• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1 -

Triwulan II

2018

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

-Penyusun:

Penanggung Jawab : Usdek R. | Ketua Tim : Purwadhi A.|Editor : Arief R. | Design Grafis : Rintok J. | Anggota : Setyo Juri | Tiyar | Padlansyah | Lili M. |

(3)

ii

Halaman Judul... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Grafik... iii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar... v

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B. Inflasi... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6

A. Pendapatan Negara ... 6

B. Belanja Negara ... 9

C. Prognosis Realisasi APBN... 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 12

A. Pendapatan Daerah ... 12

B. Belanja Daerah ... 16

C. Prognosis Realisasi APBD... 17

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian... 18

B. Pendapatan Konsolidasian... 18

C. Belanja Konsolidasian... 20

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB... 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 24

A. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kepariwisataan, Transformasi Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kalsel... 24

B. Mendorong Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan (KPJU) UMKM ebagai Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi Kalsel... 25

(4)

iii

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018... 1

Grafik 1.2. Gini Ratio Regional Kalimantan... 4

Grafik 1.3. IPM Kalimantan Selatan... 4

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan s.d. Triwulan II 2017 dan I 2018... 7

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Bulan s.d. Triwulan II 2018... 7

Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Pemda s.d. Triwulan II 2018... 8

Grafik 2.4. Realisasi Belanja K/L Per Bulan Per Jenis Belanja ... 9

Grafik 2.5 Pendapatan dan Belanja BLU s.d. Triwulan II 2018... 10

Grafik 3.1. Proporsi Triwulan II 2018... 13

Grafik 3.2. Realisasi PAD Triwulan II 2018 per Pemda Se Kalsel... 13

Grafik 3.3 Realisasi Pajak Daerah 5 Pemda Terbesar... 13

Grafik 3.4 Realisasi Restribusi Daerah 5 Pemda Terbesar... 14

Grafik 3.5 Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan... 14

Grafik 3.6. Perkembangan Persentase Penyaluran TK Triwulan II 2015 – 2018... 15

Grafik 3.7. Realisasi Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja... 16

Grafik 3.8. Alokasi 10 Besar Belanja APBN 2018 Per Klasifikasi Urusan... 17

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2017... 19

Grafik 4.2 Perbandingan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsilidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018... 19

Grafik4.3. Perkembangan Penerimaan Konsilidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan Tahun 2018 dan Tahun 2017 ... 19

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Belanja Konsolidasian pada Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018... 20

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018 dan 2017... 21

(5)

iv

Tabel 1.1 Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan Selatan Dan Capaian Nasional Kalimantan Dalam Indikator Ekonomi

Makro... 5

Tabel 2.1. Realisasi APBN Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 6

Tabel 2.2. Realisasi PNBP s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 8

Tabel 2.3 Realisasi Belanja K/L s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 9

Tabel 2.4. Realisasi TKDD s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018... 10

Tabel 2.5. Penyuluhan KUR ( Komulatif s.d. Triwulan II 2018 )... 11

Tabel 2.6. Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2015 s.d. 2017... 11

Tabel 2.7. Perkiraan Realisasi APBN s.d. Triwulan IV 2018... 11

Tabel 3.1. Laporan Realisasi APBD Agraget Seluruh Pemerintahan Daerah (Prov/Kab/Kota ) s.d. Triwulan II 2018... 12

Tabel 3.2. Perkembangan Realisasi Penyuluhan Dana Desa Tahap I dan II di Provinsi Kalimantan Selatan Semester I 2018... 16

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan IV 2018... 17

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018... 18

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Konsolidasian Penpus dan Pemda di Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 dan 2018... 20

Tabel 4.3. Hubungan Belanja Pemerintah Dengan Indikator Ekonomi Regional... 21

Tabel 4.4. Laporan Operasional Stastistik Keuangan Pemerintah Konsolidasian Triwulan II Tahun 2018... 22

(6)

v

Gambar 1.1. Struktur PDRB Menurut lapangan Usaha... 2 Gambar 1.2. Struktur PDRB Menurut Pengeluaran... 2

(7)

DASHBOARD KFR KALIMANTAN SELATAN

PELAKSANAAN APBD KALSEL AGREGAT

PENDAPATAN APBD

BELANJA APBD

2,48 T

PENDAPATAN ASLI DAERAH

DANA PERIMBANGAN

7,01 T

DANA PENYESUAIAN

0,33 T

DANA DESA

0,79 T

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

0,59 T

REALISASI PENDAPATAN

APBD

45,62%

REALISASI BELANJA

APBD

28,79%

ANGGARAN

23,30 T

REALISASI

6,68 T

PERTUMBUHAN EKONOMI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN

APBN

PROVINSI KALSEL

IPM

GINI RATIO

KEMISKINAN

TPT

TAHUN 2017 :

69,65

MARET 2018 :

0,344

MARET 2018 :

4,54 %

FEBRUARI 2018 :

3,86 %

4,85

BELANJA

PEMERINTAH PUSAT

TRANSFER KE DAERAH

38,19%

49,12%

ANGGARAN

ANGGARAN

REALISASI

REALISASI

3,69 T

9,68 T

8,12 T

16,54 T

PAJAK

PNBP

PENDAPATAN

REALISASI

TARGET

8,26 T

3,61 T

REALISASI

TARGET

0,73 T

0,56 T

4,17 T

pnbp

PAJAK

13,57%

86,43%

https://ketahui.com sumber ilustrasi foto:

KANWIL DJPb PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

(c to c)

(y on y)

4,64

(q on q)

7,10

(8)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

PDRB Kalimantan Selatan memasuki pertengahan tahun 2018 angka pertumbuhan

4,64% (yoy). Angka ini sedikit melambat dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan ini akibat dari kinerja ekspor yang dipengaruhi kinerja pertambangan

dan penggalian.

Inflasi semester I berada pada angka 1,68 persen (ctc) dan 2,72 persen (yoy). Angka

kemiskinan menurun dari 4,70% periode September 2017 menjadi 4,54% pada Maret

2018. Angka ini terendah di Regional Kalimantan. Gini ratio juga menurun 0,003 poin

dari capaian sebelumnya 0,347 menjadi 0,344.

TPT periode Februari 2018 sebesar 3,86% naik sedikit dari periode tahun sebelumnya

3,53% yang disebabkan sektor pertanian yang belum masuk masa panen.

IPM Kalsel tahun 2017 cukup menggembirakan dengan raihan 69,65 atau sedikit lagi

untuk masuk kategori tinggi.

Capaian 5 Indikator Makroekonomi dan Kesejahtaeraan Kalsel dibandingkan target

yang ditetapkan dalam APBD Kalsel terdapat 2 kategori yang masih belum tercapai

yaitu angka IPM (target 70,13 capaian 69,65) serta Angka Kemiskinan (target 4,50%

capaian 4,54%).

(9)

1

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II- 2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 58,61 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,54 persen. Sementara itu Pulau Kalimantan memberikan kontribusi sebesar 8,05 persen.

Perekonomian Kalimantan Selatan memasuki triwulan II 2018 dibandingkan triwulan II tahun 2017 tumbuh sebesar 4,64 persen. Angka ini sedikit melambat dibandingkan dengan PDRB Kalsel Triwulan II 2017 (y-on-y) sebesar 5,02 persen. Laju PDRB Kalsel triwulan II 2018 (y-on-y) juga lebih rendah dibandingkan dengan PDB Nasional (y-on-y) yang mencapai 5,27 persen. Perlambatan ini utamanya disebabkan kinerja ekspor yang tumbuh 1,88 persen (y-on-y) lebih lambat dari triwulan II tahun 2017 sebesar 3,74 persen (y-on-y), inline dengan perlambatan kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan. Namun konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi positifnya perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II ini.

Sementara itu, secara triwulanan, ekonomi Kalimantan Selatan tumbuh 7,10 persen (q-to-q) dibandingkan dengan triwulan I-2018. Hal tersebut disebabkan salah satu lapangan usaha dominan di Kalimantan Selatan yaitu pertanian mulai memasuki masa panen raya. Angka pertumbuhan ini di atas angka nasional yang sebesar 4,21 persen.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018

Sumber: BPS Prov. Kalsel

-10 -5 0 5 10 15

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 Kalsel (q to q) Nasional (q to q) -5 -3 -1 1 3 5 7 9

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

(10)

2

Gambar 1.2. Struktur PDRB Menurut

Pengeluaran

Gambar 1.1. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2018 diukur dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp43,12 triliun, sementara atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp31,90 triliun. Nominal PDRB ini naik 8,3 persen (ADHB) dan 4,6 persen (ADHK) dari triwulan yang sama tahun 2017.

Pada sisi lapangan usaha, struktur PDRB Kalimantan Selatan masih didominasi oleh empat kategori utama, yaitu pertambangan dan penggalian sebesar 20,20 persen; pertanian sebesar 15,71 persen; industri 13,57 persen; perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 9,75 persen. Total peranan keempat kategori tersebut mencapai 59,23

persen, 13 kategori lainnya hanya berbagi nilai sebesar 40,77 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,96 persen.

Dari sisi pengeluaran, struktur ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II-2018 masih dikuasai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 46,82 persen, diikuti komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (23,44%), net ekspor (14,31%), dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (12,96 %). Semua komponen domestik tumbuh positif (y-on-y) kecuali ekspor. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran pemerintah yaitu sebesar 41,20 persen. Utamanya adalah belanja pegawai (THR) dan sesuai dengan siklus realisasi belanja modal yang cukup signifikan pada triwulan ini.

B. Inflasi

Pada bulan Juni 2018, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 0,94 persen. Laju inflasi kalender tahun 2018 (Juni 2018 terhadap Desember 2017)

(11)

3

4,70%

4,54%

bulan Mei-Juni adalah momen Ramadhan dan Idul Fitri, angka ini cukup terkendali. Hal ini tidak terlepas dari strategi Pemerintah bersama TPID dalam mengendalikan harga, khususnya dari sisi penyediaan pasokan dan distribusi bahan pangan. Angka inflasi ini juga masih dalam rentang target pemerintah pada kisaran +4 persen.

Berdasarkan kota-kota IHK di regional Kalimantan, semua (9 kota inflasi) mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Sampit sebesar 4,37 persen dan inflasi terendah dikota Banjarmasin sebesar 1,68 persen.

C. Indikator Kesejahteraan

Indikator kesejahtaeraan sosial Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan II tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingkat Kemiskinan

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret 2018 mencapai 189,03 ribu orang (4,54 persen). Dibandingkan keadaan pada bulan September 2017 yang berjumlah 194,56 ribu orang (4,70 persen), maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 5,53 ribu orang (0,16 persen).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2017 – Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan 2,49 ribu orang, meskipun persentasenya menurun dari 3,59 menjadi 3,54 persen. Sedangkan di daerah perdesaan turun sebanyak 8,02 ribu orang (5,40 persen), atau mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dibandingkan keadaan September 2017 yang sebesar 5,60 persen. Angka ini menunjukkan adanya indikasi keberhasilan program Dana Desa yang digelontorkan oleh pemerintah.

Pada lingkup Regional Kalimantan, tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan merupakan angka terendah sebesar 4,54 persen. Angka tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 7,77 persen. Tingkat kemiskinan semua provinsi di Pulau Kalimantan pada periode yang sama berada di bawah tingkat kemiskinan rata-rata nasional yang sebesar 9,82 persen.

(12)

4

0 0,1 0,2 0,3 0,4 Kaltara Kalbar Kalteng Kaltim Kalsel Nasional 65,2 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38 69,05 69,65 62 63 64 65 66 67 68 69 70 1 2 3 4 5 6 7 8

IPM Kalimantan Selatan (2010-2017) Grafik 1.2. Gini Ratio Regional

Kalimantan

Grafik 1.3. IPM Kalimantan Selatan

2. Gini Ratio

Pada Maret 2018, Gini Ratio Kalimantan Selatan sebesar 0,344. Angka ini mengalami sedikit mengalami penurunan sebesar 0,003 poin dibandingkan keadaan bulan September 2017. Berdasarkan daerah tempat tinggal, maka Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2018 adalah sebesar 0,365, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 0,285. Ha ini

menunjukkan tingkat ketimpangan yang lebih rendah di daerah pedesaan.

Pada lingkup regional Kalimantan, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki Gini Ratio tertinggi, sedangkan terendah tercatat di Kalimantan Utara yaitu sebesar 0,303. Namun demikian angka Gini Ratio Kalimantan Selatan masih di bawah rata-rata nasional sebesar 0,389.

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

TPT Kalimantan Selatan keadaan Februari 2018 adalah 3,86 persen. Indikator ini mengalami kenaikan sebesar 0,33 poin dibandingkan keadaan Februari 2017 yang sebesar 3,53 persen. Hal ini disebabkan oleh penambahan jumlah angkatan kerja serta ditunjang oleh sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja terbanyak belum memasuki masa panen. Dibandingkan dengan angka secara nasional yang mencapai 5,13 persen, TPT Kalimantan Selatan relatif lebih baik.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM Kalimantan Selatan Tahun 2017 adalah 69.65. Indikator ini mengalami kenaikan sebesar 0,60 poin dibandingkan keadaan Tahun 2016 yang sebesar 69,05. Semua komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan dan semua kab/kota di wilayah Kalimantan Selatan juga

(13)

5

Kalimantan Selatan masih berstatus “sedang”, namun sudah hampir mendekati 70 yang berarti akan mencapai status “tinggi”.

IPM Kalimantan Selatan masih berada di bawah rata-rata angka secara nasional yang mencapai 70,81. Sementara pada lingkup regional Kalimantan, IPM Kalsel menduduki peringkat 4 setelah Kaltim, Kalteng dan Kaltara.

5. Perbandingan Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan dengan KUA Kalimantan Selatan

Sesuai Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalimantan Selatan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kalimantan Selatan 2016-2021, sasaran pembangunan Kalimantan Selatan pada tahun 2018 dibandingkan dengan capaian Kalimantan Selatan dan Nasional hingga semester I 2018 tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 1.1. Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan Selatan dan Capaian Nasional Kalimantan Selatan dalam Indikator Ekonomi

Makro Indikator Target Provinsi Kalimantan Selatan 2018 dalam KUA Capaian Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II 2018 Capaian Nasional s.d. Triwulan II 2018 Pertumbuhan

Ekonomi 4,7 - 5,1 persen 4,85 persen 5,17 persen

Tingkat Inflasi 3,8 – 4,0 persen 1,68 persen 1,90 persen Tingkat

Kemiskinan 4,30 – 4,50 persen 4,54 persen 9,82 persen Tingkat

Pengangguran terbuka

4,50 – 4,70 persen 3,86 persen 5,13 persen

IPM 70,13 69.65 70,81

Sumber: BPS, Pemda Kalsel (diolah)

Dari tabel di atas, 3 dari 5 indikator di pertengahan tahun sudah mencapai target yang ditetapkan, sementara 2 indikator lainnya, realisasi sudah mendekati sasaran yang diharapkan. Dengan langkah implementasi dan kebijakan yang tepat, target dimaksud dimungkinkan untuk dicapai pada tahun ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah di Kalimantan Selatan adalah dengan merealisasikan serapan belanja yang bersumber dari APBN maupun APBD sesuai target yang telah ditetapkan.

(14)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT

APBN merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk menjalankan stimulus fiskal.

Stimulus fiskal yang sering disertai dengan kebijakan anggaran defisit, juga

mencerminkan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam

menggerakkan sektor riil.

Sesuai dengan tema dari kebijakan fiskal di tahun 2018 yaitu “Memantapkan

Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan”, alokasi

APBN di Kalimantan Selatan diarahkan antara lain untuk pengembangan infrastruktur

dan pengentasan kemiskinan.

Realisasi pendapatan negara mencapai Rp4,1 triliun. Belanja pemerintah pusat

terealisasi Rp3,69 triliun dan TKDD tersalur Rp8,1 triliun.

Data tersebut

mengindikasikan di wilayah Kalimantan Selatan masih menerima lebih banyak alokasi

belanja dari APBN dari pada penerimaan yang telah disetor ke kas negara. Hal itu

merupakan modal bagi pembangunan yang harus dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya

(15)

6

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Sumber pendapatan negara di Provinsi Kalimantan Selatan masih sangat tergantung pada penerimaan perpajakan. Kontribusi penerimaan perpajakan mencapai 92% dari total target penerimaan dalam negeri tahun 2018. Adapun kontribusi PNBP hanya sebesar 8%. Dari sisi belanja, sebagian besar belanja APBN (63%) dialokasikan untuk dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Sedangkan belanja K/L hanya sebesar 37% dari total pagu APBN di Kalimantan Selatan.

Dengan membandingkan data pendapatan dan belanja dari tabel di atas, terlihat bahwa di wilayah Kalimantan Selatan masih menerima lebih banyak alokasi belanja dari APBN dari pada target penerimaan yang harus disetor ke kas negara. Hal itu merupakan modal bagi pembangunan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Realisasi penerimaan perpajakan di wilayah Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan II tahun 2018 sebesar Rp3,6 triliun atau 43,6% dari target 2018. Hal itu melebihi capaian pada periode triwulan II tahun 2017 yang hanya Rp3,2 triliun atau 35,8% dari target tahun 2017. Realisasi penerimaan perpajakan didominasi oleh penerimaan PPh sebesar Rp2,3 triliun dan PPN sebesar Rp862,4 miliar.

Tabel 2.1. Realisasi APBN Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Kalselteng, Kanwil DJBC Kabagsel, GFS dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. PENDAPATAN NEGARA 9,799 3,696 37.72% 8,998.92 4,175.28 46.40% I.PENERIMAAN DALAM NEGERI 9,799 3,696 37.72% 8,998.92 4,175.28 46.40% 1. Penerim aan Pajak 9,085 3,256 35.83% 8,262.69 3,608.63 43.67% 2. PNBP 714 441 61.77% 736.23 566.65 76.97% II. HIBAH - - 0.00% - - 0.00% B. BELANJA NEGARA 23,534 11,094 47.14% 26,223.69 11,822.07 45.08%

I.BELANJA PEMERINTAH PUSAT 7,528 2,892 38.42% 9,680.69 3,696.80 38.19% 1. Belanja Pegawai 2,990 1,398 46.74% 3,214.51 1,499.68 46.65% 2. Belanja Barang 2,591 919 35.47% 3,708.80 1,300.92 35.08% 3. Belanja Modal 1,920 569 29.66% 2,745.51 892.72 32.52% 4. Belanja Bantuan Sos ial 28 6 22.70% 11.87 3.48 29.32% II.TKDD 16,005 8,202 51.25% 16,543.00 8,125.27 49.12% 1. Trans fer ke Daerah 14,575 7,347 50.41% 15,216.00 7,331.64 48.18% a. DAU 8,294 4,642 55.97% 7,971.00 4,649.71 58.33% b. DBH 2,808 1,402 49.93% 3,480.00 1,287.22 36.99% c. DAK 3,188 1,176 36.87% 3,434.00 1,229.21 35.80% d. DID 285 127 44.75% 331.00 165.50 50.00% 2. Dana Des a 1,430 855 59.79% 1,327.00 793.63 59.81% C. SURPLUS DEFISIT (13,735) (7,398) 53.86% (17,224.77) (7,646.79) 44.39%

(16)

7

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Perpajakan s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Bulan s.d. Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Dominasi PPh dan PPN sejalan dengan kondisi perekonomian Kalimantan Selatan, dimana sektor pertambangan merupakan penyumbang terbesar PDRB (20,20%), yang diikuti sektor Pertanian (15,71%), Industri (13,57%), dan perdagangan (9,75%). Sumber PPh dari sektor pertambangan antara lain berupa PPh pasal 21 pegawai tetap, pegawai tidak tetap, orang pribadi yang bukan pegawai atas upah yang diterimanya. Adapun PPh pasal 23 antara lain bersumber dari kegiatan land clearing, jasa pengeboran dan penggalian, jasa pengolahan dan jasa pengangkutan.

Adapun penerimaan cukai hanya sebesar Rp894 juta yang berasal dari denda atas penindakan rokok ilegal di Kalimantan Selatan. Kanwil DJPBC Kabagsel berupaya menekan peredaran rokok ilegal (tanpa cukai), sesuai target maksimal hanya 6% rokok illegal yang beredar. Rendahnya penerimaan cukai memang disebabkan tidak adanya produsen produk kena cukai di Kalimantan Selatan. Dari sisi penerimaan Pajak Perdagangan Internasional, penerimaan Bea Masuk antara lain berasal dari bea masuk alat berat, spare part, serta barang modal pertambangan. Adapun Bea Keluar antara lain berasal dari ekspor biji besi, vinyl, dan produk olahan kayu.

(17)

8

Dari grafik di atas terlihat bahwa penerimaan pajak di bulan April 2018 mengalami lonjakan. Hal itu disebabkan batas akhir penyampaian SPT PPh Badan di bulan April. Adapun penerimaan PPN juga cenderung mulai naik selaras dengan peran sektor perdagangan dan pertambangan sebagai sumber pertumbuhan tertinggi PDRB, masing-masing 0,66% dan 0,63% (yoy).

Dari tabel di atas, sebagian besar penerimaan perpajakan berasal dari Kota Banjarmasin (42,22%) dan diikuti Kabupaten Tanah Bumbu, Kota Banjarbaru serta Kabupaten Banjar. Keempat daerah tersebut memang menjadi pusat perekonomian baik dari sektor pertambangan, perdagangan maupun industri. Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan Selatan sangat diuntungkan karena merupakan lokasi kantor pusat perusahaan di Kalimantan Selatan. Dengan demikian, meskipun lokasi usahanya di luar kota Banjarmamsin, penerimaan pajaknya akan tercatat di kota Banjarmasin.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Realisasi PNBP sampai dengan triwulan I tahun 2018 adalah sebesar Rp568 miliar atau sudah mencapai 69,5% dari target. Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang hanya mencapai 61,7% dari target atau sebesar Rp441 miliar. Komposisi realisasi PNBP di wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berasal dari pendapatan Jasa transportasi, Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Pemda s.d. Triwulan II 2018

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Kanwil DJP Kalselteng, Kanwil DJBC Kabagsel, GFS dan OM SPAN (diolah)

Tabel 2.2. Realisasi PNBP s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: GFs dan OM SPAN (diolah)

PNBP s.d. Trw II 2017 s.d. Trw II 2018 naik/ turun PENDAPATAN KEHUTANAN 0.79 0.00 -100.00% PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM 15.25 14.93 -2.11% PENDAPATAN DARI PENJUALAN, PENGELOLAAN BMN, DAN IURAN BADAN USAHA 5.80 9.76 68.18% PENDAPATAN ADMINISTRASI DAN PENEGAKAN HUKUM 75.08 101.30 34.93% PENDAPATAN KESEHATAN, PERLINDUNGAN SOSIAL, DAN KEAGAMAAN 10.36 11.37 9.80% PENDAPATAN PENDIDIKAN, BUDAYA, RISET, DAN TEKNOLOGI 120.18 135.29 12.58% PENDAPATAN JASA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 205.28 229.23 11.67% PENDAPATAN JASA LAINNYA 0.30 0.58 93.67% PENDAPATAN BUNGA, PENGELOLAAN REKENING PERBANKAN, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN 0.93 2.60 178.27% PENDAPATAN DENDA 0.37 2.25 510.00% PENDAPATAN LAIN-LAIN 6.55 58.88 799.28% JUMLAH 441 566 28.42%

(18)

9

Komunikasi dan Informatika (40%), Jasa Pendidikan, Budaya dan Ristek (24%) dan Jasa Adminsitrasi dan Penegakan Hukum (18%). Intensifikasi PNBP bisa dilakukan dalam pemanfaatan BMN tanah dan bangunan, serta peningkatan cakupan masyarakat yang memiliki SIM/STNK. Ekstensifikasi PNBP antara lain melalui usulan ke kantor pusat K/L terhadap potensi PNBP yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak/layanan premium.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Alokasi belanja Pemerintah Pusat (Belanja K/L) tahun 2018 sebesar Rp9.6 triliun atau meningkat 28,59% apabila dibandingkan dengan alokasi tahun 2017. Alokasi Belanja Modal yang diharapkan dapat secara riil mendorong pertumbuhan ekonomi, menambah lapangan kerja, serta mengurangi kemiskinan, mengalami peningkatan 43,03%. Beberapa proyek strategis yang bersumber dari Belanja Modal di Kalimantan Selatan antara lain pembangunan 2 bendungan (capaian 1 bendungan), pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan 1.085 Km (capaian 41 Km), pembangunan fasilitas pelabuhan 7 paket (capaian 0,8 paket) dan pembangunan fasilitas bandara 19 paket (capaian 5 paket).

Secara agregat, sampai

dengan triwulan II tahun 2018 realisasi belanja K/L sudah mencapai Rp3,6 triliun atau 38,19%. Capaian tersebut sudah mendekati target semester I tahun 2018 yaitu sebesar 40%. Dari grafik 2.4 terlihat bahwa realisasi belanja K/L setiap bulan selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini sejalan dengan langkah-langkah strategis dalam

Tabel 2.3. Realisasi Belanja K/L s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Belanja Pegawai 2,990 1,398 46.74% 3,214.51 1,499.68 46.65% Belanja Barang 2,591 919 35.47% 3,708.80 1,300.92 35.08% Belanja Modal 1,920 569 29.66% 2,745.51 892.72 32.52% Belanja Bantuan Sosial 28.20 6.40 22.70% 11.87 3.48 29.32% Jumlah 7,528 2,892 38.42% 9,680.69 3,696.80 38.19%

s.d. Trw II 2017 s.d. Trw II 2018 Jenis Belanja

Sumber: GFS dan OM SPAN (diolah)

Grafik 2.4. Realisasi Belanja K/L per Bulan per Jenis Belanja (dalam miliar rupiah)

(19)

10

Tabel 2.4. Realisasi TKDD s.d. Triwulan II 2017 dan Triwulan II 2018

Sumber: SIMTRADA dan OM SPAN (diolah)

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

DAU 8,294 4,642 55.97% 7,971 4,650 58.33% DBH 2,808 1,402 49.92% 3,480 1,287 36.99% DAK FISIK 1,122 344 30.67% 1,296 177 13.68% DANA DESA 1,430 855 59.79% 1,327 794 59.81% DAK NON FISIK 2,067 831 40.23% 2,138 1,052 49.20% DID 285 127 44.73% 331 166 50.00% JUMLAH 16,005 8,202 51.25% 16,543 8,125 49.12%

s.d. Trw II 2017 s.d. Trw II 2018

TKDD

Grafik 2.5. Pendapatan dan Belanja BLU s.d Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: OM SPAN (diolah)

pelaksanaan APBN, sehingga diharapkan realisasi belanja tidak menumpuk pada akhir tahun. Pada bulan Juni realisasi belanja mengalami peningkatan signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Hal itu bersumber dari peningkatan realisasi Belanja Pegawai untuk pembayaran THR bagi PNS di bulan Juni. Adapun peningkatan realisasi belanja modal terjadi di bulan April dan Juni, dimana telah dimulai pembayaran terhadap kontrak-kontrak.

2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Alokasi TKDD tahun 2018 untuk wilayah Kalimantan Selatan sebesar Rp16,5 triliun atau 63% dari seluruh alokasi APBN untuk Kalimantan Selatan. Hal itu menunjukkan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, dengan harapan pembangunan dapat dilakukan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan/prioritas daerah.

Sampai dengan triwulan II tahun 2018, realisasi TKDD sebesar Rp8,1 triliun atau sudah mencapai 49,12%. Kondisi ini cukup baik karena di atas target minimal triwulan II yaitu 40%.

3. Pengelolaan BLU

Satker yang menerapkan PPK BLU di wilayah Kalimantan Selatan hanya ada 1 satker, yaitu Satker BLU RS Bhayangkara Kelas III Banjarmasin. Apabila dilihat dari sumber pendanaan untuk

belanjanya, Satker BLU RS Bhayangkara Kelas III Banjarmasin dapat dikategorikan sebagai satker BLU mandiri. Sebagian besar belanjanya dibiayai dari pendapatan BLU (80,3%).

Tantangan utama dalam pengelolaan BLU adalah perlu dilakukan diverisifikasi pendapatan BLU, peningkatan efesiensi biaya layanan, dan perlu semakin mengenalkan layanan RS Bhayangkara sebagai RS POLRI yang juga melayani umum, terutama kepada dunia usaha di Kalimantan Selatan.

(20)

11

SEKTOR DEBITUR

(ORANG) AKAD (MILIAR)

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 126,780 3,132

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 62,089 1,478

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN 12,916 274

INDUSTRI PENGOLAHAN 5,752 188

PERIKANAN 4,161 137

SEKTOR LAINNYA 7,876 260

TOTAL 219,574 5,468

Tabel 2.5. Penyaluran KUR (Kumulatif) s.d Triwulan II 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: SIKP (diolah)

2015 2016 2017 Rata-rata

Pajak dan PNBP 71.8 80.2 89.33 80.4

Belanja K/L 84.11 89.52 94.76 89.5

% Realisasi Uraian

Tabel 2.6. Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2015 s.d 2017

Sumber: OM SPAN (diolah)

Rp % Rp %

Pendapatan Negara 9.007 3.918 43,50% 7.205 80%

Belanja Negara 25.438 11.209 44,07% 22.893 90%

Surplus/Defisit -16.431 -7.292 -15.688

Realisasi s.d. Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Uraian Pagu

Tabel 2.7. Perkiraan Realisasi APBN s.d Triwulan IV 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber: OM SPAN (diolah)

4. Manajemen Investasi Pusat

Sampai dengan triwulan II tahun 2018, alokasi KUR (kumulatif sejak 2015) di Kalimantan Selatan sudah tersalur sebesar Rp5,4 triliun kepada

219.574 debitur. Rata-rata kredit per debitur sebesar Rp24,9 juta. Sektor Perdagangan merupakan sektor terbesar yang menyerap KUR yaitu 57,29% dan diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan (27%). Komposisi tersebut masih belum ideal. Sektor pertanian yang merupakan sektor produksi perlu dipacu serapannya sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran.

C. Prognosis Realisasi APBN

Perkiraan realisasi baik pendapatan maupun belanja sampai dengan akhir tahun 2018 dihitung dengan mengambil rata-rata realisasi dari 3 tahun terakhir.

Dari data tersebut, diperkirakan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2018 mencapai 80% dari target. Hal itu sejalan dengan asumsi kondisi moderat dimana perekonomian Kalimantan Selatan dalam posisi mulai bertumbuh akibat mulai naiknya harga batubara. Sedangkan untuk belanja diperkirakan akan terealisasi 90% dari pagu. Hal ini terkait dengan kebijakan pengendalian belanja mengingat penerimaan negara tidak mencapai 100%.

(21)

la

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

APBD 2018 pemda Se-Provinsi Kalimantan Selatan secara agregat dengan

Pendapatan sebesar Rp23,11 triliun, Belanja sebesar Rp23,20 triliun dan defisit

sebesar Rp1,79 triliun. Sampai dengan triwulan II 2018 telah terealisasi Pendapatan

sebesar Rp10,54 triliun atau 45,62 persen. Dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun 2017 sebesar Rp10,13 triliun mengalami peningkatan cukup signifikan. Yang

menggembirakan, kenaikan tersebut disumbang oleh kenaikan PAD sebesar 20,72

persen. Hal ini merupakan sinyal positif pemerintah daerah dalam meningkatan PAD

untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat berupa Dana Transfer.

Sementara itu, realisasi Belanja Daerah sampai dengan triwulan II 2018 secara

agregat sebesar Rp6,68 triliun atau 28,79 persen dari pagu. Bila dibandingkan dengan

target pemerintah pusat masih dibawah sebesar 40 persen. Hal ini yang

menyebabkan adanya surplus sebesar Rp2,78 triliun, menunjukkan belum optimal

dalam Belanja Daerah sehingga tidak optimal dalam memberikan multiflier efek pada

ekonomi di Kalimantan Selatan.

(22)

12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Berdasarkan Tabel 3.1. di atas, realisasi pendapatan APBD sampai dengan Triwulan II 2018 secara agregat sebesar Rp10,54 triliun atau 45,62 persen dari total pagu sebesar Rp23,11 triliun. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2017 sebesar Rp10,13 triliun, secara nominal mengalami peningkatan yang bersumber dari Pendapatan Transfer dan PAD. Adanya kenaikan PAD merupakan sinyal positif untuk mungurangi ketergantuan dari pemerintah pusat.

Sementara itu, sampai dengan triwulan II 2018 secara agregat mengalami surplus sebesar Rp2,78 triliun. Hal ini menunjukkan masih belum optimalnya belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah (28,79 persen) sehingga kurang maksimal dalam memberikan multiplier effect bagi kegiatan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.

A. PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II 2018 secara agregat sebesar Rp10,72 triliun atau 46,38 persen dari total pagu sebesar Rp23,11 triliun. Pendapatan Transfer merupakan yang terbesar yaitu sebesar Rp8,17 triliun atau

(23)

13

76,2 persen, disusul PAD sebesar Rp2,48 triliun atau 23,2 persen dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sebesar Rp59,24 miliar atau 0,6 persen. Adapun rincian realisasi secara lebih detil dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD sampai dengan triwulan II 2018 didominasi oleh penerimaan pajak sebesar Rp1,55 triliun atau 62,3 persen dari total realisasi PAD sebesar Rp2,48 triliun. Sementera itu, Retribusi Daerah terealisasi sebesar Rp65,22 miliar atau 2,6 persen, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp163,86 miliar atau 6,6 persen dan Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp708,46 miliar atau 28,5 persen.

Bila dilihat dari sisi perolehan pemerintah daerah, Provinsi Kalimantan Selatan merupakan penyumbang terbesar PAD sampai dengan triwulan II 2018 yaitu

sebesar Rp1,70 triliun atau 68,4 persen dari total realisasi. Sementara Kabupaten Tapin merupakan pemda yang terkecil realisasi PADnya yaitu sebesar Rp17,28 miliar atau 0,7 persen. Sementara itu bila dibandingkan dengan penerimaan PAD triwulan II 2017, secara nominal mengalami kenaikan sebesar 20,72 persen. Dengan kata lain keseriusan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD telah berhasil.Realisasi

Pajak Daerah Terbesar untuk 5 pemerintah daerah sampai dengan triwulan II 2018 sebagaimana ditunjukkan pada

(24)

14

Grafik 3.3. Terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Selatan merupakan yang terbesar perolehan pendapatan yang berasal dari pajak daerah yaitu Rp1,23 triliun atau 79,94 persen proporsinya. Hal ini disumbang oleh 3 besar penerimaan pajak yang berasal dari kendaraan bermotor yaitu Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar Rp625,43 miliar, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar Rp237,21 miliar dan Pajak Kendaraan Bermotor sebesar Rp298,87 miliar.

Penerimaan Retribusi juga merupakan penyumbang PAD di Kalimantan Selatan, walaupun secara andil tidak terlalu signifikan yaitu hanya 2,6 persen. Sebagaimana terlihat pada Grafik 3.4. capaian realisasi Penerimaan Retribusi Terbesar 5 pemda lingkup Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin merupakan yang terbesar penerimaan

retribusinya yaitu sebesar Rp15,75 miliar, yang disumbang dari 3 besar berasal dari Retribusi Pelayanan Kebersihan/ Persampahan sebesar Rp7,37 miliar, Retribusi

Pelayanan Parkir sebesar Rp1,97 miliar, dan Retribusi Pelayanan Pasar sebesar Rp1,86 miliar. Sumber PAD yang lain yaitu Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan, dimana realisasi sampai dengan triwulan II 2018 sebesar Rp163,86 miliar atau 6,6 persen dari total PAD. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan yang terbesar, yaitu sebesar Rp49,62 miliar atau 30,29 persen dari total penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan. Kota Banjarbaru merupakan satu-satunya pemda yang belum memiliki realisasi dari 14 pemda di Kalimantan Selatan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.5. Adapun sumber Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan berasal

dari Bagian Laba yang Dibagikan kepada Pemda (deviden) atas penyertaan modal pada Perusahaan

(25)

15

Milik Daerah/BUMD.

Sumber PAD yang terakhir adalah Lain-lain PAD yang Sah, dan telah terealisasi secara agregat sampai dengan Triwulan II 2018 sebesar Rp708,45 miliar atau 28,5 persen dari total PAD. Adapun penyumbang terbesar dari Lain-lain PAD yang Sah berasal dari Pendapatan BLUD sebesar Rp383,26 miliar dan Pendapatan dari Pengembalian sebesar Rp163,74 miliar, sisanya pendapatan lainnya.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan II 2018 secara agregat sebesar Rp8,36 triliun atau 76,2 persen dari total Pendapatan Daerah. Dana Perimbangan merupakan penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp7,01 triliun atau 83,93 persen, disusul Dana Penyesuaian sebesar Rp1,04 triliun (12,51 persen) dan Transfer Pemda Lainnya sebesar Rp297,35 miliar (3,56 persen). Adapun perkembangan realisasi secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dana Perimbangan

Realisasi Dana Perimbangan sampai dengan triwulan II 2018 secara agregat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp7,01 triliun atau 48,30 persen dari total pagu sebesar Rp14,52 triliun. Bila dilihat dari tren penyaluran triwulan II mulai dari tahun 2015 s.d. 2018, nampak bahwa penyaluran DAK mengalami peningkatan cukup signifikan mulai tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran DAK Fisik mulai tahun 2017 oleh KPPN di daerah berdampak pada percepatan penyaluran DAK.

b. Dana Desa

Penyaluran Dana Desa Semester I Tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Selatan tersebar di 11

Pemerintah Daerah untuk 1.864 Desa dengan total pagu sebesar Rp1,32 Triliun yang disalurkan oleh 5 KPPN. Total Dana Desa yang telah disalurakan dari RKUN ke RKUD sebesar

(26)

16

Rp793,63 miliar atau 59,75 persen. Sementara itu, penyaluran dari RKUD ke RKD sebesar Rp652,29 miliar atau 83,89 persen sebagaimana ditunjukkan pada Table.3.2. di bawah ini.

Tabel 3.2. Perkembangan Realisasi Penyaluran Dana Desa Tahap I dan II di Provinsi Kalimantan Selatan Semester I 2018

Total Desa

di Kalsel PAGU

RKUN ke RKUD RKUD ke RKD Sisa di RKUD

Rp % Rp % Rp

1.864 1.327.128.833.000 793.630.802.300 59,75 652.293.648.920 83,89 141.337.153.380 Sumber: OMSPAN diolah

Sisa dana desa pada RKUD per Juni 2018 berjumlah Rp141,33 miliar atau 16,11 persen, dengan jumlah terbanyak pada Kab. HSU sebesar Rp62,47 miliar 66,82 persen. Sementara itu 3 kabupaten saldo di RKUD telah nihil yang artinya seluruh dana desa telah disalurkan ke RKD. Tiga pemda tersebut adalah Kab. Banjar, Kab Tapin dan Kab. HST. Hal ini menunjukkan bahwa desa di 3 kabupaten tersebut telah mempertanggunjawabkan penggunaan Dana Desa Tahun 2017 sesuai ketentuan. Adapun pemerintah daerah lainnya masih terdapat sisa di RKUD dengan nilai yang bervariatif sesuai jumlah desa yang belum mencairakan dana desa.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Sampai dengan triwulan II 2018 realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah secara agregat sebesar Rp59,24 miliar atau 0,6 persen dari total Pendapatan Daerah. Pendapatan Hibah merupakan penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp56,02 miliar atau 94,56 persen dan sisanya Pendapatan Lainnya sebesar Rp3,22 miliar atau 5,44 persen dari total penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

B. BELANJA DAERAH

Realisasi Belanja Daerah sampai dengan triwulan II 2018 secara agregat di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar Rp8,07 triliun atau 38,10 persen dari total pagu sebesar Rp21,19 triliun. Adapun realisasi secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belanja Daerah

Berdasarkan Jenis Belanja Berdasarkan Jenis Belanja, sampai dengan triwulan II 2018 terdapat empat jenis belanja yang besar

(27)

17

persentase realisasinya yaitu Belanja Pegawai (37,31%), Belanja Barang dan Jasa (35,65%), Belanja Hibah (55,45%), dan Belanja Bantuan Sosial (20,29). Sementara Belanja Bunga dan Belanja Subsidi belum terdapat realisasi.

2. Belanja Daerah per Klasifikasi Urusan

Secara agregat pada APBD 2018, alokasi Urusan Keuangan merupakan yang terbesar yaitu sebesar Rp5,21 triliun atau 22,00 persen, disusul Urusan Pendidikan sebesar Rp4,97 triliun atau 21,02 persen dan Urusan Kesehatan sebesar Rp3,67 persen sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.8.

C. PROGNOSIS REALISASI

Metodologi yang digunakan dalam melakukan perkiraan dilakukan dengan Analisis

trend atau forecasting pelaksanaan anggaran atas data realisasi baik pendapatan maupun belanja APBD selama 5 periode tahun sebelumnya.

Tabel 3.3 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kalimantan Selatan Sampai Dengan Triwulan IV Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d. Triwulan III*) Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Daerah 23.628,48 - - 23.481,98 99,38% Belanja Daerah 26.409,47 - - 22.537,84 85,34% Surplus/Defisit (2.780,99) - - 944,14

Keterangan: *) Hanya untuk periode pelaporan sampai dengan Triwulan III

Dari tabel di atas, perkiraan atas pendapatan APBD sampai dengan triwulan IV 2018 adalah Rp23.481,98 miliar atau 99,38 persen dari target yang ditetapkan. Hal ini cukup realistis mengingat realisasi atas pendapatan APBD selama 5 tahun yang sangat baik, bahkan pernah terjadi realisasi di atas 100 persen. Sedangkan untuk belanja APBD diperkirakan sampai dengan akhir triwulan IV 20187 sebesar Rp22.537,84 miliar atau 85,34 persen dari pagunya. Dengan demikian terjadi surplus sebesar Rp944,14 miliar. Guna meningkatkan kontribusi belanja atas pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan, kiranya pemerintah daerah dapat lebih meningkatkan belanja agar program-program pembangunan yang telah ditetapkan dapat terealisasi sesuai target.

(28)

la

Bab V

Checklist Dan

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan negara konsolidasian Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan II

2018 mencapai Rp6,5 triliun yang terdiri dari pendapatan perpajakan Rp5,1 triliun,

pendapatan bukan pajak Rp1,3 triliun dan hibah Rp56 miliar. Secara total terjadi

kenaikan 10,31 persen dibanding capaian pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya

Total realisasi belanja Triwulan II 2018 sebesar Rp 11,45 triliun dengan rincian

pemerintah pusat Rp3.697 triliun (35 persen) dan pemerintah daerah sebesar Rp6.681

triliun (65 persen). Secara parsial, komposisi belanja pegawai, barang dan modal

pemerintah pusat pada masing-masing 41, 35 dan 24 persen. Sementara pemerintah

daerah komposisi belanjanya pada angka 51, 31 dan 10 persen. Hal ini menunjukkan

realisasi penyerapan belanja instansi pemerintah pusat lebih sesuai dengan

kebijakan penyerapan belanja non pegawai pada awal tahun guna peningkatan

multiplier effect

terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Untuk pemerintah

daerah perlu didorong agar penyerapan belanja khususnya belanja modal bisa lebih

cepat lagi.

(29)

18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan II 2018 sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018

(dalam miliar rupiah) 2017

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 4.176 10.379 6.557 10,31% 5.944

Pendapatan Perpajakan 3.609 1.549 5.158 14,37% 4.510

Pendapatan Bukan Pajak 567 776 1.343 -2,61% 1.379

Hibah - 56 56 1,82% 55 Transfer *) - 7.998 - - Belanja Negara 3.697 7.758 11.455 10,38% 10.378 Belanja Pemerintah 3.697 6.681 10.378 0,00% 10.378 Transfer *) 8.125 1.077 1.077 - - Surplus/(Defisit) - 7.646 2.621 - 4.898 10,46% - 4.434 Pembiayaan - 196 196 -79,63% 962 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 213 213 -79,50% 1.039 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 17 17 -77,92% 77

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran - 7.646 2.817 - 4.702 35% - 3.472

Uraian 2018

Sumber : LKPK Kanwil DJPb (diolah) Catatan:

*) Seluruh Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah Pada Triwulan II 2018, baik pendapatan maupun belanja pemerintah konsolidasian di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dibandingkan Triwulan II tahun 2017. Kondisi ini cukup menguntungkan jika dihubungkan dengan proporsi penyerapan anggaran yang diharapkan pada awal tahun anggaran dan tidak pada akhir tahun, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi regional.

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan negara konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan Triwulan II 2018 mencapai Rp6.557 miliar yang terdiri dari pendapatan perpajakan Rp5.158, pendapatan bukan pajak Rp1.343 miliar dan hibah Rp56 miliar. Secara total terjadi kenaikan 10,31 persen dibanding capaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

(30)

19

1.000 2.000 3.000 4.000 Pendapatan PerpajakanPendapatan

Bukan Pajak Hibah

3.609 567 - 1.549 776 56 Pusat daerah 2 0 1 7 2 0 1 8 75,87% 78,66% 23,20% 20,48% 0,93% 0,85%

Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak

Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Kalsel

s.d. Triwulan II Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Kalsel s.d. Triwulan II Sumber : LKPK Kanwil DJPb (diolah)

Grafik 4.3. Perkembangan Penerimaan Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2018

dan 2017 (Sumber : LKPK Kanwil DJPb) Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

4.510 5.158 1.379 1.343 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 2017 2018 Pajak Bukan pajak

Dari grafik 4.1, terlihat bahwa proporsi pendapatan konsolidasian di wilayah Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018 tidak mengalami perubahan yang berarti jika dibandingkan dengan Tahun 2017. Pendapatan konsolidasian masih didominasi pendapatan perpajakan dengan sumbangan sebesar 78,66 persen, selanjutnya proporsi PNBP 20,48 persen dan hibah 0,85 persen.

Pendapatan perpajakan pada Triwulan II 2018 masih didominasi pemerintah pusat sebesar Rp3.609 miliar (70 persen) sementara pajak daerah hanya Rp1.549 miliar (30 persen). Sementara untuk pendapatan bukan pajak, pusat menyumbang porsi 42 persen atau sebesar Rp567 miliar, sedangkan pemerintah daerah menyumbang porsi 48 persen atau Rp776 miliar. Sampai dengan Triwulan II 2018 pemerintah pusat belum mencatat adanya pendapatan hibah, sebaliknya pada pemerintah daerah tercatat sebesar Rp56 miliar.

2. Analisis Perubahan

Penerimaan konsolidasian s.d. Triwulan II 2018 mengalami kenaikan yang cukup signifikan (10,31 persen) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017. Kenaikan tersebut tersebut didorong oleh penerimaan pajak. Perkembangan penerimaan konsolidasian tersaji sebagai berikut:

(31)

20

500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 Belanja

pegawaiBelanjabarang Belanja

modal belanjahibah belanja bansos belanja lain-lain 1.500 1.301 893 - 3 - 3.397 2.061 687 516 19 1 B il li o n s Pusat daerah

Grafik 4.4 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja Konsolidasian pada Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018 (Sumber :

LKPK Kanwil DJPb)

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan konsolidasian di Kalimantan Selatan dapat tersaji sebagai berikut:

Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 dan 2018 (miliar rupiah) Uraian

2017 2018

Realisasi Kenaikan Realisasi Kenaikan

Penerimaan

Perpajakan 4.510 56,20% 5.158 14,37%

PNBP 1.379 283,28% 1.343 -2,61%

Total 5.889 81,37% 6.501 10,39%

PDRB/Pert.

Ekonomi 76,17 triliun 5,15% 82,95 triliun 4,64%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB, BPS Prov. Kalsel (diolah)

Berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Selatan, sampai dengan Triwulan II tahun 2018 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp82,95triliun (komulatif dengan triwulan I) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,64 persen (y-on-y). Sedangkan pada periode yang sama, penerimaan yang diterima pemerintah konsolidasian tercatat sebesar Rp6,501 triliun atau naik 10,39 persen dibandingkan penerimaan tahun 2017 sebesar Rp5,889 triliun. Realisasi penerimaan total ini sudah sangat baik dibandingkan dengan peningkatan PDRB, namun demikian untuk penerimaan bukan pajak, masih diperlukan upaya intensif agar penerimaan juga ikut naik mengikuti kenaikan penerimaan pajak dan PDRB.

C. Belanja Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Secara umum porsi belanja pemerintah daerah terhadap belanja konsolidasian lebih dominan jika dibandingkan dengan belanja pemerintah pusat. Di luar alokasi belanja transfer, total realisasi belanja pemerintah pusat Triwulan II 2018 sebesar Rp3.697 triliun (35 persen)

(32)

21

46% 27% 13% 0% 10% 4% 0% 0% Belanja pegawai Belanja barang Belanja modal belanja bunga utang belanja subsidi belanja hibah belanja bansos 47% 33% 15% 0% 0% 5% 0% 0% 2018 2017

sementara belanja pemerintah daerah sebesar Rp6.681 triliun (65 persen). Dari total belanja tersebut, belanja pegawai dan barang memiliki porsi yang selaras dimana belanja pemerintah pusat sebesar 31-39 persen dan pemerintah daerah 61-69 persen. Namun untuk jenis belanja modal, realisasi pemerintah pusat sebesar 57 persen sementara pemerintah daerah baru 43 persen. Secara parsial, komposisi belanja pegawai, barang dan modal pemerintah pusat pada Triwulan II 2018 masing-masing 41, 35 dan 24 persen. Sementara pemerintah daerah komposisi belanjanya pada angka 51, 31 dan 10 persen. Hal ini menunjukkan realisasi penyerapan belanja instansi pemerintah pusat lebih sesuai dengan kebijakan penyerapan belanja non pegawai pada awal tahun guna peningkatan multiplier effect terhadap pertumbuhan perekonomian daerah. Untuk pemerintah daerah perlu didorong agar penyerapan belanja khususnya belanja modal bisa lebih cepat lagi.

2. Analisis Perubahan

Perubahan realisasi Belanja Konsolidasian Triwulan II tahun 2018 dibandingkan Triwulan II tahun 2017 tercermin pada grafik IV.5. Dari grafik tersebut terlihat bahwa realisasi belanja pegawai, barang dan modal pada Triwulan II 2018 mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan II 2017. Hal ini cukup baik dan diharapkan akan berlanjut pada triwulan berikutnya.

Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018 dan 2017

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Hubungan belanja pemerintah dan indikator perekonomian Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hubungan Belanja Pemerintah dengan Indikator Ekonomi Regional

Uraian 2017 2018 Perubahan %

Belanja Pemerintah 10,71 triliun 11,45 triliun 0,74 triliun 6,9% PDRB 76,17 triliun 82,95 triliun 6,78 triliun 8,74%

TPT 3,53 3,86 0,33 9,35%

Kemiskinan 4,70 4,54 -0,16 -3,4%

(33)

22

Belanja pemerintah konsolidasian sampai dengan periode Triwulan II 2018 naik 6,9 persen bersama dengan peningkatan konsumsi rumah tangga mendorong nominal PDRB tetap positif (8,74 persen) dari nominal triwulan yang sama tahun 2017. Tingkat kemiskinan juga terdorong turun pada angka 4,54 persen dari kedaaan sebelumnya 4,70 persen. Sedangkan untuk angka TPT menunjukkan adanya sedikit kenaikan. Hal ini disebabkan pada sektor pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbanyak belum memasuki masa panenserta ditunjang penambahan jumlah angkatan kerja baru.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II Tahun 2018.

Tabel 4.4 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Konsolidasian Triwulan II Tahun 2018

KODE AKUN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH JUMLAH

Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto

A1 Pendapatan: 6.769.374.007.257

A11 Pajak 3.970.811.946.425

A12 Kontribusi sosial 0

A13 Hibah 653.591.246

A14 Pendapatan lain 250.988.574.038

A2 Beban: 6.675.224.473.556

A21 Kompensasi pegawai 2.551.533.689.312

A22 Penggunaan barang dan jasa 1.909.370.654.710

A23 Konsumsi aset tetap

A24 Bunga

A25 Subsidi

A26 Hibah

A27 Manfaat sosial 16.144.038.684

A28 Beban Lainnya 5.421.038.083

NOB Keseimbangan operasi bruto/neto 94.149.533.701

A3 Transaksi Aset Non Keuangan Neto 1.579.878.643.478

A311 Aset tetap 1.579.878.643.478

A312 Persediaan -

A313 Barang berharga -

A314 Aset nonproduksi -

NLB Net Lending/Borrowing 1.674.028.177.179

Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban

A32 a.Akuisisi Neto Aset Keuangan -

A321 - Domestik -

A322 - Luar Negeri -

A33 b.Keterjadian Kewajiban -

A331 - Domestik -

A332 - Luar Negeri -

(34)

23

PDRB Triwulan II 2018 82,95 triliun

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G) =

A21+A22+A23+A27 4.482.469.420.789

Kontribusi belanja Pemerintah terhadap PDRB 5,40%

PMTB =A311 1.579.878.643.478

Kontribusi investasi Pemerintah terhadap PDRB 1,90%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB (diolah)

Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah (G) sampai dengan triwulan II Tahun 2018 sudah cukup tinggi pada angka 5,4 persen dari PDRB kalimantan Selatan,di sisi lain kontribusi investasi pemerintah (I) masih kecil pada angka 1,90 persen. Angka I yang cukup kecil ini terutama ditunjang oleh belanja modal pemda yang masih kecil serta realisasi DAK Fisik pada semester I yang masih dikisaran 13,68 persen. Dalam kondisi perekonomian yang cukup baik dengan pertumbuhan 4,64 persen maka kontribusi Pemerintah dari investasi harus ditingkatkan lagi guna lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Upaya yang perlu dilakukan antara lain merealisasikan penyerapan belanja modal khususnya bagi pemerintah daerah dan DAK Fisik sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

(35)

la

Bab V

Checklist Dan

BERITA/ISU FISKAL REGIONAL

TERPILIH

Sebagai tahapan transformasi sumber pertumbuhan ekonomi di masa depan, Pemda

Kalimantan Selatan bertekad mengurangi ketergantungan dari sumber daya alam

khususnya pertambangan dan penggalian. Melalui RPJMD 2016-2017 beberapa sektor

yang diunggulkan adalah pertanian, peternakan serta pariwisata. Pembentukan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kepariwisataan diharapkan selesai 2020 bersamaan

dengan gelaran

Visit Kalsel Years.

Profil potensi unggulan suatu daerah merupakan keniscayaan dalam pengembangan

sektor ekonomi, khususnya sektor UMKM. Berdasarkan kajian Bank Indonesia

Kalimantan Selatan, diperoleh 10 KPJU Unggulan lintas sektoral, yaitu: Padi, Karet,

Penjualan Sembako/ Kelontong/ Pancarekanan, Kerajinan Anyaman, Ikan Nila

Budidaya, Kain Sasirangan, Warung Makan Campur, Kontraktor Bangunan

/Pemborong, Penjual Karet/Getah Karet, dan Kerupuk Ikan.

(36)

24

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

A. Kawasan Ekonomi Khusus Kepariwisataan, Transformasi Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kalsel

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berencana membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kepariwisataan berbasis wisata alam “Taman Hutan Raya Sultan Adam” sebagai salah satu destinasi wisata nasional, bahkan dunia. Program dimaksud tertuang dalam RPJM Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021. KEK Kepariwisataan merupakan bagian dari periode transformasi ekonomi yang semula mengandalkan eksploitasi SDA tak terbarukan seperti tambang ke sektor pertanian, peternakan serta pariwisata.

Potensi pariwisata Kalsel tidak kalah dengan daerah lain di tanah air terutama wisata alamnya. Pembangunan dunia kepariwisataan ini diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat. Tiga

destinasi wisata yang menjadi unggulan di kawasan ekonomi khusus kepariwisataan Kalsel yaitu kawasan wisata alam Kiram Park, Mandiangin dan Lembah Kahung. Lembah Kahung sendiri merupakan kawasan geopark karena kawasan hutannya yang masih perawan.

Tim percepatan pembangunan KEK Kepariwisataan Provinsi Kalsel sudah dibentuk melalui koordinasi dengan kementerian terkait. KEK Kepariwisataan sendiri diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2020, seiring dengan ditetapkannya tahun kunjungan Kalsel atau Visit Kalsel Years.

Sementara itu berdasarkan data pada tahun 2017, jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Kalsel tercatat sebanyak 750.000 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 27.000 orang. Dengan adanya KEK Kepariwisataan, ditargetkan jumlah wisatawan berkunjung semakin melonjak.

(37)

25

B. Mendorong Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan (KPJU) UMKM Sebagai Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi Kalsel

Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Selatan Tahun 2017 mengadakan penelitian KPJU. Penelitian ini bertujuan untuk ; (1) mengenal dan memahami profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian, dan potensi sumber daya; profil UMKM di Provinsi Kalimantan Selatan (2) Memberikan informasi tentang KPJU Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan (3) Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masang-masing KPJU Unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, serta (4) Memberikan rekomendasi KPJU Unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota.

Berdasarkan penilaian dan analisis lanjutan dengan pendekatan metode AHP, Borda dan Bayes diperoleh 10 KPJU Unggulan lintas sektoral, yaitu: Padi, Karet, Penjualan Sembako/Kelontong/Pancarekanan, Kerajinan Anyaman, Ikan Nila Budidaya, Kain Sasirangan, Warung Makan Campur, Kontraktor Bangunan/Pemborong, Penjual Karet/Getah Karet, dan Kerupuk Ikan.

Penanganan dan pengembangan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya di 13 Kabupaten/Kota dan tingkat provinsi yang diteliti perlu menggunakan titik kekuatan (competitive advantages dan nilai jual) dan mengeliminasi titik kritisnya (kelemahan), serta memanfaatkan peluang yang tersedia.

Titik kekuatan yang dimaksud secara umum adalah KJPU yang terpilih umumnya memang KJPU yang sudah unggul di sektornya, baik dalam aspek kapasitas produksinya, luas lahan, serapan tenaga kerja dan kontribusinya bagi perekonomian daerah.

Titik kritis yang dimaksud secara umum adalah lebih kepada persoalan biaya produksi/proses yang masih tinggi, tingkat produktivitas yang belum optimal, teknologi pengembangan yang belum ada/minim, teknologi pasca panen untuk peningkatan nilai tambah, dan perluasan akses pasar.

(38)

tan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB Kalsel 2015-2018
Gambar 1.2. Struktur PDRB Menurut  Pengeluaran
Grafik 1.2. Gini Ratio Regional  Kalimantan
Tabel 1.1. Perbandingan Target Kalimantan Selatan, Capaian Kalimantan  Selatan dan Capaian Nasional Kalimantan Selatan dalam Indikator Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan pendapatan per kapita diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan karena setelah perekonomian di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh sektor industri

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Berdasarkan total indikator yang digunakan dalam perdebatan, ini menunjukkan bahwa baik tim pemenang NUDC dan WUDC menggunakan Logos sebagai yang paling banyak

pada huruf a, perlu diatur Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171-06, Standar Pembuatan Buku Manual Operasi Penyelenggara

• Bagaimana mewujudkan kantor bank BPD DIY cabang Senopati yang dapat mewadahi kegiatan pelayanan perbankan yang ada sekarang maupun untuk beberapa tahun ke depan dengan misinya