• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PRODUKSI DALAM MENEKAN TINGKAT PRODUK CACAT (Studi Kasus Pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PRODUKSI DALAM MENEKAN TINGKAT PRODUK CACAT (Studi Kasus Pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

412

AUDIT OPERASIONAL FUNGSI PRODUKSI DALAM

MENEKAN TINGKAT PRODUK CACAT

(Studi Kasus Pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya)

Nery Eltriliani, Ali Rasyidi, Siti Rosyafah

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya neryeltriliani@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik selama tahun 2016 termasuk dalam kategori efisien. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi masih terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi. Pengendalian pembelian dan spesifikasi bahan baku mengalami permasalahan untuk memenuhi target bahan baku yang telah direncanakan. Inspeksi sampel dalam proses dan pengendalian laboratorium terjadi ketidaksesuaian pencapaian sasaran mutu dikarenakan permintaan spek pelanggan yang tidak sesuai dengan standar target produk. Pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi penanganan perbaikan mesin tidak dapat tercapai. Serta manajemen tenaga kerja didalam proses produksi dan operasi masih terjadi kegagalan produk.

Kata kunci : Audit operasional, Fungsi Produksi, Efektivitas dan Efisiensi

ABSTRACT

The results showed that the efficiency of raw material costs, labor costs, factory overhead costs during the year 2016 included in the category of efficient. Assessment of the use of production capacity is still a deficiency in meeting the needs of operations. Purchase control and raw material specifications have problems to meet the targeted raw materials. Inspection of samples in process and laboratory controls inconsistent achievement of quality objectives due to customer spec request that is not in accordance with the standard product targets. Maintenance of machines and production facilities handling machine repair can not be achieved. As well as workforce management in the production and operation process is still a product failure.

Keywords: Operational Audit, Production Function, Effectiveness and Efficienc

PENDAHULUAN

Pemeriksaan merupakan sub bidang akuntansi yang meliputi aktivitas pemeriksaan terhadap kebenaran data – data akuntansi secara bebas. Semakin berkembangnya perusahaan tentunya diikuti dengan semakin kompleks dan

(2)

413 luasnya aktivitas serta permasalahan yang dihadapi sehingga mendorong timbulnya suatu bidang baru dari auditing yaitu pemeriksaan operasional (audit operasional). Pemeriksaan operasional merupakan aktivitas operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan."Pimpinan perusahaan memerlukan audit operasional yang menyajikan informasi mengenai aktivitas operasional perusahaan dan tidak terbatas pada informasi keuangan dan akuntansi saja" (Nelpiani, 2013).

PT. Teja Sekawan Cocoa Industries adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang perusahaan coklat. Audit operasional atau dikenal dengan istilah pemeriksaan operasional difokuskan pada fungsi produksi di PT. Teja Sekawan Cocoa Industries. Permasalahan yang terjadi pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries yaitu penilaian atas penggunaan kapasitas produksi terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi hal ini disebabkan karena kondisi raw material yang sulit didapat, Pengendalian pembelian dan spesifikasi bahan baku di PT. Teja Sekawan Cocoa Industries terjadi efisiensi pencapaian sasaran mutu bagian produksi tidak sesuai dengan target produk, inspeksi sampel dalam proses dan pengendalian laboratorium di perusahaan terjadi ketidaksesuaian karena permintaan spek pelanggan yang tidak sesuai dengan standar produk perusahaan, Pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi di PT. Teja Sekawan Cocoa Industries tidak dapat tercapai karena kurang meratanya skill personil bagian teknik maintenance, PT. Teja Sekawan Cocoa Industries memiliki kebijakan dan praktik mengenai masalah produktivitas dan nilai tambah yang meliputi tingkat cacat. Besarnya produk rusak yang boleh terjadi dinyatakan dalam suatu proporsi, yaitu perbandingan jumlah produk rusak dengan jumlah produk yang dihasilkan pada waktu tertentu. Namun kegagalan suatu produk masih terjadi pada perusahaan. Kegagalan produk terjadi karena faktor material (kualitas mutu kakao rendah), faktor manusia (kecerobohan karyawan), dan faktor mesin (mesin rusak secara tiba-tiba.

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

(3)

414 "Bagaimana penerapan audit operasional fungsi produksi dalam menekan tingkat produk cacat pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya?".

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan audit operasional fungsi produksi dalam menekan tingkat produk cacat pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya.

KAJIAN TEORI Audit Operasional

Sukrisno Agoes (2014:11) audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan Pada dasarnya tujuan audit operasional yaitu untuk menentukan apakah proses produksi dan operasi yang berjalan saat ini sesuai dengan kriteria (peraturan, kebijakan, tujuan, rencana, standar) yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standard kualitas yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih memerlukan perbaikan (IBK Bhayangkara, 2015:228).

Fungsi Produksi

Seperti telah diketahui bahwa kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan mentransformasikan masukan (inputs) menjadi keluaran (ouputs) yang berupa barang dan jasa. Dalam industri manufaktur, masukan (inputs) adalah berupa bahan baku, tenaga listrik, dan bahan bakar, sumber dana manusia dan dana atau modal, yang diproses transformasikan menjadi keluaran (outputs) yang berupa barang hasil jadi.

Menurut Sofjan Assauri (2008:34) ada empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah :

1. Proses pengolahan 2. Jasa – jasa penunjang

(4)

415 3. Perencanaan

4. Pengendalian atau pengawasan

Untuk melaksanakan fungsi produksi, diperlukan serangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan – perusahaan kecil.

METODE PENELITIAN

Desain atau rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2011) penelitian studi kasus merupakan sebuah penyelidikan empiris yang menginvestigasi fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, khususnya ketika batas antara fenomena dan konteks tidak begitu jelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah aktivitas semua karyawan di PT. Teja Sekawan Cocoa Industries. Sedang penelitian ini mengambil sampel audit operasional fungsi produksi. Adapun penelitian ini terdapat variabel – variabel operasi yaitu audit operasional, fungsi produksi, efektivitas dan efisiensi.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah survey pendahuluan yaitu merupakan langkah awal yaitu dengan mengadakan survey langsung pada perusahaan, Penelitian lapangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dan dokumenter, Studi Kepustakaan yaitu data ini diperoleh dengan membaca literatur – literatur dari perpustakaan.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah tahap pertama dengan melakukan evaluasi terhadap proses produksi yang dilakukan yang dapat menyebabkan terjadinya produk cacat, tahap kedua melakukan evaluasi

(5)

416 terhadap semua kegiatan dalam proses produksi, tahap ketiga melakukan evaluasi terhadap fungsi produksi yang dimulai dari tahap produksi dan perencanaan produksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Audit Operasional Fungsi Produksi

Laporan Audit Operasional Fungsi Produksi pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries adalah sebagai berikut :

Audit Pendahuluan

Tahap pertama dalam melaksanakan audit operasional adalah dengan melakukan audit pendahuluan. Audit pendahuluan merupakan prosedur yang umum dilakukan oleh auditor untuk memperoleh informasi umum dari perusahaan, proses produksi, produk yang dihasilkan, dan operasi yang dijalankan, melakukan peninjauan terhadap pabrik (fasilitas produk), layout pabrik, dan berbagai sumber daya penunjang keberhasilan fungsi ini dalam mencapai tujuannya.

Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen atas Fungsi Produksi PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya

Dalam melakukan penilaian terhadap pengendalian manajemen pada proses produksi dalam usaha menekan tingkat produk cacat perusahaan ini dalam mendukung pencapaian tujuan PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya dengan mengetahui bagaimana pengendalian internal pada setiap tahapan fungsi produksi. Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahaan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan, auditor melakukan penilaian terhadap tujuan utama fungsi produksi dan operasi serta variabel – variabel yang mempengaruhinya. Variabel – variabel ini meliputi berbagai kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas, praktik yang sehat, dokumentasi yang memadai dan

(6)

417 ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam menunjang usaha pencapaian tujuan tersebut.

Audit Terinci

Audit terinci atas fungsi produksi dalam menekan tingkat produk cacat pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya dimaksudkan untuk mengumpulkan bukti yang cukup kompeten untuk mendukung tujuan audit. Hasil audit terinci yang dilakukan oleh peneliti di PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya adalah sebagai berikut

1. Perencanaan atas Pengendalian Produksi a. Jadwal induk produksi

Jadwal induk produksi telah mencerminkan kestabilan usaha perusahaan dalam mencerminkan kestabilan usaha perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. karena telah disusun dengan rencana penjualan dan pembentukan stok pengaman. Jadwal induk produksi didukung dengan menggunakan metode permintaan yang akurat.

b. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi

Kapasitas produksi yang dimiliki PT. Teja Sekawan Cocoa Industries terserap dalam rencana produksi. Perusahaan telah memiliki kebijakan tertulis tentang pengelolaan kebutuhan produksi diatas kemampuan kapasitas yang tersedia.

c. Tingkat Persediaan

Perusahaan memiliki prosedur pengendalian persediaan secara tertulis dan telah disosialisasikan dengan memadai dan dipahami oleh petugas yang melaksanakan.

d. Keseimbangan Lintas Produksi

Untuk keseimbangan lintas produksi perusahaan memiliki pedoman pemeliharaan fasilitas produksi secara tertulis untuk mencegah terjadinya kemacetan produksi.

2. Pengawasan Persediaan

(7)

418 Setiap pemasok telah diverifikasi sesuai dengan standar pengendalian produk dan operasi perusahaan, terdapat inspeksi berupa pemeriksaan jumlah, dan jenis barang untuk material yang diterima.

b. Pengendalian Persediaan

Perusahaan memiliki prosedur pengendalian tertulis yang tercantum dalam prosedur operasi dan instruksi kerja. Perputaran persediaan diawasi dengan ketat oleh personil quality control dan personil ppic untuk memastikan bahan baku yang dibeli lebih awal digunakan dalam proses produksi.

c. Program Pengendalian Pemasok

Perusahaan memiliki prosedur konfirmasi pemasok tertulis. Pemasok secara periodik hanya diinspeksi berkaitan dengan harga dan ketersediaan. 3. Pengendalian Kualitas

a. Pengendalian Produksi

Dalam Pengesahan proses operasi dan pengendalian perubahan pesanan produksi terdapat prosedur penilaian tertulis atas kesiapan mesin dan fasilitas produksi lainnya pada umumnya dilakukan oleh quality control sebelum melakukan penggunaan mesin. Perusahaan memiliki prosedur tertulis yang memandu pegujian barang dalam proses. Pengujian barang dalam proses telah dilakukan pada tahapan yang tepat untuk memastikan identitas, kekuatan, dan kualitas yang sesuai dengan standar pengendalian kualitas.

b. Pengendalian Kualitas

PT. Teja Sekawan Cocoa Industries telah memiliki kebijakan kualitas secara tertulis yang tertulis pada dokumen panduan mutu dan perusahaan memberikan pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas. Perusahaan telah mengidentifikasi secara terperinci tentang aktivitas – aktivitas pencegahan, persiapan (penilaian), kegagalan internal, dan kegagalan eksternal yang berkaitan dengan proses pembentukan kualitas sesuai dengan kebijakan kualitas yang telah ditetapkan.

(8)

419 Perusahaan memiliki prosedur tertulis dalam memeriksa kemasan dan container yang digunakan produk jadi selama proses akhir produk.

4. Pemeliharaan Mesin dan Fasilitas Produksi

Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi sesuai dengan ukuran dan desain yang telah ditentukan. Fasilitas dan peralatan digunakan telah disetting sesuai dengan mata rantai produksi dan telah ditentukan tahapannya.

5. Produktivitas dan Nilai Tambah

Dalam hal produktivitas dan nilai tambah perusahaan memiliki ukuran produktivitas standar yang bisa digunakan sebagai pedoman karyawan dalam beraktvitas yang tercantum dalam rencana mutu produk terdapat 17 parameter didalamnya dan perusahaan memiliki standar pencapaian hasil minimal yang harus dicapai setiap karyawan.

Pelaporan

Laporan hasil audit operasional adalah sebagai berikut 1. Jadwal Induk Produksi

a. Efisiensi Biaya Bahan Baku Kondisi (condition) :

Biaya bahan merupakan salah satu elemen terpenting dalam biaya produksi. Tingkat efisiensi biaya bahan baku selama tahun 2016 sebesar 0,12 % hal ini dapat dikatakan bahwa persentase efisiensi biaya bahan baku termasuk dalam kategori efisien.

Kriteria (criteria) :

Penilaian efisiensi biaya bahan baku menggunakan biaya standar tiap pesanan. Standar efisiensi biaya bahan baku antara 00% - 25%.

Sebab (cause) :

Terjadi efisiensi biaya bahan baku ini disebabkan karena adanya penurunan biaya bahan baku yang disebabkan oleh iklim pasar yang tidak kondusif serta bahan baku yang kurang baik.

(9)

420 Realisasi biaya bahan baku lebih kecil dari anggaran yang telah ditetapkan, hal ini akan mengurangi biaya produksi.

Saran (Recommendation) :

Penetapan biaya standar bahan baku yang lebih realistis dan sesuai dengan keadaan pasar dan melakukan terobosan alternatif – alternatif baru jika terdapat kenyataan yang tak sesuai dengan yang diprediksi.

b. Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Kondisi (condition) :

Efisiensi biaya tenaga kerja langsung selama tahun 2016 sebesar 14,28 %.

Kriteria (criteria) :

Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung menggunakan biaya standar tiap pesanan. Standar efisiensi biaya bahan baku antara 00% - 20%. Sebab (cause) :

Efisiensi biaya tenaga kerja yang terjadi menguntungkan karena para pekerja lebih cepat. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan project yang bersangkutan segera diperoleh sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan project lebih sedikit dari standar yang telah ditetapkan.

Akibat (effect) :

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih sedikit dari yang dianggarkan sebelumnya.

Saran (Recommendation) :

Mengevaluasi ulang standar upah karyawan dan standar jam supaya tidak terjadi selisih yang besar.

c. Efisiensi Biaya Overhead Pabrik Kondisi (condition) :

Efisiensi Biaya overhead pabrik pada tahun 2016 sebesar 0,50 % hal ini termasuk dalam kategori efisien.

(10)

421 Efisiensi biaya overhead pabrik anggaran tidak melebihi target yang dianggarkan.

Sebab (cause) :

Kebutuhan untuk biaya perawatan, perbaikan alat, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain dalam biaya overhead pabrik sangat mudah berubah. Varians biaya overhead pabrik rata - rata mengalami selisih yang menguntungkan hanya pada varian biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan serta biaya pembelian lokal. Penyebab terjadinya biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan serta biaya pembelian lokal terjadi karena kenaikan sejumlah kebutuhan operasional sehingga pengeluaran atas biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan serta biaya pembelian lokal meningkat.

Akibat (effect) :

Dengan realisasi biaya overhead pabrik pada tahun 2016 yang lebih kecil dari target yang ditetapkan, perusahaan dapat mengurangi biaya produksi sehingga tidak mengurangi laba perusahaan.

Saran (Recommendation) :

Perusahaan sebaiknya menentukan atau menetapkan batas penyimpangan yang wajar agar perusahaan dapat mengetahui tingkatan penyimpangan yang terjadi.

2. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi Kondisi (condition) :

Tingkat penggunaan kapasitas yang dimiliki perusahaan dan dukungannya dalam merealisasikan rencana produksi memadai masih bisa tercapai akan tetapi masih terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi.

Kriteria (criteria) :

Melakukan evaluasi supplier. Evaluasi akan mengakomodasikan dua jenis kriteria penilaian yaitu kriteria subjektif dimana nilai – nilai yang diberikan evaluator dan kriteria objektif yaitu berdasarkan data – data historis performa dari supplier.

(11)

422 Sebab (cause) :

Kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi disebabkan sulitnya mendapatkan bahan baku utama karena kakao merupakan tanaman musiman.

Akibat (effect) :

Bahan baku yang tidak terpenuhi maka akan mengalami penurunan pemesanan dan pendapatan perusahaan akan menurun.

Saran (Recommendation) :

Untuk menentukan tingkat kebutuhan bahan baku yang lebih tepat untuk masa yang akan datang sebaiknya perusahaan menggunakan peramalan penjualan terlebih dahulu. Dari ramalan penjualan tersebut dapat ditentukan berapa banyak barang yang harus diproduksi dan kemudian akan dapat diketahui berapa besarnya bahan baku yang akan dibutuhkan.

3. Pengendalian pembelian dan spesifikasi bahan baku Kondisi (condition) :

Pencapaian sasaran mutu bagian produksi tidak sesuai dengan target. Dapat dilihat persentase efisiensi selama tahun 2016 menunjukkan bahwa efisiensi lemak kakao sebesar 8,13% dan efisiensi bubuk kakao sebesar 11,69 %.

Kriteria (criteria) :

1. Sasaran mutu efisiensi untuk lemak kakao sebesar 34% dan bubuk kakao 44%.

2. Melalui uji laborat parameter waste, moisture content, bean count, mouldy, FFA (Free Fatty Acid), klaster dan kepengan.

3. Dokumen – dokumen yang terkait merupakan penyempurnaan dari standar pengendalian dan spesifikasi bahan baku.

Sebab (cause) :

Penyebab tidak tercapainya efisiensi produksi dikarenakan bahan baku yang kurang baik atau rendahnya mutu kakao disebabkan adanya bahan baku yang terlalu basah atau moisture content tinggi, kandungan lemak

(12)

423 kakao rendah, cita rasa berkurang, serta mutu biji kakao yang tidak konsisten.

Akibat (effect) :

Kadar air terlalu tinggi akan rentan terhadap serangan jamur dan serangga dan bila biji berada diluar kisaran nilai kadar air maka akan menimbulkan efek buruk pada cita rasa dan aroma dasar yang tidak dapat diperbaiki pada proses berikutnya.

Saran (Recommendation) :

Perusahaan harus lebih selektif dalam pemilihan bahan baku agar dapat mencegah akibat bahan baku yang kurang baik.

4. Inspeksi sampel dalam proses dan pengendalian laboratorium Kondisi (condition) :

Pencapaian sasaran mutu bagian laborat bisa diterima dengan catatan, ketidaksesuaian pencapaian sasaran mutu dikarenakan permintaan spek pelanggan yang tidak sesuai dengan standar target produk.

Kriteria (Criteria) :

Menetapkan prosedur kualitas produksi bersyarat. Perusahaan melakukan prosedur tertulis yang memandu pengujian barang dalam proses dimana ditulis dalam form analisa winnowing, analisa penyangraian, analisa cocoa liquor, analisa fat content, analisa cocoa kibbled cake, analisa cocoa powder, analisa cocoa butter.

Sebab (Cause) :

1. Pada saat proses pemanasan kurang diatur tingkat suhu derajatnya.

2. Pemetaan mesin struktur peralatan diatur secara vertikal dari lantai 1 sampai 7 hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan kurang optimal Akibat (effect) :

1. Jika proses pada pemanasan suhu derajat terlalu tinggi maka biji kakao akan berbau sangit dan jika suhu derajat terlalu rendah maka biji kakao pada saat proses winowwing (peniupan) tidak akan terpisah dengan kulit biji yang nantinya akan mengakibatkan fat content / kadar lemak tinggi.

(13)

424 2. Struktur peralatan yang diatur secara vertikal mengakibatkan produk

yang dihasilkan tidak berjalan sesuai dengan standar target produk. Saran (Recommendation) :

Hendaknya perusahaan melakukan training pada kepada karyawan mengadakan sosialisasi prosedur – prosedur kepada karayawan yang terkait, agar seluruh aktifitas kerja mengacu pada instruksi SMM.

5. Pemeliharaan Mesin dan Fasilitas Produksi Kondisi (condition) :

Program pembersihan mesin telah dilakukan sesuai dengan instruksi tertulis atau prosedur tertulis dengan dilakukan pembersihan total selama 15 hari sekali untuk membersihkan seluruh line produksi, akan Penanganan perbaikan mesin tidak dapat tercapai.

Kriteria (criteria) :

Memiliki instruksi tertulis tercatat dalam (IK – 07.04.22) penggunaan peralatan dan laboratorium dan kalibrasi serta jadwal peralatan ditulis dalam riwayat mesin (F07.07-01) dan jadwal perawatan mesin (F07.07-02)

Sebab (cause) :

Kurang meratanya skill personil bagian teknik dan maintenance. Akibat (effect)

Sasaran mutu dalam penanganan perbaikan mesin kurang berjalan dengan baik sehingga efisiensi waktu perbaikan mesin tidak tercapai.

Saran (Recommendation) :

Perlunya diadakan training personil teknik maintenance dan dilakukan On Job Training bagi calon karyawan.

6. Produktivitas dan Nilai Tambah 1. Tingkat Cacat

Kondisi (condition) :

Persentase produk cacat selama tahun 2016 lebih rendah sebesar 0,2 % dibandingkan dengan tahun 2015 cukup tinggi yaitu sebesar 0,57 %. Berikut laporan produk jadi dan produk cacat PT. Teja Sekawan Cocoa Industries hasil produksi pada tahun 2015 menunjukkan sebesar 36.782

(14)

425 bags menjadi sebesar 55.484 bags pada tahun 2016. Hal ini mengalami peningkatan penjualan dari tahun 2015 ketahun 2016 yaitu sebesar 50,84%.

Kriteria (criteria) :

Batas toleransi yang ditetapkan untuk produk gagal sebesar 0,5 % Sebab (cause) :

Produk cacat disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor material (kualitas material yang rendah), faktor peralatan (mesin yang rusak secara tiba – tiba), dan faktor manusia (kecerobohan karyawan / tingkat keterampilan buruh yang berbeda - beda).

Akibat (effect) :

Penurunan persentase tersebut membuat standar kualitas suatu produk menjadi baik. Hal ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin rendah persentase produk gagal tersebut semakin rendah pula biaya produksi, pemborosan penggunaan bahan baku, dan penundaan waktu penyelesaian. Saran (Recommendation) :

Salah satu yang dapat dilakukan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik adalah dengan adanya perencanaan dan pengendalian produksi yang optimal dengan memperhitungkan aspek kualitas, biaya, dan ketepatan waktu penyelesaian produk.

SIMPULAN

Berdasarkan audit operasional yang dilakukan pada fungsi produksi PT. Teja Sekawan Cocoa Industries, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan fungsi produksi masih terdapat beberapa permasalahan disetiap fungsi produksi. Masalah yang dihadapi oleh PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya adalah terjadi karena adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecacatan pada suatu produk yang dibuat yaitu terjadinya kegagalan internal yang terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor material, faktor peralatan,

(15)

426 dan faktor manusia. Faktor material yaitu terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi yang disebabkan sulitnya mendapatkan bahan baku utama karena kakao merupakan tanaman musiman, dan kualitas material yang rendah seperti moisture content tinggi, kandungan lemak kakao rendah, cita rasa berkurang, serta mutu biji kakao yang tidak konsisten, faktor peralatan yaitu terjadi karena mesin yang rusak secara tiba – tiba, dan faktor manusia yang disebabkan karena kecerobohan karyawan pada saat proses produksi berlangsung / tingkat keterampilan buruh yang berbeda - beda.

SARAN

Adanya kegagalan internal akan merugikan perusahaan yang mengakibatkan pendapatan perusahaan akan menurun dikarenakan upaya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen belum tercapai, serta terjadinya peningkatan biaya produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.

Dalam menekan tingkat produk cacat perlu dilakukan suatu perencanaan dan pengendalian secara kontinyu terhadap proses produksi. Melihat pentingnya kualitas sebagai salah satu faktor yang menentukan suatu produk tidak cacat, untuk mengetahui produk rusak atau cacat tersebut PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap produk yang dihasilkan dengan cara memisahkan produk yang memenuhi standar dan yang tidak memenuhi standar.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2014. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, Edisi 4. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.

Arens, Alvin A, Elder Elder, Randal J. dan Beasley, Mark S , 2009. Auditing and Assurance Service. Pearson Education South Asia PTE.

Akmal, 2009. Pemeriksaan Manajemen Internal Audit Edisi 2. Jakarta : PT Indeks Jakarta.

(16)

427 Assauri, Sofjan, 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : LPFEUI Bhayangkara, IBK, 2015. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi Edisi 2.

Salemba Empat. Jakarta.

Bhayangkara, IBK, 2008. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta.

Boyton, William C ; Johnson, Walter G. dan Kell, 2003. Modern Auditing, Edisi 7 Jilid 2 . Erlangga.

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2007, Akuntansi Biaya, Yogyakarta : Graha ilmu. Gasperz, Vincent, 2005. Total Quality Management (TQM). PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Alih Bahasa : Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1 dan 2. Cetakan Keempat. PT. Indeks. Jakarta.

Pangsuri, Abdul Aziz, 2013. Peranan Audit Operasional atas Fungsi Produksi untuk Mengurangi Produk Cacat pada Pabrik Genteng Ogan Permata Palembang. Skripsi. STIE MDP.

eprints.mdp.ac.id/703/1/Jurnal%202009210039%20Abdul_Aziz_Pangsuri. pdf

Prawirosentono, Suyadi , 2007. Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara.

Purnomo, M Rizqi, 2012. Penerapan Audit Operasional atas Fungsi Produksi sebagai Alat Bantu Manajemen guna Meningkatkan Hasil dan Kualitas Produksi pada PR. Dwi Tunggal Sidoarjo. Skripsi. Universitas Bhayangkara Surabaya.

Rahayu, Siti Kurnia, Suhayati, Ely, 2013. Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik.

Rosdiyati, 2016. Audit Operasional atas Fungsi Produksi Perusahaan pada PT. Jaya Brix Indonesia. Skripsi. Universitas Islam Lamongan.

http://journal.unisla.ac.id/pdf/114112016/7.Rosdiyati.pdf

Yin, Robert K, 2011. Studi Kasus:Desain dan Metode. Jakarta : P. Rajagrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait