan untuk karyawan sukarela dilakukan ketika menjelang penggalangan dana. Karena penggalangan yang dilakukan oleh mereka sifatnya incidental, proses pembinaanya pun tidak ada jadwal yang mengikat. Pembinaan tersebut meliputi motivasi, pengetahuan dan pembelajaran tentang penggalangan dana, dan pelatihan tentang cara berkomunikasi yang baik dan benar.
d. Evaluasi SDM
Menurut Oteng Sutisna dalam Asih (2019) Manajemen Sumber Daya Manusia memang mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang diantara mencakup masalah job evaluation (evaluasi pekerjaan). Evaluasi pekerjaan tersebut bermanfaat guna menyusun perencanaan yang baru. Karena itulah setiap organisasi dalam pengelolaan sumber daya manusianya memerlukan proses evaluasi terkait dengan job deskripsi pekerjaan yang ada.
Setiap satu bulan sekali, diadakan evaluasi yang dipimpin langsung oleh Direktur. Hal ini dilakukan mengidentivikasi kelebihan dan kekurangan program yang telah dilaksanakan. Kinerja para karyawan juga dapat dilihat dan dievaluasi di sini. Terdapat pemantauan dan pengawasan kinerja karyawan dalam proses pelaksanaan program – program kegiatan. Ketika terdapat kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, pimpinan bisa langsung menegur atau bisa menjadi bahan evaluasi kedepannya.
Evaluasi SDM juga dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan yang kurang baik dan meningkatkan kualitas program yang telah dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai (2013: 315) manfaat kinerja pada dasarnya meliputi : a. Perbaikan prestasi, dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan prestasi karyawan. b. Keputusan penempatan, membantu dalam promosi, perpindahan dan penurunan pangkat pada umumnya. c. Sebagai perbaikan kinerja pegawai.
Terdapat juga evaluasi terkait dengan dana yang diperoleh serta dana yang telah ditasyarufkan. Hal ini dilakukan agar dana yang dihimpun benar – benar tepat sasaran, karena objek dari pentasyarufan dana ZIS sudah jelas dan sudah
dijabarkan dalam Al Quran. “Jangan sampai salah sasaran, karena ini adalah amanah dari masyarakat”, ungkap Bapak Andi.
2. Pengelolaan ZIS di LAZISMU Purbalingga
a. Perolehan dan Penyaluran Dana
Jumlah masyarakat yang menjadi donator tetap di LAZISMU Purbalingga berjumlah 300 orang lebih. Sedangkan Perolehan dana yang dihimpun oleh
158 | P a g e
LAZISMU Purbalingga pada tahun 2020 lalu tercatat sejumlah 1,2 Milyar lebih. Menurut Andi, jumlah ini masih tergolong lebih kecil dari beberapa kota – kota besar lainnya. Namun Ia bersyukur karena terdapat peningkatan di setiap tahunnya terkait dana donasi yang didapat oleh LAZISMU.
Penyaluran zakat adalah pendistribusian zakat kepada orang-orang/mustahik yang berhak menerima zakat, baik secara konsumtif atau produktif. Sebagaimana diketahui dalam surat At-Taubah ayat 60 disebutkan dengan jelas bahwa kelompok-kelompok atau asnaf yang berhak menerima zakat ada 8 asnaf. Kelompok-kelompok penerima zakat (mustahik) yang disebutkan dalam Ayat tersebut adalah fakir, miskin, amil zakat, mualaf, riqab, gharim, fii sabilillah dan ibnu sabil (Khasanah, 2015). Sejalan dengan pendapat tersebut bahwa
“Pendapat yang memperbolehkan disalurkannya zakat kepada beberapa asnaf dari kedelapan asnaf, maka langkah penyaluran zakat di masa pandemi Covid-19 dapat diberikan kepada beberapa asnaf, terutama asnaf fakir dan miskin” (Fery, 2020).
Program pentasyarufan dana donasi di LAZISMU Purbalingga dibagi menjadi beberapa bentuk kegiatan, yaitu :
• Pertama di bidang Pendidikan, yaitu diberikan bantuan beasiswa bagi siswa yang bersekolah di jenjang Madrasah sampai Perguruan Tinggi.
• Kedua Bidang Ekonomi, terdapat bantuan program UMKM Berdaya dan Tani Bangkit yang ditujukan untuk para pemilik UMKM dan para petani.
• Ketiga bidang Kesehatan, yaitu pemberian pengobatan gratis bagi masyarakat kurang mampu, pemberian bantuan mobil ambulan untuk daerah yang membutuhkan.
• Keempat bidang Sosial dan Dakwah, dalam bidang ini terdapat dua kegiatan yaitu bedah rumah dan benah rumah bagi masyarakat RTLH, serta
• Terakhir bidang Ranting Binaan, bidang ini dikhususkan untuk memberikan pembinaan bagi ranting – ranting yang kegiatananya berbentuk pengajian, pembentukan rumah Quran, dan pembentukan tim Purbalingga siaga bencana. Terdapat juga program – program yang sifatnya incidental selain dari penggalangan dana, yaitu pengajuan program dari cabang atau ranting kecamatan. Setiap cabang LAZISMU di kecamatan - kecamatan bisa mengajukan proposal program kegiatan, ketika program tersebut disetujui oleh LAZISMU pusat, maka kegiatan tersebut bisa dilanjutkan dan dilaksanakan. Tentunya dengan bimbingan dan arahan dari pusat.
Dalam analisis yang sudah dibahas, hal ini dapat disingkronkan dengan teori George John Terry yaitu tentang konsep manajemen yang didalamnya terdapat 4 keriteria, diantaranya pertama, perencanaan (Planning) sebagai dasar
159 | P a g e
pemikiran tujuan dan penyusunan langkah – langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Merencanakan berarti mempersiapkan hal – hal yang dibutuhkan, memperhitungkan matang – matang apa saja yang kiranya menjadi kendala, dan merumuskan bentuk kegiatan yang bermaksud dalam mencapai tujuan. Kedua, pengorganisasian (Organization) yaitu cara untuk mengumpulkan orang – orang serta menempatkan mereka berdasarkan kemampuan dan keahliannya masing – masing dalam pekerjaan yang telah direncanankan. Ketiga, penggerakan (Actuating) untuk menggerakkan organisasi sehingga berjalan sesuai dengan pembagian tugas masing – masing serta menggerakan sumber daya yang ada dalam organisasi agar kegiatan atau program yang dilakukan bisa berjalan sesuai dengan rencana awal yang telah direncanakan. Keempat, pengawasan
(Controlling) yaitu proses mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah
sesuai dengan perencanaan atau tidak. Pengawasan ini juga tekait dengan penggunaan sumber daya organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efesien tanpa ada kendala apapun.
Berdasarkan teori yang ada, bahwa konsep manajemen dapat dilihat secara seksama bahwa dalam perencanaan harusnya terdapat kesepakatan yang pasti agar dalam menentukan tujuan utama punya arahan yang jelas terkait SDM kedepannya, oleh karenanya dengan teori yang penulis singkronkan dengan kenyataan riil yang ada pada lapangan, maka dapat penulis analisa tentang bagaimana cara perekrutan karyawan yang dilakukan oleh LAZISMU Purbalingga dengan sumber dari tujuan manajemen menurut Larasati (2018) adalah :
1) Apa tujuannya diatur?
Agar tujuan lebih terarah dengan jelas alur dari penjalanan proses keberlangsungan untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai target yang telah di tentukan sebelumnya.
2) Apa yang diatur?
Yang diatur disini adalah SDMnya dengan arahan dan penjelasan yang baik sesuai dengan ketentuannya masing-masing dalam melakukan pekerjaan mereka masing - masing, serta dilakukan perencanaan yang matang dan terarah dalam melaksanakan program.
3) Mengapa harus diatur?
Karena proses manajemen SDM mempunyai tujuan dan target tertentu dalam melakukan perencanaan – perencanaan organisasi.
4) Siapa yang mengatur?
Yang mengatur disini adalah SDM yang ada di LAZISMU diantaranya ada Dewan Syariah dan Badan Pengawas, serta Direktur.
160 | P a g e
5) Bagaimana mengatur?
Cara mengaturnya yaitu dengan memberikan pemahaman kepada para bawahan terkait dengan prosedur dan ketentuan yang ada, sehingga SDM tersebut dapat memberikan kinerja yang maksimal untuk organisasi serta dapat mencapai target yang sudah ditentukan dari awal persetujuan.
Kesimpulan
Di era New Normal ini banyak terjadi permasalahan dalam segala aspek bidang masyarakat. Dampak Ekonomi menjadi salah satu hal yang sangat terasa. Lembaga Amil Zakat LASISMU Purbalingga ikut andil dalam proses mengstabilkan keadaan ekonomi di daeerah Purbalingga. Program – program yang dilakukan banyak yang difokuskan untuk membantu dalam memperbaiki keadaan ekonomi serta kesehatan masyarakat yang terdampak karena virus Covid-19.
Masing – masing konsep manajemen SDM yang diawali dari proses perencanaan, pengoganisasian, pengarahan serta pengawasan mempunyai penjabaran program tersendiri. Dengan diadakannya pengaturan manajemen SDM, maka tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya akan terarah dengan baik dan memudahkan para karyawan dalam bekerja sesuai dengan bagiannya sesuai keahliannya masin-masing.
Manajer yang mengatur jalannya pekerjaan juga diharuskan memiliki pengalaman dibidangnya agar dalam pengarahan yang ditunjukkan kepada karyawan sesuai dengan prosedur yang sudah tercantum dalam peraturan dan buku panduan yang ada di LAZISMU pusat. Berdasarkan teori yang diungkapkan dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan evaluasi terhadap karyawan, manajemen harus melihat dulu apakah kinerja yang dihasilkan sudah sesuai atau belum dalam proses pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan.
Referensi
Abdurrahman, Soejono. (1999). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asih S, Retno. (2019) Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Praktik Peningkatan Mutu
Pendidikan pada Sekolah Dasar. Media Manajemen Pendidikan. Jurnal UTS Jogja.
Chaerudin, A. (2019) Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan SDM. Sukabumi: CV Jejak Fadillah, S., Lestari, R., & Nurcholisah, K. (2011). Analisis Pengelolaan Zakat Dengan
Penerapan Good Corporate Goverance Dilihat Dri Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Daya Saing Lembaga Amil Zakat. 23.
Fery D, Muhammad. (2020). Strategi Pengelolaan Zakat Di Masa Pandemi Covid-19. Journal Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda.
Handoko, T. H. (2012). Manajemen Sumberdaya Manusia dan Personalia, Yogyakarta Hasibuan, Malayu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Jakarta
161 | P a g e
Hasibuan, Malayu. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara: Jakarta Edisi Revisi.
Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No.38 tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan Zakat tentang pengelolaan zakat.
Khasanah, Y. 2015. Mekanisme Penghimpunan dan Pendistribusian Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) untuk Anak Yatim Piatu pada Divisi Sosial Baitul Maal di KJKS BMT
Muamalat Limpung. Tugas Akhir. Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Walisongo, Semarang.
Larasati, Sri (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama.. Cetakan Pertama. CV.Budi Utama: Yogyakarta.
Laela, Fitri W (2021) Conceptualization Good Amil Governance In Zakat Institution. Journal of Business and Management Review Vol. 2 No. 2 2021 Page 107-135
Mubtadi, N. A., & Susilowati, D. (2018). Analysis of Governance and Efficiency on Zakat
Distribution: Evidence From Indonesia. International Journal of Zakat, 3(2), 1–15.
Noor, A. H. M., Rasool, M. S. A., Ali, R. M. Y. S. M., & Rahman, R. A. (2015). Efficiency of Islamic Institutions: Empirical Evidence of Zakat Organizations’ Performance in
Malaysia. Journal of Economics, Business and Management, 3(2), 282–286.
https://doi.org/10.7763/joebm.2015.v3.195
Ridwan, Muhammad (2005) Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil(BMT), cet 2. Yogyakarta: UII Press.
Saepul, Anam Usep, et all (2019) Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Zakat. Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah
Volume 4, Nomor 2, 2019, 207-224. Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Safitri, E (2019). Pengelolaan Mesjid Berbasis Kampus Dalam Meningkatkan Pemberdayaan
Masyarakat. Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah, 10(10): 20-20.
Saihudin, (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Veithzal, Rivai (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke
Praktek, Rajagrafindo persada, Bandung.