• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Program Revitalisasi Taman Monumen 45 Banjarsari Surakarta sebagai Ruang Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Program Revitalisasi Taman Monumen 45 Banjarsari Surakarta sebagai Ruang Publik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

16 Efektivitas Program Revitalisasi Taman Monumen 45 Banjarsari Surakarta sebagai

Ruang Publik Nurul Istiqomah dan Ali

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Nurulistiqomah0319@gmail.com

Abstrak

Pelaksanaan revitalisasi Taman Monumen 45 Banjarsari (Taman Monjari) dilakukan pada tahun 2015. Sebelumnya Taman Monjari merupakan tempat berdagang para PKL barang bekas yang saat ini telah direlokasi ke pasar Notoharjo. Keberadaan PKL tersebut membuat kondisi taman mengalami kerusakan dan kehilangan fungsinya sebagai ruang publik. Tujuan dilaksanakannya revitalisasi pada Taman Monjari adalah untuk mengembalikan fungsi taman serta mempertahankan nilai sejarah yang ada pada taman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program revitalisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup telah efektif atau belum. Teori yang digunakan adalah teori efektivitas program milik Henry, Bryant dan White. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif. Program revitalisasi Taman Monjari terlihat telah efektif. Identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan teori Henry, Bryant dan White menunjukkan empat indikator yang digunakan dari kelima indikator dapat dikatakan efektif. Program revitalisasi taman berhasil memberikan perubahan yang signifikan terhadap taman. Perubahan tidak hanya terjadi pada kondisi fisik melainkan juga dari sikap pengguna taman dan petugas taman yang mengalami banyak perubahan.

Kata kunci : Taman Monjari, Efektivitas Program, Revitalisasi

A. Pendahuluan

Ruang publik merupakan hal yang vital dan harus ada disetiap wilayah perkotaan atau daerah. Konsep penataan ruang publik sendiri diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Salah satu bentuk dari ruang publik yang diharuskan ada disetiap wilayah perkotaan atau daerah yaitu taman. Kota Surakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang mempunyai taman kota sejumlah 70 taman dengan total luas taman 99,085.80 m2. Salah satu taman kota di Surakarta yang mengalami penataan kembali yaitu Taman Monumen 45 banjarsari Surakarta.

Penataan ulang (revitalisasi) pada Taman Monjari bertujuan untuk mengembalikan fungsi taman sebagai ruang publik dan menjaga nilai sejarah yang ada pada Taman Monjari. Revitalisasi Taman Monjari dilaksanakan pada tahun 2015 dengan tahap permulaan yaitu pembuatan masterplan taman. Pada masterplan, taman akan terbagi menjadi empat bagian yaitu taman bermain, fitness outdoor, lapangan hijau dan space untuk tanaman langka. Revitalisasi taman dilakukan melalui dua tahapan, tahap satu di tahun 2015 dan tahap dua pada tahun 2016.

(2)

17 Proyek revitalisasi taman ini pada tahap I

telah menghabiskan anggaran sebesar Rp. 3.346.681.000, sedangkan untuk tahap II akan diselesaikan pada tahun 2016 dengan anggaran 2 Miliar. Sejauh ini dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit, tahapan revitalisasi Taman Monjari telah mencapai dibagian barat yakni bagian taman bermain yang telah mencapai 80%, revitalisasi air mancur, jalur pendestrian, dan penghijauan space yang diperuntukkan untuk hutan kota. Selain itu Walikota Surakarta memiliki rencana khusus untuk proyek revitalisasi Taman Monjari yaitu beliau ingin menghilangkan pagar besi yang mengelilingi taman. Rencana Walikota tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar sama-sama dapat menjaga kelestarian taman. Banyak harapan dari berbagai pihak terkait revitalisasi Taman Monjari salah satunya yaitu Komisi II DPRD Surakarta yang menginginkan Taman Monjari dapat menjadi taman edukasi yang rencananya akan dilengkapi fasilitas taman dengan perpustakaan. Komisi II DPRD Surakarta akan mengusulkan anggaran untuk mewujudkan perpustakaan tersebut pada pembahasan APBD 2017.

Selama tahap II revitalisasi, pintu gerbang taman hanya dibuka 1 pintu saja. Meskipun sampai saat ini revitalisasi masih terus dilakukan, Taman Monjari tetap dibuka untuk masyarakat. Terlihat selalu ada pengunjung yang datang ke Taman Monjari setiap harinya. Tidak jarang juga terdapat siswa-siswa sekolah yang menggunakan fasilitas taman untuk berolahraga. Hal tersebut merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam proyek revitalisasi taman yang masih terus

dilakukan. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Efektivitas program revitalisasi Taman Monumen 45 Banjarsari sebagai ruang publik di Kota Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka a. Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk melihat seberapa berhasilnya program yang telah dilaksanakan. Efektivitas berasal dari kata “efek” yang mempunyai arti sebagai hubungan sebab akibat. Menurut Harbani Pasolong (2008: 4) efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.

Pendapat berbeda mengenai efektivitas diungkapkan oleh Mardiasmo (2002: 232) yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang sudah ditetapkan. Apabila dikaitkan dengan suatu program, maka program tersebut dapat dikatakan efektif apabila telah terlaksana dengan baik, sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya serta mencapai hasil seperti yang telah diharapkan.

Dalam melihat efektivitas atau tidaknya suatu program, beberapa para ahli berpendapat terdapat pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk

(3)

18 mengetahui efektivitas organisasi.

Menurut Subagyo (Jurnal Ekonomi dan Sosial, 2009:53) terdapat empat variabel untuk dapat melihat efektivitas suatu program diantaranya: 1). Ketepatan sasaran program, 2). Sosialisasi program, 3). Tujuan program, 4). Pemantauan. Sedangkan menurut Henry, Bryant dan White (Wibawa, 1994:65) terdapat lima kriteria yang digunakan sebagai efektivitas program yaitu: 1). Waktu pencapaian, 2). Tingkat Pengaruh yang diinginkan, 3). Perubahan perilaku masyarakat, 4). Pelajaran yang diperoleh para pelaksana proyek, 5). Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya.

b. Revitalisasi Kawasan

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Pasal 80 ayat 1 dan 2 menjelaskan mengenai revitalisasi, revitalisasi potensi situs cagar budaya atau kawasan cagar budaya memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap budaya asli berdasarkan kajian. Revitalisasi dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang, nilai budaya, dan penguatan informasi tentang cagar budaya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan Pasal 1 ayat 1, Revitalisasi adalah upaya untukmeningkatkan nilai lahan/ kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 4 dijelaskan pengertian kawasan, kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk mengembalikan fungsi kawasan yang sebelumnya telah digunakan tidak sebagaimana mestinya melalui pembangunan-pembangunan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai sejarah yang ada didalamnya. tujuan revitalisasi kawasan adalah meningkatkan vitalitas kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan. c. Taman Kota sebagai Ruang Publik Ruang publik menurut Project for Public Spaces in New York tahun 1984 (http://masanung.staff.uns.ac.id/2009/04/2 8/ruang-publik/) adalah bentuk ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa jalan, pedestrian, taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum (halte) dan museum. Ruang publik merupakan area yang vital dan harus ada di setiap kota. Masyarakat kota membutukan tempat/ area terbuka untuk melakukan kegiatan diluar rumah ataupun tempat kerja mereka. Ruang publik atau terbuka terbagi menjadi ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

Salah satu ruang publik atau terbuka hijau yang ada diperkotaan adalah taman kota. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor 05/Prt/M/2008 taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.

(4)

19 C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas adalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif mengarah pada pendiskripsian secara rinci, data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka. Berisi catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian (H.B Sutopo, 2002:35).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari wawancara dan dokumen. Untuk mengetahui valid tidaknya data yang diperoleh, peneliti menggunakan validitas trianggulasi data. Patton (dalam H.B Sutopo, 2002:79) menjelaskan didalam meneliti menggunakan trianggulasi data atau sumber terdapat beberapa sumber yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data yang sama.

D. Pembahasan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2017 membentuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bernama Dinas Lingkungan Hidup. Dinas Lingkungan Hidup merupakan gabungan dari Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta. Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta dibentuk sebagai OPD yang mempunyai program pengendalian dan konservasi lingkungan hidup di Kota Surakarta. Visi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah Mewujudkan Kota

Surakarta dalam taman, kota dalam hutan yang bersih, sehat dan nyaman serta berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan dibidang kebersihan, pertamanan dan persampahan

b. Meningkatkan pengendalian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

c. Meningkatkan pengelolaan sampah hulu/hilir dengan teknologi baru d. Meningkatkan pengendalian tata

lingkungan

e. Meningkatkan pengendalian dan pengelolaan lingkungan hdup f. Meningkatkan

pengendalianpencemaran dan kerusakan lingkungan

g. Meningkatkan penataan hukum lingkungan serta pengembangan kapasitas lingkungan

h. Meningkatkan pemeliharaan dan revitalisasi Ruang Terbuka Hijau i. Melaksanakan konservasi energi j. Meningktakan pasrtisipasi

masyarakat dibidang kebersihan, persampahan, pertamanan, pengendalian dan pengelolaan lingkungan.

Sesuai dengan data yang diperoleh dari beberapa informan melalui wawancara dan dokumen, diperoleh sebagai berikut: 1) Waktu pencapaian

Revitalisasi Taman Monjari dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahap satu pada tahun 2015 dan tahap dua ditahun 2016. Selama proses revitalisasi berlangsung telah menghabiskan dana sekitar kurang lebih 6Milyar. Pada awalnya target

(5)

20 penyelesaian pengerjaan fisik taman

ditargetkan pada tahap dua, tetapi hingga tahap dua selesai dilaksanakan masih terdapat dua bagian dari empat bagian konsep yang belum terealisasi. Hal tersebut membuat pihak DLH kembali menargetkan penyelesaian taman ditahun 2017.

DLH sendiri pada tahun 2017 ini tidak ada rencana terkait keberlanjutan program revitalisasi, oleh karena itu untuk mencapai target ditahun 2017 pihak DLH berusaha menjaring CSR dengan berbagai stakeholder untuk ikut membantu dalam revitalisasi Taman Monjari. Sejauh ini sudah terdapat beberapa CSR yang masuk dalam pelaksanaan revitalisasi diantaranya BI dan Bank Mandiri. Bantuan CSR tersebut sangat membantu dalam melengkapi fasilitas taman.

Selama pelaksanaan revitalisasi Taman Monjari berlangsung, terdapat banyak perubahan-perubahan yang dinilai positif. Perubahan tidak hanya terjadi pada kondisi fisik taman yang mengalami perubahan total atau 100% mengingat dulunya taman tersebut kumuh dan tidak terawat setelah dilakukan revitalisasi kondisi taman terlihat rapi dan bersih. Perubahan lain yang tejadi setelah revitalisasi adalah sikap dari pengguna dan petugas taman yang juga mengalami perubahan 100%. Selain itu pelaksanaan revitalisasi juga telah mencapai tujuan awal yaitu untuk mengembalikan fungsi taman sebagai ruang publik. Oleh karena itu pada indikator ini dapat dikatakan telah efektif.

2) Perubahan perilaku masyarakat

Perubahan perilaku masyarakat pengguna taman terlihat mengalami banyak

perubahan. Perubahan tersebut bersifat positif dan sesuai dengan harapan DLH. Dimana jika dulunya masyarakat datang ke taman untuk membeli barang-barang bekas ataupun untuk bertemu dengan para PSK, maka dengan adanya revitalisasi pada Taman Monjari mampu mengubah perilaku masyarakat misalnya mereka mendatangi Taman Monjari untuk berolahraga, bermain dan berinterkasi dengan pengguna taman yang lain.

Selain itu taman ini juga sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan positif seperti peringatan Hari Ligkungan Hidup Sedunia, Lomba Solo Menyapu, Wayang, Festival Musik dan masih banyak lagi. Dengan adanya revitalisasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada masyaralat sekitar. Dan hal itu pun juga telah terpenuhi terbukti dengan banyaknya anak-anak yang menggunakan fasilitas taman bermain. Tidak hanya anak-anak yang dapat menikmati fasilitas taman, orang dewasa juga bisa ikut menggunakan fasilitas taman untuk berolahraga ataupun bersosialisasi dengan pengguna taman lainnya.

3) Pelajaran yang diperoleh pelaksana proyek

Program revitalisasi Taman Monjari ini dilaksanakan dan telah memberikan pelajaran bagi para pelaksana. Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai pelaksana program revitalisasi taman mendapatkan pelajaran dari pelaksanaan revitalisasi taman yang dapat diterapkan pada program revitalisasi taman yang lainnya di waktu yang akan datang.

Dalam pelaksanaan revitalisasi Taman Monjari, pelajaran yang diperoleh DLH Surakarta yaitu terkait tindak lanjut atau

(6)

21 penanganan secara berkala setelah

revitalisasi selesai dilaksanakan.Pada kasus revitalisasi Taman Monjari, penanganan secara berkala sangat diperlukan agar keberadaan taman tetap terjaga baik secara fisik maupun non-fisik. Penanganan secara berkala yang dimaksudkan dalam revitalisasi taman Monjari ini yaitu dapat berupa pengamanan dan perawatan secara rutin. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara terdapat perubahan pada tingkat keamanan di taman yaitu dengan ditugaskannya petugas Linmas dari kelurahan setempat untuk menjaga taman ketika sore hingga malam hari. Selain Linmas, saat ini Taman Monjari juga terdapat petugas parkir meskipun baru dipintu masuk bagian barat. Pelajaran lain yang dapat diambil dalam pelaksanaan revitalisasi Taman Monjari yaitu pengawasan dan pemeliharaan taman yang harus dilakukan secara berkala. Pengawasan dan pemeliharaan adalah tindakan yang sangat diperlukan untuk memperpanjang umur taman, dan pemeliharaan maupun pengawasan diarea Taman Monjari telah dilaksanakan oleh dinas terkait.

4) Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya

Sebuah program dapat dikatakan efektif apabila program tersebut berhasil menggerakkan, mengarahkan dan menambah kesadaran masyarakat mengenai kemampuan dirinya terkait program yang dilaksanakan. Program revitalisasi Taman Monjari diharapkan dapat memberikan kesadaran pada masyarakat serta proses dalam revitalisasi taman dapat digunakan sebagai peningkatan kesadaran masyarakat.

Kesadaran masyarakat yang dimaksud dalam program revitalisasi Taman Monjari yaitu kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian taman.

Dari data yang diperoleh hasil wawancara bahwa masyarakat pengguna taman dapat diarahkan ke hal yang positif dalam artian masyarakat yang mengunjungi tidak hanya menggunakan taman sebagai tempat bermain anak-anak ataupun berolahraga, namun terkadang taman tersebut juga digunakan untuk berbagai acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifat positif. Dengan kesadaran masyarakat dalam menggunakan taman ke hal yang positif membuat Walikota Surakarta menginginkan Taman Monjari dibuka untuk umum. Hal tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dala artian seberapa besar pertanggung jawaban masyarakat pengguna taman dalam menjaga kelestarian taman.

Tetapi dalam kenyataannya masih terdapat masyarakat yang kurang mempunyai kesadaran untuk ikut menjaga taman. Terlihat beberapa pengunjung yang sudah dewasa ikut menggunakan fasilitas di area taman bermain anak-anak. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada salah satu fasilitas mainan anak. Selain fasilitas diarea bermain anak-anak, hilangnya alat pada air mancur, rusaknya toilet dan kran mushola menggambarkan kesadaran masyarakat dalam hal menjaga fasilitas taman masih kurang.

Meskipun terdapat beberapa kerusakan pada fasilitas taman yang diakibatkan oleh beberapa orang saja, tetapi secara keseluruhan pengguna taman dapat dikatakan telah mempunyai kesadaran

(7)

22 untuk ikut menjaga kelestarian taman.

Kesadaran yang dimiliki pengguna taman cukup tinggi dibuktikan dengan tindakan peneguran dan mengingatkan masyarakat yang mulai melakukan tindakan penyelewengan, misalnya PKL yang mau masuk ke area taman untuk berjualan di dalam taman karena dari DLH sendiri melarang PKL masuk ke area taman. Selain itu terdapat kesadaran yang baik dari masyarakat dalam menggunakan taman terbukti dengan kesadaran dalam membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, serta masyarakat yang berkunjung ke Taman Monjari jmempunyai inisiatif untuk menata sepeda motor milik mereka dengan rapi sebelum diarea taman terdapat petugas parkir yang menjaga serta menata sepeda motor yang ada. Dengan sikap dari masyarakat pengguna taman yang seperti itu membuat area taman menjadi bersih dan nyaman. E. Penutup

a. Kesimpulan

Dari hasil identifikasi permasalahan menggunakan indikator efektivitas program seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dari keempat indikator menunjukkan hasil yang efektif meskipun tetap diperlukan peningkatan lagi di beberapa indikator. Berikut penjelasannya: 1) Waktu pencapaian

Waktu pencapaian pelaksanaan revitalisasi Taman Monjari secara fisik terdapat dua tahapan yaitu tahun 2015 dan 2016. Penyelesaian revitalisasi ditargetkan selesai pada tahun 2017, dan hingga pertengahan tahun 2017 masih terdapat dua konsep yang belum terealisasi.Pada indikator waktu pencapaian terdapat banyak perubahan, bahkan perubahan tersebut mencapai angka 100% yang

berarti terdapat perubahan secara total. Perubahan tidak hanya pada kondisi fisik taman melainkan juga pada sikap pengguna taman dan petugas taman yang mengalami perubahan secara signifikan. Hal tersebut menandakan bahwa pada indikator ini dapat dikatakan efektif

2) Perubahan perilaku masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada masyarakat dengan adanya program revitalisasi Taman Monjari sangat drastis. Pada awalnya masyarakat mengunjungi Taman Monjari untuk membeli barang-barang bekas dan mendatangi para PSK namun saat ini masyarakat datang ke taman untuk bermain, bersosialisasi dengan pengunjung lain, berolahraga ataupun mengadakan kegiatan-kegiatan yang bernilai positif. Oleh karena itu indikator perubahan perilaku masyarakat dikatakan efektif karena program revitalisasi Taman Monjari mampu mengubah perilaku masyarakat menjadi positif.

3) Pelajaran yang Diperoleh Para Pelaksana Proyek

Program revitalisasi Taman Monjari memberikan pelajaran bagi DLHsebagai pihak yang diberikan tanggung jawab dalam pengelolaan taman mendapat pelajaran yaitu tentang pentingnya peningkatan keamanan. Selain itu perlu dilakukan pemeliharaan dan pengawasan terhadap Taman Monjari secara berkala agar taman tetap terjaga. Peningkatan keamanan, pemeliharaan dan pengawasan yang dilakukan secara berkala bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan fasilitas taman.

4) Tingkat Kesadaran Masyarakat akan Kemampuan Dirinya

Kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya ditunjukkan dengan sikap

(8)

23 masyarakat pengunjung taman yang

menjaga kebersihan dan kenyamanan Taman Monjari. Masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi dengan membuang sampah pada tempatnya hingga menegur para pedagang PKL yang masuk ke area taman. Meskipun demikian terdapat pula beberapa masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran yang rendah dengan merusak dan mencuri fasilitas yang ada di taman.

b. Saran

1) Hendaknya pihak DLH melakukan penataan kembali terkait tanaman langka yang sudah ada dan menggandeng beberapa komunitas kreatif seperti Republik Aeng-Aeng milik Pak Mayor Haristanto untuk bekerja sama membuat alat fitnes dari barang bekas

2) Perlunya peningkatan keamanan dan pengawasan kepada masyarakat pengguna taman untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan dan kerusakan fasilitas umum yang ada di Taman Monjari.

3) Hendaknya dilakukan pengumuman apabila ada kegiatan atau event-event di Taman Monjari sehingga masyarakat pengguna taman dapat mengetahui jika di Taman Monjari akan ada kegiatan dan masyarakat pun dapat mengunjungi untuk menyaksikan kegiatan yang sedang dilaksanakan di taman.

Daftar Pustaka

Anung B. Studyanto. Ruang Publik. http://masanung.staff.uns.ac.id/2009/

04/28/ruang-publik/. Diakses pada

07 Maret 2017, pukul 23:36 WIB

Budiani, Ni Wayan. “Efektivitas Program Penanggulangan

PengangguranKarang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa SumertaKelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar”. Jurnal Ekonomi dan SosialVol. 2 No. 1 (hal: 49-57). H.B Sutopo. 2002. Metode Penelitian

Kualitatif (Dasar Toeri dan

Terapannya dalam Penelitian).

Universitas Sebelas Maret.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan

Manajemen Keuangan Daerah.

Penerbit Andi: Yogyakarta.

Pasolong, Harbani. 2013. Teori

Administrasi Publik. Bandung:

Alfabeta.

Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNomor 05 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatn Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan.

Samodra Wibawa . 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dalam penelitian yang telah di analisa secara objektif, penulis menganalisis kebutuhan dengan menggunakan alat bantu penjualan barang berbasis Barcode untuk memudahkan

Kondisi ini juga dapat dilihat dari peta pemodelan arus (Gambar 3), dimana arus bergerak ke arah barat dan barat laut, sehingga nilai konsentrasi fosfat di stasiun 5, 6 dan 10

Pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) melalui media gambar seri dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa ditinjau dari

Tiap- tiap kelompok mendiskusikan jawaban mereka di group whatsapp kelompok dengan memasukkan guru sebagai anggotanya juga sehingga guru dapat memastikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai materialisme berpengaruh positif signifikan terhadap pengelolaan keuangan.Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi nilai

Partai Persatuan Pembangunan merupakan hasil fusi politik Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan

Secara umum pelatihan yang ada pada perusahaan merupakan bentuk dari kepedulian perusahaan terhadap karyawan dan juga salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas

Mislnya anak itu akan selalu mengeluarkan air liur (ngiler). Keinginan sesuatu bagi seorang wanita yang sedang hamil tidak terbatas pada buah-buahan saja, akan